Download - Osteoarthritis Rehabilitasi
BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sriwedari, Karanganyar, Ngawi
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Periksa : 23 Juli 2013
No RM : 01207535
B. Keluhan Utama
Nyeri pada kedua lutut
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan nyeri di kedua lututnya.
Pasien mengatakan nyeri tersebut hilang timbul. Kedua lutut terasa nyeri dan
kaku hingga sulit untuk digerakkan terutama setelah bangun tidur pagi. Nyeri
dirasakan selama kurang lebih 15 menit. Pasien tidak meminum obat ataupun
jamu apapun untuk mengurangi nyeri tersebut karena nyeri sering hilang sendiri
tanpa diapa-apakan.
Tiga bulan yang lalu pasien mulai merasa lututnya makin nyeri dan
sulit untuk digerakkan, terutama saat berjalan namun nyeri hilang dengan
istirahat. Walaupun pasien merasa ada sedikit gangguan dalam berjalan, namun
pasien masih tidak memerlukan alat bantu apapun untuk berjalan.
Satu minggu yang lalu, pasien mengatakan keluhan – keluhan yang
dialaminya makin bertambah hebat. Lutut terasa nyeri dan panas, nyeri
dirasakan terus menerus dan makin bertambah bila digunakan untuk berjalan.
Nyeri sedikit berkurang dengan istirahat. Pasien kesulitan untuk berjalan dan
menjalankan aktivitas sehari-harinya, kemudian pasien berobat ke Puskesmas,
karena keluhan tidak membaik, pasien memutuskan ke RSUD Dr.Moewardi.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tensi tinggi : (+) sejak 3 tahun lalu, kontrol
di Puskesmas
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : (+) sejak 6 bulan lalu, kontrol
di Puskesmas
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat mondok : (+) 1 minggu karena penyakit jantung
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat tensi tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : (+) sejak 20 tahun yg lalu
@ 12 batang/hari
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat minum obat-obatan
penghilang rasa nyeri : disangkal
Riwayat olahraga : disangkal
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang petani, saat ini tinggal dengan istri dan anaknya. Pasien
makan sehari tiga kali, porsi sedang dengan lauk pauk tempe, tahu, telur, ikan,
2
jarang makan daging, buah-buahan dan minum susu. Pasien berobat di RSUD
Moewardi dengan fasilitas Jamkesmas.
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan lebih
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 86x / menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 36,6º C per aksiler
VAS : 8
3. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider
naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
4. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,
mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).
5. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
7. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (+),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
3
9. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP meningkat (R+3), kelenjar getah bening tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
10. Thorax
JantungInspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V LMCS
Perkusi : Batas jantung kesan melebar ke caudolateral
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
ParuInspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
11. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebrae (-)
12. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani, pekak beralih (-)
13. Ektremitas
Oedem Akral dingin
- - - -
- - - -
4
Status Lokalis (Genu Dextra et Sinistra)
Inspeksi : deformitas (-/-), peradangan (-/-), varises (-/-)
Palpasi : nyeri tekan (+/+), nyeri gerak (+/+minimal), krepitasi (+/+)
14. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
1. Penampilan : Pria, tampak sesuai umur, perawatan diri cukup
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik : Normoaktif
4. Pembicaraan : Normal
5. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup
Afek dan Mood
Afek : Appropiate
Mood : Eutimik
Gangguan Persepsi
Halusinasi : (-)
Ilusi : (-)
Proses Pikir
Bentuk : realistik
Isi : waham (-)
Arus : koheren
Sensorium dan Kognitif
Daya konsentrasi : baik
Orientasi : Orang : baik
Waktu : baik
Tempat : baik
Daya Ingat : Jangka panjang : baik
5
Jangka pendek : baik
Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial baik
Insight : I
15. Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Nervus Cranialis : dalam batas normal
Fungsi Sensorik
- Rasa Eksteroseptik : suhu, nyeri, dan raba dalam batas normal
- Rasa Propioseptik : getar, posisi, dan tekan dalam batas normal
- Rasa Kortikal : stereognosis, barognosis dalam batas normal
Fungsi Motorik dan Reflek
Kekuatan Tonus R.Fisiologis R.patologis
5 5 N N +2 +2 - -
4 4 N N +2 +2 - -
16. Range of Motion
NECKROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0 - 70º 0 - 70º
Ekstensi 0 - 40º 0 - 40º
Lateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60º
Lateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60º
Rotasi kanan 0 - 90º 0 - 90º
Rotasi kiri 0 - 90º 0 - 90º
6
Ektremitas SuperiorROM Pasif ROM Aktif
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Shoulder
Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Ektensi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º
Abduksi 0-180º 0-180º 0-180º 0-180º
Adduksi 0-75º 0-75º 0-75º 0-75º
Eksternal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Internal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Elbow
Fleksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º
Ekstensi 0º 0º 0º 0º
Pronasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Supinasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Wrist
Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Ekstensi 0-70º 0-70º 0-70º 0-70º
Ulnar Deviasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Radius deviasi 0-20º 0-20º 0-20º 0-20º
Finger MCP I Fleksi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º
MCP II-IV fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
DIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
PIP II-V fleksi 0-100º 0-100º 0-100º 0-100º
MCP I Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Trunk Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Right Lateral
Bending
0-35º 0-35º 0-35º 0-35º
Left Lateral 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º
7
Bending
Ektremitas InferiorROM Pasif ROM Aktif
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Hip
Fleksi 0-100º 0-120º 0-120º 0-120º
Ektensi 0-20º 0-20º 0-20º 0-20º
Abduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º
Adduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º
Eksorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Endorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
KneeFleksi 0-50º 0-1000 0-80º 0-100º
Ekstensi 0º 0º 0º 0º
Ankle
Dorsofleksi 0-15º 0-15º 0-15º 0-15º
Plantarfleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Eversi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º
Inversi 0-40º 0-40º 0-40º 0-40º
17. Manual Muscle Testing (MMT)
NECK
Fleksor M. Sternocleidomastoideus 5
Ekstensor M. Sternocleidomastoideus 5
TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Ektensor Thoracic group 5
Lumbal group 5
8
Rotator M. Obliquus Eksternus Abdominis 5
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
Ektremitas Superior Dekstra Sinistra
Shoulder
FleksorM. Deltoideus anterior 5 5
M. Biseps anterior 5 5
EkstensorM. Deltoideus 5 5
M. Teres Mayor 5 5
AbduktorM. Deltoideus 5 5
M. Biseps 5 5
AdduktorM. Latissimus dorsi 5 5
M. Pectoralis mayor 5 5
Internal RotasiM. Latissimus dorsi 5 5
M. Pectoralis mayor 5 5
Eksternal
Rotasi
M. Teres mayor 5 5
M. Infra supinatus 5 5
Elbow
FleksorM. Biseps 5 5
M. Brachilais 5 5
Eksternsor M. Triseps 5 5
Supinator M. Supinatus 5 5
Pronator M. Pronator teres 5 5
Wrist Fleksor M. Fleksor carpi radialis 5 5
Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5
Abduktor M. Ekstensor carpi radialis 5 5
Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris 5 5
9
FingerFleksor M. Fleksor digitorum 5 5
Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5
Ektremitas Inferior Dekstra Sinistra
Hip Fleksor M. Psoas mayor 5 5
Ekstensor M. Gluteus maksimus 5 5
Abduktor M. Gluteus medius 5 5
Adduktor M. Adduktor longus 5 5
Knee Fleksor Hamstring muscle 4 4
Ekstensor Quadriceps femoris 3 4
Ankle Fleksor M. Tibialis 5 5
Ekstensor M. Soleus 5 5
Status Ambulasi : moderate dependendent
Pengukuran Nyeri dengan VDS
Dekstra Nilai Sinistra Nilai
1. Nyeri diam
2. Nyeri tekan
3. Nyeri gerak
1
3
5
1. Nyeri diam
2. Nyeri tekan
3. Nyeri gerak
1
1
5
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah ( 17 Juli 2013)
Hb : 14,5 g/dl (13,5-17,5 g/dl)
Hct : 43 % (33-45%)
AE : 5,05. 106/ul (4,5-5,9. 106/ul)
AL : 12,4. 103/ul (4,5-11,0. 103/ul)
10
AT : 306. 103 /ul (150-450. 103/ul)
Asam Urat : 17,3 mg/dl (2,4 – 4,1 mg/dl)
Kolesterol Total : 189 mg/dl (50 -200 mg/dl)
LDL Kolesterol : 117 mg/dl (89-197 mg/dl)
HDL Kolesterol : 36 mg/dl (28-63 mg/dl)
Trigliserida : 161 mg/dL (<150 mg/dL)
B. Foto Genu AP/Lat (17 Juli 2013)
Alignment baik
Trabekulasi tulang normal
Tampak osteofit di condyles lateral et medial os femur et os tibia dekstra dan
margo posteroinferior os pattela sinistra
Tampak penyempitan celah dan permukaan sendi
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak soft tissue mass/swelling
Kesan : Osteoarthtritis femurotibial et femuropatellar joint bilateral
III. ASSESMENT
11
Osteoarthtritis Knee Bilateral
IV. DAFTAR MASALAH
Masalah Medis :
Osteoarthtritis Knee Bilateral
Intoleransi aktivitas
Problem Rehabilitasi Medik
1. Speech Terapi : (-)
2. Okupasi Terapi : keterbatasan melakukan kegiatan sehari-hari karena nyeri
pada lutut
3. Sosiomedik : terkadang membutuhkan bantuan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari
4. Ortesa-protesa : (-)
5. Psikologi : beban pikiran karena keterbatasan melakukan aktivitas sehari
- hari
6. Fisioterapi : mengurangi nyeri
V. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa
- Meloksikam 7,5 mg 2x1
- Ranitidin 2x1
- Antasida syr 3x1
Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi :
Terapi Modalitas
- Infra Red (IR) dan Transcutaneus Elactrical Nerve Stimulation
(TENS) knee bilateral
- Latihan active movement
12
- Strengthening exercise otot quadriceps dan hamstring
2. Speech Terapi : (-)
3. Okupasi Terapi : latihan dalam meakukan aktivitas sehari-hari
4. Sosiomedik : Motivasi dan edukasi keluarga untuk membantu dan merawat
penderita di rumah dan memberikan beberapa penyesuaian di
rumah.
5. Ortesa-protesa : (-)
6. Psikologi : Psikoterapi suportif , mengurangi kecemasan pasien
VI. IMPAIRMENT, DISABILITAS, dan HANDICAP
A. Impairment : keterbatasan dalam ruang lingkup gerak sendi lutut
B. Disabilitas : pasien masih mampu melakukan kegiatan di masyarakat
C. Handicap : keterbatasan aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri pada kedua lutut
VII. GOAL
1. Perbaikan keadaan umum
2. Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasien
3. Mengurangi nyeri, baik tekan maupun nyeri gerak
4. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot
5. Meningkatkan aktifitas ADL
6. Mengatasi masalah psikologis yang timbul akibat penyakit yang diderita pasien
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia et malam
Ad fungsionam : dubia et bonam
BAB II
13
TINJAUAN PUSTAKA
A. OSTEOARTHTRITIS
Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan
degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis
degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah
kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia
lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering
mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada
pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih
dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan
sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai
kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat
deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom
klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine,
meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi
synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.
1. Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karakteristik dengan
menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru
pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru pada tepi
sendi (osteofit).
2. Etiologi
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut
dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat
terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan,
kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder.
Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari itu,
penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak, seperti
halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis
14
primer dengan umur. Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada 1 atau
beberapa sendi meningkat dari dibawah 5% dari orang-orang dengan usia antara 15-
44 tahun menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun, dan 60%-
90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas
bahwa osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang normal dan kekakuan
sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun, hubungan antara penggunaan
sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan. Terlebih lagi,
penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi. Sehingga,
osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari penggunaan sendi.
Meskipun akhiran –itis menunjukkan bahwa osteoartritis merupakan suatu
penyakit inflamasi dan ada beberapa bukti sering terjadi sinovitis, inflamasi bukan
merupakan komponen utama dari kelainan yang terjadi pada pasien. Tidak seperti
kerusakan sendi yang disebabkam oleh inflamasi sinovial, osteoartritis merupakan
sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matrik yang berakibat kerusakan struktur
dan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan reaksi perbaikan dan remodeling
tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi permukaan
artikuler pada osteoartritis tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi
bervariasi pada tiap individu dan sendi. Osteoartritis sering terjadi, tapi pada
sebagian besar kasus osteoartritis berkembang lambat selama bertahun-tahun,
meskipun dapat menjadi stabil atau bahkan membaik dengan spontan dengan
restorasi parsial yang minimal dari permukaan sendi dan pengurangan gejala.
Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk sendi
sinovial, termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise, synovium,
ligamen, kapsul sendi, dan otot – otot yang bekerja melalui sendi; tetapi perubahan
primer meliputi kerusakan rawan sendi, remodeling tulang subchondral, dan
pembentukan osteofit.
Perubahan struktur tulang rawan sendiyang paling dini terlihat pada
osteoartritis adalah kerusakan atau fibrilasi zona superfisial sampai ke zona
transisional dan violasi oleh pembuluh darah tulang subchondral. Berberapa peneliti
memperkirakan bahwa kekakuan tulang subchondral menyebabkan dan
mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi degenerasi kartilago
mengakibatkan kekakuan tulang subchondral, tapi beberapa peneliti lain
15
mengatakan bahwa kerusakan tulang rawan sendimeningkatkan stress pada tulang
subchondral yang menyebabkan remodeling tulang.
Degenerasi kartilago artikuler dan remodeling tulang subchondral muncul
pada pasien yang mengeluhkan gejala, dan kerusakan rawan sendilah yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sendi. Walaupun insidens OA meningkat dengan
bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan sekedar suatu proses wear and tear
yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan demikian karena
beberapa hal, sebagai berikut :
1) Perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi akibat
proses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.
2) Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan berusia
muda yang dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan mekanik dan zat
kimia.
Penyebab OA bukan tunggal, OA merupakan gangguan yang disebabkan
oleh multifaktor, antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor
kebudayaan. Menipisnya rawan sendi diawali dengan retak dan terbelahnya
permukaan sendi di beberapa tempat yang kemudian menyatu dan disebut sebagai
fibrilasi. Di lain pihak pada tulang akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh
untuk memperbaiki kerusakan. Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral
dan pembentukan osteofit marginal, disusul kemudian dengan perubahan komposisi
molekular dan struktur tulang
3. Patogenesis
Tulang rawan sendi
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan
peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan
mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak
berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi
aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.
Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Ketika
kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
16
berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago.
Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk
menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan
respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui,
namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan
kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap
sitokin anabolik.
Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang
rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan myxoid,
fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi tempat
pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan
lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan tanda awal dari penyakit
degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi pada beberapa sendi rongga–
rongga terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan. Pada
stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya,
sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan
permukaan tulang “denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai
dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat
mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti
dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal.
Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-tepi
sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang rawan, tapi
dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler).
Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang
mengalami degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal
17
memiliki pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang
normal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi
superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak,
dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os humerus
biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi glenohumeral.
Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang rawan sendi dan
remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang
menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.
Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari
synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat.
Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang dan
dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin lama ligamen,
kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi dan
penurunan ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini sering
mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.
Perubahan Patologi
Kartilago sendi biasanya licin, mengkilat, dan basah; pada sendi sehat, kartilago
melindungi permukaan yang bergerak satu sama lain dengan gesekan sekecil mungkin,
seperti “gelas dengan gelas”. Kartilago biasanya menyerap nutrisi dan cairan seperti
spons, dan ini dapat mempertahankan kartilago tetap sehat dan licin. Pada OA, kartilago
tidak mendapatkan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan. Lama-kelamaan kartilago dapat
mengering dan retak, bukannya membuat gerakan halus sepeti “gelas pada gelas “,
kartilago yang kasar bergerak seperti kertas amplas dengan kertas amplas lain. Pada
kasus yang ekstrim habisnya kartilago menyebabkkan terjadinya kontak antara tulang
dengan tulang. Rasa sakit pada OA tidak ada hubungannya dengan rusaknya kartilago
tetapi timbul karena aktivasi dari nosiseptif ujung-ujung saraf di dalam sendi oleh iritan
mekanis ataupun kimiawi. Nyeri pada OA dapat karena penggelembungan dari kapsul
18
sinovial oleh peningkatan cairan sendi, mikrofaktur, iritasi periosteal, atau kerusakan
ligamen, sinovium, atau meniskus.
MANIFESTASI KLINIK OA
a. Umur : Biasanya manula
b. Gender : Umur <45 lebih banyak laki-laki
Umur >45 lebh banyak perempuan
Simptom
rasa nyeri, dalam, ngilu
sakit bila digerakkan
kaku pada sendi yang terkena
sembuh bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena gelling)
biasanya < 30 menit lamanya
Sering dipengaruhi oleh cuaca
Gerakan sendi yang terbatas
Dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas sehari-hari
Ketidakstabilan pada sendi penyangga beban
Tanda, riwayat, pemeriksaan fisik
19
1. monoartikular atau oligoartikular
2. asimetrik
3. tangan
- sendi distal interfalangeal
Heberden’s nodes (osteofit atau pembesaran tulang). Muncul knopknop kecil di
ujung atau di tengah sendi jari tangan, atau di ujung sendi ibu jari (Heberden’s
nodes). Jari tangan dapat membesar, sakit, kaku dan kebal. Knop serupa dapat
timbul di sendi tengan dari jari.
- sendi proksimal interfalangeal
o Bouchard’s nodes (osteofit)
o Dasar dari ibu jari juga dapat terkena OA
o Kadang knop ini berwarna merah, hangat, bengkak, dan nyeri, biasanya
akibat dari trauma
- sendi pertama carpometacarpal
osteofit memberikan kesan kelihatannya tangan berbentuk persegi
OsteoArthritis di jari tangan adalah tipe yang penyebabnya kemungkinan karena
faktor turunan
Penderita perempuan lebih banyak (10 kali) dibanding laki-laki, terutama
muncul setelah menopause
OA di tangan dapat dibantu dengan obat, bidai atau dengan pemanasan
4. Lutut
Lutut adalah sendi utama penahan berat badan. Sebab itu lutut paling sering
terkena OA. Gejala: kaku, bengkak, sakit dan krepitus, sehingga mengakibatkan
kesulitan untuk berjalan, menaiki tangga, bangkit serta duduk dll.
Bila tidak diobati, OA di lutut dapat mengakibabatkan cacat
Obat-obat, penurunan berat badan, olahraga, dan alat penyangga dapat
mengurangi rasa sakit.
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah lutut
5. Panggul
20
Yang terasa sakit adalah daerah lipat paha, panggul, dan bokong; sakit pada saat
aktivitas menyangga beban
Kaku terutama sesudah istirahat
Gerakan sendi terbatas
Penyangga seperti tongkat, walkers, dapat mengurangi tekanan dipanggul.
Obat-obat, penyangga, olahraga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan gerakan.
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah panggul
6. Tulang Belakang
yang paling sering terkena adalah tulang belakang L3 dan L4.
Kaku dan nyeri di leher atau tulang belakang bagian bawah dapat disebabkan
karena OA di tulang belakang
Lemas atau kebal di lengan dan kaki
Beberapa orang merasa lebih nyaman bila tidur di kasur yang keras atau duduk
dengan memakai bantal penyangga
Disamping nyeri, keterbatasan gerak, dan kompresi akar saraf berpotensi untuk
timbulnya komplikasi
7. Kaki
Terutama sendi metatarsofalangeal
Pemeriksaan Fisik
Observasi pada pemeriksaan sendi
Proliferasi tulang, kadang-kadang radang sinovium
Peka terhadap sentuhan
Krepitus
Atrofi otot
Keterbatasan gerak pasif maupun aktif
Perubahan bentuk
Evaluasi radiologi
- Awal OA ringan : Sering belum terlihat perubahan gambaran radiologi
- OA moderat : Jarak sendi menyempit, Osteofit marginal
- OA lanjut : Sendi bengkok, Efusi
21
Cairan synovial : - Sangat kental
- Leukositosis ringan (<2000 sel/mm)
Nilai laboratorium
- Tidak ada test yang spesifik
- Laju Endap Darah normal
4. Faktor Resiko
Predisposisi genetik dan kelemahan sendiri merupakan faktor resiko
osteoartritis sedangkan usia merupakan faktor resiko yang paling penting. Bebannya
mekanik yang mempengaruhi kemampuan sendi memperbaiki atau
mempertahankan dirinya juga merupakan faktor bentuk sendi post trauma,
instabilitas, atau alignment dan displasia sendi dapat menghasilkan tekanan
mekanik yang merusak permukaan sendi tulang rawan.
Usia
Fungsi kondrosit menurun dengan bertambahnya usia. Sel-sel ini
mensintesis aggrecans yang lebih kecil dan protein penghubung yang kurang
fungsional sehingga mengakibatkan pembentukan agregat proteoglikan yang
ireguler dan lebih kecil. Aktivitas mitotik dan sintesis menurun dengan
bertambahnya usia, dan mereka kurang responsif terhadap sitokin anabolik dan
rangsang mekanik.
Beban Sendi yang Berlebihan dan Berulang-ulang.
Pemeliharaan struktur dan fungsi sendi synovial yang normal dilakukan
melalui penggunaan sendi yanng teratur dalam aktivitas sehari-hari. Namun,
beban berlebihan dan berulang-ulang dari sendi yang normal dapat
meningkatkan resiko kerusakan degeneratif pada sendi.
Riwayat Penyakit
Penelitian longitudinal meninjukkan bahwa selama beberapa puluh
tahun, pemeriksaan radiologi pasien dengan osteoartritis sendi panggul dan
lutut, tidak berkembang pada 1/3 sampai 2/3 pasien. Tidak terdapat hubungan
kuat antara perubahan radiografik dan klinis. Faktor lain yang sukar dinilai
adalah hubungan antara derajat degenerasi sendi dengan gejala yang
22
ditimbulkannya. Meskipun gejala osteoartritis utama yaitu nyeri dan kekakuan
sendi, muncul dari degenerasi sendi, tingkat keparahan kerusakan tulang rawan
tidak memiliki korelasi kuat dengan tingkat keparahan gejala. Pasien dengan
degenerasi sendi yang berat dapat merasakan nyeri yang minimal dan ruang
gerak yang luas, dan sebaliknya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
membedakan riwayat klinis dan riwayat penyakit.
5. Diagnosis
Sindrom klinis osteoartritis muncul akibat degenerasi sendi synovial;
berupa kerusakan keseluruhan yang progresif dari tulang rawan sendi diikuti oleh
perbaikan, remodelling, dan sklerosis dari tulang subchondral, dan pada banyak
kasus terjadi kista subchondral dan osteofit submarginal. Selain perubahan sendi
synovial, yang biasanya dapat dibuktikan melalui foto rontgen, diagnosis sindrom
klinis osteoartritis harus disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien
dengan osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi dengan
gerakan, dan efusi sendi. Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang
dan subluksasi.
Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri
sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri yang dalam, ketidaknyamanan yang
sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan selama bertahun-tahun. Nyeri dapat
bertambah dengan perubahan cuaca, khususnya dalam cuaca dengan suhu yang
dingin, dan aktivitas. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa
segera setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-jam
setelah aktivitas. Beberapa pasien pada awalnya memperhatikan adanya gejala
penyakit degeneratif sendi ini setelah trauma ringan sendi atau aktivitas fisik yang
berat, pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan perubahan degenerasi sendi.
Pada tahap lanjut, nyeri menjadi konstan hingga dapat membangunkan pasien dari
tidurnya. Selama degenerasi sendi berlanjut, pasien dapat mengeluhkan nyeri yang
tajam yang dipicu dengan gerakan. Pembesaran sendi karena pembentukan osteofit
dan deformitas muncul pada tahap akhir dari penyakit.
Tanda awal osteoartritis meliputi penurunan kecepatan dan ruang gerak
aktif sendi. Keterbatasan gerakan dapat muncul akibat rusaknya kartilaggo
artikularis, kontraktur ligamen & kapsul sendi, kontraktur & spasme otot, osteofit,
23
atau adanya fragmen kartilago, tulang, atau meniskus intraartikuler. Pada palpasi
dapat ditemukan krepitasi, efusi, dan nyeri sendi.
Osteofit dapat menyebabkan tonjolan tulang yang dapat diraba dan
dilihat, kerusakan progresif kartilago artikuler dan tulang subchondral dapat
mengakibatkan luksasi sendi dan deformitas. Atrofi otot dapat terjadi pada kasus
osteoartritis yang sudah lama.
Osteoarthritis sering didiagnosis berdasar riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik. Perubahan – perubahan yang nampak pada rontgen foto dapat
digunakan penunjang, namun hubungan antara klinis dan perubahan radiografis
bervariasi diantara pasien. Beberapa pasien dengan rontgen foto yang menunjukkan
kerusakan sendi berat mengeluhkan gejala yang ringan, sedangkan pasien dengan
rontgen foto yang menunjukkan kerusakan sendi minimal dapat mengeluhkan nyeri
yang hebat. Perubahan radiografis yang tampak pada osteoartritis adalah adanya
penyempitan spatium kartilago, peningkatan densitas tulang subchondral, dan
adanya osteofit. Meskipun 3 marker radiografis dari degenerasi sendi ini sering
muncul bersamaan, pada beberapa sendi hanya 1 atau 2 dari marker tersebut yang
tampak di rontgen standar. Kista subchondral yang muncul pada osteoartritis
memiliki ukuran yang berbeda-beda dan khas memiliki batas dengan densitas
tulang. Benda-benda osteochondral yang lepas, tampak pada rontgen foto sebagai
fragmen-fragmen tulang intra artikuler yang berasal dari pecahan permukaan sendi.
Subluksasi, deformitas, dan malalignment sendi muncul pada tahap lanjut.
Ankylosis tulang jarang terjadi. Pencitraan diagnostik tambahan, termasuk scanning
tulang, CT, dan MRI akan sangat mambantu menilai stadium awal penyakit
degeneratif sendi, tapi pemeriksaan ini jarang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence.
0 : tidak ada gambaran osteoartritis.
1 : osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat
osteofit minimal.
2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis
dan kista subkondral, serta celah sendi baik.
3 : osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan
24
celah sendi sempit
4 : osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi
hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral
6. TERAPI
Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari anamnesis
yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yang terkena.
Pengobatan harus direncanakan sesuai kebutuhan individual.
Tujuan terapi adalah :
o menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan
o menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi
o membatasi kerusakan fungsi
o mengurangi faktor penyebab
Sasaran penatalaksanaan adalah mempertahankan dan meningkatkan
kualitas hidup. Terapi farmakologis untuk penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif
bila dikombinasikan dengan strategi terapi non farmakologis. Terapi non
farmakologis adalah dasar dari rencana asuhan kefarmasian untuk OA, harus
dilaksanakan untuk semua pasien dan dimulai sebelum atau bersama-sama dengan
25
analgesik sederhana seperti parasetamol.5 Komunikasi antara pasien, klinisi, dan
farmasis merupakan faktor yang penting dalam penatalaksanaan rasa nyeri; hasil
terapi terbaik dapat dicapai dengan aliansi pihak-pihak ini.
Pendekatan secara umum:
Terapi untuk setiap pasien OA tergantung dari distribusi dan keparahan
sendi yang terlibat, penyakit lain yang menyertai, obat-obatan lain yang dipakai,
dan alergi. Penatalaksanaan setiap individu dengan OA dimulai dengan edukasi
pasien, terapi fisik, pengurangan berat badan atau pemakaian alat bantu.
a) Farmakologi
a.1) Lini Pertama
Pengobatan OA yang ada saat ini barulah bersifat simptomatik dengan obat
anti inflamasi non steroid (OAINS) dikombinasi dengan program rehabilitasi
dan proteksi sendi. Pada stadium lanjut dapat dipikirkan berbagai tindakan
operatif. Pengetahuan tentang patogenesis OA mendorong para peneliti untuk
mengembangkan obat-obatan yang dapat menghambat
perjalanan/progresivitas penyakit yang disebut sebagai Disease-Modifying
Osteoarthritis Drugs (DMOA), sayang hingga saat ini obat tersebut masih
dalam taraf penelitian.
Tabel . Obat-obatan pada Penatalaksanaan OA
Pengobatan simptomatik (* dalam penelitian) Short actingObat antiinflamasi non steroidAnalgetik non-antiinflamasi (opioid, non-opioid)AntispasmodikLong actingDepokortikosteroid infra-artikulerAsam hialuronat infra-artikuler*S-adenosilmetionin (SAM)*Kondroitin-sulfat oral*Glukosamin-sulfat (Dona)*Orgotein intra-artikuler*Diacerhein*Avocado/soy nonsaponifiables*
Disease Modifying Osteoarthritis Drugs (* dalam penelitian) Tetrasiklin*Glycosaminoglycan polysulfuric acid (GAPS)*Glycosaminoglycan peptide complexes*
26
Pentosan polysulfate*Growth factors dan sitokin (TGF-()*Tetapi genetik*Transplantasi stem cell den Osteochondral Graft*
a.2) Lini Kedua
Penggunaan nutrisi seperti glukosamin dan chondroitin sulfat msih
controversial, pada penelitian masih belum menunjukkan hasil yang bagus.
Injesi articular :
- Dengan kortikosteroid, dapat menurunkan rasa sakit pada jangka waktu
yang pendek
- Dengan asam hialuronat dapat menurunkan sedikit rasa sakit
Pemberian opioid dapat digunakan pada pasien dengan rasa sakit yang
sangat berat dan pasien yang tidak kooperatif.
27
b) Terapi Non Farmakologis untuk OA
b.1) Edukasi pasien
b.2) Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas
b.3) Latihan Fisik
b.4) Istirahat dan merawat persendian
b.5) Penurunan berat badan
b.6) Bedah (pilihan terakhir)
b.1) Edukasi Pasien
Edukasi pasien, keluarga pasien, teman, adalah bagian integral dari
penatalaksanaan OA. Pasien harus didorong untuk berpartisipasi dalam program-
program yang ada misalnya Program edukasi pasien; Program self-management;
Kelompok pendukung Arthritis dsb.
Dalam studi-studi ternyata pasien yang berpartisipasi akan mengalami penurunan
rasa nyeri, penurunan frekuensi kunjungan ke dokter, peningkatan aktivitas fisik,
dan peningkatan kualitas hidup. Pasien didorong untuk membaca brosur, pamflet,
buku panduan dan melakukan konseling tentang OA yang di dapat dari
perkumpulan penderita OA, internet dan dari mana saja.
Dalam program ini pasien belajar memahami OA :
• Proses penyakit
• Prognosis
• Pilihan terapi
• Perubahan paradigma: bahwa OA dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat
dihindari, merupakan proses penuaan.
Selain itu belajar mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan relaksasi,
komunikasi dengan staf kesehatan, dan pemecahan masalah, dapat menghadapi
secara fisik, emosi dan mental, mempunyai kendali lebih baik terhadap OA,
meningkatkan percaya diri untuk hidup aktif dan mempunyai hidup yang tidak
tergantung orang lain.3 Hasil studi menegaskan bahwa konsep peningkatan
komunikasi dan edukasi adalah faktor penting untuk mengurangi rasa nyeri dan
28
meningkatkan fungsi pada pasien OA, selain itu bahwa program ini
menguntungkan untuk jangka panjang.
b.2) Terapi Fisik & Occupational Therapy
Mengurangi rasa sakit dengan cara non farmakologik. Terapi fisik
dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan membantu menjaga dan
mengembalikan rentang gerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan kejang
otot. Mandi atau berendam air hangat akan mengurangi rasa sakit dan kekakuan.
Efek fisiologi dari suhu adalah relaksasi otot dan mengurangi rasa sakit. Walau
demikian pemakaian panas harus dipertimbangkan secara komprehensif bagi
pasien OA. Penderita ada yang melakukan penyembuhan tanpa obat.
• Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat, dapat
mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
• Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat menghilangkan rasa
sakit atau mengebalkan bagian yang ngilu. Tanyakan kepada dokter atau
terapi mana yang lebih cocok bagi pasien. Untuk OA di lutut, pasien dapat
memakai sepatu dengan sol tambahan yang empuk untuk meratakan
pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan
di lutut.
b.3) Latihan Fisik
Penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik adalah penyembuhan yang
paling baik untuk OA. Olahraga dapat meningkatkan suasana hati (mood) dan
harapan (outlook), mengurangi rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas,
memperbaiki jantung dan aliran darah, menjaga berat badan, dan memperbaiki
kebugaran secara umum. Olahraga juga tidak mahal, bila dilakukan dengan
benar, tidak ada efek samping. Jumlah dan bentuk olahraga tergantung dari
persendian yang terlibat, kestabilan dan apakah sudah pernah dilakukan
pembedahan.3 Dengan latihan fisik secara teratur (penguatan, rentang gerakan,
isometrik, isotonik, isokinetik, postural), kartilago dapat dipertahankan tetap
sehat, mendorong gerakan, dan membantu pengembangan otot dan tendon untuk
meredam tekanan dan mencegah kerusakan selanjutnya akibat OA. Sebaliknya
inaktivitas dan imobilisasi walau untuk periode pendek akan memperburuk atau
29
mempercepat berkembangnya OA.5 Latihan fisik dan penguatan quadriseps
akan meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi kecacatan, rasa sakit,
pemakaian analgesik. Latihan fisik harus diajarkan kepada pasien sebelum
pasien mempraktekan di rumah. Latihan fisik sebaiknya dilakukan tiga sampai
empat kali sehari. Bila terasa sakit, kurangi pengulangan. Rujukan kepada
terapis fisik atau okupasi sangat dibutuhkan bagi pasien yang sudah cacat fungsi
sendinya. Terapis dapat menilai kekuatan otot, stabilitas sendi, dan dapat
merekomendasikan latihan fisik dan metoda untuk melindungi sendi yang
terkena, dari tekanan berlebihan. Terapis juga dapat memberikan alat bantu
seperti tongkat, bebat, dsb yang dipakai saat latihan fisik maupun kegiatan
sehari-hari. Latihan Fisik sebagai berikut :
Latihan Fisik Penyembuhan
Menjaga sendi bekerja sebaik mungkin
Latihan Fisik Aerobik: Meningkatkan kekuatan dan kebugaran, dan
mengontrol berat badan. Pasien harus belajar melakukan latihan ini
secara benar, karena kalau tidak, justru dapat menimbulkan masalah.
Contoh latihan fisik:
Latihan untuk menguatkan
o Latihan dengan ban elastik, alat tidak mahal, menambah resistensi
o Aktivitas aerobic : Membuat paru dan peredaran darah lebih baik
o Aktivitas rentang gerakan : Membuat sendi lentur, lemah gemulai
o Latihan kegesitan, ketangkasan : Menjaga kegesitan sehari-hari
o Latihan untuk menguatkan leher dan punggung
o Menguatkan tulang belakang kuat dan lentur
30
b.4) Istirahat dan merawat persendian
Rencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat. Pasien harus
belajar mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus menghentikan atau
memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa sakit karena aktivitas berlebihan.
Beberapa pasien merasakan teknik relaksasi, pengurangan stres, dan
biofeedback sangat membantu. Beberapa pasien menggunakan tongkat atau
bidai untuk melindungi persendian dari tekanan. Bidai atau penahan (braces)
memberikan dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga menjaga
persendian pada posisi yang benar selama tidur maupun beraktivitas. Bidai
hanya dipakai untuk masa terbatas sebab otot membutuhkan latihan untuk
mencegah kekakuan dan kelemahan
31
b.5) Pengendalian Berat Badan
Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik pada sendi
penyangga berat dan ini adalah prediktor tunggal paling baik dari kebutuhan
operasi sendi. Pengurangan berat badan dikaitkan dengan pengurangan simtom
dan kecacatan. Walau penurunan hanya 2,5kg dapat menurunkan tekanan
biomekanik pada sendi penyangga beban. Walau intervensi diet untuk yang
berat badan berlebih masuk akal, tetapi ini membutuhakan motivasi yang kuat
dan program penurunan badan yang terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga
akan sangat membantu.
a.6) Pembedahan
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
1. Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah
sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat
menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan
ligamen atau meniscus repair.
2. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang
baru ditanam.Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang
berada dalam high-density polyethylene.
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :
o Partial replacement/unicompartemental
o High tibial osteotmy : orang muda
o Patella &condyle resurfacing
o Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.
o Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang dan severe
instability.
Indikasi total knee replacement :
32
Nyeri
Deformitas
Instability
Akibat dari Rheumatoid atau osteoarthritis
Kontraindikasi :
Non fungsi otot ektensor
Neuromuscular dysfunction
Infection
Neuropathic Joint
Prior Surgical fusion
Komplikasi :
Deep vein thrombosis
Infeksi
Loosening
Problem patella ; rekuren sublukssasi/dislokasi, loosening prostetic
component, fraktur, catching soft tissue.
Tibial tray wear
Peroneal palsy
Fraktur supracondyl femur
Keuntungan total knee replacement ;
1. Mengurangi nyeri
2. Meningkatkan mobilitas dan gerakan
3. Koreksi deformitas
4. Menambah kekuatan kaki (dengan latihan)
5. Meningkatkan kualitas hidup
33
DAFTAR PUSTAKA
Altman R.D et al,. 2000. Recommendations for the Medical Management of Osteoarthritis of
the Hip and Knee, American College of Rheumatology vol 43:9.
American Geriatrics Society Panel on Exercise and Osteoarthritis, Exercise Prescription for
Older Adults with Osteoarthritis Pain; The American Geriatrics Society.
Barrack L, Booth E, et all. 2006. OKU : Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip and Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis Inflamatoric.
Chapman, Michael W et al. 2001. Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd edition. Chapter 107: Osteotomies of The Knee For Osteoarthritis. Lippincott Williams & Wilkins. USA
Fransisca, Frank J et al. 2007. 5-Minutes Orthopaedic Consult 2nd edition. Lippincott Williams & Wilkins.USA
Hansen K.E; Elliot M.E. 2005. Osteoarthritis, Pharmacotherapy, A Pathophysiological
Approach, McGraw-Hill. USA.
Isbagio, Harry. 2000. CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada Osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran.
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases, Handout on Health:
Osteoarthritis, Bethesda MD, July 2002.
Zegaria M.A., 2006. Osteoarthritisin Seniors, Key Elements in Disease Management, US
Pharmacist.
34