Download - pakan ikan
Tugas makalah nutrisi ikan
HASIL ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG JANGKRIK
Oleh:
KELOMPOK 7
M. Yusuf Akbar 060710139p
Diana Meritasari 060710148p
Faricha RN 060710172p
Myrna Budi R 060710283p
Fajar Nur Cahya 060710296p
Nur Hidayati Robi 060710312p
Rahmad Hari P 060710390p
Yesi Megayana 060710394p
Nienda Paramita 060710404p
PRODI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN
KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2009
http://fpk.unair.ac.id Page 1
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar ............................................................................................... i
Daftar isi ........................................................................................................ ii
Bab I pendahuluan ......................................................................................... 1
I.1 latar belakang ................................................................................. 1
I.2 manfaat ........................................................................................... 5
I.3 tujuan .............................................................................................. 5
Bab II Tinjauan pustaka ................................................................................. 6
Bab III Materi dan Metode ............................................................................ 11
Bab IV Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 22
Bab V Penutup ............................................................................................... 32
V.1 kesimpulan .................................................................................... 32
V.2 saran .............................................................................................. 33
Daftar pustaka ............................................................................................... 34
http://fpk.unair.ac.id Page 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil alamin, puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang
mana telah memberikan Rahmat serta Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah nutrisi ikan , yang berjudul “HASIL ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG
JANGKRIK”yang mana di dalamnya akan dibahas tentang adanya perbedaan tentang hasil dari
pustaka dan anlisis pada laboratorium pakan ternak di FKH.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak agustono, selaku
PJMK mata kuliah nutrisi ikan dan Ibu mirni lamid selaku dosen pembimbing praktikum mata kuliah
nutrisi ikan serta dukungan dari beberapa pihak dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penyusun menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih menyimpan
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan adanya saran
guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan khasanah ilmu
pengetahuan yang berarti bagi semua pihak.
Surabaya, januari 2010
Penyusun
http://fpk.unair.ac.id Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pakan merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menunjang aspek budidaya
dalam suatu keberhasilan usaha budidaya. Pakan ini terdiri dari beberapa campuran bahan
pakan yang nantinya akan menghasilkan suatu pakan yang digunakan untuk konsumsi bagi
ikan. Pakan ini mempunyai berbagai sumber baik vitamin maupun mineral yang ada atau
terkandung dalam pakan tersebut.Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam budidaya, pakan
harus dilihat dalam kandungan gizi dan nutrisi yang digunakan dalam pertumbuhan ikan.
Konversi pakan yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya
ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi
pembudidaya, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan yang merupakan sesuatu yang
sangat kritis sebab pakan ini menghabiskan sekitar 50% dari biaya produksi budidaya.
Formula pakan yang terkandung di dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan gizi
pakan yang dibutuhkan untuk budidaya ikan, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Mutu pakan akan tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan oleh
ikan. Akan tetapi, perihal gizi pada pakan bermutu sukar untuk digambarkan dikarenakan
banyaknya interaksi yang terjadi antara berbagai bahan gizi selama dan setelah penyerapan di
dalam pencernaan ikan Pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan (feedstuffs)
yang bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali digunakan karena
sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut tergantung pada:
kandungan bahan gizinya; kecernaannya (digestibility) dan daya serap (bioavailability) ikan;
tidak mengandung anti nutrisi dan zat racun; tersedia dalam jumlah banyak dan harga relatif
murah. Umumnya bahan baku yang digunakan untuk pakan terbuat dari tumbuhan dan
mineral. Ada juga yang berasal dari limbah atau produk sampingan.Bahan tersebut dapat di
datangkan dari sekitar atau luar area budidaya.
Dalam membuat pakan buatan untuk ikan, harus diperhatikan beberapa factor bahan
baku untuk pakan, yaitu ketersedian, harga yang wajar dan kandungan gizi yang cukup.
Pakan ikan buatan yang diberikan di kategorikan menjadi:
http://fpk.unair.ac.id Page 4
1. Pakan alami, merupakan kelompok pakan yang berasal dari hewan yang berukuran renik
sampai ukuran beberapa centimeter yang di kultur atau dikumpulkan dari alam; contohnya
adalah Artemia, Daphnis dan Cacing Sutra. Pakan alami ini dapat juga berasal dari tumbuhan,
misalnya fitoplankton dan daun talas
2. Pakan lembek, merupakan cincangan ikan-ikan rucah dan cumi-cumi yang langsung
diberikan kepada ikan. Daya tahan pakan lembek ini 2 – 3 hari dalam lemari pendingin.
3. Pakan kering lengkap, merupakan pakan berbentuk pelet, “flake” dan “crumble” dengan
kadar air rendah sehingga daya tahannya bisa 3 – 4 bulan dan kandungan gizinya cukup
lengkap karena dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah yang akan dikupas lebih
mendalam.
Bahan baku pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Banyak sekali bahan baku nabati yang dapat diberikan kepada unggas, bahan baku nabati inilah, yang menyebabkan harga pakan menjadi dapat ditekan.
Dari sekian banyak bahan baku nabati, 70 – 75% merupakan biji-bijian dan hasil
olahannya, 15 – 25% limbah industri makanan, dan sisanya hijauan sebagaimana layaknya
bahan pakan yang berasal dari biji-bijian, bahan pakan nabati ini sebagian besar merupakan
sumber energi yang baik, tetapi karena asalnya dari tumbuhan, kadar serat kasarnya tinggi.
Sebagai sumber vitamin, beberapa bahan berbentuk bijian.
Bahan pakan ikan sebaiknya memiliki kandungan nutrisi yang seimbang, seperti :
SUMBER PROTEIN. Kebutuhan protein untuk ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti ukuran ikan, temperatur air, rata-rata pemberian pakan (feeding rate), ketersediaan
dan kandungan gizi pakan, keseluruhan kandungan energi yang dapat dicerna oleh ikan dan
mutu protein tersebut. Mutu protein tergantung pada kuantitas dan kualitas asam amino
esensial yang terkandung di dalamnya serta daya serapnya (bioavailability).Protein yang
dicerna oleh ikan digunakan sebagai sumber energi untuk pembaruan/mengganti jaringan
yang rusak dan pertumbuhan ikan. Oleh karena pemakaian protein pakan akan sangat
berguna jika semua protein tersebut digunakan untuk pertumbuhan atau perbaikan jaringan
dan dapat dikatabolisme sebagai energi.
SUMBER LEMAK. Lemak merupakan senyawa organik yang penting untuk penyusunan
membran sel pada tanaman, hewan dan mikroba.Lemak merupakan senyawa tidak larut air
http://fpk.unair.ac.id Page 5
tetapi dapat larut pada pelarut nonpolar (bukan air), seperti eter dan alkohol. Fungsi lemak
secara umum adalah:
1. sumber energy metabolism, adenosine triphospat(ATP). Lemak memiliki energy kira-
kira dua kali lebih tinggi dari energy protein dan karbohidrat.
2. Sumber asam lemak esensial (EFA) yang berperan penting untuk pertumbuhan dan
pertahanan.
3. Komponen penting pada membran sel dan subsel.
4. Sumber steroids yang berperan penting terhadap fungsi biologi seperti pemeliharaan
sistem membran, transport lipid, dan prekursor hormon steroid.
SUMBER KARBOHIDRAT. Karbohidrat merupakan senyawa organik terbesar yang biasa
terdapat pada tanaman, seperti : gula sederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat
lain yang berhubungan Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat
menggantikan sumber energi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat untuk
menggantikan protein dan lemak sebagai sumber energi dapat dimaksimalkan untuk
mengurangi biaya pakan, karena sumber energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah
dicerna dan dimanfaatkan oleh ikan.Sumber karbohidrat seperti tapioka, terigu, alginat, agar,
karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakan untuk menjaga stabilitas
kandungan air pada pakan ikan dan udang.
MIKRONUTRIEN. Banyak komponen lain ditambahkan di dalam formulasi pakan
disamping sumber bahan gizi yang utama (protein, lipid, karbohidrat). Di dalam formulasi
pakan lengkap, mikronutrien ditambahkan dalam jumlah kecil dalam bentuk campuran
vitamin dan mineral karena alasan ekonomi, zat-zat lain juga ditambahkan ke dalam
formulasi pakan yang bertujuan untuk menjaga mutu pakan dari kerusakan oleh jamur selama
penyimpanan dan menjaga stabilitas air pada pakan. Zat-zat tersebut antara lain: perekat
sintetik, antioksidan dan inhibitor jamur. Beberapa zat-zat juga ditambahkan ke dalam pakan
untuk membuat ikan agar lebih atraktif seperti figmen dan atraktan.
KUALITAS BAHAN BAKU. Untuk memproduksi pakan yang berkualitas diperlukan bahan
baku pakan yang juga berkualitas. Bahan-bahan baku tersebut perlu dilindungi selama proses
ataupun selama penyimpanan. Beberapa bahan baku juga mengandung zat anti nutrisi yang
dapat menghambat pemanfaatan gizi (seperti protein) oleh ikan atau udang. Sebagai contoh:
http://fpk.unair.ac.id Page 6
jenis kacang-kacangan yang mengandung zat penghambat tripsin dan kimortripsin (asam
amino) sehingga enzim yang ada didalam ikan tidak dapat menyerap protein. Oleh karena itu,
beberapa bahan baku perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimasukkan
ke dalam formulasi pakan. sebagian zat anti nutrisi ada yang mudah dihilangkan cukup
dengan pemanasan, tetapi ada juga yang sulit dihilangkan dengan pemanasan.
Dalam menyiapkan pakan, sasaran utama bukan hanya mencampur bahan-bahan baku tetapi
melindungi bahan-bahan baku tersebut selama proses. Seringkali, sebelum bahan-bahan
tersebut digunakan, bahan tersebut harus diproses untuk menghilangkan zat-zat yang dapat
menghambat pemanfaatangizi (seperti protein) oleh ikan atau udang. Sebagai contoh: jenis
kacang-kacangan yang mengandung zat penghambat tripsin dan kimortripsin (asam amino)
sehingga enzim yang ada didalam ikan tidak dapat menyerap protein. Oleh karena itu,
beberapa bahan baku perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimasukkan
ke dalam formulasi pakan. sebagian zat anti nutrisi ada yang mudah dihilangkan cukup
dengan pemanasan, tetapi ada juga yang sulit dihilangkan dengan pemanasan.
Dalam menyiapkan pakan, sasaran utama bukan hanya mencampur bahan-bahan baku
tetapi melindungi bahan-bahan baku tersebut selama proses. Seringkali, sebelum bahan-
bahan tersebut digunakan, bahan tersebut harus diproses untuk menghilangkan zat-zat yang
dapat menghambat pemanfaatan bahan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Proses tersebut
bertujuan agar gizi pakan lebih efektif dimanfaatkan oleh ikan. Penyimpanan pakan juga
harus diperhatikan seperti proses penyiapan dan pengolahan, karena mempengaruhi umur
simpan dari pakan tersebut.
1.2 Manfaat
Memberikan informasi tentang berbagai bahan baku pakan beserta kandungan
gizinya dengan pembuktian menggunakan uji analisis proksimat. Pada kelompok 7
menggunakan bahan pakan tepung jangkrik.
http://fpk.unair.ac.id Page 7
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang bahan baku pakan beserta kandungan gizinya dengan
pembuktian menggunakan uji analisis proksimat. Pada kelompok 7 menggunakan
bahan baku pakan tepung jangkri
http://fpk.unair.ac.id Page 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TEPUNG JANGKRIK
2.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
phyllum : Chordata
kelas : insekta
genus : Grillus
spesies : Grillus spp
hewan ini banyak di temui pada daerah persawahan dengan tempat hidupnya berada
di tempat-tempat yang tersembunyi. Makanan dari jangkrik ini berupa tumbuh-
tumbuhan hijau.Pada sebuah penelitian mengungkapkan bahwa jangkrik mengandung
asam amino, omega 3 dan omega 6.Selain itu, jangkrik juga mengandung hormone-
hormon steroid serta protein kolagen. Sehingga, jangkrik ini dapat digunakan untuk
bahan baku industry farmasi dan kosmetik. Selain itu, kandungan dari hormone-
hormon protein, enzim perencanaan dan enzim untuk katalis metabolisme serta
berbagai vitamin yang ada yang hingga saat ini belum terungkap.
2.2 Kandungan Nutrisi Tepung Jangkrik
Air , 6,84%
Energy, 1,05 Kkal
Protein, 60,90%
http://fpk.unair.ac.id Page 9
Lemak, 21,79%
Karbohidrat, 0,19%
Serat, 5%
Mineral
Ca, 0,71%
P, 0,03%
Na, 0,31%
K, 0,68%
Mg, 0,05%
Fe, 127,32ppm
Asam amino
Glutamate, 620%
Serin, 4,18%
Glysin, 3,54%
Treonin, 4,19%
Alanin, 3,19%
Tyrosin, 8,41%
Valin, 5,36%
Metionin, 0,79%
http://fpk.unair.ac.id Page 10
Sistein, 46,66%
Leusin, 4,99%
Lisin, 12,80%
Asam lemak
Kaproat, 0,01%
Kaprilat, 0,02%
Laurat, 0,61%
Miristat, 0,31%
Miristoleat, 0,10%
Palmitat, 9,20%
Palmitoleat, 0,082%
Margarine, 0,22%
Stearat, 40,22%
Oleat,9,84%
Linoleat, 9,41%
Linolenat, 13,23%
EPA, 7,00%
ARA, 3,33%
DHA, 5,20%
Lignoserat, 1,22%
http://fpk.unair.ac.id Page 11
2.3 MANFAAT DAN KANDUNGAN TEPUNG JANGKRIK
Jangkrik merupakan hewan serangga yang mempunyai kandungan protein
yang sangat tinggi dari pada serangga yang lain. Selain protein, jangkrik juga
mengandung beberapa asam amino baik asam amino 3 dan asam amino 6. Selain itu,
juga terdapat enzim dan mineral lainya yang kesemuanya itu digunakan sebagi bahan
baku untuk berbagai bidang, misalnya dalam bahan baku pakan ikan, untuk farmasi
dan untuk kosmetik.
Protein yang terkandung di dalam jangkrik ini sebanyak 60% lebih, dengan
komposisi asam amino cukup lengkap.Tetapi penggunaan jangkrik ini belum terbiasa
hanya di gunakan sebagai pakan burung dan ikan.Selain protein, asam amino di dalam
tubuh jangkrik juga sangat besar.Asam amino digunakan untuk menyusun protein
asam amino esensial dan asam amino non esensial.Asam amino ini digunakan sebagai
konsumsi untuk manusia juga.
Selain protein yang mengandung asam amino juga terdapat protein
kolagen.Protein kolagen ini dapat di pergunakan sebagai bahan untuk pembuatan
kosmetik pada industry farmasi.Protein kolagen ini digunakan untuk penghambat
pada penuaan pada kulit. Tetapi kadar protein kolagen dalam jangkrik ini sangat
sedikit jumlahnya.
Jangkrik ini juga mengandung EPA dan DHA yang digunakan sebagai asupan
untuk otak.Asam amino ini sangat bagus sekali dalam perkembangan sel otak yang
mana dapat di gunakan untuk peningkatan kecerdasan terutama bagi manusia.
Hormone-hormon penting untuk fungsi reproduksi juga dapat di hasilkan dan
juga hormone-hormon protein. Hormone-hormon tersebut bisa digunakan untuk
manusia tanpa adanya efek samping, karena jangkrik ini mempunyai struktur kimia
sama mirip dengan struktur kimia yang di produksi oleh mamalia seperti manusia.
http://fpk.unair.ac.id Page 12
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Analisis Bahan Kering Bebas Air
Prinsip : Bahan kering adalah bahan yang tersisa/tertinggal setelah kandungan air yang
terdapat pada sampel (bahan pakan) dihilangkan/diuapkan seluruhnya dengan pemanasan
105ºC.
Alat yang digunakan :
Cawan porselen (aluminium), cruss tang, timbangan analitik, oven, exicator yang
berisi silica gel.
Cara kerja :
1. Cawan porselen/aluminium yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105ºC selama 1
jam.
2. Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator.
Tunggu sampai 10-15 menit, lalu ditimbang (= A gram).
3. Cawan diisi dengan sampel ± 5 gram (berat cawan + sampel = B gram). Masukkan
cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105ºC selama 1 malam.
4. Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator selama
10-15 menit. Setelah dingin lalu ditimbang (= C gram).
5. Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
C - A
Kadar bahan kering bebas air = ------------- x 100 %
B - A
http://fpk.unair.ac.id Page 13
Catatan :
- Selalu pergunakan cruss tang untuk memegang cawan porselen. Jangan dipegang
langsung dengan tangan kecuali untuk mencucinya.
- Jangan sering membuka tutup exicator terutama bila di dalamnya terdapat cawan
beserta sampel yang dianalisis. Hal ini untuk menghindari masuknya uap air sehingga
hasil analisis menjadi tidak akurat lagi.
- Usahakan setiap exicator berisi tidak lebih dari 6 buah cawan.
3.2 Kadar Abu
Prinsip :
Abu adalah bahan organic hasil sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan yang
dibakar/dipanaskan pada suhu 500-600oC selama beberapa waktu.
Alat yang digunakan :
Cawan porselen
Cruss tang
Kawat segi tiga
Timbangan analitik
Oven
Exicator
Bunsen
Tanur listrik
Cara Kerja :
1. Cruss dicuci bersih, dibilas dan dikeringkan dalam oven 105oC selama 1 jam
http://fpk.unair.ac.id Page 14
2. Masukan ke dalam exicator selama 10-15 menit kemudian ditimbang ( = A gram )
3. Cruss diisi dengan sampel seberat ±5 gram. Berat cruss + sampel = B gram. Cruss
kemudian dibakar dengan api Bunsen sampai tidak lagi berasap
4. Masukan kedalam tanur listrik dengan temperature 550 oC selama 5 jam. Matikan
tanur listrik dan biarkan sampel berada didalamnya samapi dingin ( butuh waktu ±10
jam )
5. Keluarkan cruss dari tanur kemudian masukan kedalam exicator selama 10-15 menit,
selanjutnya ditimbang (= C Gram )
6. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus :
Kadar Abu :
C - A
---------- X 100 %
B – A
Kadar abu berdasarkan bahan kering (BK) bebas air :
% KADAR ABU
------------------- X 100%
% BK bebas air
Catatan :
Abu yang terbentuk dari pembakaran sampel tidak boleh dibuang (tetap disimpan dalam cruss
yang tertutup). Abu ini nantinya bisa digunakan sebagai sampel dalam analisis mineral
http://fpk.unair.ac.id Page 15
3.3 Analisis Protein Kasar
Cara : Marcam Steel
Prinsip :Asam Sulfat pekat dengan katalisator dapat mancegah ikatan N organik dalam
bahan makanan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N; NO; dan NO2.
Ammonium sulfat dalam suasana basa akan melepaskan NH3 yang kemudian
disuling (destilasi). Hasil sulingan ditampung dalam beakerglas yang berisi H2SO4
0,1 N yang telah diberi indikator. Setelah selesai destilasi, larutan penampung
dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna berubah.
Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan faktor 6,25
(=100/16) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan faktor 16% (16/100).
Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandun nitrogen sebanyak 16%.
Bahan kimia yang digunakan :
Tablet Kjeldhal, H2SO4 pekat, NaOH 40%, Asam Borat, indikator Metil-merah,
Brom cresol green, H2SO4 0,01 N dan aquadest.
Alat yang digunakan :
Labu Kjeldhal 100cc, pemanas labu Kjeldhal, spatula, timbangan elektrik Sartorius,
gelas ukur, labu ukur 250cc, erlenmeyer 100cc dan 1000cc, serta seperangkat alat
Murcam Steel.
Cara Kerja :
1. Timbang sampel seberat ± 0,5 gram di atas kertas yang telah diketahui beratnya,
kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal. Tambahkan ke dalamnya tablet
tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak ¼ bagian kemudian 10cc H2SO4 pekat.
2. Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam. Pemanasan
baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan menjadi hijau/kuning
jernih (butuh waktu ± 1,5 jam). Biarkan beberapa saat sampai labu menjadi dingin.
3. Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan
dengan aquadest sehingga volumenya menjadi 250cc. Tuangkan larutan tersebut ke
dalam erlenmeyer 300cc dan kocoklah sampai homogen.
http://fpk.unair.ac.id Page 16
4. Siapkan erlenmeyer 100cc yang diisi dengan 10cc larutan Asam Borat dan 2 tetes
indikator metil merah serta 3 tetes Brom cresol green untuk menampung hasil
penguapan.
5. Siapkan alat Marcam Steel. Labu destilasi 2000cc diisi dengan air 1000cc dan diisi
dengan beberapa butir batu didih. Taruh erlenmeyer 100cc yang sudah disiapkan tadi
pada rangkaian alat Marcam Steel.
6. Ambil sebanyak 10cc larutan (no.3) dan masukkan ke dalam corong alat Marcam
Steel. Tambahkan NaOH 40% sebanyak 5cc.
7. Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam Steel ke
dalam erlenmeyer. Pemanasan dilakukan selama ± 5 menit terhitung setelah air
mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah mencapai 50cc.
8. Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 0,01 N sampai
warna biru muda berubah menjadi hijau jernih.
9. Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sbb :
Protein Kasar = x 100%
Protein Kasar Berdasar BK = x 100%
Keterangan :
N : Normalitas H2SO4 = 0,01 N
P : Pengenceran = 250/10 = 25
Proses Destruksi (Oksidasi)
Perubahan N-protein menjadi ammonium sufat.
Sample dipanaskan dengan asam sulfat pekat (H2SO4) dan katalisator dapat memecah semua
ikatan N dalam bahan pakan menjadi (NH4)2SO4 kecuali ikatan N = N; NO; dan NO2.
http://fpk.unair.ac.id Page 17
Amoniak dalam asam sulfat terdapat dalama bentuk ammonium sulfat.CO2 dan H2O terus
menguap.SO2 yang terbentuk adalah hasil reduksi dari asam sulfat, SO2 pun menguap.
N-organik + H2SO4 → CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2
Destruksi dihentikan setelah larutan berwarna hijau jernih.
Proses Distilasi (Penyulingan)
Setelah larutan menjadi jernih dan berwarna hijau, labu destruksi didinginkan kemudian
dilakukan pengenceran dengan penambahan aquades.Pengenceran dilakukan untuk
mengurangi kehebatan reaksi jika larutan ditambha alkali.Larutan daijadikan basa dengan
menambahkan NaOH 40%, labu dipasang pada alat penyulingan.Hasil sulingan (uap NH3 dan
air) ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat dalam labu elenmeyer dan membentuk
senyawa (NH4)2SO4. Senyawa ini dalam suasana basa akan melepaskan NH3. NH3 yang
dilepaskan diikat kembali oleh H2SO4 membentuk ammonium sulfat.Penyulingan dihentikan
jika semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu elenmeyer (2/3 bagian cairan
dalam labu penyulingan telah menguap).
2NH3 + 2H2SO4 → (NH4)2SO4 + H2SO4
Proses Titrasi
Kelebihan H2SO4 yang digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan Natrium
Hidroksida.Titrasi dihentikan jika larutan berubah dari ungu ke biru kehijauan.
3.4 ANALISIS LEMAK KASAR
CARA I
http://fpk.unair.ac.id Page 18
Prinsip : Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut lemak ( ether, petroleum ether, petroleum benzene, karbon tetra khlorida
dsb ).
Lemak mengandung C,H dan O. Dalam perbandingan lemak lebih banyak mengandung C
dan H daripada O. Lemak memberikan 2,25 kali energy lebih banyak dibanding dengan
karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung unsur H lebih banyak
daripada unsur O.
Bahan kimia yang digunakan :
karbon tetra khlorida atau petroleum ether.
Alat yang digunakan
Labu penyari, labu Soxhlet, pendinggin Refflux, timbangan analitik, oven, exicator,
cruss tang, spatula, pembakar Bunsen, statif, gelas ukur, kertas saring, benang, gunting
dan kompresor.
Cara 1
1. Timbang sampel sebanyak 1,5 gram (=A gram ) dan bungkus dengan kertas saring
bebas lemak. Ikat kuat-kuat dengan benang.
2. Keringkan dalam oven 1050 C selama 3-4 jam. Masukan dalam exicator 10-15 menit
kemudian ditimbang (= B gram).
3. Masukan dalam labu soxhlet. Tiap labu bias diisi 4-5 buah sampel. Rangkailah alat
ekstrasi Soxhlet dengan lengkap dan taruh di atas penangas air.
4. Tuangkan Karbon tetra khlorida melalui lubang pendingin sampai labu Soxhlet penuh
dan cairan tersebut turun ke dalam labu penyaring. Tambahakan lagi sampai labu
soxhlet terisi setengahnya.
5. Lakukan ekstraksi selama 4-6 jam atau sampai warna Karbon tetra khlorida kembaliu
jernih seperti semula. Matikan penangas air.
http://fpk.unair.ac.id Page 19
6. Tuangkan sisa cairan pelarut yang ada dalam labu soxhlet. Ambil bungkusan sampel
menggunakan cruss tang dan masukkan ke dalam oven 105 0 C selama 3-4 jam.
7. Masukan ke dalam exicator selama 10-15 menit kemudian ditimbang (= C gram).
8. Kadar lemak kasar dapat di hitung dengan rumus sbb.
Kadar Lemak Kasar =
B−CA
×100 %
Kadar Lemak kasar Berdasarkan BK =
% LemakKasar% BKBebasAir
×100 %
ANALISIS LEMAK KASAR CARA II
Prinsip, bahan kimia serta alat yang digunakan : sama dengan cara pertama, namun sampel
yang digunakan dalam analisis ini adalah sampel yang mempunyai kadar lemak yang tinggi
sehingga dikhawatirkan dengan cara I masih banyak lemak yang tidak terlarutkan.
Cara Kerja :
1. Labu penyari dicuci bersih, bila ada sisa lemak di dalamnya dapat dibersihkan dengan
menggunakan sedikit H2SO4 25% atau HCL 10%. Keringkan dalam oven 105o C
selama 1 jam.
2. Masukan labu penyari ke dalam exicator selama 10 – 15 menit kemudian ditimbang
(=A gram).
3. Kertas saring digunting berbentuk bulat dengan garis tengah ± 5 cm lalu dilipat
sebanyak 4 kali sehingga bisa berbentuk kantong kerucut.
4. Timbang sampel ± 1,5 gram (=B gram) dan masukkan dalam kantong kerucut tadi.
http://fpk.unair.ac.id Page 20
5. Tutup bagian atas kantong kerucut dengan menggunakan kapas kemudian masukkan
kedalam labu Soxhlet.
6. Rangkailah alat ekstraksi Soxhlet kemudian letakkan diatas penangas air.
7. Masukkan Karbon Tetraklorida sebanyak 150 cc ke dalam labu Soxhlet. Alirkan air
melalui pendingin Refflux serta panaskan penangas air. Biarkan proses ekstraksi
berjalan selama ± 6 jam.
8. Lepaskan labu penyari dari rangkaian kemudian tiup sisa Karbon Tetraklorida dengan
menggunakan kompresor. Masukkan labu penyari ke dalam oven 105oC selama 1 jam
dan dinginkan dalam exicator 10 – 15 menit kemudian ditimbang. Lakukan
pengeringan dan pendinginan berulang ulang sampai dicapai berat yang konstan (=C
gram).
9. Hitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut :
Kadar lemak = C – A x 100%
B
Kadar lemak berdasar BK = %Kadar lemak x 100%
%BK bebas air
3.5 Analisis Serat Kasar
Prinsip : Serat kasar adalah semua senyawa organic yang tidak larut dalam perebusan berturut
– turut dengan menggunakan larutan asam lemah dan basa lemah. Tujuan
penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan.Penambahan NaOH
untuk menguraikan /penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut.
Sisa pakan yang tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan
diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan
menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan.
Bahan kimia yang digunakan :
http://fpk.unair.ac.id Page 21
1. H2SO4 0,3 N
2. NaOH 1,5 N
3. HCL 0,3 N
4. Aceton , dan
5. H2O panas
Alat yang digunakan :
Erlenmeyer 300 cc, Erlenmeyer penghisap, corong Buchner, spatula, cawan porselen,
gelas ukur, corong, timbangan analitik, oven, penangas air dan kompresor.
Cara kerja :
1. Timbang ± 1 gram sampel ( = A gram ) dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 300
cc. tambahkan 50 cc H2SO4 0,3 N dan didihkankan di atas penangas air selama
30 menit.
2. Tambahkan 25 cc NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit.
3. Alasi corong Buchner dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya ( = B
gram ). Saring larutan dalam Erlenmeyer dengan menggunakan corong Buchner,
bilas Erlenmeyer dengan 50 cc air panas dan saring kembali.
4. Masukkan 50 cc NaOH 0,3 N ke dalam corong Buchner dan biarkan selama 1
menit kemudian hisap dengan compressor melalui lubang yang ada pada
Erlenmeyer hisap.
5. Bilas residu dalam corong Buchner dengan air panas beberapa kali ( ± 5 kali ),
kemudian tuangkan 5 cc aceton ke dalamnya. Biarkan selama 1 menit lalu hisap
dengan compressor.
6. Panaskan cawan porselen selama 1 jam dalam oven 105⁰C, dinginkan dalam
exicator 10-15 menit kemudian ditimbang ( = C gram ). Angkat kertas saring
yang berisi residu dan letakkan dalam cawan porselen tersebut kemudian
dikeringkan dalam oven 105⁰C selama 1,5 jam dan dinginkan dalm exicator
selama ± 30 menit lalu ditimbang ( = D gram ).
http://fpk.unair.ac.id Page 22
7. Masukkan cawan tersebut dalm tanur listrik 550⁰C selama 2 jam. Matikan tanur
listrik dan tunggu samai suhu menunjukkan angka 0⁰F, barulah cawan
dikeluarkan dari tanur kemudian masukan dalam exicator selama ± 15 menit dan
ditimbang ( = E gram ).
8. Hitung kadar serat kasar dengan menggunkan rumus :
Kadar serat kasar
Kadar serat kasar berdasarkan BK
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PRAKTIKUM
TABEL PERBANDINGAN ANTARA HASIL LITERATUR DAN DATA
PRAKTIKUM ANALISIS PROKSIMAT DARI BAHAN PAKAN
TEPUNG JANGKRIK
BK Bebas
Air (%)Abu (%)
Protein
Kasar
(%)
Lemak
Kasar
(%)
Serat
Kasar
(%)
BETN(%)
DATA
PRAKTIKU
90,656 6,811 9,297 33,444 35,986 5,118
http://fpk.unair.ac.id Page 23
M
HASIL
LITERATUR93,18 3,24 60,90 21,79 5 0,12
Keterangan :Semua data yang dicantumkan berdasarkan BK bebas air.
Dari data praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
- Bahan organik : 91,836%
- Bahan anorganik : 6,811%
Nama bahan pakan ternak : Tepung jangkrik
4.1 Bahan Kering Bebas Air :
1. Berat cawan porselen = 8,817 gram ( A )
2. Berat cawan + Sampel = 9,823 gram ( B )
3. Berat sampel = 1,006 gram
4. Berat cawan + sampel ( setelah pengeringan ) = 9,729 gram ( C )
5. Kadar bahan kering bebas air = 90,656 %
Bahan Kering Bebas Air
C – A
-------- x 100 %
B - A
http://fpk.unair.ac.id Page 24
(Berat cawan + sampel setelah pengeringan) – (berat cawan)
-------------------------------------------------------------------------------------- x 100 %
( berat cawan + sampel ) – ( berat cawan )
9,729 – 8,817 0,912
------------------- x 100 % = -------- x 100 % = 90,65%
9,823 – 8,817 1,006
PEMBAHASAN :
Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data
yang terdapat pada literatur. Persentase nilai BK dari hasil praktikum adalah 90,656%,
sedangkan dari literatur adalah 93,18%. Perbedaan nilai BK ini kemungkinan disebabkan
karena kesalahan-kesalahan teknis seperti proses pemanasan dimana suhunya tidak kontinu
sehingga suhu yang di dapat jauh dari yang di harapkan sehingga sampel tidak kering betul
yang mengakibatkan kelembapan pada tepung tidak sepenuhnya kering. Dan penyebab
lainnya adalah penimbangan jumlah sampel yang kurang teliti, yaitu sampel yang diminta
pada buku praktikum adalah kira-kira 0,5g tetapi yang di timabang sebanyak 1g.
4.2 Kadar Abu :
1. Berat cruss porselen = 22,525 gram (A)
2. Berat cruss + sampel = 23,61 gram (B)
3. Berat sampel = 1,085 gram
4. Berat cruss + sampel (setelah pengabuan) = 22,592 gram (C)
5. Kadar abu = 6,175 %
6. Kadar abu berdasar BK bebas air = 6,811 %
http://fpk.unair.ac.id Page 25
Hasil hitungan :
Kadar Abu
C – A
-------- x 100 %
B – A
( Berat cruss + sampel setelah pengabuan ) – berat cruss
-------------------------------------------------------------------- x 100 %
( berat cruss + sampel ) – berat cruss
22,592 – 22,525
-------------------- x 100 %
23,61 – 22,525
0,067
-------- x 100 % = 6,175 %
1,085
Kadar abu berdasarkan BK bebas air
% kadar abu
------------------------- --- x 100 %
% BK bebas iar
http://fpk.unair.ac.id Page 26
6,175 %
----------- x 100 % = 6,811 %
90,656%
PEMBAHASAN :
Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data
yang terdapat pada literatur. Persentase kadar abu dari hasil praktikum adalah 6,175%, dan
kadar abu berdasar BK bebas air adalah 6,811 %. Sedangkan pada literatur adalah 3,24%.
Perbedaan nilai kadar abu ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan-kesalahan teknis
seperti proses pembakaran yang kurang sempurna, karena pada buku petunjuk praktikum
disebutkan bahwa waktu pembakaran di tanur listrik yaitu selama 5 jam. Sedangkan pada saat
praktikum, pembakaran dilakukan kurang dari 5 jam. Selain itu, kemungkinan penyebab lain
dalam hal ini adalah penimbangan jumlah sampel yang kurang teliti.
4.3 Kadar Protein Kasar
1. Berat sampel = 0,519 gram
2. Volume titrasi sampel = 2 cc
3. Normalitas NaOH = 0,01 N
4. Kadar Nitrogen = 1,345 %
5. Kadar Protein Kasar = 8,249 %
6. Kadar protein kasar berdasar BK bebas air = 9,297 %
Hasil Hitungan
Kadar nitrogen
Hasil titrasi x N x 0,014 x P
http://fpk.unair.ac.id Page 27
------------------------------------ x 100 %
Sampel
2 x 0,01 x 0,014 x 25
---------------------------------- x 100 % = 1,34%
0,519
Kadar Protein Kasar
Hasil titrasi x N x 0,014 x 6,25 x 25
--------------------------------------------- x 100 %
Berat sampel
2 x 0,01 x 0,014 x 6,25 x 25
-------------------------------------- x 100 % = 8,429%
0,519
Kadar Protein Kasar Bebas Air
% Protein Kasar 8,429 %
---------------------------- x 100 % = -------------- x 100 % = 9,297 %
% BK bebas air 90,656 %
http://fpk.unair.ac.id Page 28
PEMBAHASAN :
Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data
yang terdapat pada literatur. Persentase kadar protein kasar dari hasil praktikum adalah
8,429% dan kadar protein kasar berdasarkan BK bebas air adalah 9,297%. Sedangkan pada
literatur adalah 60,90%. Perbedaan kadar protein kasar ini kemungkinan disebabkan karena
kesalahan-kesalahan teknis pada saat praktikum dilaksanakan seperti penimbangan jumlah
sampel yang kurang teliti. Juga dapat disebabkan karena waktu pemanasan labu kjeldahl yang
tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Pada saat praktikum dilaksanakan, banyak
waktu-waktu pelaksanaan seperti pengeringan, dll. tidak dilakukan sesuai prosedur yang ada
karena keterbatasan waktu juga.
4.4 Kadar Lemak
1. Berat sampel = 1,504 gram ( A )
2. Berat cawan porselen = 2,836 gram
3. Berat labu penyari + lemak ( 1 ) = 2,541 gram ( B )
4. Berat labu penyari + lemak ( 2 ) = 2,085 gram ( C )
5. Kadar lemak = 30,319 %
6. Kadar lemak berdasar BK bebas air = 33,444 %
Rumus :
C – A
--------- x 100 %
B
Kadar lemak = kertas saring bebas lemak–(Berat kertas saring+sampel)
http://fpk.unair.ac.id Page 29
------------------------------------------------------------------------- x100%
Berat Sampel
2,541 – 2,085
= ----------------- x 100 %
1,504
= 30,319 %
Kadar lemak berdasarkan BK bebas air = % Lemak kasar
--------------------- x 100 %
% Bahan Kering
30,319 %
= ------------- x 100 %
90,656 %
= 33,444 %
PEMBAHASAN :
Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data
yang terdapat pada literatur. Persentase kadar lemak dari hasil praktikum adalah 30,319% dan
http://fpk.unair.ac.id Page 30
kadar lemak berdasarkan BK bebas air adalah 33,444%. Sedangkan pada literatur adalah
21,79%. Perbedaan kadar lemak ini kemungkinan disebabkan karena pelaksanaan praktikum
yang tidak sesuai dengan prosedur, seperti dipersingkatnya waktu pengeringan dalam oven.
Seharusnya sampel dikeringkan dalam oven sekitar 3-4 jam, tapi pada saat praktikum
dilaksanakan, waktu pengovenan dipersingkat sehingga pengovenan hanya berlangsung
kurang dari 3 jam. Kemungkinan juga disebabkan karena waktu ekstraksi yang juga tidak
sesuai prosedur seharusnya. Kebanyakan waktu praktikum dipersingkat karena keterbatasan
waktu praktikum juga.selain itu juga dapat di mungkinkan dari perbedaan jenis jangkrik yang
ditepungkan.
4.5 Kadar Serat Kasar
( berat cawan + reseidu kering ) – ( berat cawan + abu ) – ( berat kertas saring )
------------------------------------------------------------------------------------------x100%
Berat Sampel
25,139 – 23,919 – 1,036
------------------------------- x 100 % = 32,624 %
0,564
Kadar serat kasar berdasarkan BK bebas air
% Serat Kasar 32,624%
http://fpk.unair.ac.id Page 31
------------------- x 100 % = ------- x 100% = 35,986 %
% BK 90,656 %
PEMBAHASAN :
Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data
yang terdapat pada literatur. Persentase kadar serat kasar dari hasil praktikum adalah
32,624% dan kadar serat kasar berdasar BK bebas air adalah 35,986%. Sedangkan pada
literatur adalah 5%. Perbedaan kadar serat kasar ini kemungkinan disebabkan karena
kesalahan-kesalahan teknis sperti waktu pengovenan yang tidak sesuai prosedur. Juga dapat
disebabkan karena waktu pembakaran yang tidak sesuai prosedur sehingga data yang
diperoleh tidak akurat.
BETN = BK – ( PK + LK + SK + ABU )
= 90,656 – ( 9,297 + 33,444 + 35,986 + 6,811 )
= 5,118%
http://fpk.unair.ac.id Page 32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pustaka didapatkan data bahwa BK kering 93,18% didapat abu 3,24%, PK
60,90%, LK 21,70%, SK 5%, dan BETN 0,12%. Dari semua data tersebut sangat berbeda
nyata dengan hasil analisa proksimat yang telah dilakukan. PK pada perhitungan praktikum
diperoleh nilai 9,297% hal ini menunjukkan bahwa fungsi dari tepung jangkrik adalah
sebagai sumber protein, karena terdapat beberapa prosdur kerja pada laboratorium sangat
terbatas sehingga perbedaan antara hasil dengan pustaka sangat berbeda jauh. Selain prosedur
juga dapat diakibatkan dari jenis atau spesiae dari jangkrik tersebut sehingga PK pada
pustaka dengan hasil laboratorium berbeda jauh.
Pada pustaka persentase LK adalah 21,79% sedangkan pada hasil analisa diperoleh
33,444%. Hal ini menunjukkan bahwa pada analisa sampel telah diekstraksi (lemaknya
dibebaskan dahulu) sehingga lemak lebih dari 10%. Hal ini juga akan mempengaruhi nilai
dari SK baik pada pustaka maupun pada hasil analisa proksimat. Dari semua data yang
didapat, perbedaan mungkin karena bahan yang digunakan untuk ekstraksi antara bahan pada
praktikum dan bahan pada pustaka berbeda sehingga menyebabkan data yang didapat antara
pustaka dengan hasil laboratorium berbeda.Selain itu, prosedur kerja analisis dan peralatan
yang digunakan serta waktu yang diperlukan selama proses juga dapat mengakibatkan hasil
dari pustaka dengan laboratorium berbeda.
5.2 Saran
Pemanasan yang baik sebaiknya dilaksanakan pada suhu 105°C – 107oC hal ini
dikarenakan untuk mendapatkan kering yang sempurna membutuhkan suhu yang konstan dan
pemasukan atau pengambilan sampel dengan tepat waktu, sehingga pengeringan secara
sempurna dapat dilakukan dan dapat mengasilkan hasil yang lebih akurat.
http://fpk.unair.ac.id Page 33
http://fpk.unair.ac.id Page 34
DAFTAR PUSTAKA
WWW.Astrik.org// / potensi dan kualitas kandungan jangkrik kalung.
www.google.com feed consumption and utilization in female western tarsier in
capacity
www.google.comFEED OPTIMIZE WITH PROTEIN AND ENERGY PROTEIN LEVEL FOR BROOD STOCK GROWTHof Mystus nigriceps
http://fpk.unair.ac.id Page 35