PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DALAM
BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Pada hakekatnya terdapat hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara
pandangan hidup masyarakat, pandangan hidup bangsa, dan pandangan hidup
negara. Dalam proses perumusannya, pandangan hidup masyarakat dituangkan
dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan selanjutnya pandangan
hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara.
Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi nasional dan pandangan
hidup negara sebagai ideologi negara. Tidak seluruh pandangan hidup masyarakat,
khususnya dalam masyarakat yang majemuk, dapat diangkat sebagai pandangan
hidup bangsa. Dengan demikian, ada proses seleksi secara sadar.
Dalam proses penjabarannya dalam kondisi kehidupan modern dewasa ini,
pandangan hidup negara diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup bangsa,
dan pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup
masyarakat, serta pada sikap hidup pribadi. Rangkaian proses proyeksi pandangan
hidup tersebut terutama dilakukan melalui jalur sistem hukum nasional. Dalam
proses penjabaran dan tindak lanjut ini, pemerintah terikat oleh kewajiban
konstitusional, yaitu kewajiban Pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh
cita-cita moral rakyat yang luhur. (BP-7 Pusat, 1994 : 2-3).
Untuk membicarakan tentang kebenaran ideologi ‘Pancasila, akan saya
kemukakan pengertian ideologi antara lain sebagai berikut: Ilmu pengetahuan atau
ajaran tentang ide.Di dalam Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminto
disebutkan sebagai azas pendapat (keyakinan) yang dipakai (dicita-citakan) untuk
dasar pemerintahan negara dan sebagainya.
Berdasarkan pengertiandi atas, maka ideologi Pancasila berfungsi sekaligus
baik sebagai dasar maupun tujuan atau cita-cita bangsa.
Ideologi mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat, bahkan disebut
sebagai keseluruhan ide-ide yang berdasarkan struktur filsafat. Jika pengertian ini
kita terapkan pada berbagai ideologi, maka ideologi komunis berdasarkan struktur
filsafat komunis atau Komunisme, ideologi liberal berdasar struktur filsafat liberal
atau Liberalisme, ideologi sosialis berdasarkan struktur filsafat sosialis atau
Sosialisme atau demikian seterusnya. Dengan cara yang sama, maka ideologi
Pancasila berdasarkan struktur filsafat Pancasila (Sunoto, 1987:82).
Tujuan adalah segala sesuatu yang hendak dicapai, merupakan pendorong dan
pengarah. Dengan Pancasila menuju ke arah masyarakat adil dan makmur,
material spiritual berdasarkan Pancasila.
I. Dimensi : Relaita, Idealisme, dan Fleksibilitas dari Ideologi Pancasila
Kita dalam mengadakan negara itu harus dapat meletakkan negara itu atas
suatu meja yang statis yang dapat mempersatukan segenap elemen di dalam
bangsa itu, tetapi juga harus mempunyai tuntunan dinamis ke arah mana kita
gerakkan rakyat, bangsa dan negara ini.
Uraian tadi bertujuan agar dimengerti bahwa bagi Republik Indonesia kita
memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dasar statis dan yang bisa menjadi
Leidstar dinamis yang artinya adalah bintang pemimpin.
Ini lah yang menjadi pertimbangan daripada pemimpin-pemimpin kita dalam
tahun 1945, dan sebagainya dikatakan bahwa sesudah bicara, saat bicara, akhirnya
pada suatu hari ada yang mengusulkan Pancasila, dan Pancasila itu diterima
masuk dalam Djakarta Charter, masuk sidang pertama sesudah proklamasi. Jadi
kalau ingin mengerti Pancasila, lebih dahulu harus mengerti ini meja statis,
Leidstar dinamis. Kecuali itu kita sekarang lantas masuk kepada persoalan elemen
apa yang harus dimasukkan di dalam meja statis atau Leidstar dinamis ini. Jadi
jikalau mau mencari satu dasar yang statis yang dapat mengumpulkan semua dan
jika mencari suatu Leidstar dinamis yang dapat menjadi arah perjalanan kita harus
menggali sedalam-dalamnya di dalam jiwa masyarakat sendiri. Sudah jelas kalau
kita mencari satu dasar yang statis, maka dasar yang statis itu harus terdiri dari
elemen –elemen yang tidak ada dalam jiwa Indonesia tak mungkin dijadikan dasar
untuk duduk di atasnya.
Misalnya kalau kita ambil dari elemen-elemen dari alam pikiran Eropa atau
alam pikiran Afrika itu adalah elemen asing bagi kita yang tidak corcondantie
dengan jiwa kita sendiri, tak akan bisa menjadi dasar yang sehat, apalagi dasar
yang mempersatukan. Demikian pula elemen-elemen untuk di jadikan Leidstar
dinamis harus elemen-elemen yang betul-betul menghikmati jiwa kita. Kalau kita
beri Leidstar yang tidak appeal kepada kita, oleh karena pada hakekatnya tidak
berakar kepada jiwa kita sendiri maka tidak bisa menjadi Leidstar dinamis yang
menarik kepada kita. (Soekarno : 1989:30-40).
1. Dimensi realita ideologi Pancasila
Nilai-nilai dasar Pancasila digali dari bumi Indonesia sendiri yang
ditemukan dalam religi-religi bangsa Indonesia, dalam budaya-budaya bangsa
Indonesia, dan dlam adat-istiadat –adat-istiadat bangsa Indonesia yang oleh
penggalinya disebut”jiwa bangsa”. Dimensi realita ideologi Pancasila ini oleh
penggalinya disebut dasar yang statis atau meja statis di atas mana negara
diletakkan, sekaligus meja statis ini harus dapat mempersatukan segenap
elemen di dalam bangsa Indonesia. Nilai-nila dasar yang lima jumlahnya itu
bersifat tetap dalam arti rumusannya dan urut-urutan letak sila-sila udah tetap,
tidak dapat diubah, sebab Pancasila merupakan filsafat persatuan. Kalau
dirinya dapat berubah berarti tidak mungkin dapat menjadi filsafat persatuan.
2. Dimensi Idealis Ideologi Pancasila
Oleh penggalinya ditunjukkan dengan istilah Leidstar dinamis. Leidstar,
bintang pimpinan. Artinya harus mempunyai tuntunan dinamis kemana rakyat,
bangsa dan negara ini digerakkan. Menurut alenia kedua Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945” perjuangan kemerdekaan Indonesia.......mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaukat, adil dan mekmur”. Kesanalah rakyat, bangsa
digerakkan untuk mencapai atau mewujudkan cita-cita atau tujuannya. Dan di
dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945 cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia disebutkan sebagai berikut :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Butir a,b dan c merupakan tujuan intern bangsa Indonesia
Tujuan itu yang ingin diwujudkan. Akan tetapi tidak cukup adanya
keinginan mewujudkan saja, melainkan harus dibarengi kemauan dan
kemampuan. Oleh karena perlu dipertanyakan apakah benar-benar subyek
pendukung suatu ideologi benar-benar mempunyai keinginan, kemauan dan
kemampuan yang cukup untuk merealisasinya? Dengan menghubungkan atau
mengaitkan antara dimensi realita dan dimensi idealis dari suatu ideologi, maka
kita melihat bahwa dimensi realita itu merupakan landasan atau dasar, dan
dimensi idealisme menggerakkan ke arah tujuan dalam membangun berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jadi dimensi
realitas dan dimensi idealisme ideologi Pancasila ternyata saling kait mengait
dalam arti saling mengisi dan saling melengkapi. Perlu diketahui bahwa dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selalu muncul realita baru
yang mungkin sesuai dengan dimensi realita yang berisi nilai dasar atau
mungkin bertentangan dengan dimensi realita dan bergeraknya realita-realita
baru mungkin juga seirama dan juga mungkin menyimpang ke arah yang tidak
sejalan dengan dimensi idealisme, maka harus segera dibetulkan terutama
dengan mengkaji ulang nilai instrumennya dan nilai praksisnya nilai
instrumental adalah norma-norma yang merupakan penjelmaan dari nilai dasar,
sedangkan nilai praksis adalah norma-norma kelanjutan dari penjelmaan nilai
instrumental yang suda h bersifat operasional untuk dilaksanakan dalam
kenyataan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jadi pembetulan
nilai instrumental dan nilai praksis harus kontekstual. Dengan demikian realita-
realita baru yang selaras dan yang menyimpang, tetapi yang sudah dibetulkan
semuanya menjadi selaras atau sejalan dengan nilai instrumental dan nilai
praksis. Atau sebaliknya nilai-nilai instrumental dan nilai praksis sudah
menjadi sama sebangun dengan realita-realita baru.
3. Dimensi fleksibilitas dari Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila adalah ideologi yang terbuka dan demokratis, sehingga
generasi penerus bangsa senantiasa dapat menggali dan mengembangkan
pemikiran-pemikiran baru dengan tetap menjadikan nilai dasar sebagai tolok
ukurnya. Dengan demikian ideologi Pancasila tidak kehilangan hakekatnya.
Inilah yang dimaksud dengan dimensi fleksibilitas dari ideologi Pancasila.
Dengan demikian ideologi Pancasila akan tetap dapat menjaman. Tidak lekang
oleh panas dan tidak akan lapuk dimakan jaman.
Dalam kaitannya dengan dimensi fleksibilitas ideologi Pancasila, UUD
1945 sudah lebih dulu menegaskannya. Ini ditunjukkan melalui penjelasan
yang tertera dalam angka IV, yang berbunyi : “ Undang-Undang Dasar bersifat
Supel.” Masih menurut angka IV : “ kita harus senantiasa ingat kepada dinamik
kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Masyarakat dan negara Indonesia
tumbuh dan zaman berubah, terutama pada zaman revolusi lahir batin sekarang
ini. Oleh karena itu kita harus hidup secara dinamis, harus melihat segala
gerak-gerik masyarakat dan negara Indonesia”. Dari penjelasan ini jelas
ditunjukkan bahwa dalam masyarakat dan negara Indonesia senantiasa timbul
dan tumbuh realita-realita baru.
II. Macam-macam fungsi dan peran ideologi Pancasila
A. Pancasila sebagai Ideologi dalam kehidupan ketatanegaraan
Ada dua hal yang perlu dipahami benar-benar dalam sub judul ini. Pancasila
sebagai ideologi dalam kehidupan ketatanegaraan :
Pengertian ideologi dalam sub judul ini dan
Ruang lingkup kehidupan kenegaraan
Bangsa Indonesia sebagai suatu kelompok manusia, maka ia membentuk ide-
ide dasar dalam segala hal dalam aspek kehidupan manusia yang dicita-citakan.
Kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar tersebut secara ketatanegaraan
disebut ideologi. Dan ini berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan
direalisir dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
(Indonesia). Ideologi ini akan memberikan stabilitas arah sekaligus memberikan
dinamika gerak menuju yang dicita-citakan. Dan perkembangan tumbuhnya
ideologi bangsa Indonesia dimulai semenjak 18 Agustus 1945 adalah Pancasila.
Hal yang kedua menganalisa Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan
ketatanegaraan, maka hal ini berarti kita berhadapan dengan kehidupan
kenegaraan yang konkrit. Suatu negara dapat kita lihat dari suatu kesatuan yang
utuh dan juga dapat kita lihat dalam strukturnya. Dengan teori dua segi ini kita
harus mengetahui ruang lingkup ketatanegaraan dimana ideologi Pancasila di
implementasikan. Jika kita melihat negara dari suatu kesatuanyan bulat dan utuh,
maka kita dapat menganalisa tentang arti negara, atau sifat hakekat negara,
pembenaran adanya negara, terjadinya negara dan tujuan bernegara. Apabila kita
menganalisa strukturnya meliputi:unsur-unsur negara, kekuasaan tertinggi dalam
negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, hubungan pusat dan daerah
(otonomi) atau sendi-sendi pemerintahan perwakilan, alat perlengkapan negara,
konstitusi, fungsi kenegaraan dan kerjasama antar negara.
1. Arti Negara
Cara pandang bangsa Indonesia yang diutarakan prof. Soepomo adalah cara
pandang integralistik, negara di pandang sebagai satu kesatuan organis. Dr.
Muhammad Hatta tidak setuju cara pandang integralistik Jerman, karena dapat
menumbuhkan negara kekuasaan, sekalipun ada kemiripan dengan cara pandang
Indonesia tentang satunya macro dan mikrocosmos. Oleh karena itu Dr.
Muhammad Hatta mengusulkan dilengkapinya cara pandang integralistik
tersebut dengan kemerdekaan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat.
Dengan diterimanya usul Bung Hatta ini maka terbentuklah integralistik
Indonesia. Negara di dalam cara pandang Indonesia, tidak akan memiliki
kepentingan sendiri (kepentingan pemerintah) terlepas atau bahkan bertentangan
kepentingan orang seorang rakyatnya.di dalam cara pandang integralistik
Indonesia, maka di dalam negara semua pihak mempunyai fungsi masing-
masing dalam suatu kesatuan yang utuh.
2. Terjadinya Negara
Negara Republik Indonesia lahir pada jam 10.00 tanggal 17 Agustus 1945
dan tidak ada satupun warga negara Indonesia yang menyangkalnya. Menurut
alenia II pembukaan UUD 1945 terjadinya negara Indonesia melalui rangkaian
tahap-tahap yang berkesinambungan. Rincian tahap-tahap itu sebagai berikut:
a) Perjuangan kemerdekaan Indonesia
b) Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan
c) Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
3. Tujuan Bernegara
Tujuan bernegara atau kehidupan nasional atau tujuan nasional pada
umumnya dalam negara yang berbentuk Republik adalah untuk mengurusi
kepentingan umum. Demikian pula negara Republik Indonesia dalam hal ini
kepentingan umum bangsa Indonesia secara ketatanegaraan adalah terwujudnya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila menurut alenia keempat
pembukaan UUD 1945 adalah:
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
(wilayah)
b) Memajukan kesejahteraan umum
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi,
kemerdekaan dan keadilan sosial.
Operasionalisasinya untuk mencapai tujuan negara menurut penjelasan UUD
1945, maka pertama-tama di ciptakan pokok-pokok pikiran dalam pembukaan
ini ke dalam pasal-pasal sebagai instruksi bagi penyelenggara negara untuk
menyelenggerakan kehidupan negara (ketertiban) dan menyelenggarakan
kesejahteraan sosial (kemakmuran).
4. Tata Negara
Kalau kita meninjau negara dilihat dari sudut pandang strukturnya, maka kita
temukan ada empat kelompok masalah yaitu :
Tata organisasi suatu negara
Tata jabata suatu negara
Tata hukum suatu negara
Tata nilai yang dicita-citakan di dalam kehidupan kenegaraan
Apabila suatu organisasi kita dalilkan sebagai suati kerjasama berdasarkan
pembagian kerja yang tetap. Maka suatu pekerjaan yang tetap di dalam
organisasi kita sebut fungsi yang diselenggarakan atau diemban oleh seseorang
(pelaku). Fungsi tersebut tetap sifatnya, sedang pelakunya dapat berganti-ganti.
Dengan cara pandang demikian, maka organisasi negara berbentuk organisasi
fungsional yang karena berubah-berubah pelakunya, sedang yang tetap
jabatannya, maka disebut organisasi jabatan, sehingga kita berhadapan dengan
tata jabatan.
Secara ketatanegaraan, maka tata organisasi merupakan hal yang fundamental
dari kehidupan ketatanegaraan.
1) Bentuk negara
Bangsa Indonesia memilih bentuk (organisasi) negara yang dinamakan
Republik, yang merupakan suatu pola yang mengutamakan pencapaian
kepentingan umum atau kesejahteraan yang ingin dicapai dalam hidup
berkelompok. Dilhat dari segi susunannya atau segi penggabungan bagian-
bagian negara maka bentuk organisasi negara dibedakan menjadi negara
kesatuan atau negara serikat (federal). Dan pilihan bangsa Indonesia di dalam
hal bentuk negaranya yaitu kesatuan dan Republik. Kemudian di dalam teori
kenegaraan berkembang pembedaan lain yaitu pembedaan demokrasi dan
diktator. Pola demokrasi yang di inginkan bangsa Indonesia membentuk tata
nilai tentang tatanan kenegaraan yang di inginkan bangsa Indonesia ini
dirumuskan di dalam UUD 1945. Ia merupakan demokrasi politik Indonesia
atau demokrasi Pancasila.
2) Bentuk pemerintahan
Bentuk pemerintahan ialah pola yang menentukan hubungan antara
lembaga-lembaga negara dalam menentukan gerak kenegaraan, sistem
pemerintahan negara yang dipilih bangsa Indonesia sebagai berikut:
a) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
b) Pemerintahan atas sistem konstitusi tidak bersifat absolute
c) Kedaulatan du tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
d) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD
e) Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang diangkat dan diberhentikan
oleh presiden
f) Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
g) DPR mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan
3) Unsur-unsur negara
Secara klasik unsur-unsur negara adalah pemerintah, bangsa dan wilayah.
Unsur wilayah negara dirumuskan dengan istilah” seluruh tumpah darah
Indonesia” cara pandang integralistik tentang rumusan pemerintah negara.
Oleh karena itu jika konsisten dengan cara pandang ini seharusnya kita
sebutkan adanya:
a) Penyelenggara negara di bidang pembentukan peraturan perundangan
(legislatif)
b) Penyelenggara negara di bidang penerapan hukum (eksekutif)
c) Penyelenggara negara di bidang penegakan hukum (yudikatif)
d) Penyelenggara negara di bidang kepenasehatan dan sebagainya
4) Sendi pemerintahan
Sendi pemerintahan adalah suatu prinsip untuk dapat menjalankan
pemerintahan dengan baik dimana ada anggapan bahwa pemerintah dengan
baik adalah membagi negara di dalam beberapa wilayah. Untuk masalah ini
UUD 1945 setelah amandemen yang ke 2 dalam pasal 18 di atur sebagai
berikut:
a) Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi,
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan UU.
b) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kebupaten dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
c) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota itu memiliki
dewan perwakilan rakyat daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum
d) Gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.
5) Tata Jabatan
Masalah tata jabatan muncul karena adanya anggapan bahwa di dalam
organisasi negara yang tetap adalah jabatannya, sedang pelakunya dapat
berubah. Permasalahan tata jabatan dirinci dalam sub masalah yang kesemuanya
menganalisa negara dalam strukturnya. Sub masalah tersebut dirinci dalam :
a) Masalah perwakilan (sistem dan kelembagaannya)
b) Masalah penggolongan-penggolongan penduduk
c) Masalah alat perlengkapan negara
Ragam perwakilan rakyat menurut UUD 1945, setelah amandemen yang ke 4
yaitu MPR terdiri atas anggota DPR dan onggota DPRD yang dipilih melalui
pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan UU. Tugas MPR diatur dalam
pasal 3 UUD 1945 sebagai berikut:
a) MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD
b) MPR hanya dapat menggantikan Presidan dan Wakil Presiden dalam
masa jabatan menurut UUD
III. Pancasila sebagai ideologi partai politik
A. Pengertian Partai Politik
Menurut UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik, Partai
Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Secara umum Parpol adalah suatu organisasi yang disusun secara rapi dan
stabil yang dibentuk oleh sekelompok orang secara sukarela dan mempunyai
kesamaan kehendak, cita-cita, dan persamaan ideologi tertentu dan berusaha
untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum untuk
mewujudkan alternatif kebijakan atau program-program yang telah mereka
susun.
B. Tujuan Partai Politik
Tujuan parpol adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna
melaksanakan mewujudkan program-program yang telah mereka susun sesuai
dengan ideologi tertentu.
IV. Pancasila sebagai ideologi dasar pembangunan
A. Makna Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses
pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan
Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain, pembangunan nasional dapat diartikan
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan Tujuan Nasional.
Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana,
menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu
peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Oleh karena itu,
sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia
secara benar, adil, dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan
penyelenggara negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.
B. Hakikat Pembangunan Nasional
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti
dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut :
1. Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh
dalam seluruh kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk
manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Dalam
pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur sosial
budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh
wilayah tanah air.
3. Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat
Indonesia, sehingga pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan
menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepriadian
Indonesia pula.
4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah.
Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah
berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan
suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan Pemerintah
saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu
kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
C. Tujuan Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional
seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam
alinea II Pembukaan UUD 1945.
V. Ideologi pancasila ditengah-tengah ideologi bangsa lain
Ditengah perkembangan dunia yang semakin mutakhir, terdapat beberapa
hal yang cukup kontradiksi mengenai pandangan kehidupan bangsa terhadap
pribadi bangsa masing-masing yang terkadang menimbulkan perselisihan antara
negara satu dengan negara yang lain, karena belum tentu paham negara mereka
sama. Di dunia terdapat banyak ideologi yang berkembang. Namun yang dibahas
pada makalah ini hanya lima ideologi saja, yakni ideologi Liberalisme,
Komunisme, Sosialisme, Kapitalisme,Fasisme, dan akan dibandingkan dengan
dengan Ideologi Pancasila yang sejak dahulu hingga sekarang dijadikan sebagai
pedoman hidup bagi bangsa Indonesia.
Sebelum membahas mengenai ideologi besar di dunia, perlu kita ketahui
bahwa ideologi berasal dari kata Yunani yaitu “Ideos” yang artinya pikiran,
gagasan, ide. Dan” logos” yang berarti ilmu. Menurut Puspowardoyo (1992)
menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan
dan nilai yaang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau
masyarakat untuk memahami lingkungan dan bumi seisinya, serta menentukan
sikap dasar untuk mengolahnya. Pancasila ebagai ideologi bangsa dinilai sebagai
hasil yang berasal dari pemikiran bangsa Indonesia dan nilai tersebut digali dari
adat istiadat dan kebudayaan bangsa.
Jadi pengertian ideologi secara umum adalah kumpulan suatu gagasan ,
ide,pikiran yang bersifat sistematis dan mengarah pada pengaturan tingkah laku
dalam berbagai aspek kehidupan.
Aspek/
IdeologiPancasila Liberalisme Sosialisme Komunisme
Politik
Hukum
- Demokrasi
Pancasila
- Hukum untuk
menjunjung tinggi
keadilan dan
keberadaan individu
dan masyarakat
- Demokrasi
liberal
- Hukum untuk
melindungi
individu
- Dalam politik
mementingkan
individu
- Demokrasi
untuk kolektifitas
- Diutamakan
kebersamaan
- Masyarakat
sama dengan
negara
- Demokrasi
rakyat
- Berkuasa
mutlak satu
partai politik
- Hukum untuk
melanggengkan
komunis
Ekonomi - Peran negara ada
untuk tidak terjadi
yang merugikan
rakyat
- Peran negara
kecil
- Swasta
mendominasi
- Kapitalisme
- Monopolisme
- Persaingan
bebas
- Peran negara ada
untuk pemerataan
- Keadilan
distributif yang
diutamakan
- Peran negara
dominan
- Demi
kolektivitas
berarti demi
negara
- Monopoli
negara
Agama - Bebas memilih salah
satu agama
- Agama harus
menjiwai dalam
kehidupan
bermasyarakat
berbangsa dan
bernegara
- Agama
urusan pribadi
- Bebas
beragama :
Bebas
memilih agama
Bebas tidak
beragama
- Agama harus
mendorong
berkembangnya
kebersamaan
- Agama candu
masyarakat
- Agama harus
dijauhkan dari
masyarakat
- Atheis
Pandangan - Individu diakui - Individu - Masyarakat lebi - Individu tidak
terhadap
individu
dan
masyarakat
keberadaannya
- masyrakat diakui
keberadaannya
- Hubungan individu
dan masyarakat
dilandasi 3 S
(selaras,serasi,seimba
ng
- Masyarakat ada
karena individu
- Individu akan punya
arti apabila hidup
ditengahtengah
masyarakat
lebih penting
daripada
msyarakat
- Masyarakat
diabdian bagi
individu
h penting dari
pada individu
penting
- Masyarakat
tidak penting
- Kolektifitas
yng dibentuk
negara lebih
penting
Ciri khas - Keselarasan,
keseimbangan, dan
keserasian dalam
setiap aspek
kehidupan
- Penghargaan
atas HAM
- Demokrasi
- Negara
hukum
- Menolak
dogmatis
- Reaksi
terhadap
absolutisme
- Kebersamaan
- Akomodasi
- Jalan tengah
- Atheisme
- Dogmatis
- Otoriter
- Ingkar HAM
- Reaksi
terhadap
liberalisme dan
kapitalisme