Transcript

~B~ Pikiran Rakyato Selafa

4 5~o

o Mar

o Rabu-6 7

21 22

OApr OMei

. Kamis 0 Jumat

8 9 10 1123 ?4 25 26

OJun OJul . Ags

o Sabtu 0 Minggu

12 @ 14 15 1627 28 29 30 31

o Sep OOkt () No~ 0 Des

I{ontrak Politil~ I

Besarnya harapan rakyat ter-hadap para wakilnya di legisla-tif sangat wajar, Hal itu ber-mula dari proses rekruitmenpara wakil rakYat yang dalamkonteks sebenarnya mewakilirakYat,.Sistem pemilihan paracalon wakil rakYat pada era re-formasi, sejalan dengan lahir-nya berbagai kebijakan politikyang baru, telah menskenariokuatnya aksebilitas rakJat padawakilnya, Setidaknya, rakyat di-beri kesempatan mengenalorang yang akan mewakili me-reka untuk duduk di lembagawakil rakyat. Bahkan, tak sedi-kit di antara rakYa,t dan calonwakilnya pun mulai menjalinkomunikasi politik. Merekaberkomitmen.

_. .. Namun, harapan besar rak-CafatanS"ej'ilranmembilktT-'- yat tersebut seIhpat berbalas

kan, pada masa Orde Baru I k k..- ~ ~ -.

d ' '

ks k t ' f t k e ecewaan. Kepercayaan yangommasl e e u 1 sanga u- t I h d'b

'k k '

t' ' I b'h k d

'l ea I en an, oml men

at, nyans e I uat an em- t lah d'b d'h"baga mana pun, Selama Orde yang ~ 1 ~ngun, I lan~tI,B.

k dal'k ku Sebaglan wakil rakYat bertm-aru memegang en I e a- d' '

f ' ak culas mengatasnamakansaan, lembaga legIslatI dan JU- k t t k b b I hd'k ' f h b rfu . b ' ra ya un u mem 0 0 artaI at! anya e ngsl se agm aky t B b 'f dak k . 'aksesori dan pelengkap pende- r a , , er agm m , OrupSI't d

' '

t l't ' k d yang dilakukan wakil rakYat,n a an SISem po I I an pe- b ' ,

=" - - -. . mkpenode1999-2004mau-merintahan Indonesia, (Awalu- pun periode 2004-2009, telahdin, 2001), Oleh karena itu, tu- menjadi bukti,dl1han bahwa legislatif daerah Kedua, realitas kekinian, ha-hanya jadi "tukang stempel" rapan rakJat terhadapwakilnyadengan topeng mengatasnama- yang akan duduk pada periodekan rakyat sudah menjadi raha- 2009-2014, makin kental. Halsia umum, itu merupakan skenario pe-

Bergulirnya era reformasi rangkat peraturan politik yangyang ditandai dengan porakpo- baru, Dalam konteks penje-'randanya tatanan Orde Baru wantahan dari demokrasi ke-kental dengan harapan besar. rakYatan, berbagai perangkatKedudukan eksekutifyang pa- peraturan tersebut memberi-da era lalu banyak mendomina- kanaksebilitas yang sangat ku-si pemerintahan mulai dilurus-at kepada rakYat untuk tahu,kan. Kedudukan legislatif dae- kenaI, dekat, wanoh, dan sete-rah pun berada pada posisi se- rusnya, terhadap calon wakiljajar dan menjadimitra peme-' mereka yang akan duduk dirintah daerah, Dewan Perwa- kursi legislatif, Konsepsi terse-kHan RakYat, baik di pusat but berealitas pada sistem pe-maupun di daerah mulai di- milu wakil rakyat, 9 April 2009temp atkan pada posisi yang ~ng ber12a§is.§u~r~..ted?~yak,strategis. Bahkan, dalam bebe-rapa segi, terutama di daerah,DPRD memiliki kedudukim le-bih istimewa ketimbang kepaladaerah. Dalam suatu waktuDPRD dapat menjatuhkan ke~ .pala daerah dan kepala daerahpun memiliki kewajiban untukmemberikan laporan pertang-IDJngjawaba,nJLPJ) tal:i~nan,

Oleh MARl M. HIKMAT

M ULAI awal Agustus. iJ;li,sejumlah anggota

DPRD kabupa-ten/kota periode 2009-2014 se-cara bertahap dilantik. Perjalan-an panjang mereka dalammengarungi tahapan Pemilu2009 tuntas sudah, Pahit getirperjuangan dengan berbagaipengorbanan, baik harta, tena-ga, maupun pikiran, untukmendapatkan kursi singgasanawakil lakyat, telah mereka laku-kan: Siapapun mereka, parawakil rakYat periode ini meru-pakan hasil seleksi dengan ber-bagai tahapan yang menegang:'kan, Mereka adalah pilihan rak-yat; mereka Malah manifestasikehendak rakYat; dan semogamereka dapat menjawab segalaharapan rakyat.

Seperti halnya pelantikanwakil rakYat lima tahun ke be-lakang, Di beberapa daerah, re-alitas unjuk rasa takjarang me-wamai prosesi pelantikan, Bah-kan, pascaputusan MA, unjukrasa yang mengharapkan pe-nangguhan pelantikan pun ter-jadi. Realitas itu perlu menda-pat pemaknaan yang dalam,Kita tidak dapat lagi mengang-gap bahwa unjuk rasa itu hanyadisetir kepentingan sesaat danse~elintir kelompok, tetapi su-dah merupakan geliat keingin-an rakyat,

Tesis seperti itu sangatmungkin karena "kesepakatanpolitik" yang mengikat gelom-bang unjuk rasa tersebut, yak-ni, keraguan dan harapan me-reka pada eksistensi DPRD pe-riode 2009-2014 sebagai wakilrakYat. Banyak hal yang dapatdijadikan alas an, sehingga se-bagian rakYat Indonesia raguterhadap eksistensi lembaga le-gislatif daerah,

Pertama, realitas historis te-lah menyuguhkan cerita gam-blang tentang peran legislatifdaerah selama masa berdirinyaRepublik ini. Setidaknya, "ke-mandulan" legislatif daerah pa-da masa Orde Baru dan "ke-bobrokan" beberapa legislatifdaerah pada era reformasi telahmemberikan pengalaman pahityang mendalam pada hati rak-~t.

Kllping Humo:; Unpod 2009-

-- ...,...

Realitas politik hasil Pemilu2009 ini menyebabkan terjadiperubahan besar dalam kom-posisi keanggotaan DPRD. Pa-da Orde Baru, kursi di DPRDsangat didominasi Golkar; padadua periode masa reformasi(1999-2004 dan 2004-2009)terjadi keseimbangan, denganlahirnya kebesaran PDI PeIju-angan, plus partai baru sepertiPKS, PAN, PKB yang ikutjugaberkontribusi. Namun, hasilPemilu 2009 ini menunjukkandominasi satu partai, yakniPartai Demokrat. Realitas itupun menyimpan keraguan se-kaligus harapan yang besar da-ri rakyat tentang eksistensiDPRD ke depan.

Rakyat tentu berharap, ang-gota DPRD yang banyak dido-minasi wajah baru yang berasaldari partai baru dapat membe-rikan suntikan darah barn. Mu-dah-mudahan darah baru inibernuansa keberpihakan yangreal terhadap nasib rakyat yangselama ini tengah kebingunganmencari-cari sandaran. SemogaDPRD yang baru ini dapat ber-buat lebih banyak dan lebih ba-ik bagi kemajuan rakyat dalamberbegai lini kehidupan.

Selain itu, DPRD baru yangdidominasi partai baru dapatsaja melahirkan keraguan dihari rakyat atas kinerja mereka.Secara historis sulit untuk di-sangkal bahwa pengalamanadalah guru terbaik. AnggotaDPRD yang berpengalamanmemang menjanjikan, kendatibukan merupakanjaminan un-tuk berkinerja lebih baik. .

Respons positif terhadap ge-

liat ketidakpercayaan yang me-wujud pemilihan presiden dila-kukan secara langsung dandilakukannya pemilihan kepaladaerah secara langsung, ternya-ta tak dapat menjadi obat pena-war memulihkan kembali ke-J}erca'yaan rakyat-. _~

Bukan hal yang tidak mung-kin dengan prosesi Pemilu yanggemuk dengan masalah, parawakil rakyat peri ode 2009-2014 pun, baik berrnain secarapersonal maupun .menyusupdalam bentuk kebijakan kem-bali melarurkan masalah bagirakyat. Kita tidak ingin mera-sakan kekecewaan untuk kese-kian kalinya. Oleh karena itu,jika tuntutan kontrak politikmenjadi bagian dari isu krusialkembali bagi pergerakan rakyatdalam pelaksanaan pelantikananggota DPRD adalah hal yangwajar.

Sejak awal, wakil rakyat su-dah berkomitmen baik dalambentuk janji setia atau mungkinjanji gombal terhadap konsti-tuen mereka. Bahkan, dalamikatan formalitas pun ketikapelantikan, mereka sudah ber-kontrak politik melalui sumpahjabatan. Pada sumpah jabatan,kontrak yang mereka lakukantidak sekadar kontrak politik,tetapi juga kontrak moral. Me-reka bersumpah di bawah Aqu.ran~ Injil, dan kitab suci sesuaiagama masing-masing. Itu le-bih berat ketimbang kontI:akpolitik yang diajukan rakyatpada prosesi pelantikan.

Dalam konteks untuk meng-ingatkan, kontrak politik terha-dap wakil rakyat boleh jadiefektif. Namun, jika dirancanguntuk menjerat dan memagariwakil rakyat agar bertindak se-suai nurani rakyat, tak dapatdijadikan jaminan. Andai kitamenginginkan kontrak politiklebih efektif dan tidak dijadikansenjata kelompok tertentu un-tuk kepentingan tertentu yangmenjurus pad a upaya merugi-kan nasib rakyat, harus ditinda-klanjuti dengan upaya nyata.

Dalam konteks ini, lebih nya-tajilql rakyat membuka aksesi-bilitas dan intervensi terhadapberbagai kebijakan yang digu-lirka!l.2~~kjlnya, - n

Para wa-

kil rakyat harns meneken kon-trak politik untuk selalu mem-berikan kesempatan yang luasagar rakyat dapat mengaksesdan ikut mengintervensi berba-gai kebijakan sebelum diberla-kukan.

Hal yang kecil saja, misalnya,dalam penyus1.inan Tata TertibAnggota DPRD, para wakil rak-yat harus memberikan kesem-patan kepada rakyat untukmengakses isi tata tertib terse-

but sebelum disahkan. Konseptersebut dapat direalisasikan da-lam bentukuji publik, uji media,polling, penelitian, dan dengarpendapat dengan para tokohyang menjadi figur publik dalamberbagai kalangan. Bahkan, sa-ngat ideal jika yang melegalkanTata Tertib DPRD tersebut bu-kan hanya anggota atau pirnpin-an DPRD, tetapi rakyat.

Hal yang sama harus dilaku-kan juga pada kebijakan-kebijakan lainnya yang dike-luarkan DPRD, baik dalam tatahubungan intern anggota legis-latif daerah maupun dalam ke-sepakatan bersama dengan ek-sekutif, termasuk juga dalampenyusunan APBD.

Konsep ini akan sangat efek-tif jika selaras dengan tingginyatingkat kepedulian rakyat ter-hadap kinerja DPRD. Langkah-langkah membuka aksebilitasdan intervensi bagi rakyat akantidak efektif, jika rakyat sendiritidak memiliki kepedulian khu-sus terhadap DPRD: Kesiner-gisan antara rakyat dan wakil-nya selaras dalam konsepsi un-tuk kepentingan dan kemajuanbersama adalah obat palingmujarab untuk membangun ki-nerja legislatif daerah pada ci-tra yang lebih baik danjauh cla-ri prasangka ketidakpercayaan.Se1amat bekerja para wakil rak-yat yang terhorrnat.***

Penulis, Ketua PanwasluJabar, kandidat doktor PPSUnpad, dosen UIN Bandung,Unpas, dan Unikom.


Top Related