Download - Pajak PPh Badan
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Perpajakan Pokok Bahasan :Mampu memahami, menjelaskan, mengana-lisa dan menerapkan perencanaan pajak untuk PPh Badan
Universitas Mercu Buana Meruya
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Strata Satu Akuntansi 11
84061 Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi
Abstract KompetensiPerencanaan Pajak untuk PPh Badan merupakan salah satu alat manajer dalam rangka meminimalkan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang meliputi beberapa alternative.
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalis perencanaan pajak untuk PPh Badan, penilaian alternatif/dasar pembukuan , pemilihan metode penyusutan dan methode persediaan.
‘13 1
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Tax Planning Dalam Rangka Mengeffisiensikan PPh Badan
Strategi yang telah diuraikan dalam rangka mengeffisiensikan PPh Badan dengan menerapkan tax
planning yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan. Masing-masing perusahaan
mempunyai karakter masalah yang berbeda-beda sesuai nature of business perusahaan tersebut,
sehingga dalam melakukan perencanaan pajak tidak boleh menggeneralisasi permasalahan, tapi
fleksibel mengikuti alurnya dengan focus kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan Wajib Pajak dalam mengeffisiensikan pembayaran PPh Badan
anatara lain :
1. Memilih system pembukuan yang tepat
2. Memilih metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi aktiva tidak berwujud.
3. Memilih metode penilaian persediaan
4. Pemilihan pemberian kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk natura atau cash
5. Memilih metode Penghitungan Penghasilan dan Biaya(stelselvsstelsel kas).
1. Memilih Penghitungan Penghasilan dan Biaya (stelsel akrul vs stelsel kas)
Wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.Pembukuan diselenggarakan dengan taat
asas dan dengan stelsel akrual(accrual basis) atau stelsel kas(cash basis).
Menurut stelsel akrual,penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu
terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara
tunai.
- Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan berdasarkan metode
prosentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang konstruksi
dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti build operate and transfer
(BOT) dan real estate.
- Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah menganut
prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak messkipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum
sepenuhnya diterima atau pada saat impor Barang Kena Pajak.
Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar telah
diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya
apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam satu periode tertentu.
‘13 2
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa,
misalnya transportasi , hiburan ,dan restoran ,yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan
penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama.
Penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan dapat juga dinamakan stelsel campuran. Oleh
karena itu ,untuk penghitungan Paja Penghasilan dengan memakai stelsel kas harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seuruh penjualan, baik
tunai maupun yang bukan. Dalam menghtung harga pokok penjualan harus diperhitungkan
seluruh pembelian dan persediaan.
2. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-
biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan
amortisasi.
3. Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas.
Apabila dibandingkan antara stelsel akrual dan stelsel kas, menurut versi perpajakan, dalam hal
biaya administrasi dan umum pada basis akrual dibebankan pada saat timbulnya kewajiban,
sedangkan pada basis kas biaya tersebut baru dilaporkan pada saat terjadinya pembayaran.Dari
segi strategi perpajakan, lebih menguntungkan memilih basis akrual dari pada basis kas.
Analisis Perbandingan Pembukuan dan Pencatatan
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib pajak
badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan. Pengecualian diberikan pada Wajib
pajak orang pribadi;
1. Yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sesuai dengan ketentuan peraturan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto; dan
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Semua wajib pajak badan dan bentuk usaha tetap diwajibkan menyelenggarakan pembukuan,
kecuali bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha orang pribadi yang menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran butto tertentu tidak diwajibkan
untuk menyelenggarakan pembukuan.
‘13 3
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung besarnya penghasilan neto bagi Wajib orang
pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tertentu, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan norma perhitungan.
Pencatatan itu terdiri atas data yang dikumpulkan seca teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto dan atau penghasilan bruto yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan
atau yang dikenal pajak yang besifat final, dengan criteria sebagai berikut :
a. Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas,
pencatatan meliputi : Peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya.
b. Bagi Wajib pajakorang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari luar usaha dan
pekerjaan bebas, pencatatannya hanya mengenai : Penghasilan bruto, pengurang, dan
penghasilan neto yang merupakan objek Pajak Penghasilan.
c. Pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenai pajak
yang bersifat final.
2. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi atas aktiva tidak berwujud
Metode penyusutan aktiva tetap diatur dalam PSAK No. 16 . Berbeda dengan akuntansi komersial
yang memperbolehkan perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method),
metode saldo menurun,method jumlah unit, method penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi
pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset, maka untuk tujuan perpajakan,
perusahaan hanya boleh memilih metode garis lurus atau metode saldo menurun.
Sesuai Pasal 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir dengan Undang-
undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, di mana metode penyusutan yang
diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini, dilakukan dengan :
a. Metode garis lurus atau straight-line method:
Metode ini menghasilkan pembebanan yang tetap selama masa umur manfaat aset jika nilai
residunya tidak berubah; atau
b. Metode saldo menurun atau declining balance method
Metode ini menghasilkan pembebanan yang menurun selama masa umur manfaat dengan cara
menerapkan tariff penyusutan atas nilai sisa buku.
Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat asas. Untuk harta
berwujud bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain
bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal
wajib pajak memilih menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa
manfaat harus disusutkan sekaligus.
‘13 4
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Masing-masing metode penyusutan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya dan pilihan
penggunaannya tergantung pada kepentingan pemakainya (users).
Misalnya untuk kepentingan pemegang saham (dividen), lebih cenderung menggunakan metode
penyusutan garis lurus karena akan lebih menguntungkan wajib pajak dari segi labakomersialnya.
Dibandingkan dengan dengan metode garis lurus, metode saldo menurun akan menghasilkan
beban penyusutan lebih besar pada tahun awal pembelian atau perolehan aktiva tetap dan
kemudian makin menurun pada tahun-tahun berikutnya (walaupun pada akhir umur ekonomis
aktiva tersebut jumlah akumulasi penyusutan kedua metode tersebut akan sama) sehingga
perolehan profit ada tahun pertama akan lebih rendah. Yang harus diperhatikan dalam hal ini
adalah future value atas penyusutan fiskalnya, yang akan menghasilkan hasil yang berbeda.
3. Memilih metode penilaian persediaan
Sesuai Pasal 10 ayat (6) Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan
Undang-undang No.36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, di mana metode penilaian
persediaan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
- Penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan
- Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok hanya boleh dilakukan
dengan cara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang didapat pertama
(FIFO).
Penggunaan method penilaian persediaan harus dilakukan secara taat asas dan masing-masing
metode penilaian persediaan memiliki kelebihan dankekurangannya dan pilihan penggunaanya
tegantung pada kepentingan dari pemakainya. (User).
Misalnya, untuk kepentingan pemegang saham (dividen), perusahaan lebih cenderung
menggunakan metode penilaian persediaan FIFO karena akan lebih menguntungkan bagi wajib
pajak dari segi laba komersialnya, sedangkan metode rata-rata akan menghasilkan beban harga
pokok lebih besar.
Dalam analisis berikut ini kita akan melihat perbandingan kedua metode tersebut, harga pokok
barang yang dijual atau dipakai bagaimana untung ruginya penggunaan kedua metode tersebut
ditinjau dari perspektif perpajakan.
Analisis ke dua metode terlihat sebagai berikut :
Rekapitulasi (FIFO)
‘13 5
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Unit Jumlah (Rp)
Saldo Awal 500 400.000,00
Pembelian 1.900 3.250.000,00
Jumlah barang yang tersedia untuk dijual 2.400 3.650.000,00
Penjualan 2.000 2.850.000,00
Saldo akhir 400 800.000,00
Rekapitulasi ( rata-rata) Unit Jumlah (Rp)
Saldo Awal 500 400.000,00
Pembelian 1.900 3.250.000,00
Jumlah barang yang tersedia untuk dijual 2.400 3.650.000,00
Penjualan 2.000 2.929.184,00
Saldo akhir 400 720.816,00
Berdasarkan analisis pada table di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Penggunaan metode FIFO akan menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih kecil
dibandingkan dengan metode rata-rata. Karena laba kena pajak (profit after tax) nya adalah
lebih besar, maka beban PPh badan akan menjadi lebih besar.
2. Penggunaan metode rata-rata akan menghasilkan hargapokok penjualan atau pemakaian
yang lebih besar dibandingkan dengan method FIFO, sehingga karena laba kena pajak (profit
after tax) nya adalah lebih kecil, maka beban PPh badan akan menjadi lebih kecil.
3. Dalam situasi di mana terdapat kecenderungan harga barang semakin naik(tingkat inflasi
tinggi), maka metode rata-rata adalah lebih tepat digunakan.
Pemilihan pemberian kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk natura atau cash
Strategi utama efisiensi PPh badan yang berkaitan dengan biaya kesejahteraan karyawan sangat
tergantung dari kondisi perusahaan, begitupun pemberian natura dan kenikmatan untuk
kesejahteraan karyawan tidak cocok dalam kondisi sebagai berikut :
1. Pada perusahaan yang sedang menderita kerugian
- Di sisi perusahaan atau peber kerja, pemberian natura atau kenikmatan sebagai tunjangan
hanya akan memperbesar pembayaran PPh Pasal 21, sementara PPh badan tetap nihil,
sehingga cara ini tidak efisien dan efektif bagi perusahaan.
2. Pada perusahaan yang dikenakan PPh badan secara final
‘13 6
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
- Di sisi perusahaan atau pemberi kerja, biaya-biaya pemberian natura tersebut tidak
mempengaruhi besarnya PPh badan karena PPh badan final dihitung dari persentase atas
penghasilan bruto sebelum dikurangi dengan biaya-biaya.
- Pemberian dalam natura kepada karyawan,misalnya pemberian sembako atau sembako
sebagai pengganti gaji-uang tunai harus dimasukkan sebagai penambah penghasilan
karyawan yang bersangkutan,shingga penambah penghasilan karyawan yang
bersangkutan, sehingga menambah beban PPh Pasal 21 bai perusahaan.
- Karena itu harus dimaksimalkan pemberian kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk
natura dan kenikmatan yang bukan objek PPh Pasal 21 dengan tujuan meminimalkan
pembayaran PPh Pasal 21 karyawan.
Contoh pemberian penyediaaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai( Pasal 9
ayat 1e UU PPh) dan penyediaan bus antar jemput pegawai (Per-51/PJ/2009).
Terdapat banyak cara untuk mengoptimalkan kesejahteraan karyawan, dengan memanfaatkan
peluang efisiensi beban pajak yang berkaitan dengan pengeluaran biaya sebagai berikut :
1. PPh Pasal 21 karyawan
Piihan terhadap metode PPh Pasal 21 karyawan dapat berupa :
- Bila beban PPh Pasal 21 sepenuhnya menjadi tanggungan karyawan, perusahaan dalam
hal ini hanya sebagai perantara pemotong PPh Pasal 21.
- Bila karyawan diberi tunjangan PPh Pasal 21, tunjangan ini tercantum dalam slip pegawai
dan SPT PPh Pasal 21 karyawan (form 1720), sehingga tunjangan tersebut dikenai PPh
(taxable), dank arena itu boleh dibebankan sebagai biaya(deductible). Dalam laporan laba
rugi perusahaan akan terlihat biaya tunjangan PPh Pasal 21.
- Bila PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan, bukan sebagai tunjangan PPh Pasal 21,
dan karena itu merupakan kenikmatan (benefit in kind) dan tidak boleh dibebankan
sebagai biaya. Dalam laporan laba rugi perusahaan akan akan terlihat biaya PPh Pasal 21
terpisah dari gaji dan tunjangan karyawan lainnya.
2. Pengobatan/kesehatan karyawan
Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memberikan fasilitas
pengobatan untuk kesejahteraan karyawan.
a. Reimbursement kwitansi biaya medical dari dokter/klinik/rumah sakit.
- Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan menengah ke bawah dan tertuang dalam
kontrak kerja, di mana karyawannya diperkenankan berobat ke rumah sakit/klinik/dokter
‘13 7
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
dengan membayar terlebih dahulu, kemudian oleh perusahaan akan diberikan
penggantian(reimbursement) sesuai bukti asli atas nama karyawan qq perusahaan
yang bersangkutan.
- Perlakuan perpajakannya: Pengeluaran semacam ini merupakan bagian dari
penghasilan karyawan yang bersangkutan karena diterima secara tunai dari
perusahaan,boleh dibiayakan(deductible) tetapi harus ditambahkan sebagai
penghasilan karyawan dalam SPT PPh Pasal 21.
b. Karyawan diberi tunjangan pengobatan atau kesehatan(medical allowance) setiap bulan,
sakit maupun tidak sakit.
- Perlakuan perpajakannya : Pengeluaran semacam ini merupakan bagian dari
penghasilan karyawab yang bersangkutan yang diterima secara teratur, boleh
dibiayakan (deductible) tetapi harus ditambahkan sebagai penghasilan karyawan dalam
SPT PPh pasal 21.
c. Karyawan berobat di rumah sakit/klinik/dokter langganan dan pengambilan obat dari apotik
langganan.
- Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan oleh perusahaan menengah keatas ke atas
dan tertuang dalam kontrak kerja,di mana karyawannnya diperkenankan berobat ke
rumah sakit/klinik/dokter yang ditunjuk.
- Perlakuan perpajakannya : Pengeluaran semacam ini merupakan natura atau
kenikmatan (benefit inkinds) dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
d. Perusahaan mendirikan rumah sakit/klinik berikut dokter.
- Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar dan tertuang dalam kontrak kerja, di
mana karyawannya diperkenankan berobat ke rumah sakit/klinik perusahaan.
- Perlakuan perpajakannya: Pengeluaran semacam ini merupakan natura atau
kenikmatan(benefit in kinds) dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Pembayaran premi asuransi untuk pegawai.
Bila perusahaan semakin maju, akan semakin besar juga alokasi dana pembiayaan perusahaan
yang diberikan untuk peningkatan kesejahteraan karyawannya dalam bentuk asuransi di samping
tabungan hari tua.Asuransi yang diberian dapat berupa asuransi yang diberikan dapat berupa
asuransi kesehatan,asuransi dwiguna,asuransi jiwa,asuransi kematian,asuransi kecelakaan kerja,
dan asuransi bea siswa.
‘13 8
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Sesuai Pasal 6 ayat(1) a UU PPh No. 36 Tahun 2008 pembayaran premi asuransi oleh pemberi
kerja untuk kepentingan pegawainya bolehdibebankan sebagai biaya perusahaan(deductible),
tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan (taxable).
Iuran Pensiun dan Iuran JHT/THT yang dibayar oleh perusahaan.
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh PPh Pasal 21 berupa iuran
pension yang dibayarkan kepada dana pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan haritua atau badan penyelenggara jaminan social
tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja (Peraturan Dirjen Pajak No. 31/PJ/2009 dan Pasal 6
UU PPh NO. 36 Tahun 2008).
IUran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan boleh
dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai
biaya.
5. Perumahan untuk karyawan
Ada beberapa alternative fasilitas perumahan yang diberikan oleh perusahaan untuk
kesejahteraan karyawannya.
a. Penempatan pada rumah dinas yang dibuat atau dibeli oleh perusahaan.
b. Penempatan rumah dinas yang disewa oleh perusahaan.
c. Perusahaan memberikan penggantian sewa rumah dinas yang dibayar oleh karyawan,
penggantian ini dimasukkan kedalam tunjangan perumahan bagi pegawai.
d. Perusahaan memberikan tunjangan perumahan kepada karyawan.
Perlakuan Perpajakan
Dasar acuannya adalah Pasal 4(3) huruf d jo Pasal 9 ayat(1) huruf d UU Nomor 7 Than 1983 yang
telah diubah dengan terakhir kalinya dengan UU No. 36 tahun 2008 tenatang Pajak Penghasilan
sebagai berikut :
- Pembayaran untuk pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura kepada karyawan tidak dapat
dipotongkan sebagai biaya perusahaan dalam menghitung penghasilan kena pajak dari
perusahaan yang bersangkutan, sedangkan bagi karyawan yang menerima pemberian
tersebut tidak merupakan penghasilan.
‘13 9
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
- Sebaliknya bilamana diberikan dalam bentuk uang, maka apaa yang diterima oleh karyawan
yang bersangkutan merupakan penghasilan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan
merupakan biaya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan mengacu ke Surat Dirjen Pajak
No.S-1215/PJ.23/1984 yang ditegaskan dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. 42/PJ.23/1984,
maka :
- Alternatif 1 dan 2 termasuk dalam criteria pemberian natura atau kenikmatan sehingga biaya-
biaya terkait seperti biaya eksploitasi atau pemeliharaan ,biaya sewa,tidak boleh dibebankan
sebagai biaya.
- Agar tidak dapat dikatagorikan sebagai natura atau kenikmatan, kepada karyawan yang
menempati rumah dinas diberikan tunjangan perumahan yang dimasukkan ke dalam daftar
upah/gaji karyawan.Besarnya tunjangan ini tidak boleh lebih kecil dari biaya eksploitasi dan
penyusutan rumah tersebut.Dengan demikian hanya eksploitasi rumah dan biaya
penyusutannya dapat dibebankan sebagai biaya.
- Pengeluaran pada alternative 3 dan 4 ini, boleh dibiayakan(deductible),tetapi tunjangan
perumahan harus dicatat dan dilaporkan sebagai unsure penghasilan bagi karyawan dan
dicantumkan dalam daftar upah atau gaji karyawan.
- Biaya sewa rumah yang dibayarkan kepada karyawan merupakan penghasilan
karyawan,sedang bagi perusahaan merupakan biaya yang dapat diperhitungkan di dalam
perhitungan Penghasilan Kena Pajak.
6. Transportasi untuk karyawan
Dasar pengaturannya adalah Surat Dirjen Pajak No. S-1215/PJ.23/1984 yang ditegaskan dalam
Surat Edaran Dirjen Pajak No. 42/PJ.23/1984, dengan menyatakan bahwa masalah transportasi
secara keseluruhan telah diatur dalam surat Direktur Pajak kepada Menteri Tenaga kerja R.I.
tanggal 7 Juni 1984 nomor S-336/PJ.23/1984, yang intinya adalah sebagai berikut :
a. Biaya eksploitasi kendaraan antar jemput karyawan merupakan biaya perusahaan dan bukan
merupakan penghasilan.
b. Seluruh biaya eksploitasi dan depresiasi untuk kendaraan perusahaan yang dikuasai atau
dipegang oleh karyawan tertentu atau dibawa pulang setelah jam keja merupakan penghasilan
karena merupakan kenikmatan.
c. Tunjangan transport yang diberikan kepada karyawan untuk keperluan pergi dan pulang kantor
merupakan penghasilan bagi karyawan dan biaya bagi perusahaan.
‘13 10
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
d. Biaya dalam rangka menjalankan tugas perusahaan, misalnya berupa biaya transport, hotel,
dan sebagainya merupakan biaya perusahaan dan bukan penghasilan karyawan, sepanjang
jumlahnya tidak mengandung unsure-unsur pengeluaran untuk keperluan pribadi.
Transportasi karyawan dari rumah ke tempat kerja dapat diberikan
1. Antar jemput dengan mobil perusahaan
- Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaran bus,minibus, atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai,
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap
kelompok II.
- Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan bus,minibus, atau yang sejenis
yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai, dapat
dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Diberikan kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan peusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya (KEP Dirjen Pajak No. KEP-
220/PJ./2002 tentang Perlakuan PPh atas biaya pemakaian telephon seluler dan
kendaraan perusahaan serta Sura Drjen Pajak No.S-1215/PJ.23/1984 dan Peraturan
Dirjen Pajak No. PER-51/PJ./2009 dan UU PPh No. 36/2008, penjelasan pasal 9 ayat 1
huruf e);
- Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar dapat dibebankan sbagai biya
perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan
besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II.
- Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya pemeliharaan atau perbaikan
rutin dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3. Karyawan yang diberi tunjangan transport, tunjangan transport ini boleh dibebankan sebagai
biaya ,tetapi tunjangan tersebut merupakan penghasilan karyawan yang dikenakan PPh Pasal
21 dan biaya bagi perusahaan.
‘13 11
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Pakaian seragam untuk karyawan
Cara lainnya untuk mengoptimalkan kesejahteraan karyawan adalah melalui pemberian dalam
bentuk natura dan kenikmatan,seperti pakaian seragam untuk karyawan tertentu, yang bisa
dibiayakan.
Kriteria yang disyaratkan oleh fiskus mengenai pemberian natura atau kenikmatan (termasuk
pakaian seragam) ini adalah sebagai berikut :
1. Pemberian natura atau kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi pegawai yang menerimanya adalah :
a. Pemberian atau penyediaaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan
dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut.
c. Pemberian natura atau kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena dafat pekerjaan tersebut
mengharuskannya, meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja,pakaian
seragam petugas keamanan(satpam).Pengertian keharusan dalam pelaksanaan
pekerjaan berkaitan dengan keamanan atau keselamatan pekerja yang diwajibkan oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pemerintah daerah setempat( Peraturan
Dirjen Pajak No. PER-51/PJ./2009).
Perjalanan Dinas Karyawan
Biaya dalam rangka menjalankan tugas perusahaan, misalnya biaya tiket pesawat, hotel,
transportasi, dan sebagainya merupakan biaya perusahaan dan bukan penghasilan karyawan,
sepanjang jumlahnya tidak mengandung unsur-unsur untuk keperluan pribadi (Surat Dirjen Pajak
No.S-1215/PJ-23/1984 yang ditegaskan dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. 42/PJ.23/1984).
Namun dalam praktik, ada pemberian uang saku(travelling Allowance) yang di dalamnya terdapat
komponen biaya perjalanan dinas, dank arena pemberian ini dibiayakan secara tunai sebagai
uang saku, maka pemberian tersebut dikatagorikan sebagai penghasilan bagi karyawan yang
bersangkutan.
Bila perusahaan menginginkan agar travelling allowance tersebut dapat dibiayakan(deductible)
dalam laporan keuangan fiskal perusahaan, maka travelling allowance tersebut harus dimasukkan
‘13 12
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
dalam SPT PPh Pasal 21(form 1721-A1 atas nama karyawan yang bersangkutan sebagai unsur
tambahan penghasilan yang dekenakan PPh Pasal 21.
Misalkan PT.XXX membayar biaya perjalanan dinas Tuan Badu dalam tahun 2011 sebesar Rp 14
juta, yang terdiri dari :
Tiket pesawat 40.000.000
Hotel 50.000.000
Transportasi (Taxi) 20.000.000
Travelling allowance 30.000.000
Total 140.000.000
Untuk biaya tiket pesawat,hotel,dan transportasi(taksi) bisa dibiayakan berdasarkan kwitansi resmi
yang diterima, namun untuk travelling allowance masih harus iertanyakan bagaimana tax planning
yang terbaik bagi perusahaan.
9. Bonus dan Jasa produksi
Ada beberapa trik yang harus diperhatikan dalam pemberian bonus dan gratifikasi, tantieme dan
jasa produksi kepada komisaris, direksi, atau pegawai sebagai berikut :
1. Dalam pemberian bonus dan gratifikasi , tantiem dan jasa produksi tersebut, bisa diperlakukan
sebagai biaya perusahaan (deductible), bilaman dibebankan dalam biaya tahun
berjalan.Namun bila dibebankan ke pos laba ditahan(retained earning), tidak bisa merupakan
biaya perusahaan.
2. Tantieme merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada direksi dan komisaris dari
pemegang saham yang didasarkan pada prosentase tertentu dari laba perusahaan setelah
kena pajak, tidak dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak
dan bagi penerimanya merupakan penghasilan dan dikenakan PPh Pasal 21.
3. Untuk keperluan perencanaan pajak, harus dihindari pembayaran gaji, bonus.gratifikasi jasa
produksi yang melebihi kewajaran kepada pemegang saham yang juga menjadi
komisaris,direksi,atau pegawai karena pembayaran tersebut merupakan dividend an tidak
boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, sehingga dipotong PPh Pasal 25/26.
10. Pemberian natura di daerah tertentu dan atau terpencil
Pemberian natura atau kenikmatan di daerah tertentu/terpencil, diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan No. 83/PMK.03/2009 dan Peraturan Dirjen Pajak No. 51?PJ./2009.
1. Pengertian daerah terentu atau terpencil
‘13 13
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
a. Daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi
keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh
transportasi umum, baik melalui darat,laut maupun udara,sehungga untuk mengubah
potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata,penanaman modal
menanggung resiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relative panjang.
b. Termasuk daerah perairan laut dengan kedalaman lebih dari 50 m yang di dasar lautnya
memiliki cadangan mineral.
2. Pemberian natura atau kenikmatan yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah :
a. Pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, meliputi :
- Pemberian makanan dan atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat
kerja.
- Pemberian kupon makanan dan atau minuman bagi pegawai yang karena sifat
pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian, meliputi pegawai bagian
pemasaran,bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan
dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut.
Penggantian atau imbalan adalah sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :
- Tempat tinggal,termasuk perumahan pegawai dan keluarganya.
- Pelayanan kesehatan.
- Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya
- Peribadatan
- Pengangkutan bagi pegawai dan keluarganya.
- Olahraga bagi pegawai dan keluarganya ini tidak termasuk golf,power boating,pacuan
kuda,dan terbang laying, sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia,
sehingga pemberi kerja harus menyediakan sendiri.
c. Pemberian natura atau kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya, meliputi: pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja,pakaian
seragam petugas keamanan(satpam), sarana antar jemput pegawai, serta penginapan
untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.
‘13 14
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
3. Pengeluaran perusahaan dalam bentuk natura di atas bukan merupakan penghasilan
karyawan.
4. Penetapan daerah tertentu diberikan untuk jangka waktu 5 tahun, yang berlaku sejak tahun
pajak diterbitkannya keputusan dan dapat diperpanjang 1 kali. Jangka waktu perpanjangan
adalah 5 tahun.
5. Permohonan keputusan tentang penerapan dearah tertentu/terpencil diajukan kepada Kantor
Wilayah DJP yang membawahi KPP tempat Wajib Pajak yang bersangkutan terdaftar
‘13 15
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka :
1. Chairil Anwar Pohan, 2013, Manajemen Perpajakan,Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
2. Erly Suandi, 2011, Perencanaan Pajak, Penerbit Salemba Empat (ES)
3. Muhammad Zain, 2007, Penerbit Salemba Empat (MZ).
4. Primandita F, dkk, 2009, Kompilasi UU pajak, Penerbit Salemba Empat (PF)
‘13 16
Manajemen PerpajakanPusat Bahan Ajar dan eLearning
Dra. Rokhanah Murkana Ak, MSi http://www.mercubuana.ac.id