-
7/23/2019 Noor Cahyo Pppgl Ringkasan Eksekutif_persentasi Harnus 2015
1/7
RINGKASAN EKSEKUTIF
Peningkatan Potensi Kemineralan Melalui Penelitian Kandungan dan
Potensi Emas serta Mineral Jarang
Pantai dan Dasar Perairan Pulau Lemukutan dan sekitarnya,
Kalimantan BaratOleh:
Noor Cahyo D. Aryanto,[email protected] ;[email protected];
Puslitbang Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung-40174
Pendahuluan
Potensi sumberdaya mineral dan bahan galian di pantai dan dasar laut di wilayah
perairan dan pesisir akhir-akhir ini menjadi suatu alternatif pilihan mengingat
makin terbatasnya cadangan sumberdaya mineral di daratan, selain berbagai
permasalahan yang kerap muncul, seperti makin terbatasnya dan kompleksnyapemanfaatan lahan di daratan apalagi mineral-mineral yang karena sifat kimiawi
dan fisiknya (chemical and physical properties) sehingga memiliki kemanfaatan
lebih dibanding mineral lainnya, mineral yang dimaksud adalah mineral-mineral
logam dan asosiasinya (rare mineral) seperti: zirkon atau mineral langka yang
mengandung unsur tanah jarang (REE) yang memiliki nilai strategis bagi industri,
seperti misalnya monasit, xenotime, pyrochlore dan apatite.
Kalimantan selama ini telah dikenal sebagai daerah di Indonesia yang memiliki
kandungan mineral logam yang signifikan dan potensial untuk dikembangkan di
masa depan, baik yang bersifat primer maupun sekunder. Keterdapatan emas
epitermal di daratan Kalimantan, tersebar sepanjang jalur baratdaya-timulaut diantara busur magmatik Tersier (van Leeuwen dkk., 1990). Jalur emas ini dianggap
mewakili lingkungan epithermal, namun apakah pola jalur ini menerus dan sama
hingga ke pulau-pulau kecil di sebelah barat daratan Kalimantan Barat?.
Minimnya data geologi, baik yang menyangkut umur, variasi litologi maupun
sejarah magmatisme di Pulau Lemukutan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya
merupakan hal yang juga melatarbelakangi pemilihan lokasi dari kegiatan ini.
Tujuan penelitian adalah untuk (1) Mendapatkan data dasar dan informasi awal
mengenai keberadaan mineral logam dan ikutannya di pantai dan lepas pantai
sebagai produk proses hidrotermal dikaitkan dengan aspek geologi setempat yang
nantinya diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah dalam
mengembangkan potensinya; (2) Mengetahui penyebaran dan besarnya potensiserta kandungan mineral berat (dan mineral jarang) pada sedimen dasar laut
maupun pantai; dan (3) Kontribusi nyata Puslitbang Geologi Kelautan sebagai
pelaksanaan tupoksi dalam menunjang kebijakan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (nasional) guna pemenuhan ketersediaan mineral industri.
Lokasi penelitian terletak di sisi barat pantai Singkawang dan jajaran pulau-pulau
kecil di sebelah barat Kalimantan Barat, terdiri dari: Pulau Lemukutan, Pulau
Penata Besar, Pulau Penata Kecil dan Pulau Kabung, sedangkan daerah penelitian
sendiri merupakan pantai dan perairan di sekitar Kepulauan Lemukutan yang di
sekitarnya dikelilingi perairan yang merupakan bagian dari perairan Laut Natuna
yang secara administrasi masuk dalam Kecamatan Sungai Raya Kepulauan,Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat dan
-
7/23/2019 Noor Cahyo Pppgl Ringkasan Eksekutif_persentasi Harnus 2015
2/7
secara geografis berada pada koordinat antara 004200 LU - 005500 LU dan
10804200 BT- 10805700 BT(Gambar 1).
Lokasi penelitian dapat ditempuh dengan jalan darat dari Bandara Supadio
(Pontianak) kurang-lebih lima jam ke arah utara dengan kondisi jalan yang relatif
baik hingga Kota Singkawang yang kemudian dilanjutkan dari muara Sungai
Singkawang, di desa Kuala ke arah barat menggunakan kapal nelayan setempatkurang-lebih 4 jam dalam cuaca normal hingga ke Pulau Lemukutan.
H a s i l
Berdasarkan pemetaan permukaan di sepanjang pantai dan pulau-pulau, secaraumum kondisi dan jenis batuan lokasi penelitian dapat dibagi menjadi 2 jenis
besar, yaitu: (1) Batuan terobosan (intrusive rock), umumnya terdistribusi di
pantai barat Singkawang, dan (2) Batuan lelehan (volcanic rock), umumnya
terdistribusi di pulau-pulau di sebelah barat Singkawang, seperti: Pulau
Lemukutan, Kabung, Penata Besar dan Penata Kecil.
Pantai Barat Singkawang dan Pulau Kabung
Diwakili oleh 19 lokasi contoh di sepanjang pantai barat mulai dari Tg. Bajau
hingga Tg. Kiar di sisi barat Pantai Singkawang, yaitu: SKP08-01, 04, 06, 25, 32,
38, SKP 12-01, 04, 05, 06, 07 dan LMK13-07 serta Pulau Kabung diwakili oleh 5
lokasi, masing-masing: KB12-04, 05, KB13-01A, 02A dan 03.Di sisi barat Singkawang, batuan yang dijumpai umumnya berupa batuangranitoid (granit), pada beberapa lokasi dijumpai banyak rekahan seperti yang
dijumpai di Pantai Pasir Panjang yang merupakan pantai wisata (Gambar 2a) serta
contoh setangannya/ handspeciment (Gambar 2b) serta batuan lelehan/ batuan
beku luar (volkanik) diwakili oleh SKP08-02, 03, 39, SKP12-02, 03, 04 dan 05.
Pada lokasi SKP12-02 ditemukan kontak tegas antara batuan beku lelehan berupa
mafic dike dengan granit dengan kedudukan N 165E/ 82 dan N 170E/ 82 dan
tebal singkapan 80 cm.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan kedalaman dasar laut Perairan
Kepulauan Lemukutan (Aryanto, NCD., dkk., 2013)
-
7/23/2019 Noor Cahyo Pppgl Ringkasan Eksekutif_persentasi Harnus 2015
3/7
t
p L
Gambar 2. Singkapan granit (dimensi;7.2x3.5x3.6m) di Pantai Pasir Panjang (SKP12-01)dengan banyak rekahan dan contoh setangannya (3b)
Gambar 2b. Contoh setangan(handspeciment) granit di Pasir
Panjang (SKP12-01) berwarnaterang, berukuran sedang,equigranular, dengan jumlah biotityang signifikan, terdapat sebagaikelompok yang tersebar (dissiminated cluster).
Di sisi barat Pulau Kabung
(KB13-01A), batuannyadicirikan dengan banyaknya rekahan (crack) dan vein yang terisi kuarsa (1mm -
4cm) dengan arah N118E dan N120E (Gambar 3).
Vein kuarsa(1mm-4cm)
Gambar 3. Singkapan granitoid (KB13-01A) dengan banyak rekahan dan vein kuarsaN118E dan N120E
Masih di lokasi yang sama, nampak granitoid yang ada kontak dengan lava
andesit dengan tebal 50 cm dengan kedudukan N180E/76 (KB13-01B) yang
selanjutnya terekahkan dengan arah antara lain N120E, N130E dan N210E.
-
7/23/2019 Noor Cahyo Pppgl Ringkasan Eksekutif_persentasi Harnus 2015
4/7
Pantai Lemukutan, Penata Besar, dan Penata Kecil
Di kawasan ini diwakili oleh 27 lokasi pengamatan, masing-masing di Pulau
Lemukutan diwakili oleh 17 lokasi contoh di sepanjang pantainya mulai dari utara
ke selatan; 7 lokasi contoh di utara Pulau Penata Besar dan 3 lokasi contoh di
sekitar Pulau Penata Kecil (Gambar 4).
Untuk Pulau Lemukutan yang merupakan pulau terbesar di kawasan ini,berdasarkan pengamatan di 17 lokasi contoh, mulai dari selatan seperti: LMK12-
16, 17, 18, dan 19 - umumnya berupa batuan beku lelehan (lava andesit); dengan
arah aliran ke tenggara. Di Lemukutan Utara, batuan andesit yang ditemukan
beberapa menunjukan gejala mineralisasi berupa kumpulan pirit dalam bentuk
kantong lensa yang berjajar, seperti yang dijumpai di LMK13-06 (Gambar 5).
Pemetaan Kedalaman Dasar Laut
Berdasarkan kegiatan pengambilan data posisi yang dilakukan secara bersamaan
dengan kegiatan pemeruman untuk mengetahui kedalaman dasar laut.
Berdasarkan hasil ekstrapolasi dari titik-titik kedalaman dari setiap lokasi
pengambilan data yang kemudian dikompilasi dengan hasil penelitian sebelumnyadiperoleh Peta Kontur Batimetri (Gambar 6) dengan kedalaman laut berkisar
antara 2 52 m. Bagian terdalam dijumpai di perairan antar pulau, seperti perairan
antara Pulau Penata Besar dengan Pulau Penata Kecil dengan kedalaman 36 m
demikian pula antara perairan Pulau Lemukutan dan Pulau Penata Besar,
kedalamannya mencapai hingga 52 m dengan membentuk alur yang sempit dan
memanjang. Kenampakan ini diduga berkaitan dengan struktur yang terjadi.
Gambar 4. Peta lokasi pengamatan dan singkapan batuan pantai di Pulau Lemukutan,Penata Besar dan Penata Kecil (Aryanto, NCD., dkk., 2013)
-
7/23/2019 Noor Cahyo Pppgl Ringkasan Eksekutif_persentasi Harnus 2015
5/7
(b)
(a)
Gambar 5. (a) Singkapan andesit dengan gejalamineralisasi berupa kantong pyrit yang berjajar (elipsoidmerah) di LMK13-06; (b) perbesarankantong pyrit.
Adapun berdasarkan pengambilan contoh secara pemboran di 3 titik yang
dilakukan di perairan antara P. Lemukutan dan Penata Besar diketahui variasi
litologi secara vertikal adalah sebagai berikut (Gambar 7)
Dari gambar, terlihat bahwa penyebaran pasir cukup dominan hingga ke bawah
permukaan dasar laut dengan ketebalan hingga 8 meter (bahkan di lokasi BH-1 di
sisi timur bagian utara dari P. Lemukutan, ketebalan pasir mencapai hingga 12
meter). Namun demikian keberadaan pasir di BH-2 memberikan kenampakan
yang berbeda dengan lokasi lainnya. Di lokasi ini, pasirnya sudah mengalami
lithifikasi dan ubahan sehingga lebih kompak dan keras berwarna merah bata kaya
akan K-Feldspar yang merupakan kenampakan khas hasil lapukan dari granitoid.
Gambar 6. Kedalaman dasar laut
lokasi penelitian
ditumpangtindihkan dengan
Landsat 8 (Aryanto, NCD., dkk.,
2015
-
7/23/2019 Noor Cahyo Pppgl Ringkasan Eksekutif_persentasi Harnus 2015
6/7
Keberadaan batuan beku plutonik (diorit) hanya
dijumpai di BH-1. Sedangkan distribusi batu
lempung terlihat di BH-2 dan BH-3 dengan
kedalaman di atas 8 meter.
Mineral berat pembawa unsur tanah jarang
(REE) yang dijumpai di lokasi penelitianberdasarkan analisis mineral berat antara lain:
Zirkon (ZrSiO4) dengan kisaran kandunganya
dari 0,01 hingga 0,62%berat yang terdapat di 7
contoh dari 8 contoh yang dianalisa. Kandungan
terbesar (0,62% berat) dijumpai dari batuan
yang telah terubah di pantai utara Pulau Penata
Besar.
Masih di lokasi yang sama dijumpai pula
kandungan logam Mn yang besar mencapai
hingga 1023 ppm; Apatit (Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)
keterdapatan dan kandungannya dapat dijumpai
dengan kisaran 0,02-0,76% berat. Kandungan
yang paling besar (0,76% berat) dijumpai dalam
batulanau di sisi pantai Lemukutan bagian
baratlaut; Spene (CaTiSiO5), kehadiran mineral
ini berkisar antara 0,1 hingga 18,9% berat.
Gambar 7. Diagram pagar penampang bor lepas pantai
Lokasi dengan kandungan tertinggi dijumpai di pantai utara Penata Besar
(PNB12-04) pada batuan yang telah terubah; Leucoxene (Fe,Ti)O2
dijumpai
dengan kisaran kandungan dari 0,39 hingga 6,07% berat. Kandungan tertinggi
dijumpai pada soil yang telah teralterasi di pantai Lemukutan bagian timur
(LMK12-20).
Berdasarkan metode AAS kandungan Au berkisar antara 3 hingga 134 ppb
(kandungan tertinggi di BH-2 dengan kedalaman 9,0-9,5m) dijumpai pada
batupasir, kemerahan, agak keras dan kompak, teralterasi; Gambar 8).
Kesimpulan
Secara umum daratan sisi barat pantai Singkawang, khususnya di Tanjung Bajau
disusun oleh batuan granitoid yang terdiri dari syeno-granite, feldspar-alkaline
granite dan quartz monzonite granit. Pada beberapa lokasi dijumpai pula Aplit
(mafic dike) berupa sill dalam batuan granit. Sedangkan di Pulau Lemukutan
Gambar 8. Batupasir teralterasi,
kemerahan, agak keras dan kompak
-
7/23/2019 Noor Cahyo Pppgl Ringkasan Eksekutif_persentasi Harnus 2015
7/7
didominasi oleh batuan lelehan (andesitikan), P. Kabung dan P. Penata Besar
dijumpai baik batuan granitoid maupun batuan lelehan di kedua pulau ini
batuan-batuan yang ada menunjukkan gejala mineralisasi.
Berdasarkan pengambilan contoh sedimen dasar laut di 58 titik, lokasi penelitian dibagi
dalam 4 (empat) satuan sedimen permukaan dasar laut, yaitu: (1) Pasir lumpuran sedikit
kerikilan yang merupakan satuan sedimen paling dominan; (2) Lumpur pasiran sedikitkerikilan; (3) Pasir kerikilan dan (4) Kerikil pasiran lumpuran.
Zirkon dengan kisaran kandungan dari 0,01 hingga 0,62%berat. Kandungan
terbesar dijumpai dari batuan yang telah terubah di pantai utara Pulau Penata
Besar; Apatit keterdapatan dan kandungannya dapat dijumpai dengan kisaran
0,02-0,76% berat dijumpai dalam batulanau di sisi pantai Lemukutan bagian
baratlaut; Spene, kehadiran mineral ini berkisar antara 0,1 hingga 18,9% berat.
Lokasi dengan kandungan tertinggi dijumpai di pantai utara Penata Besar
(PNB12-04) pada batuan yang telah terubah; Leucoxene dijumpai dengan kisaran
kandungan dari 0,39 hingga 6,07% berat.
Kandungan Au berkisar antara 3 hingga 134 ppb (kandungan tertinggi di BH-2
dengan kedalaman 9,0-9,5m).
Daftar PustakaAryanto, N.C.D., Kamiludin, U., Darlan, Y., Widiatmoko, H.C, Kurnio, H., Setiya
Budhi, A., Setiady, D., Dewi, K.T., and Yulinar; (2008), Laporan
Penyelidikan Mineral Kasiterit dan Mineral Ikutannya di Perairan
Singkawang, Kalimantan Barat, Puslitbang Geologi Kelautan.
Aryanto, N.C.D., Suparka, E., Abdullah, C.I., and Permana, H.; (2013). The
Petrology Characteristic of Granitoid Rock, Singkawang Coast, West
Kalimantan, Bulletin of the Marine Geology, Vol. 28, No.1, June 2013, p.13-
20, Bandung.
Aryanto, N.C.D., Suparka, E., Abdullah C.I., dan Permana, H; (2014), Petrologi
dan geokimia batuan granitoid di Pantai Sedau, Kalimantan Barat, Jurnal
Teknologi Kebumian, ITB BandungCarlile, J.C., and Mitchell, A.H.G.,
1994, Magmatic Arcs and Associated Gold and Copper Mineralization in
Indonesia. Journal of Geochemical Exploration, 50, 91-142
Cawthorn, R.G., and OHara, M.J., 1976, Amphibole Fractionation and Calc-
Alkaline Magma Genesis.America Journal Science276, 309-329.
Harahap, B.H., 1993. Geochemical Investigation of Tertiary, Magmatism Rocks
From Central West Kalimantan, Indonesia. Proceedings 22nd Annual
Convention, Indonesian Association of Geologists, 1, pp. 304-326.
Hutchison, C.S., 1996, The Rajang Accretionary Prism and Lupar Line Problem
of Borneo. In: Hall, R., Blundell, D.J. (Eds.), Tectonic Evolution of Southeast
Asia, 106.Geological Society Special Publication, pp. 247-261.
Kuno, H. 1968, Origin of andesite and its bearing on the island arc structure, Bull.
Volc.32, 141-176.
Le Maitre, R.W., Streckeisen, A., Zanetin, B., Le Bas, M.J., Bonin, B., Bateman,
P., Bellieni, G., Dudek, A., Efremova, S., Keller, J., Lamere, J., Sabine, P.A.,
Schmid, R., Sorensen, H., and Woolley, A.R., 2002, Igneous Rock:
Classification and Glossary of Terms, Cambridge University Press, U.K
Peccerillo R. And Taylor, S.R., 1976, Geochemistry of Eocene calc-alkalinevolcanic rocks from the Kastamonu area, northern Turkey. Contrib. Mineral.
Petrol., 58, 63-81.