perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
Orang Tua Dan Pemanfaatan Program Kartu Insentif Anak
( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan Program Kartu
Insentif Anak Di Kota Surakarta )
Disusun Oleh :
ALIEF PANDU WIRAWAN
NIM D 0306019
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
MOTTO
v Belajar dari masa lalu hidup untuk masa sekarang, mencoba dari
masa lalu lakukan di masa sekarang. Jangan sampai masa lalumu
menjadi suram dimasa depanmu. ( Mario Teguh )
v Sukses sering datang pada orang yang berani bertindak. Ia jarang
mendatangi orang yang malu-malu yang selalu takut pada
konsekuensi-konsekuensi ( Jawaharlal Nehru )
v Meraih sukses itu mudah, yang paling sulit adalah
mempertahankannya. ( Dedy Corbuzier )
v Jujur dan Ikhlas dalam menjalankan suatu hal ( Alief Pandu W )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PERSEMBAHAN
Karya Sederhana Ini Saya Persembahkan untuk :
· ! ˜
· �B@Ll @e ˜
· • ˜
· • ˜
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
KATA PENGANTAR
AssalamualikumWr. Wb
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa memberikan petunjuk, bimbingan
dan innayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul : Orang Tua
Dan Program Kartu Insentif Anak ( Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak Di
Kota Surakarta ).
Masalah-masalah sosial tentang orang tua dan anak saat ini membuat saya tertarik
untuk mendalaminya lagi. Apalagi masalah orang tua dan anak yang ada di kota Surakarta
ini, melihat mereka yang suka mengemis di pinggir jalan pasti ada sebabnya mengapa mereka
harus melakukan hal tersebut. Selain itu melihat anak kecil atau remaja yang sudah
mempunyai pekerjaan meskpiun mengamen itu pun pasti ada sebabnya juga. Kurangnya
perhatian dari pihak orang tua sehingga membuat masa kecil dan masa remaja mereka jadi
tidak seperti seharusnya, yang dimana seharusnya mereka itu mendapatkan apa itu
pendidikan, hiburan, kesehatan, dan hak sipil lainnya yang seharusnya didapatkan mereka.
Dalam laporan penelitian tentang Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif
Anak Di Kota Surakarta ini terdiri dari empat bagian. Di mana bagian yang pertama
merupakan bagian pendahuluan tentang latar belakang kenapa saya memilih untuk
permasalahan orang tua yang dilihatdari peran serta mereka terhadap program dari
pemerintah. Tujuan dan manfaat dari penelitian juga ikut dicantumkan dalam bagian pertama.
Selain itu diuraikan juga mengenai tinjauan pustaka yang berisi tentang landasan teori serta
konsep apa saja yang digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian juga dimasukkan
dalam bagian pertama dalam penelitian. Bagian ini menyajikan inti dari kegiatan penelitian
yang berisi tentang metode apa yang akan dipakai serta bagiamana teknik pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
seperti sampel, observasi, wawancara maupun studi pustaka yang diambil dari buku maupun
internet. Pada bagian kedua berisi tentang deskripsi dari lokasi penelitian, dan segala sesuatu
tentang lokasi penelitian mulai dari visi, misi, tugas, pokok, fungsi, dan pastinya pada bagian
ini di deskripsikan juga mengenai Kartu Insentif Anak itu sendiri. Pada bagian ketiga berisi
tentang analisis dan pembahasan dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikatakan
bahwa peran orang tua dalam pemanfaatan kartu insentif anak ini, orang tua
memanfaatkannya di beberapa aspek, ada aspek pendidikan, kesehatan, olahraga, dan
hiburan.
Dalam penelitian ini saya ingin menyatakan dan membuktikan bahwa anak itu perlu
mendapatkan hak sipil yang mereka perlukan dalam kehidupan sehari-harinya, supaya anak
tersebut bisa tumbuh dan berkembang menjadi baik seperti yang diharapkan oleh orang tua
dimana saja, dan pihak orang tua juga harus ikut membantu anak supaya bisa mendapatkan
hak-hak tersebut, tidak malah membiarkan saja kelakuan anak seperti apa kalau diluar,
kontrol dari pihak orang tua terhadap anak sangatlah dibutuhkan sekali.
Kepada semua pihak yang sudah membantu menyelesaikan tulisan ini, kepada Drs.
Jefta Leibo SU yang tidak pernah capek untuk membimbing dan memberikan semangat
supaya tulisan ini bisa cepat selesai, meskipun sampai pada akhirnya sudah bosan dengan
saya karena tidak selesai-selesai. Meskipun begitu saya mengucapkan terima kasih sekali.
Kepada teman-teman sosiologi Esha, Yemima, Afi, Ema, Riza terima kasih semangatnya,
terima kasih bantuan-bantuannya selama ini. Teman-teman Teater SOPO, Nopek, Gemphil,
Retno, Arini, Awan, Budi, Intan, Cecak, Juminten, dan teman-teman yang lain terima kasih
atas proses yang sudah kalian berikan kepada saya, terima kasih juga doanya dan
semangatnya.
Yang paling penting terima kasih buat keluarga saya Bapak Tri Sugiri, Ibu Tatik
Setyaningsih, dan Almh adik saya tercinta Nurina Alim Pratiwi. Karya ini saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
persembahkan untuk kalian yang selalu memberikan nasehat, doa, dan kesabarannya selama
menyelesaikan tulisan ini.
Akhirnya berbagai kesalahan bahasa, ejaan dan pengetikan serta masalah teknis lain
yang ditemukan perlu dikoreksi. Saya menyadari bahwa sepenuhnya penulisan yang disajikan
dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran perbaikan dari
berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini menjadi pendorong saya untuk
mendalami dan lebih mempelajari masalah anak dan orang tua agar bermanfaat bagi penulis
dan pembaca yang budiman.
Wassalamu’alaikum wr wb
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
Alief Pandu Wirawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………...... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………... v
KATA PENGANTAR………………………………………………………..... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………... xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xiv
DAFTAR MATRIK……………………………………………………………. xv
ABSTRAK……………………………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 9
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 10
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 10
E. Tinjauan Pustaka & Landasan Teori………………………………… 10
1. Konsep Yang Digunakan………………………………………… 10
1.1 Peran…………………………………………………………… 10 1.2 Orang Tua……………………………………………………… 12 1.3 Hak Sipil Anak………………………………………………… 13
1.4 Kartu Insentif Anak………………………………………….... 15
2. Landasan Teori……………………………………………………. 16
F. Definisi Konsep………………………………………………………. 24
1 Peran………………………………………………………………… 24
2 Orang Tua…………………………………………………………... 24
3 Hak Sipil Anak……………………………………………………... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4 Kartu Insentif Anak………………………………………………… 25
G. Penelitian Terdahulu…………………………………………………. 25
H. Kerangka Pemikiran………………………………………………….. 27
I. Metode Penelitian…………………………………………………… 29
1 Lokasi Penenlitian………………………………………………….. 29
2 Jenis Penenlitian……………………………………………………. 29
3 Sumber Data………………………………………………………… 30
4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 30
5 Validitas Data……………………………………………………….. 33
6 Teknik Analisis Data………………………………………………… 33
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. 36
1. Sejarah Berdirinya Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Surakarta……………………………………. 36
2 Visi dan Misi……………………………………………………….. 40
2.1 Visi……………………………………………………………... 40 2.2 Misi…………………………………………………………….. 40
3 Tugas Pokok dan Fungsi…………………………………………… 42
3.1 Tugas Pokok……………………………………………………. 42 3.2 Fungsi…………………………………………………………… 42
4 Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk……………………………. 43
5 Struktur Organisasi……………………………………………………. 44
6 Sumber Daya Manusia dan Personil…………………………………. 45
7 Landasan Hukum Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Surakarta……………………………………… 48
B. Gambaran Mengenai Program Kartu Insentif Anak………………….. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB III ANANALISI DAN PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak
Di Kota Surakarta…………………………………………………….. 57
1 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang pendidikan……. 57
2 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang Hiburan……….. 63
3 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang Olahraga………. 68
4 Peran Orang Tua dalam Pemanfaatan KIA Bidang Kesehatan…….. 75
B. Stake Holder Pendukung Kartu Insentif Anak.................................... 95
C. Analisis Teori Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak di Kota
Surakarta……………………………………………………………….. 103
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………………….. 110
B. Rekomendasi………………………………………………………… 111
1 Bagi Orang Tua……………………………………………………… 111
2 Bagi Pemerintah……………………………………………………… 112
3 Bagi Stake Holder KIA……………………………………………… 112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Bagan Kerangkan Pemikiran………………………………….. 28
Bagan 1.2 Model Analisis Interaktif……………………………………… 34
Bagan 2.1 Struktur Organisasi……………………………………………. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penilitian………………………………………….. 32
Gambar 2.1 Alur Proses Permohonan dan Penyelesaian Pembuatan KIA Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta….. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Berdasarkan Golongan………………………………… 46
Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan……………………. 47
Tabel 2.3 Daftar Mitra Kerja Pendukung KIA Sesuai Bidang Usaha…….. 51
Tabel 2.4 Susunan Tim Program Kartu Insentif Anak……………………. 55
Tabel 3.1 Rincian Penggunaan Dana Program KIA……………………….. 89
Table 3.2 Daftar Pengguna KIA……………………………………………. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR MATRIK
Matrik 3.1 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatkan KIA Bidang Pendidikan ....... 63
Matrik 3.2 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Bidang Hiburan.............. 67
Matrik 3.3 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Bidang Olahraga............ 75
Matrik 3.4 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Bidang Kesehatan......... 78
Matrik 3.5 Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak..................... 93
Matrik 3.6 Hasil Wawancara dengan Stake Holder KIA.................................... 100
Matrik 3.7 Hasil Wawancara dengan Instansi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta……………. ……………………………...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Abstrak Alief Pandu Wirawan D0306019, Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatn Program
Kartu Insentif Anak di Kota Surakarta. Skripsi jurusan Sosiologi. Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana peran serta orang tua di kota Surakarta untuk memanfaatkan Kartu Insentif Anak. Teori yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah teori Tindakan Sosial yang dikemukakan oleh Max Weber.
Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan data dengan kata-kata atau uraian dan penjelasan tentang suatu permasalahan dimana penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta.
Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Puposive Sampling. Informan diambil 8 orang tua, 8 stake holder pendukung KIA, dan 2 pihak dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, studi kepustakaan dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, orang tua sudah berperan dalam pemanfaatan Kartu Insentif Anak. Orang tua sudah memenuhi keempat aspek yang dibutuhkan anak, akan tetapi dari keempat aspek yang sudah dipenuhi orang tua, aspek pendidikan lah yang menjadi pilihan utama dalam pemanfaatan Kartu Insentif Anak. Orang tua menganggap aspek pendidikan itu sangat penting bagi perkembangan anak, dan pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Selain itu dari pihak stake holder pun juga sudah membantu program dari pemerintah ini, sudah memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat kota solo yang ingin memanfaatkan KIA meskipun dari pihak pemerintah mengalami kendala dalam pelaksanaan KIA, yaitu masalah dana dan juga masalah sumber daya manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ABSTRACT Alief Pandu Wirawan D0306019. The Role of Parents For Using Insentive Card
Programme in Surakarta Town. Sociology Thesis. Social and Political Science Faculty. Sebelas Maret University. 2012.
This research has a purpose to find out about how the role of parents in Surakarta using the child intensive card. In this reserach, the writer use theory social activity from Max Weber. According to the aims of this research, the writer use descriptive kualitatif research that aims to ilustrate the data with the words or explanation about a problem, in this research the writer choose the location in Surakarta town. Validity data technic which is used in this research is trianggulacy data technicwith collecting one kind of data from some different soources. This research use purposive sampling technic to choose the sampel. The informan are 8 parents, 8 stake holder suporting KIA, 2 people from Dinas kependudukan dan pencatatan sipil Surakarta. Collecting data technic in this research is indeepth interview, thelibrary studying, and documentation. And analysis data technic is collecting data, data reduction, data serving, and decision. The result of research show that the parents have had a role on using the intensive card for child. The parents have fulfilled the four aspects which is needed by child, however from that four aspects, education aspect is become the main option to use the child intensive card. The parents consider that the education aspect is very important for childern, and education is the responsibility of family, society, and government.In addition, from the stake holders had also been helping the program of this government, has been providing excellent service to the people of the city who want to utilize KIA solo despitethe difficulty of the government tin the implementation of KIA, the problem of fundsand human resources issues.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ( Dispendukcapil ) adalah suatu dinas
yang sengaja diadakan oleh pemerintah yang bertugas untuk mencatat atau mendaftarkan
setiap peristiwa penting yang dialami warga masyarakat, setelah ada laporan yang dimulai
sejak lahir sampai meninggal, seperti misalnya kelahiran, perkawinan, perceraian,
pengakuan, kematian dan lain sebagainya. Pencatatan atau pendaftaran ini merupakan
suatu bukti otentik, baik yang bersangkutan maupun bagi orang lain atau pihak ketiga
yang berkepentingan. Suatu sistem dan cara pendaftaran Pencatatan Sipil yang baik dan
tertib pelaksanaannya akan memberikan data-data tentang kependudukan yang lengkap
dan terpercaya, di samping berbagai pendaftaran penduduk,sensus penduduk dan lain
sebagainya. Pencatatan Sipil yang dalam bahasa asing disebut Burgerlijke Stand
mempunyai arti penting untuk menentukan kedudukan seseorang. Pengertian Pencatatan
Sipil adalah suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa, yang bermaksud membukukan
selengkap mungkin dan karena itu memberikan kepastian sebesar-besarnya tentang semua
peristiwa yang penting bagi status keperdataan seseorang, kelahiran, pengakuan,
perkawinan, perceraian dan kematian. Peristiwa-peristiwa yang mempunyai arti penting
bagi seseorang seperti kelahiran, perkawinan, kematian, perceraian dan lain-lain, itu
semua dicatat atau tertulis agar bagi pihak yang bersangkutan atau orang lain setiap waktu
ada buktinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dari pengertian diatas dikehendaki agar peristiwa-peristiwa bagi status
keperdataan tersebut dicatat, agar dapat dilihat baik oleh pihak yang berkepentingan
maupun oleh pihak ketiga. Dan dapat pula disimpulkan bahwa pencatatan sipil tersebut
bersifat terbuka, artinya dapat dilihat oleh siapa saja. Salah satu pelayanan dari Pencatatan
Sipil ini adalah, pelayanan Akta kelahiran. Dan terkait dengan Akta Kelahiran ini, Akta
Kelahiran sangat berguna bagi anak yang baru saja dilahirkan. Karena ini digunakan
sebagai bukti kelahiran dari anak tersebut. dan Akta Kelahiran juga dapat digunakan
untuk kepentingan yang lainnya juga.
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dimana dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak juga merupakan tunas,
potensi, dan generasi muda penerus cita-cita hidup keluarga khususnya, dan masyarakat
pada umumnya serta memiliki peran strategis dalam menjamin kelangsungan kehidupan
di masyarakat. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka anak
perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal baik fisik maupun mental. Penting juga adanya perlindungan untuk anak serta
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya yang jauh dari segala bentuk
diskriminasi.
Salah satu bentuk pemenuhan hak anak ialah pemenuhan hak sipil anak. Dalam
Konvensi Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada tanggal 20 Nopember 1989, disebutkan bahwa hak sipil dan kebebasan anak
terdiri dari beberapa hak yang diatur dalam pasal-pasal terpisah yakni Nama dan
Kewarganegaraan, Mempertahankan Identitas, Kebebasan Berpendapat, Kebebasan
Berpikir, Berkesadaran (Berhati Nurani) dan Beragama, Kebebasan Berserikat dan
berkumpul secara damai. Perlindungan Terhadap Kehidupan Pribadi (Privasi), Akses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kepada Informasi yang Layak, Perlindungan dari Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat. Pemerintah
Indonesia telah meratifikasi KHA tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990 tanggal 25 Agustus 1990, dan sesuai ketentuan pasal 49 (2) KHA, maka Konvensi
tersebut dinyatakan berlaku di Indonesia sejak 5 Oktober 1990. (Pedoman Pelaksanaan
Pemenuhan Hak Sipil dan Kebebasan Anak, 2007).
Menurut UNICEF dalam jurnalnya yang berjudul THE CONVENTION ON THE
RIGHTS OF THE CHILD Participation rights: having an active voice article 4
(Protection of rights) :
Governments have a responsibility to take all available measures to make sure children’s rights are respected, protected and fulfilled. When countries ratify the Convention, they agree to review their laws relating to children. This involves assessing their social services, legal, health and educational systems, as well as levels of funding for these services. Governments are then obliged to take all necessary steps to ensure that the minimum standards set by the Convention in these areas are being met. They must help families protect children’s rights and create an environment where they can grow and reach their potential. In some instances, this may involve changing existing laws or creating new ones. Such legislative changes are not imposed, but come about through the same process by which any law is created or reformed within a country. Article 41 of the Convention points out the when a country already has higher legal standards than those seen in the Convention, the higher standards always prevail. ( terjemahan : Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengambil semua langkah yang tersedia untuk membuat hak-hak anak yakin itu dihormati, dilindungi dan dipenuhi. Ketika negara-negara meratifikasi Konvensi, mereka setuju untuk meninjau hukum mereka yang berkaitan dengan anak-anak. Ini melibatkan menilai pelayanan sosial mereka, sistem hukum, kesehatan dan pendidikan, serta tingkat pendanaan untuk layanan ini. Pemerintah kemudian diwajibkan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa standar minimum yang ditetapkan oleh Konvensi di daerah ini terpenuhi. Mereka harus membantu keluarga melindungi hak-hak anak dan menciptakan lingkungan di mana mereka dapat tumbuh dan mencapai potensi mereka. Dalam beberapa kasus, ini mungkin melibatkan mengubah hukum yang ada atau membuat yang baru. Perubahan legislatif tersebut tidak dipaksakan, tapi muncul melalui proses yang sama dimana hukum apapun yang dibuat atau direformasi dalam suatu negara. Pasal 41 dari Konvensi poin keluar ketika suatu negara sudah memiliki standar hukum yang lebih tinggi daripada yang terlihat dalam Konvensi, standar yang lebih tinggi selalu menang ).
Dalam rangka pemenuhan hak sipil anak yang sejalan dengan prinsip-prinsip
dasar Konvensi Hak Anak, Pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
membuat rencana strategis agar tahun 2011 semua anak Indonesia tercatat kelahirannya.
Rencana strategis ini berisi program-program strategis dan program-program pendukung.
Salah satu program pendukung yang dicanangkan ialah Penerbitan Kartu Tanda Anak
(KTA) sebagai Entry Point Instrumen Penerapan Sistem Insentif kepada anak. Penerbitan
Kartu Tanda Anak ini dikarenakan rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengurus
akta kelahiran. Sasaran KTA adalah anak-anak usia 0-18 tahun yang belum memiliki
KTP dan belum menikah. Diharapkan setelah diberikannya insentif maka akan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencatatan kelahiran. Ketakutan apabila anak
tidak mendapatkan perhatian khusus adalah, anak itu menjadi selayaknya bukan anak-
anak, misalnya saja, tidak bisa menikmati pentingnya pendidikan, anak tersebut jadi
tertinggal mentalnya dibandingkan dengan usia anak yang lainnnya. Atau kemungkinan
bisa anak-anak tersebut berperilaku diluar usia anak-anak. Karena menurut fenomena
yang terjadi sekarang ini adalah, banyaknya anak yang tidak mendapat perhatian dari
orang tua nya, maka banyak terlihat anak-anak yang mengemis, menjadi pengamen
jalanan. Itu membuktikan bahwa hak sipil anak belum bisa terpenuhi.
Penerbitan Kartu Tanda Anak telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia
seperti Yogyakarta, Padang, Surakarta, Denpasar, Makassar, dan Batam dengan nama
Kartu Identitas Anak (KIA). Prosedur pembuatan KIA membutuhkan dokumen-dokumen
kependudukan seperti akta kelahiran dan Kartu Keluarga (KK). Dengan dikeluarkannya
kebijakan KIA maka orang tua dituntut agar mencatatakan anaknya dan mencarikan
dokumen kependudukan anak seperti akta kelahiran dan juga Kartu Keluarga (KK).
Secara tidak langsung, kebijakan KIA merupakan suatu bentuk strategi untuk
meningkatkan kepemilikan akta kelahiran serta pencatatan anak di dalam Kartu Keluarga
(KK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Penerbitan KIA di beberapa kota di Indonesia juga dimaksudkan agar anak
mendapatkan insentif berupa kemudahan akses informasi, kemudahan pemberian
pelayanan publik, dan kemudahan pemberian bantuan sosial. Seperti yang telah dilansir di
http://mediainfokota.jogjakota.go.id, Pemilik KIA di Yogyakarta mendapatkan akses
atau kemudahan untuk pendaftaran sekolah, melakukan transaksi keuangan di dunia
perbankan dan PT Pos Indonesia, pelayanan kesehatan di puskesmas dan RSUD, sebagai
tanda pengenal dan bukti diri yang sah, Mengurus SIM dan STNK bagi yang telah berusia
16 tahun, pembuatan dokumen keimigrasian, serta pewarisan atau peralihan hak atas
tanah dan bangunan. Sementara itu di Padang, Denpasar, Makassar, dan Batam,
Pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang
pemberian insentif berupa santunan kematian bagi pemilik Kartu Identitas Anak (KIA).
Kota lain di Indonesia yang menerapkan program Kartu Tanda Anak adalah
Surakarta. Di Surakarta, program Kartu Tanda Anak lebih dikenal dengan nama Kartu
Insentif Anak (KIA). Penerbitan Kartu Insentif Anak di Surakarta merupakan tindakan
nyata pemerintah kota Surakarta untuk mewujudkan kesejahteraan dalam rangka
pemenuhan hak-hak anak sebagaimana dituliskan dalam Peraturan Walikota Surakarta
Nomor 21 Tahun 2009 tentang Kartu Insentif Anak. Program KIA di Surakarta didasari
oleh penunjukan kota Surakarta sebagai pilot project Kota Layak Anak. Pemerintah Kota
Surakarta telah menandatangani MOU (Memorandum Of Understanding) dengan 31
stakeholders untuk bekerja sama dalam program ini. Hasilnya ialah stakeholders yang
telah bekerja sama dengan pemerintah bersedia memberikan insentif berupa potongan
harga khusus (diskon) kepada anak yang memiliki KIA. Dengan adanya KIA di
Surakarta, diharapkan anak memperoleh akses lebih luas terhadap haknya di bidang
rekreasi, transportasi, olahraga, kesehatan, pendidikan, informasi, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Penerbitan KIA diharapkan mampu meningkatkan kepemilikan akte kelahiran
karena persyaratan pembuatan KIA di Surakarta harus menyertakan fotocopy akta
kelahiran. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kepala Bidang Data dan Statistik Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surakarta, Said Romadhon,
“Keberadaan KIA sebenarnya mendorong tingkat kesadaran orang tua untuk menerbitkan dan melakukan pencatatan akta kelahiran. Sebab di Solo cakupan Akta Kelahiran bagi balita masih 80 persen saja.” (Harian Joglosemar, Kamis 10 Juni 2010)Peluncuran (launching) KIA pertama kali dilakukan pada tanggal 19 Desember 2009 di Taman Cerdas, Sumber, Kecamatan Banjarsari.’’ Banjarsari merupakan kecamatan pertama yang ditunjuk sebagai daerah yang
memulai program KIA. Di kecamatan ini mula-mula diterbitkan 10.000 KIA dari total
35.000 anak usia 0-18 tahun. Proses pembuatan KIA di Surakarta dilakukan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Proses Pendaftaran bisa dilakukan secara individu
maupun kelompok. Namun pendaftar KIA pada saat awal program dikenalkan hanya
sekitar 700-800 orang saja. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil juga melakukan
sosialisasi dan workshop yang melibatkan empat kecamatan lain di Surakarta, yakni
Serengan, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Jebres. Pada tanggal 26 Juli 2010, launching KIA
tingkat kota dilakukan di Taman Balaikambang bertepatan dengan hari anak nasional.
Tehnis dari KIA ini adalah berupa pemberian potongan harga atau diskon kepada anak-
anak untuk bisa menikmati fasilitas umum yang ada di kota Surakarta ini. Misalnya saja
adalah, PT Gramedia, Pusat Buku Sekawan, TB Togamas, The Sunan Hotel, THR
Sriwedari, PT Askes, PT Batik Danar Hadi, Elfa’s Music School, Toko Mardi Rahayu,
Risc Komputer, English Language Course, Optik Pranoto,
Anak tidak terlepas dari yang namanya orang tua, dimana orang tua adalah
komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk
mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat. Orang tua selalu mempunyai peran yang besar terhadap perkembangan
dan pertumbuhan si anak baik dalam apapun. Orang tua juga harus bisa menjamin dan
memberikan pemenuhan-pemenuhan hak atas anak, misalnya hak pendidikan, rekreasi,
hiburan dan sabagainya.
Menurut Robert J. Doman, Jr dalam jurnalnya yang berjudul A Child’s
Education Begins with Educating the Parents, Volume 19 No. 6, 2006 (dalam
http://nacd.org/journal/parenting101_educate_parents.php) :
Parents are children's first teachers and most important. If you have questions role of parents as educators, they need only look at the fact that most children will learn more when they are five years than they will for the rest of their lives. Although the involvement of parents in the first few years of a child's life are very important for the development, parents can give individual attention continues to be very important throughout the child's education. Good school and great teachers is important, but good parents and great care is important. Who is the greatest world expert on the individual child? This is not a teacher or a school psychologist or pediatrician - the parents! In most cases, however, parents are the greatest experts on each child was not an expert in children in general, and they require specialized knowledge and experience to help their children develop to their fullest potential.( terjemahaan Orangtua adalah guru anak-anak pertama dan paling penting. Jika ada pertanyaan peran orang tua sebagai pendidik, mereka hanya perlu melihat kenyataan bahwa kebanyakan anak akan belajar lebih banyak pada saat mereka berusia lima tahun daripada mereka akan selama sisa seluruh hidup mereka. Meskipun keterlibatan orang tua dalam beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting untuk perkembangan, orang tua dapat memberikan perhatian individu terus menjadi sangat penting seluruh pendidikan anak. Sekolah yang baik dan guru besar adalah penting, tetapi orang tua yang baik dan pengasuhan besar adalah penting. Siapa ahli dunia terbesar pada anak individu? Ini bukan guru maupun psikolog sekolah atau dokter anak - itu orangtua! Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, orang tua yang ahli terbesar pada anak masing-masing bukanlah seorang ahli anak pada umumnya, dan mereka membutuhkan pengetahuan khusus dan pengalaman untuk membantu anak-anak mereka mengembangkan potensi mereka sepenuhnya.)
Dengan adanya program pemerintah ini, melalui Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Kota Surakarta, diterbitkannya KIA tersebut yang berfungsi untuk
pemenuhan hak sipil anak, dimana hak sipil anak itu yang terkait dengan KIA ini adalah
hak sipil anak untuk Berpendapat, Kebebasan Berpikir, Berkesadaran (Berhati Nurani)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dan Beragama, Kebebasan Berserikat dan berkumpul, dan Akses kepada Informasi yang
Layak. Dengan adanya hak sipil anak tersebut maka, diharapkan para orang tua di Kota
Surakarta itu bisa menunjang hak anak sekaligus bisa memenuhi hak –hak anak,
sehingga bisa membantu program KIA tersebut. Dan nantinya bisa diketahui seberapa
jauh orang tua mengakses program KIA tersebut. Maka penulis konsen mengambil
penelitian tentang “Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan Program Kartu Insentif Anak
Di Kota Surakarta’’.
B. RUMUSAN MASALAH
· Bagaimana Peran Orang Tua Dalam Memanfaatkan Program Kartu Insentif Anak Di
Kota Surakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
· Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana peran serta orang tua di kota
Surakarta untuk memanfaatkan Kartu Insentif Anak.
D. MANFAAT PENELITIAN
· Bagi Peneliti :
- Hasil penelitian ini bisa memperkaya pengetahuan dan memberi sumbangan
pemikiran, serta menjadi syarat untuk menyelesaikan studi di jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
· Bagi Orang Tua :
- Adanya Kartu Insentif Anak ini, para orang tua di kota Surakarta bisa lebih
memberikan pemenuhan hak sipil bagi anak-anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
- Orang Tua bisa lebih paham akan kebutuhan yang dibutuhkan anak-anaknya,
dalam menunjang perkembangan anak-anaknya.
E. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
1. Konsep Yang Digunakan
1.1 Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran adalah perilaku normatif yang
melekat pada status, sedangkan status adalah kedudukan dalam sistem sosial. Sedangkan
peranan adalah fungsi sosial yang didapatkan oleh individu dalam perkembangannya
dengan belajar, baik yang disengaja maupun tidak disengaja (Sumadi Suryabarata, 2000).
Soerjono Soekanto (1982) memberikan definisi mengenai peranan yaitu ”Peranan
atau peran merupakan perilaku yang berkaitan dengan status atau kedudukan”. Artinya
peranan yang dimaksud tersebut terletak pada status atau kedudukan yang mempengaruhi
perilaku seseorang. Sebagai pola perilaku, maka peranan mempunyai beberapa unsur
yakni antara lain:
a. Peranan ideal, sebagaimana dirumuskan atau diharap-harapkan oleh masyarakat
terhadap status-status tertentu. Peranan ideal merupakan hak dan kewajiban
yang terkait pada status tertentu.
b. Peranan yang diharapkan sendiri. Peranan ini merupakan hal yang oleh individu
harus dilakukan pada situasi tertentu. Artinya seseorang individu menganggap
bahwa dalam situasi tertentu dirumuskan dia harus melaksankan peranan situasi
tertentu.
c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan merupakan peranan yang
sesungguhnya dilaksanakan dalam kenyataan, mungkin saja berbeda dengan
peranan ideal maupun peranan-peranan yang dianggap oleh diri sendiri, peranan
yang dilaksanakan secara aktual senantiasa dipengaruhi oleh sistem
kepercayaan, harapan-harapan atau kepribadian individu yang bersangkutan
(Soerjono Soekanto, 1982”30-31).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Menurut Hendropuspito (1984), peran adalah suatu konsep fungsional yang
menjelaskan fungsi tugas seseorang dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata
dilakukan seseorang. Peran sebagai konsep menunjukkan apa yang dilakukan oleh
seseorang.
Dari pengertian-pengertian di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan
mengenai peran, yaitu suatu tugas yang dilakukan dengan sengaja atau tidak yang
berkaitan dengan status dan kedudukan yang melekat pada perilaku seseorang dalam
terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Apabila seseorang telah melaksanakan hak-hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah menjalankan perannya. Peran
orang tua di sini berkaitan dengan kekuasaan dalam rangka melaksanakan tugas sebagai
orang tua, karena kedudukannya dapat memberi pengaruh dan perubahan.
1.2 Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga. Orang tua adalah yang pertama-tama dan terutama bertanggung jawab untu
mengatur, mengkoordinasikan serta memberikan rangsangan-rangsangan kepada anak.
Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah
tangga, dan dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan Ibu-Bapak. Orang tua
adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya, yang berarti pendidik atau orang tua
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak, dengan mengesampingkan keinginan
dan kesenangan sendiri. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh
dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, orang tua memegang peranan yang
penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Untuk lebih memperjelas
mengenai pengertian orang tua, maka penulis juga mengutip pengertian orang tua dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
UU RI No.20 tahun 2003 pasal 7 yaitu: (1) ”Orang tua berhak berperan serta dalam
memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan
anaknya”. (2) ”Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan
pendidikan dasar kepada anak”. Selain itu PP No.27 tahun 1990 pasal 1 ayat 4
menjelaskan ”Orang tua adalah ayah dan/atau ibu atau wali anak didik yang
bersangkutan”. Dapat disimpulkan bahwa pengertian orang tua dalam penelitian ini
adalah suami istri yang sudah disebut sebagai bapak dan ibu dan dianggap dewasa atas
dasar ikatan pernikahannya dan sudah dikaruniai anak serta bertanggung jawab terhadap
segala perbuatannya. Sedangkan bagi pasangan suami istri yang sudah dianggap dewasa
namun belum mempunyai anak maka belum dapat digolongkan sebagai orang tua, kecuali
mereka berdasarkan atas hukum telah mengangkat seseorang sebagai anaknya dan segala
hal kebutuhan anak adalah tanggung jawabnya.
1.3 Hak Sipil Anak
Merupakan bagian tidak terpisahkan dari Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia
bersifat Umum, berlaku untuk semua manusia di mana saja. Utuh tidak boleh dirampas
siapapun dan tidak boleh diserahkan walaupun secara sukarela. Setara tidak ada tingkatan
antara satu hak dan hak lainnya. Ada beberapa macam hak sipil anak itu, antara lain :
1. Hak atas lingkungan keluarga : merupakan hak asasi khusus untuk anak. Orang
dewasa tidak mempunyai hak ini, berarti bahwa anak mempunyai hak untuk diasuh
oleh orangtuanya. Jika orangtua tidak ada atau tidak mampu mengasuh, anak berhak
mendapatkan keluarga/pengasuh pengganti. Hak atas lingkungan keluarga meliputi
juga hak anak untuk dilindungi dari segala bentuk tindak kekerasan (fisik, mental,
seksual, dan penelantaran/pengabaian) oleh orangtua atau wali anak. Jika anak
mengalami tindak kekerasan dan pengabaian, maka Negara wajib memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
perlindungan kepada anak, kalau perlu dengan mencabut kuasa asuh orangtua/wali,
dan pada tingkat yang serius, menghukum orangtua/ wali.
2. Hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar : Anak mempunyai hak atas standar
kesehatan tertinggi yang bisa diberikan, misalnya: Pencegahan penyakit, kurang gizi
dan pengurangan angka kematian bayi. Dalam hak kesehatan ada juga layanan
kesehatan yang diberikan kepada anak, misalnya saja seperti asuransi kesehatan.
3. Hak atas pendidikan : hak pendidikan yang diberikan anak itu bisa berbagai macam,
berupa pendidikan formal ataupun pendidikan nonformalnya. Pendidikan formal
seperti sekolah, sedangakan pendidikan nonformal seperti bimbingan belajar ataupun
bimbingan-bimbingan lain yang bisa menunjang perkembangan pendidikan anak.
Tidak hanya itu saja hak pendidikan anak juga meliputi faktor penunjang untuk
pendidikan, misalnya buku-buku pelajaran dan keperluan-keperluan yang sekirannya
dibutuhkan dalam suatu aspek pendidikan.
4. Hak atas hiburan : merupakan salah satu bagian dari hak sipil anak yang dibutuhkan
anak untuk mendapatkan hiburan dan sebagai media untuk mengisi waktu luang,
beristirahat, dan juga media untuk berekreasi.
5. Hak atas perlindungan khusus : merupakan hak anak untuk mendapatkan sebuah
perlindungan khusus, dimana antara lain perlindungan dari situasi perang/sengketa
bersenjata, perlindungan dari eksploitasi ekonomi, perlindungan dari penyalahgunaan
narkoba, perlindungan dari eksploitasi dan kekerasan seksual, perlindungan dari
penjualan, penculikan dan perdagangan anak, dan perlindungan dari eksploitasi dalam
bentuk lainnya. (https://docs.google.com/pemenuhan hak sipil anak- 310712 ).
1.4 KIA ( Kartu Insentif Anak )
Kartu Insentif Anak, selanjutnya disingkat KIA, adalah kartu yang diterbitkan oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil bagi anak yang berdomisili di Kota Surakarta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah. Sasaran penerbitan KIA
adalah anak yang berdomisili di kota Surakarta dan berusia 0 sampai 18 tahun, belum
menikah dan orangtua anak mempunyai KTP Surakarta. Masa berlaku KIA adalah 3
tahun dan dapat diperpanjang sebatas usia anak sampai dia mendapatkan KTP (Kartu
Tanda Penduduk) (Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2009 tentang Kartu
Insentif Anak).
Pada Pasal 2 Peraturan Walikota tersebut dituliskan mengenai maksud dan tujuan
penerbitan KIA yaitu :
a. Maksud penerbitan KIA adalah :
1. Mendukung peningkatan kesejahteraan anak sebagai tatanan kehidupan dan
penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
2. Terpenuhinya sebagian hak anak dalam terciptanya kesejahteraan anak.
b. Tujuan penerbitan KIA adalah :
1. Sebagai kartu identitas bagi anak yang berdomisili di kota Surakarta.
2. Sebagai kartu yang memberi fasilitas tertentu oleh stakeholder yang telah
melakukan penandatanganan MOU dengan pemerintah kota Surakarta.
Pasal 3 Peraturan Walikota tersebut menuliskan mengenai ruang lingkup
pemanfaatan KIA yaitu pemberian keringanan fasilitas kepada anak meliputi pelayanan
kesehatan, pendidikan, hiburan, dan olahraga.
Sedangkan pada pasal 5 dijelaskan mengenai persyaratan penerbitan KIA antara
lain :
a. Mengisi formulir permohonan KIA
b. Fotokopi akta kelahiran anak
c. Pas photo anak ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk orang tua anak
e. Fotocopi Kartu Keluarga Orang Tua
2. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial sebagai acuannya. Weber
sebagai pengemuka dari paradigma ini mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan
sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal mengenai arah
dan konsekuensi tindakan sosial itu. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasar,
yakni konsep tidakan sosial dan konsep tentang penafsiran dan pemahaman.
Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber adalah tindakan yang nyata-nyata
diarahkan kepada orang lain, dapat berupa tindakan yang bersifat ”membatin” atau
bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau
merupakan tindakan pengulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi
yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (George Ritzer,
1985).
Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial tersebut, Weber mengemukakan
lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yakni:
1. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif.
Ini meliputi berbagai tindakan nyata.
2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya, dan bersifat subyektif.
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari situasi, tindakan yang sengaja
diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau beberapa orang.
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain
(George Ritzer, 1985).
Weber membedakan tindakan dari tingkah laku pada umumnya dengan
mengatakan bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah tindakan kalau gerakan itu tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
memiliki makna subjektif untuk orang yang bersangkutan. Suatu tindakan hanya dapat
disebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
perilaku orang lain, dan berorientasi pada perilaku orang lain. Dalam mempelajari
tindakan sosial Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman (interpretative
understanding) atau menurut terminologi Weber disebut verstehen. Verstehen merupakan
kunci bagi individu untuk menangkap arti tindakan sosial itu. Tidak hanya perilaku
(behavior) saja yang dipelajari tetapi motif dari tindakan tersebut.
Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya
mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah antara
tindakan rasional dan non rasional. Singkatnya, tindakan rasional (menurut Weber)
berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu
dinyatakan.
Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakan kedalam empat tipe,
yaitu:
1. Rasional Instrumental (Zwerk Rational)
Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar
menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan
nilai dari tujuan itu sendiri. Ia juga dapat menjadi cara dari tujuan lain
berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional, maka
akan mudah untuk memahami tindakan itu.
2. Rasional yang berorientasi nilai (Werk Rational Action)
Dalam tipe ini, aktor tidak dapat menentukan apakah cara-cara yang ia pakai
merupakan cara yang paling tepat untuk mencapai tujuan ataukah merupakan
tujuan itu sendiri. Dalam tindakan ini memang antar tujuan dan cara-cara
mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini
rasional dan dapat dipertanggung jawabkan karena dapat dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Tindakan Afektif (Affectual Action)
Tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-
puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional.
4. Tindakan Tradisional (Traditional Action)
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan
sesutau di masa lalu saja (George Ritzer, 1985).
Selanjutnya Ritzer mengemukakan tiga macam teori yang termasuk paradigma
definisi sosial, yaitu teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi. Ketiga teori
ini mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut pandangannya, manusia adalah
aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Kecocokannya yang lain adalah bahwa ketiga
teori ini sama berpendirian bahwa realitas sosial bukan merupakan alat statis daripada
paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-
norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya yang kesemuanya itu tercakup
dalam konsep fakta sosial (George Ritzer, 1985).
Dalam penelitian ini menggunakan Teori Aksi. Hinkle mengemukakan asumsi
dasar dari teori ini merujuk pada karya Mac Iver, Znanieeki dan Parsons (dalam George
Ritzer, 1985) sebagai berikut:
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sebagai subyek dan dari situasi
eksternal dalam posisinya.
2. Sebagai manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuannya.
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta
perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan hidup manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat
diubah dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang telah,
sedang dan akan dilakukan.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan akan
timbul pada saat pengambilan keputusan.
7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,
sympathetic, reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Parsons (dalam George Ritzer, 1985) menjelaskan bahwa teori aksi memang ideal
dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Parsons sebagai pengikut teori
aksi menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya individu selaku aktor.
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi
tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan
kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya
kelamin dan tradisi.
5. Aktor di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak
yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan
alternatif untuk mencapai tujuan. Contohnya kendala kebudayaan.
Aktor mengejar tujuan dalam situasi di mana norma-norma mengarahkannya dalam
memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak
menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor
untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai Voluntarisme yaitu
kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari
sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya (George Ritzer,
1985).
Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi ke dalam
paradigma definisi sosial. Aktor menurut konsep voluntarisme adalah pelaku aktif dan
kreatif serta mempunyai kemampuan meniliai dan memilih dari alternatif tindakan.
Walaupun aktor tidak memiliki kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas
dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi
dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan aktor. Tetapi
di sebelah itu aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif.
Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa tindakan sosial merupakan
suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang
kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinannya oleh sistem kebudayaan dalam
bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Di dalam menghadapi situasi yang
bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu di dalam dirinya berupa kemauan
bebas.
Orang tua termasuk kedalam institusi keluarga, yang dimana keluarga itu terdiri
dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Sebab
itu kita selalu berada dibawah pengawasan saudara-saudara kita, yang merasakan bebas
untuk mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji atau mengancam agar
kita melakukan kewajiban yang telah dibebankan kepada kita. Dalam masyarakat industry
dan kota, dimana diperkirakan bahwa setiap orang hidup tanpa ikatan apapun atau tak
dikenal, ternyata sering juga berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga yang lainnya.
Laki-laki yang telah mencapai kedudukan tinggi biasanya menyadari bahwa sekalipun
mereka pernah tetap tunduk pada kriktik orang tua, tetapi akan tetap marah dan terluka
jika dihina saudaranya.
Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, disamping agama yang secara resmi
telah berkembang di semua masyarakat. Istilah struktur sosial dalam ilmu antropologi
sering kali dipergunakan dalam pengertian struktur keluarga dan kekeluargaan.
Sebaliknya, ada yang membantah bahwa dalam masyarakat tertentu system hukum tidak
ada karena memang tidak ada suatu badan legislative atau hukum resmi, tetapi kedudukan
pribadi dalam keluarga dan tanggungjawabnya merupakan perhatian baik secara resmi
maupun tidak pada masyarakat dalam tingkat teknologi tinggi maupun rendah. Tugas-
tugas kekeluargaan merupakan tanggungjawab langsung setiap pribadi dalam masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dengan satu dua pengecualian. Hampir setiap orang dilahirkan dalam keluarga dan juga
membentuk keluarganya sendiri.
Keikutsertaan dalam aktivitas keluarga mempunyai segi menarik lainnya, ialah
bahwa meskipun tidak didukung oleh hukuman resmi yang biasanya mendukung banyak
kewajiban lainnya tetapi semua orang tetap mengambil bagian. Disamping itu keluarga
itu merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan pengertian
bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinnya. Peran tingkah laku yang
dipelajari di dalam keluarga merupakan contoh atau prototif peran tingkah laku yang
diperlukan pada segi-segi lainnya dalam masyarakat. Ciri utama lain dari sebuah keluarga
ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi tidak demikian
halnya pada semua system keluarga yang diketahui. Keluarga itu menyumbangkan hal-
hal berikut ini kepada masyarakat : kelahiran, pemeliharaan fisik anggota keluarga,
penempatan anak dalam masyarakat, pemasyarakatan, dan control sosial. ( William J
Goode : 4-8 )
Didalam keluarga bisa dijumpai Teori Sosialisasi, dimana sosialisasi disini adalah
suatu proses interaksi sosial melalui mana calon anggota masyarakat mengenal cara-cara
berpikir, berperasaan, dan beperilaku, sehingga dapat berperan secara efektif didalam
mayarakat. Teori sosialisasi dalam keluarga ada tiga macam, antara lain :
· Sosialisasi Pasif, sesuatu yang terjadi pada manusia, nilai-nilai diinternalisasikan,
perilaku diubah sementara anak memberi respons kepada tekanan-tekanan terhadap
dirinya. Anak tidak diberi kesempatan untuk menciptakan dunianya sendiri
demikian pula pengaruh anak terhadap tindakan orang tua atau guru-gurunya tidak
merupakan ciri central dari pandangan pasif. Anak menerima perannya dalam
masyarakat.
· Sosialisasi Aktif, orang tidak sekedar memberi respons kepada perannya, kepada
oriental nilai atau kepada substruktur ekonomi,melainkan secara aktif menciptakan
perannya dalam kondisi-kondisi material dimana ia hidup. Bahaya dari sosialisasi
aktif adalah bahwa di dalamnya tersirat individu mempunyai kebebasan untuk
mengekang kegiatan orang lain. Perilaku setiap orang ada batasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
· Sosialisasi Radikal, sosialisasi radikal ini dipandang sebagai aspek yang paling
penting, yakni bahwa sosialsisasi berlangsung dalam suatu masyarakat yang
berlapis-lapis. ( Bagus Haryono : 70-71 )
F. DEFINISI KONSEP
1. Peran
Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.
2. Orang Tua
Komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk
mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Hak Sipil Anak
Bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh
orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak sipil anak bisa berupa hak
atas lingkungan keluarga, hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar, hak atas
pendidikan, hak atas hiburan, dan hak atas perlindungan khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Kartu Insentif Anak
Merupakan sebuah usaha untuk menjamin dan melindungi hak – hak anak agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan menuju solo sebagai Kota Layak Anak.
G. PENELITIAN TERDAHULU
Dalam sub bab bagian ini, penulis berlandaskan pada penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh peneliti negeri ini diantaranya yang berkaitan dengan masalah Kartu
Insentif Anak Di Kota Surakarta adalah penelitian yang dilakukan oleh Ariyati Kartika
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jurusan
Administrasi Negara tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul KINERJA DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA DALAM
MENSOSIALISASIKAN PROGRAM KARTU INSENTIF ANAK (KIA).
Dimana hasil penenlitiannya adalah responden orang tua yang anaknya memiliki
KIA menyatakan bahwa sosialisasi program KIA masih memberikan dampak yang
sempit bagi mereka. Responden menyatakan bahwa KIA masih kurang penting dimiliki
oleh anak-anak di Surakarta. Setelah mendapatkan sosialisasi mengenai program KIA
mereka juga tidak langsung tertarik untuk membuatkan KIA. Responden juga tidak
mensosialisasikan kembali mengenai program KIA kepada orang lain setelah
mendapatkan informasi mengenai program tersebut. Responden yang sudah memiliki
KIA juga menyatakan bahwa mereka jarang menggunakan KIA sebagai kartu diskon
walaupun telah memiliki KIA. Alasan tidak menggunakan KIA sebagai kartu diskon
adalah karena responden beranggapan bahwa penggunaan KIA sebagai kartu diskon
masih sulit. Selain itu responden juga menyatakan bahwa diskon (insentif) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
diberikan mitra kerja (stakeholder) program KIA masih kurang berpengaruh terhadap
anak-anak mereka.
Dalam penelitian yang berjudul PERAN ORANG TUA DALAM PROGRAM
KARTU INSENTIF DI KOTA SURAKARTA, didapatkan hasil penelitian bahwa, orang
tua di kota Solo ini sudah berperan dalam memanfaatkan kartu insentif anak tersebut.
Baik berperan secara aktif maupun secara pasif, ada yang berperan berdasarkan dengan
keinginannya sendiri ( Tipe Tindakan Sosial Murni ), dan juga ada yang berperan bukan
karena keinginannya sendiri, ( Tipe Tindakan Afektif ). Di dalam penelitian ini diketahui
kalau orang tua sudah berperan memanfaatkan kartu insentif anak, tetapi belum
maksimal, masih belum bisa memanfaatkan untuk semua aspek yang sudah disediakan.
Ini terbukti dari hasil wawancara, kalau orang tua di kota Solo ini memanfaatkan kartu
insentif anak ini terpusat pada aspek pendidikan saja. Orang tua menganggap pendidikan
itu sangat penting bagi perkembangan otak anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah, sehingga orang tua tidak boleh
menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab dari sekolah. Itulah
mengapa orang tua banyak yang memanfaatkan Kartu Insentif Anak di aspek pendidikan.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam pemenuhan hak sipil untuk
anaknya, yang dimana ada empat hak sipil anak yang perlu dipenuhi yaitu hak
pendidikan, hak kesehatan, hak hiburan, dan hak olahraga. Keempat hak sipil anak
tersebut bisa terpenuhi melalui Kartu Insentif Anak ( KIA ) dan orang tua
menggunakan, memanfaatkan KIA tersebut. KIA diterbitkan oleh Pemerintah Kota
Surakarta dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta yang bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sama dengan beberapa stake holder yang sudah ditunjuk untuk menunjang program KIA.
Stake holdenya antara lain ada Elti, PT Gramedia, TB Togamas, Pusat Buku Sekawan,
Optik Kunanti, Optik Pranoto, THR Sriwedari, dan juga Kolam Renang Tirtomoyo.
Setelah orang tua dapat memanfaatkan KIA, berarti orang tua sudah ikut
berperan dalam program pemerintah yaitu Kartu Insentif Anak. Seperti digambarkan
dalam bagan dibawah ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
H. METODE PENELITIAN
1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Surakarta yang berlokasi di Jalan Bhayangkara no. 3, Surakarta dengan pertimbangan
bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan instansi pemerintah yang
berwenang dalam mensosialisasikan program KIA. Sementara pemilihan lokasi di kota
Surakarta mengambil pertimbangan bahwa program KIA di Surakarta akan menjadi
percontohan di Indonesia sebagai salah satu upaya dalam mensukseskan program Kota
Layak Anak (KLA).
2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif. Metode deskriptif merupakan
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu.
Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis.
Yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang
diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh, jadi penelitian deskriptif kualitatif studi
kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret
kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya.
3 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah :
a. Sumber Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Data diperoleh secara langsung dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Surakarta mengenai informan yang sudah mempunyai KIA. Dalam penelitian
ini, informannya adalah orang tua yang sudah mempunyai KIA di Kota Surakarta.
Jumlah orang tua tidak dibatasi jumlahnya sampai dirasa sudah cukup untuk
menjawab permasalahan yang terjadi.
b. Sumber Data Sekunder
Data diperoleh dari arsip dan dokumen Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Surakarta yang berhubungan dengan penelitian. Akses internet pun juga menjadi
pelengkap dari sumber data sekunder ini.
4 Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara Secara Mendalam
Wawancara kali ini dilakukan di kantor Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Surakarta karena salah satu informan ada yang bekerja disitu. Wawancara juga
bisa dilakukan di rumah agar lebih santai seperti ngobrol biasa. Peneliti juga bisa
secara bebas mendatangi rumah informan kalau dirasa jawaban yang diberikan
informan itu masih kurang dengan memberikan konfirmasi dahulu sebelumnya.
b. Studi Kepustakaan
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan misalnya, arsip, dokumen yang
dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dan juga
buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti sehingga data yang diperoleh
sesuai dengan yang diinginkan.
c. Proses Pengambilan Sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Penelitian ini bersifat purposive sampling. Dalam hal ini peneliti memilih
informan dari keseluruhan masyarakat yang ada, yang dianggap mengetahui informasi
dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data
yang mantap sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti memperoleh data ( Sutopo, 2002:56 ).
Sampel yang dijadikan informan dalam penelitian ini, adalah orang tua di kota
Surakarta, stake holder pendukung KIA, dan pihak dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil kota Surakarta. Jumlah sample orang tua tidak ditentukan jumlahnya,
yang penting sudah memenuhi maksud dan tujuan dari penelitian ini. Data pengguna
KIA didapatkan dari Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Surakarta, dan didapatkan ada 8 nama orang tua yang tersebar di 6 kelurahan, antara
lain Mojosongo, Kadipiro, Mangkunegaran, Ngemplak, Kratonan, dan Dawung.
Seperti digambarkan dalam peta dibawah ini.
Gambar 1.1 ( Peta Lokasi Penelitian )
Keterangan:
Warna hijau merupakan daerah atau wilayah penenitian, dengan rincian :
No 1 : Mojosongo No 3 : Kratonan No 5 : Ngemplak
KECAMATAN JE BRE S
Mojoso ngo
Kadipir o
Krato nan
2
3
4
5
6
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
No 2: Kadipiro No 4 : Dawung No 6 : Mangkunegaran
Untuk mendapatkan data orang tua tersebut, penulis menjalin relasi dengan salah
satu karyawan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil supaya bisa
mempermudah pencarian responden untuk penelitian ini. Yang dimaksud disini,
petugas tersebut juga mempunyai teman yang menggunakan KIA, dan kebetulan
termasuk di dalam daerah penelitian. Sehingga di dapatkan 8 orang tua, dengan
rincian :
Mojosongo : 3 Responden Mangkunegaran : 1 Responden
Kratonan : 1 Responden Dawung : 1 Responden
Kadipiro : 1 Responden Ngemplak : 1 Responden
Selain responden orang tua yang bejumlah 8 orang, ada juga responden lainnya,
yaitu 8 stake holder pendukung KIA, yang terdiri dari ELTI Gramedia, Pusat Buku
Sekawan, PT Gramedia, Toko Buku Togamas, Optik Kunanti, Optik Pranoto, THR
Sriwedari, dan Kolam Renang Tirtomoyo, selain itu ada 2 responden dari pihak Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta.
5 Validitas Data
Dalam penelitian ini untuk mencari validitas data, digunakan metode triangulasi
data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan data dan sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi data yang paling banyak dilakukan
adalah pemeriksaan melalui sumber lain ( Moleong, 1991 :178 ). Dalam hal ini
metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data dengan menggunakan
beberapa sumber untuk mengumpulkan data yang sama yaitu melakukan kroscek
dengan beberapa sumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan demikian apa
yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik
kelompok sumber sejeniks maupun sumber yang berbeda jenis( Sutopo, 2002 :79 ).
6 Teknik Analisis Data
Dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian akan dianalisis secara kualitatif
dengan menggunakan model analisa interaktif. Empat komponen yang digunakan
dalam analisa interaktif adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Hal ini dapat diterangkan melalui bagan berikut ini :
Bagan 1.2
Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo, 2002:96)
a. Pengumpulan Data
Merupakan suatu proses pengumpulan data yang ada dilapangan yang dilakukan
oleh peneliti.
b. Reduksi data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar
yang ada dalam fieldnote. Proses ini yang berjalan terus sepanjang pelaksanaan
riset, yang dimulai bahkan sebelum pengumpulan data dilakukan. Reduksi data
Pengumpulan Data
Sajian Data Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual,
pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tentang cara
pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung,
reduksi data berupa membuat singkatan, koding, memusatkan tema, membuat
batas permasalahan dan menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung sampai
penelitian selesai ditulis.
c. Penyajian Data
Ada suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa
yang terjadi dan memungkinkan untuk
mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain yang berdasar penelitian
tersebut. Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya, akan banyak
menolong peneliti sendiri.
d. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan yang perlu diverivikasikan dapat berupa pengulangan yang meluncur
cepat, sehingga penelitian kedua timbul melintas dalam pikiran peneliti pada
waktu menulis dengan melihat kembali sebentar pada fieldnote.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
1. Sejarah Berdirinya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
Menurut sejarah lembaga yang dulunya hanya bernama “Burgerlijk Stand” atau
disingkat “BS” yang artinya Catatan Kependudukan/ Lembaga Catatan Sipil. Catatan
Sipil ini berasal dari Negara Belanda, sedangkan Negara Belanda sendiri mengambilnya
dari Negara Perancis pada waktu terjadi pergerakan revolusi Perancis. Lembaga Catatan
Sipil yang ada di Indonesia merupakan peninggalan dari pemerintah Kolonial Belanda.
Sebab pada waktu dahulu Negara Indonesia adalah negara jajahan Belanda. Hal ini juga
tidak terbatas pada lembaganya saja, namun juga hampir seluruh peraturan-peraturan di
segala bidang kehidupan. Pengaruh yang terjadi dari semua itu adalah bahwa kepribadian
bangsa kita seolah-olah tertutup oleh ketentuan atau kepribadian bangsa penjajah, dalam
hal ini adalah Belanda. Dimana peraturan yang dibuatnya disesuaikan dengan kepribadian
masyarakat negara tersebut.
Pada zaman Hindia Belanda, peraturan perundang-undangan mengenai Catatan
Sipil adalah bersifat Pluralistis dan masih membeda-bedakan penduduk ke dalam
beberapa golongan. Golongan-golongan tersebut adalah :
(1) Penduduk golongan Eropa dan mereka yang tunduk pada hukum Eropa.
(2) Penduduk golongan Timur Asing. Golongan ini masih terbagi lagi menjadi
dua golongan, yaitu :
a. Golongan Tionghoa.
b. Golongan Non Tionghoa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(3) Penduduk golongan Indonesia. Penduduk golongan ini masih terbagi lagi
menjadi dua golongan, yaitu :
a. Golongan Indonesia Asli.
b. Golongan Indonesia Kristen.
Keadaan ini berakhir pada tahun 1967 berdasarkan Instruksi Presiden Kabinet
Ampera No. 31/U/In/12/1966 tanggal 27 Desember 1966 yang menyampaikan bahwa
sejak itu Catatan Sipil “terbuka” untuk umum, khususnya untuk mengenai akta kelahiran
dan kematian.
Menurut perkembangannya Pencatatan Sipil dapat kita lihat sebagai berikut :
(1) Periode tahun 1820.
Pelaksanaan catatan sipil sudah ada di Indonesia, peraturan yang berlaku
merupakan peralihan / warisan dari pemerintah kolonial Belanda yang kemudian
di terapkan di Indonesia.
Fungsinya mencatat / membukukan selengkap mungkin atas peristiwa-
peristiwa penting untuk orang Eropa yang berada di Indonesia seperti kelahiran,
kematian, perkawinan, perceraian, serta pengakuan dan pengesahan anak.
(2) Periode tahun 1849.
Pada tanggal 10 Mei 1849 berlaku peraturan Catatan Sipil untuk orang
Eropa dan orang Indonesia Asli yang menurut hukumnya dipersamakan dengan
hukum yang berlaku bagi golongan Eropa (Staatblad tahun 1849 No.25).
(3) Periode tahun 1919.
Penyelenggaraan daftar-daftar catatan sipil untuk orang Tionghoa diatur
dalam ordonansi tanggal 19 Maret 1917 Nomor 130 yang diubah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Staatblat 1918 Nomor 356 dan setelah pembaharuan maka di tetapkan berlaku
mulai tanggal 1 Mei 1919 dengan staatblad Nomor 81.
(4) Periode tahun 1928
Ordonansi tanggal 15 Oktober 1920 No. 751 jo Staatblad 1927 No. 564 dan
setelah dirubah pada tahun 1927 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1928
adalah ordonansi yang berlaku untuk beberapa golongan penduduk Indonesia di
jawa dan Madura, yang tidak termasuk rakyat Swapraja diberikan pelayanan
Catatan Sipil dengan pembatasan sebagai berikut :
(a) Bangsawan.
(b) Pegawai negeri dengan gaji minimal F.100 (seratus golden).
(c) Opsir-opsir tentara dan pensiunannya.
(d) Semua orang yang pada sebagian hukum privat golongan Eropa.
(e) Turunan laki-laki dari tersebut di atas.
(5) Periode tahun 1945 sampai tahun 1966.
Pada masa ini ternyata walaupun telah merdeka, tetapi tetap berlaku
penggolongan penduduk.
(6) Periode tahun 1967.
Berdasarkan Instruksi Presiden Kabinet Ampera Nomor 31/6/In/12/1966
tanggal 27 Desember 1966 yang menyatakan bahwa sejak saat itu Catatan Sipil
“terbuka” untuk umum, khususnya akta kelahiran dan akta kematian (Buku Saku
Petunjuk Praktis Akta-Akta Catatan Sipil.2000 :1-4).
Pada mulanya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
berbentuk kantor yang bernama Kantor Catatan Sipil Surakarta. Kantor Catatan Sipil ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
hanya membidangi satu tugas saja, yaitu tugas dibidang Pencatatan Sipil. Sedangkan
fungsi Kantor Catatan Sipil adalah sebagai berikut :
a) Mengeluarkan produk yang berupa dokumen negara antara lain akta
kelahiran, akta kematian, akta perkawinan, akta perceraian, serta akta
pengakuan dan pengesahan anak.
b) Pemeliharaan akta catatan sipil.
c) Pengukuhan kepada masyarakat tentang Catatan Sipil.
d) Penyediaan data atau informasi catatan sipil dalam rangka perumusan
kebijaksanaan pembangunan.
Sejalan dengan diterapkannya asas Desentralisasi, Otonomi Daerah di Surakarta
diawali dengan diterapkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Surakarta
yag terdiri dari 15 Dinas, lima Badan, empat Bagian, dan Delapan Kantor. Setelah
dikeluarkannya Perda tersebut maka Kantor Catatan Sipil Surakarta berubah menjadi
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dengan dasar pelaksanaan
tugas diatur dalam Keputusan Walikota Surakarta Nomor 26 Tahun 2001 tentang
Pedoman Uraian Tugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta.
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota tersebut, maka Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil tidak hanya bertugas di bidang catatan sipil saja, namun juga
melaksanakan kebijakan di bidang kependudukan.
2. Visi dan Misi
2.1 Visi
Terwujudnya tertib Administrasi Kependudukan dan Semua Anak Tercatat
Kelahirannya dengan pelayanan prima menuju penduduk berkualitas.
2.2 Misi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
· Mengembangkan kebijakan dan sistem serta menyelenggarakan pencatatan
sipil semua anak di Surakarta tercatat kelahirannya.
· Mengembangkan kebijakan dan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK).
· Mengembangkan dan memadukan kebijakan serta menjalankan sistem
informasi, serta mampu menyediakan data dan informasi kependudukan
secara lengkap, akurat, dan memenuhi kepentingan publik dan pembangunan.
· Mengembangkan kebijakan dan Sistem serta menyelenggarakan dokumentasi
register akta-akta catatan sipil dan kependudukan serta memberikan
pelayanan informasi di bidang pendaftaran penduduk dan catatan sipil.
· Menyusun data-data kependudukan sebagai dasar perencanaan dan perumusan
pembangunan nasional dan daerah yang berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan penduduk.
· Mengembangkan pranata hukum, kelembagaan serta peran serta masyarakat
untuk pelaksanaan dan pendayagunaan manfaat administrasi kependudukan
guna perlindungan sosial dan penegakan hak-hak penduduk.
Guna tercapainya visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, maka Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil menetapkan strategi-strategi sebagai berikut :
· Memaksimalkan Sosialisasi dalam rangka tertib administrasi kependudukan.
· Penambahan Sumber Daya Manusia melalui usulan ke Badan Kepegawaian
Daerah Kota Surakarta dan mengikutsertakan pegawai untuk mengikuti
berbagai pelatihan teknis.
· Mengusulkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
· Meningkatkan kegiatan sosialisasi kesadaran tertib administrasi
kependudukan bagi masyarakat.
Memanfaatkan dokumentasi dan informasi yang dapat diakses masyarakat
(penyediaan leaflet pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil).
3 Tugas Pokok dan Fungsi
3.1 Tugas Pokok :
Tugas pokok Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta adalah
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kependudukan dan pencatatan
sipil.
3.2 Fungsi :
Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan Kesekretariatan
b. Penyusunan Rencana Program Evaluasi dan Pelaporan
c. Pengelolaan Administrasi Kependudukan
d. Pencatatan dan Penerbitan Akta-akta kependudukan dan Pencatatan Sipil
e. Pengelolaan dan Pelayanan dokumen
f. Penyelenggaraan sosialisasi kependudukan
4 Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil meliputi :
a. Kartu Keluarga ( KK ).
b. Kartu Tanda Penduduk ( KTP ).
c. Pindah Datang.
d. Perubahan KK dan KTP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e. Kartu Identitas Anak ( KIA ).
f. Kartu Identitas Tamu ( KIT ).
g. Penduduk Sementara.
Sementara itu penyelenggaraan akta pencatatan sipil oleh Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil meliputi :
a. Akta Kelahiran.
b. Akta Kematian.
c. Akta Perkawinan non Islam.
d. Akta Perceraian non Islam.
e. Akta Pengakuan AnakPenerbitan Kutipan Kedua dan seterusnya.
f. Perubahan Akta.
g. Surat Keterangan.
5 Struktur Organisasi
Susunan organisasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
sesuai dengan Pasal 17 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat.
i. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
ii. Sub Bagian Keuangan.
iii. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3. Bidang Data dan Statistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
i. Seksi Pengolahan Data dan Statistik.
ii. Seksi Sistem Teknologi dan Informasi.
4. Bidang Pendaftaran Penduduk.
i. Seksi Identitas Penduduk.
ii. Seksi Perpindahan dan Pendataan Penduduk Rentan.
5. Bidang Pencatatan Sipil.
i. Seksi Perkawinan dan Perceraian.
ii. Seksi Kelahiran, Kematian, Pengakuan, dan Pengesahan Anak.
6. Bidang Dokumentasi dan Informasi.
i. Seksi Pengelolaan Dokumentasi.
ii. Seksi Penyuluhan dan Pelayanan.
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Untuk lebih jelasnya mengenai susunan organisasi Dinas Kependudukan
Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta berikut ini akan disajikan dalam bentuk bagan
struktur oganisasi :
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTANOMOR 15 TAHUN 2008
KEPALA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG DATA DAN STATISTIK
Sub Bag Perencanaan, Evaldan Pelaporan
SEKRETARIAT
Sub BagianKeuangan
Sub BagianUmum danKepegawaian
BIDANG PENDAFTARAN PENDUDUK
BIDANG PENCATATAN SIPIL
BIDANG DOKUMENTASI INFORMASI
Seksi PengolahanData Dan Statistik
Seksi SistemTeknologi Informasi
Seksi IdentitasPenduduk
Seksi PerpindahanDan PendataanPenduduk Rentan
Seksi PerkawinanDan Perceraian
Seksi Kelahiran, Kematian, Pengakuan Dan Pengesahan Anak
Seksi PengelolaanDokumentasi
Seksi PenyuluhanDan Pelayanan
BAGAN ORGANISASI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA
Sumber : Sub Bag. Umum dan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
6 Sumber Daya Manusia dan Personil
Sumber Daya Manusia/ Personil yang ada pada organisasi Dinas Kependudukan
Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta dari segi kualitas belum memadai khususnya segi
profesionalisme, terutama yang memiliki jenjang strata 2 sangat terbatas sehingga perlu
adanya peningkatan jenjang pendidikan teknis dari strata 1 ditingkatkan ke strata 2 dan
strata 2 ditingkatkan ke strata 3. Organisasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kota Surakarta yaitu jumlah Pegawai: 64 orang, dengan rincian Laki-Laki: 39 orang,
perempuan 25 orang. Berikut pembagian pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Surakarta berdasarkan golongan.
Tabel 2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
Berdasarkan Golongan
No Gol./ Ruang Kepangkatan
PNS CPNS Jml
L P L P
1
2
3
IV c
IV b
IV a
1
3
2
1
1
-
-
-
-
-
1
4
2
3
4
5
6
III d
III c
III b
III a
3
4
15
4
5
1
11
2
-
-
-
-
-
-
-
-
8
5
26
6
7
8
9
10
II d
II c
II b
II a
4
-
-
0
1
-
1
2
-
-
-
-
-
-
-
-
5
0
1
2
11
12
13
I d
I c
I a
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
14 Honorer 1 - - - 1
Jumlah 37 25 0 0 62
Sumber : SKPD : Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
Keadaan pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
menurut tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
No Tk Pendidikan
PNS CPNS Jumlah
L P L P
1
2
3
4
5
6
7
8
9
S 2
S 1
D 4
Sarj. Muda
D 3
D 2
SMA
SMP
SD
5
12
1
2
-
-
17
-
-
2
10
-
1
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7
22
1
3
-
-
29
-
-
Jumlah 37 25 0 0 62
Sumber : SKPD : Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Surakarta
7 Landasan Hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
Landasan hukum pelaksanaan tugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Surakarta meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Tahun
1950 No.41).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinin (Lembaran Negara
RI tahun 1974 Nomor 1, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3019).
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
(Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4235).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indaonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286).
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
7. Undang- Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
8. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
9. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
10. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah.
11. Undang-Undang No 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
13. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata
Cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
14. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010 tentang Penerapan KTP berbasis
NIK secara nasional.
15. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
16. Peraturan Walikota Nomor 6B Tahun 2008, tentang Rencana Kerja
Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2009.
17. Peraturan Walikota Nomor 19-H Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian
Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
B. Gambaran Mengenai Program Kartu Insentif Anak
Program Kartu Insentif Anak (KIA) adalah suatu program yang dibuat oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta demi mewujudkan visi dari
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Surakarta yaitu “Tertib Administrasi
Kependudukan Serta Semua Anak Surakarta Tercatat Kelahirannya”. Program ini dibuat
sebagai suatu insentif bagi anak-anak kota Surakarta yang telah mempunyai akta
kelahiran. Oleh karena itu sasaran dari program KIA adalah anak-anak yang telah tercatat
kelahirannya atau memiliki akta kelahiran, berdomisili dan mempunyai dokumen
kependudukan di kota Surakarta, dan berusia 0 sampai 18 tahun atau yang belum pernah
menikah. Tujuan dibuatnya Kartu Insentif Anak (KIA) adalah sebagai kartu identitas bagi
anak yang berdomisili di Kota Surakarta serta sebagai kartu yang member fasilitas
tertentu oleh stakeholder (mitra kerja) yang telah melakukan penandatanganan MOU
dengan Pemerintah Kota Surakarta. Dasar hukum program KIA adalah sebagai berikut :
a. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 tahun 2009 tanggal 7 Desember 2009
tentang Kartu Insentif Anak
b. Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Kota Surakarta dengan stakeholders
tentang Penggunaan Kartu Insentif Anak (KIA) Dalam Pelayanan
Kependudukan (Memorandum Of Understanding (MOU)
c. Perjanjian Bersama antara Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta dengan stakeholders tentang Penggunaan Kartu Insentif Anak (KIA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
untuk fasilitasi Pelayanan, Pendidikan, Kesehatan, Olah Raga, Hiburan, dan
lainnya (Memorandum Of Agreement atau MOA ).
Adapun stakeholder (mitra kerja) berupa toko-toko dan lembaga yang ikut
berperan serta dalam mensukseskan program KIA dengan memberikan insentif (potongan
harga) antara lain.
Tabel 2.3
Daftar Mitra Kerja (stakeholders) Pendukung KIA Sesuai Bidang Usaha
No Nama Stakeholders Uraian Fasilitas Keringanan
1 Pendidikan
a. Politeknik Indonusa Surakarta potongan 25 % untuk semua prodi, pot 25 %
untuk prodi d3, dan pot SPP 3 bln
b. LKP Magistra Utama potongan 50% biaya kursus, 13% biaya pendidikan 1 tahun
c. English Language Course (ELC) potongan 15 % biaya kursus
d. Lembaga Pendidikan Alfabank potongan 10 % biaya pendaftaran dan 5 %
biaya pendidikan
e. LKP Imka potongan uang muka Rp 500.000 dan potongan 50 % untuk operator windows
f. ELTI potongan 10 % biaya kursus untuk siswa
SLTP
h. PT Gramedia Potongan 10 % untuk buku pelajaran dan buku bacaan
i. Pusat Buku Sekawan Diskon 5% untuk pembelian peralatan
sekolah dan 10% untuk buku pelajaran
j. TB Togamas Diskon 5% untuk pembelian peralatan sekolah dan 10% untuk buku pelajaran
k. Gilang Ramadhan studio drummer
Potongan 10% biaya pendaftaran cashback Rp 20.000
l. Elfa's Music School Potongan 50% biaya pendaftaran kursus
m. Wisma Musik Kurnia Potongan 30% biaya pendaftaran, 10 % biaya kursus
2 Kesehatan
a. PT Askes Fasilitas keringanan kepada anak yang memiliki KIA untuk pelayanan asuransi
kesehatan selama belum diterbitkan kartu
askes anak
b. PT Sentra Diagnostika Budi Sehat
Diskon sebesar 20% utk pemeriksaan laboratorium klinik dan 10% pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
non Klinik
c. Optik Pranoto Diskon 35% untuk pembelian frame, 20% pembelian lensa, 10% pembelian softlens
d. Optik Kunanti diskon 35% utk pembelian frame, 20%
pembelian lensa 3 Hiburan dan Olahraga
a. The Sunan Hotel Harga khusus untuk tiket renang sebesar RPp 20.000 dan diskon 50% di Narenda
Indo Asia Dining b. Kusuma Sahid Prince Hotel Diskon 20% untuk kegiatan olahraga renang
c. Sahid Jaya Solo Diskon 15% untuk kegiatan olaharaga renang
d. PDAM Diskon 10% tiket masuk ke kolam renang
Tirtomoyo Jebres dan Manahan e. Taman Hiburan Sriwedari Diskon 25% untuk tiket masuk anak
f. TSTJ Jurug Diskon 30% untuk tiket masuk anak dan 20% utk anak SD, SMP, SMA
g. Yayasan Gelora Surakarta Diskon 50% untuk penggunaan fasilitas
grup/kelompok 4 Restoran
a. Restoran Pringsewu Diskon 10% untuk paket ultah dan 10%
untuk menu alcate
b. Mie Gajah Mas Diskon 10% untuk pembelian minimal Rp 50.000
c. Che Es Resto Diskon 10% untuk makan di tempat d. Erigo Resto Diskon 10% untuk makan di tempat 5 Lain-lain
a. Toko Mardi Rahayu Diskon 5% untuk pembelian seragam
sekolah
b. Risc Computer Diskon 5% utk pembelian asesoris, 10% utk servis computer
c. PT Batik Danar Hadi Diskon 10% untuk pakaian batik anak
d. Batik Gunawan Setiawan Diskon 10% utk belajar membatik dan 10%
utk belanja batik anak Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
Prosedur Permohonan Kartu Insentif Anak digambarkan dalam Alur
Permohonandan Penyelesaian Pembuatan KIA pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Surakarta Sebagai Berikut:
Gambar 2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Alur Proses Permohonan dan Penyelesaian Pembuatan KIA Pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
Sumber : Leaflet KIA
Keterangan :
1. Pemohon bisa datang sendiri atau dapat didampingi orang tua dan bila dikuasakan
orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa dari yang memberikan kuasa.
2. Pemohon kemudian mengisi formulir permohonan yang telah disediakan dan
melengkapi persyaratan yang telah ditentukan yaitu :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Orang Tua (KTP) sebanyak 1 lembar
b. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) 1 lembar
c. Fotokopi akta kelahiran anak yang bersangkutan 1 lembar
d. Pas foto berwarna ukuran 2x3 cm sebanyak 2 lembar.
e. Pemohon kemudian bisa datang ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
untuk mendapatkan pelayanan permohonan KIA.
3. Pemohon kemudian bisa datang ke Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kota
Surakarta untuk mendapatkan pelayanan permohonan KIA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4. Syarat-syarat permohonan KIA kemudian diserahkan kepada Petugas Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta untuk selanjutnya diverifikasi dan
divalidasi oleh Kasie kelahiran
5. Apabila syarat-syarat yang diberikan oleh pemohon telah memenuhi ketentuan maka
KIA akan diproses. Waktu penyelesaian KIA biasanya berlangsung antara 7 hari kerja
untuk pemohon individu dan 14 hari kerja untuk pemohon kolektif.
6. Sedangkan apabila tidak memenuhi syarat maka formulir permohonan akan
dikembalikan kepada pemohon yang bersangkutan untu selanjutnya diperbaiki atau
dilengkapi kembali.
7. Apabila KIA telah selesai dibuat maka pengambilan harus dilaksanakan oleh
pemohon yang bersangkutan/ yang mewakili dengan membawa dan menunjukkan
surat kuasa serta mengisi surat tanda bukti penerimaan.
Dalam menangani Program KIA, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
telah membentuk tim KIA sesuai surat keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan
pencatatan Sipil No : 800/046/2011 tentang pembentukan Tim Pengelolaan KIA. Namun
pembentukan tim KIA tersebut baru dilaksanakan tahun 2011 padahal program KIA
sendiri telah berjalan sejak tahun 2009. Berikut adalah susunan Tim KIA sejumlah 6
orang yang terdiri dari pegawai Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Surakarta
menurut jabatan dan golongan :
Tabel 2.4
Susunan Tim Program Kartu Insentif Anak
No Nama Golongan Jabatan dalam Tim KIA
1 Drs. M. Said Romadlon IV C Ketua Tim KIA
2 Subandi, SH.MH III C Sekretaris
3 Dra. Rita Margareta K. III D Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4 Abdul Hakim III B Anggota
5 Tungga Dewi, S.Si III A Anggota
6 Bambang Wijanarko, AMD II D Staf Teknis
Sumber : Bidang Data dan Statistik Dnas kependudukan dan Pencatatan Sipil 2011
Sementara itu tugas Tim KIA menurut Surat Keputusan Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil No: 800/046/2011 tentang Pembentukan Tim
Pengelola KIA tahun 2011 antara lain :
1. Mengkoordinir kegiatan/pengelolaan/pelayanan KIA
2. Mengkoordinasikan para mitra pendukung KIA atas pemberian pelayanan
kepada pemilik KIA
3. Menerima dan memberikan solusi atas keluhan/aduan masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan KIA
4. Memberikan arahan, supervisi, dan evaluasi atas keluhan terhadap petugas
operator KIA dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
5. Melaksanakan tugas lainnnya yang berkaitan baik secara langsung maupun
tidak langsung atas pengelolaan/pelayanan KIA
6. Melaporkan hasil kegiatan pengelolaan/pelayanan KIA kepada
Dispendukcapil Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan Program Kartu Insentif Anak Di Kota
Surakarta
1. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah, usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di
sekolah maupun di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersipakan peserta didik agar
dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa
yang akan datang. Pendidikan disini sangat bermanfaat sekali untuk perkembangan dari
anak. Dan secara dini pun sudah harus ditanamkan apa itu pendidikan. Bicara soal
pendidikan, tidak hanya pendidikan formal, misalnya sekolah yang bisa diberikan kepada
anak. Tetapi pendidikan non formal pun juga bisa diberikan kepada anak, misalnya saja
les diluar jam sekolah. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
Pendidikan jalur formal merupakan bagian dari pendidikan nasional yang
bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan fitrahnya, yaitu
pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup
yang berharkat dan bermartabat, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan kreatif,
serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu
mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing. Sedangkan Pendidikan
nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan,
tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap, seperti pada
pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan non formal pada umumnya
dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan nonformal
diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan non formal
dilakukan diluar sekolah, maka dari itu program pendidikan non formal harus dibuat
sedermikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para
konsumen pendidikan.
Apapun pendidikannya asalkan ada dukungan dari pihak orang tua pasti bisa
membuat anak akan lebih maju lagi. Selain itu orang tua juga harus bisa memahami
pendidikan apa saja yang dibutuhkan dari anak. Misalnya saja sang anak membutuhkan
buku-buku pelajaran untuk mendukung kegiatan belajar dari sang anak, hal semacam
itulah yang seharusnya di sadari oleh orang tua, sehingga nantinya bisa terpenuhi hak sipil
anak itu, terutama di bidang pendidikannya. Berkaitan dengan hak sipil anak, orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
bisa memenuhi hak sipil anak tersebut dengan memanfaatkan KIA ( Kartu Insentif Anak )
yang dimilikinya. KIA bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama dalam hal
ini adalah masalah pendidikan. Dari seluruh responden yang diwawancarai yang dimintai
konfirmasinya mengenai peran orang tua dalam pemanfaatan KIA di bidang pendidikan
ini, hampir semua responden memanfaatkan KIA di bidang pendidikan ini untuk membeli
buku-buku pelajaran. Seperti wawancara saya dengan salah satu responden yang bernama
ibu Novi, seorang penjual Rambak yang berusia 35 tahun yang beralamatkan di Bibis
Kulon, Surakarta, yang dijadikan responden dalam penelitian ini menyatakan :
“Saya sering mas menggunakan KIA ini untuk keperluan pendidikan anak saya. Saya biasanya memanfaatkan KIA ini untuk beli buku di Toko Buku Sekawan. Disana saya membeli buku untuk anak saya yang masih kecil mas. anak saya kan masih kecil usianya 2 tahun, jadi saya suka membeli buku-buku tentang warna-warna gitu. Dan saya suka sekali memperkenalkan warna untuk anak saya, misalnya ( ini warna merah, ini biru, ini hijau ) begitu mas. ya saya kepengen mas, anak saya bisa mendapat pendidikan sejak dini. Dengan adanya KIA ini saya merasa senang sekali dan sangat terbantu sekali. Meskipun diskon yang diberikan tidak begitu banyak, tapi ya lumayanlah mas bisa untuk meringankan perekonimian keluarga saya. Dan yang pasti bisa meningkatkan pendidikan anak saya yang masih kecil.’’( wawancara 15 Oktober 2011 )
Berbeda halnya dengan komentar yang diberikan oleh Ibu Helena ini, seorang Ibu
Rumah Tangga berusia 44 tahun yang beralamatkan di Mojosongo RT 2 RW 22 ini
memberikan komentar, bahwa dia sering memanfaatkan KIA ini untuk belanja keperluan
sekolah buat anak di pusat buku sekawan, selain itu dia juga memasukkan anaknya untuk
ikut les bahasa inggris di Elti Gramedia. Menurut Ibu Helena, pendidikan di sekolah
sangat penting, tetapi kalau cuma pendidikan formal saja, anak tidak akan bisa
berkembang. Maka dari itu Ibu Helena menambah pendidikan untuk memasukkan
anaknya ikut les-les diluar sekolah. Biar seimbang antara pendidikan formal dan juga
pendidikan non formalnya.
“disini saya membebaskan anak saya mas, maunya dia itu apa. Saya itu kepengen pendidikan anak saya gak Cuma di sekolahan aja, tapi luar sekolah juga ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dan anak saya memilih les bahasa inggris di Elti, ya sudah saya masukin dia kesana. Apalagi saya punya KIA, bisa dapat diskon gitu mas. meskipun diskonnya Cuma 10% aja, tapi gak papa lah mas. saya tetep mendukung KIA ini seterusnya. Ini semua juga buat anak-anak, kemajuan anak-anak juga mas.’’(wawancara 15 Oktober 2011)
Dari keseluruhan responden yang dimintai konfirmasinya mengenai peran orang
tua dalam pemanfaan KIA di bidang pendidikan ini, ada salah seorang responden yang
menemui kendala ketika memanfaatkan KIA ini. Beliau bernama ibu Sri Sumikem,
Seorang Pegawai Negeri Sipil berusia 48 tahun yang beralamtkan di Panti Putra
Mangkunegaran. Belia mengaku mengalami kendala ketika akan menggunakan KIA yang
dimilikinya. Beliau merasa tidak bisa memanfaatkan KIA yang dimilikinya secara utuh.
Berikut hasil wawancara saya :
“ketika itu ya mas, saya pengen membelikan anak saya buku pelajaran di Toko Buku Sekawan, setelah sampai sana, saya melihat kalau buku yang ingin anak saya beli ini mendapat diskon 20 %. Wah menurut pikiran saya, berarti saya akan mendapat tambahan potongan harga 20%, karena kalau pakai KIA di Toko Buku Sekawan untuk beli buku dapat potongan harga 10 %. Jadi diskon buku tersebut bisa 30 %. Eh ternyata mas, setelah saya konfirmasi ke petugasnya, kalau pakai KIA buku tersebut kena potongan 10 % saja tanpa ada tambahan potongan yang sudah tertera ( maksudnya 20% ).Saya jelas ndak mau mas, karena kalau pakai KIA potongan Cuma 10%, terus yang 20% tadi hangus. Sama saja to mas punya KIA tapi masih belum merasa ada kepuasan saya dalam pemakaian KIA ini. Semenjak hal itu saya belum pernah pakai KIA untuk keperluan anak saya yang lain mas.”(wawancara 16 Oktober 2011)
Dari penjelasan responden diatas kemungkinan belum ada kejelasan mengenai
prosedur diskon yang diberikan kepada pengguna KIA, sehingga para orang tua kurang
bisa memanfaatkan KIA itu untuk anaknya. Atau kemungkinan pihak orang tua juga
belum mengerti benar-benar sebagaimana KIA itu digunakan dan sebagaimana KIA itu
dimanfaatkan.
Berbeda lagi dengan salah seorang responden yang bernama Bapak Agus
Maryono, beliau seorang karyawan swasta berusia 37 tahun, yang beralamat di jalan
Jayawijaya Mojosongo. Beliau ini memanfaatkan KIA untuk anaknya hampir sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sekali. Beliau sering menggunakan KIA ini di Toko Buku Togamas. Selain itu beliau
menggunakan KIA untuk fasilitas yang lain juga, tetapi lebih seringnya untuk masalah
pendidikan. Beliau menganggap di Toko Buku Togamas diskonnya berlaku tidak untuk
pembelian buku saja, tetapi untuk pembelian alat-alat tulis juga. Di Toko Buku Togamas
memberikan diskon 5% untuk pembelian alat tulis, selain itu 10% untuk pembelian
berbagai macam buku. Meskipun buku yang mendapat diskon segala macam jenis buku,
tapi Bapak Agus tetap memprioritaskan buku-buku pelajaran untuk anaknya yang sedang
duduk di bangku SD.
“kalau saya ya mas, saya itu hampir sering sekali ke Toko Buku Togamas, bukan karena saya banyak duit atau apa. Tetapi anak saya suka sekali kalau pergi ke toko buku. entah nanti yang dibeli buku atau alat-alat tulis. Saya sering memanfaatkan KIA itu mas. ya untuk sementara ini saya menggunakan KIA untuk pendidikan anak saya dan juga hiburan anak saya mas. ya mumpung ada KIA mas kenapa gak dimanfaatkan begitu. Percuma mas punya KIA gak dimanfaatkan, eman-eman lah istilahnya. Meskipun diskonnya juga tidak terlalu besar tapi lumayan mas, bisa nyenengin anak dan juga bisa memenuhi kebutuhan anak saya, dalam hal ini KIA mas. dan saya sangat mendukung program pemerintah ini.’’( wawancara 16 Oktober 2011 )
Senada dengan Bapak Agus, ada juga salah satu responden yang bernama Ibu
Arum, dimana beliau suka sekali membeli peralatan sekolah untuk anaknya. Ibu Arum ini
Ibu Rumah Tangga berusia 46 tahun yang beralamat di Kratonan, Surakarta. Beliau
mengaku suka sekali membeli peralatan sekolah untuk kedua anaknya yang masih duduk
di bangku SMP. Beliau sering membeli peralatan sekolah anaknya di PT Gramedia.
Hanya peralatan sekolah saja yang dibeli di toko tersebut. Kalau masalah buku-buku
pelajaran sudah disediakan di sekolah. Seperti hasil wawancara saya berikut ini :
“saya suka sekali pergi ke toko Gramedia sama anak saya mas. saya sering membeli alat-alat sekolah yang dibutuhkan kedua anak saya, lumayan mas diskon 10% daripada gak ada diskon sama sekali. Ya saya sebatas itu sieh mas kalau memanfaatkan KIA. Hanya alat-alat sekolah saja. Kalau buku-buku pelajaran kan sudah disediakan dari sekolah. Senang pastinya bisa mendapat fasilitas semacam KIA ini. Harapan saya sieh, saya bisa menggunakan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
memanfaatkan KIA ini untuk keperluan yang lainnya.’’( wawancara 17 Oktober 2011 )
Dari penjelasan responden diatas mengenai peran orang tua dalam pemanfaatan
KIA di bidang pendidikan, hampir semua orang tua sangat mendukung dan sangat
memanfaatkan sekali KIA ini. Karena ini sangat bisa membantu untuk memenuhi hak
sipil anak, terutama dalam hal ini adalah hak sipil di bidang pendidikan. Karena menurut
para orang tua pendidikan itu sangat penting untuk kemajuan anak-anaknya. Kebebasan
yang diberikan orang tua kepada anak untuk mengakses fasilitas-fasilitas pendidikan,
juga bisa mempengaruhi hak sipil dari anak. Karena anak-anak jaman sekarang ini tidak
bisa yang harus benar-benar nurut apa kata orang tua. Maka dari itu orang tua
memberikan kebebasan untuk anaknya. Tetapi orang tua juga tidak akan tinggal diam
begitu saja. Orang tua akan tetap memberikan batasan-batasan yang sewajarnya, yang
dilakukan anak-anak. Selain itu melalui pendidikan, anak juga bisa terbentuk karakternya,
karena pendidikan karakter itu sekarang sangat dibutuhkan sekali. Tidak hanya
pendidikan karakter di sekolah, tetapi pendidikan karakter diluar sekolah juga sangat
diperlukan. Melalui karakter ini, anak bisa terlihat dia mampu dalam hal apa. Dukungan
dari orang tua pun juga harus besar untuk membentuk karakter dari sang anak.
Matrik 3.1
Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Pendidikan
No Nama Keterangan
1. Ibu Novi Cara saya memanfaatkan KIA ini itu, saya manfaatkan untuk keperluan anak saya yang masih kecil. Saya memanfaatkan KIA ini untuk membeli buku-buku di toko buku sekawan. Buku yang saya beli itu tentang pelajaran warna gitu mas. Disini saya memperkenalkan kepada anak saya tentang warna, dan saya sering memanfaatkan KIA ini mas, meskipun hanya masalah pendidikan yang saya akses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Ibu Helena saya memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke toko buku sekawan beli alat tulis atau buku pelajaran anak saya, selain itu saya memanfaatkan KIA untuk memasukkan anak saya ikut les Bahasa Inggris di Elti gramedia.
3. Ibu Sri Sumikem Belum pernah memanfaatkan KIA lagi setelah ada kesalah pahaman mengenai penggunaan KIA untuk buku yang sudah ada ada diskonnya dari toko tersebut.
4. Bp. Agus Maryono Memanfaatkan KIA untuk membeli buku pelajaran atau alat tulis di toko buku Togamas.
5. Ibu Arum Memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke gramedia dengan anaknya, dan membelikan anaknya alat-alat sekolah, kalau buku pelajaran sudah disediakan dari sekolah.
2. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Hiburan
Hiburan adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda,
perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada
umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama, ataupun berupa permainan
bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai upaya hiburan dengan
menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang
seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikategorikan sebagai
hiburan. Bagi orang tertentu yang memiliki sifat workaholic, bekerja adalah hiburan
dibandingkan dengan berdiam diri. Selain itu terdapat tempat-tempat hiburan atau klab
malam (night club) sebagai tempat-tempat untuk melepas lelah, umumnya berupa rumah
makan atau restoran yang dilengkapi hotel serta sarana hiburan seperti musik, karaoke,
opera.
Kalau berkaitan dengan Kartu Insentif Anak ini, hiburan yang dimaksudkan akses
anak ke Restoran, Toko Pakaian Batik, dan Tempat –Tempat wisata seperti Taman Satwa
Taru Jurug ( TSTJ ) dan juga Taman Hiburan Rakyat ( THR ) Sriwedari. Ini salah satu hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang bisa juga untuk memenuhi pemenuhan Hak Sipil dari anak dan juga mendukung
Hak Sipil Anak. Dari keseluruhan responden yang di wawancarai mengenai peran orang
tua dalam pemanfaatan KIA di bidang hiburan, orang tua memanfaatkan KIA tersebut
untuk refresing sang anak setelah seminggu sekolah, dan sebagai upaya untuk berkumpul
dengan keluarga ketika weekend atau ketika hari-hari libur. Seperti hasil wawancara salah
satu responden bernama Ibu Helena, dimana Ibu Helena itu selain menggunakan fasilitas
KIA di bidang pendidikan, beliau juga memanfaatkan KIA di bidang hiburan.
Menurutnya hiburan juga dibutuhkan oleh anak, supaya anak tidak merasa stress dengan
pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah. Seperti hasil wawancara berikut ini :
“selain fasilitas KIA di bidang pendidikan mas, saya juga sering lho memanfaatkan KIA di bidang hiburan mas. saya sering mengajak anak saya jalan-jalan. Tapi gak sering-sering juga mas. paling sering itu ngajak anak saya makan di tempat-tempat yang ada diskonnya dengan memakai KIA. Tapi mas, kalau hari libur gitu saya ajak anak saya untuk pergi ke THR Sriwedari. Dengan mengajak anak-anak saya pergi jalan-jalan refersing, ini salah satu upaya juga untuk meningkatkan hak sipil anak. Dan pastinya bisa menghindarkan anak saya dari stress mas, karena setiap harinya kan sekolah.”( wawancara 15 Oktober 2011 )
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Helena mengenai pemanfaatan
KIA di bidang hiburan, salah satu responden yang lain juga memanfaatkan KIA ini di
bidang hiburan juga, disamping memanfaatkan KIA di bidang pendidikan. Beliau adalah
Bapak Agus Maryono. Beliau mengaku memanfaatkan KIA di bidang hiburan ini kalau
pada saat hari-hari libur saja. Karena kesibukan dari beliau juga yang tidak
memungkinkan harus selalu berkumpul dengan keluarga, terutama dengan anaknya. Tapi
sebisa mungkin beliau meluangkan waktu untuk anaknya. Karena hak sipil anak tidak
akan bisa terpenuhi, tanpa ada dukungan atau pendampingan dari sang orang tua. Berikut
hasil wawancaranya :
“selain fasilitas pendidikan, fasilitas hiburan yang diberikan KIA ini saya juga sering memanfaatkannya lho mas. tapi ya tidak terlalu sering juga sieh, paling ya kalau ada waktu libur – libur saja. Karena saya sendiri kan juga sibuk mas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
saya seringnya memanfaatkan KIA di bidang hiburan ini untuk pergi sama anak-anak saya di THR sriwedari mas. nyeneng-nyenengin anak saya mas. kalau hiburan di rumah makan gitu, saya jarang makai karena kalau mau makan kemana gitu saya gak pernah matok tempat khusus gitu mas, ya Cuma itu mas ke THR aja, semoga saja nanti kedepannya saya bisa memanfaatkan untuk hal-hal yang lain. Dan pastinya saya sangat mendukung sekali dengan adanya program KIA ini. Biar bagaimanapun juga gak munafik ya mas, orang mana gak mau sama diskonan.”( wawancara 16 oktober 2011)
Menurut penjelasan dari beberapa responden diatas mengenai peran orang tua
dalam pemanfaatan KIA di bidang hiburan, mereka mendukung kalau aspek hiburan
dijadikan sebagai salah satu upaya untuk pemenuhan hak sipil anak, meskipun tidak
terlalu sering mengakses aspek hiburan ini. Selain hak sipil anak untuk menerima
pendidikan, menerima hiburan pun juga diperlukan. Hak sipil dari anak pun juga bisa
seimbang, anak-anak menerima pendidikan, selain itu anak-anak pun juga menerima
hiburan dari tempat-tempat hiburan yang memang sengaja disediakan khusus untuk anak.
Dalam hal ini pun tindakan dari orang tua untuk pemenuhan hak sipil anak di bidang
hiburan perlu dibutuhkan juga. Orang tua juga harus bisa seimbang dengan hak sipil anak
tersebut, jadi tidak hanya pendidikan saja yang diberikan untuk si anak. Biasanya ada
orang tua yang menuntut anaknya itu harus pintar, harus selalu juara, makanya orang tua
memberikan tuntutan kepada anak harus belajar terus, tidak boleh bermain. Hal semacam
itu memang perlu, tetapi tetap ada porsi-porsinya, jangan terlalu berlebihan juga, karena
takutnya sang anak akan terganggu jiwanya karena tidak kuat menahan tuntutan dari
orang tuanya.
Maka dari itu orang tua harus bisa menyeimbangkan antara pendidikan dengan
hiburan. Hiburan sangat dibutuhkan sekali untuk anak-anak. Apalagi melihat anak-anak
itu jiwanya masih labil, masih suka bermain-main. Jangan pernah biarkan masa muda
anak-anak, masa kesenangan anak-anak itu terenggut, sehingga pada akhirnya nanti
ketika anak beranjak remaja atau dewasa, mereka menjadi anak yang tidak bisa diatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
atau seenaknya sendiri. Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk memberikan
hiburan kepada anak. Misalnya saja mengajak anak pergi ke suatu tempat yang memang
tempat tersebut di desain khusus untuk kebutuhan anak, atau mengajak anak makan di
restoran, atau kalau perlu mengajak anak pergi berbelanja. Disini peran orang tua sangat
dibutuhkan sekali, karena sebagai upaya untuk memenuhi hak sipil anak, orang tua harus
berperan serta. Karena hanya orang tualah yang bisa mengawasi apa saja yang dilakukan
anak-anak, apa saja yang dibutuhkan anak-anak untuk memenuhi hak sipilnya. Yang
pasti hiburan-hiburan positif yang perlu sekali ditanamkan untuk sang anak, sehingga
nantiya hak sipil anak itu bisa terpenuhi dan bisa seimbang dengan hak sipil anak yang
lainnya. Karena disini hak sipil anak tidak hanya hak untuk mendpatkan pendidikan, hak
untuk mendapatkan hiburan, tetapi masih ada hak-hak sipil lainnya yang notabene
memang dibutuhkan untuk sang anak. Dan lewat KIA ( Kartu Insentif Anak ) iniliah hak
sipil anak bisa terbantu. Apa saja yang dibutuhkan anak, yang bisa membuat anak itu
semakin maju ada semua disini. Tinggal dari sang orang tuanya saja membantu anak
untuk mewujudkan hal tersebut, tercapainya hak sipil anak, terutama dalam hal ini adalah
hak sipil anak di bidang hiburan.
Matrik 3.2 Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA di Bidang Hiburan
No Nama Keterangan
1. Ibu Helena Memanfaatkan KIA dengan mengajak anak saya jalan-jalan. Tapi gak sering-sering juga mas. paling sering itu ngajak anak saya makan di tempat-tempat yang ada diskonnya dengan memakai KIA. Tapi mas, kalau hari libur gitu saya ajak anak saya untuk pergi ke THR Sriwedari. Dengan mengajak anak-anak saya pergi jalan-jalan refersing, ini salah satu upaya juga untuk meningkatkan hak sipil anak. Dan pastinya bisa menghindarkan anak saya dari stress mas, karena setiap harinya kan sekolah.
2. Bp.Agus Maryono Fasilitas hiburan yang diberikan KIA ini saya juga sering memanfaatkannya lho mas. tapi ya tidak terlalu sering juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
sieh, paling ya kalau ada waktu libur – libur saja. Karena saya sendiri kan juga sibuk mas. saya seringnya memanfaatkan KIA di bidang hiburan ini untuk pergi sama anak-anak saya di THR sriwedari mas. nyeneng-nyenengin anak saya mas.
3. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Olahraga
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang
dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah
seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan,
perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh
rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan
hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan
membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur
anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan
intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih
unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or dari pada siswa-siswa
yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson :
Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992). Olahraga
tidak hanya penting untuk orang dewasa, anak-anak pun perlu aktivitas fisik agar
pertumbuhannya optimal. Anak yang berolahraga secara teratur dipercaya akan lebih
sehat, gembira, juga dipercaya diri sehingga lebih mudah berteman, dan menyesuaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
diri. Melakukan olahraga sejak dini, tidak hanya menjadikan anak tumbuh sehat dan kuat,
tapi juga bisa mencegah obesitas pada anak. Secara alamiah, anak-anak memang kerap
aktif bergerak. Namun, ketika anak sedang asyik dengan olahraga yang dilakukannya,
kadang-kadang orang tua itu kurang sukarela membebaskan anaknya melakukan kegiatan
olahraga di luar rumah. Faktor keamanan sering menjadi alasan orangtua untuk melarang
anak pergi keluar rumah. Sementara di dalam rumah tak ada ruang terbuka untuk anak
berolahraga. Padahal, olahraga diluar ruangan itu sangat penting sekali, dan sangat
dibutuhkan oleh anak. Apalagi ketika pagi atau sore hari. Saat pagi hari, matahari pagi
sangat baik untuk pertumbuhan tulang si anak, karena matahari pagi membantu
pembentukan vitamin D.
Dengan berolahraga secara rutin, anak-anak akan memiliki kondisi tubuh yang
bugar dan akan membantu untuk mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik. Anak-anak
dengan kondisi yang bugar juga cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
mengatasi rintangan fisik dan emosi. Selain itu, tubuh bugar memperluas peluang anak
untuk melalukan berbagai kegiatan fisik maupun non-fisik. Dengan melakukan olahraga
rutin, menurut Tanya, kekuatan fisik juga akan meningkat. Namun jenis-jenis olahraga
yang ditunjukkan untuk anak-anak sebaiknya tidak diarahkan untuk kekuatan motorik dan
fisik. Sangat dianjurkan agar anak tidak melakukan program olahraga yang secara khusus
ditunjukkan untuk menghasilkan otot-otot tubuh yang kuat, seperti push-up, pull-up,
angkat beban, dan sebagainya. ”Dengan hanya memanjat atau melompat, anak juga akan
mendapatkan manfaat yang kurang lebih sama dengan olahraga tersebut. Olahraga yang
dilakukan anak adalah olahraga yang dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, dan
membuat otot-otot sendi mudah bergerak secara penuh. Dari sekian banyak jenis
olahraga, sebisa mungkin anak-anak dibiasakan untuk melakukan olahraga ketahanan
diri, seperti berlari, melompat, bersepeda, hingga berenang. Jenis olahraga semacam itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
merupakan olahraga wajib yang harus dikuasai oleh anak, karena itu merupakan langkah
awal pembentukan fondasi untuk mendapatkan kebugaran fisik dan ketahanan otot-otot
anak. Sehingga nantinya pertumbuhan fisik anak dan pun akan lebih baik.
Berbicara soal olahraga, KIA ini juga memberikan fasilitas untuk anak-anak di
bidang olahraga. Dari daftar mitra kerja pendukung KIA, ada beberapa fasilitas yang
menyediakan khusus untuk olahraga anak. Tapi disini lebih di utamakan untuk akses
olahraga berenang. Ada akses olahraga berenang di The Sunan Hotel, Kusuma Sahid
Prince Hotel, Sahid Jaya Solo, dan juga Kolam Renang Tirtomoyo. Fasilitas-fasilitas
olahraga berenang bisa di akses dengan menggunakan KIA ( Kartu Insentif Anak ). Dari
beberapa responden yang dimintai konfirmasinya mengenai peran orang tua dalam
pemanfaatan KIA di bidang Olahraga, mereka mengaku tidak terlalu sering mengakses
KIA ini, terutama untuk pergi berenang. Karena mereka menganggap berenang tidak
perlu dilakukan setiap hari atau setiap miggunya. Sebulan sekali itu sudah cukup. Selain
itu ada salah satu responden juga yang mereka merupakan keluarga yang biasa-biasa saja,
jadi mereka sedikit sungkan kalau ingin menggunakan akses berenang itu di hotel-hotel.
Seperti salah satu responden yang bernama Ibu Agam, Ibu Rumah Tangga yang berusia
46 tahun bertempat tinggal di Mojosongo RW 22 ini mengaku sedikit sungkan kalau akan
berenang di kelas-kelas hotel. Berikut hasil wawancaranya :
“Saya jarang sekali mas memanfaatkan KIA ini untuk mengajak anak saya pergi berenang. Kadang-kadang 2 bulan sekali. Padahal saya punya KIA ini uda dari Januari 2011 mas, tapi ya itu jarang banget memanfaatkan KIA. gak hanya fasilitas renang mas, fasilitas KIA yang lain pun saya juga jarang sekali pakai. Kalau saya pernah pakai KIA ini di Tirtomoyo Manahan mas, itupun Cuma beberapa kali, gak ada 5 kali. Saya gak pernah pakai KIA untuk renang di Hotel mas, karena saya malu, sungkan, saya kan orang biasa aja mas, mau ke hotel tu sungkan. Tapi biar gimanapun saya udah pernah manfaatin KIA itu lah mas. dan saya mendukung program ini.”( wawancara 19 Oktober 2011 )
Masalah kehidupan dari orang tua pun juga mempengaruhi pemanfaatan KIA,
terbukti dari salah satu responden diatas, karena beliau berasal dari keluarga yang biasa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
biasa saja, beliau tidak bisa memanfaatkan fasilitas olahraga renang ini di hotel – hotel
yang menjadi mitra kerja pendukung dari KIA. Padahal diskon yang diberikan cukup
lumayan juga. Itu bisa menyebabkan menghambat perkembangan dari sang anak,
terutama menghambat hak sipil dari anak yang ingin mengakses fasilitas ini. Karena
bagaimanapun juga, anak-anak perlu mendapatkan haknya untuk berenang di lokasi mana
saja. Sebenarnya Ibu Agam tidak perlu malu atau sungkan, karena itu semua untuk
perkembangan dari sang anak, percuma saja ketika sudah ada fasilitas yang cukup enak
tapi tidak bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Ini semua berbeda halnya dengan
responden yang lainnya, yaitu Bapak Budi Prihantoro, warga di kelurahan Kadipiro yang
bekerja sebagai wiraswasta ini memiliki 2 orang anak. Beliau berusia 51 tahun dan suka
mengajak anaknya untuk pergi berenang. Kalau tidak, anaknya yang meminta ayahnya
untuk pergi berenang. Bapak Budi mengaku sangat senang ketika bisa mengantar anaknya
untuk berenang, karena notabene beliau ini mempunyai pekerjaan yang tidak bisa
ditinggal setiap harinya. Jadi ketika ada waktu luang atau libur langsung dimanfaatkan
beliau untuk bisa berkumpul dengan keluarga, terutama dengan anak-anaknya. Tirtomoyo
Manahan yang sering mereka tuju untuk pergi berenang, Seperti hasil wawancara berikut
ini :
“ jadi begini mas, saya itu sibuk punya toko kelontong di daerah jamus. Jadi tidak bisa setiap hari berkumpul dengan keluarga saya. Maka dari itu ketika saya ada waktu luang atau libur, langsung saya manfaatkan berkumpul dengan keluarga saya, terutama anak-anak saya. Dan biasanya saya memanfaatkan waktu dengan anak saya, dengan mengajak anak saya pergi berenang. Anak saya suka banget renang mas, maka dari itu ini bisa dibilang sangat pas sekali. KIA ada diskon untuk renang di tirtomoyo manahan, ya udah mas, langsung saja saya memanfaatkan KIA tersebut untuk mendapatkan potongan harga renang. Ya 10% cukuplah mas, lumayan kalau menurut saya. Asal anak saya seneng, saya juga seneng mas. tapi ya itu mas, tidak bisa setiap minggunya saya dan anak saya pergi berenang.”( wawancara, 19 Oktober 2011 )
Bapak Budi hanya terhambat di masalah waktu. Beliau yang memiliki usaha toko
kelontong, tidak bisa setiap hari atau setiap minggunya menemani anaknya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
memanfaatkan KIA ini, untuk pergi berenang. Tapi sekali ada waktu mereka lagsung
pergi berdua. Beliau kepengen anaknya itu bisa menyalurkan hobi dan baakatnya. Karena
menurut kabar ketika wawancara dengan Bapak Budi, anaknya yang nomer 2 sangat suka
sekali berenang, dan berbakat di bidang tersebut. Jadi selaku orang tua, Bapak Budi harus
mendukung apa yang menjadi bakat dan hobi dari sang anak. Karena tipe dari Bapak
Budi ini, bukan tipe orang tua yang terlalu mengekang keinginan anak. Beliau malah
lebih membebaskan apa saja yang menjadi keinginan anak. Karena keinginan yang dipilih
anak sendiri, hasilnya pun nanti akan lebih maksimal. Tinggal dari peran orang tua saja
yang bisa mendukung dari bakat sang anak. Karena tanpa dukungan dari orang tua, apa
yang dikerjakan anak tidak akan bisa maksimal. Pemanfaatan KIA di bidang olahraga ini,
lebih mengacu pada akses fasilitas berenang. Fasilitas berenang juga sering diakses oleh
salah satu responden, beliau adalah Ibu Ovi. Ibu rumah tangga berusia 27 tahun. Tetapi
yang menarik adalah, beliau memiliki KIA karena dipengaruhi oleh temannya. Jadi tidak
ada perencanaan khusus dari Ibu Ovi untuk membuat KIA, tetapi setelah beliau memiliki
KIA beliau merasa senang . Ibu Ovi tinggal di Dawung Serengan Surakarta. Beliau
adalah ibu rumah tangga, jadi dia lebih banyak memiliki waktu dengan anaknya. Anaknya
yang masih berusia 5 tahun suka sekali kalau diajak pergi berenang. Berikut hasil
wawancaranya :
“sebenarnya itu mas, saya gak ada rencana sama sekali untuk buat KIA. saya itu buat KIA karena ada pengaruh dari teman saya, yang katanya dengan KIA bisa mendapat diskon di berbagai tempat. Ya sudah akirnya saya mencoba membuat KIA itu mas. setelah punya saya masih males untuk memanfaatkan itu mas. tapi suatu saat saya ingin mencoba pakai KIA. ya udah akirnya saya pakai KIA untuk renang sama anak saya mas. Tapi ya saat ini saya baru bisa memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke Titomoyo Manahan bersama anak saya. Sebenarnya saya sudah tau KIA sudah lama , tapi baru bisa buat baru beberapa bulan kemarin mas. KIA ini sangat berguna banget mas buat saya, saya kan biasanya kalau renang di Tirtomoyo sekarang ini bayar Rp. 6.000,-, tapi karna saya punya KIA, dikasih diskon 10%. Ya meskipun diskonnya cuma 10%, tapi gak papa mas. kedepannya saya akan memanfaatkan KIA untuk fasilitas yang lain.’’ ( wawancara, 19 Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dari hasil wawancara dengan beberapa responden diatas, memang berbeda-beda
jawaban yang diberikan. Memang tidak begitu sering sekali para responden
memanfaatkan KIA untuk anaknya. Tapi paling tidak mereka sudah bisa memanfaatkan
KIA dengan sebaik-baiknya untuk perkembangan dari sang anak. Selain itu, meskipun
berasal dari kalangan keluarga apapun, mereka mempunyai hak untuk mengakses fasilitas
KIA dimana saja. jadi tidak perlu ada rasa malu atau sungkan. Jangan sampai anak itu
tidak bisa menikmati fasilitas yang sudah diberikan pemerintah kota , hanya karena orang
tuanya malu untuk mengakses fasilitas tersebut.Melihat dari penjelasan diatas, seharunya
orang tua itu bisa menambah intensitasnya mengajak anak untuk memanfaatkan KIA
untuk kebutuhan olahraga.
Matrik 3.3
Peran Orang Tua Dalam Program KIA Di Bidang Olahraga
No Nama Keterangan
1. Ibu Agam Saya jarang sekali mas memanfaatkan KIA ini untuk mengajak anak saya pergi berenang. Kadang-kadang 2 bulan sekali. Padahal saya punya KIA ini uda dari Januari 2011 mas, tapi ya itu jarang banget memanfaatkan KIA. gak hanya fasilitas renang mas, fasilitas KIA yang lain pun saya juga jarang sekali pakai. Kalau saya pernah pakai KIA ini di Tirtomoyo Manahan mas, itupun Cuma beberapa kali, gak ada 5 kali. Saya gak pernah pakai KIA untuk renang di Hotel mas, karena saya malu, sungkan, saya kan orang biasa aja mas, mau ke hotel tu sungkan. Tapi biar gimanapun saya udah pernah manfaatin KIA itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
lah mas. dan saya mendukung program ini.
2. Bp. Budi P Cara memnafaatkan KIA ketika saya ada waktu luang atau libur, langsung saya manfaatkan berkumpul dengan keluarga saya, terutama anak-anak saya. Dan biasanya saya memanfaatkan waktu dengan anak saya, dengan mengajak anak saya pergi berenang.
3. Ibu Ovi Sebenarnya tidak ada rencana sama sekali untuk buat KIA. saya itu buat KIA karena ada pengaruh dari teman saya, yang katanya dengan KIA bisa mendapat diskon di berbagai tempat. Ya sudah akirnya saya mencoba membuat KIA itu mas. setelah punya saya masih males untuk memanfaatkan itu mas. tapi suatu saat saya ingin mencoba pakai KIA. ya udah akirnya saya pakai KIA untuk renang sama anak saya mas. Tapi ya saat ini saya baru bisa memanfaatkan KIA ini untuk pergi ke Titomoyo Manahan bersama anak saya.
4. Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Kesehatan
Menanggapi masalah kesehatan untuk anak, KIA memberikan berbagai fasilitas
untuk anak-anak yang berusia antara 0-18 tahun. Dimana ada beberapa macam fasilitas
kesehatan yang bisa diakses oleh anak-anak tersebut dengan menggunakan KIA tersebut.
Misalnya saja, P.T Askes, P.T Sentra Diagnostika Budi Sehat, Optik Pranoto, dan juga
Optik Kunanti. Anak-anak yang sudah terdaftar dalam KIA bisa dengan mudah
mendapatkan fasilitas-fasilitas tersebut. Seperti beberapa responden yang sudah penulis
wawancarai, mereka menggunakan KIA ini untuk menunjang kesehatan anaknya. Tetapi
mereka memilih fasilitas kesehatan yang sekirannya dibutuhkan saja oleh anaknya.
Seperti salah satu responden yang bernama Agus Maryono, Dia menuturkan,
fasilitas KIA di bidang kesehatan memang ada beberapa. Tetapi beliau biasanya
menggunakan KIA ini untuk mengakses ke fasilitas optic. Berikut hasil wawancaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
“jadi mas, sejak saya punya KIA, saya memanfaatinnya untuk pergi ke optic mas. toko kacamata. Biasanya saya ke optik pranoto sieh mas. anak saya yang pertama kan dia pakai kacamata. Nah suatu saat pernah kacamata anak saya itu framenya patah. Untung banget mas anak saya punya KIA, ya sudah saya manfaatin aja mas KIA itu. Seneng banget mas, ada diskon kalau beli frame 35% lagi. Frame kan juga gak murah to mas. apalagi, frame yang bagus mas. saya sangat terbantu mas, dengan KIA ini, terutama untuk kebutuhan-kebutuhan anak saya. Dilanjutkan aja KIA nya, bagi saya itu sangat penting mas buat pemenuhan kebutuhan/hak anak saya, dan pastinya untuk kebutuhan anak-anak yang lainnya juga.”( wawancara, 23 Oktober 2011 )
Tanggapan dari bapak Agus ini, hampir sama dengan tanggapan dari Bapak Budi
Prihantoro. Beliau menjelaskan, pemanfaatan KIA nya untuk pergi ke optik juga. Tapi
beliau menggunakan KIA untuk ke optik Kunanti. Beliau lebih memilih optik kunanti,
karena di optik tersebut ada pemeriksaan mata gratis juga per 6 bulan. Bapak Budi
memanfaatkan KIA ketika kondisi mata dari anaknya sudah mulai tidak sehat, maka dari
itu beliau sangat bisa terbantu dengan adanya KIA, apalagi KIA bisa digunakan untuk
akses kesehatan juga. Karena beliau menganggap kesehatan anak itu sangat penting, dan
beliau tidak ingin melihat anaknya tidak bisa melihat dengan jelas karena minus yang
didera oleh mata anak dari bapak budi. Berikut hasil wawancaranya :
“saya seneng sekali mas bisa mempunyai KIA ini. Karena KIA ini bisa untuk digunakan mengakses fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan pemerintah. Terutama fasilitas di bidang kesehatan. Saya dulu memanfaatkan KIA ini ketika mata anak saya minus mas. saya pergi ke optik kunanti, dan disana mendapat pemeriksaan mata gratis per 6 bulan. Selain itu disana juga bisa mendapat diskon. Pada saat itu saya membelikan anak saya kacamata. Saya gak mau mas, anak saya gak bisa melihat dengan jelas. Maka dari itu saya langsung saja membelikan anak saya kacamata dengan memakai KIA tersebut. Alhamdulliah mas diskonyya lumayan. Karena ya saya tau,gak murah kalau beli kacamata gitu. Pokoknya saya sangat terbantu dengan KIA ini, itung-itung ngirit perekonomian juga. Dan saya manfaatin KIA ini hanya untuk kebutuhan anak saya yang memang benar-benar mepet mas. yang benar-benar anak saya butuhkan.”( wawancara, 23 Oktober 2011 )
Dari penjelasan responden diatas, sangat jelas sekali kalau orang tua itu sangat
mengedepankan kesehatan anaknya. Karena mereka tidak ingin melihat anaknya sakit.
Seperti yang diutarakan bapak Agus dengan Bapak Budi. Optik atau toko kacamata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
menjadi incaran kedua orang tua tersebut. Adanya diskon atau potongan harga inilah yang
mentyebabkan kedua orang tua tersebut memanfaatkan KIA. Pastinya bukan hanya
iming-iming diskon, tetapi itu merupakan kesadaran dari orang tua untuk memenuhi
kebutuhan atau hak sipil dari sang anak, yang dimana salah satu hak sipil anak itu adalah
hak mendapat kesehatan. Tak ada salahnya ketika orang tua sangat bersemangat sekali
untuk memanfaatkan KIA ini yang notabene salah satu maksud dari KIA ini adalah, untuk
pemenuhan hak sipil anak.
Matrik 3.4
Peran Orang Tua Dalam Pemanfaatan KIA Di Bidang Kesehatan
No Nama Keterangan
1. Bp. Agus M Memanfaatinnya untuk pergi ke optic mas. toko kacamata. Biasanya saya ke optik pranoto sieh mas. anak saya yang pertama kan dia pakai kacamata. Nah suatu saat pernah kacamata anak saya itu framenya patah. Untung banget mas anak saya punya KIA, ya sudah saya manfaatin aja mas KIA itu. Seneng banget mas, ada diskon kalau beli frame 35% lagi. Frame kan juga gak murah to mas. apalagi, frame yang bagus mas. saya sangat terbantu mas, dengan KIA ini, terutama untuk kebutuhan-kebutuhan anak saya.
2. Bp. Budi P Memanfaatkan KIA ini ketika mata anak saya minus mas. saya pergi ke optik kunanti, dan disana mendapat pemeriksaan mata gratis per 6 bulan. Selain itu disana juga bisa mendapat diskon. Pada saat itu saya membelikan anak saya kacamata. Saya gak mau mas, anak saya gak bisa melihat dengan jelas. Maka dari itu saya langsung saja membelikan anak saya kacamata dengan memakai KIA tersebut. Alhamdulliah mas diskonyya lumayan. Karena ya saya tau,gak murah kalau beli kacamata gitu. Pokoknya saya sangat terbantu dengan KIA ini, itung-itung ngirit perekonomian juga. Dan saya manfaatin KIA ini hanya untuk kebutuhan anak saya yang memang benar-benar mepet mas. yang benar-benar anak saya butuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Sebagai orang tua harus memberikan penjelasan maupun panduan langsung
kepada anak mengenai kesehatan. Kesehatan anak terjaga karena peran orang tua dan
tanggung jawab anak sendiri terhadap kesehatannya. Memberikan pengetahuan kesehatan
kepada anak adalah hal yang penting. Orang tua bisa memanfaatkan buku, majalah
bahkan internet untuk mencari referensi. Kesehatan anak memang menjadi tanggung
jawab orang tua. Orang tua yang bijak akan lebih memperhatikan pencegahan
dibandingkan pengobatan untuk kesehatan buah hati mereka. Orang tua yang benar-benar
memahami makna sehat mengetahui betul bahwa obat-obatan bukanlah pilihan yang
paling tepat untuk menjadi sehat disebabkan efek samping yang dimiliki. Oleh karena itu,
kesehatan penting sekali untuk dijaga dan dipelihara sebelum sakit itu datang.
Setelah penulis menjelaskan tentang peran orang tua dalam pemanfaatan Kartu
Insentif Anak di berbagai bidang ini, penulis bisa menyimpulkan bahwa orang tua sudah
banyak yang memanfaatkan Kartu Insentif Anak untuk berbagai kebutuhan yang pastinya
dibutuhkan oleh anak. Dan dari sinilah maksud dari penerbitan Kartu Insentif Anak ini
sudah sedikit banyak terpenuhi. Yang dimana maksud dari penerbitan Kartu Insentif
Anak adalah untuk pemenuhan hak sipil anak. Melalui Kartu Insentif Anak, orang tua
bisa menemukan cara yang mudah untuk memenuhi kebutuhan atau hak apa saja yang
sebenarnya dibutuhkan oleh sang anak. Dan melihat peran dari orang tua yang ikut aktif
memanfaatkan Kartu Insentif Anak ini, berarti orang tua sudah bisa dibilang membantu
suksesnya program dari pemerintah kota. Tetapi dari sekian pemanfaatan Kartu Insentif
Anak, orang tua itu lebih banyak memanfaatkan atau mengakses KIA di bidang
pendidikan.
Fasilitas-fasilitas pendidikan yang menjadi tujuan utama orang tua untuk anaknya.
Karena mereka menganggap pendidikan ini sangat penting sekali bagi perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan
pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak
hanyalah tanggung jawab sekolah. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk
membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam
masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab
pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau
perkembangan anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi
sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses
pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian
besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak
diterima anak adalah dalam keluarga. Dalam dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa
keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam
perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua
dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Fungsi orang tua dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah:
· sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
· menjamin kehidupan emosional anak
· menanamkan dasar pendidikan moral anak
· memberikan dasar pendidikan social
· meletakan dasar-dasar pendidikan agama
· bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
· memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak
sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
· menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan
proses belajar yang utuh.
· memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan
pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai tujuan akhir
manusia.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua
harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai
dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai
orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola
pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu
tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola
pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai denga tujuan
pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Antara orang tua dan anak ini memilik hubungan yang sangat erat, proses
transmisi pengaruh sosial ke dalam diri individu melalui dua cara, yaitu cara formal, dan
informal. Pengetahuan dan ketrampilan dipelajari oleh individu melalui proses belajar
formal atau belajar yang sistematik. Hasil belajar formal itu menampak dalam tingkah
laku verbal tercermin pada apa yang dipikirkannya. Nilai-nilai dan pola-pola tingkah laku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dipelajari oleh individu melalui proses belajar informal, yaitu proses imitasi ( yang
sebagian tidak disadarinya ) dalam kontaknya dengan norma-norma yang berkewibawaan.
Kerapkali terdapat jarak antara apa yang dipelajari individu secara formal dengan
apa yang dipelajarinya secara informal. Misalnya, orang tua mengajarkan agar anak hidup
hemat, tetapi orangtua itu sendiri dalam kehidupan sehari-harinya serba boros. Orangtua
sehari-harinya bermalas-malasan. Apa yang dipelajari oleh anak secara verbal
bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam bentuk tingkah laku. Situasi ini
menimbulkkan konflik-konflik dalam batin anak. Konflik-konflik tersebut, menurut
Karen Horney, merupakan sumber neurotisme dan kekacauan pada diri individu.
Para ahli sepakat, bahwa cara hidup masyarakat itu meresapnya ke dalam diri
individu terjadi dalam awal perkembangan kepribadiannya melalui hubungannya dengan
orang-orang dewasa, khususnya orangtuanya. Nilai-nilai dan pola-pola tingkah laku dari
kebudayaan itu diinternalisasi ke dalam diri anak dan secara tidak sadar menjadi bagian
dirinya. Proses internalisasi itu kadang-kadang disebut juga dengan istilah akulturasi,
introjeksi, atau sosialisasi.
Corak hubungan orangua dengan anak sangat menentukan proses sosialisasi anak.
Corak hubungan orangtua dengan anak ini, berdasarkan penelitian yang dilakuaan oleh
Fels Research Institiute, dapat dibedakan menjadi tiga pola :
1. Pola menerima-menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orangtua
terhadap anak.
2. Pola memiliki-melepaskan, pola ini didasarkan atas berapa besar sikap
protektif orangtua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orangtua
yang overprotektif dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan
anak sama sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Pola demokrasi-otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak
dalam menentukan kegiatan-kegatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti
orangtua bertindak sebagai dictator terhadap anak, sedangkan dalam pola
demokrasi, sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisipasi dalam
keputusan-keputusan keluarga.
Fromm berpendapat bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana
demokratik, perkembangannya lebih luwes yang dibesarkan dalam suasana keluarga
otoriter, memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang harus ditakuti dan bersifat magis.
Ini mungkin menimbuklkan sikap tunduk secara membuta kepada kekuasaan, atau justru
sikap menantang kekuasaan
Selain itu ada anggapan pula kalau, banyak anak nakal yang berasal dari keluarga
yang bersikap menolak dari keluarga yang bersikap menolak ini umunya mempunyai sifat
curiga terhadap orang lain dan suka menentang kekuasaan. Mereka tidak lagi terkesan
oleh hukumnya, karena sudah terlalu banyak mengalami hukuman dari orangtuanya.
Untuk David Levy mengemukakan tentang overproteksi ibu terhadap anak.
Overproteksi ibu terhadap anak itu mempunyai dua bentuk yaitu : (1) ibu mendominasi
anak, dan (2) ibu memanjakan anak. Anak yang dimanjakan cenderung berwatak tidak
patuh, tidak dapat menahan emosi kemarahan, dan menuntut orang lain secara berlebihan.
Dia tidak dapat bergaul, sehingga akan terasing. Anak yang didominasi oleh
oranngtuanya cenderung memiliki watak patuh, tunduk kepada kekuasaan, pemalu, dan
ketinggalan dalam pergaulannya denga teman-teman sebayanya. Dia memiliki sifat cemas
dan ragu-ragu.
Penjelasan diatas adalah merupakan beberapa contoh akibat pola-pola hubungan
orangtua dengan anak dan pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Oelh karena itu
selaku orangtua diharapkan benar-benar memperhatiakn hubungannya dengan sang anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Anak tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan dari orangtua atau keluarga. Dukungan dari
orangtua juga merupakan salah satu cara yang sangat cocok sekali untuk menjaga
hubungan baik orangtua dengan anak. Dan pastinya apabila diakitkan dengan tema
penelitian ini adalah Kartu Insentif Anak, KIA ini juga merupakan cara yang tepat untuk
membentuk kepribadian dari sang anak, dan pastinya orantua bisa memenuhi kebutuhan
akan hak sipil dari anak.
Kaitannya dengan KIA yang bersinggungan dengan hak sipil anak adalah, hak
untuk akses kepada informasi yang layak. Meskipun sebenarnya semua hak sipil anak
bersinggungan dengan KIA, tetapi ada salah satu hak yang sangat tepat. Karena disini
KIA menyediakan fasilitas-fasilitas yang sekiranya dibutuhakan oleh anak. Dimana hak
untuk akses kepada informasi yang layak adalah, Bagi negara atau pemerintah, selain
menjadi dasar bagi perlunya disusun instrumen peraturan atau kelembagaan yang bisa
menjamin akses informasi kepada warga negara juga memberikan perlindungan
khususnya kepada kelompok anak dari informasi-informasi yang berdampak negatif pada
anak. Arti penting bagi anak adalah menambah pengetahuan umum, memperluas
wawasan dan juga terhindar dari dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari keterbukaan
informasi. Sedangkan bagi masyarakat, keterbukaan akses tersebut selain di satu sisi akan
mempercepat kemajuan suatu masyarakat tapi di sisi lain juga menumbuhkan kekawatiran
akan dampak negatif, sehingga mendorong ditumbuhkan dan diperkuatnya kembali
norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dapat membendung dampak negatif keterbukaan
informasi.
Kartu Insentif Anak merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
perkembangan anak. Yang dimana di dalam fasilitas yang disediakan oleh KIA banyak
sekali fasilitas-fasilitas yang bisa membuat anak itu semakin berkembang. Tetapi
sebelumnya ada beberapa indicator yang digunakan untuk mengukur tumbuh kembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dari anak, yaitu aspek fisik, psikologis, dan aspek akademis. Indicator fisik menjadi
ukuran tumbuh kembang anak yang sering digunakan. Disini fisik berkaitan dengan
kesehatan anak. Ada beberapa program untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak,
mencegah terkena berbagai penyakit, dan mengupayakan pengobatan bagi anak-anak dan
keluarga. Secara preventif usaha-usaha yang dilakukan adalah perbaikan rumah,
pembangunan penampungan air hujan untuk mendapatkan air bersih, penyediaan jamban
keluarga, tanaman obat keluarga, dan upaya-upaya penerangan untuk hidup sehat. Selai
itu ada pula program-program yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
kesehatan anak, yaitu bantuan untuk pengembangan ekonomi dan pendidikan keluarga.
Cukup banyak bentuk dari program ini, antara lain pemberian modal usaha kecil dan
modal kerja bahan baku semipabrikan, ternak lele, ayam dan burung puyuh, pelatihan
ketrampilan untuk membuka usaha, dan pelatihan pengelolaan usaha dan manajemen
keuangan. Program-program ini berpengaruh tidak langsung karena tujuan utama
kegiatan ini adalah tercukupinya kebutuhan keluarga. Dengan demikian, keluarga dapat
memperhatikan anak dan memnuhi kebutuhannya secara lebih baik dibandingkan dengan
keluarga yang tingkat kesejahteraannya lebih rendah.
Tidak hanya aspek fisik yang bisa memepengaruhi tumbuh kembang anak, tetapi
ada aspek psikis juga. Salah satu aspek penting dari perkembangan psikis anak adalah
perkembangan kognitif atau penalarannya. Perkembangan aspek ini sejalan dengan
perkembangan fisik, terutama perkembangan otaknya yang akan terdeteksi dari
perkembangan kognitifnya. Dengan demikina, intervensi atau program untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang fisik akan berdampak pula terhadap perkembangan
kognitif anak. Ada beberapa cara atau program untuk meningkatkan perkembangan
kognitif anak ini antara lain, program rekreasi anak, taman kanak-kanak dan sekolah
dasar, sanggar belajar, dan festival dolanan. Program ini sekaligus diupayakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
mengembangkan kesehatan psikologis ( mental ) anak-anak yang merupakan aspek lain
dari perkembangan psikis. Perkembangan psikis anak tidak cukup dilihat dari aspek
kogniti, tetapi juga dari kesehatan mental.
Aspek berikunya adalah aspek pendidikan. Pendidikan merupakan upaya paling
strategis dalam pengembangan kualitas manusia, khususnya bagi generasi muda. Untuk
menghadapi kemajuan dan tantangan masa depan, generasi muda harus memiliki
pendidikan yang baik. Program pendidikan ini harus didukung oleh berbagai pihak yang
memang benar-benar sadar akan pendidikan anak. Ada beberapa program untuk
mendukung aspek pendidikan ini. Misalnya saja, bantuan biaya sekolah dan sanggar
belajar, selain itu penyediaan fasilitas pendidikan seperti alat peraga di sekolah.
Di dalam pelaksanaan KIA, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Surakarta sempat menemukan hambatan. Dimana hambatannya itu pada saat
melaksanakan sosialisasi program KIA. Hal tersebut bisa dilihat dari masih banyaknya
orang tua terutama yang anaknya belum memiliki KIA yang belum paham mengenai
adanya program tersebut, Selain itu orang tua juga masih kesulitan dalam memahami dan
mendapatkan informasi program KIA. Dari segi dampak, Kartu Insentif Anak masih
dirasa kurang penting untuk dimiliki anak-anak di kota Surakarta karena diskon yang
diberikan dirasa masih kurang berpengaruh terhadap anak-anak. Dengan adanya
permasalahan tersebut menunjukkan bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
masih menemui hambatan-hambatan dalam Sosialisasi Program KIA.
Dalam Sosialisasi Program KIA, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
memiliki beberapa hambatan di antaranya :
1. Keterbatasan Dana Sehingga Sosialisasi Tidak Bisa Dilakukan Secara Terus-
menerus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sumber dana yang digunakan dalam Program KIA yang terbanyak berasal dari
UNICEF selaku lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang khusus menangani
masalah anak-anak. UNICEF mengeluarkan dana sebesar Rp 133.050.000,00.
Sementara itu dana KIA yang berasal dari Anggaran yang berasal dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil hanya berkisar Rp 670.000,00. Total dana yang
dikeluarkan untuk Program KIA sebesar Rp 133.720.000,00. Berikut adalah rincian
penggunaan dana program KIA
Tabel 3.1
Rincian Penggunaan Dana Program KIA
No Rincian Penggunaan Dana Jumlah
1 Penyusunan Peraturan Walikota,
MOU, dan MOA
Rp 64.425.000
2 Lokakarya KIA (Pertemuan
dengan stakeholder)
Rp 26.300.000
3 Workshop KIA pertama (sosialisasi
secara langsung termasuk
pembuatan dan penyebaran
spanduk dan leaflet)
Rp 9.375.000
4 Workshop KIA kedua (sosialisasi
secara langsung termasuk
pembuatan dan penyebaran
spanduk dan leaflet)
Rp 33.620.000
Jumlah Rp 133.720.000
Sumber : Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan dana program KIA
terbesar adalah pada penyusunan peraturan walikota serta pembuatan MOU
(Memorandum of Understanding), serta MOA (Memorandum of Agreement) kepada
stakeholder (mitra kerja) KIA sebesar Rp 64.425.000,00. Sementara itu sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
secara langsung berupa workshop KIA yang sekiranya mengundang tokoh-tokoh
masyarakat, PKK, Disdikpora, dan tokoh kecamatan/kelurahan serta penyebaran
leaflet kepada masyarakat baru dilakukan sebanyak 2 kali. Terbatasnya dana yang
dikeluarkan oleh Dispendukcapil membuat sosialisasi secara langsung kepada
masyarakat hanya dilakukan sebanyak 2 kali. Padahal sosialisasi sebaiknya dilakukan
secara terus-menerus kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa memahami
mengenai program KIA secara keseluruhan. Hambatan sosialisasi berupa terbatasnya
dana juga diungkapkan oleh Ketua TIM KIA, Bapak Said Romadlon
“Salah satu hambatan sosialisasi KIA memang dananya yang terbatas. Dana yang disediakan untuk sosialisasi memang bukan merupakan monopoli dari dispendukcapil sendiri. Jadi dana-dana tersebut memang harus dianggarkan juga di Bappermas, Bappeda, dan Dispora juga karena mereka juga berperan dalam sosialisasi KIA.” (Wawancara 18 Oktober 2011)
2. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Menangani Program KIA
Kurangnya Sumber Daya Manusia merupakan salah satu hambatan dari
sosialisasi program KIA mengingat jumlah Tim KIA yang dibentuk oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil hanya berjumlah 6 orang saja. Padahal
seharusnya dibutuhkan jumlah tenaga ahli lebih banyak yang khusus menangani
tentang sosialisasi suatu program. Hal ini dikarenakan suatu sosialisasi harus
dilakukan secara intens atau terus menerus. Sementara petugas yang termasuk dalam
tim KIA tidak hanya menangani masalah sosialisasi KIA saja tetapi juga menangani
tugas pokok dan program-program lain di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Seperti yang diutarakan oleh Ibu Tungga Dewi selaku anggota Tim KIA
“Salah satu hambatannya ya orangnya itu-itu saja mas. Yang ngurusi KIA ya paling anggota TIM KIA saja yang cuma 6 orang. Apalagi sekarang ada tugas sosialisasi yang baru lagi seperti sosialisasi e-KTP (elektronik KTP) yang memang sedang gencar-gencarnya dan juga ada tugas-tugas dinas lainnya yang mesti dikerjakan” (Wawancara 18 Oktober 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Masalah keterbatasan sumber daya manusia juga diutarakan oleh Bapak Said
Romadlon selaku Ketua Tim KIA dalam wawancara berikut ini :
“SDM yang tersedia disini memang masih kurang dalam sosialisasi program KIA begitu juga dalam pelayanan yang diberikan juga terbatas sekali. Idealnya kan kalau pelayanan setiap orang mendaftar, maka KIA langsung bisa dimanfaatkan dan langsung dikerjakan. Namun pelayanan dalam program KIA sendiri bisa membutuhkan waktu 3 hari, 4 hari atau bahkan seminggu.” ( wawancara 18 Oktober 2011 ) Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sosialisasi program
maupun pelayanan program KIA sendiri, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
yang menangani juga merupakan kendala terbesar bagi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil.
Tabel 3.2
Daftar Pengguna KIA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
NO NAMA ALAMAT PEMANFAATAN KIA
1. Ibu Novi Bibis Kulon, Surakarta Bidang Pendidikan ( Toko buku Sekawan )
2. Ibu Helena Mojosongo, RT 02 RW 22 Bidang Pendidikan ( les bahasa inggris,
Elti), Bidang Hiburan ( THR Sriwedari )
3. Ibu Sri Sumikem Pantiputra Mangkunegaran Bidang Pendidikan (toko buku sekawan )
4. Bp. Agus Maryono Jayawijaya Mojosongo Bidang Pendidikan ( toko buku togamas),
Bidang Hiburan ( THR Sriwedari ), Bidang
Kesehatan ( Optik pranoto )
5. Ibu Arum Kratonan, Surakarta Bidang Pendidikan ( toko buku gramedia)
6. Ibu Agam Jayawijaya, Mojosongo Bidang Olahraga ( Renang di Tirtomoyo )
7. Bp. Budi P Kadipiro Bidang Olahraga ( Renang di Tirtomoyo ),
Bidang Kesehatan ( Optik Kunanti )
Ibu Ovi Dawung, Serengan Bidang Olahraga ( Renang di Tirtomoyo )
Sumber : Hasil Wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
B. Stake Holder Pendukung Kartu Insentif Anak
Stake Holder adalah kelompok atau individu yang dukungannya diperlukan demi
kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi. Clarkson membagi stakeholder menjadi
dua: stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah pihak di
mana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidak dapat bertahan. Contohnya
adalah pemegang saham, investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Suatu perusahaan
atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem stakeholder primer – yang
merupakan rangkaian kompleks hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab yang berbeda. Stakeholder sekunder
didefinisikan sebagai pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi
mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Contohnya adalah media dan berbagai kelompok
kepentingan tertentu. Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini untuk kelangsungan
hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan mengganggu
kelancaran bisnis perusahaan. Clarkson (dalam artikel tahun 1994) juga telah memberikan
definisi yang bahkan lebih sempit lagi di mana stakeholder didefinisikan sebagai suatu
kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis risiko baik karena mereka telah
melakukan investasi (material ataupun manusia) di perusahaan tersebut (‘stakeholder
sukarela’), ataupun karena mereka menghadapi risiko akibat kegiatan perusahaan tersebut
(‘stakeholder non-sukarela’). Karena itu, stakeholder adalah pihak yang akan dipengaruhi
secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan.
Dalam kaitannya dengan Kartu Insentif Anak ( KIA ), stake holder mempunyai
peran untuk membantu suksesnya program dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Surakarta. Disini ada 32 stake holder yang berperan untuk mensukseskan
program KIA, tetapi hanya ada 8 stake holder saja yang dibahas dalam penelitian ini.
Antara lain, Toko Buku Gramedia, Toko Buku Togamas, Elti Gramedia, Toko Buku
Sekawan, optik Kuananti, Optik Pranoto, THR Sriwedari, Kolam Renang Tirtomoyo.
Kedelapan stake holder tersebut memberikan potongan harga yang berbeda-beda. 8 stake
holder tersebut memberikan tanggapannya mengenai perannya dalam membantu program
KIA. Seperti stake holder yang bergerak di bidang pendidikan ini. Pusat buku Sekawan
memang menjadi salah satu pilihan pemanfaatan KIA di bidang pendidikan. Pihak toko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
merasa sangat senang ketika menjadi bagian dari KIA. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Eko selaku Manager Pusat Buku Sekawan,
“Tanggapan kami yang pertama itu, kami membantu program dari pemerintah, yang kedua bisa digunakan sebagai media promosi sehingga bisa menambah jumlah customer kami.”(wawancara 17 Oktober 2011)
Selain Pusat Buku Sekawan, Toko Buku Togamas yang diwakili oleh Bapak Arief
selaku Store Manager mencoba memberikan pendapatnya mengenai tanggapannya
dalam keiuktsertaannya di program KIA, berikut wawancaranya,
“Sebenarnya kita terima dengan positif program KIA ini, karena sangat berguna untuk anak, selain itu tidak bisa dipungkiri kalau KIA kita jadikan branding juga.”( wawancara 18 Oktober 2011 )
Sedangkan menurut pendapat dari Customer Service Toko Buku Gramedia Ibu
Martini,
“ini sesuai dengan misi kita mencerdaskan anak di bidang pendidikan, maka dari itu kita mendukung program KIA.”( wawancara 19 Oktober 2011 )
Selain toko buku yang menjadi stake holder KIA di bidang Pendidikan, ada juga
bimbingan belajar yang membantu program KIA, yaitu bimbingan bahasa inggris Elti
Gramedia. Bapak Gigih Satriyo mengutarakan pendapatnya dalam wawancara berikut
ini,
“kami sebetulnya melihat dari 2 sisi, dimana dari sisi sosial pendidikan dan sisi bisnisnya. Untuk sisi sosial mendukung sekali program KIA, anak-anak bisa mendapatkan dengan mudah pendidikan bahasa inggris non formal. Kalau dari sisi bisnis, sebagai advice aja karena ketika kami sudah membantu program ini, kami mengharapkan ada timbal baliknya, tapi sampai sekarang belum ada.”(wawancara 17Oktober 2011 ).
Tidak hanya stake holder di bidang pendidikan saja yang membantu program
KIA, stake holder di bidang hiburan pun juga turut berperan disini. Tempat hiburan yang
dikunjungi adalah THR Sriwedari, pihak THR Sriwedari sangat mendukung KIA, seperti
wawancara dengan Bapak Putu Sukiadi manager THR Sriwedari berikut ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
“Pihak THR Sriwedeari sendiri mendukung, bisa dijadikan media refresing untuk
anak, tetapi entah kenapa jarang sekali yang memanfaatkan KIA ini”(
wawancara 21Oktober 2011)
Stake holder dari aspek olahraga pun juga memberikan pendapatnya sendiri
mengenai keikutsertaannya dalam program KIA. Olahraga memberikan fasilitas untuk
berenang di berbagai tempat, salah satunya adalah kolam renang Tirtomoyo Manahan.
Menurut Bapak Ratmoko selakui Kasie Kolam Renang Tirtomoyo,
“Sebetulnya kami memberikan respon yang positif untuk program KIA, tetapi memang kondisi nya itu kurang bisa dimanfaatkan dengan baik.”( wawancara 19 Oktober 2011)
Selain stake holder di bidang pendidikan, hiburan, dan olahraga, bidang kesehatan
juga merupakan salah satu stake holder yang bekerja sama dalam program KIA. Ada
Optik Pranoto, dan Optik Kunanti. Kedua optik tersebut memberikan pendapat yang
berbeda mengenai tanggapannya bekerja sama dalam program KIA. Seperti pendapat
dari Mbak Ari selaku Marketing dan Kasir di Optik Pranoto,
“Pihak dari Optik Pranoto mendukung program KIA, karena selain sebagai
media untuk promosi toko pranoto sendiri, bisa juga untuk media sosial. Dalam
artian, membantu kesehatan anak-anak di kota solo.” (wawancara 23 juni 2012).
Lain halnya dengan pendapat Bapak sugiyanto selaku pemilik Optik Kunanti,
beliau mempunyai pendapat,
“Tanggapan dari kami Optik Kunanti, mendukung KIA, karena bisa meringankan beban orang tua dengan diskon yang disediakan. Anak-anak di kota solo juga bisa terangkat martabatnya..”( wawancara 23 Juni 2012).
Keseluruhan stake holder tersebut mempunyai pendapat yang berbeda-beda
mengenai tanggapannya bekerja sama dengan pemerintah dalam program KIA, tetapi
intinya stake holder tersebut sangat berperan dan bisa diajak bekerja sama demi
mensukseskan program Kartu Insentif Anak di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
MATRIK 3.7
HASIL WAWANCARA DENGAN INSTANSI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
NO NAMA KETERANGAN
1. Bapak Said
Romadlon
Salah satu hambatan sosialisasi KIA memang dananya yang
terbatas. Dana yang disediakan untuk sosialisasi memang
bukan merupakan monopoli dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil sendiri. Jadi dana-dana tersebut memang
harus dianggarkan di Bappermas, Bappeda, dan Dispora
juga karena mereka juga berperan dalam sosialisasi KIA,
selain itu SDM yang tersedia disini memang masih kurang
dalam sosialisasi program KIA begitu juga dalam pelayanan
yang diberikan juga terbatas sekali. Idealnya kan kalau
pelayanan setiap orang mendaftar, maka KIA langsung bisa
dimanfaatkan dan langsung dikerjakan. Namun pelayanan
dalam program KIA sendiri bisa membutuhkan waktu 3-4
hari bahkan seminggu.
2. Ibu Tungga Dewi Salah satu hambatannya ya orang-orangnya itu-itu saja.
Yang ngurusi KIA ya palinag anggota Tim KIA saja yang
Cuma 6 orang. Apalagi sekarang ada tugas sosialisasi baru
lagi seperti e-KTP ( elektronik KTP ) yang memang sedang
gencar-gencarnya dan juga ada tugas-tugas dinas lainnya
yang mesti dikerjakan.
C. Analisis Teori Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak Di Kota
Surakarta
Secara definitif Weber merumuskan Sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk
menafsirkan dan memahami ( interpretative understanding ) tindakan social serta
hubungan social untuk sampai kepada penjelasan kausal. Dalam definisi ini terkandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dua konsep dasarnya. Pertama konsep tindakan social dan yang kedua adalah konsep
tentang penafsiran dan pemahaman. Konsep terakhir ini menyangkut metode untuk
menerangkan yang pertama.
Tindakan social adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai
makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang. Disini peran
orang tua dapat dikatakan sebagai tindakan social, dimana tindakan orang tua yang
berupa pemenuhan hak sipil anak mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya yaitu
untuk ikut terlibat dalam program pemerintah ini dan ambil bagian serta menjalankan
perannya sebagai agent of change dalam upaya pemenuhan hak sipil anak. Dan tindakan
orang tua tersebut diarahkan kepada orang lain yang dalam hal ini adalah anak-anak. Atas
dasar rasionalitas tindakan social tersebut, Weber membedakannya kedalam empat tipe,
dimana semakin rasional tindakan social tersebut maka semakin mudah untuk dipahami.
Dan keemat tipe itu antara lain adalah zwerkrational, werkrational action, affectual
action, dan traditional action. Dalam memahami tindakan yang dilakukan orang tua
dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA ini dapatlah dikatakan bahwa orang
tua yang berperan atas dasar kesadaran pribadi ( sukarela ) sebagai tindakan zwerkrational
yaitu tindakan social murni. Dalam tindakan ini orang tua sebagai actor tidak hanya
sekedar menilai cara terbaik untuk mencapai tujuannya. Tujuan dalam zwerkrational
tidaklah absolut, ia dapat juga menjadi cara dan tujuan lain berikutnya. Tujuan orang tua
untuk berperan dalam pemenuhan hak sipil anak melalui KIA ini bukanlah menjadi
sesuatu yang absolut. Tujuan tersebut ( pemenuhan hak sipil anak ) dapat juga menjadi
cara dari tujuan yang lainnya yaitu untuk membantu suksesnya program pemerintah ini.
Sedangkan pada orang tua yang ikut berperan dalam upaya pemenuhan hak sipil
anak melalui KIA tetapi bukan karena kesadaran pribadi ( tidak sukarela ) atau karena
terpaksa atau ada yang mempengaruhinya dapatlah dikatakan sebagai tindakan afektual (
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
affectual action ). Dimana dalam tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau
emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan tersebut tidak
rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideology atau kriteria rasionalitas lainnya.
Tindakan yang dilakukan oleh orang tua tersebut lebih didorong oleh perasaan emosional
misalnya merasa sungkan ketika harus berkumpul dengan teman-temannya yang sudah
memiliki KIA untuk anaknya.
Konsep kedua dari Weber adalah konsep tentang antar hubungan sosial ( social
relationship ). Didefinisikan sebagai tindakan yang beberapa actor yang berbeda-beda
sejauh tindakan itu mengandung makna dan dihubungkan serta diarahkan kepada orang
lain. Tidak semua kehidupan kolektif memenuhi syarat sebagai antar hubungan sosial,
dimana tidak ada saling penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lainnya
maka disitu tidak ada antar hubungan sosial. Meskipun ada sekumpulan orang yang
diketemukan bersamaan.
Dalam konsep kedua ini, tindakan orang tua yang mengandung makna berupaya
untuk melakukan pemenuhan hak sipil anak melalui KIA dan diarahkan kepada orang lain
yang dalam hal ini adalah anak-anak dan pemerintah setempat. Disini memenuhi syarat
sebagai antar hubungan sosial, karena disini terjadi penyesuaian dari orang yang dituju
dari tindakan tersebut. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari tanggapan dari anak-anak
dan pemerintah setempat menanggapi dengan serius apa yang diharapkan dan
dikehendaki oleh orang tua.
Terdapat tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi sosial yaitu teori aksi,
interaksionisme simbolik, dan fenomenologi. Sesuai dengan tema yang diambil dalam
penelitian ini, maka teori yang dipergunakan untuk menganalisis permasalahan penelitian
ini adalah dengan menggunakan teori aksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle
dengan merujuk kepada karya Mac Iver, Znanicki, dan Parsons adalah sebagai berikut :
1. Tindakan orang tua untuk berperan dalam upaya pemenuhan hak sipil anak
melalui KIA muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek ( motivasi
dalam diri ) yang tidak semua orang tua dapat berperan aktif dalam upaya
pemenuhan hak sipil anak, dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai
obyek yang dalam hal ini disebabkan karena masalah yang dihadapi anak yaitu
tidak ada kesejahteraan dari anak.
2. Sebagai subyek orang tua bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu yaitu untuk mencapai pemenuhan hak sipil anak melalui,
dengan mengupayakan Kartu Insentif Anak, karena mustahil tercapai
pemenuhan hak sipil anak tidak ada media untuk mendukungnya. Jadi
tindakan yang dilakukan orang tua bukan tanpa tujuan.
3. Dalam menjalankan perannya dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui
KIA, orang tua menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat
yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut yang dalam hal ini
adalah dengan membantu dan memanfaatkan program pemerintah ini, dalam
hal ini adala Kartu Insentif Anak ( KIA ).
4. Kelangsungan tindakan orang tua dalam upaya pemenuhan hak sipil anak
melalui KIA dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.
Misalnya saja dalam melakukan aksi pemenuhan hak sipil anak melalui KIA
ini, jangan memanfaatkan KIA untuk kepentingan yang tidak berguna untuk si
anak, lakukan pemanfaatan yang benar-benar dibutuhkan oleh anak.
5. Orang tua memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan,
sedang, dan telah dilakukannya. Disini dari beberapa evaluasi orang tua maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
agar berhasil dalam melaksanakan perannya, orang tua berpartisipasi aktif
terhadap program pemerintah ini. Hak sipil anak bisa terpenuhi, program dari
pemerintah pun juga bisa berjalan dengan sukses.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul
pada saat pengambilan keputusan. Keputusan orang tua berperan dalam upaya
pemenuhan hak sipil anak melalui KIA sudah berdasarkan hati nurani dan
prinsip dari orang tua untuk membuat anak itu bisa berkembang setelah hak
sipilnya bisa terpenuhi.
7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakian teknik
penemuan yang bersifat sunyektif seperti metode verstehen, imajinasi,
symphatetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri ( vicarious
experience ).
Sedangkan Parsons yang merupakan salah satu pengikut Weber yang cukup setia
dan utama, juga turut berperan dalam mengembangkan teori aksi. Parsons menyusun
skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Adanya individu sebagai actor, yang dalam hal ini adalah orang tua sebagai
pelaku.
2. Orang tua dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu yang dalam hal
ini adalah dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA.
3. Orang tua mempunyai alternative, cara, alat, serta teknik untuk mencapai
tujuannya. Orang tua dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui KIA
menggunakan cara memanfaatkan KIA, dan ikut berpartisipasi aktif dalam
program pemerintah, dalam hal ini adalah Kartu Insentif Anak.
4. Orang tua berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuannya tersebut. Kendala tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
berupa situasi dan kondisi ketika memanfaatkan KIA tersebut di fasilitas-
fasilitas umum yang sudah disediakan, dan tidak bisa dikendalikan oleh
individu atau orang tua.
5. Orang tua berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma, dan
berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menetukan
tujuan serta tindakan alternatinf untuk mencapai tujuan.
Apabila dilihat melalui konsep voluntarisme Parsons dapat dijelaskan
sebagai orang tua mengejar tujuan dalam upaya pemenuhan hak sipil anak melalui
KIA dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternative
cara dan alat untuk mencapai tujuan, disini adalah norma yang mengatur bagaimana
cara mengungkapkan pendapat dan tujuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat tetapi
ditentukan oleh kemampuan orang tua dalam memilih cara dan alat yang
dipergunakannya dalam mencapai tujuannya tersebut
Orang tua menurut konsep voluntarimse ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta
mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternative tindakan, walaupun orang
tua, tidak memiliki kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih
berbagai alternative tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma
serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan actor ( orang tua ). Tetapi
disebelah itu actor / orang tua adalah manusia yang aktif, kreatif, dan evaluatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Peran Orang Tua Dalam Program Kartu Insentif Anak, ditemukan 2 peran atau
tindakan yang dilakukan orang tua. Bentuk tindakan orangtua dalam pemenuhan KIA,
ada tindakan kesadaran pribadi ( sukarela ) sebagai tindakan zwerkrational yaitu tindakan
social murni. Dalam tindakan ini orang tua sebagai actor tidak hanya sekedar menilai cara
terbaik untuk mencapai tujuannya. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut, ia dapat
juga menjadi cara dan tujuan lain berikutnya. Tujuan orang tua untuk berperan dalam
pemenuhan hak sipil anak melalui KIA ini bukanlah menjadi sesuatu yang absolut.
Tujuan tersebut ( pemenuhan hak sipil anak ) dapat juga menjadi cara dari tujuan yang
lainnya yaitu untuk membantu suksesnya program pemerintah ini, dan orang tua itu
mempunyai kesadaran sendiri untuk membuat dan memanfaatkan Kartu Insentif Anak
tersebut.
Sedangkan pada orang tua yang ikut berperan dalam upaya pemenuhan hak sipil
anak melalui KIA tetapi bukan karena kesadaran pribadi ( tidak sukarela ) atau karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
terpaksa atau ada yang mempengaruhinya dapatlah dikatakan sebagai tindakan afektual (
affectual action ). Dimana dalam tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau
emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan tersebut tidak
rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideology atau kriteria rasionalitas lainnya.
Tindakan yang dilakukan oleh orang tua tersebut lebih didorong oleh perasaan emosional
misalnya merasa sungkan ketika harus berkumpul dengan teman-temannya yang sudah
memiliki KIA untuk anaknya.
Dalam hal pemenuhan hak anak ini, otrang tua lebih banyak mengakses aspek
pendidikannya melalui KIA. Orangtua menganggap pendidikan itu sangat penting bagi
perkembangan otak anak. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga masyarakat dan pemerintah, sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa
pendidikan anak hanyalah tanggung jawab dari sekolah. Itulah mengapa orang tua
banyak yang memanfaatkan Kartu Insentif Anak di aspek pendidikan.
B. REKOMENDASI
1. Bagi Orang Tua
Dalam pemanfaatan Kartu Insentif Anak, diharapkan orang tua bisa lebih intens
lagi memanfaatkan KIA tersebut. Menambah frekuensi pemanfaatan KIA, karena fasilitas
yang disediakan semuanya berguna bagi perkembangan anak. Tidak hanya berhenti pada
fasilitas pendidikan saja, fasilitas yang lain juga dibutuhkan oleh anak, tetapi tetap
disesuaikan dengan kebutuhan anak. Bagi orang tua yang belum memanfaatkan KIA
secara maksimal, harus segera mencoba memanfaatkan fasilitas ini. Anak sangat
membutuhkan hak sipilnya, mulai dari pendidikan, kesehatan, hiburan, dan olahraga.
Jangan pernah membiarkan hak sipil anak tidak bisa terpenuhi, karena itu sama saja
dengan menghambat proses pertumbuhan, perkambangan, dan kesejahteraan anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
2. Bagi Pemerintah
Pemerintah seharusnya lebih memberikan kejelasan mengenai tata cara
penggunaan Kartu Insentif Anak dan mengenai potongan harga yang sudah disediakan
oleh fasilitas fasilitas pendukung KIA tersebut, supaya para warga di kota surakarta yang
memanfaatkan KIA bisa menikmati secara maksimal. Tidak ada salah paham ataupun
kekecewaan dari orang tua dalam pemnafaatan Kartu Insentif Anak ini. Selain itu Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta alangkah lebih baiknya untuk
menambah jumlah personil tim KIA, mungkin bisa diambilkan Sumber Daya Manusia dari
bagian lain yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta.
3. Bagi Stake Holder KIA
Stake Holder harus bisa mendukung program pemerintah ini dengan baik,
misalnya saja dengan membantu mensosialisasikan program KIA, jadi semua anak di kota
solo bisa memanfaatkan dengan baik, selain itu selalu memonitoring terus program KIA.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. H. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Bagus Haryono Msi, Drs. 2003. Sosiologi Keluarga. Jurusan Sosiologi FISIP UNS.
D,Hendropuspito.1984.Sosiologi Sistematik,Yogyakarta: Kanisius.
Faturochman, dkk. 2002. Lingkungan Keluarga dan Anak. Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM dengan PLAN Indonesia.