Download - Paper Epilepsi Parsial Simpleks
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
1/17
BAB I
PENDAHULUAN
Epilepsi berasal dari perkataan Yunani yang berarti "serangan" atau
penyakit yang timbul secara tiba-tiba. Epilepsi merupakan penyakit yang umum
terjadi dan penting di masyarakat. Permasalahan epilepsi tidak hanya dari segi
medik tetapi juga sosial dan ekonomi yang menimpa penderita maupun
keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari, epilepsi merupakan stigma bagi
masyarakat. Mereka cenderung untuk menjauhi penderita epilepsi. 2
kibatnya banyak yang menderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan
mendapat pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan
psikososial yang merugikan baik bagi penderita maupun keluarganya. ! leh
karena itu, pada tinjauan kepustakaan ini akan dijabarkan tentang de#inisi,
epidemiologi, etiologi, klasi#ikasi, pato#isiologi, gejala, diagnosis, dan terapi
epilepsi.
$ejang parsial simplek adalah %eranagan epilepsi di mana pasien akan
tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa& 'deja (u)& perasaan di mana
pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya, Perasaan senang atau takut
yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan, Perasaan seperti kebas,
tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada bagian tubih tertentu, *erakan
yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu, dan +alusinasi.
1
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
2/17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
$ejang merupakan mani#estasi berupa pergerakan secara mendadak dan
tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang in(olunter sara# otak.
MenurutInternational League Against Epilepsy /E0 dan International
Bureau for Epilepsy 1E0 pada tahun 23 epilepsi dide#inisikan sebagai suatu
kelainan otak yang ditandai oleh adanya #aktor predisposisi yang dapat
mencetuskan kejang epileptik, perubahan neurobiologis, kogniti#, psikologis dan
adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. De#inisi ini membutuhkan
sedikitnya satu ri4ayat kejang epilepsi sebelumnya.
$ejang parsial simplek adalah %erangan epilepsi di mana pasien akan tetap
sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa& 'deja (u)& perasaan di mana pernah
melakukan sesuatu yang sama sebelumnya, Perasaan senang atau takut yang
muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan, Perasaan seperti kebas,
tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada bagian tubih tertentu, *erakan
yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu, dan +alusinasi.%tatus epileptikus merupakan kejang yang terjadi 5 ! menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan
kejang.
2
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
3/17
2.2 . EPIDEMIOLOGI
Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum
terjadi, sekitar lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan ini.
ngka epilepsi lebih tinggi di negara berkembang. nsiden epilepsi di negara maju
ditemukan sekitar 367, sementara di negara berkembang mencapai
767,.8
Di negara berkembang sekitar 9-:; diantaranya tidak mendapatkan
pengobatan apapun.9 Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak
dibandingkan denganperempuan. nsiden tertinggi terjadi pada anak berusia di
ba4ah 2 tahun 20 ?umah %akit @ipto
Mangunkusumo ?%@M0 Aakarta angka kejadian epilepsi pada anak cukup tinggi,
yaitu pada anak usia 7 bulan sampai 7< tahun berkisar kasus per 7.. 7
2.3. ETIOLOGI
Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi ! golongan yaitu &77
B Epilepsi idiopatik & penyebabnya tidak diketahui, meliputi C 3; dari
penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, a4itan
biasanya pada usia 5 ! tahun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih kelompok ini makin kecil
B Epilepsi simptomatik& disebabkan oleh kelainan6lesi pada susunan sara#
pusat. Misalnya & post trauma kapitis, in#eksi susunan sara# pusat %%P0, gangguan
metabolik, mal#ormasi otak kongenital, asphyia neonatorum, lesi desak ruang,
gangguan peredaran darah otak, toksik alkohol,obat0, kelainan neurodegenerati#.
3
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
4/17
B Epilepsi kriptogenik& dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum
diketahui, termasuk disini adalah sindrom Fest, sindron /enno-*astaut dan
epilepsi mioklonik
2.4. KLASIFIKASI
$lasi#ikasi nternasional $ejang Epilepsi menurut International League
Against Epilepsy /E0 7:97& 72
I . Kejang Parsa! "#$%a!&
. $ejang parsial sederhana tanpa gangguan kesadaran0
7. Dengan gejala motorik
2. Dengan gejala sensorik
!. Dengan gejala otonomik
. Dengan gejala psikik
1. $ejang parsial kompleks dengan gangguan kesadaran0
7. 4alnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan
kesadaran
a. $ejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran
b. Dengan automatisme
2. Dengan gangguan kesadaran sejak a4al kejang
a. Dengan gangguan kesadaran saja
b. Dengan automatisme
@. $ejang umum sekunder6 kejang parsial yang menjadi umum tonik-klonik, tonik atau klonik0
7. $ejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
2. $ejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
!. $ejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,
dan berkembang menjadi kejang umum
4
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
5/17
II. Kejang '('( "%$n)'!s a*a' n$n+%$n)'!s&
. lena6 absens
1. mioklonik
@. tonik
D. atonik
E. klonik
=. tonik-klonik
III. Kejang e,!e,*% -ang *a% *erg$!$ng%an
K!as#%as E,!e,s /erasar%an Snr$(a (en'r'* ILAE 100
I. Ber%a*an engan !e*a% #$%'s
. diopatik
Benign childhood epilepsy with centrotemporal spikes
Childhood epilepsy with occipital paroxysm
1. %imptomatik
o /obus temporalis
o /obus #rontalis
o /obus parietalis
o /obus oksipitalis
II. E,!e,s U('(
. I$,a*%
Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal
convulsions
Benign myoclonic epilepsy in infancy
Childhood absence epilepsy
5
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
6/17
uvenile absence epilepsy
uvenile myoclonic epilepsy !impulsive petit mal"
Epilepsy with grand mal sei#ures upon awakening
$ther generali#ed idiopathic epilepsies
1. E,!e,s U('( Kr,*$gen% a*a' S(*$(a*%
%est&s syndrome !infantile spasms"
Lennox gastaut syndrome
Epilepsy with myoclonic astatic sei#ures
Epilepsy with myoclonic absences
@. S(*$(a*%
Etiologi non spesi#ik
Early myoclonic encephalopathy
'pecific disease states presenting with sei#ures
2.. PATOFISIOLOGI
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan #ungsi neuron-neuron otak dan
transmisi pada sinaps. da dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter
eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan
neurotransmitter inhibisi inhibiti# terhadap penyaluran akti(itas listrik sara#
dalam sinaps0 yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil
dan tidak mudah melepaskan listrik. Di antara neurotransmitter-neurotransmitter
eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat, norepine#rin dan asetilkolin sedangkan
neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialahgamma amino butyric acid *10
dan glisin. Aika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjaditransmisi impuls atau rangsang. Dalam keadaan istirahat, membran neuron
mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. ksi
potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan
melepas muatan listrik.
6
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
7/17
leh berbagai #aktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau
mengganggu #ungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh
ion @a dan Ga dari ruangan ekstra ke intra seluler. n#luks @a akan mencetuskan
letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur
dan terkendali. /epas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara
sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. %uatu si#at khas serangan
epilepsi ialah bah4a beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses
inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang
epileptic. %elain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang
menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang
peranan. $eadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti
ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya Hat-Hat yang penting untuk #ungsi
otak.7!
7
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
8/17
S!/ernag! S. $!$r A*!as $# Pa*5$,5-s$!$g-. Ne6 7$r% T5e(e. 2888
2.9 GEJALA
$ejang parsial simplek
%eranagan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa&
- 'deja (u)& perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama
sebelumnya.
- Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak
dapat dijelaskan
- Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada
bagian tubih tertentu.
- *erakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu
- +alusinasi
$ejang parsial psikomotor0 kompleks
%erangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan
lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar
tidak akan mengingat 4aktu serangan. *ejalanya meliputi&
- *erakan seperti mencucur atau mengunyah
- Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan
pakaiannya
- Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan
berkeliling dalam keadaan seperti sedang bingung
- *erakan menendang atau meninju yang berulang-ulang
- 1erbicara tidak jelas seperti menggumam. $ejang tonik klonik epilepsy grand mal0.
Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap& tahap
tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini
pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. %erangan jenis ini
biasa didahului oleh aura. ura merupakan perasaan yang dialami sebelum
serangan dapat berupa& merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga
8
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
9/17
berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat& kehilangan kesadaran, kehilangan
keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan
yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat #ase klonik&
terjaadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau
buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien
mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan
semacam ini.7
2.: DIAGNOSIS
9
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
10/17
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan #isik
dengan hasil pemeriksaan EE* dan radiologis. 73
7. namnesis
namnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh.
namnesis menanyakan tentang ri4ayat trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, meningitis, ense#alitis, gangguan metabolik, mal#ormasi (askuler dan
penggunaan obat-obatan tertentu.
namnesis auto dan aloanamnesis0, meliputi&
- Pola 6 bentuk serangan
- /ama serangan
- *ejala sebelum, selama dan paska serangan
- =rekueensi serangan
- =aktor pencetus
- da 6 tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
- >sia saat serangan terjadinya pertama
- ?i4ayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
- ?i4ayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
- ?i4ayat penyakit epilepsi dalam keluarga
2. Pemeriksaan #isik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan
epilepsi, seperti trauma kepala, in#eksi telinga atau sinus, gangguan kongenital,
gangguan neurologik #okal atau di#us. Pemeriksaan #isik harus menepis sebab-
sebab terjadinya serangan dengan menggunakan umur dan ri4ayat penyakitsebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa harus memperhatikan adanya
keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota
tubuh dapat menunjukkan a4al gangguan pertumbuhan otak unilateral.
!. Pemeriksaan penunjang
10
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
11/17
a. Elektro ense#alogra#i EE*0
Pemeriksaan EE* harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan
pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan
diagnosis epilepsi. kan tetapi epilepsi bukanlah gold standard untuk diagnosis.
+asil EE* dikatakan bermakna jika didukung oleh klinis. danya kelainan #okal
pada EE* menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan
adanya kelainan umum pada EE* menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
genetik atau metabolik. ?ekaman EE* dikatakan abnormal.
70 simetris irama dan (oltase gelombang pada daerah yang sama di kedua
hemis#er otak.
20 rama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding
seharusnya misal gelombang delta.
!0 danya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya
gelombang tajam, paku spike0 , dan gelombang lambat yang timbul secara
paroksimal.
b. ?ekaman (ideo EE*
?ekaman EE* dan (ideo secara simultan pada seorang penderita yang sedang
mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis dan lokasi sumber
serangan. ?ekaman (ideo EE* memperlihatkan hubungan antara #enomena klinis
dan EE*, serta memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis
yang ada. Prosedur yang mahal ini sangat berman#aat untuk penderita yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta berman#aat pula untuk kasus
epilepsi re#rakter. Penentuan lokasi #okus epilepsi parsial dengan prosedur ini
sangat diperlukan pada persiapan operasi.
c. Pemeriksaan ?adiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk
melihat struktur otak dan melengkapi data EE*. 1ila dibandingkan dengan @I
%can maka M?l lebih sensiti# dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. M?
11
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
12/17
berman#aat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri serta untuk
membantu terapi pembedahan.
2. TE;API
Epilepsi merupakan kondisi kega4atdaruratan yang memerlukan
pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen
maupun kematian
lgoritme manajemen epilepsi parsial simplek
12
-
7/25/2019 Paper Epilepsi Parsial Simpleks
13/17
Iujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien.
Prinsip terapi #armakologi epilepsi yakni&
E mulai diberikan bila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat
minimal dua kali bangkitan dalam setahun, pasien dan keluarga telah
mengetahui tujuan pengobatan dan kemungkinan e#ek sampingnya.
Ierapi dimulai dengan monoterapi
Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis e#ekti# tercapai atau timbul e#ek sampingJ kadar obat dalam plasma
ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis e#ekti#.
1ila dengan pengguanaan dosis maksimum E tidak dapat mengontrol
bangkitan, ditambahkan E kedua. 1ila E kedua telah mencapai
kadar terapi, maka E pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan.
Penambahan E ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak
dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua E pertama.
Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila
kemungkinan kekambuhan tinggi , yaitu bila& dijumpai #okus epilepsi yang jelas
pada EE*, terdapat ri4ayat epilepsi saudara sekandung, ri4ayat trauma kepala
disertai penurunan kesadaran, bangkitan pertama merupakan status epileptikus. 7