Transcript
Page 1: Paper Komunikasi Verbal

PAPER DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN

PENGEMBANGAN MASYARAKAT VETERINER

KOMUNIKASI VERBAL

KELOMPOK 3

OLEH

LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Page 2: Paper Komunikasi Verbal

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan. Karena berkat limpahan karunia-Nya kami

dapat menyelesaikan penyusunan Paper “Komunikasi Verbal” ini dengan baik.

Penyusunan Paper ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Veteriner . Dalam Paper ini

menjelaskan mengenai komunikasi verbal serta kemampuan berbahasa beserta

fungsinya. Materi yang disajikan cukup terperinci agar mudah dipahami oleh

pembaca. Paper ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Nyoman Sadra Dharmawan,

MS. selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat Veteriner yang telah membimbing dalam penyusunan paper ini. Tak

lupa juga kepada teman - teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi

terselesainya paper ini.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan Paper

ini untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun kami menyadari bahwa

Paper ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca demi kesempurnaan Paper selanjutnya. Semoga Paper ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 30 April 2013

Hormat Kami

Penulis

ii

Page 3: Paper Komunikasi Verbal

DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3. Tujuan...............................................................................................................2

1.4. Manfaat.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4

2.1. Komunikasi Verbal..........................................................................................4

2.2. Listening...........................................................................................................9

BAB III PENUTUP........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

iii

Page 4: Paper Komunikasi Verbal

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunikasi verbal merupakan suatu komunikasi yang disampaikan

komunikator kepada komunikan dengan lisan (oral) atau dengan tulisan

(written). Dalam hal ini bahasa juga bisa dikatakan sebagai pesan verbal.

Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan

simbol-simbol tersebut dapat digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Dengan kata lain komunikasi verbal ini merupakan proses penyampaian

pesan baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan kata-kata.

Komunikasi verbal terdiri dari tiga aspek yaitu kemapuan bertanya,

fungsi bertanya, dan jenis pertanyaan. Seorang mahasiswa harus menguasai

keempat aspek tersebut agar memiliki keterampilan dalam berkomunikasi.

Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berkomunikasi tidak hanya

menekankan pada teori saja, tetapi mahasiswa dituntut untuk mampu

menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk

berkomunikasi. Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh

mahasiswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang

keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86).

Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat

diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah

setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal

memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert

Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan

komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk

mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Mahasiswa yang

mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih

mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan

1

Page 5: Paper Komunikasi Verbal

membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu

sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi.

Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam

kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi

di lapangan adalah tidak semua mahasiswa mempunyai kemampuan berbicara

yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan

sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam

komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila

seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh

keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan

kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional

diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-

pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan

mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan

mahasiswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada

orang lain.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian dari komunikasi verbal?

2. Seberapa penting kemapuan bertanya dalam komunikasi verbal

khususnya bagi seorang mahasiswa?

3. Seberapa penting sebuah pertanyaan bagi seorang mahasiswa

kedokteran hewan?

4. Apa saja jenis-jenis pertanyaan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

2

Page 6: Paper Komunikasi Verbal

1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi verbal

2. Untuk memahami pentingnya kemampuan bertanya dalam komunikasi

verbal bagi mahasiswa khususnya

3. Untuk memahami pentingnya sebuah pertanyaan bagi mahasiswa

kedokteran hewan

4. Untuk mengetahui jenis-jenis pertanyaan

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

1. Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas

Udayana, khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih

mengetahui tentang komunikasi verbal.

2. Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk

mengerjakan tugas yang berhubungan dengan komunikasi khususnya

mengenai komunikasi verbal

3

Page 7: Paper Komunikasi Verbal

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Komunikasi Verbal

A. Pengertian Komunikasi Verbal

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata verbal diartikan sebagai

lisan. Maksudnya, komunikasi dilakukan antara pembicara dan

pendengar hanya menggunakan lisan saja.

Dalam ilmu komunikasi, istilah komunikasi verbal memiliki arti

yang agak berbeda. Komunikasi verbal disini diartikan sebagai proses

penyampaian informasi berupa lisan dan tulisan. Hal ini sependapat

dengan Drs. PC Bambang Herimanto, MM bahwa: ”Komunikasi verbal

merupakan salah satu bentuk komunikasi yang biasa digunakan untuk

menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan dan

maupun lisan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal merupakan proses

penyampaian pesan baik secara lisan maupun tulisan dengan

menggunakan kata-kata.

B. Kemampuan Bertanya

Bertanya dan menjawab pertanyaan merupakan kegiatan yang telah

menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Mengajukan pertanyaan

merupakan keterampilan dasar untuk semua profesional kesehatan

(Balzer-Riley, 2000). Khususnya bagi kedokteran hewan, kemampuan

bertanya tentunya sangat penting untuk mempermudah diagnosa

penyakit. Semakin efektif Anda mengajukan pertanyaan, semakin banyak

waktu Anda akan menghemat (Balzer-Riley, 2000).

Keterampilan bertanya dapat ditingkatkan dengan menjadi sadar

akan jenis pertanyaan yang bisa diajukan. Selain itu, dengan

menggunakan berbagai gaya bertanya kita dapat memperoleh berbagai

4

Page 8: Paper Komunikasi Verbal

jenis informasi dan meningkatkan pengertian bersama dalam

komunikasi. Alasan utama untuk mengajukan pertanyaan adalah untuk

memperoleh data penting yang akan membantu dalam memberikan

perawatan yang berkualitas untuk klien (Balzer-Riley, 2000). Salah satu

cara untuk mencapai perawatan yang berkualitas adalah untuk

memberikan yang sama kesempatan kepada klien untuk bertanya,

mendapatkan jawaban pertanyaan, serta menjawab pertanyaan kita. Hal

ini akan memungkinkan profesional untuk mengklarifikasi masalah serta

menjelajahi dan mengetahui pilihan pengobatan (Geist-Martin dkk.

2003). Penting untuk mempertimbangkan bahwa hubungan profesional

dapat memiliki ketidakseimbangan kekuasaan dan orang mengajukan

pertanyaan dapat menandai diferensial Status antara profesional dan klien

(Hargie, 2007).

C. Fungsi Bertanya

Sebuah pertanyaan didefinisikan sebagai 'pernyataan atau non-

verbal tindakan yang mengundang jawaban' (Hargie, 2007). Fungsi

penting dari pertanyaan adalah untuk memperoleh verbal (atau, jika tidak

mungkin, non-verbal) respon dari dana orang lain. Pertanyaan dapat

digunakan untuk membuka percakapan atau untuk memulai interaksi

sosial (Kagan & Evans, 2001). Fungsi lain dari pertanyaan termasuk

menyampaikan bunga, memperoleh informasi, identifikasi masalah,

mencari klarifikasi dan memastikan tingkat pengetahuan dan pemahaman

klien (Hargie, 2007; Kagan & Evans, 2001). Jenis pertanyaan yang

diajukan akan mempengaruhi sejauh mana berbagai fungsi dipenuhi

(Hargie, 2007; Kagan & Evans, 2001). Pertanyaan juga merupakan

bagian dari mendengarkan yang digunakan untuk mendorong klien untuk

melanjutkan atau menguraikan topik (Kagan & Evans, 2001).

5

Page 9: Paper Komunikasi Verbal

D. Jenis-Jenis Pertanyaan

Ada sejumlah cara yang berbeda untuk mengklasifikasikan jenis

pertanyaan. Kategori-kategori utama adalah baik pertanyaan terbuka atau

tertutup dan sisanya adalah subkelompok ini. Daftar ini merupakan

beberapa klasifikasi umum:

a. Pertanyaan tertutup

b. Pertanyaan terbuka

c. Pertanyaan reflektif

d. Pertanyaan-pertanyaan menyelidik

e. Pertanyaan yang difokuskan

f. Memimpin pertanyaan

Sebuah pertanyaan tertutup digunakan ketika hanya ada satu

jawaban seperti 'ya' atau 'tidak'. Jenis ini pertanyaan membatasi

penjelasan tetapi dapat memperoleh informasi yang penting dan ringkas.

Oleh karena itu, metode ini berguna dalam memunculkan fakta (Kagan &

Evans, 2001). Pertanyaan tertutup memudahkan untuk pewawancara

(kuesioner) untuk mengontrol pembicaraan, tapi sebaliknya, dapat

membuat klien merasa terancam karena keterbatasan dan pembatasan

yang diberlakukan (Hargie, 2007). Kebanyakan ditutup pertanyaan akan

mulai dengan kata-kata seperti 'melakukan', 'adalah', dan 'kehendak'.

Contoh: 'Apakah tablet bekerja OK?'

Jawaban: 'Ya'

Sebaliknya, pertanyaan terbuka bertujuan untuk mendapatkan klien

untuk menceritakan sebuah cerita. Mereka mengundang klien untuk

menguraikan masalah yang sebenarnya (Balzer-Riley, 2000). Ide

membuka interaksi dengan pertanyaan terbuka direkomendasikan oleh

banyak peneliti dan ahli, dan beberapa menyarankan secara bertahap

mengurangi tingkat keterbukaan dengan proses yang disebut urutan

corong (Hargie, 2007). Pendekatan ini memberikan klien kesempatan

untuk membahas isu-isu tinggi pada agenda awal mereka secara alami

6

Page 10: Paper Komunikasi Verbal

(Hargie, 2007). Penting untuk profesional tidak meminta lebih dari satu

pertanyaan pada satu waktu, atau pindah ke yang topik lain, sampai topik

dibahas secara mendalam yang memadai. Dalam setiap interaksi, penting

untuk memperhatikan respon non-verbal serta respon verbal. Pertanyaan

terbuka memungkinkan klien untuk menggambarkan pengalaman

mereka, perasaan dan pemahaman tentang isu yang didiskusikan (Sully

& Dallas, 2006). Pendekatan ini dapat menyebabkan kita mendapatkan

informasi yang bersangkutan namun tak terduga (Bradley & Edinberg,

1986). Pertanyaan terbuka biasanya mulai dengan kata-kata dan frase

seperti 'Bisa anda ceritakan. . . ', 'Bagaimana anda akan. . . ',' Apa yang

tampaknya menjadi. . . 'Dan yang. . . '

Contoh: "Apa yang tampaknya menjadi masalah dengan Toby? '

Jawaban: "Kami berada di taman dan dia. . . '

Ini memberikan pendengar kesempatan untuk menindaklanjuti untuk

lebih detail.

Pertanyaan reflektif dapat dianggap sebagai pembagian, baik

pertanyaan terbuka atau tertutup. Jenis pertanyaan ini berguna jika perlu

untuk melunakkan proses interogasi dan juga menunjukkan kepada klien

(speaker) bahwa Anda benar-benar mendengarkan cerita mereka.

Umumnya, refleksi melibatkan ringkasan apa yang orang katakan dan

karena itu mirip dengan parafrase. Dalam hal ini, klien mendapatkan

umpan balik dan menyadari bahwa mereka telah mendengarkan. Adalah

penting bahwa hal ini dilakukan dengan benar seperti, jika pesan

berubah, komunikasi dapat menjadi tidak efektif.

Pertanyaan menyelidik digunakan sebagai tindak lanjut ke

pertanyaan awal untuk memperoleh ruang lingkup informasi yang

diperlukan (Hargie, 2007). Hal ini memungkinkan eksplorasi mendalam

dari area spesifik. Itu kemampuan untuk menyelidiki secara efektif

adalah inti dari pertanyaan yang efektif. Suatu probe dapat mengikuti dari

baik menjadi pertanyaan terbuka atau tertutup. Ini dapat mengambil

7

Page 11: Paper Komunikasi Verbal

banyak sensitivitas untuk menentukan seberapa jauh untuk pergi di lini

pertanyaan (Bradley & Edinberg, 1986). Isyarat non-verbal dicatat bahwa

klien dapat tegang jika tidak nyaman dengan alur pertanyaan - penting.

Ada berbagai cara untuk pendekatan menyelidik tergantung pada tujuan

informasi yang sedang dicari. Sebagai contoh, seseorang mungkin ingin

mencari klarifikasi pada aspek tertentu atau memerlukan klien untuk

memperluas pada elemen tertentu. Probe akurasi dapat digunakan untuk

memeriksa kebenaran apa yang telah dikatakan. Probe juga dapat

mengambil bentuk non-verbal seperti menaikkan alis (Hargie, 2007).

Sebuah pertanyaan terfokus bukanlah terbuka atau tertutup tetapi

mencakup karakteristik keduanya. Itu Fungsi dari sebuah pertanyaan

terfokus adalah untuk membatasi daerah yang klien dapat merespon

tetapi mendorong lebih dari jawaban ya atau tidak (Bradley & Edinberg,

2007).

Memimpin pertanyaan, seperti istilah menyarankan, menyebabkan

jawaban yang diprediksi (Kagan & Evans, 2001). Oleh karena itu,

'meletakkan kata-kata di mulut Anda' frase yang digunakan dalam

konteks ini. Memimpin pertanyaan bisa halus dan mendorong

penerimaan ide-ide, tetapi dapat membatasi balasan mungkin (Kagan &

Evans, 2001). Menggunakan format ini dapat diartikan bahwa orang

harus merespon tertentu cara sehingga dapat membatasi informasi yang

ditransmisikan.

Singkatnya, penting untuk diingat bahwa pertanyaan yang sama

dapat digunakan dalam berbagai cara dan dalam setiap keadaan respon

yang berbeda dapat diperoleh. Mengetahui bagaimana dan kapan

menggunakan berbagai jenis pertanyaan berguna untuk memperoleh data

penting yang akan membantu Anda dalam memberikan perawatan yang

berkualitas bagi klien Anda. Pertanyaan terbuka mendorong klien untuk

membuka dan memperluas informasi. Pertanyaan tertutup berguna untuk

menutup yang terlalu bertele-tele atau bertele-tele respon atau

8

Page 12: Paper Komunikasi Verbal

mendorong jawaban yang lebih ringkas. Probing pertanyaan berguna

untuk menambahkan detail. Pertanyaan reflektif berguna untuk

mendapatkan kembali orang lain di trek. Terkemuka pertanyaan yang

terbatas digunakan dalam kesehatan dan profesi terkait. Penting bagi

keberhasilan mempertanyakan strategi adalah penggunaan keterampilan

mendengarkan penuh perhatian dan aktif (O'Gara & Fairhurst, 2004).

2.2. Listening

A. Pengertian Listening

Mendefinisikan mendengarkan Ada banyak definisi

mendengarkan, seperti 'pemilihan dan retensi aurally diterima Data

'(Weaver, 2007), atau' proses dimana bahasa lisan diubah menjadi makna

dalam pikiran '(Hargie, 2007). Beberapa ahli teori menganggap

mendengarkan sebagai kegiatan pendengaran murni, sebuah proses yang

terjadi 'ketika organisme manusia menerima data aurally' (Hargie ,2007;

O'Gara & Fairhurst, 2004). Dalam membuat perbedaan antara mendengar

dan mendengarkan, pendengaran dianggap sebagai aktivitas fisik saat

mendengarkan adalah proses mental. A lebih komprehensif Definisi oleh

Wolvin dan Coakley (1996) menjelaskan mendengarkan 'proses

penerimaan, menghadiri untuk, dan menetapkan makna aural dan visual

yang rangsangan '. Definisi ini menangkap kompleksitas mendengarkan

dan termasuk tiga unsur inti mendengarkan - menerima, menghadiri dan

menetapkan makna - seperti yang dijelaskan dalam kebanyakan teks

komunikasi.

Beberapa literatur menggambarkan konsep mendengarkan dengan

penambahan satu dari tiga prefiks: aktif, reflektif dan terapi (Fredriksson,

1999). Selain itu, awalan ini digunakan secara bergantian, tetapi istilah

'terapi' umumnya dikaitkan dengan membantu hubungan seperti

hubungan antara klien dan profesional perawatan kesehatan.

9

Page 13: Paper Komunikasi Verbal

Dalam hal interaksi interpersonal, penekanannya adalah pada

proses dimana diucapkan Bahasa diubah menjadi makna. Sama seperti

yang kita lihat dengan mata kita, tetapi membaca dengan otak kita, jadi

kita mendengar dengan telinga kita, tetapi mendengarkan dengan otak

kita. Kita tidak perlu belajar bagaimana mendengarkan, tapi kita harus

belajar bagaimana untuk mendengarkan (Wolvin & Coakley, 1996).

Dalam pengertian ini, mendengarkan tidak sesuatu yang terjadi secara

fisik di telinga, melainkan terjadi secara mental antara telinga dan

merupakan perilaku yang disengaja dan aktif (Fredriksson, 1999).

Definisi aural mendengarkan mengabaikan isyarat non-verbal yang

dipancarkan oleh pembicara selama interaksi sosial. Namun, petunjuk

tersebut dapat memiliki efek yang penting pada makna komunikasi yang

akan disampaikan selama interaksi sosial. Akibatnya, mendengarkan

sering dipahami sebagai meliputi baik verbal dan pesan non-verbal.

B. Fungsi dari Listening

Fungsi mendengarkan Tujuan mendengarkan adalah untuk

memahami semaksimal mungkin apa yang orang lain sedang mencoba

untuk berkomunikasi. Fungsi mendengarkan, dalam konteks perawatan

kesehatan, dapat diringkas sebagai berikut (Metcalf, 1998):

a. Untuk fokus secara khusus pada pesan-pesan yang disampaikan oleh

orang lain.

b. Untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap dan akurat dari

masalah / masalah orang lain.

c. Untuk menyampaikan minat, kepedulian dan perhatian untuk orang

lain.

d. Untuk mendorong penuh, ekspresi terbuka dan jujur.

e. Untuk mengembangkan pendekatan berpusat pada klien selama

interaksi.

10

Page 14: Paper Komunikasi Verbal

Komunikasi yang sukses tergantung pada mendengarkan secara

efektif. Hal ini penting untuk memenuhi tujuan orang lain dan kebutuhan,

serta kita sendiri. Mendengarkan secara efektif adalah interpersonal

keterampilan yang dapat dikembangkan dan dipraktekkan dalam interaksi

profesional. Sebelumnya penelitian pada mendengarkan dilakukan di

lembaga-lembaga akademik dan anggapan itu perguruan tinggi yang

siswa belajar dengan membaca buku dan mendengarkan ceramah

(Hargie, 2007). Lebih baru pendidikan Penelitian, yang berfokus pada

pendidikan yang berpusat pada siswa, menekankan bagaimana

mendengarkan dan keterampilan komunikasi lainnya hanya bagian dari

proses pembelajaran. Penelitian kontemporer menyimpulkan bahwa

mendengarkan lebih dari sekadar mendengar dan karena itu aktif bukan

dari proses pasif (Stickley & Freshwater, 2006).

C. Listening Sebagai Kemampuan Berkomunikasi

Mendengarkan sebagai keterampilan komunikasi Kebanyakan

buku teks komunikasi mempertimbangkan untuk mendengarkan

keterampilan komunikasi inti, yang akan menyiratkan bahwa hal itu

dapat dipelajari dan dipraktekkan (Fredriksson, 1999; Redmond, 2000).

Hal ini penting tidak membingungkan keterampilan percakapan dengan

keterampilan mendengarkan pembicara yang hebat tidak selalu membuat

pendengar yang baik (Stickley & Freshwater, 2006). Mendengarkan pada

awal konsultasi merupakan dasar keberhasilan interaksi. Dalam praktek

medis, mendengarkan cerita pasien memberikan kontribusi hampir 85%

dari diagnosis tanpa pemeriksaan lebih lanjut atau tes (Cocksedge & Mei,

1999). Mendengarkan merupakan bagian integral dari model konsultasi

(Kurtz dkk. 2003; Silverman et al. 1998) sebagai profesional

mengumpulkan data yang menjadi dasar diagnosis dan pengobatan

(Cocksedge & Mei, 1999). Kelebihan memungut baik isyarat verbal dan

11

Page 15: Paper Komunikasi Verbal

non-verbal di awal konsultasi dan pilihan untuk terlibat dalam 'lingkaran

mendengarkan' (Cocksedge & Mei, 1999) dapat memberikan kontribusi

positif terhadap hasil untuk klien.

Seperti sudah ditetapkan, untuk komunikasi terjadi antara

individu harus ada baik mengirim dan menerima sinyal dari satu orang ke

orang lain. Dalam rangka untuk merespon dengan tepat kepada orang

lain, maka perlu memperhatikan pesan yang mereka kirimkan dan

berhubungan respon masa depan untuk pesan-pesan ini, khusus untuk

terlibat dalam mendengarkan secara aktif.

D. Tipe-Tipe Listening

Wolvin dan Coakley (1996) telah mengidentifikasi sejumlah jenis

mendengarkan. Mereka menggambarkan ini sebagai hirarki

menggunakan pohon dan cabang-cabangnya untuk menggambarkan

bagaimana masing-masing jenis cocok dengan tujuan tertentu:

1. Mendengarkan diskriminatif adalah akar pohon di mana pendengar

mencoba untuk membedakan pendengaran dan rangsangan visual.

Pada tingkat ini, pendengar ismaking kajian cepat masalah dan

mungkin yang sederhana seperti membaca ekspresi wajah.

2. Mendengarkan komprehensif adalah pada tingkat berikutnya tetapi

terletak di dalam batang pohon. Hal ini terjadi sebagai salah satu

upaya untuk memahami pesan dalam rangka untuk mengingat

pesan sebelumnya atau mempertahankan untuk digunakan nanti

dalam interaksi. Beberapa contoh mendengarkan komprehensif

termasuk menghadiri kuliah, mendengarkan radio atau menonton

berita dan peristiwa di televisi. Penekanannya adalah pada

mendengarkan fakta sentral, ide utama dan tema penting dalam

rangka untuk sepenuhnya memahami pesan-pesan yang diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa diskriminatif mendengarkan pada akar

12

Page 16: Paper Komunikasi Verbal

pohon dan mendengarkan komprehensif sebagai bagasi adalah dua

elemen yang mendukung jenis lainnya, yang membentuk cabang-

cabang pohon dan bentuk mendengarkan perilaku.

3. Mendengarkan Terapi adalah salah satu dari tiga cabang saat kita

mendengarkan untuk memberikan dukungan, membantu dan

empati terhadap seseorang yang memiliki kebutuhan untuk

berbicara dan dimengerti oleh orang lain orang. Dalam konteks

ayat ini, ini merupakan perwakilan dari pemilik klien / yang

menyajikan untuk konsultasi hewan. Di sini, pendengar

menunjukkan kesediaan untuk menghadiri ke dan berusaha untuk

memahami pikiran, keyakinan dan perasaan klien.

4. Mendengarkan kritis cabang kedua dijelaskan, di mana tujuannya

adalah untuk mengevaluasi tujuan pesan. Hal ini digambarkan

sebagai mirip dengan pertemuan dengan orang-orang penjualan

atau mendengarkan iklan di radio atau TV. Pembicara berusaha

membujuk orang lain dengan berupaya mempengaruhi sikap,

keyakinan atau tindakan. Dalam konteks ini, dianggap penting

untuk menggunakan tiga jenis lainnya yang dijelaskan untuk

membuat penilaian kritis. Selain itu, memperhitungkan non-verbal

serta pesan verbal sangat penting untuk proses.

5. Mendengarkan apresiatif merupakan cabang akhir. Bentuk

mendengarkan mengharuskan pendengar membedakan

pendengaran dan isyarat visual dalam pesan, memahami pesan,

proses pesan dan menghargai konten, sehingga untuk merespon.

Mendengarkan musik contoh mendengarkan apresiatif.

Jenis-jenis mendengarkan dapat dihubungkan dengan metode atau

digunakan sebagai alasan untuk mendengarkan tepat dalam interaksi

tertentu, dengan masing-masing metode mempunyai pantas dan tidak

pantas penggunaan (Redmond, 2000). Metode mendengarkan meliputi

13

Page 17: Paper Komunikasi Verbal

mendengarkan obyektif untuk mendapatkan informasi dan mencapai

pemahaman (Redmond, 2000). Hal ini sebanding dengan komprehensif

mendengarkan dijelaskan di atas (Wolvin & Coakley, 1996). Redmond

(2000) daftar mendengarkan kritis sebagai aMethod dan

menggambarkannya sebagai menganalisis dan mengevaluasi pesan. Hal

ini memerlukan pendengar untuk mengevaluasi semua informasi yang

diterima oleh mundur dari emosi dan menggunakan kritis berpikir

sebelum menjawab. Mendengarkan penuh penghargaan, sebaliknya,

menyarankan Anda untuk menangguhkan objektivitas dan menjadi

berpikiran terbuka dan terbuka untuk reaksi emosional. Akhirnya,

mendengarkan pribadi disajikan sebagai metode untuk melibatkan klien,

hal ini disamakan dengan jenis terapi mendengarkan dijelaskan di atas

(Redmond, 2000).

14

Page 18: Paper Komunikasi Verbal

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Komunikasi verbal adalah proses penyampaian pesan yang

menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi

jenis ini kemampuan bertanya dan menjawab sangatlah penting. Karena

dengan kemampuan tersebut kita dapat mengumpulkan dan memberikan

informasi dengan baik sehingga tercapai kesepakatan bersama yang tentu

akan menguntungkan.

Saat kita berkomunikasi kemampuan listening atau mendengarkan juga

sangat penting. Pada waktu mendengarkan kita sedang dalam mode menerima

informasi. Jadi dapat disimpulkan dengan mendengarkan adalah salah satu

metode untuk mengumpulkan informasi yang nantinya akan kita simpulkan

dan digunakan sesuai kebutuhan kita.

15

Page 19: Paper Komunikasi Verbal

DAFTAR PUSTAKA

Balzer-Riley J. 2000. Communication in Nursing, 4th edn. Mosby, St Louis, MO.

Bradley JC, Edinberg MA. 1986. Communication in the Nursing Context, 2nd

edn. Appleton-Century-Crofts, Norwalk, CT.

Cocksedge S, May C. 1999. The listening loop: a model of choice about cues

within primary care consultations. Medical Education 39:999–1005.

Fredriksson L. 1999. Modes of relating in a caring conversation: a research

synthesis on presence, touch and listening. Journal of Advanced Nursing

30(5):1167–1176.

Geist-Martin P, Berlin Ray E, Sharf BF. 2003. Communicating Personal Cultural

and Political Complexities. Thomson Wadsworth, Belmont, CA.

Hargie O. 2007. The Handbook of Communication Skills, 3rd edn. Routledge,

London.

Kagan C, Evans J. 2001. Professional Interpersonal Skills for Nurses. Nelson

Thornes, Cheltenham, UK.

Kurtz SM, Silverman JD, Draper J. 2003. Teaching and Learning Communication

Skills in Medicine, 2nd edn. Radcliffe Medical Press, Oxford.

Metcalf C. 1998. Stoma care: exploring the value of listening. British Journal of

Nursing 7(6):311–318.

O’Gara PE, FairhurstW. 2004. Therapeutic communication part 2: strategies that

can enhance the quality of the emergency care consultation. Accident and

Emergency Nursing 12:201–207.

Redmond MV. 2000. Communication: Theories and Applications. Houghton

Mifflin, Boston.

Silverman JD, Kurtz SM, Draper J. 1998. Skills for Communicating with Patients.

Radcliffe Medical Press, Oxford.

Stickley T, Freshwater D. 2006. The art of listening in the therapeutic

relationship. Mental Health Practice 9(5):12–18.

16

Page 20: Paper Komunikasi Verbal

Sully P, Dallas J. 2006. Essential Communication Skills for Nursing. Elsevier

Mosby, Edinburgh.

Weaver C. 2007. Human listening: process and behaviour. In: Hargie O (ed.), The

Handbook of Communication Skills, 3rd edn. Routledge, London.

Wolvin A, Coakley CW. 1996. Listening, 5th edn. McGraw-Hill, Boston, p. 69.

17


Top Related