Mata Kuliah MKKK-5111225213
PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan)
Oleh: Jonny Wongso, ST, MT
M-2:
PUSAKA (Heritage):
Terminologi, kriteria, signifikansi dan keragamannya
Cagar Budaya
Heritage
Warisan
Pusaka
Urban Heritage
Rural Heritage
Preservasi
Konservasi
Pelestarian
Rehabilitasi
Adaptasi
Demolisi
Restorasi
Rekonstruksi Revitalisasi
Kawasan Pusaka
Kota Pusaka
Latar belakang lahirnya
“pusaka”
Kita memang perlu berfikir ulang akan terminologi
berbagai aset alam dan budaya yang beraneka yang
dimiliki Indonesia.
Masing-masing bidang ilmu, sektor, atau daerah perlu
mengkaji kembali apa sebenarnya esensi aset
tersebut, untuk kemudian dibandingkan dengan yang
lain.
Diyakini, pasti ada prinsip-prinsip yang sama di
antaranya dan memang perlu ada pengertian lintas-
komponen serta aspekt-aspek mendasar yang dapat
mendukung kolaborasi.
P e r t a m a
Aset tinggalan dari waktu ke waktu umumnya hidup di
antara dinamika keseharian masyarakat.
Peran masyarakat sebenarnya sangat besar, dan
memang diperlukan, dalam menjaga dan
mengembangkan aset-aset tersebut.
Mereka pula, berhak menetapkan apa yang menjadi
“pusaka” masing-masing berdasarkan kriteria yang
ditetapkan sendiri.
Sudah saatnya tumbuh kembali kepekaan dan
kemandirian dalam melihat dan mencermati
lingkungannya sebagaimana halnya kondisi yang
telah mengakar di masyarakat pada masa lalu.
Kemudian bila telah ditetapkan berdasar UU No.
11/2010 tentang Cagar Budaya, pusaka tersebut akan
disebut pula Cagar Budaya.
K e d u a
UU No.11/2010 tentang Cagar Budaya - Pasal 1:
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa:
• Benda Cagar Budaya,
• Bangunan Cagar Budaya,
• Struktur Cagar Budaya,
• Situs Cagar Budaya, dan
• Kawasan Cagar Budaya
di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
K e d u a
Sementara, pusaka ada kecenderungan untuk
dipertahankan keberadaan dan tanpa berkurang
nilainya.
K e t i g a
Mana yang lebih tepat kata warisan atau pusaka
dalam menterjemahkan pemahaman heritage.
Dalam kamus Poerwadarminto kata heritage
diterjemahkan dengan warisan dan pusaka. Namun di
sini, kita sebenarnya bisa membedakan adanya
perbedaan yang mendasar antara keduanya.
Warisan merupakan peninggalan masa lalu dalam
bentuk apapun, bisa positif bisa negatif, bisa bernilai
dan tidak bernilai.
Ketika disebut sebagai pusaka, warisan tersebut
merupakan suatu warisan yang memiliki nilai.
Ketika warisan selalu dibagikan kepada generasi-
generasi penerusnya, keadaan warisan tersebut
semakin sedikit karena selalu dibagi dari generasi ke
generasi.
Penting pula untuk memandang persoalan pusaka
secara lebih tajam dan komprehensif. Bahwa pusaka
tidak hanya berbentuk artefak saja.
K e-e m p a t
Pusaka dapat berbentuk tunggal, kelompok, atau
ruang komponen lingkungan hidup yaitu abiotik (alam
dan buatan), biotik (flora dan fauna), serta sosial-
budaya dari bahasa hingga beragam seni dan olah
budi manusia termasuk manuskrip.
Sebagai contoh Kota Yogyakarta yang memiliki
keragaman urban space heritage yang merupakan
komposisi antara struktur kota, bangunan dan ruang
luar perkotaan (ordinary atau high culture heritage),
vegetasi perkotaan serta penggunaan ruang beserta
sistem kegiatannya (Adishakti, 1997).
. . . . .
Aset tersebut dapat berskala kecil tingkat lokal seperti
rukun tetangga hingga saujana budaya, desa, kota
bersejarah atau suatu pulau.
Juga dari yang sangat bersahaja (ordinary heritage)
hingga budaya tingkat tinggi (high culture), serta
tberwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible).
Sementara itu pusaka bisa menyangkut dimensi yang
sangat luas, misalnya dalam pusaka kota bersejarah.
Dalam penyusunan Piagam Pelestarian Pusaka untuk
Indonesia disepakati pemahaman pusaka Indonesia
adalah pusaka alam dan pusaka budaya yang
membentuk kesatuan pusaka saujana yang beraneka
ragam, yang merupakan bentukan alam dan hasil
cipta, rasa, karsa, dan karya lebih dari 500 suku
bangsa di Tanah Air Indonesia, baik secara sendiri-
sendiri, perpaduan dengan budaya lain, dan sebagai
kesatuan bangsa Indonesia di sepanjang sejarah
keberadaannya.
K e l i m a
Proses penyusunan piagam ini memang masih
berlangsung hingga Desember 2003, sehingga semua
pihak diberi kesempatan untuk memberikan masukan
dan penyempurnaan.
. . . . .
Mengingat eratnya kaitan antara alam dan budaya,
kami bersepakat untuk menggunakan istilah usaka
saujana untuk menggambarkan kesatuan pusaka
alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan
waktu (Draft Kaliurang, 3 Oktober 2003).
Meskipun masih terjadi perdebatan yang panjang
mengenai penggunaan istiliah saujana atau saujana
budaya dalam pemahaman akan cultural landscape.
No Asal Kota Ket.
1 Kota Padang
2 Kabupaten Tanah Datar
3 Kabupaten Pasaman Museum imam bonjol, benteng, garis
khatulistiwa, candi tanjung medan,
cagar alam rimbo panti,
4 Kabupaten Pasaman Barat Nagari Kajai
5 Kabupaten Agam
6 Kota Bukittinggi
7 Kabupaten Solok
8 Kabupaten Pesisir Selatan Benteng portugis di pulau cingkuak,
rumah gadang mandeh rubiah
9 Kota Sawahlunto
10 Kabupaten Padang
Pariaman
11 Kabupaten 50 Kota
12 Kabupaten Solok Selatan
Provinsi Sumatera Barat
Group Discussion
No Asal Kota Ket.
1 Kota Jambi - Telanaipura Mesjid seribu tiang, sungai batang
hari,
2 Kota Sungai Penuh Mesjid agung, rumah larik,
pusaka alam, kebun teh kerinci
tertinggi no.2 di dunia (himalaya
no.1) , danau gunung 7 (1.996
diatas ml),
3 Kabupaten Muko Muko
4 Kota Langsa Pisang sale, kopi
5 Kabupaten Sukabumi Perkebunan teh
6 Kota Batam
7 Kabupaten Mandailing Natal Bagas godang dan sopo godang
8 Kota Lubuk Linggau Pusaka alam, bendungan
9 Kabupaten Bengkalis Rumah adat melayu,
perkampungan orang Cina asli,
lempuk,
10
Provinsi di luar Sumatera Barat