No.18/ 7 /DPSP Jakarta, 2 Mei 2016
SURAT EDARAN
Perihal : Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh
Bank Indonesia
Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor
17/9/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring
Berjadwal oleh Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5704) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 18/5/PBI/2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5876), perlu mengatur kembali ketentuan pelaksanaan mengenai
penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal oleh Bank Indonesia
dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut:
I. KETENTUAN UMUM
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal adalah
kegiatan dalam rangka memproses perhitungan hak dan
kewajiban antar Peserta Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia yang setelmennya dilakukan pada waktu tertentu.
2. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya
disingkat SKNBI adalah infrastruktur yang digunakan oleh
Bank Indonesia dalam Penyelenggaraan Transfer Dana dan
Kliring Berjadwal untuk memproses Data Keuangan Elektronik
pada Layanan Transfer Dana, Layanan Kliring Warkat Debit,
Layanan Pembayaran Reguler, dan Layanan Penagihan Reguler.
3. Penyelenggara SKNBI yang selanjutnya disebut Penyelenggara
adalah Bank Indonesia.
4. Peserta SKNBI yang selanjutnya disebut Peserta adalah pihak
yang telah memenuhi persyaratan dan telah memperoleh
persetujuan dari Penyelenggara sebagai Peserta.
5. Layanan ...
2
5. Layanan Transfer Dana adalah layanan dalam SKNBI yang
memproses pemindahan sejumlah dana antar Peserta dari 1
(satu) pengirim kepada 1 (satu) penerima.
6. Layanan Kliring Warkat Debit adalah layanan dalam SKNBI
yang memproses penagihan sejumlah dana yang dilakukan
antar Peserta dari 1 (satu) pengirim tagihan kepada 1 (satu)
penerima tagihan, disertai dengan fisik Warkat Debit.
7. Layanan Pembayaran Reguler adalah layanan dalam SKNBI
yang memproses pemindahan sejumlah dana antar Peserta dari
1 (satu) atau beberapa pengirim kepada 1 (satu) atau beberapa
penerima.
8. Layanan Penagihan Reguler adalah layanan dalam SKNBI yang
memproses penagihan sejumlah dana antar Peserta dari 1
(satu) pengirim tagihan kepada beberapa penerima tagihan.
9. Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disingkat DKE
adalah data keuangan dalam format elektronik yang digunakan
sebagai dasar perhitungan dalam penyelenggaraan SKNBI.
10. DKE Transfer Dana adalah DKE yang dibuat berdasarkan
perintah transfer dana dan digunakan sebagai dasar
perhitungan dalam Layanan Transfer Dana.
11. DKE Warkat Debit adalah DKE yang dibuat berdasarkan
perintah transfer debit dan digunakan sebagai dasar
perhitungan dalam Layanan Kliring Warkat Debit.
12. DKE Pembayaran adalah DKE yang dibuat berdasarkan
perintah transfer dana dan digunakan sebagai dasar
perhitungan dalam Layanan Pembayaran Reguler.
13. DKE Penagihan adalah DKE yang dibuat berdasarkan perintah
transfer debit dan digunakan sebagai dasar perhitungan dalam
Layanan Penagihan Reguler.
14. Warkat Debit adalah alat pembayaran nontunai yang
diperhitungkan atas beban nasabah atau Bank melalui
Layanan Kliring Warkat Debit.
15. Kliring Penyerahan adalah kegiatan untuk memperhitungkan
DKE Warkat Debit yang disampaikan oleh Peserta pengirim
kepada Peserta penerima melalui Penyelenggara.
16. Kliring ...
3
16. Kliring Pengembalian adalah kegiatan untuk memperhitungkan
DKE Warkat Debit yang diperhitungkan dalam Kliring
Penyerahan namun ditolak oleh Peserta penerima berdasarkan
alasan yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
17. Penyerahan Tagihan adalah kegiatan untuk memperhitungkan
DKE Penagihan yang disampaikan oleh Peserta pengirim
kepada Peserta penerima melalui Penyelenggara.
18. Pengembalian Tagihan adalah kegiatan untuk
memperhitungkan DKE Penagihan yang diperhitungkan dalam
Penyerahan Tagihan namun ditolak oleh Peserta penerima
berdasarkan alasan yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
19. Peserta Langsung Utama yang selanjutnya disingkat PLU
adalah Peserta yang mengirimkan DKE ke Penyelenggara secara
langsung dengan menggunakan infrastruktur SKNBI dan
Setelmen Dana dilakukan ke Rekening Setelmen Dana Peserta
yang bersangkutan.
20. Peserta Langsung Afiliasi yang selanjutnya disingkat PLA
adalah Peserta yang mengirimkan DKE ke Penyelenggara secara
langsung dengan menggunakan infrastruktur SKNBI Peserta
yang bersangkutan sedangkan Setelmen Dana dilakukan ke
Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar.
21. Peserta Tidak Langsung yang selanjutnya disingkat PTL adalah
Peserta yang mengirimkan DKE ke Penyelenggara secara tidak
langsung melalui Bank Penerus dan Setelmen Dana dilakukan
ke Rekening Setelmen Dana Bank Penerus.
22. Bank Pembayar adalah PLU yang ditunjuk oleh PLA dalam
rangka Setelmen Dana, penyediaan Prefund, dan/atau
pembayaran kewajiban lainnya dalam penyelenggaraan SKNBI.
23. Bank Penerus adalah PLU yang memenuhi persyaratan dan
telah memperoleh persetujuan dari Penyelenggara untuk
melaksanakan pengiriman DKE, penyediaan Prefund, Setelmen
Dana, dan/atau pembayaran kewajiban lainnya untuk
kepentingan PTL.
24. Rekening Setelmen Dana adalah rekening Peserta dalam mata
uang Rupiah yang ditatausahakan di Bank Indonesia.
25. Setelmen ...
4
25. Setelmen Dana adalah kegiatan pendebitan dan pengkreditan
Rekening Setelmen Dana melalui Sistem BI-RTGS yang
dilakukan berdasarkan perhitungan hak dan kewajiban
masing-masing Peserta yang timbul dalam penyelenggaraan
SKNBI.
26. Prefund adalah dana yang disediakan oleh Peserta untuk
memenuhi kewajiban dalam penyelenggaraan SKNBI.
27. Prefund Kredit adalah Prefund yang disediakan untuk Layanan
Transfer Dana dan Layanan Pembayaran Reguler.
28. Prefund Debit adalah Prefund yang disediakan untuk Layanan
Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler.
29. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan termasuk
kantor cabang dari bank di luar negeri dan Bank Umum
Syariah termasuk Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan
syariah.
30. Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank adalah badan usaha
berbadan hukum Indonesia bukan Bank yang telah
memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk menyelenggarakan
kegiatan transfer dana.
31. Sistem Sentral Kliring yang selanjutnya disingkat SSK adalah
infrastruktur SKNBI di Penyelenggara yang digunakan dalam
penyelenggaraan SKNBI.
32. Sistem Peserta Kliring yang selanjutnya disingkat SPK adalah
infrastruktur SKNBI di Peserta yang terhubung dengan SSK
yang digunakan oleh Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI.
33. Jaringan Komunikasi Data yang selanjutnya disingkat JKD
adalah infrastruktur komunikasi data yang digunakan dalam
penyelenggaraan SKNBI yang menghubungkan SSK dengan
SPK.
34. Soft Token adalah sertifikat dalam bentuk file terproteksi yang
memuat identitas pemilik sertifikat, kunci enkripsi untuk
melakukan verifikasi tanda tangan digital pemilik, dan periode
sertifikat yang dihasilkan oleh infrastruktur kunci publik Bank
Indonesia.
35. Sistem ...
5
35. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang
selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah infrastruktur yang
digunakan sebagai sarana transfer dana elektronik yang
setelmennya dilakukan seketika per transaksi secara
individual.
36. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang
selanjutnya disebut BI-SSSS adalah infrastruktur yang
digunakan sebagai sarana Penatausahaan Transaksi dan
Penatausahaan Surat Berharga yang dilakukan secara
elektronik.
37. Keadaan Tidak Normal adalah situasi atau kondisi yang terjadi
sebagai akibat adanya gangguan atau kerusakan pada
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi,
aplikasi, maupun sarana pendukung yang mempengaruhi
kelancaran penyelenggaraan SKNBI.
38. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang terjadi di luar
kekuasaan Penyelenggara dan/atau Peserta yang menyebabkan
kegiatan operasional SKNBI tidak dapat diselenggarakan yang
diakibatkan oleh, tetapi tidak terbatas pada kebakaran,
kerusuhan massa, sabotase, dan bencana alam seperti gempa
bumi dan banjir yang dinyatakan oleh pihak penguasa atau
pejabat setempat yang berwenang, termasuk Bank Indonesia.
39. Fasilitas Kontinjensi adalah fasilitas yang disediakan oleh
Penyelenggara di lokasi Penyelenggara dan Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Dalam Negeri yang dapat digunakan oleh
Peserta apabila terjadi Keadaan Tidak Normal atau Keadaan
Darurat di lokasi kantor Peserta.
40. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri yang
selanjutnya disingkat KPwDN adalah kantor Bank Indonesia
selain kantor pusat Bank Indonesia yang melaksanakan fungsi
sistem pembayaran.
41. Wilayah Kliring adalah suatu wilayah yang telah disetujui oleh
Penyelenggara untuk melaksanakan kegiatan pertukaran
Warkat Debit.
42. Wilayah ...
6
42. Wilayah Kliring Otomasi adalah Wilayah Kliring yang
melaksanakan kegiatan pertukaran Warkat Debit secara
otomasi.
43. Wilayah Kliring Manual adalah Wilayah Kliring yang
melaksanakan kegiatan pertukaran Warkat Debit secara
manual.
44. Koordinator Pertukaran Warkat Debit yang selanjutnya disebut
Koordinator PWD adalah koordinator pertukaran Warkat Debit
kantor Bank Indonesia dan koordinator pertukaran Warkat
Debit selain Bank Indonesia yang melaksanakan pertukaran
Warkat Debit di suatu Wilayah Kliring.
45. Perwakilan Peserta adalah kantor Peserta di suatu Wilayah
Kliring yang ditunjuk sebagai wakil Peserta untuk
melaksanakan pertukaran Warkat Debit yang dikliringkan di
Wilayah Kliring tersebut.
46. Pimpinan adalah direksi atau pejabat yang berwenang mewakili
Peserta sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi masing-
masing Peserta sebagai berikut:
a. Pimpinan untuk Peserta berupa Bank Umum dan Bank
Umum Syariah adalah direksi sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
perseroan terbatas;
b. Pimpinan untuk Peserta berupa Unit Usaha Syariah
adalah anggota direksi Bank Umum Konvensional yang
membawahkan Unit Usaha Syariah atau pimpinan kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang
mengelola dan bertanggung jawab terhadap operasional
Unit Usaha Syariah;
c. Pimpinan untuk Peserta berupa kantor cabang dari bank
yang berkedudukan di luar negeri adalah pemimpin kantor
cabang dan pejabat satu tingkat di bawah pemimpin
kantor cabang yang menerima surat kuasa (power of
attorney) dari kantor pusat bank yang berkedudukan di
luar negeri;
d. Pimpinan...
7
d. Pimpinan untuk Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank
adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan
transfer dana.
47. Bukti Penyerahan Warkat Debit yang selanjutnya disingkat
BPWD adalah dokumen kliring yang digunakan di Wilayah
Kliring Otomasi yang berfungsi sebagai alat kontrol dalam
pelaksanaan kegiatan pertukaran Warkat Debit.
48. Rincian Warkat Debit yang selanjutnya disingkat RWD adalah
dokumen kliring yang digunakan di Wilayah Kliring Manual
yang berfungsi sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan
kegiatan pertukaran Warkat Debit.
49. Tanda Pengenal Petugas Kliring yang selanjutnya disingkat
TPPK adalah tanda pengenal yang digunakan oleh petugas
kliring dalam kegiatan pertukaran Warkat Debit.
II. PENYELENGGARA
A. Organisasi Penyelenggara
1. Penyelenggara adalah Bank Indonesia c.q. Departemen
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran.
2. Kegiatan korespondensi terkait penyelenggaraan SKNBI
ditujukan kepada Penyelenggara dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Kegiatan terkait kepesertaan dan operasional
penyelenggaraan SKNBI ditujukan ke alamat:
Bank Indonesia
Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Divisi Kliring dan Transfer Dana
Gedung D Lantai 3
Jalan M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
b. Kegiatan korespondensi terkait pemantauan
kepatuhan Peserta terhadap ketentuan dan prosedur
dalam penyelenggaraan SKNBI ditujukan ke alamat:
Bank ...
8
Bank Indonesia
Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Divisi Kepatuhan dan Informasi Sistem Pembayaran
Bank Indonesia
Gedung D Lantai 3
Jalan M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
3. Penyelenggara menyediakan helpdesk untuk menangani
permasalahan operasional SKNBI yang dihadapi oleh
Peserta dengan nomor sebagai berikut:
a. telepon : 021 29818888
b. faksimile : 021 2311902.
4. Dalam hal terdapat perubahan nama departemen, divisi,
dan/atau alamat sebagaimana dimaksud dalam angka 2
dan/atau perubahan nomor telepon dan/atau faksimile
sebagaimana dimaksud dalam angka 3 maka
Penyelenggara memberitahukan perubahan tersebut
melalui surat dan/atau sarana lainnya.
B. Tugas Penyelenggara
Dalam rangka penyelenggaraan SKNBI, Penyelenggara
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. menetapkan ketentuan dan prosedur penyelenggaraan
SKNBI;
2. menyediakan sarana dan prasarana penyelenggaraan
SKNBI sebagai berikut:
a. perangkat keras dan aplikasi SSK di Penyelenggara;
b. 1 (satu) JKD yang menghubungkan SPK dengan SSK;
c. aplikasi SPK dan perubahannya serta buku pedoman
pengoperasian aplikasi SPK yang disampaikan oleh
Penyelenggara melalui surat dan/atau sarana lain;
d. Fasilitas Kontinjensi; dan
e. sarana dan prasarana pendukung lainnya;
3. melaksanakan kegiatan operasional SKNBI sesuai waktu
yang telah ditetapkan, antara lain sebagai berikut:
a. melakukan ...
9
a. melakukan monitoring pengiriman DKE dan
penyediaan Prefund dalam rangka menjaga kelancaran
kegiatan operasional SKNBI;
b. melakukan perhitungan DKE yang dikirim oleh
Peserta dan diterima oleh Penyelenggara; dan
c. menyediakan data/informasi hasil perhitungan dalam
SKNBI.
4. melakukan upaya untuk menjamin keandalan,
ketersediaan, dan keamanan penyelenggaraan SKNBI,
antara lain sebagai berikut:
a. melakukan pengelolaan dan pengoperasian SSK;
b. melakukan security audit terhadap SKNBI secara
berkala;
c. menyediakan helpdesk untuk menangani masalah:
1) operasional penyelenggaraan SKNBI; dan/atau
2) JKD;
d. memberikan layanan yang berkaitan dengan
kepesertaan dalam penyelenggaraan SKNBI;
e. menetapkan waktu operasional penyelenggaraan
SKNBI;
f. memiliki standar layanan minimum penyelenggaraan
SKNBI antara lain standar layanan waktu terkait
kepesertaan dan standar layanan dalam
penyelenggaraan SKNBI;
g. menetapkan dan memberlakukan ketentuan dan
prosedur penanganan Keadaan Tidak Normal
dan/atau Keadaan Darurat;
h. memberikan pelatihan kepada calon Peserta dan
pelatihan secara berkala kepada Peserta; dan
i. menetapkan status kepesertaan Peserta;
5. melakukan pemantauan kepatuhan Peserta dan
Koordinator PWD terhadap ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai penyelenggaraan transfer dana dan
kliring berjadwal serta prosedur yang ditetapkan oleh
Penyelenggara;
6. menetapkan ...
10
6. menetapkan dan mengenakan sanksi administratif kepada
Peserta;
7. menetapkan batas nilai nominal transaksi yang dapat
diperhitungkan dalam penyelenggaraan SKNBI; dan
8. menetapkan jenis dan besarnya biaya dalam
penyelenggaraan SKNBI, termasuk batas biaya paling
banyak yang dikenakan Peserta kepada nasabah.
III. KEPESERTAAN
A. Prinsip Umum
1. Pihak yang dapat menjadi Peserta yaitu:
a. Bank Indonesia;
b. Bank; dan
c. Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank.
2. Dalam hal Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b
merupakan Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional sekaligus melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk Unit
Usaha Syariah maka kepesertaan dalam penyelenggaraan
SKNBI untuk kegiatan usaha secara konvensional harus
terpisah dari kepesertaan untuk kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
3. Jenis kepesertaan dalam SKNBI terdiri atas:
a. PLU;
b. PLA; atau
c. PTL.
4. Berdasarkan jenis kepesertaan, pihak sebagaimana
dimaksud dalam angka 1, diatur sebagai berikut:
a. Bank Indonesia hanya dapat menjadi PLU;
b. Bank hanya dapat menjadi PLU; dan
c. Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank hanya
dapat menjadi PLA atau PTL.
5. Berdasarkan jenis layanan, keikutsertaan pihak
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diatur sebagai
berikut:
a. Bank ...
11
a. Bank Indonesia dapat mengikuti seluruh layanan
dalam penyelenggaraan SKNBI.
b. Bank harus mengikuti seluruh layanan dalam
penyelenggaraan SKNBI.
c. Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank hanya
dapat mengikuti Layanan Transfer Dana dan/atau
Layanan Pembayaran Reguler.
6. Keikutsertaan Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank
dalam Layanan Pembayaran Reguler hanya berlaku bagi
Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank yang mengelola
rekening nasabah.
7. Penyelenggara berwenang untuk menetapkan ketentuan
dan persyaratan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik untuk Peserta.
B. Persyaratan Menjadi Peserta
Calon Peserta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Persyaratan Sebagai PLU
a. memiliki surat izin usaha yang masih berlaku dari
lembaga yang berwenang;
b. tidak sedang dalam proses likuidasi atau kepailitan;
c. telah menjadi peserta dalam Sistem BI-RTGS;
d. Pimpinan calon Peserta telah memperoleh persetujuan
atau dinyatakan lulus dalam fit and proper test yang
dilakukan oleh lembaga pengawas yang berwenang;
e. menyediakan infrastruktur SPK dengan spesifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.1; dan
f. memiliki laporan hasil security audit atas sistem
internal Peserta yang dilakukan dalam 1 (satu) tahun
terakhir, dalam hal calon Peserta akan
menghubungkan sistem internal Peserta ke SSK.
2. Persyaratan Sebagai PLA
a. memiliki izin sebagai penyelenggara transfer dana
yang masih berlaku dari Bank Indonesia;
b. tidak sedang dalam proses likuidasi atau kepailitan;
c. menyediakan layanan transfer dana kepada nasabah
dan memiliki jaringan kantor yang luas di mayoritas
provinsi di Indonesia;
d. memiliki ...
12
d. memiliki kinerja keuangan yang baik selama 2 (dua)
tahun terakhir;
e. memiliki aset paling sedikit Rp1.000.000.000.000,00
(satu triliun rupiah) atau modal paling sedikit
Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah)
selama 1 (satu) tahun terakhir;
f. Pimpinan calon PLA tidak tercantum dalam daftar
kredit macet dan/atau daftar hitam nasional yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;
g. menyediakan infrastruktur SPK dengan spesifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.1;
h. memiliki laporan hasil security audit atas sistem
internal Peserta yang dilakukan dalam 1 (satu) tahun
terakhir, dalam hal calon Peserta akan
menghubungkan sistem internal Peserta ke SSK;
i. menunjuk 1 (satu) Bank Pembayar dalam rangka
pendebitan dan/atau pengkreditan dana untuk:
1) Setelmen Dana;
2) penyediaan Prefund Kredit;
3) pembebanan biaya dalam penyelenggaraan
SKNBI; dan
4) pembebanan sanksi administratif berupa
kewajiban membayar atas pelanggaran ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan transfer dana dan kliring
berjadwal; dan
j. memiliki perjanjian dengan Bank Pembayar yang
paling kurang memuat:
1) hak dan kewajiban PLA dan Bank Pembayar;
2) mekanisme penyediaan Prefund Kredit;
3) batas waktu penerusan hasil Setelmen Dana dari
Bank Pembayar ke PLA;
4) tanggung jawab atas kerahasiaan dan/atau
penyalahgunaan informasi hasil Setelmen Dana;
dan
5) mekanisme penyelesaian perselisihan.
3. Persyaratan ...
13
3. Persyaratan Sebagai PTL
a. memiliki izin sebagai penyelenggara transfer dana
yang masih berlaku dari Bank Indonesia;
b. tidak sedang dalam proses likuidasi atau kepailitan;
c. Pimpinan calon PTL tidak tercantum dalam daftar
kredit macet dan/atau daftar hitam nasional yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;
d. menunjuk 1 (satu) Bank Penerus; dan
e. memiliki perjanjian dengan Bank Penerus yang paling
kurang memuat:
1) hak dan kewajiban PTL dan Bank Penerus;
2) tanggung jawab atas kerahasiaan dan/atau
penyalahgunaan data dan informasi dalam
penyelenggaraan SKNBI;
3) mekanisme pelaksanaan:
a) penyediaan Prefund Kredit;
b) pengiriman DKE kepada Penyelenggara; dan
c) batas waktu penerusan hasil Setelmen Dana
dari Bank Penerus kepada PTL,
baik dalam keadaan normal, Keadaan Tidak
Normal, dan Keadaan Darurat pada Bank
Penerus;
4) pengaturan penyelesaian perselisihan;
5) biaya penggunaan infrastruktur yang dikenakan
kepada PTL; dan
6) pembebanan sanksi administratif berupa
kewajiban membayar atas pelanggaran ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan transfer dana dan kliring
berjadwal.
C. Prosedur untuk Memperoleh Persetujuan menjadi Peserta
Prosedur untuk memperoleh persetujuan menjadi Peserta
diatur sebagai berikut:
1. Prosedur ...
14
1. Prosedur menjadi PLU
a. Calon PLU menyampaikan surat permohonan untuk
menjadi Peserta kepada Penyelenggara dengan
menggunakan format surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.2.
b. Dalam hal calon PLU merupakan Unit Usaha Syariah
maka surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a diajukan oleh Bank konvensional atas
nama Unit Usaha Syariah.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:
1) data kepesertaan SKNBI sesuai dengan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.3;
2) Wilayah Kliring yang dipilih oleh calon PLU dalam
rangka pertukaran Warkat Debit;
3) fotokopi dokumen persetujuan izin usaha yang
masih berlaku dari lembaga berwenang dan telah
dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang atau
dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh Pimpinan
calon PLU;
4) fotokopi anggaran dasar perusahaan dan
perubahannya yang menunjukan informasi
terakhir yang mencakup nama dan kepengurusan
perusahaan telah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang atau dinyatakan sesuai dengan
aslinya oleh Pimpinan calon PLU;
5) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari
kantor pusat calon PLU yang berkedudukan di
luar negeri kepada pemimpin kantor cabang
berikut terjemahannya dalam Bahasa Indonesia
yang dibuat oleh penerjemah tersumpah, bagi
calon PLU yang berkantor pusat di luar negeri;
6) surat pernyataan dari Pimpinan calon PLU yang
menyatakan bahwa calon PLU tidak sedang dalam
proses likuidasi atau kepailitan dengan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.4;
7) fotokopi ...
15
7) fotokopi keputusan hasil fit and proper test
Pimpinan calon PLU yang dikeluarkan oleh pihak
yang berwenang.
Dalam hal calon Peserta adalah Unit Usaha
Syariah maka yang disampaikan adalah fotokopi
keputusan hasil fit and proper test sebagai
Pimpinan Unit Usaha Syariah;
8) surat pernyataan dari Pimpinan calon PLU
mengenai kesiapan infrastruktur SPK dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.5; dan
9) laporan hasil security audit atas sistem internal
calon PLU yang dilakukan oleh auditor internal
atau auditor independen, dalam hal sistem
internal calon PLU akan dihubungkan ke SSK.
Dalam hal security audit dilakukan oleh auditor
internal, laporan hasil security audit dilengkapi
dengan surat pernyataan dari Pimpinan calon
PLU yang menyatakan bahwa security audit
dilaksanakan secara independen.
d. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh Pimpinan PLU dan
disampaikan kepada Penyelenggara dengan alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a.
e. Bagi calon PLU yang kantor pusatnya berkedudukan
di wilayah kerja KPwDN, surat permohonan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a disampaikan
kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a dengan tembusan
kepada KPwDN yang mewilayahi.
f. Dalam hal calon PLU merupakan peserta Sistem BI-
RTGS dan dokumen pendukung sebagaimana
dimaksud dalam huruf c telah disampaikan kepada
penyelenggara Sistem BI-RTGS, calon PLU tidak perlu
menyampaikan dokumen pendukung dimaksud.
g. Dalam ...
16
g. Dalam hal diperlukan, calon PLU harus dapat
memperlihatkan asli dari dokumen sebagaimana
dimaksud dalam butir c.3), butir c.4), butir c.5), dan
butir c.7) kepada Penyelenggara.
h. Berdasarkan surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, Penyelenggara dapat
melakukan pemeriksaan lokasi kantor calon PLU
untuk memastikan antara lain kesesuaian informasi
dalam dokumen yang disampaikan dan kesiapan
infrastruktur SPK.
i. Penyelenggara memberikan persetujuan prinsip atau
penolakan atas permohonan calon PLU sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, paling lama 25 (dua puluh
lima) hari kerja terhitung sejak surat permohonan dan
dokumen diterima secara lengkap oleh Penyelenggara.
j. Dalam hal permohonan calon PLU disetujui,
Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan
prinsip sebagai PLU yang memuat antara lain hal-hal
sebagai berikut:
1) persetujuan prinsip menjadi PLU;
2) nama dan kode Peserta;
3) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, antara
lain:
a) mengikuti kegiatan pelatihan;
b) instalasi SPK; dan
c) penandatanganan perjanjian, apabila
diperlukan;
4) kelengkapan dokumen administrasi yang harus
dipenuhi oleh pihak yang telah memperoleh
persetujuan prinsip menjadi PLU dalam rangka
pelaksanaan kegiatan operasional.
k. Dalam hal permohonan calon PLU tidak disetujui,
Penyelenggara menyampaikan surat pemberitahuan
penolakan yang disertai dengan keterangan mengenai
alasan penolakan.
1. Dokumen ...
17
l. Dokumen administrasi sebagaimana dimaksud dalam
butir j.4) terdiri atas:
1) Surat pemberitahuan kewenangan Pimpinan
dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.6.
2) Surat permohonan untuk memperoleh Soft Token
disertai dengan file certificate signing request yang
disimpan dalam compact disc dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.7.
3) Surat kuasa terkait dengan kepesertaan dan
operasional SKNBI dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Pimpinan dapat memberikan kuasa tanpa
hak subsitusi atau dengan 1 (satu) kali hak
subsitusi dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.8.
b) Surat kuasa sebagaimana dimaksud dalam
huruf a) berlaku untuk 1 (satu) kantor Bank
Indonesia.
c) Surat kuasa sebagaimana dimaksud dalam
huruf a) dibuat untuk melakukan kegiatan
sebagai berikut:
(1) penandatanganan surat menyurat,
laporan, dan/atau dokumen lain, baik
dokumen tertulis maupun dokumen
elektronik, yang terkait dengan
kepesertaan dan operasional dalam
penyelenggaraan SKNBI;
(2) penyerahan certificate signing request
dan/atau pengambilan Soft Token;
dan/atau
(3) penyerahan dan/atau pengambilan
surat, laporan, dan dokumen lain baik
dokumen tertulis maupun dokumen
elektronik ...
18
elektronik, yang terkait dengan
kepesertaan dan operasional dalam
SKNBI.
d) Pimpinan atau pejabat penerima kuasa
dengan 1 (satu) kali hak substitusi dapat
memberikan kuasa tanpa hak substitusi
kepada petugas di kantor pusat atau kantor
cabang yang bersangkutan hanya untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam butir c)(3).
e) Jumlah pejabat penerima kuasa untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c) paling banyak 5 (lima) orang.
f) Surat kuasa disertai dengan fotokopi
identitas diri yang masih berlaku dari
penerima kuasa yaitu:
(1) Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin
Mengemudi (SIM), atau paspor bagi
Warga Negara Indonesia (WNI); atau
(2) paspor, Keterangan Izin Tinggal
Sementara (KITAS), dan surat izin kerja
dari instansi berwenang bagi Warga
Negara Asing (WNA).
g) Dalam hal PLU adalah kantor cabang dari
Bank yang berkedudukan di luar negeri
maka surat kuasa terkait kepesertaan dan
operasional SKNBI dapat diberikan oleh
pemimpin kantor cabang dari Bank yang
bersangkutan.
4) Surat permohonan untuk membuat spesimen
tanda tangan bagi:
a) Pimpinan; atau
b) pejabat penerima kuasa untuk melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam butir
3)c),
dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.9.
5) Dalam ...
19
5) Dalam hal Pimpinan dan/atau pejabat yang
berwenang telah memiliki spesimen tanda tangan
di Sistem BI-RTGS, dari pihak yang telah
memperoleh persetujuan prinsip menjadi PLU
dapat menyampaikan surat pemberitahuan
mengenai penambahan kewenangan pejabat
dimaksud kepada Penyelenggara dengan
melampirkan fotokopi surat kuasa terkait dengan
kewenangan operasional SKNBI. Surat
pemberitahuan mengenai penambahan
kewenangan tersebut menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.10.
m. Pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLU menyampaikan seluruh dokumen
administrasi sebagaimana dimaksud dalam huruf l
kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a.
n. Dalam hal terdapat kekurangan dokumen
administrasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan
operasional SKNBI, Penyelenggara menginformasikan
kepada pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLU melalui surat, telepon, atau
sarana lain.
o. Berdasarkan dokumen administrasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf l, Penyelenggara
menyampaikan surat yang menginformasikan
mengenai kegiatan yang harus dilakukan oleh pihak
yang telah memperoleh persetujuan prinsip menjadi
PLU dalam rangka persiapan operasional.
p. Berdasarkan surat sebagaimana dimaksud dalam
huruf o, pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLU melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1) mengikutsertakan pejabat dan/atau petugas yang
akan menangani operasional SKNBI dalam
kegiatan pelatihan;
2) melakukan ...
20
2) melakukan instalasi SPK dan uji koneksi SPK
dengan SSK;
3) mengambil Soft Token yang pelaksanaannya
dilakukan oleh Pimpinan atau pejabat yang
menerima kuasa;
4) membuat spesimen tanda tangan Pimpinan
dan/atau pejabat yang menerima kuasa;
5) menandatangani perjanjian, apabila diperlukan;
6) menunjuk salah satu kantor Peserta sebagai
Perwakilan Peserta di setiap Wilayah Kliring; dan
7) menyediakan stempel kliring dan stempel kliring
dibatalkan untuk setiap kantor di Wilayah Kliring
yang dipilih dengan contoh sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.1.
q. Pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLU harus menyampaikan dokumen
administrasi sebagaimana dimaksud dalam huruf l,
paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal
surat persetujuan prinsip dari Penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalam huruf j.
r. Dalam hal pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLU tidak dapat memenuhi dokumen
administrasi secara lengkap sesuai batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam huruf q maka:
1) persetujuan prinsip sebagai PLU menjadi tidak
berlaku;
2) pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLU harus mengembalikan aplikasi SPK,
buku petunjuk instalasi SPK, dan buku pedoman
penggunaan aplikasi SPK kepada Penyelenggara
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya
batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf
q; dan
3) pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLU harus mengajukan permohonan
baru kepada Penyelenggara, dalam hal tetap ingin
menjadi PLU.
s. Setelah ...
21
s. Setelah pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLU memenuhi dokumen administrasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf l, Penyelenggara
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) memberitahukan secara tertulis kepada pihak
yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLU mengenai:
a) persetujuan operasional keikutsertaan
sebagai PLU; dan
b) tanggal efektif operasional sebagai PLU,
paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah
pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLU melengkapi dokumen administrasi;
dan
2) memberitahukan secara tertulis mengenai
penambahan PLU dan tanggal efektif operasional
sebagai PLU kepada:
a) seluruh Peserta melalui fasilitas
administrative message dan/atau sarana
lainnya; dan
b) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat Perwakilan Peserta melalui surat
atau sarana lain.
2. Prosedur menjadi PLA
a. Calon PLA menyampaikan surat permohonan untuk
menjadi Peserta kepada Penyelenggara dengan
menggunakan format surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.11.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:
1) data kepesertaan SKNBI sesuai dengan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.3;
2) fotokopi dokumen persetujuan izin sebagai
penyelenggara transfer dana yang masih berlaku
dari Bank Indonesia yang telah dilegalisasi oleh
pejabat ...
22
pejabat yang berwenang atau dinyatakan sesuai
dengan aslinya oleh Pimpinan calon PLA;
3) fotokopi anggaran dasar perusahaan dan
perubahannya yang menunjukan informasi
terakhir yang mencakup nama dan kepengurusan
perusahaan dan telah dilegalisasi oleh pejabat
yang berwenang atau dinyatakan sesuai dengan
aslinya oleh Pimpinan calon PLA;
4) surat pernyataan dari Pimpinan calon PLA yang
menyatakan bahwa calon PLA tidak sedang dalam
proses kepailitan atau likuidasi dengan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.4;
5) susunan Pimpinan sesuai kondisi terakhir;
6) data mengenai lokasi kantor cabang calon PLA
termasuk mengenai cakupan kegiatan transfer
dana yang dilakukan oleh kantor cabang calon
PLA;
7) laporan keuangan calon PLA posisi 2 (dua) tahun
terakhir;
8) surat pernyataan dari Pimpinan calon PLA yang
menyatakan tidak masuk dalam daftar kredit
macet dan daftar hitam nasional;
9) surat pernyataan dari Pimpinan calon PLA
mengenai kesiapan infrastruktur SPK yang
memuat informasi spesifikasi infrastruktur SPK
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Penyelenggara dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.5; dan
10) laporan hasil security audit atas sistem internal
calon PLA yang dilakukan oleh auditor internal
atau auditor independen, dalam hal sistem
internal calon PLA akan dihubungkan ke SSK.
Dalam hal security audit dilakukan oleh auditor
internal, laporan hasil security audit dilengkapi
dengan ...
23
dengan surat pernyataan dari Pimpinan calon
PLA yang menyatakan bahwa security audit
dilaksanakan secara independen.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh Pimpinan calon PLA dan
disampaikan kepada Penyelenggara dengan alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a.
d. Bagi calon PLA yang kantor pusatnya berkedudukan
di wilayah kerja KPwDN, surat permohonan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a disampaikan
kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a dengan tembusan
kepada KPwDN yang mewilayahi.
e. Dalam hal diperlukan, calon PLA wajib
memperlihatkan asli dari dokumen sebagaimana
dimaksud dalam butir b.2) dan butir b.3) kepada
Penyelenggara.
f. Berdasarkan surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, Penyelenggara dapat
melakukan pemeriksaan lokasi kantor calon PLA
untuk memastikan antara lain kesesuaian informasi
dalam dokumen yang disampaikan dan kesiapan
infrastruktur SPK.
g. Penyelenggara memberikan persetujuan prinsip atau
penolakan atas permohonan calon PLA sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, paling lama 25 (dua puluh
lima) hari kerja terhitung sejak surat permohonan dan
dokumen diterima secara lengkap oleh Penyelenggara.
h. Dalam hal permohonan calon PLA disetujui,
Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan
prinsip sebagai PLA yang memuat antara lain hal-hal
sebagai berikut:
1) persetujuan prinsip menjadi PLA;
2) nama dan kode Peserta;
3) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, antara
lain:
a) mengikuti ...
24
a) mengikuti kegiatan pelatihan;
b) instalasi SPK; dan
c) penandatanganan perjanjian, apabila
diperlukan;
4) kelengkapan dokumen administrasi yang harus
dipenuhi oleh pihak yang telah memperoleh
persetujuan prinsip menjadi PLA dalam rangka
pelaksanaan kegiatan operasional.
i. Dalam hal permohonan calon PLA tidak disetujui,
Penyelenggara menyampaikan surat pemberitahuan
penolakan yang disertai dengan keterangan mengenai
alasan penolakan.
j. Dokumen administrasi sebagaimana dimaksud dalam
butir h.4) terdiri atas:
1) Surat pemberitahuan kewenangan Pimpinan PLA
dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.6.
2) Surat permohonan untuk memperoleh Soft Token
disertai dengan file certificate signing request yang
disimpan dalam compact disc dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.7.
3) Surat kuasa terkait dengan kepesertaan dan
operasional SKNBI dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Pimpinan dapat memberikan kuasa tanpa
hak subsitusi atau dengan 1 (satu) kali hak
subsitusi dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.8;
b) Surat kuasa sebagaimana dimaksud dalam
huruf a) berlaku untuk 1 (satu) kantor Bank
Indonesia.
c) Surat kuasa sebagaimana dimaksud dalam
huruf a) dibuat untuk melakukan kegiatan
sebagai berikut:
(1) penandatanganan ...
25
(1) penandatanganan surat menyurat,
laporan, dan/atau dokumen lain, baik
dokumen tertulis maupun dokumen
elektronik, yang terkait dengan
kepesertaan dan operasional dalam
penyelenggaraan SKNBI;
(2) penyerahan certificate signing request
dan/atau pengambilan Soft Token;
dan/atau
(3) penyerahan dan/atau pengambilan
surat, laporan, dan dokumen lain baik
dokumen tertulis maupun dokumen
elektronik, yang terkait dengan
kepesertaan dan operasional dalam
SKNBI.
d) Pimpinan atau pejabat penerima kuasa
dengan 1 (satu) kali hak substitusi dapat
memberikan kuasa tanpa hak substitusi
kepada petugas di kantor pusat atau kantor
cabang yang bersangkutan hanya untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam butir c)(3).
e) Jumlah pejabat penerima kuasa untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c) paling banyak 5 (lima) orang.
f) Surat kuasa disertai dengan fotokopi
identitas diri yang masih berlaku dari
penerima kuasa yaitu:
(1) Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin
Mengemudi (SIM), atau paspor bagi
Warga Negara Indonesia (WNI); atau
(2) paspor, Keterangan Izin Tinggal
Sementara (KITAS), dan Surat Izin kerja
dari instansi berwenang bagi Warga
Negara Asing (WNA).
4) Surat ...
26
4) Surat permohonan untuk membuat spesimen
tanda tangan bagi:
a) Pimpinan; atau
b) pejabat penerima kuasa untuk melakukan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam butir
3).c),
dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.9.
5) Surat penunjukan Bank Pembayar dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.12 yang dilengkapi dengan:
a) surat konfirmasi dari Bank Pembayar dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.13; dan
b) surat kuasa pendebitan Rekening Setelmen
Dana dari Bank Pembayar kepada
Penyelenggara dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.14.
k. Pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLA menyampaikan seluruh dokumen
administrasi sebagaimana dimaksud dalam huruf j
kepada Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a.
l. Dalam hal terdapat kekurangan dokumen
administrasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan
operasional SKNBI, Penyelenggara menginformasikan
kepada pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLA melalui surat, telepon, atau
sarana lain.
m. Berdasarkan dokumen administrasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf j, Penyelenggara
menyampaikan surat yang menginformasikan
mengenai kegiatan yang harus dilakukan oleh pihak
yang telah memperoleh persetujuan prinsip menjadi
PLA dalam rangka persiapan operasional.
n. Berdasarkan ...
27
n. Berdasarkan surat sebagaimana dimaksud dalam
huruf m, pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLA melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1) mengikutsertakan pejabat dan/atau petugas yang
akan menangani operasional SKNBI dalam
pelatihan;
2) melakukan instalasi SPK dan uji koneksi SPK
dengan SSK;
3) mengambil Soft Token yang pelaksanaannya
dilakukan oleh Pimpinan atau pejabat yang
menerima kuasa;
4) membuat spesimen tanda tangan Pimpinan
dan/atau pejabat yang menerima kuasa; dan
5) menandatangani perjanjian, apabila diperlukan.
o. Pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLA harus menyampaikan dokumen
administrasi sebagaimana dimaksud dalam huruf j,
paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal
surat persetujuan prinsip dari Penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalam huruf h.
p. Dalam hal pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLA tidak dapat memenuhi dokumen
administrasi secara lengkap sesuai batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam huruf j maka:
1) persetujuan prinsip sebagai PLA menjadi tidak
berlaku;
2) pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLA harus mengembalikan aplikasi SPK,
buku petunjuk instalasi SPK, dan buku pedoman
penggunaan aplikasi SPK kepada Penyelenggara
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya
batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf
o; dan
3) pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLA harus mengajukan permohonan
baru kepada Penyelenggara, dalam hal tetap ingin
menjadi PLA.
q. Setelah ...
28
q. Setelah pihak yang telah memperoleh persetujuan
prinsip menjadi PLA memenuhi dokumen administrasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf j, Penyelenggara
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) memberitahukan secara tertulis kepada pihak
yang telah memperoleh persetujuan prinsip
menjadi PLA mengenai:
a) persetujuan operasional keikutsertaan
sebagai PLA; dan
b) tanggal efektif operasional sebagai PLA,
paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah
PLA melengkapi dokumen administrasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf j.
2) memberitahukan mengenai penambahan PLA dan
tanggal efektif operasional sebagai PLA kepada:
a) seluruh Peserta melalui fasilitas
administrative message dan/atau sarana
lainnya; dan
b) KPwDN yang mewilayahi PLA.
3. Prosedur menjadi PTL
a. Permohonan untuk menjadi calon PTL dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
1) Penunjukan Bank Penerus
a) Calon PTL menyampaikan permohonan
untuk menjadi PTL sekaligus penunjukan
PLU sebagai Bank Penerus dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.12.
b) Surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a) disampaikan kepada PLU
yang akan ditunjuk sebagai Bank Penerus.
c) Surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a) dilampiri dengan dokumen
sebagai berikut:
(1) fotokopi ...
29
(1) fotokopi dokumen persetujuan izin
sebagai penyelenggara transfer dana
yang masih berlaku dari Bank Indonesia
yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang atau dinyatakan sesuai
dengan aslinya oleh Pimpinan calon PTL;
(2) fotokopi anggaran dasar perusahaan dan
perubahannya yang menunjukan
informasi terakhir yang mencakup nama
dan kepengurusan perusahaan dan
telah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang atau dinyatakan sesuai
dengan aslinya oleh Pimpinan calon PTL;
(3) surat pernyataan dari Pimpinan calon
PTL yang menyatakan bahwa calon PTL
tidak sedang dalam proses kepailitan
atau proses likuidasi dengan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
I.4; dan
(4) surat pernyataan dari Pimpinan calon
PTL yang menyatakan bahwa pengurus
calon PTL tidak masuk dalam daftar
kredit macet dan daftar hitam nasional.
d) Setelah menerima dokumen sebagaimana
dimaksud dalam huruf c), PLU yang ditunjuk
sebagai Bank Penerus melakukan verifikasi
atas kelengkapan dan kebenaran dokumen.
e) Berdasarkan verifikasi dokumen dan
pertimbangan aspek kredibilitas, kondisi
keuangan, dan kesiapan sistem calon PTL,
PLU yang ditunjuk sebagai Bank Penerus
dapat menyetujui atau menolak permohonan
calon PTL.
f) Dalam hal PLU yang ditunjuk sebagai Bank
Penerus menyetujui permohonan calon PTL
maka PLU melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) membuat ...
30
(1) membuat surat konfirmasi Bank
Penerus dengan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.13;
(2) membuat surat kuasa pendebitan
Rekening Setelmen Dana Bank Penerus
dengan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.14; dan
(3) membuat perjanjian kerja sama dengan
PTL.
2) Permohonan sebagai PTL
a) PLU menyampaikan surat yang memuat:
(1) permohonan Penyelenggara Transfer
Dana Selain Bank menjadi PTL; dan
(2) penunjukan Bank Penerus oleh calon
PTL,
dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.15.
b) Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a)
disampaikan kepada Penyelenggara dengan
alamat sebagaimana dimaksud dalam butir
II.A.2.a yang dilengkapi dokumen sebagai
berikut:
(1) surat penunjukan dari calon PTL untuk
bertindak sebagai Bank Penerus;
(2) surat konfirmasi Bank Penerus
sebagaimana dimaksud dalam butir
1)f)(1);
(3) surat kuasa pendebitan Rekening
Setelmen Dana Bank Penerus
sebagaimana dimaksud dalam butir
1)f)(2); dan
(4) fotokopi perjanjian antara Bank Penerus
dengan calon PTL dimaksud dalam butir
1)f)(3).
c) Surat ...
31
2) Dalam ...
c) Surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a) ditandatangani oleh Pimpinan
yang ditunjuk sebagai Bank Penerus yang
telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara.
d) Dalam hal diperlukan, Penyelenggara dapat:
(1) meminta PLU yang ditunjuk sebagai
Bank Penerus untuk memperlihatkan
asli dari dokumen sebagaimana
dimaksud dalam butir 1)c)(1) dan butir
1)c)(2) kepada Penyelenggara; dan/atau
(2) melakukan pemeriksaan ke lokasi
kantor calon PTL untuk memastikan
antara lain kesesuaian informasi dalam
dokumen yang disampaikan.
3) Dalam hal PLU belum memperoleh persetujuan
sebagai Bank Penerus dari Penyelenggara maka
permohonan untuk menjadi Bank Penerus dapat
dilakukan bersamaan dengan proses permohonan
Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank sebagai
PTL sebagaimana dimaksud dalam angka 2).
b. Penyelenggara memberikan persetujuan atau
penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud
dalam butir a.2)a) paling lama 25 (dua puluh lima)
hari kerja terhitung sejak surat permohonan dan
dokumen diterima secara lengkap oleh Penyelenggara,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dalam hal permohonan sebagai PTL disetujui,
Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan
kepada Bank Penerus yang memuat antara lain
sebagai berikut:
a) persetujuan menjadi PTL;
b) nama dan kode Peserta; dan
c) tanggal efektif menjadi PTL.
32
2) Dalam hal permohonan sebagai PTL tidak
disetujui, Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan mengenai penolakan permohonan
sebagai PTL kepada Bank Penerus yang disertai
dengan keterangan mengenai alasan penolakan.
D. Persyaratan dan Prosedur untuk Memperoleh Persetujuan
menjadi Bank Penerus
1. Calon Bank Penerus harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. masuk dalam kategori Bank Umum berdasarkan
Kegiatan Usaha (BUKU) 4 sesuai penilaian terakhir
yang dilakukan oleh otoritas pengawasan Bank;
b. memiliki teknologi informasi yang memadai yaitu
paling kurang memiliki kemampuan untuk:
1) melakukan pemrosesan dan pencatatan transaksi
PTL secara seketika; dan
2) menyampaikan informasi transaksi secara
terenkripsi;
c. memiliki unit khusus dengan didukung oleh sumber
daya manusia yang memadai untuk mengkoordinir
kegiatan sebagai Bank Penerus; dan
d. telah menerapkan manajemen risiko dengan mengacu
pada ketentuan yang mengatur mengenai penerapan
manajemen risiko bagi bank umum.
2. Prosedur untuk menjadi Bank Penerus adalah sebagai
berikut:
a. Calon Bank Penerus menyampaikan surat
permohonan untuk menjadi Bank Penerus kepada
Penyelenggara dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.16.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a harus dilengkapi dengan dokumen sebagai
berikut:
1) surat ...
33
E. Perubahan ...
1) surat pernyataan dari Pimpinan calon Bank
Penerus yang menyatakan bahwa calon Bank
Penerus masuk kategori BUKU 4;
2) surat pernyataan dari Pimpinan calon Bank
Penerus mengenai kesiapan teknologi informasi
yang mendukung operasional sebagai Bank
Penerus;
3) struktur organisasi calon Bank Penerus; dan
4) surat pernyataan dari Pimpinan calon Bank
Penerus yang menyatakan bahwa calon Bank
Penerus telah menerapkan manajemen risiko.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
butir b.1) ditandatangani oleh Pimpinan calon Bank
Penerus atau pejabat yang berwenang yang telah
memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara dan
disampaikan kepada Penyelenggara dengan alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a.
d. Bagi calon Bank Penerus yang berkantor pusat di
wilayah kerja KPwDN, surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam butir b.1) disampaikan kepada
Penyelenggara dengan tembusan kepada KPwDN yang
mewilayahi.
e. Berdasarkan surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam butir b.1), Penyelenggara dapat
melakukan pemeriksaan lokasi kantor calon Bank
Penerus untuk memastikan antara lain kesesuaian
informasi dalam dokumen yang disampaikan dan
kesiapan infrastruktur.
f. Penyelenggara memberikan persetujuan atau
penolakan atas permohonan calon Bank Penerus
sebagaimana dimaksud dalam butir b.1), paling lama
25 (dua puluh lima) hari kerja terhitung sejak surat
permohonan dan dokumen sebagaimana dimaksud
butir b.2) diterima secara lengkap oleh Penyelenggara.
34
1) surat ...
E. Perubahan Data Kepesertaan
1. Perubahan Jenis Kepesertaan
a. Penyelenggara Transfer Dana Selain Bank dapat
melakukan perubahan jenis kepesertaan dari PTL
menjadi PLA atau sebaliknya.
b. Persyaratan dan prosedur perubahan jenis
kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
mengacu pada persyaratan dan prosedur sebagaimana
dimaksud dalam huruf B dan huruf C.
2. Perubahan Kode Peserta
Perubahan kode Peserta dapat dilakukan antara lain
karena perubahan kode peserta Sistem BI-RTGS,
perubahan Peserta menjadi anggota Society for Worldwide
Interbank Financial Telecommunication, atau perubahan
Society for Worldwide Interbank Financial
Telecommunication Bank Identifier Code dari Peserta.
Dalam hal terdapat perubahan kode Peserta, Peserta harus
mengganti Soft Token.
Perubahan kode Peserta dan penggantian Soft Token diatur
sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan perubahan
kode Peserta dan penggantian Soft Token kepada
Penyelenggara dengan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.17 dengan melampirkan:
1) dokumen pendukung yang menunjukkan adanya
perubahan kode Peserta; dan
2) file certificate signing request yang disimpan
dalam compact disc.
Penggantian Soft Token sebagaimana dimaksud dalam
huruf a mengacu pada ketentuan butir I.2.d sampai
dengan butir I.2.g.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dan disampaikan kepada Penyelenggara
dengan ketentuan sebagai berikut:
35
b. Surat ...
1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a; dan
2) bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, surat permohonan disampaikan
dengan tembusan kepada KPwDN yang
mewilayahi.
c. Penyelenggara menyampaikan persetujuan atau
penolakan melalui surat yang dapat didahului dengan
faksimile kepada Peserta yang bersangkutan paling
lama 14 (empat belas) hari kerja setelah surat
permohonan dan dokumen pendukung sebagaimana
dimaksud dalam huruf a diterima oleh Penyelenggara
secara lengkap.
d. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan kode Peserta maka:
1) Penyelenggara memberitahukan kepada Peserta
yang bersangkutan mengenai persetujuan dan
tanggal efektif perubahan kode Peserta;
2) Penyelenggara memberitahukan perubahan kode
Peserta kepada:
a) seluruh Peserta melalui administrative
message atau sarana lainnya; dan
b) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat Perwakilan Peserta melalui surat
atau sarana lainnya.
e. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
perubahan kode Peserta, Penyelenggara
menyampaikan surat penolakan dengan disertai
alasannya.
3. Perubahan Nama Peserta
Perubahan nama Peserta diatur sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan perubahan
nama Peserta dalam SKNBI kepada Penyelenggara
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.18.
36
e. Dalam ...
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dilengkapi dengan dokumen pendukung yang
telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang atau
dinyatakan sesuai asli oleh Pimpinan dari Peserta
yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara berupa:
1) fotokopi akta perubahan anggaran dasar untuk
badan hukum Indonesia;
2) fotokopi surat persetujuan perubahan anggaran
dasar dari instansi yang berwenang; dan
3) fotokopi surat keputusan dari otoritas yang
berwenang tentang perubahan nama Peserta
dalam hal Peserta adalah Bank.
Bagi Peserta berupa Bank yang berkantor pusat di
luar negeri cukup menyampaikan surat keputusan
sebagaimana dimaksud dalam angka 3).
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dan disampaikan kepada Penyelenggara
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) surat permohonan disampaikan ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a; dan
2) bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, surat permohonan disampaikan
dengan tembusan kepada KPwDN yang
mewilayahi.
d. Penyelenggara menyampaikan persetujuan atau
penolakan kepada Peserta melalui surat yang
penyampaiannya dapat didahului dengan faksimile
kepada Peserta yang bersangkutan paling lama 14
(empat belas) hari kerja setelah surat permohonan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dokumen
pendukung sebagaimana dimaksud dalam huruf b
diterima oleh Penyelenggara secara lengkap.
37
e. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan nama Peserta maka:
1) Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan
yang memuat informasi mengenai:
a) persetujuan dan tanggal efektif perubahan
nama Peserta;
b) permintaan untuk menyediakan stempel
kliring dan stempel kliring dibatalkan untuk
setiap kantor Peserta di Wilayah Kliring yang
dipilih, dengan contoh sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.1; dan/atau
c) penyesuaian Warkat Debit dan dokumen
kliring dengan mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam butir XI.C.8;
2) Penyelenggara memberitahukan perubahan nama
Peserta kepada:
a) seluruh Peserta melalui administrative
message atau sarana lainnya; dan
b) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat Perwakilan Peserta, melalui surat
yang penyampaiannya dapat didahului
dengan faksimile.
f. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
perubahan nama Peserta, Penyelenggara
menyampaikan surat penolakan dengan disertai
alasannya.
4. Perubahan Kegiatan Usaha
Perubahan kegiatan usaha Peserta dalam SKNBI dari Bank
Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah dapat
menyebabkan adanya perubahan data kepesertaan antara
lain nama Peserta dan/atau kode Peserta.
Perubahan data kepesertaan karena adanya perubahan
kegiatan usaha Peserta diatur sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan perubahan
kegiatan usaha kepada Penyelenggara dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I.19.
b. Surat ...
38
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dilengkapi dengan dokumen pendukung yang
telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang atau
dinyatakan sesuai asli oleh Pimpinan dari Peserta
yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara berupa:
1) fotokopi akta perubahan anggaran dasar;
2) fotokopi surat persetujuan perubahan anggaran
dasar dari instansi yang berwenang; dan
3) fotokopi surat keputusan dari otoritas yang
berwenang mengenai perubahan kegiatan usaha
dari bank umum konvensional menjadi bank
umum syariah.
c. Dalam hal perubahan kegiatan usaha berdampak
pada perubahan kode Peserta maka Peserta harus
mengajukan permohonan perubahan kode Peserta dan
penggantian Soft Token dengan mengacu pada
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 2.
d. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh Pimpinan atau pejabat
yang berwenang yang telah memiliki spesimen tanda
tangan di Penyelenggara dan disampaikan kepada
Penyelenggara dengan ketentuan sebagai berikut:
1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a; dan
2) bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, surat permohonan disampaikan
dengan tembusan kepada KPwDN yang
mewilayahi.
e. Penyelenggara menyampaikan persetujuan atau
penolakan melalui surat yang dapat didahului dengan
faksimile kepada Peserta yang bersangkutan paling
lama 14 (empat belas) hari kerja setelah surat
permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam huruf b diterima oleh Penyelenggara secara
lengkap.
f. Dalam ...
39
f. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan kegiatan usaha maka:
1) Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan
yang memuat informasi mengenai:
a) persetujuan dan tanggal efektif perubahan
kegiatan usaha Peserta;
b) permintaan untuk menyediakan stempel
kliring dan stempel kliring dibatalkan untuk
setiap kantor Peserta di Wilayah Kliring yang
dipilih, dengan contoh sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.1; dan/atau
c) penyesuaian Warkat Debit dan dokumen
kliring, dalam hal perubahan kegiatan usaha
mempengaruhi spesifikasi dan informasi
pada Warkat Debit dan dokumen kliring;
2) Penyelenggara memberitahukan perubahan
kegiatan usaha Peserta kepada:
a) seluruh Peserta melalui administrative
message atau sarana lainnya; dan
b) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat Perwakilan Peserta, melalui surat
atau sarana lainnya.
g. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat
penolakan dengan disertai alasannya.
5. Perubahan Alamat Kantor Peserta
Prosedur perubahan alamat kantor Peserta diatur sebagai
berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan perubahan
alamat Peserta kepada Penyelenggara dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I.18.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dilengkapi dengan dokumen pendukung
berupa fotokopi surat persetujuan atau penerimaan
pemberitahuan perubahan alamat kantor dari otoritas
atau lembaga yang berwenang yang telah dilegalisasi
oleh ...
40
oleh pejabat yang berwenang atau dinyatakan sesuai
asli oleh Pimpinan dari Peserta yang telah memiliki
spesimen tanda tangan di Penyelenggara.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dan disampaikan kepada Penyelenggara
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) surat permohonan disampaikan ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a; dan
2) bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, surat permohonan disampaikan
dengan tembusan kepada KPwDN yang
mewilayahi.
d. Penyelenggara menyampaikan tanggapan yang dapat
didahului dengan faksimile kepada Peserta yang
menyatakan bahwa perubahan alamat kantor Peserta
telah dicatat dalam tata usaha Penyelenggara paling
lama 14 (empat belas) hari kerja setelah surat
pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam huruf b diterima oleh Penyelenggara secara
lengkap.
e. Dalam hal perubahan alamat kantor Peserta
mengakibatkan perubahan lokasi SPK dan
pemindahan JKD utama Peserta, surat permohonan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus memuat
perubahan lokasi SPK dan pemindahan JKD utama
Peserta.
6. Perubahan Lokasi SPK dan/atau Pemindahan JKD Utama
Peserta
Perubahan lokasi SPK dan/atau pemindahan JKD utama
Peserta diatur sebagai berikut:
a. Peserta menyampaikan surat permohonan perubahan
lokasi SPK utama, SPK cadangan, dan/atau
pemindahan JKD utama kepada Penyelenggara
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.18.
b. Surat ...
41
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
yang memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dan disampaikan kepada Penyelenggara
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a; dan
2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja
KPwDN, surat permohonan disampaikan dengan
tembusan kepada KPwDN yang mewilayahi.
c. Penyelenggara menyampaikan persetujuan atau
penolakan melalui surat yang penyampaiannya dapat
didahului dengan faksimile kepada Peserta yang
bersangkutan paling lama 14 (empat belas) hari kerja
setelah surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a diterima oleh Penyelenggara.
d. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan lokasi SPK utama, SPK cadangan,
dan/atau pemindahan JKD utama Peserta,
Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan yang
memuat antara lain informasi mengenai:
1) perubahan lokasi SPK utama dan/atau SPK
cadangan Peserta telah dicatat dalam tata usaha
Penyelenggara;
2) pelaksanaan pemindahan JKD utama; dan
3) kegiatan yang harus dilakukan oleh Peserta
terkait dengan perubahan lokasi SPK utama, SPK
cadangan, dan/atau JKD utama.
e. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat
penolakan dengan disertai alasannya.
7. Perubahan Pimpinan
Perubahan Pimpinan dapat berupa perubahan susunan,
nama, kewenangan, dan/atau jabatan Pimpinan.
Perubahan Pimpinan diatur sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan perubahan
Pimpinan kepada Penyelenggara yang ditandatangani
oleh Pimpinan atau pejabat yang berwenang yang
memiliki ...
42
memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.20.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dilengkapi dengan dokumen pendukung yang
telah dilegalisasi oleh pejabat atau pihak yang
berwenang atau dinyatakan sesuai asli oleh Pimpinan
Peserta yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara berupa:
1) fotokopi perubahan anggaran dasar mengenai
pengangkatan Pimpinan, bagi Peserta yang
berbadan hukum Indonesia;
2) fotokopi bukti identitas diri Pimpinan yang masih
berlaku, berupa:
a) Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin
Mengemudi (SIM) atau paspor, bagi Warga
Negara Indonesia (WNI); atau
b) paspor, Keterangan Izin Tinggal Sementara
(KITAS), dan surat izin kerja dari otoritas
berwenang, bagi Warga Negara Asing (WNA).
3) bagi Pimpinan baru dari Peserta berupa Bank,
selain memenuhi kelengkapan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan
angka 2), harus melengkapi dokumen pendukung
berupa:
a) fotokopi keputusan fit and proper test;
b) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari
pimpinan kantor pusat Bank yang
berkedudukan di luar negeri kepada
pemimpin kantor cabang berikut
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia yang
dibuat oleh penerjemah tersumpah; dan
c) fotokopi struktur organisasi yang masih
berlaku, bagi kantor cabang dari Bank yang
kantor pusatnya berkedudukan di luar
negeri.
c. Dalam hal terdapat perubahan kewenangan dan/atau
jabatan Pimpinan Peserta yang telah tercatat pada
tata ...
43
tata usaha di Penyelenggara, surat permohonan
dilengkapi dengan surat pernyataan bahwa spesimen
tanda tangan Pimpinan tetap berlaku dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I.21.
d. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a disampaikan kepada Penyelenggara dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) surat permohonan disampaikan ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a; dan
2) bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, surat permohonan disampaikan
dengan tembusan kepada KPwDN yang
mewilayahi.
e. Dalam hal Peserta yang mengajukan permohonan
perubahan Pimpinan merupakan peserta Sistem BI-
RTGS dan Pimpinan baru telah memiliki spesimen
tanda tangan yang digunakan dalam Sistem BI-RTGS
maka Peserta dapat meminta penambahan
kewenangan operasional SKNBI bagi Pimpinan pemilik
spesimen tanda tangan di Sistem BI-RTGS dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I.10 dan surat pernyataan tetap
diberlakukannya spesimen tanda tangan Pimpinan
tersebut dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.21.
f. Penyelenggara memberikan persetujuan atau
penolakan perubahan Pimpinan kepada Peserta
melalui surat yang dapat didahului dengan faksimile
kepada Peserta yang bersangkutan paling lama 14
(empat belas) hari kerja setelah surat permohonan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dokumen
pendukung sebagaimana dimaksud dalam huruf b
diterima oleh Penyelenggara secara lengkap.
g. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan Pimpinan maka:
1) Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan mengenai:
a. pembuatan ...
44
a) pembuatan spesimen tanda tangan Pimpinan
baru; dan
b) tanggal efektif pencabutan kewenangan
Pimpinan dalam hal terdapat perubahan
kewenangan Pimpinan;
2) spesimen tanda tangan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1) berlaku efektif sejak
pemberitahuan dari Penyelenggara mengenai
tanggal efektif berlakunya spesimen tanda tangan
atau paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
pembuatan spesimen tanda tangan;
3) data yang telah ditatausahakan di Penyelenggara
dianggap masih berlaku dan segala tindakan
hukum yang dilakukan oleh Pimpinan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1)b)
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Peserta,
dalam hal Peserta tidak memberitahukan
perubahan data Pimpinan kepada Penyelenggara.
h. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
perubahan Pimpinan, Penyelenggara menyampaikan
surat penolakan perubahan Pimpinan dengan disertai
dengan alasannya.
8. Perubahan Bank Pembayar
Perubahan Bank Pembayar diatur sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan perubahan
Bank Pembayar kepada Penyelenggara dengan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.22.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dilengkapi dokumen pendukung
sebagai berikut:
1) surat penunjukan Bank Pembayar dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.12;
2) surat ...
45
2) surat konfirmasi Bank Pembayar dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.13; dan
3) surat kuasa pendebitan Rekening Setelmen Dana
Bank Pembayar dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.14.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a disampaikan kepada Penyelenggara dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) surat permohonan disampaikan ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a; dan
2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja
KPwDN, surat permohonan disampaikan dengan
tembusan kepada KPwDN yang mewilayahi.
d. Penyelenggara menyampaikan persetujuan atau
penolakan perubahan Bank Pembayar melalui surat
yang penyampaiannya dapat didahului dengan
faksimile kepada Peserta yang bersangkutan paling
lama 14 (empat belas) hari kerja setelah surat
permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam huruf b diterima oleh Penyelenggara secara
lengkap.
e. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan Bank Pembayar maka:
1) Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan
yang memuat informasi mengenai persetujuan
dan tanggal efektif perubahan Bank Pembayar;
2) Bank Pembayar yang lama wajib tetap
menjalankan fungsinya sampai dengan hari kerja
terakhir sebelum tanggal penggantian Bank
Pembayar baru berlaku efektif sebagaimana
dimaksud dalam angka 1).
k. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan mengenai penolakan permohonan
Peserta yang disertai dengan keterangan mengenai
alasan penolakan.
9. Perubahan ...
46
9. Perubahan Bank Penerus
Perubahan Bank Penerus diatur sebagai berikut:
a. Bank Penerus pengganti mengajukan surat
permohonan perubahan Bank Penerus kepada
Penyelenggara dengan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.23.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh Pimpinan atau pejabat
yang berwenang dari Bank Penerus pengganti yang
memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara
dengan dilengkapi dokumen pendukung sebagai
berikut:
1) surat penunjukan Bank Penerus pengganti
dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.12;
2) surat konfirmasi Bank Penerus pengganti dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.13;
3) surat kuasa pendebitan Rekening Setelmen Dana
Bank Penerus pengganti dengan menggunakan
format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
I.14; dan
4) fotokopi perjanjian kerjasama antara PTL dengan
Bank Penerus pengganti.
c. Dalam hal Bank Penerus pengganti belum
memperoleh persetujuan sebagai Bank Penerus dari
Penyelenggara maka permohonan sebagai Bank
Penerus pengganti dapat dilakukan bersamaan
dengan pengajuan sebagai Bank Penerus sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf D.
d. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a disampaikan kepada Penyelenggara dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) surat permohonan disampaikan ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a
dengan tembusan kepada Bank Penerus lama;
dan
2) bagi ...
47
2) bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, surat permohonan disampaikan
dengan tembusan kepada KPwDN yang
mewilayahi dan Bank Penerus lama.
e. Penyelenggara menyampaikan persetujuan atau
penolakan kepada Peserta melalui surat yang dapat
didahului dengan faksimile kepada Bank Penerus
pengganti dengan tembusan kepada Bank Penerus
lama paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah
surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan dokumen pendukung sebagaimana
dimaksud dalam huruf b diterima oleh Penyelenggara
secara lengkap.
f. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan Bank Penerus maka:
1) Penyelenggara menyampaikan surat persetujuan
yang memuat informasi mengenai persetujuan
dan tanggal efektif Bank Penerus pengganti;
2) Bank Penerus lama wajib tetap menjalankan
fungsinya sampai dengan hari kerja terakhir
sebelum tanggal efektif Bank Penerus pengganti
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) berlaku.
l. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan mengenai penolakan permohonan
Peserta yang disertai dengan keterangan mengenai
alasan penolakan.
10. Perubahan Kuasa
Perubahan kuasa dilakukan antara lain karena
penambahan, penggantian, pencabutan kuasa, dan/atau
perubahan wewenang dari pejabat dan/atau petugas
penerima kuasa. Perubahan kuasa diatur sebagai berikut:
a. Dalam hal terjadi perubahan kuasa, Peserta harus
mengajukan surat permohonan perubahan kuasa
kepada Penyelenggara dengan menggunakan format
sebagaimana ...
48
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.24 dan
melampirkan dokumen:
1) surat permintaan pembuatan spesimen tanda
tangan dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.9; dan
2) surat pernyataan pencabutan kuasa yang
ditandatangani oleh Pimpinan atau pemberi
kuasa dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.25, yang disertai
dengan surat kuasa baru.
b. Perubahan kuasa sebagaimana dimaksud dalam huruf
a harus memenuhi ketentuan, persyaratan, dan
prosedur pemberian kuasa dengan berpedoman pada
butir C.1.l.3) dan butir C.2.j.3).
c. Perubahan kuasa berlaku efektif paling lama 5 (lima)
hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap dan
spesimen tanda tangan telah dipenuhi
kelengkapannya.
d. Surat permohonan perubahan surat kuasa
sebagaimana dimaksud dalam huruf a disampaikan
kepada:
1) Penyelenggara ke alamat sebagaimana dimaksud
dalam butir II.A.2.a, untuk pejabat penerima
kuasa yang berada di wilayah kerja Kantor Pusat
Bank Indonesia; dan
2) KPwDN yang mewilayahi, untuk pejabat penerima
kuasa yang berada di luar wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia.
e. Penyelenggara memberikan persetujuan atau
penolakan perubahan kuasa kepada Peserta melalui
surat yang penyampaiannya dapat didahului dengan
faksimile kepada Peserta yang bersangkutan paling
lama 14 (empat belas) hari kerja setelah surat
permohonan dan dokumen pendukung sebagaimana
dimaksud dalam huruf a diterima oleh Penyelenggara
secara lengkap.
f. Dalam ...
49
f. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan kuasa maka:
1) Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan mengenai persetujuan
permohonan perubahan kuasa dan pembuatan
spesimen tanda tangan pejabat penerima kuasa;
2) spesimen tanda tangan berlaku efektif sejak
persetujuan dari Penyelenggara mengenai tanggal
efektif berlakunya spesimen tanda tangan atau
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak pembuatan
spesimen tanda tangan;
3) spesimen tanda tangan bagi pejabat penerima
kuasa yang sudah dicabut kewenangannya
dinyatakan tidak berlaku terhitung sejak tanggal
surat persetujuan perubahan kuasa pejabat dari
Penyelenggara.
g. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan penolakan yang disertai dengan
keterangan mengenai alasan penolakan.
h. Dalam hal Peserta tidak memberitahukan perubahan
kewenangan pejabat atau petugas penerima kuasa
kepada Penyelenggara maka data yang telah
ditatausahakan di Penyelenggara dianggap masih
berlaku.
11. Perubahan Keikutsertaan Peserta dalam Layanan Kliring
Warkat Debit di Wilayah Kliring
Dalam hal Peserta menambah atau menghentikan
keikutsertaan Peserta dalam Layanan Kliring Warkat Debit
di suatu Wilayah Kliring berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan penambahan
atau penghentian keikutsertaan Peserta dalam
Layanan Kliring Warkat Debit di suatu Wilayah Kliring
beserta tanggal efektif penambahan atau penghentian
keikutsertaan ...
50
keikutsertaan Peserta kepada Penyelenggara dengan
alamat sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a
dengan tembusan kepada KPwDN yang mewilayahi.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
yang telah memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.26.
c. Penyelenggara memberikan persetujuan atau
penolakan melalui surat yang dapat didahului dengan
faksimile kepada Peserta yang bersangkutan paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak surat
permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
diterima oleh Penyelenggara.
d. Dalam hal Penyelenggara menyetujui permohonan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
surat persetujuan dari Penyelenggara memuat
informasi mengenai persetujuan penambahan atau
penghentian keikutsertaan Peserta di Wilayah Kliring
dan tanggal efektif perubahan kepesertaan dengan
tembusan kepada Koordinator PWD terkait.
e. Dalam rangka penambahan keikutsertaan Peserta
dalam Layanan Kliring Warkat Debit di suatu Wilayah
Kliring, Peserta harus menunjuk Perwakilan Peserta
dan mengajukan permohonan pendaftaran Perwakilan
Peserta dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam butir XII.C.1.
1) Penyelenggara memberitahukan penambahan
atau penghentian keikutsertaan Peserta di
Wilayah Kliring kepada:
a) seluruh Peserta melalui administrative
message atau sarana lainnya; dan
b) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat penambahan atau penghentian
Perwakilan Peserta, melalui surat atau
sarana lainnya.
f. Dalam ...
51
f. Dalam hal Penyelenggara menolak permohonan
Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan penolakan yang disertai dengan
keterangan mengenai alasan penolakan.
12. Perbedaan Spesimen Tanda Tangan
Dalam hal terdapat perbedaan antara tanda tangan yang
tercantum pada identitas diri dengan spesimen tanda
tangan pejabat atau petugas penerima kuasa yang
ditatausahakan di Peserta maka Peserta harus
menyampaikan surat pernyataan mengenai perbedaan
tanda tangan dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I.27.
Dalam hal Peserta merupakan peserta Sistem BI-RTGS dan
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam angka 1
sampai dengan angka 12 yang perlu disampaikan dalam SKNBI
sama dengan dokumen pendukung yang telah disampaikan
kepada Bank Indonesia sebagai penyelenggara Sistem BI-RTGS
maka dokumen pendukung untuk perubahan data kepesertaan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 11
dapat tidak disampaikan kepada Penyelenggara.
F. Status Kepesertaan dan Perubahannya
1. Status Kepesertaan
Dalam penyelenggaraan SKNBI, berlaku 4 (empat) jenis
status kepesertaan yaitu:
a. Aktif
Peserta dengan status aktif dapat melakukan seluruh
fungsi dalam SKNBI sesuai jenis kepesertaan yang
bersangkutan.
b. Ditangguhkan
Peserta dengan status ditangguhkan dapat melakukan
berbagai fungsi kegiatan dalam SKNBI, namun
kegiatannya dibatasi sebagai berikut:
1) untuk Layanan Kliring Transfer Dana, Peserta
tidak dapat mengirim DKE Transfer Dana;
2) untuk Layanan Kliring Warkat Debit, Peserta
tidak dapat mengirimkan dan menerima DKE
Warkat Debit;
3) untuk ...
52
3) untuk Layanan Pembayaran Reguler, Peserta
tidak dapat mengirim DKE Pembayaran;
dan/atau
4) untuk Layanan Penagihan Reguler, Peserta tidak
dapat mengirim dan menerima DKE Penagihan.
c. Dibekukan
Peserta dengan status dibekukan tidak dapat
melakukan seluruh kegiatan dalam layanan SKNBI
namun tetap memiliki hak akses terhadap informasi
terkait SKNBI.
d. Ditutup
Peserta dengan status ditutup dihentikan secara tetap
kepesertaannya dalam SKNBI dan tidak dapat
diaktifkan kembali sebagai Peserta.
2. Perubahan Status Kepesertaan
a. Perubahan status kepesertaan diatur sebagai berikut:
1) Perubahan status kepesertaan dapat ditetapkan
dari:
a) aktif menjadi ditangguhkan atau sebaliknya;
b) aktif menjadi dibekukan atau sebaliknya;
c) ditangguhkan menjadi dibekukan atau
sebaliknya;
d) aktif menjadi ditutup;
e) ditangguhkan menjadi ditutup; atau
f) dibekukan menjadi ditutup.
2) Perubahan status kepesertaan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1), disebabkan hal-hal
sebagai berikut:
a) dilakukan dalam rangka pengenaan sanksi
administratif oleh Penyelenggara;
b) dilakukan karena adanya perubahan status
kepesertaan dalam Sistem BI-RTGS;
c) dilakukan berdasarkan permintaan tertulis
dari pihak yang berwenang melakukan
pengawasan terhadap kegiatan Peserta,
antara ...
53
antara lain Bank Indonesia sebagai otoritas
pengawas makroprudensial dan sistem
pembayaran dan Otoritas Jasa Keuangan
sebagai otoritas pengawas mikroprudensial;
dan/atau
d) dilakukan berdasarkan permintaan tertulis
dari Peserta yang bersangkutan.
3) Perubahan status kepesertaan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1) dapat dilakukan:
a) pada jam layanan SKNBI; atau
b) berdasarkan tanggal efektif perubahan status
yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
4) Penyelenggara menginformasikan perubahan
status kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) kepada:
a) Peserta yang bersangkutan melalui surat
yang dapat didahului dengan faksimile;
b) seluruh Peserta melalui administrative
message atau sarana lainnya; dan
c) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat Perwakilan Peserta melalui surat
atau sarana lainnya.
5) Informasi perubahan status kepesertan
berdasarkan tanggal efektif sebagaimana
dimaksud dalam butir 3)b) diberitahukan kepada
pihak sebagaimana dimaksud dalam angka 4)
paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal
efektif perubahan status kepesertaan.
6) Perubahan status kepesertaan dalam rangka
pengenaan sanksi administratif oleh
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam
butir 2)a) dapat berupa:
a) aktif menjadi ditangguhkan atau sebaliknya;
b) aktif menjadi dibekukan atau sebaliknya;
c) ditangguhkan menjadi dibekukan atau
sebaliknya;
d) aktif ...
54
d) aktif menjadi ditutup;
e) ditangguhkan menjadi ditutup; atau
f) dibekukan menjadi ditutup.
7) Perubahan status kepesertaan karena adanya
perubahan status kepesertaan dalam Sistem BI-
RTGS sebagaimana dimaksud dalam butir 2)b)
dapat berupa:
a) aktif menjadi dibekukan atau sebaliknya;
b) aktif menjadi ditutup; atau
c) dibekukan menjadi ditutup.
8) Perubahan status kepesertaan atas permintaan
pihak yang berwenang melakukan pengawasan
kegiatan Peserta sebagaimana dimaksud dalam
butir 2)c) dapat berupa:
a) aktif menjadi dibekukan atau sebaliknya;
atau
b) aktif menjadi ditutup.
9) Perubahan status kepesertaan atas permintaan
dari Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir
2)d), hanya berupa perubahan status kepesertaan
dari aktif menjadi ditutup.
10) Dalam hal dilakukan perubahan status
kepesertaan menjadi ditutup, Peserta harus
menyelesaikan seluruh kewajiban dalam
penyelenggaraan SKNBI.
11) Dalam hal perubahan status kepesertaan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) terjadi
pada PLU yang berfungsi sebagai Bank Pembayar
dan/atau Bank Penerus, maka:
a) PLA harus menunjuk PLU lainnya sebagai
Bank Pembayar pengganti; dan
b) PTL harus menunjuk PLU lainnya sebagai
Bank Penerus pengganti.
12) Penunjukan Bank Pembayar dan Bank Penerus
sebagaimana dimaksud dalam angka 11)
mengacu pada ketentuan dalam butir E.8 dan
butir E.9.
b. Prosedur ...
55
b. Prosedur perubahan status kepesertaan diatur sebagai
berikut:
1) Perubahan status kepesertaan karena pengenaan
sanksi oleh Penyelenggara
a) Perubahan status kepesertaan karena
pengenaan sanksi oleh Penyelenggara dapat
ditetapkan oleh Penyelenggara berdasarkan
hasil pemantauan kepatuhan Peserta
terhadap ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai penyelenggaraan transfer
dana dan kliring berjadwal.
b) Penyelenggara dapat mengubah kembali
status kepesertaan dari:
(1) ditangguhkan menjadi aktif;
(2) dibekukan menjadi aktif; atau
(3) dibekukan menjadi ditangguhkan,
setelah melakukan evaluasi atas perbaikan
yang dilakukan oleh Peserta dalam rangka
pemenuhan kepatuhan Peserta terhadap
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai penyelenggaraan transfer dana dan
kliring berjadwal.
c) Penyelenggara menginformasikan perubahan
status kepesertaan SKNBI sebagaimana
dimaksud dalam huruf b) dengan mengacu
pada ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam butir a.4) dan butir a.5).
2) Perubahan status kepesertaan dalam
penyelenggaraan Sistem BI-RTGS
a) Penyelenggara dapat menetapkan perubahan
status kepesertaan di SKNBI berdasarkan
perubahan status kepesertaan di Sistem BI-
RTGS.
b) Penyelenggara menginformasikan perubahan
status kepesertaan sebagaimana dimaksud
dalam ...
56
dalam huruf a) dengan mengacu pada
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
butir a.4) dan butir a.5).
3) Perubahan status kepesertaan atas permintaan
pihak yang berwenang melakukan pengawasan
kegiatan Peserta
a) Otoritas atau lembaga yang berwenang
melakukan pengawasan kegiatan Peserta
menyampaikan surat permohonan
perubahan status kepesertaan kepada
Gubernur Bank Indonesia dengan tembusan
kepada Penyelenggara.
b) Surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a) memuat antara lain hal-hal
sebagai berikut:
(1) nama Peserta dan perubahan status
kepesertaan yang diminta;
(2) alasan perubahan status kepesertaan;
dan
(3) tanggal efektif perubahan status
kepesertaan.
c) Surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a) disertai dengan dokumen
pendukung yang menjadi dasar penetapan
perubahan status Peserta.
d) Dalam hal permohonan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) disetujui,
Penyelenggara memberitahukan perubahan
status kepesertaan kepada:
(1) otoritas atau lembaga yang mengajukan
permohonan perubahan status
kepesertaan; dan
(2) pihak sebagaimana dimaksud dalam
butir a.4).
e) Informasi ...
57
e) Informasi perubahan status kepesertan
sebagaimana dimaksud dalam huruf d)
diberitahukan paling lambat 1 (satu) hari
kerja sebelum tanggal efektif perubahan
status kepesertaan.
4) Perubahan status kepesertaan atas permintaan
Peserta
a) Perubahan status kepesertaan menjadi
ditutup karena pengunduran diri sebagai
Peserta atau karena self-liquidation
(1) Peserta mengajukan surat permohonan
penutupan sebagai Peserta dilengkapi
dengan dokumen yang mendasari.
(2) Surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka (1) harus
memuat tanggal efektif penutupan
kepesertaan dan alasan pengunduran
diri dengan mengacu pada format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
I.28.
(3) Surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka (1)
ditandatangani oleh Pimpinan yang
memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dan disampaikan kepada
Penyelenggara dengan ketentuan sebagai
berikut:
(a) surat disampaikan kepada
Penyelenggara ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir
II.A.2.a; atau
(b) bagi Peserta yang berkedudukan di
wilayah kerja KPwDN, surat
permohonan disampaikan kepada
Penyelenggara dengan tembusan
kepada KPwDN yang mewilayahi.
(4) Berdasarkan ...
58
(4) Berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka (1),
Penyelenggara menyetujui dan
mengubah status kepesertaan menjadi
ditutup setelah:
(a) dokumen sebagaimana dimaksud
dalam angka (1) telah diterima oleh
Penyelenggara; dan
(b) Peserta memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam butir
a.10), butir a.11) dan butir a.12).
(5) Penyelenggara menginformasikan
perubahan status kepesertaan
sebagaimana dimaksud dalam angka (4)
dengan mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam butir a.4)
dan butir a.5).
b) Perubahan status kepesertaan karena
penggabungan usaha
(1) Setiap Peserta yang menggabungkan diri
mengajukan surat permohonan
penutupan kepesertaan, paling kurang
memuat:
(a) persetujuan dari lembaga yang
berwenang;
(b) rencana waktu pelaksanaan
penggabungan secara operasional
dalam SKNBI;
(c) hak dan kewajiban terkait
kepesertaan SKNBI yang akan
dialihkan dari Peserta yang
menggabungkan diri kepada Peserta
yang menerima penggabungan,
terhitung sejak tanggal
penggabungan secara hukum; dan
(d) spesiman ...
59
(d) spesimen tanda tangan Pimpinan
atau pejabat dari Peserta yang
menggabungkan diri yang akan
dicabut terhitung sejak tanggal
penggabungan secara hukum,
dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
I.28.
(2) Surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka (1) dilengkapi
fotokopi surat persetujuan
penggabungan yang telah dilegalisasi
oleh pejabat atau pihak yang berwenang
atau dinyatakan sesuai asli oleh
Pimpinan.
(3) Peserta yang menerima penggabungan
mengajukan surat permohonan
penggabungan dalam SKNBI yang paling
kurang memuat informasi mengenai:
(a) persetujuan penggabungan dari
lembaga yang berwenang terkait;
(b) Peserta yang menerima
penggabungan dan Peserta yang
menggabungkan diri;
(c) rencana waktu pelaksanaan:
i. pengalihan operasional dalam
penyelenggaraan SKNBI dari
Peserta yang menggabungkan
diri kepada Peserta yang
menerima penggabungan; dan
ii. penghentian kepesertaan dalam
SKNBI dari Peserta yang
menggabungkan diri;
(d) hak dan kewajiban Peserta yang
menggabungkan diri yang akan
dialihkan kepada Peserta yang
menerima ...
60
menerima penggabungan terhitung
sejak tanggal penggabungan secara
hukum; dan
(e) pengumuman penggabungan dalam
surat kabar harian berskala
nasional,
dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
I.29.
(4) Surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka (3) dilengkapi
dengan dokumen sebagai berikut:
(a) surat pernyataan yang memuat
paling kurang:
i. pengambilalihan hak dan
kewajiban Peserta yang
menggabungkan diri terhitung
sejak tanggal penggabungan
secara hukum;
ii. pemberlakuan spesimen tanda
tangan untuk Peserta yang
menerima penggabungan dan
penegasan status spesimen
tanda tangan Peserta yang
menggabungkan diri; dan
iii. pengambilalihan wewenang dan
tanggung jawab operasional
Peserta yang menggabungkan
diri terhitung sejak tanggal
penggabungan secara hukum
sampai dengan tanggal
pelaksanaan penggabungan
secara operasional dalam
SKNBI,
dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I.30.
(b) fotokopi ...
61
(b) fotokopi dokumen yang telah
dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang atau dinyatakan sesuai
asli oleh Pimpinan berupa:
i. akta penggabungan;
ii. akta perubahan anggaran
dasar Peserta yang menerima
penggabungan;
iii. izin penggabungan dari otoritas
atau lembaga yang berwenang;
iv. surat persetujuan perubahan
anggaran dasar dari
Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia atau dokumen
pendaftaran akta
penggabungan dan akta
perubahan anggaran dasar
dalam daftar perusahaan; dan
v. pengumuman penggabungan
yang dimuat dalam surat kabar
harian berskala nasional.
(5) Surat sebagaimana dimaksud dalam
angka (1), angka (3), dan butir (4)(a)
ditandatangani oleh Pimpinan yang
memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dengan ketentuan sebagai
berikut:
(a) surat disampaikan kepada
Penyelenggara ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir
II.A.2.a; dan
(b) bagi Peserta yang berkedudukan di
wilayah kerja KPwDN, surat
disampaikan kepada Penyelenggara
dengan tembusan kepada KPwDN
yang mewilayahi.
(6) Penyelenggara ...
62
(6) Penyelenggara memberitahukan kepada
Peserta yang menerima penggabungan
melalui surat mengenai telah disetujuinya
waktu pelaksanaan penggabungan secara
operasional dalam SKNBI beserta hal-hal
yang harus dilakukan oleh Peserta yang
bersangkutan, setelah dokumen
sebagaimana dimaksud dalam angka (1),
angka (2), angka (3), dan angka (4)
diterima secara lengkap.
(7) Penyelenggara memberitahukan
persetujuan pelaksanaan penggabungan
secara operasional dalam SKNBI dan
penutupan kepesertaan SKNBI dari
Peserta yang menggabungkan diri
kepada seluruh Peserta melalui
administrative message atau sarana
lainnya.
(8) Status kepesertaan SKNBI dari Peserta
yang menggabungkan diri efektif
berubah menjadi ditutup pada tanggal
pelaksanaan penggabungan secara
operasional dalam SKNBI.
(9) Penyelenggara menginformasikan
penutupan kepesertaan SKNBI dengan
mengacu pada ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam butir a.4) dan butir
a.5).
c) Perubahan status kepesertaan karena
peleburan usaha
(1) Calon Peserta yang merupakan hasil
peleburan dalam SKNBI mengajukan
permohonan menjadi Peserta dengan
mengikuti ketentuan umum
kepesertaan sebagaimana dimaksud
dalam huruf A, persyaratan menjadi
Peserta sebagaimana dimaksud dalam
huruf ...
63
huruf B, dan prosedur menjadi Peserta
sebagaimana dimaksud dalam huruf C.
(2) Calon Peserta yang merupakan hasil
peleburan menyampaikan surat
permohonan peleburan dalam SKNBI
yang memuat paling kurang:
(a) persetujuan peleburan dari lembaga
yang berwenang;
(b) Peserta yang merupakan hasil
peleburan dan Peserta yang
meleburkan diri;
(c) rencana waktu pelaksanaan:
i. pengalihan operasional dalam
penyelenggaraan SKNBI dari
Peserta yang meleburkan diri
kepada calon Peserta hasil
peleburan; dan
ii. penghentian Peserta yang
meleburkan diri dari
kepesertaan dalam SKNBI;
(d) hak dan kewajiban Peserta yang
akan dialihkan dari Peserta yang
meleburkan diri kepada calon
Peserta hasil peleburan terhitung
sejak tanggal peleburan secara
hukum; dan
(e) pengumuman peleburan dalam
surat kabar harian berskala
nasional,
dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
I.29.
(3) Surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka (2) dilengkapi
dengan dokumen sebagai berikut:
(a) surat pernyataan yang memuat
informasi paling kurang:
i. hak ...
64
i. hak dan kewajiban Peserta
yang dialihkan dari Peserta
yang meleburkan diri kepada
calon Peserta hasil peleburan,
terhitung sejak tanggal
peleburan secara hukum;
ii. spesimen tanda tangan untuk
Peserta hasil peleburan dan
penegasan status spesimen
tanda tangan Peserta yang
meleburkan diri; dan
iii. wewenang dan tanggung jawab
operasional yang dialihkan dari
Peserta yang meleburkan diri
kepada Peserta hasil peleburan,
terhitung sejak tanggal
peleburan secara hukum
sampai dengan tanggal
pelaksanaan peleburan secara
operasional,
dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I.29.
(b) fotokopi dokumen yang telah
dilegalisasi oleh pejabat atau pihak
yang berwenang atau dinyatakan
sesuai asli oleh Pimpinan calon
Peserta berupa:
i. akta peleburan;
ii. akta pendirian Peserta yang
merupakan hasil peleburan;
iii. persetujuan peleburan dari
otoritas atau lembaga yang
berwenang;
iv. surat pengesahan badan hukum
perseroan dari Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia
atas ...
65
atas akta pendirian Peserta yang
merupakan hasil peleburan; dan
v. pengumuman penggabungan
yang dimuat dalam surat kabar
harian berskala nasional.
(4) Setiap Peserta yang meleburkan diri
mengajukan surat permohonan
penutupan kepesertaan yang memuat
paling kurang:
(a) persetujuan peleburan dari otoritas
atau lembaga yang berwenang;
(b) waktu pelaksanaan peleburan
secara operasional dalam SKNBI;
(c) pengalihan hak dan kewajiban
terkait kepesertaan SKNBI dari
Peserta yang meleburkan diri
kepada Peserta yang merupakan
hasil peleburan, terhitung sejak
tanggal peleburan secara hukum;
dan
(d) permohonan penutupan kepesertaan
SKNBI dari Peserta yang meleburkan
diri;
(e) pencabutan spesimen tanda tangan
Pimpinan dan pejabat dari Peserta
yang meleburkan diri terhitung
sejak tanggal peleburan secara
hukum.
dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
I.28.
(5) Surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka (4) dilengkapi
fotokopi surat persetujuan peleburan
yang telah dilegalisasi oleh pejabat atau
pihak yang berwenang atau dinyatakan
sesuai asli oleh Pimpinan calon Peserta.
(6) Surat ...
66
(6) Surat sebagaimana dimaksud dalam
angka (2), butir (3)(a), dan angka (4)
ditandatangani oleh Pimpinan calon
Peserta dengan ketentuan sebagai
berikut:
(a) surat disampaikan kepada
Penyelenggara ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir
II.A.2.a; dan
(b) bagi Peserta yang berkedudukan di
wilayah kerja KPwDN, surat
disampaikan kepada Penyelenggara
dengan tembusan kepada KPwDN
yang mewilayahi.
(7) Penyelenggara memberitahukan kepada
Peserta yang merupakan hasil peleburan
melalui surat mengenai telah
disetujuinya waktu pelaksanaan
peleburan secara operasional dalam
SKNBI beserta hal-hal yang harus
dilakukan oleh Peserta yang
bersangkutan, setelah dokumen
sebagaimana dimaksud dalam angka (2),
angka (3), angka (4), dan angka (5)
diterima secara lengkap.
(8) Penyelenggara memberitahukan
persetujuan pelaksanaan peleburan
secara operasional dalam SKNBI dan
penutupan kepesertaan SKNBI dari
Peserta yang meleburkan diri kepada
seluruh Peserta melalui administrative
message atau sarana lainnya.
(9) Status kepesertaan SKNBI dari Peserta
yang meleburkan diri efektif berubah
menjadi ditutup pada tanggal
pelaksanaan peleburan secara
operasional dalam SKNBI.
(10) Penyelenggara ...
67
(10) Penyelenggara menginformasikan
penutupan kepesertaan SKNBI dengan
mengacu pada ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam butir a.4) dan butir
a.5).
d) Perubahan status kepesertaan SKNBI karena
pemisahan usaha
(1) Perubahan kepesertaan SKNBI karena
pemisahan dilakukan dalam hal terdapat
Peserta berupa Unit Usaha Syariah yang
melakukan pemisahan dari Peserta
berupa bank umum konvensional
sebagai induk yang dilakukan dengan
cara mendirikan Bank Umum Syariah
baru atau mengalihkan hak dan
kewajiban Unit Usaha Syariah kepada
Bank Umum Syariah yang telah ada.
(2) Perubahan kepesertaan SKNBI karena
pemisahan dengan cara mendirikan Bank
Umum Syariah baru mengikuti prosedur
perubahan status kepesertaan karena
peleburan sebagaimana dimaksud dalam
huruf c).
(3) Perubahan kepesertaan SKNBI karena
pemisahan dengan cara mengalihkan
hak dan kewajiban Unit Usaha Syariah
kepada Bank Umum Syariah yang telah
ada dilakukan dengan prosedur
penggabungan sebagaimana dimaksud
dalam huruf b).
Dalam hal Peserta merupakan peserta Sistem BI-RTGS dan
dokumen pendukung untuk perubahan status kepesertaan
SKNBI karena pengunduran diri, self liquidation,
penggabungan, peleburan, atau pemisahan sebagaimana
dimaksud ...
68
dimaksud dalam huruf a), huruf b), huruf c), dan huruf d)
telah disampaikan kepada penyelenggara Sistem BI-RTGS,
Peserta tidak perlu menyampaikan dokumen pendukung
dimaksud kepada Penyelenggara.
3. Dampak Perubahan Status Kepesertaan dalam Operasional
SKNBI
Dalam hal terdapat perubahan status kepesertaan dari
aktif menjadi ditangguhkan atau ditangguhkan menjadi
dibekukan yang ditetapkan pada jam operasional, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Layanan Transfer Dana dan/atau Layanan
Pembayaran Reguler
1) DKE Transfer Dana dan/atau DKE Pembayaran
yang telah diterima sebelum perubahan status
kepesertaan tetap diteruskan dan diperhitungkan
sepanjang didukung dengan dana yang cukup.
2) Dalam hal dana yang dimiliki Peserta tidak cukup
untuk memenuhi kewajiban Peserta maka Peserta
harus menyelesaikan DKE Transfer Dana
dan/atau DKE Pembayaran yang tidak
diperhitungkan oleh Penyelenggara (unconfirmed
DKE Transfer Dana dan/atau DKE Pembayaran).
b. Untuk Layanan Kliring Warkat Debit dan/atau
Layanan Penagihan Reguler
1) DKE Warkat Debit dan/atau DKE Penagihan yang
telah diterima sebelum perubahan status
kepesertaan, tetap diteruskan dan
diperhitungkan sepanjang didukung dengan dana
yang cukup.
2) Dalam hal dana yang dimiliki Peserta tidak
mencukupi maka Peserta harus menyelesaikan
DKE Warkat Debit dan/atau DKE Penagihan yang
tidak diperhitungkan oleh Penyelenggara
(unconfirmed DKE Warkat Debit dan/atau DKE
Penagihan).
3) Dalam ...
69
3) Dalam hal DKE Warkat Debit dan/atau DKE
Penagihan telah diterima oleh Penyelenggara dan
telah diteruskan kepada Peserta penerima,
namun tidak dapat diperhitungkan oleh
Penyelenggara akibat perubahan status
kepesertaan maka penyelesaian perhitungan DKE
Warkat Debit dan/atau DKE Penagihan
diselesaikan antar Peserta.
4) Penerusan dana atas DKE Warkat Debit yang
tidak diperhitungkan oleh Penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dan
angka 3), mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai perlindungan
nasabah dalam pelaksanaan transfer dana dan
kliring berjadwal melalui SKNBI.
c. Untuk PLU yang berfungsi sebagai Bank Penerus
dan/atau Bank Pembayar maka PLU yang
bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis
kepada PLA dan PTL mengenai perubahan status PLU
sesegera mungkin dan menyelesaikan kewajibannya
sesuai ketentuan yang berlaku.
G. Tindak Lanjut Administrasi Kepesertaan SKNBI oleh
Koordinator PWD
Dalam hal terdapat Peserta baru atau perubahan data
kepesertaan SKNBI yang berdampak pada administrasi
kepesertaan dalam kegiatan pertukaran Warkat Debit maka
Koordinator PWD melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. memberitahukan secara tertulis kepada Perwakilan Peserta
di Wilayah Kliring mengenai:
a. perubahan data kepesertaan SKNBI berikut tanggal
efektif yang ditetapkan oleh Penyelenggara; dan/atau
b. penambahan Perwakilan Peserta;
2. menyiapkan TPPK dengan contoh sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.2; dan
3. melakukan pengkinian data kepesertaan pertukaran
Warkat Debit.
H. Kewajiban ...
70
H. Kewajiban Peserta
Dalam penyelenggaraan SKNBI, Peserta wajib:
1. Menjaga kelancaran dan keamanan penggunaan SKNBI.
Dalam rangka menjaga kelancaran dan keamanan
penggunaan SKNBI, Peserta melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Menyusun Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) yang
mendukung sistem kontrol internal yang baik dalam
pelaksanaan operasional SKNBI, termasuk prosedur
pengamanan penggunaan SKNBI di lingkungan
internal Peserta, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) merupakan
aturan tertulis yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di internal Peserta dan berlaku sebagai pedoman
operasional SKNBI di Peserta.
2) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) wajib
dibuat paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
efektif kepesertaan SKNBI dan harus dievaluasi
oleh satuan kerja audit internal Peserta.
3) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) wajib
dibuat dalam Bahasa Indonesia dengan mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai penyelenggaraan transfer dana dan
kliring berjadwal dan ketentuan yang ditetapkan
oleh asosiasi sistem pembayaran terkait
penyelenggaraan SKNBI.
4) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) paling
kurang memuat materi sebagai berikut:
a) pendahuluan;
b) organisasi operasional SKNBI;
c) ketentuan dan prosedur operasional SKNBI;
d) pengawasan operasional SKNBI;
e) penanganan Keadaan Tidak Normal
dan/atau Keadaan Darurat; dan
f) perlindungan nasabah.
Rincian ...
71
Rincian cakupan minimum materi Kebijakan dan
Prosedur Tertulis (KPT) diatur dalam “Pedoman
Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis
(KPT) SKNBI” sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.3.
5) Dalam hal terjadi perubahan materi Kebijakan
dan Prosedur Tertulis (KPT) sebagaimana
dimaksud dalam angka 4), perubahan ketentuan
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan/atau
ketentuan yang dikeluarkan oleh asosiasi sistem
pembayaran yang berdampak pada materi
Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT), Peserta
harus melakukan pengkinian terhadap Kebijakan
dan Prosedur Tertulis (KPT).
6) Pengkinian terhadap Kebijakan dan Prosedur
Tertulis (KPT) sebagaimana dimaksud dalam
angka 5) wajib dilakukan dalam waktu paling
lama 6 (enam) bulan sejak terjadinya perubahan
materi Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT),
ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
dan/atau ketentuan yang dikeluarkan oleh
asosiasi sistem pembayaran.
b. Melakukan pemeriksaan internal terhadap operasional
SKNBI dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan internal bertujuan memastikan
pengendalian intern telah dilaksanakan sesuai
ketentuan untuk menjamin keamanan dan
kelancaran operasional SKNBI yang dilakukan
oleh Peserta.
2) Pemeriksaan internal dilakukan oleh satuan kerja
audit internal Peserta paling kurang 1 (satu)
tahun sekali.
3) Pelaksanaan pemeriksaan internal paling kurang
mencakup ruang lingkup materi penilaian
kepatuhan Peserta terhadap hal-hal yang
disampaikan oleh Penyelenggara.
c. Melakukan ...
72
c. Melakukan security audit, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Security audit bertujuan untuk memastikan
keamanan dan keandalan teknologi informasi
internal Peserta, hubungan (interface) antara SPK
dengan sistem internal Peserta serta kondisi
lingkungan Peserta dalam melakukan kegiatan
operasional.
2) Security audit dilakukan:
a) paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
tahun terhitung sejak menjadi Peserta; atau
b) paling lama 6 (enam) bulan sejak perubahan
sistem teknologi informasi internal Peserta
yang dapat mempengaruhi kelancaran
operasional SKNBI di Peserta.
3) Security audit dapat dilakukan oleh auditor
internal Peserta maupun auditor eksternal.
4) Security audit paling kurang mencakup ruang
lingkup sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.4.
d. Menyusun kebijakan dan prosedur penggunaan
teknologi informasi terkait dengan SKNBI dan
melakukan pengkinian dalam hal terdapat perubahan
kebijakan teknologi informasi dan prosedur
penggunaan teknologi informasi, paling lama 6 (enam)
bulan sejak perubahan kebijakan teknologi informasi
dengan mengacu pada ketentuan yang mengatur
mengenai manajemen risiko dalam penggunaan
teknologi informasi.
e. Memiliki pedoman Business Continuity Plan (BCP) dan
Disaster Recovery Plan (DRP) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Pedoman Business Continuity Plan (BCP) atau
Disaster Recovery Plan (DRP) memuat prosedur
yang dilakukan oleh Peserta dalam hal terjadi
Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan
Darurat ...
73
Darurat atau upaya lainnya yang perlu dilakukan
dalam hal sistem cadangan tidak dapat
digunakan, untuk memastikan bahwa operasional
SKNBI di Peserta tetap dapat dilakukan.
2) Pedoman Business Continuity Plan (BCP)
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) paling
kurang memuat hal-hal sebagai berikut:
a) unit kerja penanggung jawab;
b) mekanisme koordinasi apabila penanggung
jawab terdiri dari beberapa unit;
c) langkah-langkah bisnis yang dilakukan
untuk menjamin kegiatan operasional SKNBI
tetap berjalan;
d) mekanisme pengujian prosedur Business
Continuity Plan (BCP);
e) mekanisme pelaporan dan monitoring; dan
f) petugas operasional (termasuk data nomor
telepon yang dapat dihubungi).
3) Pedoman Disaster Recovery Plan (DRP)
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) paling
kurang memuat hal-hal sebagai berikut:
a) unit kerja penanggung jawab;
b) mekanisme koordinasi apabila penanggung
jawab terdiri dari beberapa unit;
c) prosedur penyiapan infrastruktur cadangan
untuk menjamin kegiatan operasional SKNBI
tetap berjalan;
d) mekanisme pelaporan dan monitoring; dan
e) petugas operasional (termasuk data nomor
telepon yang dapat dihubungi).
f. Menggunakan aplikasi SPK sesuai dengan buku
pedoman penggunaan aplikasi SPK.
g. Menjamin SPK utama dan SPK cadangan berfungsi
dengan baik.
Untuk menjamin SPK utama dan SPK cadangan
berfungsi dengan baik, Peserta melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) Memastikan ...
74
1) Memastikan petugas yang menangani SKNBI
memahami sistem dan prosedur operasional
SKNBI yang telah ditetapkan baik oleh
Penyelenggara maupun internal Peserta, antara
lain melalui pelatihan secara berkala.
2) Mengatur dan menetapkan user dan kewenangan
user yang melakukan operasional SKNBI dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) pengaturan kewenangan user dengan
memperhatikan rentang kendali (span of
control) untuk meminimalisasi kesalahan
manusia (human error) dan penyalahgunaan
wewenang;
b) pembuatan sampai dengan pengiriman DKE
dilakukan secara berjenjang sesuai dengan
tingkat kewenangan petugas;
c) pengaturan petugas pengganti untuk user
sesuai dengan perannya masing-masing;
d) penetapan dan penatausahaan data user
yang mengelola Soft Token sesuai ketentuan
internal Peserta; dan
e) memastikan keamanan penggunaan dan
penyimpanan Soft Token sesuai ketentuan
internal Peserta.
3) Melakukan pemeliharaan data dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Data yang disimpan dalam media elektronik
harus mendapat pengamanan yang memadai
dan terjaga kerahasiaannya, antara lain
terlindung dari akses petugas yang tidak
berhak.
b) Data sebagaimana dimaksud dalam huruf a)
antara lain meliputi data transaksi, aplikasi
SPK yang diberikan oleh Penyelenggara, Soft
Token, dan/atau ketentuan dan prosedur
yang diberikan oleh Penyelenggara.
c) Data ...
75
c) Data sebagaimana dimaksud dalam huruf a)
dicadangkan dan disimpan dalam media
elektronik.
d) Peserta harus memastikan bahwa data yang
tersimpan dalam media elektronik
sebagaimana dimaksud dalam huruf a) dan
cadangannya sebagaimana dimaksud dalam
huruf c) tidak rusak antara lain dengan cara
melakukan pemeliharaan atau pengecekan
secara berkala.
e) Seluruh data yang tersimpan dalam media
elektronik sebagaimana dimaksud dalam
huruf a) dan cadangannya sebagaimana
dimaksud dalam huruf c) didokumentasikan
dengan baik.
4) Menyediakan dan mengelola sistem cadangan
untuk SKNBI di Peserta dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Peserta menyediakan:
(1) SPK cadangan di lokasi cadangan (back
up site) Peserta; dan
(2) JKD cadangan dari lokasi cadangan
(back up site) Peserta ke Penyelenggara,
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
oleh Penyelenggara.
b) Biaya penyediaan dan penggunaan
infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam
butir a)(2) menjadi beban Peserta.
c) Pemilihan jenis dan lokasi SPK cadangan
serta jenis JKD cadangan diserahkan kepada
Peserta.
d) Pemilihan jenis dan lokasi SPK cadangan
serta jenis JKD cadangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf c) dilakukan
berdasarkan pertimbangan antara lain:
(1) volume ...
76
(1) volume transaksi Peserta dan tingkat
urgensi SKNBI bagi Peserta; dan
(2) pengendalian internal guna memitigasi
risiko operasional di Peserta.
5) Menjamin sistem cadangan berfungsi dengan
dengan baik, antara lain dengan cara sebagai
berikut:
a) Peserta ikut serta dalam uji coba SKNBI yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara dengan
menggunakan sistem cadangan milik Peserta
paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.
b) Peserta melakukan uji coba koneksi sistem
cadangan secara berkala dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) Uji coba koneksi sistem cadangan
mencakup uji coba terhadap SPK
cadangan, JKD cadangan, dan/atau
data cadangan.
(2) Uji coba koneksi sistem cadangan
sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
dapat dilakukan dengan menggunakan
environment production Penyelenggara
dengan jadwal yang ditetapkan oleh
Penyelenggara setelah seluruh layanan
SKNBI di Penyelenggara berakhir dan
pelaksanaannya dilakukan paling lama 1
(satu) jam.
(3) Uji coba koneksi sistem cadangan
dilakukan dengan tata cara sebagai
berikut:
(a) Peserta menyampaikan permohonan
uji coba koneksi sistem cadangan
melalui fasilitas administrative
message dan/atau sarana lain
kepada ...
77
kepada Penyelenggara paling lambat
1 (satu) hari kerja sebelum
pelaksanaan uji coba.
(b) Penyelenggara memberitahukan
persetujuan uji coba koneksi sistem
cadangan kepada Peserta melalui
sarana administrative message.
(c) Peserta menyampaikan laporan
tertulis hasil pelaksanaan ujicoba
koneksi kepada Penyelenggara
paling lambat 1 (satu) hari kerja
setelah pelaksanaan uji coba.
c) Mengoperasikan sistem cadangan untuk
kegiatan operasional SKNBI dalam kondisi
normal dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Penggunaan sistem cadangan untuk
kegiatan operasional dalam kondisi
normal dilakukan secara berkala paling
kurang 1 (satu) kali dalam setahun.
(2) Pengoperasian sistem cadangan untuk
kegiatan operasional dalam kondisi
normal dapat mencakup pengoperasian
SPK cadangan dan/atau JKD cadangan.
(3) Tata cara penggunaan sistem cadangan
untuk kegiatan operasional dalam
kondisi normal adalah sebagai berikut:
(a) Peserta menyampaikan surat
permohonan yang dapat didahului
dengan faksimile, administrative
message dan/atau sarana lainnya
kepada Penyelenggara paling lama 1
(satu) hari kerja sebelum
menggunakan sistem cadangan
untuk kegiatan operasional dalam
kondisi normal.
(b) Penyelenggara ...
78
(b) Penyelenggara memberitahukan
persetujuan penggunaan sistem
cadangan pada kondisi normal
kepada Peserta melalui sarana
administrative message.
(c) Peserta menyampaikan laporan
tertulis hasil penggunaan sistem
cadangan untuk kegiatan
operasional dalam kondisi normal
kepada Penyelenggara paling lama 1
(satu) hari kerja setelah sistem
cadangan selesai digunakan.
6) Menjamin keamanan dan keandalan dari JKD
yang digunakan untuk menghubungkan SPK
dengan:
a) perangkat komputer Peserta yang digunakan
untuk operasional SKNBI; dan
b) sistem komputer internal Peserta, apabila
Peserta menghubungkan SPK utama
dan/atau SPK cadangan dengan sistem
komputer internal Peserta,
sehingga bebas dari segala kemungkinan hal-hal
yang dapat merusak SKNBI termasuk tetapi tidak
terbatas pada kemungkinan pemalsuan,
pembobolan data elektronis (hacking), serta
perusakan sistem dengan cara membanjiri sistem
dengan data dan pesan pembayaran.
7) Melaporkan pengembangan aplikasi internal yang
terkait dengan SKNBI kepada Penyelenggara
secara tertulis dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a paling lama 1
(satu) bulan sebelum aplikasi tersebut
diimplementasikan.
8) Melakukan langkah preventif yang diperlukan
sehingga perangkat keras berfungsi dengan baik
dan ...
79
dan perangkat lunak aplikasi yang digunakan
dalam SKNBI dan/atau dalam kaitannya dengan
SKNBI bebas dari segala jenis virus.
9) Menjamin integritas database SKNBI yang ada
pada SPK utama dan SPK cadangan termasuk
data cadangan yang disimpan dalam bentuk
compact disk (CD), tape, cartridge, flashdisk,
dan/atau media lainnya.
10) Melakukan instalasi setiap terjadi perubahan
aplikasi SPK utama dan/atau SPK cadangan
sesuai dengan buku pedoman penggunaan
aplikasi SPK.
11) Menyimpan dengan baik aplikasi SPK dan
perubahannya serta Soft Token di tempat yang
aman dan bebas dari berbagai hal yang dapat
merusak aplikasi SPK dan Soft Token.
12) Melakukan perpanjangan masa aktif Soft Token
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh
Penyelenggara.
h. Melakukan pengkinian data kepesertaan dalam hal
terdapat perubahan data kepesertaan SKNBI.
2. Bertanggung jawab atas kebenaran DKE dan seluruh
informasi yang dikirim Peserta kepada Penyelenggara
melalui SKNBI.
Dalam rangka memastikan kebenaran DKE dan seluruh
informasi yang dikirim kepada Penyelenggara, Peserta
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. membuat DKE dan batch sesuai dengan buku
pedoman penggunaan aplikasi SPK; dan
b. mengirimkan batch DKE sesuai jadwal yang
ditetapkan Penyelenggara.
3. Melaksanakan perjanjian dengan Penyelenggara apabila
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan SKNBI.
4. Menginformasikan ...
80
4. Menginformasikan biaya transaksi melalui SKNBI kepada
nasabah secara transparan.
Dalam rangka transparansi biaya transaksi melalui SKNBI
kepada nasabah, Peserta mengumumkan secara tertulis
mengenai biaya transaksi melalui SKNBI pada tempat yang
mudah terlihat oleh nasabah.
5. Memberikan data dan informasi terkait penyelenggaraan
SKNBI kepada Bank Indonesia.
Dalam rangka pemberian data dan informasi terkait
penyelenggaraan SKNBI kepada Bank Indonesia, Peserta
memberikan data dan informasi yang diminta oleh
Penyelenggara termasuk namun tidak terbatas pada
dokumen asli dan/atau salinan dokumen yang berupa
warkat dan/atau data elektronik terkait dengan
pelaksanaan SKNBI.
6. Mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh asosiasi sistem
pembayaran yang telah disetujui oleh Bank Indonesia.
7. Mematuhi ketentuan lain terkait operasional
penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal.
Dalam rangka memenuhi ketentuan mengenai
penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal dan
ketentuan terkait lainnya, berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Pimpinan dan/atau pejabat yang berwenang wajib
melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan
untuk memastikan ketaatan Peserta terhadap
ketentuan lainnya yang terkait dengan operasional
penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal.
b. Peserta menatausahakan perintah transfer dana,
perintah transfer debit, dan hasil perhitungan SKNBI,
dalam bentuk elektronik dan/atau hasil cetaknya,
serta Warkat Debit sesuai dengan ketentuan
pengarsipan yang berlaku di internal Peserta dan
masa retensi sesuai peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai dokumen perusahaan.
I. Penggunaan ...
81
I. Penggunaan Soft Token dalam SKNBI
1. Prinsip Penggunaan Soft Token
a. Dalam operasional SKNBI, Peserta harus memiliki Soft
Token yang merupakan salah satu sarana
pengamanan dalam melakukan koneksi antara SPK
dengan SSK.
b. Soft Token sebagaimana dimaksud dalam huruf a
terdiri atas:
1) Bank Indonesia Certificate of Authentification (BI-
CA);
2) sertifikat SSK; dan
3) sertifikat SPK.
c. Sertifikat SPK sebagaimana dimaksud dalam butir b.3)
memiliki masa aktif paling lama 2 (dua) tahun sejak
tanggal efektif.
d. Peserta dapat mengajukan penggantian Soft Token
antara lain karena masa aktif sertifikat SPK telah
berakhir, hilang, rusak, atau tidak dapat digunakan
karena sebab apapun.
e. Soft Token yang telah diserahkan oleh Penyelenggara
kepada Peserta digunakan sesuai ketentuan internal
Peserta dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Peserta yang bersangkutan.
2. Prosedur Permohonan Penggunaan Soft Token,
Penggantian Soft Token, dan Perpanjangan Masa Aktif
Sertifikat SPK
a. Peserta mengajukan surat permohonan kepada
Penyelenggara untuk mendapatkan Soft Token,
penggantian Soft Token, dan perpanjangan masa aktif
sertifikat SPK, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk mendapatkan Soft Token, surat
permohonan paling kurang memuat informasi
sebagai berikut:
a) nama Peserta; dan
b) kode Peserta.
2) Untuk ...
82
2) Untuk penggantian Soft Token, surat permohonan
paling kurang memuat informasi sebagai berikut:
a) nama Peserta;
b) kode Peserta; dan
c) alasan penggantian.
3) Untuk perpanjangan masa aktif sertifikat SPK,
surat permohonan paling kurang memuat
informasi sebagai berikut:
a) nama Peserta;
b) kode Peserta; dan
c) tanggal berakhirnya sertifikat SPK.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a disertai dengan file certificate signing request
yang disimpan dalam compact disc. Pembuatan file
certificate signing request mengacu pada buku
pedoman penggunaan aplikasi SPK.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.7 dan ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang yang memiliki spesimen tanda tangan
di Penyelenggara serta disampaikan kepada
Penyelenggara dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Surat permohonan disampaikan kepada
Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a.
2) Bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, surat permohonan disampaikan
kepada Penyelenggara dengan tembusan kepada
KPwDN yang mewilayahi.
3) Bagi Peserta yang mengajukan permohonan
perpanjangan masa aktif sertifikat SPK, surat
permohonan disampaikan paling lama 1 (satu)
bulan sebelum masa aktif sertifikat SPK berakhir.
d. Penyelenggara ...
83
d. Penyelenggara memberitahukan kepada Peserta
melalui administrative message atau sarana lainnya
untuk pengambilan Soft Token, Soft Token pengganti,
atau sertifikat SPK yang telah diperpanjang masa
aktifnya paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak
surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a diterima secara lengkap oleh Penyelenggara.
e. Peserta melakukan pengambilan Soft Token, Soft
Token pengganti, atau sertifikat SPK sebagaimana
dimaksud dalam huruf d yang dilakukan oleh pejabat
yang berwenang yang telah memiliki spesimen tanda
tangan di Penyelenggara, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPBI, pengambilan dilakukan di
Penyelenggara.
2) Bagi Peserta yang berkantor pusat di wilayah
kerja KPwDN, pengambilan dilakukan di KPwDN
setempat.
f. Peserta melakukan instalasi Soft Token, Soft Token
pengganti, atau sertifikat SPK yang diperoleh dari
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam huruf e
ke server SPK yang menghasilkan certificate signing
request.
3. Penghapusan Sertifikat SPK
a. Penghapusan sertifikat SPK dapat dilakukan atas
dasar:
1) inisiatif Penyelenggara; atau
2) permintaan Peserta.
b. Penghapusan sertifikat SPK atas dasar inisiatif
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam butir
a.1) antara lain dilakukan dalam hal Peserta telah
dihentikan kepesertaannya dalam penyelenggaraan
SKNBI.
c. Penghapusan ...
84
c. Penghapusan sertifikat SPK atas dasar permintaan
Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir a.2)
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Peserta mengajukan surat permohonan
penghapusan sertifikat SPK kepada
Penyelenggara dengan menyebutkan alasan dan
tanggal efektif penghapusan sertifikat SPK
tersebut paling lama 1 (satu) bulan sebelum
tanggal efektif dimaksud.
2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang yang memiliki spesimen tanda tangan
di Penyelenggara.
3) Surat permohonan penghapusan sertifikat SPK
sebagaimana dimaksud dalam angka 1)
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I.7 dan dapat disampaikan
terlebih dahulu melalui faksimile.
d. Penyelenggara menyampaikan surat permohonan
kepada Peserta mengenai penghapusan sertifikat SPK
paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah
pelaksanaan penghapusan sertifikat SPK.
IV. WAKTU OPERASIONAL SKNBI
A. Prinsip Umum
1. Penyelenggara menetapkan waktu operasional SKNBI yang
mencakup:
a. hari operasional;
b. jam operasional;
c. jam layanan; dan
d. periode waktu kegiatan.
2. Hari operasional sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a
yaitu hari yang ditetapkan oleh Penyelenggara sebagai hari
diselenggarakannya operasional SKNBI.
3. Jam ...
85
3. Jam operasional sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b
yaitu jam yang ditetapkan oleh Penyelenggara sebagai
waktu diselenggarakannya operasional SKNBI pada setiap
hari operasional.
4. Jam layanan sebagaimana dimaksud dalam butir 1.c yaitu
jadwal yang ditetapkan oleh Penyelenggara untuk setiap
layanan dalam SKNBI, misalnya jam Layanan Transfer
Dana, jam Layanan Kliring Warkat Debit, jam Layanan
Pembayaran Reguler, dan jam Layanan Penagihan Reguler.
5. Periode waktu kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
butir 1.d yaitu jangka waktu yang ditetapkan oleh
Penyelenggara untuk melaksanakan kegiatan operasional
setiap layanan dalam SKNBI, misalnya periode waktu
untuk pengiriman DKE dan periode waktu untuk
penyediaan Prefund.
6. Peserta wajib melakukan kegiatan operasional SKNBI
sesuai dengan waktu operasional yang ditetapkan oleh
Penyelenggara.
7. Dalam kondisi tertentu, Keadaan Tidak Normal, dan/atau
Keadaan Darurat, Peserta dapat tidak ikut serta dalam
kegiatan SKNBI berdasarkan persetujuan dari
Penyelenggara.
8. Prosedur permohonan Peserta yang tidak ikut dalam
kegiatan SKNBI sebagaimana dimaksud dalam angka 7
adalah sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan permohonan melalui surat yang
ditandatangani oleh Pimpinan atau pejabat yang
berwenang yang memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara ke alamat II.A.2.a yang dapat didahului
dengan faksimile atau administrative message.
b. Penyelenggara memberitahukan persetujuan atau
penolakan atas permohonan Peserta sebagaimana
dimaksud dalam huruf a melalui surat yang dapat
didahului administrative message atau sarana lainnya.
c. Dalam ...
86
c. Dalam hal permohonan disetujui, Penyelenggara
menginformasikan Peserta yang tidak ikut dalam
kegiatan operasional SKNBI kepada seluruh Peserta
melalui administrative message.
9. Untuk permohonan tidak ikut serta dalam kegiatan SKNBI
dikarenakan kondisi tertentu, permohonan diajukan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal Peserta tidak
ikut serta dalam kegiatan SKNBI. Alasan pengajuan
permohonan antara lain sebagai berikut:
a. kantor pusat Peserta berada dalam wilayah KPwDN
tertentu yang menerapkan hari operasional sebagai
libur fakultatif; dan/atau
b. kondisi tertentu yang disetujui oleh Penyelenggara.
10. Dalam hal KPwDN di Wilayah Kliring tertentu menerapkan
hari operasional sebagai libur fakultatif maka Peserta tidak
dapat melakukan pengiriman DKE Warkat Debit ke
Wilayah Kliring tersebut dan kegiatan pertukaran Warkat
Debit di wilayah tersebut ditiadakan.
11. Waktu operasional SKNBI sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 dapat diubah sewaktu-waktu oleh Penyelenggara.
B. Penetapan Waktu Operasional SKNBI
1. Operasional SKNBI dilaksanakan pada setiap hari kalender
yang ditetapkan sebagai hari operasional oleh
Penyelenggara.
2. Jam operasional SKNBI adalah pukul 06.30 WIB sampai
dengan pukul 20.00 WIB.
3. Penyelenggara menetapkan jam layanan sebagaimana
dimaksud dalam butir A.1.c dan periode waktu kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam butir A.1.d yang berlaku
secara nasional dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Layanan Transfer Dana
1) Jam Layanan Transfer Dana mengacu kepada jam
layanan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.5.
2) Dalam Layanan Transfer Dana, Penyelenggara
menetapkan periode waktu kegiatan yang terdiri
atas:
a) penyediaan ...
87
a) penyediaan Prefund Kredit;
b) pengiriman DKE Transfer Dana ke SSK;
c) penyediaan informasi awal;
d) download confirmed incoming DKE Transfer
Dana; dan
e) Setelmen Dana,
dengan rincian periode waktu kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
b. Untuk Layanan Kliring Warkat Debit
1) Layanan Kliring Warkat Debit ditetapkan dalam 4
(empat) zona, yang terdiri atas:
a) Zona 1, Zona 2, dan Zona 3 dilaksanakan
dalam 1 (satu) hari kerja, yaitu kegiatan
Kliring Penyerahan dan Kliring Pengembalian
dilakukan pada hari yang sama.
b) Zona 4 dilaksanakan dalam 2 (dua) hari
kerja, yaitu:
(1) hari kerja pertama untuk kegiatan
kliring penyerahan; dan
(2) hari kerja kedua untuk kegiatan kliring
pengembalian.
2) Jam layanan untuk Zona 1, Zona 2, Zona 3, dan
Zona 4 mengacu pada jam layanan SKNBI
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
3) Dalam setiap zona, Penyelenggara menetapkan
periode waktu kegiatan sebagai berikut:
a) pengiriman DKE Warkat Debit untuk
kegiatan:
(1) Kliring Penyerahan; dan
(2) Kliring Pengembalian;
b) download DKE Warkat Debit incoming untuk:
(1) Kliring Penyerahan; dan
(2) Kliring Pengembalian;
c) download DKE Warkat Debit confirmed
outgoing dalam kegiatan Kliring Penyerahan;
d) penyediaan ...
88
d) penyediaan informasi awal;
e) penambahan Prefund Debit;
f) Setelmen Dana; dan
g) proses pertukaran Warkat Debit untuk:
(1) Kliring Penyerahan; dan
(2) Kliring Pengembalian,
dengan rincian periode waktu kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
4) Penetapan zona dalam setiap Wilayah Kliring
dilakukan oleh Koordinator PWD berdasarkan
kesepakatan Perwakilan Peserta di Wilayah
Kliring yang bersangkutan dengan mengacu pada
kriteria sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.5.
5) Dalam kondisi tertentu, penetapan zona
sebagaimana dimaksud dalam angka 4) dilakukan
oleh Penyelenggara.
c. Untuk Layanan Pembayaran Reguler
1) Jam Layanan Pembayaran Reguler ditetapkan
dalam 2 (dua) periode, yaitu:
a) periode 1 dilaksanakan dalam 1 (satu) hari
kerja yaitu untuk kegiatan pengiriman DKE
Pembayaran, pengecekan kecukupan dana
dan Setelmen Dana.
b) periode 2 dilaksanakan dalam 2 (dua) hari
kerja, yaitu:
(1) hari kerja pertama untuk kegiatan
pengiriman DKE Pembayaran; dan
(2) hari kerja kedua untuk kegiatan
pengecekan kecukupan dana dan
Setelmen Dana.
c) Jam layanan kegiatan untuk periode 1
sebagaimana dimaksud dalam huruf a) dan
untuk periode 2 sebagaimana dimaksud
dalam huruf b) mengacu pada jam layanan
SKNBI sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.5.
2) Dalam...
89
2) Dalam setiap periode, Penyelenggara menetapkan
periode waktu kegiatan sebagai berikut:
a) penyediaan Prefund Kredit;
b) pengiriman DKE Pembayaran ke SSK;
c) penyediaan informasi awal;
d) download DKE Pembayaran confirmed
incoming; dan
e) Setelmen Dana,
dengan rincian periode waktu kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
d. Untuk Layanan Penagihan Reguler
1) Jam Layanan Penagihan Reguler mengacu kepada
jam layanan sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.5.
2) Dalam Layanan Penagihan Reguler,
Penyelenggara menetapkan periode waktu
kegiatan sebagai berikut:
a) pengiriman DKE Penagihan untuk kegiatan:
(1) Penyerahan Tagihan; dan
(2) Pengembalian Tagihan;
b) Download DKE Penagihan incoming untuk:
(1) Penyerahan Tagihan; dan
(2) Pengembalian Tagihan;
c) Download DKE Penagihan confirmed outgoing
dalam kegiatan Penyerahan Tagihan;
d) penyediaan informasi awal;
e) penambahan Prefund Debit; dan
f) Setelmen Dana,
dengan rincian periode waktu kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
C. Perubahan Waktu Operasional SKNBI
1. Penyelenggara dapat melakukan perubahan waktu
operasional SKNBI sebagaimana dimaksud dalam butir A.1
berdasarkan pertimbangan antara lain sebagai berikut:
a. adanya Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan
Darurat di Penyelenggara;
b. adanya ...
90
b. adanya perubahan jam operasional Sistem BI-RTGS
dan/atau BI-SSSS;
c. adanya kepentingan Bank Indonesia dalam rangka
menjaga kelancaran sistem pembayaran;
d. adanya permohonan perpanjangan periode waktu
kegiatan dari Peserta; dan/atau
e. adanya permohonan perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit di suatu Wilayah Kliring dari
Koordinator PWD.
2. Pengajuan permohonan perpanjangan periode waktu
kegiatan oleh Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir
1.d dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta dapat mengajukan permohonan perpanjangan
periode waktu kegiatan yang terdiri atas:
1) perpanjangan periode waktu pengiriman DKE
Transfer Dana, DKE Pembayaran, dan DKE
Penagihan; dan
2) perpanjangan periode waktu penambahan
Prefund.
b. Permohonan dapat diajukan apabila Peserta
mengalami Keadaan Tidak Normal, Keadaan Darurat,
dan/atau alasan tertentu yang mengakibatkan adanya
kebutuhan perpanjangan periode waktu kegiatan
pengiriman DKE dan/atau penyediaan Prefund.
c. Perpanjangan periode waktu kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a yang dapat diberikan oleh
Penyelenggara untuk setiap layanan adalah selama 30
(tiga puluh) menit dan dapat diperpanjang paling lama
30 (tiga puluh) menit kecuali dalam kondisi tertentu
yang disetujui oleh Penyelenggara.
d. Perpanjangan periode waktu kegiatan pengiriman DKE
Transfer Dana, DKE Pembayaran, dan DKE Penagihan
atas permintaan Peserta dikenakan biaya
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.6.
e. Perpanjangan periode waktu kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Peserta ...
91
1) Peserta mengajukan permohonan perpanjangan
periode waktu kegiatan kepada Penyelenggara
paling lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum
periode waktu kegiatan berakhir kecuali dalam
kondisi tertentu yang disetujui oleh
Penyelenggara.
2) Permohonan perpanjangan periode waktu
sebagaimana dimaksud dalam angka 1)
disampaikan melalui surat yang dapat didahului
dengan faksimile, administrative message,
dan/atau sarana lainnya.
3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) ditandatangani oleh Pimpinan atau
pejabat yang berwenang yang memiliki spesimen
tanda tangan di Penyelenggara.
4) Penyelenggara memberitahukan persetujuan atau
penolakan atas permohonan perpanjangan
periode waktu kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1) kepada Peserta melalui surat
yang dapat didahului dengan faksimile,
administrative message, dan/atau sarana lainnya.
5) Dalam hal permohonan perpanjangan periode
waktu kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) disetujui, Penyelenggara
memberitahukan perpanjangan periode waktu
kegiatan kepada seluruh Peserta melalui
administrative message dan/atau sarana lainnya.
3. Pengajuan permohonan perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit di suatu Wilayah Kliring oleh Koordinator
PWD sebagaimana dimaksud dalam butir 1.e dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Perubahan jam Layanan Kliring Warkat Debit diatur
sebagai berikut:
1) Untuk Wilayah Kliring yang terdaftar pada zona 1
dan zona 2, perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit dilakukan dengan mengacu pada
jam Layanan Kliring Warkat Debit pada zona
berikutnya.
Sebagai ...
92
Sebagai contoh, apabila terdapat permohonan
perubahan jam Layanan Kliring Warkat Debit
pada Wilayah Kliring zona 1 oleh Koordinator
PWD maka perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit pada zona tersebut dilakukan
dengan penyesuaian jam Layanan Kliring Warkat
Debit yang mengacu pada jam layanan pada zona
2.
2) Untuk Wilayah Kliring yang terdaftar pada zona 3
dan zona 4, perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit dilakukan dengan perpanjangan
periode waktu pengiriman DKE Warkat Debit
pada zona tersebut.
Sebagai contoh, apabila terdapat permohonan
perubahan jam Layanan Kliring Warkat Debit
pada Wilayah Kliring zona 4 oleh Koordinator
PWD maka perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit pada zona tersebut dilakukan
dengan cara perpanjangan periode waktu
pengiriman DKE Warkat Debit.
b. Koordinator PWD dapat mengajukan permohonan
perubahan jam Layanan Kliring Warkat Debit di suatu
Wilayah Kliring berdasarkan:
1) permintaan Perwakilan Peserta secara tertulis
karena adanya Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat; atau
2) adanya Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan
Darurat.
c. Koordinator PWD menyampaikan surat permohonan
perubahan jam Layanan Kliring Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam huruf b kepada
Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud
dalam butir II.A.2.a.
d. Penyelenggara memberitahukan persetujuan atau
penolakan atas permohonan perubahan jam Layanan
Kliring Warkat Debit di suatu Wilayah Kliring kepada
Koordinator PWD melalui surat dan/atau sarana
lainnya.
e. Dalam ...
93
e. Dalam hal permohonan perubahan jam Layanan
Kliring Warkat Debit disetujui, Penyelenggara
memberitahukan perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit di suatu Wilayah Kliring kepada seluruh
Peserta melalui administrative message dan/atau
sarana lainnya.
f. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat yang berdampak pada operasional
SKNBI di beberapa Wilayah Kliring, Peserta dapat
mengajukan permohonan perubahan jam Layanan
Kliring Warkat Debit yang diatur sebagai berikut:
1) Peserta mengajukan permohonan perubahan jam
Layanan Kliring Warkat Debit kepada
Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a, yang dapat
didahului dengan administrative message,
faksimile, dan/atau sarana lainnya.
2) Penyelenggara memberitahukan persetujuan atau
penolakan atas permohonan perubahan jam
Layanan Kliring Warkat Debit kepada Peserta yang
bersangkutan melalui surat yang dapat didahului
melalui administrative message dan/atau sarana
lainnya.
3) Penyelenggara memberitahukan perubahan jam
Layanan Kliring Warkat Debit kepada:
a) seluruh Peserta; dan
b) Koordinator PWD terkait,
melalui administrative message dan/atau sarana
lainnya.
g. Koordinator PWD mengumumkan perubahan jam
Layanan Kliring Warkat Debit kepada seluruh
Perwakilan Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan berdasarkan pemberitahuan perubahan
jam Layanan Kliring Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam huruf d dan butir f.3)b).
V. PREFUND ...
94
V. PREFUND
A. Jenis dan Pengelolaan Prefund
1. Jenis Prefund
a. Jenis Prefund dalam SKNBI terdiri atas:
1) Prefund Kredit berupa dana tunai (cash Prefund);
dan
2) Prefund Debit dapat berupa:
a) dana tunai (cash Prefund); dan/atau
b) surat berharga (collateral Prefund).
b. Jenis surat berharga (collateral Prefund) yang dapat
disediakan dalam Prefund Debit sebagaimana
dimaksud dalam butir a.2)b) mengacu pada ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai tata cara
penggunaan fasilitas likuiditas intrahari.
c. Surat berharga (collateral Prefund) sebagaimana
dimaksud dalam butir a.2)b) hanya berlaku untuk
PLU.
2. Pengelolaan Prefund
a. Dana tunai (cash Prefund) yang disediakan oleh PLU
dan PLA untuk Prefund Kredit dan Prefund Debit
ditatausahakan pada Sistem BI-RTGS dalam rekening
milik Penyelenggara yang khusus menampung dana
tunai (cash Prefund). Dana tunai (cash Prefund) untuk
masing-masing PLU dan PLA ditatausahakan oleh
Penyelenggara di SSK.
b. Surat berharga (collateral Prefund) yang disediakan
oleh PLU ditatausahakan pada BI-SSSS dalam
rekening surat berharga masing-masing PLU yang
digunakan khusus untuk menampung surat berharga
(collateral Prefund) sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
BI-SSSS.
B. Nilai Minimum Nominal Prefund
Penyelenggara menetapkan besarnya nilai minimum nominal
Prefund yang harus disediakan oleh masing-masing Peserta
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penyelenggara ...
95
1. Penyelenggara tidak menetapkan nilai minimum nominal
Prefund Kredit yang wajib disediakan oleh Peserta.
2. Penyelenggara menetapkan nilai minimum nominal
Prefund Debit yang wajib disediakan oleh Peserta.
3. Nilai minimum nominal Prefund Debit yang wajib
disediakan oleh Peserta sebagaimana dimaksud dalam
angka 2 ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta wajib menyediakan minimum Prefund Debit
sesuai dengan periode waktu sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.5.
b. Nilai minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud
dalam huruf a paling sedikit sebesar nilai nominal
yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
c. Nilai minimum nominal Prefund Debit adalah sebesar
total tagihan harian terbesar Peserta dalam Layanan
Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler
dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan terakhir,
dengan mengecualikan total tagihan harian yang
nilainya di luar kebiasaan (outlier). Khusus untuk
bulan ke-12 (keduabelas), data yang diperhitungkan
adalah data transaksi sampai dengan tanggal 25.
Apabila tanggal 25 pada bulan ke-12 (keduabelas)
jatuh pada hari libur maka data yang diperhitungkan
adalah data transaksi sampai dengan hari kerja
terakhir sebelum tanggal 25 pada bulan yang
bersangkutan. Contoh perhitungan minimum Prefund
Debit sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.7.
d. Total tagihan harian yang nilainya di luar kebiasaan
(outlier) sebagaimana dimaksud dalam huruf c
merupakan total tagihan harian yang nilainya di atas
rata-rata total tagihan harian (incoming debit) Peserta
yang bersangkutan dalam kurun waktu 12 (dua belas)
bulan terakhir ditambah 3 (tiga) standar deviasi.
e. Nilai minimum nominal Prefund Debit sebagaimana
dimaksud dalam huruf b yang wajib disediakan oleh
Peserta dapat diakses oleh Peserta melalui SPK pada
tanggal ...
96
tanggal 26 setiap bulannya. Apabila tanggal 26 jatuh
pada hari libur maka besarnya nilai minimum nominal
Prefund Debit dapat diakses oleh Peserta melalui SPK
pada hari kerja berikutnya.
f. Dalam hal terdapat Peserta baru dan belum memiliki
data historis transaksi Layanan Kliring Warkat Debit
dan Layanan Penagihan Reguler, besarnya minimum
nilai nominal Prefund Debit yang wajib disediakan oleh
Peserta tersebut diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Pada hari pertama keikutsertaan Peserta, nilai
minimum nominal Prefund Debit yang harus
disediakan adalah sebesar Rp0,00 (nol rupiah).
2) Pada hari kerja berikutnya di bulan yang sama
dengan tanggal keikutsertaan Peserta, nilai
minimum nominal Prefund Debit yang harus
disediakan oleh Peserta ditetapkan berdasarkan
data total tagihan harian (incoming debit) terbesar
Peserta pada hari kerja sebelumnya.
3) Nilai minimum nominal Prefund Debit untuk
bulan berikutnya ditetapkan dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf b sesuai dengan data
historis yang dimiliki Peserta. Dalam hal data
historis yang dimiliki oleh Peserta kurang dari 12
(dua belas) bulan maka data historis yang
digunakan adalah data yang tersedia pada
periode tersebut.
g. Dalam hal terdapat Peserta yang melakukan
penggabungan atau peleburan usaha, nilai minimum
nominal Prefund Debit yang harus disediakan oleh
Peserta hasil penggabungan atau peleburan usaha
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Sejak tanggal efektif penggabungan atau
peleburan usaha sampai dengan akhir bulan yang
bersangkutan ...
97
bersangkutan, nilai nominal Prefund Debit yang
harus disediakan adalah sebesar total nilai
nominal Prefund Debit dari Peserta yang
melakukan penggabungan atau peleburan usaha,
yang telah ditetapkan pada awal bulan ketika
Peserta tersebut belum melakukan penggabungan
atau peleburan usaha.
2) Nilai nominal Prefund Debit untuk bulan
berikutnya ditetapkan berdasarkan total tagihan
harian terbesar Peserta hasil penggabungan atau
peleburan usaha untuk Layanan Kliring Warkat
Debit dan Layanan Penagihan Reguler dengan
mengecualikan total tagihan harian yang nilainya
di luar kebiasaan (outlier), dalam bulan
sebelumnya terhitung sejak tanggal efektif
penggabungan atau peleburan usaha.
3) Nilai minimum nominal Prefund Debit untuk
bulan berikutnya ditetapkan dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam angka 2) sesuai dengan data
historis yang dimiliki oleh Peserta hasil
penggabungan atau peleburan usaha. Dalam hal
data historis yang dimiliki oleh Peserta hasil
penggabungan atau peleburan usaha kurang dari
12 (dua belas) bulan maka data historis yang
digunakan adalah data yang tersedia pada
periode tersebut.
h. Dalam hal terdapat perubahan kegiatan usaha Peserta
dari konvensional menjadi syariah, nilai minimum
nominal Prefund Debit yang harus disediakan oleh
Peserta menggunakan data historis 12 (dua belas)
bulan sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam
huruf b.
i. Dalam ...
98
i. Dalam hal sampai batas waktu yang ditetapkan
Peserta tidak memenuhi kewajiban penyediaan
minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud
dalam huruf b maka Peserta melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) menginformasikan segera kepada Penyelenggara
mengenai tidak dipenuhinya kewajiban
penyediaan minimum Prefund Debit beserta
alasannya, melalui faksimile dan/atau sarana
lainnya.
2) menyampaikan surat pernyataan kepada
Penyelenggara mengenai tidak dipenuhinya
kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit
beserta alasan dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.9.
j. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf
i.3) ditandatangani oleh Pimpinan atau pejabat yang
berwenang yang memiliki spesimen tanda tangan di
Penyelenggara dan disampaikan ke alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a pada hari
yang sama dengan Peserta tidak memenuhi kewajiban
penyediaan minimum Prefund Debit.
C. Tata Cara Penyediaan Prefund
1. Penyediaan Prefund Kredit
Dalam melakukan kewajiban penyediaan Prefund Kredit,
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta menyediakan Prefund Kredit sesuai periode
waktu kegiatan penyediaan Prefund Kredit yang
ditetapkan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.5.
b. Dalam melakukan penyediaan Prefund Kredit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk ...
99
1) Untuk PLU, penyediaan Prefund Kredit dilakukan
oleh Peserta yang bersangkutan.
2) Untuk PLA, penyediaan Prefund Kredit dilakukan
melalui Bank Pembayar.
3) Untuk PTL, penyediaan Prefund Kredit dilakukan
oleh Bank Penerus.
c. Nilai nominal Prefund Kredit yang disediakan oleh
Peserta paling sedikit sebesar total DKE Transfer Dana
dan/atau DKE Pembayaran keluar (outgoing)
dikurangi total DKE Transfer Dana dan/atau DKE
Pembayaran masuk (incoming) dari Peserta lain yang
didukung oleh dana yang cukup (confirmed incoming).
d. Penyediaan Prefund Kredit dalam bentuk dana tunai
(cash Prefund) dilakukan melalui Sistem BI-RTGS
dengan cara melakukan transfer dana dari Rekening
Setelmen Dana PLU atau Rekening Setelmen Dana
Bank Pembayar ke rekening milik Penyelenggara yang
digunakan khusus untuk menampung dana tunai
(cash Prefund) dengan mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan
Sistem BI-RTGS.
2. Penyediaan Prefund Debit
Dalam melakukan kewajiban penyediaan nilai minimum
nominal Prefund Debit, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Penyediaan Prefund Debit dalam bentuk dana tunai
(cash Prefund) dilakukan melalui Sistem BI-RTGS
dengan cara melakukan transfer dana dari Rekening
Setelmen Dana PLU ke rekening milik Penyelenggara
yang digunakan khusus untuk menampung dana
tunai (cash Prefund) dengan mengacu pada ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan Sistem BI-RTGS.
b. Penyediaan Prefund Debit dalam bentuk surat
berharga (collateral Prefund) dilakukan melalui BI-
SSSS, dengan prosedur sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan BI-SSSS.
D. Tata ...
100
D. Tata Cara Penambahan Prefund
1. Penambahan Prefund Kredit
a. Peserta wajib melakukan penambahan Prefund Kredit
dalam hal Prefund Kredit yang disediakan oleh Peserta
tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban Peserta
dalam Layanan Transfer Dana dan/atau Layanan
Pembayaran Reguler.
b. Penambahan Prefund Kredit sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dilakukan sesuai dengan periode waktu
penambahan Prefund Kredit yang ditetapkan oleh
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.5.
c. Mekanisme penambahan Prefund Kredit sebagaimana
dimaksud dalam huruf a mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam butir C.1.
2. Penambahan Prefund Debit
a. Peserta wajib melakukan penambahan Prefund Debit
dalam hal nilai minimum nominal Prefund Debit tidak
mencukupi untuk memenuhi kewajiban Peserta dalam
Layanan Kliring Warkat Debit dan/atau Layanan
Penagihan Reguler.
b. Penambahan Prefund Debit dilakukan sesuai dengan
periode waktu penambahan Prefund Debit
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
c. Mekanisme penambahan Prefund Debit mengacu pada
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf C.2.
E. Pengembalian Prefund
1. Pengembalian Prefund Kredit
Dalam hal setelah jam layanan pada Layanan Transfer
Dana dan Layanan Pembayaran Reguler berakhir, Peserta
masih memiliki saldo dana tunai (cash Prefund) yang tidak
dipergunakan dalam perhitungan Layanan Transfer Dana
dan/atau Layanan Pembayaran Reguler maka saldo dana
tunai (cash Prefund) tersebut dikembalikan oleh
Penyelenggara ke Rekening Setelmen Dana PLU dan/atau
Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar.
2. Pengembalian ...
101
2. Pengembalian Prefund Debit
Setelah jam layanan pada Layanan Kliring Warkat Debit
dan Layanan Penagihan Reguler berakhir, Penyelenggara
melakukan pengembalian dana tunai (cash Prefund) ke
Rekening Setelmen Dana PLU dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Dalam hal saldo dana tunai (cash Prefund)
menunjukkan nilai positif maka Penyelenggara
mengembalikan saldo dana tunai (cash Prefund)
sebesar nilai positif ke Rekening Setelmen Dana PLU.
b. Dalam hal surat berharga (collateral Prefund) tidak
digunakan maka:
1) Peserta dapat memindahkan kembali surat
berharga (collateral Prefund) tersebut ke rekening
surat berharga PLU sesuai ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan BI-SSSS.
2) Dalam hal Peserta tidak memindahkan kembali
surat berharga (collateral Prefund) ke rekening
surat berharga PLU maka surat berharga
(collateral Prefund) tersebut akan diperhitungkan
sebagai komponen Prefund Debit untuk hari kerja
berikutnya.
3. Periode pengembalian Prefund
Pengembalian Prefund Kredit dan pengembalian Prefund
Debit dilakukan sesuai dengan periode waktu kegiatan
pengembalian Prefund sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.5.
VI. LAYANAN TRANSFER DANA
A. Prinsip Umum
1. Dalam hari operasional, Layanan Transfer Dana dilakukan
sesuai dengan jam layanan yang ditetapkan oleh
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.5.
R
e
k
e
n
i
n
g
…
2. Jenis ...
102
2. Jenis transfer dana yang dapat diperhitungkan dalam
Layanan Transfer Dana adalah transfer dana yang berasal
dari:
a. perintah transfer dana dari Peserta kepada Peserta
lainnya;
b. perintah transfer dana dari Peserta kepada nasabah
Peserta lainnya dan sebaliknya; dan
c. perintah transfer dana dari nasabah Peserta kepada
nasabah Peserta lainnya.
3. Transfer dana sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a
merupakan transaksi selain yang telah ditetapkan dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan Sistem BI-RTGS.
4. Nasabah sebagaimana dimaksud dalam butir 2.b dan butir
2.c meliputi:
a. nasabah pengirim dapat berupa nasabah yang
memiliki rekening dan yang tidak memiliki rekening di
Peserta pengirim; dan
b. nasabah penerima berupa nasabah yang memiliki
rekening di Peserta penerima.
5. Nilai nominal transfer dana sebagaimana dimaksud dalam
angka 2 dibatasi sesuai ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai batas nilai nominal transfer dana
melalui Sistem BI-RTGS dan SKNBI.
6. Transfer dana sebagaimana dimaksud dalam angka 2
diproses pada Layanan Transfer Dana dalam bentuk DKE
Transfer Dana yang dihasilkan dari SPK.
7. DKE Transfer Dana yang telah diterima oleh Penyelenggara
tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh Peserta.
8. Perhitungan Layanan Transfer Dana dilakukan
berdasarkan DKE Transfer Dana yang didukung dengan
dana yang cukup.
9. Setelmen Dana atas perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam angka 8 dilakukan ke Rekening Setelmen Dana PLU
dan/atau Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar.
10. Setelmen Dana sebagaimana dimaksud dalam angka 9
dilakukan 5 (lima) kali dalam 1 (satu) hari operasional.
B. Operasional ...
103
B. Operasional Layanan Transfer Dana
1. Pembuatan dan Pengiriman DKE Transfer Dana dan Batch
DKE Transfer Dana
a. Pembuatan DKE Transfer Dana
1) Pembuatan DKE Transfer Dana dilakukan oleh
Peserta dengan cara sebagai berikut:
a) input DKE Transfer Dana secara manual
melalui SPK; atau
b) interface DKE Transfer Dana dengan cara:
(1) import file dari media rekam elektronik
ke SPK; atau
(2) Straight Through Processing (STP) dari
sistem internal Peserta ke SPK.
2) Pembuatan DKE Transfer Dana sebagaimana
dimaksud dalam angka 1) mengacu pada buku
pedoman penggunaan aplikasi SPK.
b. Pembuatan batch DKE Transfer Dana
1) Pembuatan batch DKE Transfer Dana dilakukan
melalui SPK atau sistem internal Peserta.
2) Pembuatan batch DKE Transfer Dana oleh Peserta
mengacu pada buku pedoman penggunaan
aplikasi SPK.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
DKE Transfer Dana dan batch DKE Transfer Dana
1) Pengisian field kode transaksi pada DKE Transfer
Dana wajib mengacu pada kode transaksi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.9.
2) Field kode kota asal wajib diisi dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. untuk perintah transfer dana yang diterima
melalui over the counter, diisi dengan kode
kota kantor Peserta yang menerima perintah
transfer dana dari nasabah; atau
b. untuk perintah transfer dana yang dilakukan
melalui electronic channel, diisi dengan kode
kota dari kantor Peserta yang mengelola
electronic channel.
3) 1 ...
104
3) 1 (satu) batch DKE Transfer Dana paling banyak
berisi 200 (dua ratus) transaksi atau 1 (satu)
batch DKE Transfer Dana memiliki nilai nominal
paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah).
d. Pengiriman batch DKE Transfer Dana ke SSK
Batch DKE Transfer Dana sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dikirim ke SSK dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Pengiriman batch DKE Transfer Dana oleh Peserta
diatur sebagai berikut:
a) Pengiriman batch DKE Transfer Dana oleh
Peserta dilakukan melalui SPK.
b) Batch DKE Transfer Dana yang dikirim oleh
PLU dapat berupa:
(1) batch DKE Transfer Dana milik PLU
yang bersangkutan; dan/atau
(2) batch DKE Transfer Dana milik PTL
dalam hal PLU berfungsi sebagai Bank
Penerus.
c) Batch DKE Transfer Dana yang dikirim oleh
PLA hanya milik PLA yang bersangkutan.
2) Pengiriman batch DKE Transfer Dana dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan periode
waktu kegiatan pengiriman batch DKE Transfer
Dana yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
3) Dalam hal terjadi kegagalan pengiriman batch
DKE Transfer Dana maka Peserta dapat
mengirimkan kembali batch DKE Transfer Dana
tersebut selama periode waktu pengiriman batch
DKE Transfer Dana belum berakhir.
4) Atas pengiriman batch DKE Transfer Dana
sebagaimana dimaksud dalam angka 1), SSK
mengirimkan konfirmasi status pengiriman batch
DKE Transfer Dana ke SPK.
2. Mekanisme ...
105
2. Mekanisme Perhitungan dalam Layanan Transfer Dana
a. Selama periode waktu kegiatan pengiriman DKE
Transfer Dana, SSK melakukan perhitungan setiap
batch DKE Transfer Dana yang diterima dengan
memperhatikan kecukupan dana yang dimiliki oleh
Peserta.
b. Dana yang dimiliki oleh Peserta sebagaimana
dimaksud dalam huruf a bersumber dari:
1) dana tunai (cash Prefund) yang disediakan dalam
Prefund Kredit; dan
2) confirmed incoming DKE Transfer Dana yaitu DKE
Transfer Dana masuk dari Peserta lainnya yang
telah didukung dengan dana yang dimiliki oleh
Peserta lain tersebut.
c. DKE Transfer Dana yang dikirim oleh Peserta dan
didukung dengan dana sebagaimana dimaksud dalam
huruf b dinyatakan sebagai confirmed outgoing DKE
Transfer Dana.
3. Informasi Perhitungan Layanan Transfer Dana
a. Penyelenggara menyediakan informasi hasil
perhitungan dalam Layanan Transfer Dana
sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a yang dapat
diperoleh Peserta melalui SPK secara seketika.
b. Dalam hal PLU berfungsi sebagai Bank Penerus maka
informasi hasil perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a mencakup hasil perhitungan PLU dan
PTL.
c. Apabila berdasarkan informasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a masih terdapat DKE Transfer
Dana yang belum dapat diperhitungkan (unconfirmed
DKE Transfer Dana) karena belum didukung dengan
dana yang cukup maka Peserta wajib menambah
Prefund Kredit sampai batas waktu yang ditetapkan
oleh Penyelenggara. Tata cara penambahan Prefund
Kredit sebagaimana dimaksud dalam butir V.D.1.
4. Setelmen ...
106
4. Setelmen Hasil Perhitungan Akhir dalam Layanan Transfer
Dana
a. Setelah batas waktu penambahan Prefund Kredit
berakhir, Penyelenggara melakukan perhitungan akhir
untuk masing-masing Peserta.
b. Dalam hal setelah berakhirnya batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam huruf a Peserta masih
memiliki unconfirmed DKE Transfer Dana maka
mekanisme penyelesaiannya mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam angka 5.
c. Dalam hal PLU berfungsi sebagai Bank Penerus maka
hasil perhitungan akhir sebagaimana dimaksud dalam
huruf a mencakup hasil perhitungan akhir PLU dan
PTL.
d. Penyelenggara melakukan Setelmen Dana atas hasil
perhitungan akhir sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ke Rekening Setelmen Dana PLU dan/atau
Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar sebesar nilai
hasil perhitungan akhir Layanan Transfer Dana.
5. Penyelesaian Unconfirmed DKE Transfer Dana
a. Dalam hal terdapat unconfirmed DKE Transfer Dana
sebagaimana dimaksud dalam butir 4.b, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
1) apabila unconfirmed DKE Transfer Dana terjadi
sebelum Setelmen Dana periode terakhir maka
unconfirmed DKE Transfer Dana tersebut akan
diperhitungkan secara otomatis ke periode
Setelmen Dana berikutnya; dan
2) apabila pada Setelmen Dana terakhir masih
terdapat unconfirmed DKE Transfer Dana maka
unconfirmed DKE Transfer Dana tersebut tidak
diperhitungkan oleh SSK.
b. Penyelesaian unconfirmed DKE Transfer Dana
sebagaimana dimaksud dalam butir a.2) dapat
dilakukan dengan mengirimkan kembali unconfirmed
DKE Transfer Dana tersebut pada hari kerja
berikutnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Peserta ...
107
1) Peserta pengirim melaporkan hasil penyelesaian
unconfirmed DKE Transfer Dana kepada
Penyelenggara paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
tanggal penyelesaian, dengan menggunakan
format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.10.
2) Peserta pengirim memberikan kompensasi, jasa,
dan/atau bunga kepada nasabah dengan
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai perlindungan nasabah
pengguna SKNBI.
6. Penerusan Dana kepada Nasabah Penerima
Peserta penerima wajib meneruskan dana kepada nasabah
penerima sesuai amanat dalam DKE Transfer Dana yang
diterima dari Peserta pengirim sesuai batas waktu yang
ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai perlindungan nasabah pengguna
SKNBI.
VII. LAYANAN KLIRING WARKAT DEBIT
A. Prinsip Umum
1. Dalam 1 (satu) hari operasional, Layanan Kliring Warkat
Debit dilakukan dalam 4 (empat) zona sesuai dengan jam
layanan yang ditetapkan oleh Penyelenggara sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.5.
2. Layanan Kliring Warkat Debit dalam setiap zona terdiri
atas Kliring Penyerahan dan Kliring Pengembalian, yang
merupakan satu kesatuan siklus Layanan Kliring Warkat
Debit.
3. Warkat Debit yang dapat diperhitungkan dalam Layanan
Kliring Warkat Debit adalah Warkat Debit berupa cek,
bilyet giro, nota debit, dan Warkat Debit lainnya yang telah
disetujui oleh Penyelenggara untuk dikliringkan.
4. Warkat Debit sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dapat
dikliringkan oleh Peserta ke seluruh Wilayah Kliring
sepanjang Peserta yang menerbitkan Warkat Debit
memiliki Perwakilan Peserta di wilayah tersebut.
5. Nilai ...
108
5. Nilai nominal Warkat Debit sebagaimana dimaksud dalam
angka 3 tidak dibatasi.
6. Warkat Debit sebagaimana dimaksud dalam angka 3
diproses pada Layanan Kliring Warkat Debit dalam bentuk
DKE Warkat Debit yang dihasilkan dari SPK.
7. DKE Warkat Debit yang telah diterima oleh Penyelenggara
tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh Peserta.
8. DKE Warkat Debit yang telah dikirim oleh Peserta harus
diikuti dengan penyampaian Warkat Debit kepada Peserta
penerima di Wilayah Kliring dimana Warkat Debit tersebut
dikliringkan.
9. Penyampaian Warkat Debit kepada Peserta penerima
sebagaimana dimaksud dalam angka 8 dilakukan melalui
pertukaran Warkat Debit sesuai mekanisme sebagaimana
diatur dalam angka XII.
10. Perhitungan Layanan Kliring Warkat Debit dilakukan
berdasarkan DKE Warkat Debit yang didukung dengan
dana yang cukup.
11. Setelmen Dana atas perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam angka 10 dilakukan ke Rekening Setelmen Dana
masing-masing Peserta.
12. Setelmen Dana sebagaimana dimaksud dalam angka 11
dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) hari operasional
untuk setiap zona.
B. Operasional Layanan Kliring Warkat Debit pada setiap Zona
1. Pembuatan dan Pengiriman DKE Warkat Debit dan Batch
DKE Warkat Debit
a. Kliring Penyerahan
1) Pembuatan DKE Warkat Debit
a) Pembuatan DKE Warkat Debit dilakukan oleh
Peserta dengan cara sebagai berikut:
(1) input DKE Warkat Debit secara manual
melalui SPK; atau
(2) interface DKE Warkat Debit dengan cara:
(a) import file dari media rekam
elektronik ke SPK; atau
(b) Straight ...
109
(b) Straight Through Processing (STP)
dari sistem internal Peserta ke SPK.
b) Pembuatan DKE Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) mengacu pada
buku pedoman penggunaan aplikasi SPK.
2) Pembuatan batch DKE Warkat Debit
a) Pembuatan batch DKE Warkat Debit
dilakukan melalui SPK atau sistem internal
Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Warkat Debit oleh
Peserta harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan buku pedoman penggunaan aplikasi
SPK.
3) Pengiriman batch DKE Warkat Debit ke SSK
Batch DKE Warkat Debit sebagaimana dimaksud
dalam angka 2) dikirim ke SSK dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Pengiriman batch DKE Warkat Debit ke SSK
dilakukan melalui SPK.
b) Pengiriman batch DKE Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a) harus
diikuti dengan penyampaian fisik Warkat
Debit kepada Peserta penerima.
c) Pengiriman batch DKE Warkat Debit dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
periode waktu kegiatan pengiriman batch
DKE Warkat Debit yang ditetapkan oleh
Penyelenggara.
d) Dalam hal terjadi kegagalan pengiriman batch
DKE Warkat Debit maka Peserta dapat
mengirimkan kembali batch DKE Warkat
Debit tersebut sepanjang periode waktu
kegiatan pengiriman batch DKE Warkat Debit
belum berakhir.
e) Atas ...
110
e) Atas pengiriman batch DKE Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a), SSK
akan mengirimkan konfirmasi status
pengiriman batch DKE Warkat Debit ke SPK.
b. Kliring Pengembalian
1) Proses Verifikasi
a) Peserta melakukan verifikasi terhadap DKE
Warkat Debit yang diterima dari SSK pada
Kliring Penyerahan.
b) Dalam hal terdapat DKE Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a) yang
harus dikembalikan maka pengembalian DKE
Warkat Debit tersebut dilakukan melalui
Kliring Pengembalian sesuai dengan alasan
penolakan DKE Warkat Debit sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II.11.
2) Pembuatan DKE Warkat Debit
a) Pembuatan DKE Warkat Debit pada Kliring
Pengembalian sebagaimana dimaksud dalam
butir 1)b) dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
(1) input DKE Warkat Debit secara manual
melalui SPK; atau
(2) interface DKE Warkat Debit dengan cara:
(a) import file dari media rekam
elektronik ke SPK; atau
(b) Straight Through Processing (STP)
dari sistem internal Peserta ke SPK.
b) Pembuatan DKE Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) disertai alasan
penolakan dengan mengacu pada buku
pedoman penggunaan aplikasi SPK.
3) Pembuatan Batch DKE Warkat Debit
a) Pembuatan batch DKE Warkat Debit
dilakukan melalui SPK atau sistem internal
Peserta.
b) Pembuatan ...
111
b) Pembuatan batch DKE Warkat Debit oleh
Peserta harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan buku pedoman penggunaan aplikasi
SPK.
4) Pengiriman batch DKE Warkat Debit ke SSK
Batch DKE Warkat Debit sebagaimana dimaksud
dalam angka 3) dikirim ke SSK dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Pengiriman batch DKE Warkat Debit ke SSK
dilakukan melalui SPK.
b) Pengiriman batch DKE Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a) harus
diikuti dengan penyampaian fisik Warkat
Debit kepada Peserta pengirim.
c) Pengiriman batch DKE Warkat Debit dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
waktu periode pengiriman batch DKE Warkat
Debit yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
d) Dalam hal terjadi kegagalan pengiriman batch
DKE Warkat Debit maka Peserta dapat
mengirimkan kembali batch DKE Warkat
Debit tersebut sepanjang periode waktu
kegiatan pengiriman batch DKE Warkat Debit
belum berakhir.
e) Atas pengiriman batch DKE Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a), SSK
akan mengirimkan konfirmasi status
pengiriman batch DKE Warkat Debit ke SPK.
2. Mekanisme Perhitungan dalam Layanan Kliring Warkat
Debit
a. Setelah jam Layanan Kliring Pengembalian berakhir,
Penyelenggara melakukan perhitungan Layanan
Kliring Warkat Debit dengan memperhatikan
kecukupan dana yang dimiliki oleh masing-masing
Peserta.
b. Perhitungan Layanan Kliring Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1) Melakukan ...
112
1) Melakukan perhitungan tagihan atas DKE Warkat
Debit outgoing pada Kliring Penyerahan dengan
DKE Warkat Debit incoming pada Kliring
Pengembalian untuk masing-masing Peserta
pengirim.
2) Melakukan perhitungan kewajiban atas DKE
Warkat Debit incoming pada Kliring Penyerahan
dari Peserta lain dengan DKE Warkat Debit
outgoing pada Kliring Pengembalian yang dikirim
oleh Peserta yang bersangkutan.
3) Melakukan netting antara hasil perhitungan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dengan
hasil perhitungan sebagaimana dimaksud dalam
angka 2).
c. Hasil perhitungan sebagaimana dimaksud dalam butir
b.3) dapat berupa:
1) net kredit yaitu apabila total tagihan lebih besar
dari total kewajiban Peserta;
2) net nihil yaitu apabila total tagihan sama dengan
total kewajiban Peserta; atau
3) net debit yaitu apabila total tagihan lebih kecil
dari total kewajiban Peserta.
d. Dalam hal hasil perhitungan kliring menunjukkan net
kredit sebagaimana dimaksud dalam butir c.1) atau
net nihil sebagaimana dimaksud dalam butir c.2),
seluruh DKE Warkat Debit yang diterima dinyatakan
sebagai confirmed incoming DKE Warkat Debit.
e. Dalam hal hasil perhitungan kliring menunjukkan net
debit sebagaimana dimaksud dalam butir c.3),
dilakukan perhitungan terhadap dana pada Prefund
Debit, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) DKE Warkat Debit yang diterima oleh Peserta dan
didukung dengan dana yang cukup dinyatakan
sebagai confirmed incoming DKE Warkat Debit.
2) Dalam hal DKE Warkat Debit yang diterima oleh
Peserta tidak didukung dengan dana yang cukup,
dinyatakan sebagai unconfirmed incoming DKE
Warkat ...
113
Warkat Debit dan dikeluarkan dari perhitungan
Layanan Kliring Warkat Debit.
3. Informasi Perhitungan Layanan Kliring Warkat Debit
a. Penyelenggara menyediakan informasi hasil
perhitungan Layanan Kliring Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam butir 2.c yang dapat
diperoleh Peserta melalui SPK sesuai periode waktu
yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
b. Apabila berdasarkan informasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a ketersediaan dana Prefund
Debit tidak mencukupi untuk menyelesaikan
perhitungan net debit maka Peserta wajib menambah
Prefund Debit sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan oleh Penyelenggara dengan mengacu pada
ketentuan mengenai penambahan Prefund Debit
sebagaimana dimaksud dalam butir V.D.2.
4. Setelmen Dana Hasil Perhitungan Akhir dalam Layanan
Kliring Warkat Debit
a. Setelah batas waktu penambahan Prefund Debit
berakhir, Penyelenggara melakukan perhitungan akhir
untuk masing-masing Peserta.
b. Dalam hal Peserta tidak melakukan penambahan
Prefund Debit sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan oleh Penyelenggara maka DKE Warkat
Debit yang tidak didukung dengan Prefund Debit yang
cukup (unconfirmed DKE Warkat Debit) tidak
diperhitungkan dan selanjutnya dibatalkan oleh SSK.
c. Penyelenggara melakukan Setelmen Dana atas
perhitungan akhir sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ke Rekening Setelmen Dana masing-masing
Peserta dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila hasil perhitungan akhir menunjukkan net
kredit maka Setelmen Dana dilakukan dengan
mengkredit Rekening Setelmen Dana Peserta
sebesar total nilai net kredit.
2) Apabila hasil perhitungan akhir menunjukkan net
nihil maka Setelmen Dana dilakukan dengan
mengkredit ...
114
mengkredit Rekening Setelmen Dana Peserta
sebesar nilai net nihil.
3) Apabila hasil perhitungan akhir menunjukkan net
debit maka penyelesaian atas net debit tersebut
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Posisi net debit akan mengurangi saldo dana
tunai (cash Prefund).
b) Dalam hal hasil pengurangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) menunjukkan
selisih positif atau selisih nihil maka
Setelmen Dana dilakukan sebesar nilai nihil.
c) Dalam hal hasil pengurangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) menunjukkan
selisih negatif maka Setelmen Dana
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(1) Mendebit Rekening Setelmen Dana
Peserta yang bersangkutan sebesar
selisih negatif tersebut.
(2) Dalam hal Rekening Setelmen Dana
Peserta yang bersangkutan sebagaimana
pada angka (1) tidak mencukupi untuk
menutup selisih negatif tersebut maka
kekurangan dari selisih negatif yang
telah diperhitungkan dengan dana pada
Rekening Setelmen Peserta, dipenuhi
dengan surat berharga (collateral
Prefund). Mekanisme penggunaan surat
berharga (collateral Prefund) mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai tata cara
penggunaan fasilitas likuiditas intrahari.
5. Penyelesaian Unconfirmed DKE Warkat Debit
a. Unconfirmed DKE Warkat Debit merupakan DKE
Warkat Debit yang tidak diperhitungkan karena tidak
didukung dengan dana yang cukup dari Peserta
penerima.
b. Warkat ...
115
b. Warkat Debit dari unconfirmed DKE Warkat Debit
harus dikembalikan oleh Peserta penerima kepada
Peserta pengirim melalui Perwakilan Peserta, dalam
hal Warkat Debit tersebut tidak memenuhi
persyaratan untuk dilakukan pembayaran.
c. Peserta pengirim yang menerima unconfirmed DKE
Warkat Debit harus menyelesaikan kewajiban
pembayaran Warkat Debit sepanjang Warkat Debit
tersebut memenuhi persyaratan untuk dilakukan
pembayaran dan tersedia dana nasabah penarik yang
cukup pada Peserta penerima.
d. Penyelesaian kewajiban pembayaran Warkat Debit
sebagaimana dalam huruf c dilakukan segera dengan
memperhatikan kesepakatan antar Peserta
sebagaimana diatur dalam peraturan asosiasi sistem
pembayaran di Indonesia.
e. Peserta penerima sebagaimana dimaksud dalam huruf
a harus melaporkan tindak lanjut dan hasil
penyelesaian unconfirmed DKE Warkat Debit kepada
Penyelenggara paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
tanggal penyelesaian unconfirmed DKE Warkat Debit,
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.10.
6. Penerusan Dana kepada Nasabah Penerima
Peserta pengirim wajib meneruskan dana kepada nasabah
penerima sesuai amanat dalam Warkat Debit sesuai batas
waktu yang ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai perlindungan nasabah pengguna
SKNBI.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operasional
Layanan Warkat Debit:
a. Pembuatan DKE Warkat Debit dan batch DKE Warkat
Debit
1) Pengisian field kode transaksi pada DKE Warkat
Debit wajib mengacu pada kode transaksi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.9.
2) Field ...
116
2) Field kode kota asal wajib diisi dengan kode kota
kantor Peserta yang menerima Warkat Debit dari
nasabah yang akan dikliringkan dalam Layanan
Kliring Warkat Debit.
3) 1 (satu) batch DKE Warkat Debit paling banyak
berisi 200 (dua ratus) transaksi atau 1 (satu)
batch DKE Warkat Debit memiliki nilai nominal
kurang dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun
rupiah).
b. Penolakan Warkat Debit karena adanya tindak pidana
Dalam hal Warkat Debit ditolak karena diduga terkait
suatu tindak pidana sesuai dengan surat keterangan
dari pihak yang berwenang, berlaku ketentuan sebagai
berikut:
1) Peserta penerima harus menahan Warkat Debit
dan membuat surat keterangan yang menyatakan
bahwa Peserta penerima telah menerima serta
menahan Warkat Debit tersebut karena diduga
terkait tindak pidana sesuai bukti lapor yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.12.
2) Pada saat Kliring Pengembalian, Peserta penerima
menyampaikan:
a) surat keterangan penahanan Warkat Debit
dalam rangkap 2 (dua);
b) fotokopi bukti lapor yang dikeluarkan oleh
pihak yang berwenang; dan
c) fotokopi Warkat Debit,
kepada Peserta pengirim.
3) Berdasarkan dokumen yang diterima Peserta
pengirim dari Peserta penerima pada Kliring
Pengembalian, Peserta pengirim menyampaikan
surat keterangan asli sebagaimana dimaksud
dalam butir 2)a) kepada nasabah penagih.
c. Penolakan ...
117
c. Penolakan Warkat Debit di luar mekanisme Kliring
Pengembalian
Dalam hal Peserta penerima dalam Kliring Penyerahan
tidak dapat melakukan penolakan Warkat Debit yang
seharusnya ditolak melalui mekanisme Kliring
Pengembalian, antara lain karena adanya Keadaan
Tidak Normal di Peserta penerima maka Peserta
penerima harus segera menginformasikan hal tersebut
kepada Peserta pengirim yang bersangkutan untuk
diselesaikan secara bilateral.
VIII. LAYANAN PEMBAYARAN REGULER
A. Prinsip Umum
1. Dalam 1 (satu) hari operasional, Layanan Pembayaran
Reguler dilakukan sebanyak 2 (dua) periode sesuai dengan
jam layanan yang ditetapkan oleh Penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
2. Jenis transfer dana yang dapat diperhitungkan dalam
Layanan Pembayaran Reguler adalah transfer dana yang
berasal dari:
a. perintah transfer dana dari 1 (satu) Peserta pengirim
kepada 1 (satu) atau lebih nasabah di Peserta
penerima;
b. perintah transfer dana dari 1 (satu) atau lebih
nasabah di Peserta pengirim kepada 1 (satu) Peserta
penerima;
c. perintah transfer dana dari 1 (satu) nasabah di Peserta
pengirim kepada 1 (satu) atau lebih nasabah di
Peserta penerima; dan
d. perintah transfer dana dari 1 (satu) atau lebih
nasabah di Peserta pengirim kepada 1 (satu) nasabah
di Peserta penerima.
3. Nasabah sebagaimana dimaksud dalam angka 2 adalah
nasabah yang memiliki rekening di Peserta.
4. Nilai nominal transfer dana sebagaimana dimaksud dalam
angka 2 dibatasi paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) per rincian transaksi.
5. Transfer ...
118
5. Transfer dana sebagaimana dimaksud dalam angka 2
diproses pada Layanan Pembayaran Reguler dalam bentuk
DKE Pembayaran yang dihasilkan dari SPK.
6. DKE Pembayaran yang telah diterima oleh Penyelenggara
tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh Peserta.
7. Perhitungan Layanan Pembayaran Reguler dilakukan
berdasarkan DKE Pembayaran yang didukung dengan
dana yang cukup.
8. Setelmen Dana atas perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam angka 7 dilakukan ke Rekening Setelmen Dana PLU
dan/atau Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar.
9. Setelmen Dana sebagaimana dimaksud dalam angka 8
dilakukan 1 (satu) kali dalam setiap periode Layanan
Pembayaran Regular.
B. Operasional Layanan Pembayaran Reguler pada Setiap Periode
1. Pembuatan dan Pengiriman DKE Pembayaran dan Batch
DKE Pembayaran
a. Pembuatan DKE Pembayaran
1) Pembuatan DKE Pembayaran dilakukan oleh
Peserta dengan cara sebagai berikut:
a) Input DKE Pembayaran secara manual
melalui SPK; atau
b) interface DKE Pembayaran dengan cara:
(1) import file dari media rekam elektronik
ke SPK; atau
(2) Straight Through Processing (STP) dari
sistem internal Peserta ke SPK.
2) Pembuatan DKE Pembayaran sebagaimana
dimaksud dalam angka 1) mengacu pada buku
pedoman penggunaan aplikasi SPK.
b. Pembuatan batch DKE Pembayaran
1) Pembuatan batch DKE Pembayaran dilakukan
melalui SPK atau sistem internal Peserta.
2) Pembuatan batch DKE Pembayaran oleh Peserta
mengacu pada buku pedoman penggunaan
aplikasi SPK.
c. Hal-hal ...
119
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
DKE Pembayaran dan batch DKE Pembayaran
1) Pengisian field kode transaksi pada DKE
Pembayaran wajib mengacu pada kode transaksi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.9.
2) Field kode kota asal wajib diisi dengan kode kota
kantor Peserta yang menerima perintah transfer
dana dari nasabah.
3) 1 (satu) batch DKE Pembayaran paling banyak
berisi 10 (sepuluh) DKE Pembayaran atau 1 (satu)
batch DKE Pembayaran memiliki nilai nominal
paling banyak Rp500.000.000.000,00 (lima ratus
miliar rupiah).
4) Dalam 1 (satu) DKE Pembayaran paling banyak
berisi 100 (seratus) rincian transaksi.
d. Pengiriman batch DKE Pembayaran ke SSK
Batch DKE Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
huruf b dikirim ke SSK dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Pengiriman batch DKE Pembayaran oleh Peserta
diatur sebagai berikut:
a) Pengiriman batch DKE Pembayaran oleh
Peserta dilakukan melalui SPK.
b) Batch DKE Pembayaran yang dikirim oleh
PLU dapat berupa:
(1) batch DKE Pembayaran milik PLU yang
bersangkutan; dan/atau
(2) batch DKE Pembayaran milik PTL dalam
hal PLU berfungsi sebagai Bank Penerus.
c) Batch DKE Pembayaran yang dikirim oleh
PLA hanya milik PLA yang bersangkutan.
2) Pengiriman batch DKE Pembayaran dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan periode
waktu kegiatan pengiriman batch DKE
Pembayaran yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
3) Dalam ...
120
3) Dalam hal terjadi kegagalan pengiriman batch
DKE Pembayaran maka Peserta dapat
mengirimkan kembali batch DKE Pembayaran
sepanjang periode waktu pengiriman batch DKE
Pembayaran belum berakhir.
4) Atas pengiriman batch DKE Pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam angka 1), SSK
akan mengirimkan konfirmasi status pengiriman
batch DKE Pembayaran ke SPK.
2. Mekanisme Perhitungan dalam Layanan Pembayaran
Reguler
a. Selama periode waktu kegiatan pengiriman DKE
Pembayaran, SSK melakukan perhitungan setiap
batch DKE Pembayaran yang diterima dengan
memperhatikan kecukupan dana yang dimiliki oleh
Peserta.
b. Dana yang dimiliki oleh Peserta sebagaimana
dimaksud dalam huruf a bersumber dari:
1) dana tunai (cash Prefund) yang disediakan dalam
Prefund Kredit; dan
2) confirmed incoming DKE Pembayaran, yaitu DKE
Pembayaran masuk dari Peserta lainnya yang
telah didukung dengan dana yang dimiliki oleh
Peserta lain tersebut.
c. DKE Pembayaran yang dikirim oleh Peserta dan
didukung dengan dana sebagaimana dimaksud dalam
huruf b dinyatakan sebagai confirmed outgoing DKE
Pembayaran.
3. Informasi Perhitungan Layanan Pembayaran Reguler
a. Penyelenggara menyediakan informasi hasil
perhitungan Layanan Pembayaran Reguler
sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a yang dapat
diperoleh Peserta melalui SPK secara seketika.
b. Dalam hal PLU berfungsi sebagai Bank Penerus maka
informasi hasil perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a mencakup hasil perhitungan PLU dan
PTL.
c. Apabila ...
121
c. Apabila berdasarkan informasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a masih terdapat DKE
Pembayaran yang belum dapat diperhitungkan
(unconfirmed DKE Pembayaran) karena belum
didukung dengan dana yang cukup maka Peserta
wajib menambah Prefund Kredit sampai batas waktu
yang ditetapkan oleh Penyelenggara. Tata cara
penambahan Prefund Kredit sebagaimana dimaksud
dalam butir V.D.1.
4. Setelmen Hasil Perhitungan Akhir dalam Layanan
Pembayaran Reguler
a. Setelah batas waktu penambahan Prefund Kredit
berakhir, Penyelenggara melakukan perhitungan akhir
untuk masing-masing Peserta.
b. Dalam hal setelah berakhirnya batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam huruf a Peserta masih
memiliki unconfirmed DKE Pembayaran maka
mekanisme penyelesaiannya mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam angka 5.
c. Dalam hal PLU berfungsi sebagai Bank Penerus maka
hasil perhitungan akhir sebagaimana dimaksud dalam
huruf a mencakup hasil perhitungan akhir PLU dan
PTL.
d. Penyelenggara melakukan Setelmen Dana atas hasil
perhitungan akhir sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ke Rekening Setelmen Dana PLU dan/atau
Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar sebesar nilai
hasil perhitungan akhir Layanan Pembayaran Reguler.
5. Penyelesaian Unconfirmed DKE Pembayaran Reguler
a. Dalam hal terdapat unconfirmed DKE Pembayaran
pada periode pertama maka unconfirmed DKE
Pembayaran tersebut tidak secara otomatis akan
diteruskan ke periode selanjutnya. Peserta harus
mengirimkan kembali unconfirmed DKE Pembayaran
tersebut pada periode kedua.
b. Dalam ...
122
b. Dalam hal terdapat unconfirmed DKE Pembayaran
pada periode kedua maka Peserta harus mengirimkan
kembali unconfirmed DKE Pembayaran tersebut pada
hari kerja berikutnya.
c. Dalam hal penyelesaian unconfirmed DKE Pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan pada
hari kerja berikutnya, berlaku ketentuan sebagai
berikut:
1) Peserta pengirim melaporkan hasil penyelesaian
unconfirmed DKE Pembayaran kepada
Penyelenggara paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
tanggal penyelesaian, dengan menggunakan
format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.10.
2) Peserta pengirim memberikan kompensasi, jasa,
dan/atau bunga kepada nasabah dengan
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai perlindungan kepada
nasabah pengguna SKNBI.
6. Penerusan Dana kepada Nasabah Penerima
Peserta penerima wajib meneruskan dana kepada nasabah
penerima sesuai amanat dalam DKE Pembayaran yang
diterima dari Peserta pengirim, sesuai batas waktu yang
ditentukan dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai perlindungan nasabah pengguna
SKNBI.
IX. LAYANAN PENAGIHAN REGULER
A. Prinsip Umum
1. Dalam 1 (satu) hari operasional, Layanan Penagihan
Reguler dilakukan dalam 1 (satu) periode sesuai dengan
jam layanan yang ditetapkan oleh Penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5.
2. Layanan Penagihan Reguler terdiri atas Penyerahan
Tagihan dan Pengembalian Tagihan yang merupakan satu
kesatuan siklus Layanan Penagihan Reguler.
3. Transfer ...
123
3. Transfer debit yang dapat diperhitungkan dalam Layanan
Penagihan Reguler adalah transfer debit berupa tagihan
rutin dari 1 (satu) nasabah di Peserta penagih untuk
mendebit beberapa rekening nasabah di Peserta tertagih.
4. Dalam melaksanakan transfer debit sebagaimana
dimaksud dalam angka 3, harus dilakukan berdasarkan:
a. perjanjian Peserta penagih dengan nasabah penagih
untuk meneruskan DKE Penagihan kepada Peserta
tertagih; dan
b. standing instruction dari nasabah tertagih kepada
Peserta tertagih untuk melakukan pendebitan
rekening dengan menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.13, yang dibuat
sebanyak 3 (tiga) rangkap untuk kepentingan sebagai
berikut:
1) 1 (satu) lembar asli untuk Peserta tertagih,
sebagai kuasa pendebitan rekening nasabah
tertagih; dan
2) 2 (dua) lembar salinan masing-masing untuk
nasabah tertagih dan nasabah penagih.
5. Standing instruction sebagaimana dimaksud dalam butir
4.b harus memuat nomor referensi standing instruction
yang terdiri dari paling banyak 35 (tiga puluh lima) digit
diawali dengan 4 (empat) digit pertama kode Peserta
tertagih.
6. Seluruh Peserta harus menerima dan memproses
permintaan dari nasabah tertagih untuk melaksanakan
transfer debit sebagaimana dimaksud dalam angka 4.
7. Nilai nominal transfer debit sebagaimana dimaksud dalam
angka 3 dibatasi paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) per rincian transaksi.
8. Transfer debit sebagaimana dimaksud dalam angka 3
diproses pada Layanan Penagihan Reguler dalam bentuk
DKE Penagihan yang dihasilkan dari SPK.
9. DKE Penagihan yang telah diterima oleh Penyelenggara
tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh Peserta.
10. Perhitungan ...
124
10. Perhitungan Layanan Penagihan Reguler dilakukan
berdasarkan DKE Penagihan yang didukung dengan dana
yang cukup.
11. Setelmen Dana atas perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam angka 9 dilakukan ke Rekening Setelmen Dana
masing-masing Peserta.
12. Setelmen Dana sebagaimana dimaksud dalam angka 10
dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) hari operasional.
B. Operasional Layanan Penagihan Reguler
1. Pembuatan dan Pengiriman DKE Penagihan dan Batch
DKE Penagihan
a. Penyerahan Tagihan
1) Pembuatan DKE Penagihan
a) Pembuatan DKE Penagihan dilakukan oleh
Peserta dengan cara sebagai berikut:
(1) input DKE Penagihan secara manual
melalui SPK; atau
(2) interface DKE Penagihandengan cara:
(a) import file dari media rekam
elektronik ke SPK; atau
(b) Straight Through Processing (STP)
dari sistem internal Peserta ke SPK.
b) Pembuatan DKE Penagihan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) mengacu pada
buku pedoman penggunaan aplikasi SPK.
2) Pembuatan batch DKE Penagihan
a) Pembuatan batch DKE Penagihan dilakukan
melalui SPK atau sistem internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Penagihan oleh
Peserta harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan buku pedoman penggunaan aplikasi
SPK.
3) Pengiriman batch DKE Penagihan ke SSK
Batch DKE Penagihan sebagaimana dimaksud
dalam angka 2) dikirim ke SSK dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Pengiriman ...
125
a) Pengiriman batch DKE Penagihan ke SSK
dilakukan melalui SPK.
b) Pengiriman batch DKE Penagihan dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
periode waktu kegiatan pengiriman batch
DKE Penagihan yang ditetapkan oleh
Penyelenggara.
c) Dalam hal terjadi kegagalan pengiriman batch
DKE Penagihan maka Peserta dapat
mengirimkan kembali batch DKE Penagihan
tersebut sepanjang periode waktu kegiatan
pengiriman batch DKE Penagihan belum
berakhir.
d) Atas pengiriman batch DKE Penagihan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a), SSK
akan mengirimkan konfirmasi status
pengiriman batch DKE Penagihan ke SPK.
b. Pengembalian Tagihan
1) Proses Verifikasi
a) Peserta melakukan verifikasi terhadap DKE
Penagihan yang diterima dari SSK pada
Penyerahan Tagihan.
b) Dalam hal terdapat DKE Penagihan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a) yang
harus dikembalikan maka pengembalian DKE
Penagihan tersebut dilakukan melalui
Pengembalian Tagihan sesuai dengan alasan
penolakan DKE Penagihan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II.14.
2) Pembuatan DKE Penagihan
a) Pembuatan DKE Penagihan pada
Pengembalian Tagihan sebagaimana
dimaksud dalam butir 1)b) dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
(1) input DKE Penagihan secara manual
melalui SPK; atau
(2) interface ...
126
(2) interface DKE Penagihan dengan cara:
(a) import file dari media rekam
elektronik ke SPK; atau
(b) Straight Through Processing (STP)
dari sistem internal Peserta ke SPK.
b) Pembuatan DKE Penagihan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) disertai alasan
penolakan dengan mengacu pada buku
pedoman penggunaan aplikasi SPK.
3) Pembuatan batch DKE Penagihan
a) Pembuatan batch DKE Penagihan dilakukan
melalui SPK atau sistem internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Penagihan oleh
Peserta harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan buku pedoman penggunaan aplikasi
SPK.
4) Pengiriman batch DKE Penagihan ke SSK
Batch DKE Penagihan sebagaimana dimaksud
dalam angka 3) dikirim ke SSK dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Pengiriman batch DKE Penagihan ke SSK
dilakukan melalui SPK.
b) Pengiriman batch DKE Penagihan dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
periode waktu kegiatan pengiriman batch
DKE Penagihan yang ditetapkan oleh
Penyelenggara.
c) Dalam hal terjadi kegagalan pengiriman
batch DKE Penagihan maka Peserta dapat
mengirimkan kembali batch DKE Penagihan
tersebut sepanjang periode waktu kegiatan
pengiriman batch DKE Penagihan belum
berakhir.
d) Atas pengiriman batch DKE Penagihan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a), SSK
akan mengirimkan konfirmasi status
pengiriman batch DKE Penagihan ke SPK.
2. Mekanisme ...
127
2. Mekanisme Perhitungan dalam Layanan Penagihan Reguler
a. Setelah jam Layanan Penagihan Reguler berakhir,
Penyelenggara melakukan perhitungan Layanan
Penagihan Reguler dengan memperhatikan kecukupan
dana yang dimiliki oleh masing-masing Peserta.
b. Perhitungan Layanan Penagihan Reguler
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1) Melakukan perhitungan tagihan atas DKE
Penagihan outgoing pada Penyerahan Tagihan
dengan DKE Penagihan incoming pada
Pengembalian Tagihan untuk masing-masing
Peserta pengirim.
2) Melakukan perhitungan kewajiban atas DKE
Penagihan incoming pada Penyerahan Tagihan
dari Peserta lain dengan DKE Penagihan outgoing
pada Pengembalian Tagihan yang dikirim oleh
Peserta yang bersangkutan.
3) Melakukan netting antara hasil perhitungan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dengan
hasil perhitungan sebagaimana dimaksud dalam
angka 2).
c. Hasil perhitungan sebagaimana dimaksud dalam butir
b.3) dapat berupa:
1) net kredit yaitu apabila total tagihan lebih besar
dari total kewajiban Peserta;
2) net nihil yaitu apabila total tagihan sama dengan
total kewajiban Peserta; atau
3) net debit yaitu apabila total tagihan lebih kecil
dari total kewajiban Peserta.
d. Dalam hal hasil perhitungan kliring menunjukkan net
kredit sebagaimana dimaksud dalam butir c.1) atau
net nihil sebagaimana dimaksud dalam butir c.2),
seluruh DKE Penagihan yang diterima dinyatakan
sebagai confirmed incoming DKE Penagihan.
e. Dalam hal hasil perhitungan kliring menunjukkan net
debit sebagaimana dimaksud dalam butir c.3),
dilakukan ...
128
dilakukan perhitungan terhadap dana pada Prefund
Debit, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) DKE Penagihan yang diterima oleh Peserta dan
didukung dengan dana yang cukup dinyatakan
sebagai confirmed incoming DKE Penagihan.
2) Dalam hal DKE Penagihan yang diterima oleh
Peserta tidak didukung dengan dana yang cukup,
dinyatakan sebagai unconfirmed incoming DKE
Penagihan dan dikeluarkan dari perhitungan
Layanan Penagihan Reguler.
3. Informasi Perhitungan Layanan Penagihan Reguler
a. Penyelenggara menyediakan informasi hasil
perhitungan Layanan Penagihan Reguler sebagaimana
dimaksud dalam butir 2.c yang dapat diperoleh
Peserta melalui SPK sesuai periode waktu yang
ditetapkan oleh Penyelenggara.
b. Apabila berdasarkan informasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a ketersediaan dana Prefund
Debit tidak mencukupi untuk menyelesaikan
perhitungan net debit maka Peserta wajib menambah
Prefund Debit sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan oleh Penyelenggara dengan mengacu pada
ketentuan mengenai penambahan Prefund Debit
sebagaimana dimaksud dalam butir V.D.2.
4. Setelmen Dana Hasil Perhitungan Akhir dalam Layanan
Penagihan Reguler
a. Setelah batas waktu penambahan Prefund Debit
berakhir, Penyelenggara melakukan perhitungan akhir
untuk masing-masing Peserta.
b. Dalam hal Peserta tidak melakukan penambahan
Prefund Debit sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan oleh Penyelenggara maka DKE Penagihan
yang tidak didukung dengan Prefund Debit yang
cukup (unconfirmed DKE Penagihan) tidak
diperhitungkan dan selanjutnya dibatalkan oleh SSK.
c. Penyelenggara ...
129
c. Penyelenggara melakukan Setelmen Dana atas
perhitungan akhir sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ke Rekening Setelmen Dana masing-masing
Peserta dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila hasil perhitungan akhir menunjukkan net
kredit maka Setelmen Dana dilakukan dengan
mengkredit Rekening Setelmen Dana Peserta
sebesar total nilai net kredit.
2) Apabila hasil perhitungan akhir menunjukkan net
nihil maka Setelmen Dana dilakukan dengan
mengkredit Rekening Setelmen Dana Peserta
sebesar nilai net nihil.
3) Apabila hasil perhitungan akhir menunjukkan net
debit maka penyelesaian atas net debit tersebut
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Posisi net debit akan mengurangi saldo dana
tunai (cash Prefund).
b) Dalam hal hasil pengurangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) menunjukkan
selisih negatif maka Setelmen Dana
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(1) Mendebit Rekening Setelmen Dana
Peserta yang bersangkutan sebesar
selisih negatif tersebut.
(2) Dalam hal Rekening Setelmen Dana
Peserta yang bersangkutan sebagaimana
pada angka (1) tidak mencukupi untuk
menutup selisih negatif tersebut maka
kekurangan dari selisih negatif yang
telah diperhitungkan dengan dana pada
Rekening Setelmen Peserta, dipenuhi
dengan surat berharga (collateral
Prefund). Mekanisme penggunaan surat
berharga (collateral Prefund) mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai fasilitas likuiditas
intrahari.
d. Pelaksanaan ...
130
d. Pelaksanaan Setelmen Dana pada perhitungan akhir
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan
apabila Prefund Debit setiap Peserta telah dapat
menutup kewajiban atas hasil perhitungan masing-
masing Peserta.
5. Penyelesaian Unconfirmed DKE Penagihan pada Layanan
Penagihan Reguler
a. Unconfirmed DKE Penagihan merupakan DKE
Penagihan yang tidak diperhitungkan karena tidak
didukung dengan dana yang cukup dari Peserta
Penerima.
b. Peserta pengirim yang menerima unconfirmed DKE
Penagihan harus menyelesaikan kewajiban
pembayaran sepanjang transfer debit memenuhi
persyaratan untuk dilakukan pembayaran dan
tersedia dana nasabah penarik yang cukup pada
Peserta penerima.
c. Peserta penerima sebagaimana dimaksud dalam huruf
a harus melaporkan tindak lanjut dan hasil
penyelesaian unconfirmed DKE Penagihan kepada
Penyelenggara paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
tanggal penyelesaian unconfirmed DKE Penagihan,
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.10, serta memperhatikan
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
perlindungan nasabah pengguna SKNBI
6. Penerusan Dana kepada Nasabah Penerima
Peserta pengirim wajib meneruskan dana kepada nasabah
penerima sesuai amanat dalam DKE Penagihan, dengan
mengacu pada batas waktu yang ditetapkan dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
perlindungan nasabah pengguna SKNBI.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan DKE
Penagihan dan batch DKE Penagihan
a. Pengisian field kode transaksi pada DKE Penagihan
wajib mengacu pada kode transaksi sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.9.
b. Field ...
131
b. Field kode kota asal wajib diisi dengan kode kota
kantor Peserta yang menerima perintah transfer debit
dari nasabah.
c. 1 (satu) batch DKE Penagihan paling banyak berisi 10
(sepuluh) DKE Penagihan atau 1 (satu) batch DKE
Penagihan memiliki nilai nominal paling banyak
Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah).
d. Dalam 1 (satu) DKE Penagihan paling banyak berisi
100 (seratus) transaksi.
X. PENYEDIAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN SKNBI
A. Data Individual Penyelengggaraan SKNBI
1. Penyelenggara menyediakan data hasil proses dalam
penyelenggaraan SKNBI yang dapat diakses oleh masing-
masing Peserta.
2. Data hasil proses dalam penyelenggaraan SKNBI
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 yang disediakan
oleh Penyelenggara adalah data hasil proses 90 (sembilan
puluh) hari kalender terakhir.
3. Data sebagaimana dimaksud dalam angka 1, terdiri atas
data hasil proses pada:
a. Layanan Transfer Dana;
b. Layanan Kliring Warkat Debit;
c. Layanan Pembayaran Reguler; dan
d. Layanan Penagihan Reguler.
4. Data hasil proses sebagaimana dimaksud dalam angka 3
dapat diperoleh Peserta dengan cara download dari SSK
yang meliputi:
a. DKE confirmed outgoing;
b. DKE confirmed incoming;
c. DKE incoming;
d. DKE outgoing;
e. DKE yang di-reject oleh SSK;
f. status pengiriman DKE; dan
g. laporan-laporan hasil perhitungan DKE,
dilakukan sesuai jam layanan SKNBI sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.5.
B. Data ...
132
B. Data Hasil Perhitungan secara Agregat
1. Penyelenggara menyediakan fasilitas data hasil
perhitungan setiap layanan SKNBI secara agregat.
2. Data hasil perhitungan dalam layanan SKNBI secara
agregat sebagaimana dimaksud dalam angka 1 yang
disediakan oleh Penyelenggara adalah data hasil
perhitungan 90 (sembilan puluh) hari kalender terakhir.
3. Peserta yang akan menggunakan fasilitas sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 harus mengajukan permohonan
kepada Penyelenggara dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Peserta mengajukan surat permohonan yang
ditandatangani oleh Pimpinan atau pejabat yang
berwenang yang mempunyai spesimen tanda tangan
di Penyelenggara dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.15.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditujukan kepada Penyelenggara dengan
alamat sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a.
4. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
angka 3, Penyelenggara memberikan tanggapan atas
permohonan Peserta secara tertulis paling lama 7 (tujuh)
hari kerja sejak surat permohonan diterima secara
lengkap.
5. Dalam hal Peserta akan mengakhiri penggunaan fasilitas
sebagaimana dimaksud dalam angka 1, Peserta harus
mengajukan permohonan penghentian penggunaan
fasilitas tersebut kepada Penyelenggara dengan mengacu
pada mekanisme sebagaimana dimaksud dalam angka 3.
XI. WARKAT DEBIT DAN DOKUMEN KLIRING
A. Warkat Debit
1. Jenis Warkat Debit
Jenis Warkat Debit yang dapat diperhitungkan dalam
Layanan Kliring Warkat Debit terdiri atas:
a. cek ...
133
a. cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD) yang ditarik baik atas beban
nasabah Peserta atau atas beban Peserta;
b. bilyet giro sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai bilyet giro;
c. nota debit yaitu Warkat Debit yang digunakan untuk
menagih dana pada Peserta lain untuk untung
nasabah Peserta atau Peserta yang menyampaikan
Nota Debit tersebut; dan
d. Warkat Debit lainnya yang disetujui oleh
Penyelenggara untuk dikliringkan.
2. Spesifikasi teknis Warkat Debit
Jenis Warkat Debit sebagaimana dimaksud dalam angka 1
wajib memenuhi spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.16.
B. Dokumen Kliring
1. Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi
sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan pertukaran Warkat
Debit.
2. Dokumen kliring sebagaimana dimaksud dalam angka 1
terdiri atas:
a. Jenis dokumen kliring di Wilayah Kliring Otomasi:
1) BPWD Kliring Penyerahan;
2) BPWD Kliring Pengembalian; dan
3) kartu batch.
b. Jenis dokumen kliring di Wilayah Kliring Manual:
a) RWD Kliring Penyerahan; dan
b) RWD Kliring Pengembalian.
3. Spesifikasi teknis dokumen kliring adalah sebagai berikut:
a. Dokumen kliring sebagaimana dimaksud dalam butir
2.a wajib memenuhi spesifikasi teknis sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.17.
b. Dokumen kliring sebagaimana dimaksud dalam butir
2.b harus menggunakan format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.18.
C. Prosedur ...
134
C. Prosedur Permohonan Pencetakan Warkat Debit dan/atau
Dokumen Kliring
1. Warkat Debit sebagaimana dimaksud dalam butir A.1
wajib dicetak di perusahaan percetakan dokumen sekuriti
yang telah memperoleh izin dari otoritas atau lembaga
yang berwenang.
2. Dokumen kliring sebagaimana dimaksud dalam butir B.2.a
dapat dicetak di perusahaan percetakan dokumen sekuriti
yang telah memperoleh izin dari lembaga yang berwenang.
3. Sebelum melakukan pencetakan Warkat Debit dan/atau
dokumen kliring, Peserta mengajukan surat permohonan
pencetakan Warkat Debit dan/atau dokumen kliring
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.19, ke alamat sebagaimana dimaksud
dalam butir II.A.2.a atau KPwDN yang mewilayahi.
4. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 3
dilampiri dengan:
a. fotokopi surat keterangan dari lembaga atau instansi
yang berwenang yang menyatakan bahwa kertas yang
digunakan dalam Warkat Debit telah sesuai dengan
spesifikasi teknis Warkat Debit;
b. surat pernyataan dari perusahaan percetakan
dokumen sekuriti yang telah memperoleh izin dari
lembaga atau instansi yang berwenang dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.20; dan
c. spesimen Warkat Debit dan/atau dokumen kliring
masing-masing sebanyak 100 (seratus) lembar dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Seluruh spesimen harus memenuhi ketentuan
spesifikasi teknis Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.16 dan dokumen
kliring sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.17.
2) Seluruh ...
135
2) Seluruh spesimen harus dibubuhi tambahan
tulisan “spesimen”, ”speciment”, ”cetak coba” atau
tulisan lain yang semakna, dengan ukuran
tulisan yang relatif besar dan menggunakan
warna yang terang atau jelas. Tulisan tersebut
ditulis pada bagian depan Warkat Debit dan/atau
dokumen kliring, sehingga mudah dibedakan
dengan Warkat Debit dan/atau dokumen kliring
yang bukan merupakan spesimen Warkat Debit
dan/atau dokumen kliring.
3) Seluruh lembar spesimen Warkat Debit harus
telah dipisahkan dari lembar pertinggal.
4) Apabila spesimen Warkat Debit dan/atau
dokumen kliring akan digunakan oleh Peserta di
Wilayah Kliring Otomasi maka:
a) pada bagian depan dari 5 (lima) lembar
spesimen Warkat Debit dapat ditambahkan
informasi dummy dalam bentuk tulisan yang
antara lain mencakup nama penerima,
jumlah nominal dalam angka dan huruf,
tempat dan tanggal penerbitan atau
penarikan, tanda tangan serta nama jelas
penandatangan untuk dilakukan uji
perekaman data spesimen Warkat Debit
dalam bentuk salinan (image);
b) pada clear band spesimen Warkat Debit
dan/atau dokumen kliring harus dibubuhi
informasi Magnetic Ink Character Recognition
(MICR) code line guna dilakukan pengujian
oleh Penyelenggara; dan
c) pencantuman informasi Magnetic Ink
Character Recognition (MICR) code line
sebagaimana dimaksud dalam huruf b) harus
sesuai dengan tata cara pencantuman
Magnetic Ink Character Recognition (MICR)
code line sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.21.
5. Spesimen ...
136
5. Spesimen Warkat Debit dan/atau dokumen kliring yang
telah diisi informasi Magnetic Ink Character Recognition
(MICR) code line sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.21 harus memenuhi syarat pengujian, sebagai berikut:
a. tingkat penolakan Warkat Debit dan/atau dokumen
kliring paling tinggi sampai dengan 2% (dua persen);
dan
b. salinan (image) spesimen Warkat Debit yang telah
diambil rekaman gambarnya menunjukkan hasil yang
baik yaitu tulisan pada salinan (image) Warkat Debet
dapat terlihat cukup jelas.
6. Atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 3,
Penyelenggara atau KPwDN memberikan persetujuan atau
penolakan kepada Peserta paling lama 14 (empat belas)
hari kerja sejak surat permohonan diterima secara lengkap
dan benar.
7. Penolakan sebagaimana dimaksud dalam angka 6
dilakukan antara lain apabila hasil pengujian tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
angka 5.
8. Dalam hal terdapat perubahan nama Peserta yang
mengakibatkan perubahan Warkat Debit dan/atau
dokumen kliring, permohonan pencetakan Warkat Debit
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta yang berubah nama karena penggabungan
atau peleburan harus mengajukan surat permohonan
persetujuan pencetakan Warkat Debit dan/atau
dokumen kliring dengan nama Peserta yang baru
sebelum Warkat Debit dan/atau dokumen kliring lama
diperkirakan habis, sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 5.
b. Warkat Debit dan/atau dokumen kliring dengan nama
Peserta yang lama masih dapat dipergunakan dalam
penyelenggaraan SKNBI sampai dengan persediaan
Warkat Debit dan/atau dokumen kliring yang lama
habis, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) memperhatikan ...
137
1) memperhatikan aspek risiko keamanan dan risiko
reputasi (corporate image) serta aspek
kepercayaan nasabah terkait rencana
penggunaan Warkat Debit;
2) mencoret nama Peserta yang lama pada Warkat
Debit dan/atau dokumen kliring dan
menambahkan nama Peserta yang baru dengan
menggunakan ketikan, stempel, atau dengan cara
sejenis lainnya;
3) khusus untuk perubahan nama Peserta yang
diikuti dengan perubahan sandi kliring maka
sandi kliring lama dalam bentuk MICR code line
untuk Warkat Debit yang akan dikliringkan di
Wilayah Pertukaran Otomasi harus disesuaikan
menjadi sandi kliring yang baru dengan
menggunakan stiker paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal efektif perubahan nama yang
dikeluarkan oleh Penyelenggara; dan
4) untuk Warkat Debit berupa cek, bilyet giro,
dan/atau Warkat Debit lainnya, antara lain
voucher perjalanan (traveller’s cheque), voucher
cinderamata (gift cheque), dengan nama Peserta
lama yang telah beredar di masyarakat dan
perubahan nama Peserta tersebut diikuti pula
dengan perubahan sandi kliring maka Peserta
penerima yang bermaksud melakukan penagihan
cek, bilyet giro, dan/atau Warkat Debit lainnya
dalam Layanan Kliring Warkat Debit harus
menyesuaikan sandi kliring lama menjadi sandi
kliring baru dengan menggunakan stiker.
D. Tata Cara Penulisan Warkat Debit
Dalam penulisan Warkat Debit perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Nilai nominal Warkat Debit dinyatakan dalam mata uang
Rupiah.
2. Pencantuman ...
138
2. Pencantuman nilai nominal Warkat Debit dalam mata
uang Rupiah ditulis secara lengkap dengan angka dan
huruf dalam Bahasa Indonesia dan apabila diperlukan,
dapat ditambahkan padanan katanya dalam Bahasa
Inggris.
3. Penulisan nilai nominal dalam angka dan huruf serta
pengisian redaksional Warkat Debit dilakukan dengan
menggunakan huruf latin, kecuali untuk tanda tangan.
4. Penulisan dan/atau penandatanganan cek, bilyet giro,
dan/atau Warkat Debit lainnya hendaknya menggunakan
alat tulis atau sarana yang:
a. tidak menyebabkan kerusakan dan/atau
menyebabkan tulisan dalam cek , bilyet giro, dan/atau
Warkat Debit lainnya sulit terbaca dengan jelas;
dan/atau
b. tidak mudah diubah.
5. Tambahan penulisan nilai nominal dengan peralatan
apapun yang dimaksudkan untuk memperjelas nilai
nominal, baik dalam angka dan huruf, misalnya dengan
menggunakan peralatan tertentu seperti cheque-writer
(protectograph) dianggap tidak ada, karena hasilnya dapat
menimbulkan bermacam-macam penafsiran.
6. Penulisan cek, bilyet giro, dan Warkat Debit lainnya
disarankan untuk tidak diperjelas dengan menggunakan
fluorescent pen karena akan menimbulkan kesulitan untuk
mendeteksi perubahan penulisan. Di samping itu,
penggunaan alat tersebut pada angka nominal dapat
menimbulkan cahaya sehingga akan menyulitkan
penelitian dalam hal terjadi perubahan nilai nominal.
Dalam hal masih terdapat Warkat Debit yang
menggunakan fluorescent pen maka sebelum Peserta
melakukan pembayaran hendaknya terlebih dahulu
menghubungi nasabah yang bersangkutan untuk
konfirmasi.
XII. PERTUKARAN ...
139
XII. PERTUKARAN WARKAT DEBIT
A. Prinsip Umum
1. Koordinator PWD menetapkan jadwal pertukaran Warkat
Debit dengan mengacu pada rentang waktu jadwal
pertukaran Warkat Debit yang ditetapkan oleh
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.5.
2. Jadwal pertukaran Warkat Debit sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 disampaikan kepada seluruh Perwakilan
Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
3. Pertukaran Warkat Debit sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 dilakukan secara otomasi atau manual.
4. Warkat Debit yang dipertukarkan di Wilayah Kliring
Otomasi wajib mencantumkan Magnetic Ink Character
Recognition (MICR) code line sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.21.
5. Peserta harus menunjuk salah satu kantor Peserta di
Wilayah Kliring sebagai Perwakilan Peserta.
6. Dalam rangka pertukaran Warkat Debit, Perwakilan
Peserta harus menunjuk petugas kliring untuk melakukan
kegiatan penyerahan, penerimaan, dan/atau pengambilan
Warkat Debit pada Kliring Penyerahan dan Kliring
Pengembalian.
7. Petugas kliring sebagaimana dimaksud dalam angka 5
dapat merupakan petugas internal Perwakilan Peserta atau
petugas perusahaan jasa kurir yang diberi kuasa atau
wewenang tertentu.
8. Perusahaan jasa kurir sebagaimana dimaksud dalam
angka 6 harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh Penyelenggara.
B. Tanggungjawab Koordinator PWD
1. Menyusun Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT)
mengenai pelaksanaan pertukaran Warkat Debit
Dalam rangka menjaga kelancaran pelaksanaan
pertukaran Warkat Debit, Koordinator PWD melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Koordinator ...
140
a. Koordinator PWD harus menyusun Kebijakan dan
Prosedur Tertulis (KPT) mengenai pelaksanaan
pertukaran Warkat Debit dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) merupakan
aturan tertulis yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di internal Koordinator PWD dan berlaku sebagai
pedoman dalam kegiatan pertukaran Warkat
Debit.
2) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) dibuat
paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal efektif
sebagai Koordinator PWD.
3) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) dibuat
dalam Bahasa Indonesia, dengan mengacu pada
ketentuan mengenai penyelenggaraan transfer
dana dan kliring berjadwal paling kurang memuat
materi sebagai berikut:
a) pendahuluan;
b) organisasi Koordinator PWD;
c) pengelolaan administrasi Perwakilan Peserta;
d) prosedur pertukaran Warkat Debit;
e) penanganan Keadaan Tidak Normal
dan/atau Keadaan Darurat.
Rincian cakupan minimum materi Kebijakan dan
Prosedur Tertulis (KPT) diatur dalam “Pedoman
Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis
(KPT) Pertukaran Warkat Debit” sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.22.
b. Dalam hal terjadi perubahan ketentuan yang
dikeluarkan oleh Penyelenggara yang berdampak pada
materi Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT),
Koordinator PWD harus melakukan pengkinian
Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) paling lama 6
(enam) bulan sejak terjadinya perubahan materi dan
ketentuan tersebut.
2. Menyediakan ...
141
2. Menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka
pertukaran Warkat Debit
Dalam rangka penyediaan sarana dan prasarana
pertukaran Warkat Debit, Koordinator PWD menyediakan
fasilitas pertukaran warkat sebagai berikut:
a. Untuk Wilayah Kliring Otomasi paling kurang:
1) mesin penera waktu;
2) telepon;
3) sarana penerimaan Warkat Debit;
4) sistem pilah Warkat Debit; dan
5) sarana pengarsipan.
b. Untuk Wilayah Kliring Manual paling kurang:
1) mesin penera waktu;
2) telepon;
3) ruangan dan fasilitas pendukung untuk
pelaksanaan pertukaran Warkat Debit, antara
lain berupa meja dan kursi;
4) daftar hadir; dan
5) sarana pengarsipan.
3. Menjaga kelancaran pelaksanaan pertukaran Warkat Debit
Dalam menjaga kelancaran pelaksanaan pertukaran
Warkat Debit, Koordinator PWD melakukan antara lain
hal-hal sebagai berikut:
a. Koordinator PWD di Wilayah Kliring Otomasi:
1) menyelenggarakan pertukaran Warkat Debit
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh
Koordinator PWD;
2) melakukan upaya untuk menjamin kehandalan
sistem penerimaan Warkat Debit dan sistem pilah
Warkat Debit; dan
3) menetapkan langkah yang harus dilakukan
apabila terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat dengan sejauh mungkin
menghindari alternatif penghentian pelaksanaan
pertukaran Warkat Debit.
b. Koordinator ...
142
b. Koordinator PWD di Wilayah Kliring Manual:
1) memantau pelaksanaan pertukaran Warkat
Debit;
2) memastikan pelaksanaan pertukaran Warkat
Debit dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh Koordinator PWD; dan
3) menetapkan langkah yang harus dilakukan
apabila terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat dengan sejauh mungkin
menghindari alternatif penghentian pelaksanaan
pertukaran Warkat Debit.
4. Mengelola administrasi kepesertaan pertukaran Warkat
Debit
Dalam rangka mengelola administrasi kepesertaan
pertukaran Warkat Debit di Wilayah Kliring, Koordinator
PWD melakukan antara lain hal-hal sebagai berikut:
a. mengadministrasikan data Perwakilan Peserta dan
petugas kliring;
b. menginformasikan penambahan dan/atau perubahan
data Perwakilan Peserta kepada seluruh Perwakilan
Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan; dan
c. menyediakan TPPK tanpa foto atau TPPK dengan
menggunakan foto sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam butir XII.I.2.
5. Menyediakan fasilitas penyelesaian permasalahan dalam
proses Warkat Debit
Koordinator PWD menyediakan fasilitas penyelesaian
permasalahan dalam pelaksanaan pertukaran Warkat
Debit bagi Perwakilan Peserta.
6. Menyediakan sarana kontinjensi pertukaran Warkat Debit
pada saat terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat
Koordinator PWD harus menyediakan sarana kontinjensi
pertukaran Warkat Debit agar kegiatan pertukaran Warkat
Debit tetap dapat dilaksanakan, antara lain lokasi back-up
pertukaran Warkat Debit dan sistem cadangan pilah
Warkat Debit.
C. Pendaftaran ...
143
C. Pendaftaran atau Perubahan Perwakilan Peserta
1. Pendaftaran Perwakilan Peserta
a. Calon Perwakilan Peserta di suatu Wilayah Kliring
mengajukan surat permohonan pendaftaran sebagai
Perwakilan Peserta beserta tanggal efektif Perwakilan
Peserta dan daftar petugas kliring dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.23.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh pimpinan atau pejabat
yang berwenang mewakili calon Perwakilan Peserta
dan disampaikan kepada:
1) Koordinator PWD di Wilayah Kliring Jakarta
dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam
butir II.A.2.a, bagi calon Perwakilan Peserta yang
berada di wilayah kerja Kantor Pusat Bank
Indonesia; atau
2) Koordinator PWD di Wilayah Kliring yang
bersangkutan, bagi calon Perwakilan Peserta yang
berada di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank
Indonesia.
c. Berdasarkan surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, Koordinator PWD
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) memberitahukan secara tertulis kepada
Perwakilan Peserta yang bersangkutan mengenai:
a) persetujuan sebagai Perwakilan Peserta;
b) penyediaan stempel dengan menggunakan
format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.1; dan
c) waktu pengambilan TPPK,
paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal
efektif Perwakilan Peserta; dan
2) memberitahukan ...
144
2) memberitahukan tanggal efektif Perwakilan
Peserta paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum
tanggal efektif kepada seluruh Perwakilan Peserta
di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
d. Pengambilan TPPK dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Dalam hal pengambilan TPPK dilakukan oleh
petugas internal Perwakilan Peserta maka
petugas yang bersangkutan harus menunjukkan
surat sebagaimana dimaksud dalam butir c.1).
2) Dalam hal pengambilan TPPK dilakukan oleh
petugas jasa kurir maka petugas yang
bersangkutan harus menunjukkan surat
sebagaimana dimaksud dalam butir c.1) dan
surat kuasa pengambilan TPPK dari Perwakilan
Peserta.
2. Perubahan Perwakilan Peserta dan Petugas Kliring
a. Peserta dapat melakukan perubahan Perwakilan
Peserta dan/atau petugas kliring di suatu Wilayah
Kliring karena pertimbangan internal Peserta.
b. Dalam hal Peserta akan melakukan perubahan
Perwakilan Peserta maka Perwakilan Peserta
pengganti mengajukan surat permohonan perubahan
Perwakilan Peserta beserta tanggal efektif perubahan
Perwakilan Peserta kepada Koordinator PWD dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.24.
c. Dalam hal perubahan Perwakilan Peserta
sebagaimana dimaksud dalam huruf b berdampak
terhadap perubahan petugas kliring maka surat
permohonan dilengkapi dengan daftar petugas kliring
pengganti.
d. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf b ditandatangani oleh Pimpinan atau pejabat
yang berwenang mewakili Perwakilan Peserta
pengganti dan disampaikan kepada:
1) Koordinator ...
145
1) Koordinator PWD di Wilayah Kliring Jakarta
dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam
butir II.A.2.a, bagi Perwakilan Peserta yang
berada di wilayah kerja Kantor Pusat Bank
Indonesia; atau
2) Koordinator PWD di Wilayah Kliring yang
bersangkutan, bagi Perwakilan Peserta yang
berada di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank
Indonesia.
e. Berdasarkan surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam huruf c, Koordinator PWD
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) memberitahukan secara tertulis kepada
Perwakilan Peserta pengganti mengenai:
a) persetujuan perubahan Perwakilan Peserta;
b) penyediaan stempel kliring dan stempel
kliring dibatalkan dengan mengacu pada
Lampiran II.1; dan
c) waktu pengambilan TPPK, apabila perubahan
Perwakilan Peserta dan/atau petugas kliring
berdampak pada perubahan TPPK,
paling lama 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal
efektif perubahan Perwakilan Peserta.
2) memberitahukan tanggal efektif perubahan
Perwakilan Peserta paling lama 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal efektif kepada seluruh
Perwakilan Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan.
3) memberikan TPPK kepada Perwakilan Peserta
pengganti apabila perubahan Perwakilan Peserta
tersebut berdampak pada perubahan TPPK sesuai
dengan waktu pengambilan sebagaimana
dimaksud dalam butir 1)c) dengan cara
pengambilan mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.d.
f. Dalam ...
146
f. Dalam hal terdapat perubahan petugas kliring maka
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Perwakilan Peserta menyampaikan surat
permohonan dengan mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c,
dan huruf d.
2) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1), Koordinator PWD
menginformasikan waktu pengambilan TPPK,
apabila perubahan petugas kliring berdampak
pada perubahan TPPK.
g. TPPK baru akan diberikan apabila Perwakilan Peserta
telah menyerahkan TPPK lama kepada Koordinator
PWD. Dalam hal TPPK lama hilang maka Perwakilan
Peserta harus membuat surat pernyataan kehilangan
TPPK dan segala risiko menjadi tanggung jawab
Peserta.
D. Tata Cara Pertukaran Warkat Debit di Wilayah Kliring Otomasi
1. Kegiatan di Perwakilan Peserta
Dalam rangka kegiatan pertukaran Warkat Debit, petugas
di Perwakilan Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. mencantumkan informasi Magnetic Ink Character
Recognition (MICR) code line pada Warkat Debit dan
dokumen kliring dengan tata cara sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.21;
b. membubuhkan stempel kliring pada setiap Warkat
Debit dan dokumen kliring dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) stempel kliring tidak boleh mengenai clear band;
2) stempel kliring tidak boleh menutupi angka
nominal;
3) dalam hal pada Warkat Debit telah terdapat
stempel kliring maka stempel kliring yang
terdahulu harus dibatalkan dengan stempel
kliring dibatalkan dan diparaf oleh pejabat yang
berwenang dari Perwakilan Peserta yang
bersangkutan; dan
4) khusus ...
147
4) khusus untuk zona 4, tanggal kliring yang
dicantumkan dalam stempel kliring adalah
tanggal DKE Warkat Debit diperhitungkan oleh
Penyelenggara,
dengan format stempel kliring dan stempel kliring
dibatalkan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.1; dan
c. menyusun bundel Warkat Debit dengan urutan
sebagai berikut:
1) BPWD-Kliring Penyerahan atau BPWD-Kliring
Pengembalian;
2) kartu batch; dan
3) Warkat Debit.
Jumlah nominal dalam 1 (satu) bundel Warkat Debit
paling banyak kurang dari Rp1.000.000.000.000,00
(satu triliun rupiah).
2. Kegiatan di Kantor Koordinator PWD
Kegiatan pertukaran Warkat Debit di kantor Koordinator
PWD dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Petugas kliring melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) mencantumkan waktu penyerahan bundel
Warkat Debit pada BPWD-Kliring Penyerahan
atau BPWD-Kliring Pengembalian; dan
2) menyerahkan bundel Warkat Debit kepada
petugas Koordinator PWD dengan menunjukkan
TPPK.
b. Petugas Koordinator PWD melakukan kegiatan sebagai
berikut:
1) memastikan adanya TPPK;
2) menerima bundel Warkat Debit dari petugas
kliring;
3) memeriksa persyaratan kelengkapan informasi
pada BPWD-Kliring Penyerahan atau BPWD-
Kliring Pengembalian dan kartu batch, yang
meliputi:
a) pencantuman ...
148
a) pencantuman waktu penyerahan bundel
Warkat Debit sesuai dengan jadwal
pertukaran Warkat Debit;
b) pencantuman stempel kliring;
c) pencantuman nama dan tanda tangan; dan
d) pencocokan kode Peserta dengan kode
Peserta yang terdapat pada TPPK.
Pemeriksaan dilakukan hanya untuk memeriksa
kelengkapan, bukan untuk memeriksa keabsahan
informasi yang tercantum dalam BPWD-Kliring
Penyerahan atau BPWD-Kliring Pengembalian.
Keabsahan informasi pada BPWD-Kliring
Penyerahan atau BPWD-Kliring Pengembalian
termasuk kebenaran tanda tangan dan nama
yang tercantum pada BPWD-Kliring Penyerahan
atau BPWD-Kliring Pengembalian, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Perwakilan Peserta dan
bukan merupakan tanggung jawab Koordinator
PWD;
4) dalam hal persyaratan kelengkapan informasi
pada BPWD-Kliring Penyerahan atau BPWD-
Kliring Pengembalian sebagaimana dimaksud
dalam angka 3) telah dipenuhi, melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a) mengembalikan BPWD-Kliring Penyerahan
atau BPWD-Kliring Pengembalian yang telah
disetujui secara otomasi oleh petugas
Koordinator PWD kepada petugas kliring
sebagai tanda terima bundel Warkat Debit;
b) memilah Warkat Debit berdasarkan Peserta
penerima secara otomasi; dan
c) mendistribusikan Warkat Debit dan laporan
hasil pilah Warkat Debit kepada petugas
kliring sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
oleh Koordinator PWD;
5) dalam ...
149
5) dalam hal persyaratan kelengkapan informasi
pada BPWD-Kliring Penyerahan atau BPWD-
Kliring Pengembalian sebagaimana dimaksud
dalam angka 3) tidak dipenuhi, melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a) membatalkan waktu penyerahan BPWD,
dengan cara mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan
paraf pada BPWD-Kliring Penyerahan atau
BPWD-Kliring Pengembalian; dan
b) mengembalikan BPWD-Kliring Penyerahan
atau BPWD-Kliring Pengembalian dan bundel
Warkat Debit kepada petugas kliring.
c. Dalam hal proses persetujuan BPWD-Kliring
Penyerahan atau BPWD-Kliring Pengembalian secara
otomasi tidak dapat dilakukan, Koordinator PWD
melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) menginformasikan mekanisme penyerahan
bundel Warkat Debit Kliring Penyerahan atau
Kliring Pengembalian dengan menggunakan
daftar bundel Warkat Debit yang diserahkan
dalam Kliring Penyerahan atau Kliring
Pengembalian sebagai pengganti BPWD-Kliring
Penyerahan atau BPWD-Kliring Pengembalian;
dan
2) membuat daftar bundel Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dalam
rangkap 2 (dua) dengan mengacu pada format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.25.
d. Dalam hal pada saat proses pemilahan Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam butir b.4)b) terdapat
Warkat Debit reject yaitu Warkat Debit yang tidak
dapat diproses secara otomasi, yang mencapai lebih
dari 2% (dua persen), Koordinator PWD mengenakan
biaya atas kelebihan Warkat Debit yang tidak dapat
diproses.
3. Fasilitas ...
150
3. Fasilitas yang disediakan oleh Koordinator PWD
a. Fasilitas pengujian kualitas Magnetic Ink Character
Recognition (MICR) code line
1) Dalam rangka menjaga kelancaran pertukaran
Warkat Debit di Wilayah Kliring Otomasi,
Koordinator PWD menyediakan fasilitas pengujian
kualitas Magnetic Ink Character Recognition
(MICR) code line pada Warkat Debit dan kartu
batch.
2) Dalam hal Peserta akan memanfaatkan fasilitas
sebagaimana dimaksud dalam angka 1), Peserta
mengajukan surat permohonan pemanfaatan
fasilitas dimaksud kepada Koordinator PWD di
Wilayah Kliring Otomasi.
3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
angka 2) dilengkapi dengan spesimen Warkat
Debit dan/atau dokumen kliring yang akan
dilakukan pengujian masing-masing sebanyak
100 (seratus) lembar.
4) Koordinator PWD menyampaikan hasil pengujian
atas spesimen Warkat Debit dan/atau dokumen
kliring kepada Peserta paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak permohonan diterima
secara lengkap.
b. Fasilitas salinan Warkat Debit
Koordinator PWD dapat menyediakan salinan Warkat
Debit yang telah diproses secara otomasi dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Permintaan salinan Warkat Debit diajukan secara
tertulis oleh pejabat Perwakilan Peserta yang
berwenang dengan menyebutkan alasan
permintaan dengan menggunakan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.26.
2) Permintaan salinan Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam angka 1) dilakukan paling lama
7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak Warkat Debit
tersebut dikliringkan.
3) Dalam ...
151
3) Dalam hal salinan Warkat Debit tidak dapat
diberikan akibat kerusakan pada mesin pilah
Warkat Debit dan Peserta dapat membuktikan
bahwa Warkat Debit tersebut telah diproses oleh
Koordinator PWD maka Koordinator PWD
memberikan surat keterangan bahwa Warkat
Debit tersebut telah diproses sebagai pengganti
salinan Warkat Debit.
4) Apabila salinan Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam angka 3) digunakan sebagai
dasar pembukuan rekening nasabah maka segala
konsekuensi yang timbul atas pembukuan
tersebut merupakan tanggung jawab Peserta.
5) Dalam hal Peserta penerima akan melakukan
penolakan terhadap DKE Warkat Debit, namun
Warkat Debit yang telah diproses secara otomasi
dalam Kliring Penyerahan hilang sebelum Kliring
Pengembalian maka Peserta penerima dapat
menolak DKE Warkat Debit yang hilang tersebut
melalui mekanisme Kliring Pengembalian dengan
melampirkan salinan Warkat Debit dan surat
keterangan hilang dari Peserta penerima yang
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dari
Peserta penerima.
E. Tata Cara Pertukaran Warkat Debit di Wilayah Kliring Manual
1. Kegiatan di Perwakilan Peserta
Dalam rangka kegiatan pertukaran Warkat Debit, petugas
di Perwakilan Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. memilah Warkat Debit berdasarkan Peserta penerima;
b. menyiapkan RWD-Kliring Penyerahan atau RWD-
Kliring Pengembalian sebanyak 2 (dua) rangkap yang
dibubuhi stempel kliring dan tanda tangan serta nama
petugas Perwakilan Peserta dengan menggunakan
format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.18;
c. membubuhkan ...
152
c. membubuhkan stempel kliring pada setiap Warkat
Debit dengan ketentuan sebagai berikut:
1) stempel kliring tidak boleh menutupi angka
nominal; dan
2) dalam hal pada Warkat Debit telah terdapat
stempel kliring maka stempel kliring yang
terdahulu harus dibatalkan dengan stempel
kliring dibatalkan dan diparaf oleh pejabat yang
berwenang dari Perwakilan Peserta yang
bersangkutan,
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.1.
2. Kegiatan di Kantor Koordinator PWD
Kegiatan pertukaran Warkat Debit di kantor Koordinator
PWD dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Petugas kliring melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) mencantumkan waktu penyerahan pada RWD-
Kliring Penyerahan atau RWD-Kliring
Pengembalian;
2) menyerahkan kepada petugas kliring penerima:
a) Warkat Debit; dan
b) lembar pertama RWD-Kliring Penyerahan
atau RWD-Kliring Pengembalian;
3) menerima dari petugas kliring pengirim:
a) Warkat Debit; dan
b) lembar kedua RWD-Kliring Penyerahan atau
RWD-Kliring Pengembalian;
4) membubuhkan tanda tangan dan mencantumkan
nama petugas kliring pada lembar pertama RWD-
Kliring Penyerahan atau RWD-Kliring
Pengembalian yang diterima dari petugas kliring
lainnya dan mengembalikan kepada petugas
kliring yang menyerahkan sebagai bukti
penyerahan Warkat Debit.
b. Petugas ...
153
b. Petugas Koordinator PWD memantau dan memastikan
pelaksanaan pertukaran Warkat Debit dilakukan
sesuai jadwal yang ditetapkan.
F. Kehadiran Petugas Kliring pada saat Kliring Penyerahan dan
Kliring Pengembalian
1. Pertukaran Warkat Debit di Wilayah Kliring Otomasi
a. Pada saat Kliring Penyerahan dan Kliring
Pengembalian, petugas kliring harus hadir dan
menyerahkan Warkat Debit kepada Koordinator PWD
pada tempat dan jadwal yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal petugas kliring menyerahkan Warkat Debit
setelah batas akhir jadwal pertukaran warkat yang
telah ditetapkan Koordinator PWD maka:
1) petugas Koordinator PWD dapat menolak Warkat
Debit yang diserahkan; dan
2) dalam hal Koordinator PWD menolak Warkat
Debit sebagaimana dimaksud dalam angka 1),
petugas kliring yang bersangkutan bertanggung
jawab untuk mendistribusikan Warkat Debit yang
terlambat tersebut kepada Perwakilan Peserta
penerima.
c. Petugas kliring harus menerima Warkat Debit sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Koordinator
PWD.
2. Pertukaran Warkat Debit di Wilayah Kliring Manual
a. Pada saat Kliring Penyerahan dan Kliring
Pengembalian, petugas kliring harus hadir dan
menyerahkan dan/atau menerima Warkat Debit pada
tempat dan jadwal yang telah ditetapkan oleh
Koordinator PWD.
b. Dalam hal petugas kliring hadir melewati batas akhir
jadwal pertukaran warkat yang ditetapkan
Koordinator PWD maka petugas kliring bertanggung
jawab untuk menyerahkan Warkat Debit secara
langsung kepada Perwakilan Peserta penerima.
c. Petugas ...
154
c. Petugas kliring dinyatakan tidak hadir apabila petugas
kliring tidak datang pada tempat dan jadwal yang
telah ditetapkan oleh Koordinator PWD sampai dengan
30 (tiga puluh) menit sejak batas akhir jadwal
pertukaran Warkat Debit.
d. Dalam hal petugas kliring tidak hadir atau dinyatakan
tidak hadir sebagaimana dimaksud dalam huruf c
maka petugas Koordinator PWD meminta petugas
kliring pengirim untuk mengambil Warkat Debit yang
sebelumnya akan diserahkan kepada petugas kliring
yang tidak hadir. Segala risiko dan dampak akibat
ketidakhadiran petugas kliring dimaksud menjadi
tanggung jawab Perwakilan Peserta yang
bersangkutan sepenuhnya.
G. Perubahan Jadwal Pertukaran Warkat Debit
1. Perubahan jadwal pertukaran Warkat Debit di suatu
Wilayah Kliring dapat dilakukan berdasarkan permintaan
Perwakilan Peserta yang mengalami Keadaan Tidak Normal
dan/atau Keadaan Darurat di Wilayah Kliring.
2. Perubahan jadwal pertukaran Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Perwakilan Peserta mengajukan permohonan
perubahan jadwal pertukaran Warkat Debit kepada
Koordinator PWD yang disertai dengan alasan.
b. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, Koordinator PWD menyetujui atau
menolak permohonan perubahan jadwal pertukaran
Warkat Debit.
c. Dalam hal permohonan perubahan jadwal pertukaran
Warkat Debit disetujui, Koordinator PWD melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) menginformasikan kepada Perwakilan Peserta
yang bersangkutan secara tertulis mengenai
persetujuan atas permohonan perubahan jadwal
pertukaran Warkat Debit; dan
2) mengumumkan ...
155
2) mengumumkan kepada seluruh Perwakilan
Peserta di Wilayah Kliring tersebut mengenai
perubahan jadwal pertukaran Warkat Debit.
d. Dalam hal permohonan Perwakilan Peserta
sebagaimana dimaksud dalam huruf a mencakup
permohonan perubahan jam Layanan Kliring Warkat
Debit maka:
1) Koordinator PWD mengajukan permohonan
perpanjangan jam Layanan Kliring Warkat Debit
kepada Penyelenggara dengan melampirkan surat
permohonan yang diajukan oleh Perwakilan
Peserta.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka
1) disampaikan secara tertulis dengan alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a yang
penyampaiannya dapat didahului melalui
faksimile atau sarana lainnya.
3) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1) disetujui, Koordinator PWD
mengumumkan perubahan jam Layanan Kliring
Warkat Debit kepada seluruh Perwakilan Peserta
di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
H. Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir
1. Ruang lingkup kegiatan perusahaan jasa kurir
Kegiatan Perwakilan Peserta yang dapat dilakukan oleh
perusahaan jasa kurir meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. penyerahan bundel Warkat Debit kepada petugas
Koordinator PWD pada Kliring Penyerahan dan Kliring
Pengembalian;
b. penerimaan BPWD-Kliring Penyerahan dan/atau
BPWD-Kliring Pengembalian dari petugas Koordinator
PWD;
c. penerimaan ...
156
c. penerimaan Warkat Debit dan laporan hasil proses
Warkat Debit pada Kliring Penyerahan dan Kliring
Pengembalian dari petugas Koordinator PWD;
d. penerimaan salinan Warkat Debit hasil Kliring
Penyerahan dari petugas Koordinator PWD; dan/atau
e. penerimaan surat pemberitahuan dan/atau surat
yang bersifat tidak rahasia dari Koordinator PWD.
2. Persyaratan perusahaan jasa kurir
Perusahaan jasa kurir yang dapat ditunjuk oleh
Perwakilan Peserta harus berbentuk Perseroan Terbatas
dan terdaftar di instansi yang berwenang sebagai
perusahaan jasa kurir yang dibuktikan dengan Tanda
Daftar Perusahaan yang masih berlaku.
3. Persyaratan penggunaan perusahaan jasa kurir
a. Penggunaan perusahaan jasa kurir oleh Perwakilan
Peserta harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1) efisiensi, keamanan, dan kecepatan dalam
penyampaian Warkat Debit dengan tidak
mengurangi jam pelayanan kepada nasabah;
2) jumlah Perwakilan Peserta lain yang telah
dilayani oleh perusahaan jasa kurir tersebut; dan
3) kredibilitas perusahaan jasa kurir serta pengurus
perusahaan jasa kurir.
b. Dalam hal Perwakilan Peserta menggunakan
perusahaan jasa kurir maka kegiatan pertukaran
Warkat Debit harus dilakukan oleh petugas jasa kurir
kecuali terjadi Keadaan Darurat dan/atau kondisi
tertentu berdasarkan pertimbangan Koordinator PWD,
yang mengakibatkan perusahaan jasa kurir tidak
dapat melakukan kewajibannya.
c. Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, kegiatan pertukaran Warkat Debit
dilakukan oleh petugas internal Perwakilan Peserta.
d. Dalam ...
157
d. Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c, petugas internal Perwakilan Peserta
menyampaikan surat pemberitahuan kepada
Koordinator PWD. Surat pemberitahuan tersebut
harus ditandatangani oleh pimpinan atau pejabat
yang berwenang mewakili Perwakilan Peserta yang
bersangkutan dengan menyebutkan alasan dan nama
petugas yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan
pertukaran Warkat Debit dan disampaikan paling
lambat pada saat melakukan kegiatan pertukaran
Warkat Debit dengan menunjukkan kartu identitas
pegawai yang menggunakan foto.
4. Tata Cara Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir
a. Penggunaan perusahaan jasa kurir harus didasarkan
pada perjanjian antara Peserta atau Perwakilan
Peserta dengan perusahaan jasa kurir yang paling
kurang memuat pengaturan mengenai hal-hal sebagai
berikut:
1) Kewajiban petugas jasa kurir untuk
mencocokkan:
a) jumlah bundel Warkat Debit yang diserahkan
kepada Koordinator PWD pada saat Kliring
Penyerahan dengan jumlah Bukti BPWD-
Kliring Penyerahan yang diterima dari
Koordinator PWD; dan
b) jumlah bundel Warkat Debit yang diserahkan
kepada Koordinator PWD pada saat Kliring
Pengembalian dengan jumlah BPWD-Kliring
Pengembalian yang diterima dari Koordinator
PWD.
2) Kewajiban perusahaan jasa kurir untuk
melakukan tindakan pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
ataupun kesalahan yang dapat merugikan
Perwakilan Peserta, nasabah, maupun
masyarakat luas baik secara langsung maupun
tidak langsung.
3) Kewajiban ...
158
3) Kewajiban perusahaan jasa kurir untuk
memperhatikan aspek keamanan dalam
penggunaan sarana yang dipakai dalam
pengemasan bundel Warkat Debit dan laporan
hasil proses pertukaran Warkat Debit.
4) Pemberian kuasa dari Perwakilan Peserta kepada
perusahaan jasa kurir untuk melakukan
penyerahan dan penerimaan dalam kegiatan
pertukaran Warkat Debit.
b. Penunjukan dan penggantian perusahaan jasa kurir
wajib diberitahukan kepada Koordinator PWD paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal efektif
penggunaan perusahaan jasa kurir oleh Perwakilan
Peserta, dengan melampirkan fotokopi perjanjian
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
5. Kewajiban Perwakilan Peserta dalam Penggunaan
Perusahaan Jasa Kurir
a. Sebelum bundel Warkat Debit diserahkan kepada
petugas perusahaan jasa kurir, Perwakilan Peserta
wajib mengisi informasi secara lengkap pada BPWD,
kartu batch, dan Warkat Debit.
b. Peserta bertanggung jawab penuh kepada Koordinator
PWD terhadap segala akibat yang timbul dari setiap
penyimpangan yang dilakukan oleh petugas
perusahaan jasa kurir.
c. Perwakilan Peserta melaporkan penyimpangan secara
tertulis kepada Koordinator PWD dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal
terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh petugas
jasa kurir sebagaimana dimaksud dalam huruf b
beserta langkah penanganan yang telah dilakukan
dan Perwakilan Peserta harus memberikan keterangan
apabila diminta oleh Koordinator PWD.
d. Perwakilan ...
159
d. Perwakilan Peserta harus memberikan pengarahan
dan pembinaan kepada petugas perusahaan jasa kurir
untuk mematuhi segala tata tertib selama berada di
lokasi Koordinator PWD. Apabila dalam pelaksanaan
pertukaran Warkat Debit petugas jasa kurir melanggar
tata tertib, Koordinator PWD dapat meminta Peserta
untuk mengganti petugas perusahaan jasa kurir.
e. Dalam hal Peserta tidak memenuhi permintaan
Koordinator PWD untuk mengganti petugas
perusahaan jasa kurir sebagaimana dimaksud dalam
huruf d, Koordinator PWD dapat menolak petugas
perusahaan jasa kurir yang ditunjuk oleh Peserta yang
bersangkutan untuk melakukan kegiatan pertukaran
Warkat Debit. Selanjutnya kegiatan tersebut
dilaksanakan sendiri oleh petugas internal Peserta.
I. TPPK
1. TPPK
a. Selama mengikuti kegiatan pertukaran Warkat Debit
di lokasi Koordinator PWD, petugas kliring harus
menggunakan TPPK.
b. Petugas kliring harus menunjukkan TPPK pada saat:
1) menyerahkan bundel Warkat Debit; dan
2) menerima Warkat Debit dan laporan pertukaran
Warkat Debit.
c. Apabila diperlukan, selain menunjukkan TPPK
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, petugas
Koordinator PWD sewaktu-waktu dapat meminta
Petugas Kliring untuk memperlihatkan kartu identitas
pegawai Bank atau Perusahaan Jasa Kurir.
d. Dalam hal petugas kliring tidak dapat menunjukkan
TPPK sebagaimana dimaksud dalam huruf b atau
kartu identitas sebagaimana dimaksud dalam huruf c
maka:
1) Untuk ...
160
1) Untuk Wilayah Kliring Otomasi, petugas
Koordinator PWD tidak mengikutsertakan petugas
kliring yang bersangkutan dalam proses
penerimaan dan penyerahan Warkat Debit; atau
2) untuk Wilayah Kliring secara manual, melarang
petugas kliring yang bersangkutan untuk
mendistribusikan Warkat Debit kepada petugas
kliring lainnya.
e. Peserta bertanggungjawab atas penggunaan TPPK
yang diterbitkan oleh Koordinator PWD
2. SpesifikasiTPPK
a. TPPK tanpa foto
1) Bagi petugas internal Perwakilan Peserta, bagian
depan TPPK memuat informasi sebagai berikut:
a) nama Koordinator PWD;
b) nama Peserta; dan
c) kode Peserta.
2) Bagi petugas perusahaan jasa kurir, bagian
depan TPPK memuat informasi sebagai berikut:
a) nama Koordinator PWD;
b) nama perusahaan jasa kurir;
c) nama Peserta yang diwakili; dan
d) kode Peserta yang diwakili.
3) Bagian belakang TPPK sebagaimana dimaksud
dalam angka 1) dan angka 2) memuat nama dan
tanda tangan pejabat Koordinator PWD.
b. TPPK dengan menggunakan foto
1) Pada bagian depan, TPPK memuat:
a) nama Koordinator PWD;
b) nama Peserta;
c) nama petugas internal Peserta; dan
d) pas foto petugas internal Peserta.
2) Pada bagian belakang, TPPK memuat:
a) kode Peserta;
b) alamat Peserta;
c) nama ...
161
c) nama dan tanda tangan pejabat Koordinator
PWD; dan
d) nama dan tanda tangan petugas internal
Peserta.
Contoh TPPK sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.2.
c. Apabila terdapat perubahan spesifikasi TPPK,
Koordinator PWD memberitahukan secara tertulis
kepada seluruh Peserta.
3. Tata Cara Memperoleh TPPK
a. Permohonan TPPK untuk petugas internal Peserta
1) Untuk pertama kali, permohonan TPPK bagi
petugas internal Peserta diajukan oleh calon
Perwakilan Peserta kepada Koordinator PWD.
2) Koordinator PWD memberikan paling banyak 3
(tiga) buah TPPK bagi petugas internal
sebagaimana dimaksud dalam angka 1).
b. Permohonan TPPK untuk Perusahaan Jasa Kurir
1) Untuk pertama kali, permohonan TPPK bagi
petugas perusahaan jasa kurir diajukan oleh
Perwakilan Peserta secara tertulis kepada
Koordinator PWD, dengan melampirkan fotokopi
perjanjian antara Perwakilan Peserta dengan
perusahaan jasa kurir.
2) Setiap perusahaan jasa kurir mendapatkan paling
banyak 3 (tiga) buah TPPK untuk masing-masing
Perwakilan Peserta yang diwakilinya.
3) TPPK untuk perusahaan jasa kurir sebagaimana
dimaksud dalam angka 2) diserahkan oleh
Koordinator PWD kepada Perwakilan Peserta yang
mengajukan permohonan.
4) Tanggal efektif penggunaan TPPK ditetapkan oleh
Koordinator PWD.
c. Dalam hal TPPK akan menggunakan foto, maka
permohonan TPPK kepada Koordinator PWD harus
dilampiri ...
162
dilampiri pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua)
lembar untuk masing-masing petugas kliring yang
didaftarkan.
d. Dalam hal Perwakilan Peserta telah memiliki TPPK
untuk petugas internal kemudian menunjuk
perusahaan jasa kurir maka Perwakilan Peserta yang
bersangkutan harus mengembalikan TPPK yang telah
dimiliki kepada Koordinator PWD pada tanggal efektif
penggunaan perusahaan jasa kurir. Koordinator PWD
tidak akan memberikan TPPK yang baru untuk
perusahaan jasa kurir sebelum TPPK untuk petugas
internal Perwakilan Peserta dikembalikan.
e. Dalam hal TPPK hilang, Peserta harus segera
mengajukan permohonan penggantian TPPK secara
tertulis kepada Koordinator PWD dengan melampirkan
surat keterangan kehilangan dari Kepolisian.
Koordinator PWD memberikan TPPK baru paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima.
f. Dalam hal TPPK rusak, Perwakilan Peserta dapat
mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Koordinator PWD untuk mengganti TPPK. Koordinator
PWD memberikan TPPK baru paling lama 7 (tujuh)
hari kerja setelah permohonan diterima. Pemberian
TPPK baru dilakukan setelah TPPK yang rusak
dikembalikan.
g. Dalam hal TPPK hilang sebagaimana dimaksud dalam
huruf e atau rusak sebagaimana dimaksud dalam
huruf f adalah TPPK yang menggunakan foto,
permohonan penggantian TPPK dilampiri pas foto
ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar dari petugas
kliring.
h. Selama Perwakilan Peserta belum memperoleh
penggantian atas TPPK yang hilang sebagaimana
dimaksud dalam huruf e atau TPPK yang rusak
sebagaimana dimaksud dalam huruf f, petugas kliring
Perwakilan...
163
Perwakilan Peserta dapat menggunakan fotokopi surat
permohonan penggantian TPPK yang dilegalisasi oleh
Koordinator PWD sebagai pengganti TPPK dalam
mengikuti penyelenggaraan SKNBI. Legalisasi tersebut
dilakukan dengan cara membubuhkan stempel
Koordinator PWD dan tanda tangan pejabat
Koordinator PWD.
i. Perwakilan Peserta dikenakan biaya penggantian atas
pembuatan TPPK.
XIII. PROSEDUR PEMBUKAAN WILAYAH KLIRING DI WILAYAH YANG
TIDAK TERDAPAT KANTOR BANK INDONESIA
A. Prinsip Umum
1. Pembukaan Wilayah Kliring di wilayah yang tidak terdapat
kantor Bank Indonesia didasarkan pada kebutuhan dan
kesepakatan beberapa kantor Peserta di wilayah yang
bersangkutan.
2. Salah satu kantor Peserta sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 ditunjuk sebagai Koordinator PWD selain Bank
Indonesia atas kesepakatan seluruh kantor Peserta di
wilayah yang bersangkutan dan dengan persetujuan dari
Penyelenggara.
B. Persyaratan Pembukaan Wilayah Kliring
Persyaratan pembukaan Wilayah Kliring paling kurang sebagai
berikut:
1. jumlah kantor Peserta paling kurang 4 (empat) kantor
Peserta yang berbeda. Kantor Peserta dapat berupa kantor
pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan/atau
kantor kas;
2. dalam periode 6 (enam) bulan terakhir, jumlah Warkat
Debit yang beredar di wilayah tersebut rata-rata paling
kurang 30 (tiga puluh) Warkat Debit per hari; dan
3. terdapat kantor Peserta yang bersedia sebagai Koordinator
PWD selain Bank Indonesia.
C. Persyaratan ...
164
C. Persyaratan untuk menjadi Koordinator PWD Selain Bank
Indonesia
1. Koordinator PWD selain Bank Indonesia adalah kantor
Peserta yang memenuhi persyaratan menjadi
penyelenggara pertukaran Warkat Debit di suatu Wilayah
Kliring.
2. Kantor Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1
dapat berupa kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang
pembantu, dan/atau kantor kas.
3. Untuk dapat memperoleh persetujuan sebagai Koordinator
PWD selain Bank Indonesia, kantor Peserta yang diusulkan
menjadi Koordinator PWD selain Bank Indonesia harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mampu menyediakan sarana dan prasarana dalam
rangka pertukaran Warkat Debit;
b. memiliki lokasi yang mudah dijangkau oleh kantor
Peserta. Lokasi pelaksanaan pertukaran Warkat Debit
tidak harus berada pada lokasi yang sama dengan
lokasi kantor Peserta yang diusulkan sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia; dan
c. memperoleh persetujuan dari kantor pusat Peserta
yang bersangkutan untuk diusulkan sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia, dalam hal
calon Koordinator PWD selain Bank Indonesia berupa
kantor cabang, kantor cabang pembantu, atau kantor
kas.
D. Tata Cara Permohonan Pembukaan Wilayah Kliring
Permohonan pembukaan Wilayah Kliring diatur sebagai
berikut:
1. Kesepakatan Tertulis
a. Dengan memperhatikan pemenuhan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam huruf C, beberapa
kantor Peserta di suatu wilayah membuat
kesepakatan tertulis mengenai kebutuhan pertukaran
Warkat Debit di wilayah tersebut termasuk usulan
kantor Peserta yang akan ditunjuk sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia.
b. Kesepakatan ...
165
b. Kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ditandatangani oleh seluruh pimpinan kantor
Peserta yang mendukung pembukaan Wilayah Kliring.
2. Pengajuan Permohonan
a. Calon Koordinator PWD selain Bank Indonesia
menyampaikan surat permohonan rencana
pembukaan Wilayah Kliring yang dilampiri dengan
dokumen sebagai berikut:
1) kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud
dalam angka 1;
2) daftar nama dan alamat kantor Peserta yang
mendukung pembukaan Wilayah Kliring;
3) zona yang diusulkan dengan mengacu pada jam
operasional Layanan Kliring Warkat Debit
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.5;
4) surat persetujuan dari kantor pusat Peserta
untuk menjadi Koordinator PWD selain Bank
Indonesia;
5) surat pernyataan kesanggupan penyediaan
sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
penyelenggaraan pertukaran Warkat Debit; dan
6) informasi tertulis yang menunjukkan rata-rata
Warkat Debit yang beredar di wilayah tersebut
paling kurang 30 (tiga puluh) Warkat Debit per
hari dalam periode 6 (enam) bulan terakhir,
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.27.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a disampaikan kepada:
1) Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a, apabila
pembukaan Wilayah Kliring berada di wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia; atau
2) KPwDN apabila pembukaan Wilayah Kliring
berada di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank
Indonesia.
c. Persetujuan ...
166
c. Persetujuan atau penolakan atas permohonan
pembukaan Wilayah Kliring oleh Penyelenggara atau
KPwDN diberikan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja terhitung sejak dokumen permohonan diterima
secara lengkap.
3. Persetujuan Permohonan
a. Dalam hal permohonan pembukaan Wilayah Kliring
disetujui maka Penyelenggara mengeluarkan surat
persetujuan yang antara lain memuat penetapan
mengenai:
1) Wilayah Kliring;
2) Koordinator PWD selain Bank Indonesia;
3) jadwal pertukaran Warkat Debit; dan
4) tanggal efektif pembukaan Wilayah Kliring.
b. Surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a disampaikan kepada kantor Peserta yang
ditetapkan sebagai Koordinator PWD selain Bank
Indonesia dengan tembusan kepada:
1) kantor pusat dari kantor Peserta yang ditetapkan
sebagai Koordinator PWD selain Bank Indonesia,
dalam hal Koordinator PWD selain Bank
Indonesia berupa kantor cabang, kantor cabang
pembantu, atau kantor kas; dan/atau
2) Penyelenggara apabila persetujuan pembukaan
Wilayah Kliring diberikan oleh KPwDN.
4. Penolakan Permohonan
a. Dalam hal permohonan pembukaan Wilayah Kliring
ditolak maka Penyelenggara atau KPwDN
menyampaikan secara tertulis kepada calon
Koordinator PWD selain Bank Indonesia mengenai
penolakan yang disertai dengan alasan penolakan,
dengan tembusan kepada:
1) Kantor pusat dari kantor Peserta yang diusulkan
sebagai Koordinator PWD selain Bank Indonesia,
dalam hal Koordinator PWD selain Bank
Indonesia berupa kantor cabang, kantor cabang
pembantu, atau kantor kas; dan/atau
2) Penyelenggara ...
167
2) Penyelenggara apabila penolakan pembukaan
Wilayah Kliring diberikan oleh KPwDN.
b. Alasan penolakan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a adalah sebagai berikut:
1) persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf
B dan huruf C tidak dipenuhi;
2) dokumen permohonan sebagaimana dimaksud
dalam butir 2.a tidak lengkap; dan/atau
3) terdapat faktor lain yang menurut pertimbangan
Penyelenggara atau KPwDN belum layak untuk
dilakukan pembukaan Wilayah Kliring.
c. Apabila penolakan dikarenakan persyaratan tidak
dipenuhi dan/atau dokumen permohonan tidak
lengkap, kantor Peserta yang diusulkan sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia dapat
mengajukan permohonan kembali setelah memenuhi
persyaratan dan dokumen yang ditetapkan.
E. Tindak Lanjut atas Persetujuan Pembukaan Wilayah Kliring
Berdasarkan persetujuan pembukaan Wilayah Kliring
sebagaimana dimaksud dalam butir D.3, kantor Peserta yang
ditetapkan sebagai Koordinator PWD selain Bank Indonesia
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. menyampaikan informasi secara tertulis kepada seluruh
Perwakilan Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan
mengenai:
a. persetujuan pembukaan Wilayah Kliring;
b. daftar nama dan alamat Perwakilan Peserta;
c. jadwal penyelenggaraan pertukaran Warkat Debit;
d. tanggal efektif pembukaan Wilayah Kliring; dan
e. permintaan untuk:
1) menyampaikan daftar nama petugas kliring
dalam rangka pembuatan TPPK;
2) menyiapkan stempel kliring dan stempel kliring
dibatalkan dengan contoh sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.1; dan
3) menyampaikan ...
168
3) menyampaikan contoh stempel kliring dan
stempel kliring dibatalkan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1), paling lambat 2 (dua) hari kerja
sebelum tanggal efektif;
2. menyediakan sarana dan prasarana pertukaran Warkat
Debit antara lain:
a. ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam
pertukaran Warkat Debit; dan
b. TPPK dengan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.2; dan
3. mengadministrasikan data Perwakilan Peserta dan petugas
kliring.
F. Penggantian Koordinator PWD Selain Bank Indonesia
1. Penggantian Koordinator PWD selain Bank Indonesia dapat
dilakukan berdasarkan persetujuan lebih dari 50% (lima
puluh persen) Perwakilan Peserta di Wilayah Kliring
tersebut yang disertai dengan usulan penunjukan
Koordinator PWD selain Bank Indonesia baru.
2. Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1, calon Koordinator PWD selain Bank Indonesia
pengganti menyampaikan surat kepada Penyelenggara
atau KPwDN yang memuat:
a. pemberitahuan mengenai penggantian Koordinator
PWD selain Bank Indonesia; dan
b. permohonan mengenai penggantian Koordinator PWD
selain Bank Indonesia,
disertai alasan dan usulan tanggal efektif penggantian
Koordinator PWD selain Bank Indonesia.
3. Surat sebagaimana dimaksud dalam angka 2 disampaikan
kepada:
a. Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud
dalam butir II.A.2.a, apabila calon Koordinator PWD
selain Bank Indonesia pengganti berada di wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia; atau
b. KPwDN, ...
169
b. KPwDN, apabila calon Koordinator PWD selain Bank
Indonesia pengganti berada di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia,
dengan menggunakan format sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.28.
4. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam butir 2.b
dilampiri dengan dokumen:
a. Persetujuan tertulis lebih dari 50% (lima puluh
persen) Perwakilan Peserta sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 yang ditandatangani oleh seluruh
pimpinan Perwakilan Peserta yang menyetujui
penggantian Koordinator PWD selain Bank Indonesia;
b. surat pernyataan kesanggupan penyediaan sarana
dan prasarana yang mendukung kegiatan
penyelenggaraan pertukaran Warkat Debit; dan
c. surat persetujuan untuk diusulkan sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia pengganti
dari kantor pusat yang bersangkutan, dalam hal
Koordinator PWD selain Bank Indonesia pengganti
berupa kantor cabang, kantor cabang pembantu, atau
kantor kas.
5. Atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 2,
Penyelenggara atau KPwDN memberikan persetujuan atau
penolakan atas penggantian Koordinator PWD selain Bank
Indonesia paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
dokumen permohonan diterima secara lengkap.
6. Dalam hal permohonan penggantian Koordinator PWD
selain Bank Indonesia disetujui, Penyelenggara atau
KPwDN menyampaikan surat persetujuan sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia pengganti.
7. Surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam angka 6
disampaikan kepada kantor Peserta yang disetujui sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia pengganti dengan
tembusan kepada:
a. Kantor ...
170
a. Kantor pusat dari Koordinator PWD selain Bank
Indonesia pengganti, dalam hal Koordinator PWD
selain Bank Indonesia pengganti berupa kantor
cabang, kantor cabang pembantu, atau kantor kas;
b. Kantor pusat dari Koordinator PWD selain Bank
Indonesia lama, dalam hal Koordinator PWD selain
Bank Indonesia berupa kantor cabang, kantor cabang
pembantu, atau kantor kas; dan/atau
c. Penyelenggara, dalam hal persetujuan penggantian
Koordinator PWD selain Bank Indonesia diberikan
oleh KPwDN.
8. Dalam hal permohonan penggantian Koordinator PWD
selain Bank Indonesia ditolak, Penyelenggara atau KPwDN
menyampaikan surat pemberitahuan penolakan disertai
dengan keterangan alasan penolakan.
9. Surat pemberitahuan penolakan sebagaimana dimaksud
dalam angka 8 disampaikan kepada kantor Peserta yang
ditolak sebagai Koordinator PWD selain Bank Indonesia
pengganti dengan tembusan kepada:
a. Kantor pusat dari Koordinator PWD selain Bank
Indonesia pengganti yang ditolak, dalam hal
Koordinator PWD selain Bank Indonesia pengganti
berupa kantor cabang, kantor cabang pembantu, atau
kantor kas;
b. Kantor pusat dari Koordinator PWD selain Bank
Indonesia lama, dalam hal Koordinator PWD selain
Bank Indonesia berupa kantor cabang, kantor cabang
pembantu, atau kantor kas; dan/atau
d. Penyelenggara apabila persetujuan penggantian
Koordinator PWD selain Bank Indonesia diberikan
oleh KPwDN.
10. Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
angka 6 Koordinator PWD selain Bank Indonesia pengganti
menyediakan sarana dan prasarana penyelenggaraan
pertukaran Warkat Debit, antara lain mencakup:
a. ruangan ...
171
a. ruangan dan peralatan yang diperlukan dalam
pertukaran Warkat Debit; dan
b. TPPK dengan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.2.
11. Koordinator PWD selain Bank Indonesia lama harus tetap
menjalankan fungsinya sampai dengan hari kerja terakhir
sebelum tanggal penggantian Koordinator PWD selain
Bank Indonesia pengganti berlaku efektif.
G. Penutupan Wilayah Kliring
Permohonan penutupan Wilayah Kliring diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Penutupan Wilayah Kliring dapat dilakukan berdasarkan:
a. kesepakatan tertulis dari kantor Peserta di Wilayah
Kliring tersebut; atau
b. kebijakan Penyelenggara atau KPwDN.
2. Dalam hal penutupan Wilayah Kliring dilakukan
berdasarkan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam
butir 1.a berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Koordinator PWD selain Bank Indonesia mengajukan
surat permohonan mengenai penutupan Wilayah
Kliring dengan memberitahukan alasan dan tanggal
efektif penutupan Wilayah Kliring kepada:
1) Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.a, apabila Wilayah
Kliring berada di wilayah kerja Kantor Pusat Bank
Indonesia; atau
2) KPwDN apabila Wilayah Kliring berada di luar
wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
Surat permohonan penutupan Wilayah Kliring
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.29.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a yang ditandatangani oleh seluruh pimpinan
Perwakilan Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan dan dilampiri dengan dokumen
mengenai kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud
dalam butir 1.a.
c. Atas ...
172
c. Atas surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf b, Penyelenggara atau KPwDN memberikan
persetujuan atas penutupan Wilayah Kliring paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen
permohonan diterima secara lengkap.
d. Dalam hal permohonan penutupan Wilayah Kliring
disetujui, Penyelenggara atau KPwDN menyampaikan
surat persetujuan kepada kantor Peserta yang
sebelumnya menjadi Koordinator PWD selain Bank
Indonesia dengan tembusan kepada:
1) Kantor pusat dari kantor Peserta yang
sebelumnya menjadi Koordinator PWD selain
Bank Indonesia; dan/atau
2) Penyelenggara apabila persetujuan penutupan
Wilayah Kliring diberikan oleh KPwDN.
e. Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam huruf d, kantor Peserta yang sebelumnya
menjadi Koordinator PWD selain Bank Indonesia
menyampaikan informasi mengenai tanggal efektif
penutupan Wilayah Kliring kepada seluruh Perwakilan
Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
f. Koordinator PWD selain Bank Indonesia harus tetap
menjalankan fungsinya sampai dengan hari kerja
terakhir sebelum tanggal pengunduran diri sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonesia dan/atau
penutupan Wilayah Kliring berlaku efektif.
g. Setelah Wilayah Kliring tersebut ditutup, pertukaran
Warkat Debit di wilayah tersebut tetap dapat
dilaksanakan secara bilateral sesuai kesepakatan.
3. Dalam hal penutupan Wilayah Kliring dilakukan
berdasarkan kebijakan Penyelenggara atau KPwDN
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b, Penyelenggara
atau KPwDN menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Koodinator PWD selain Bank Indonesia dengan
tembusan kepada:
a. kantor ...
173
a. kantor pusat dari Koordinator PWD selain Bank
Indonesia;
b. seluruh Perwakilan Peserta di Wilayah Kliring; dan
c. Penyelenggara dalam hal penutupan Wilayah Kliring
berdasarkan kebijakan KPwDN.
4. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud
dalam angka 3 mencakup informasi mengenai:
a. tanggal efektif penutupan Wilayah Kliring; dan
b. penghentian bantuan keuangan kepada Koordinator
PWD selain Bank Indonesia.
5. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud
dalam angka 3 disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum tanggal efektif penutupan Wilayah Kliring
tersebut. Setelah Wilayah Kliring tersebut ditutup,
pertukaran Warkat Debit di wilayah tersebut tetap dapat
dilaksanakan secara bilateral sesuai kesepakatan.
H. Bantuan Keuangan
Dalam pelaksanaan pertukaran Warkat Debit yang
dilaksanakan oleh Koordinator PWD selain Bank Indonesia,
Penyelenggara memberikan bantuan keuangan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Nominal dan Kriteria Bantuan Keuangan
a. Penyelenggara memberikan bantuan keuangan kepada
Koordinator PWD selain Bank Indonesia setiap bulan
terhitung sejak Kordinator PWD selain Bank Indonesia
efektif menyelenggarakan pertukaran Warkat Debit.
b. Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a diberikan sesuai kriteria sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.30.
c. Nilai nominal bantuan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a ditetapkan oleh
Penyelenggara dan disampaikan kepada kantor pusat
dari Koordinator PWD selain Bank Indonesia.
2. Mekanisme ...
174
2. Mekanisme Pemberian Bantuan Keuangan
a. Pemberian bantuan keuangan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1.a disampaikan oleh Penyelenggara
kepada kantor pusat Koordinator PWD selain Bank
Indonesia paling lambat pada akhir bulan berjalan.
b. Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a diberikan dengan cara mengkredit Rekening
Setelmen Dana kantor pusat Koordinator PWD selain
Bank Indonesia di Bank Indonesia.
3. Bantuan Keuangan bagi Koordinator PWD Selain Bank
Indonesia yang Baru
a. Dalam hal Peserta bertindak sebagai Koordinator PWD
selain Bank Indonesia di Wilayah Kliring yang baru
dibentuk maka:
1) untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama sejak
tanggal efektif pembentukan Koordinator PWD
selain Bank Indonesia tersebut diberi bantuan
setiap bulan sebesar 100% (seratus persen) dari
nilai nominal yang ditetapkan oleh Penyelenggara
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.c.
Penetapan jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a) apabila tanggal efektif pembentukan Wilayah
Kliring ditetapkan pada tanggal 1 sampai
dengan tanggal 15 bulan berjalan maka masa
3 (tiga) bulan pertama dihitung sejak bulan
yang bersangkutan; atau
b) apabila tanggal efektif pembentukan Wilayah
Kliring ditetapkan setelah tanggal 15 bulan
berjalan maka masa 3 (tiga) bulan pertama
dihitung sejak bulan berikutnya;
2) bantuan keuangan per bulan yang akan diberikan
kepada Koordinator PWD selain Bank Indonesia
setelah masa 3 (tiga) bulan tersebut disesuaikan
dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.30.
Contoh ...
175
Contoh perhitungan pemberian bantuan keuangan
kepada Koordinator PWD selain Bank Indonesia di
Wilayah Kliring yang baru dibentuk mengacu pada
Lampiran II.31.
b. Dalam hal kantor Peserta bertindak sebagai
Koordinator PWD selain Bank Indonsia pengganti
maka:
1) bantuan keuangan diberikan sesuai dengan
kriteria sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.30;
2) pemberian bantuan keuangan kepada
Koordinator PWD selain Bank Indonesia yang
mengalami perubahan diatur sebagai berikut:
a) apabila tanggal efektif pengalihan
dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan
tanggal 15 bulan berjalan maka bantuan
keuangan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) untuk bulan yang bersangkutan
diberikan kepada KPWD selain Bank
Indonesia yang menerima pengalihan; atau
b) apabila tanggal efektif pembentukan Wilayah
Kliring ditetapkan setelah tanggal 15 bulan
berjalan maka bantuan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a)
untuk bulan yang bersangkutan diberikan
kepada Koordinator PWD selain Bank
Indonesia yang mengalihkan.
Contoh perhitungan pemberian bantuan
keuangan kepada Koordinator PWD selain Bank
Indonesia yang baru adalah sebagaimana dalam
Lampiran II.31.
I. Iuran Perwakilan Peserta
1. Apabila bantuan keuangan yang diberikan oleh
Penyelenggara tidak dapat menutupi seluruh biaya
operasional Koordinator PWD selain Bank Indonesia dalam
pertukaran Warkat Debit, Koordinator PWD selain Bank
Indonesia ...
176
Indonesia dapat menetapkan iuran kepada kantor Peserta
di Wilayah Kliring.
2. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud dalam angka 1
ditetapkan berdasarkan selisih biaya operasional yang
dikeluarkan Koordinator PWD selain Bank Indonesia dalam
rangka pertukaran Warkat Debit.
3. Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam angka 2
antara lain mencakup biaya tenaga kerja serta biaya
penyediaan sarana dan prasarana pertukaran Warkat
Debit.
4. Besarnya iuran dan perhitungan biaya operasional yang
menjadi dasar penetapan iuran wajib disampaikan kepada
dan disetujui oleh seluruh Perwakilan Peserta di Wilayah
Kliring.
J. Pelaporan
1. Kantor Pusat dari Koordinator PWD selain Bank Indonesia
wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai
pendistribusian dan besarnya nilai nominal bantuan
keuangan sebagaimana dimaksud dalam H.1.c paling
lambat pada akhir bulan berikutnya.
2. Laporan bulanan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
disampaikan kepada Penyelenggara dengan alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.a dengan
menggunakan format laporan sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.32.
3. Koordinator PWD selain Bank Indonesia wajib
menyampaikan laporan triwulanan mengenai penggunaan
bantuan keuangan dan iuran Perwakilan Peserta dalam
pelaksanaan pertukaran Warkat Debit paling lama 7
(tujuh) hari kerja pada bulan berikutnya dengan format
laporan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.33
kepada:
a. seluruh Perwakilan Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan;
b. Penyelenggara dengan alamat sebagaimana dimaksud
dalam butir II.A.2.b, untuk Koordinator PWD selain
Bank Indonesia yang berada di wilayah KPBI; dan
c. KPwDN ...
177
c. KPwDN untuk Koordinator PWD selain Bank Indonesia
yang berada di wilayah KPwDN.
XIV. BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN SKNBI
A. Prinsip Umum
1. Peserta dikenakan biaya dalam penyelenggaraan SKNBI.
2. Peserta dapat mengenakan biaya transaksi melalui SKNBI
kepada nasabah.
3. Penyelenggara menetapkan batas maksimal biaya yang
dapat dikenakan Peserta kepada nasabah.
B. Biaya Penyelenggaraan SKNBI yang Dikenakan kepada Peserta
1. Jenis dan besarnya biaya
a. Jenis biaya dalam penyelenggaraan SKNBI terdiri atas:
1) biaya proses meliputi:
a) biaya proses DKE Transfer Dana;
b) biaya proses DKE Transfer Dana dalam
rangka Treasury Single Account (TSA);
c) biaya proses DKE Warkat Debit;
d) biaya proses DKE Pembayaran;
e) biaya proses DKE Penagihan;
f) biaya rincian transaksi pembayaran; dan
g) biaya rincian transaksi penagihan.
2) biaya akses informasi data agregat.
3) biaya penggunaan Fasilitas Kontinjensi.
4) biaya perpanjangan periode waktu pengiriman
DKE Transfer Dana, DKE Pembayaran, dan DKE
Penagihan.
5) biaya sortasi Warkat Debit.
6) biaya Warkat Debit reject.
7) biaya pembuatan dan/atau penggantian TPPK.
b. Besar biaya sebagaimana dimaksud dalam huruf a
mengacu pada rincian biaya sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.6.
c. Besarnya biaya sebagaimana dimaksud dalam huruf b
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
d. Besarnya ...
178
d. Besarnya biaya sebagaimana dimaksud dalam butir
a.1) tidak berlaku untuk pengiriman pengembalian
DKE, rincian transaksi pembayaran, dan rincian
transaksi penagihan oleh Peserta penerima, yang
dilakukan paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sejak
DKE, rincian transaksi pembayaran, dan rincian
transaksi penagihan diterima oleh Peserta penerima.
e. Dalam hal terdapat DKE Transfer Dana dalam rangka
Treasury Single Account (TSA) menggunakan kode
transaksi Treasury Single Account (TSA) yang tidak
mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.9 maka DKE Transfer Dana
tersebut dikenakan biaya proses DKE Transfer Dana
dan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal.
f. Penyelenggara dapat tidak memberlakukan biaya
sebagaimana dimaksud dalam butir a.3) dan/atau
butir a.4), apabila terjadi Keadaan Tidak Normal
dan/atau Keadaan Darurat di Penyelenggara.
g. Penyelenggara dapat membebaskan biaya dalam
sebagaimana dimaksud dalam butir dalam butir a.3)
dan/atau butir a.4), apabila terjadi Keadaan Tidak
Normal bukan disebabkan oleh kelalaian Peserta
dan/atau terjadi Keadaan Darurat di lokasi Peserta.
h. Dalam hal Penyelenggara membebaskan biaya
sebagaimana dimaksud dalam huruf g, Peserta tetap
harus membayar Pajak Pertambahan Nilai atas biaya
tertentu yang dibebaskan oleh Penyelenggara.
2. Perhitungan dan Pembebanan Biaya
a. Perhitungan dan pembebanan biaya sebagaimana
dimaksud dalam butir 1.a.1) sampai dengan butir
1.a.4) dilakukan oleh Penyelenggara dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Biaya proses sebagaimana dimaksud dalam butir
1.a.1) dan Pajak Pertambahan Nilai dihitung
setiap ...
179
setiap bulan atas dasar total DKE dan rincian
transaksi yang diterima dan diperhitungkan oleh
Penyelenggara.
2) Biaya akses informasi data agregat sebagaimana
dimaksud dalam butir 1.a.2) dan Pajak
Pertambahan Nilai dihitung setiap bulan dan
hanya dibebankan kepada Peserta yang terdaftar
sebagai pengguna fasilitas informasi.
3) Biaya penggunaan Fasilitas Kontinjensi
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a.3) dan
Pajak Pertambahan Nilai untuk penggunaan:
a) fasilitas guest bank dihitung atas dasar
durasi waktu penggunaan fasilitas tersebut
setiap 1 (satu) jam berdasarkan absensi yang
telah ditandatangani oleh Penyelenggara dan
Peserta; dan
b) fasilitas upload DKE dihitung atas dasar
penggunaan fasilitas upload DKE setiap
layanan.
4) Biaya perpanjangan pengiriman DKE
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a.4) dan
Pajak Pertambahan Nilai dihitung atas dasar
durasi waktu perpanjangan kegiatan tersebut
setiap 30 (tiga puluh) menit.
5) Pembebanan biaya sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) sampai dengan angka 4) dilakukan oleh
Penyelenggara dengan cara mendebit Rekening
Setelmen Dana Peserta dan/atau Rekening
Setelmen Dana Bank Pembayar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) biaya sebagaimana dimaksud dalam angka 1)
dan angka 2) dibebankan setiap akhir bulan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja pada
bulan berikutnya;
b) biaya sebagaimana dimaksud dalam angka 3)
dan angka 4) dibebankan paling lama 1
(satu) hari kerja setelah Peserta
menggunakan Fasilitas Kontinjensi dan/atau
perpanjangan ...
180
perpanjangan periode waktu pengiriman
DKE;
b. Perhitungan dan pembebanan biaya sebagaimana
dimaksud dalam butir 1.a.5) sampai dengan butir
1.a.7) dilakukan oleh Koordinator PWD dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Biaya sortasi Warkat Debit sebagaimana
dimaksud dalam butir 1.a.5) dihitung atas dasar
total Warkat Debit dalam Kliring Penyerahan yang
diserahkan oleh Peserta dan diproses oleh
Koordinator PWD yang melakukan pertukaran
Warkat Debit secara otomasi.
2) Biaya Warkat Debit reject sebagaimana dimaksud
dalam butir 1.a.6) dihitung dan dibebankan oleh
Koordinator PWD yang melakukan pertukaran
Warkat Debit secara otomasi dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Warkat Debit reject adalah Warkat Debit
dalam Kliring Penyerahan yang tidak dapat
diproses secara otomasi.
b) Biaya Warkat Debit reject dikenakan apabila
total Warkat Debit reject harian melebihi 2%
(dua persen) dari total Warkat Debit yang
diproses oleh Koordinator PWD.
c) Biaya Warkat Debit reject sebagaimana
dimaksud dalam huruf b) dibebankan kepada
Peserta penerima.
3) Biaya pembuatan dan/atau penggantian TPPK
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a.7)
dihitung oleh Koordinator PWD untuk setiap
permohonan pembuatan dan/atau penggantian
TPPK.
4) Pembebanan biaya sebagaimana dimaksud dalam
angka 1), angka 2), dan angka 3) dilakukan oleh
Koordinator PWD setiap akhir bulan paling lama
7 (tujuh) hari kerja pada bulan berikutnya dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam ...
181
a) Dalam hal pertukaran Warkat Debit
dilakukan oleh Koordinator PWD maka
pembebanan biaya dilakukan dengan cara
mendebit Rekening Setelmen Dana Peserta.
b) Dalam hal pertukaran Warkat Debit
dilakukan oleh Koordinator PWD selain Bank
Indonesia maka pembebanan biaya
dilakukan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan oleh Koordinator PWD selain
Bank Indonesia.
C. Biaya Transaksi melalui SKNBI yang Dikenakan kepada
Nasabah Peserta
1. Dalam rangka mendukung kelancaran penyelesaian
transaksi melalui SKNBI, Peserta dapat menetapkan dan
mengenakan biaya transaksi kepada nasabah dengan
batas maksimal yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
2. Biaya transaksi yang dikenakan oleh Peserta kepada
nasabah sebagaimana dimaksud dalam angka 1
ditetapkan paling banyak Rp5.000,00 (lima ribu rupiah).
3. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya transaksi
melalui SKNBI dengan mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai perlindungan nasabah
pengguna SKNBI.
XV. PENANGANAN KEADAAN TIDAK NORMAL DAN/ATAU KEADAAN
DARURAT
A. Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat di
Penyelenggara
Dalam rangka menjaga kelangsungan operasional SKNBI
apabila terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan
Darurat di Penyelenggara berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Keadaan Tidak Normal di Penyelenggara
Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal di Penyelenggara
yang mempengaruhi kelancaran penyelenggaraan SKNBI
maka penanganan dilakukan sebagai berikut:
a. Penyelenggara ...
182
a. Penyelenggara memberitahukan kepada seluruh
Peserta mengenai Keadaan Tidak Normal dan langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1) menghentikan sementara kegiatan pengiriman
DKE dan kegiatan lainnya yang terhubung ke
SSK;
2) dalam hal SSK dapat berfungsi kembali, Peserta
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) melakukan koneksi ulang ke SSK;
b) melakukan rekonsiliasi antara status batch
DKE pada SPK dengan status batch DKE
pada SSK; dan/atau
c) melakukan pengiriman ulang dalam hal
terdapat batch DKE yang belum berhasil
dikirim.
b. Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dilakukan oleh Peserta berdasarkan
pemberitahuan dari Penyelenggara melalui
administrative message, help desk SKNBI, dan/atau
sarana lainnya.
c. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal sebagaimana
dimaksud dalam huruf a yang mengakibatkan SKNBI
tidak dapat beroperasi sampai dengan batas waktu
yang ditentukan oleh Penyelenggara maka
Penyelenggara menetapkan kebijakan dan prosedur
penanganan Keadaan Tidak Normal dan
memberitahukan kepada Peserta mengenai hal-hal
yang harus dilakukan oleh Peserta.
2. Keadaan Darurat di Penyelenggara
a. Dalam hal terjadi Keadaan Darurat di lokasi
Penyelenggara yang menyebabkan SKNBI tidak dapat
beroperasi maka Penyelenggara menetapkan kebijakan
dan prosedur penanggulangan Keadaan Darurat dan
memberitahukan kepada seluruh Peserta mengenai
Keadaan Darurat serta hal-hal yang harus dilakukan
oleh Peserta.
b. Kebijakan ...
183
b. Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
antara lain sebagai berikut:
1) perubahan waktu operasional SKNBI;
2) mengalihkan perhitungan transfer dana melalui
SKNBI ke Sistem BI-RTGS;
3) perhitungan dalam Layanan Kliring Warkat Debit
dilakukan oleh Koordinator PWD di setiap
Wilayah Kliring berdasarkan Warkat Debit;
dan/atau
4) penghentian sementara sebagian atau seluruh
layanan dalam penyelenggaraan SKNBI.
B. Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat di Peserta
Dalam rangka menjaga kelangsungan operasional SKNBI
apabila terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan
Darurat di Peserta berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat di Peserta yang menyebabkan
terganggunya kelancaran operasional SKNBI maka Peserta
harus memberitahukan kepada Penyelenggara mengenai
terjadinya Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan
Darurat.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
disampaikan kepada:
a. Helpdesk SKNBI melalui sarana telepon paling lama
30 (tiga puluh) menit sejak terjadinya Keadaan Tidak
Normal dan/atau Keadaan Darurat; dan
b. Penyelenggara melalui surat yang didahului dengan
faksimile dalam hal memerlukan tindak lanjut
perpanjangan periode waktu kegiatan pengiriman DKE
sesuai dengan prosedur sebagaimana dimaksud dalam
butir IV.A.5.
3. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat sebagaimana dimaksud dalam angka 1
yang menyebabkan Peserta tidak dapat melakukan
kegiatan operasional SKNBI di lokasi Peserta maka Peserta
dapat menggunakan Fasilitas Kontinjensi, yang terdiri
atas:
a. fasilitas ...
184
a. fasilitas guest bank; dan
b. fasilitas upload DKE.
4. Penggunaan fasilitas upload DKE sebagaimana dimaksud
dalam butir 3.b hanya dapat digunakan oleh Peserta
berdasarkan kebijakan Penyelenggara.
5. Dalam hal Peserta memutuskan untuk tidak melakukan
kegiatan operasional SKNBI maka Peserta harus segera
memberitahukan kepada Penyelenggara melalui surat yang
dapat didahului dengan faksimile atau sarana lain.
6. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau
Keadaan Darurat di Peserta, Penyelenggara dapat
menetapkan kebijakan, prosedur, dan hal lain yang
diperlukan untuk penyelesaian transaksi oleh Peserta
melalui SKNBI.
C. Penggunaan Fasilitas Kontinjensi
Tata cara penggunaan Fasilitas Kontinjensi diatur sebagai
berikut:
1. Peserta mengajukan surat permohonan dengan
menggunakan format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.34.
2. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
paling kurang memuat:
a. alasan untuk menggunakan Fasilitas Kontinjensi;
b. lokasi penggunaanFasilitas Kontinjensi; dan
c. pernyataan bahwa Peserta yang bersangkutan
membebaskan Penyelenggara atau KPwDN dari
tanggung jawab atas segala kerugian yang timbul
(indemnity) pada Peserta terkait dengan penggunaan
Fasilitas Kontinjensi.
3. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
ditandatangani oleh Pimpinan atau pejabat yang memiliki
spesimen tanda tangan di Penyelenggara dan dapat
disampaikan terlebih dahulu kepada Penyelenggara
melalui faksimile ke alamat sebagaimana dimaksud dalam
butir II.A.2.a.
4. Untuk ...
185
4. Untuk Peserta yang berada di wilayah kerja KPwDN, surat
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disampaikan
kepada Penyelenggara dengan tembusan kepada KPwDN
yang menyediakan Fasilitas Kontinjensi, dengan
memperhatikan jam kerja KPwDN.
5. Persetujuan atau penolakan atas permohonan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disampaikan
melalui administrative message atau sarana lainnya.
6. Dalam hal surat permohonan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 disetujui, Peserta harus menyiapkan data
transaksi dan hal lain yang diperlukan dalam rangka
penggunaan Fasilitas Kontinjensi yang ditetapkan oleh
Penyelenggara sesuai dengan buku pedoman penggunaan
aplikasi SPK.
7. Dalam hal Penyelenggara menetapkan Fasilitas Kontinjensi
yang dapat digunakan oleh Peserta adalah fasilitas upload
DKE maka:
a. data transaksi sebagaimana dimaksud dalam angka 6
disampaikan kepada Penyelenggara disertai dengan
bukti pengiriman DKE offline sebanyak 2 (dua)
rangkap.
b. penyampaian data transaksi dan bukti pengiriman
DKE offline kepada Penyelenggara atau KPwDN harus
dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau petugas
Peserta yang diberi kuasa oleh Pimpinan atau pejabat
yang berwenang yang memiliki spesimen di
Penyelenggara.
8. Penyelenggara dapat menetapkan batas maksimal waktu
dan/atau urutan penggunaan Fasilitas Kontinjensi dalam
hal jumlah Peserta yang mengajukan permohonan
penggunaan Fasilitas Kontinjensi melebihi kapasitas yang
tersedia.
XVI. PEMANTAUAN KEPATUHAN
Pelaksanaan pemantauan kepatuhan Peserta dan Koordinator PWD
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penyelenggara ...
186
1. Penyelenggara melakukan pemantauan kepatuhan:
a. Peserta; dan
b. Koordinator PWD,
terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
2. Pemantauan kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang
mengatur mengenai penyelenggaraan transfer dana dan kliring
berjadwal dilakukan dalam rangka menjaga kelancaran
operasional SKNBI.
3. Pemantauan kepatuhan Koordinator PWD terhadap ketentuan
yang mengatur mengenai penyelenggaraan transfer dana dan
kliring berjadwal dilakukan dalam rangka menjaga kelancaran
kegiatan pertukaran Warkat Debit.
4. Pemantauan kepatuhan oleh Penyelenggara dilakukan secara
langsung dan tidak langsung.
5. Dalam rangka pemantauan tidak langsung, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Pemantauan kepatuhan kepada Peserta
1) Pemantauan secara tidak langsung kepada Peserta
dilakukan berdasarkan:
a) data, informasi, dan/atau dokumen yang
diperoleh dari:
(1) Peserta yang bersangkutan;
(2) sistem Penyelenggara; dan/atau
(3) pihak lain.
b) laporan berkala dan/atau laporan sewaktu-waktu
yang disampaikan oleh Peserta kepada
Penyelenggara.
2) Laporan berkala dan/atau laporan sewaktu-waktu
sebagaimana dimaksud dalam butir 1)b) wajib
disampaikan kepada Penyelenggara dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Laporan Berkala berupa Laporan Hasil Penilaian
Kepatuhan (LHPK)
(1) Laporan Hasil Penilaian Kepatuhan (LHPK)
merupakan laporan tahunan hasil penilaian
pemeriksaan internal sebagaimana dimaksud
dalam ...
187
dalam butir III.H.1.b.2) untuk periode 1
Januari sampai dengan 31 Desember.
Format Laporan Hasil Penilaian Kepatuhan
(LHPK) ditetapkan oleh Penyelenggara dan
disampaikan kepada Peserta melalui surat
dan/atau sarana lain.
(2) Laporan Hasil Penilaian Kepatuhan (LHPK)
sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
disampaikan oleh Peserta paling lambat
tanggal 31 Maret tahun berikutnya.
(3) Dalam hal batas waktu penyampaian
sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
jatuh pada hari Sabtu atau hari libur maka
batas waktu penyampaian adalah hari kerja
berikutnya.
(4) Laporan Hasil Penilaian Kepatuhan (LHPK)
sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
disampaikan kepada Penyelenggara melalui
surat dan/atau sarana lain yang ditetapkan
oleh Penyelenggara.
b) Laporan sewaktu-waktu
(1) Laporan sewaktu-waktu disampaikan atas
inisiatif Peserta atau permintaan
Penyelenggara, antara lain laporan gangguan
SKNBI pada Peserta atau laporan dalam
rangka kegiatan operasional SKNBI oleh
Peserta.
(2) Laporan sewaktu-waktu atas inisiatif Peserta
sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
disampaikan kepada Penyelenggara paling
lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal
kejadian;
(3) Laporan sewaktu-waktu atas permintaan
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam
angka (1) disampaikan sesuai dengan batas
waktu yang ditetapkan Penyelenggara.
3) Laporan ...
188
3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 2)
disampaikan kepada Penyelenggara dengan alamat
sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.2.b.
4) Berdasarkan hasil pemantauan tidak langsung
sebagaimana dimaksud dalam huruf a), Penyelenggara
dapat melakukan klarifikasi dan/atau konfirmasi
kepada Peserta atas data, informasi, dokumen,
dan/atau laporan.
5) Dalam hal berdasarkan hasil pemantauan tidak
langsung terdapat hal-hal yang perlu ditindaklanjuti
oleh Peserta, Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Peserta untuk melakukan
upaya perubahan dalam rangka pemenuhan
ketentuan yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
6) Peserta wajib menindaklanjuti hasil pemantauan tidak
langsung sebagaimana dimaksud dalam angka 5).
b. Pemantauan kepada Koordinator PWD
1) Pemantauan secara tidak langsung kepada
Koordinator PWD dilakukan berdasarkan laporan
triwulanan dan/atau laporan sewaktu-waktu yang
disampaikan oleh Koordinator PWD.
2) Laporan triwulanan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) merupakan laporan yang memuat informasi
jumlah Perwakilan Peserta, jumlah transaksi, jumlah
nominal transaksi, dan jadwal pelaksanaan
pertukaran Warkat Debit, dengan menggunakan
format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.35.
3) Laporan triwulanan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
pada bulan berikutnya kepada:
a) Penyelenggara dengan alamat sebagaimana
dimaksud dalam butir II.A.2.b, untuk Koordinator
PWD Bank Indonesia dan Koordinator PWD selain
Bank Indonesia yang berada di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia; atau
b) KPwDN ...
189
b) KPwDN apabila Koordinator PWD selain Bank
Indonesia berada di luar wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia.
4) Berdasarkan hasil pemantauan tidak langsung
sebagaimana dimaksud dalam angka 1),
Penyelenggara dapat melakukan klarifikasi dan/atau
konfirmasi kepada Koordinator PWD atas data,
informasi, dokumen, dan/atau laporan.
5) Dalam hal berdasarkan hasil pemantauan tidak
langsung terdapat hal-hal yang perlu ditindaklanjuti
oleh Koordinator PWD, Penyelenggara menyampaikan
surat pemberitahuan kepada Koordinator PWD untuk
melakukan upaya perubahan dalam rangka
pemenuhan ketentuan yang ditetapkan oleh
Penyelenggara.
6) Koordinator PWD harus menindaklanjuti hasil
pemantauan tidak langsung sebagaimana dimaksud
dalam angka 5).
6. Dalam rangka pemantauan langsung, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Pemantauan kepatuhan kepada Peserta
1) Pemantauan secara langsung dilakukan melalui
kunjungan ke lokasi Peserta secara berkala atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
2) Dalam kunjungan pemeriksaan di lokasi Peserta,
berlaku ketentuan dan prosedur sebagai berikut:
a) Petugas Penyelenggara yang melakukan
pemeriksaan di lokasi Peserta dilengkapi dengan
surat tugas dari Penyelenggara.
b) Peserta wajib memberikan akses kepada petugas
Penyelenggara, paling kurang untuk:
(1) memperoleh data, informasi, dan/atau
dokumen yang diperlukan, termasuk namun
tidak terbatas pada dokumen asli dan/atau
salinan dokumen yang berupa warkat,
dan/atau ...
190
dan/atau data elektronik yang terkait dengan
pelaksanaan SKNBI sesuai dengan
permintaan petugas Penyelenggara;
dan/atau
(2) memeriksa sarana fisik dan aplikasi
pendukung yang terkait dengan operasional
SKNBI di Peserta, antara lain SPK serta
interface dari dan ke sistem internal Peserta.
3) Penyelenggara dapat menunjuk pihak lain untuk dan
atas nama Penyelenggara untuk melaksanakan
pemantauan Peserta sebagaimana dimaksud dalam
angka 1). Pihak lain yang ditugaskan tersebut
dilengkapi dengan surat penugasan dari
Penyelenggara.
4) Petugas Penyelenggara melakukan exit meeting dengan
Peserta yang dituangkan dalam laporan hasil exit
meeting yang ditandatangani oleh Penyelenggara dan
pejabat Peserta yang berwenang.
5) Penyelenggara menyampaikan surat pemberitahuan
kepada Peserta untuk melakukan tindak lanjut dan
mendorong Peserta untuk melakukan upaya
perubahan dalam rangka pemenuhan ketentuan yang
ditetapkan oleh Penyelenggara sesuai dengan laporan
hasil exit meeting sebagaimana dimaksud dalam angka
4).
6) Peserta wajib menindaklanjuti hasil pemantauan
langsung sebagaimana dimaksud dalam angka 5).
b. Pemantauan kepatuhan kepada Koordinator PWD
1) Pemantauan secara langsung dilakukan melalui
kunjungan ke lokasi Koordinator PWD secara berkala
atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
2) Dalam kunjungan pemeriksaan di lokasi Koordinator
PWD, berlaku ketentuan dan prosedur sebagai
berikut:
a) Petugas ...
191
a) Petugas Penyelenggara yang melakukan
pemeriksaan di lokasi Koordinator PWD
dilengkapi dengan surat tugas dari
Penyelenggara.
b) Koordinator PWD harus memberikan akses
kepada petugas Penyelenggara, paling kurang
untuk memperoleh data, informasi, dan/atau
dokumen yang diperlukan terkait dengan
pelaksanaan pertukaran Warkat Debit sesuai
dengan permintaan petugas Penyelenggara.
c) Petugas Penyelenggara melakukan exit meeting
dengan Koordinator PWD yang dituangkan dalam
laporan hasil exit meeting yang ditandatangani
oleh Penyelenggara dan pejabat Koordinator PWD
yang berwenang.
d) Penyelenggara menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Koordinator PWD untuk
melakukan tindak lanjut dan mendorong
Koordinator PWD untuk melakukan upaya
perubahan dalam rangka pemenuhan ketentuan
yang ditetapkan oleh Penyelenggara sesuai
dengan laporan hasil exit meeting sebagaimana
dimaksud dalam huruf c).
e) Koordinator PWD harus menindaklanjuti hasil
pemantauan langsung sebagaimana dimaksud
dalam huruf d).
7. Dalam rangka pemantauan kepatuhan Peserta, Penyelenggara
dapat meminta Peserta untuk melakukan pengujian terhadap
infrastruktur SPK yang digunakan dalam operasional SKNBI.
XVII. TATACARA PENGENAAN SANKSI
A. Sanksi Administratif Terkait Pembuatan DKE
1. Peserta yang tidak memenuhi ketentuan mengenai
pembuatan DKE sebagaimana dimaksud dalam butir
VI.B.1.c.1), butir VI.B.1.c.2), butir VII.B.7.a.1), butir
VII.B.7.a.2), ...
192
VII.B.7.a.2), butir VIII.B.1.c.1), butir VIII.B.1.c.2), butir
IX.B.7.a, dan/atau butir IX.B.7.b dikenakan sanksi
administratif berupa kewajiban membayar sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per DKE dengan
jumlah kewajiban membayar paling banyak sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dalam bulan
berjalan.
2. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam angka 1
dilakukan dengan mendebit Rekening Setelmen Dana
Peserta atau Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar.
B. Sanksi Administratif Terkait Penyediaan dan Penambahan
Prefund
1. Bagi Peserta yang tidak memenuhi ketentuan mengenai
penyediaan minimum nominal Prefund Debit sebagaimana
dimaksud dalam butir V.B.3 yang dikarenakan kelalaian
Peserta, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa
kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) namun tetap dapat ikut serta dalam
Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan
Reguler. Pengenaan sanksi dilaksanakan paling lama
1 (satu) hari kerja berikutnya, dengan mendebit
Rekening Setelmen Dana Peserta.
b. Terhadap Peserta yang dikenakan sanksi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, Penyelenggara melakukan
pemantauan selama 6 (enam) bulan.
c. Apabila selama periode pemantauan sebagaimana
dimaksud dalam huruf b Peserta tidak memenuhi
kewajiban penyediaan Prefund Debit sebanyak 6
(enam) kali maka Peserta dapat dikenakan sanksi
berupa penurunan status kepesertaan dari aktif
menjadi ditangguhkan.
d. Penyelenggara dapat mengubah kembali status
Peserta dari ditangguhkan menjadi aktif berdasarkan
kebijakan Penyelenggara.
e. Penyelenggara ...
193
e. Penyelenggara menginformasikan perubahan status
Peserta sebagaimana dimaksud dalam huruf c dan
huruf d kepada:
1) Peserta yang bersangkutan melalui surat;
2) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative
message dan/atau sarana lainnya; dan
3) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat Perwakilan Peserta melalui surat atau
sarana lainnya.
2. Bagi Peserta yang tidak memenuhi ketentuan penyediaan
minimum nominal Prefund Debit sebagaimana dimaksud
dalam butir V.B.3 dikarenakan ketidakmampuan dalam
penyediaan Prefund Debit, berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa
penurunan status kepesertaan dari aktif menjadi
ditangguhkan.
b. Penyelenggara dapat mengubah kembali status
Peserta dari ditangguhkan menjadi aktif apabila
Peserta dapat memenuhi kewajiban penyediaan
minimum nominal Prefund Debit.
c. Penyelenggara menginformasikan perubahan status
Peserta sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b kepada:
1) Peserta yang bersangkutan melalui surat;
2) seluruh Peserta melalui fasilitas administrative
message dan/atau sarana lainnya; dan
3) Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya
terdapat Perwakilan Peserta, melalui surat atau
sarana lainnya.
3. Bagi Peserta yang tidak memenuhi ketentuan penambahan
Prefund sebagaimana dimaksud dalam butir VI.B.3.c, butir
VII.B.3.b, butir VIII.B.3.c, dan/atau butir IX.B.3.b, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa
kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) per 1 (satu) hari kerja.
b. Pengenaan ...
194
b. Pengenaan sanksi administratif berupa kewajiban
membayar sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja berikutnya,
dengan mendebit Rekening Setelmen Dana Peserta
atau Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar.
C. Sanksi Administratif Terkait Penolakan Warkat Debit dan/atau
DKE Warkat Debit
Dalam hal Peserta melakukan penolakan Warkat Debit atau
DKE Warkat Debit sebagaimana dimaksud dalam butir
VII.B.1.b.1)b), berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Peserta pengirim, Peserta penerima, atau nasabah
dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban
membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per
DKE Warkat Debit yang ditolak.
2. Pengenaan sanksi administratif berupa kewajiban
membayar kepada Peserta pengirim, Peserta penerima,
atau nasabah sebagaimana dimaksud dalam angka 1
dilakukan berdasarkan alasan penolakan sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II.36.
3. Pembebanan sanksi administratif berupa kewajiban
membayar sebagaimana dalam angka 1 dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Sanksi administratif yang dikenakan kepada nasabah
Peserta dibebankan oleh Penyelenggara dengan cara
mendebit Rekening Setelmen Dana Peserta.
Selanjutnya, Peserta membebankan sanksi
administratif tersebut kepada nasabahnya.
b. Sanksi administratif yang dikenakan kepada Peserta
dibebankan oleh Penyelenggara dengan cara mendebit
Rekening Setelmen Dana Peserta. Peserta dilarang
membebankan biaya pengenaan sanksi administratif
tersebut kepada nasabahnya, mengingat alasan
penolakan Warkat Debit atau DKE Debit tersebut
disebabkan oleh kekeliruan Peserta.
c. Pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud dalam huruf b dilakukan paling lama 7
(tujuh) hari kerja pada bulan berikutnya.
D. Sanksi ...
195
D. Sanksi Administratif Terkait Warkat Debit
1. Bagi Peserta yang tidak mencantumkan Magnetic Ink
Character Recognition (MICR) code line sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir XII.A.3
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
2. Bagi Peserta yang tidak melaksanakan teguran tertulis
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sehingga
mengganggu proses pertukaran Warkat Debit secara
otomasi, Koordinator PWD dapat tidak memproses Warkat
Debit Peserta dalam pertukaran Warkat Debit.
E. Sanksi Administratif Terkait Pemantauan Kepatuhan
1. Bagi Peserta yang tidak memenuhi ketentuan kewajiban
menjaga kelancaran dan keamanan penggunaan SKNBI
sebagaimana dimaksud dalam butir III.H.1 dikenakan
sanksi administratif sebagai berikut:
a. Peserta yang tidak memenuhi ketentuan kewajiban
menjaga kelancaran dan keamanan penggunaan
SKNBI dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis.
b. Dalam hal Peserta tidak menindaklanjuti sanksi
administratif berupa teguran tertulis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak teguran tertulis
diterima, dapat dikenakan sanksi administratif berupa
berupa penurunan status kepesertaan.
2. Bagi Peserta yang tidak menginformasikan biaya transaksi
dalam penyelenggaraan SKNBI kepada nasabah secara
transparan sebagaimana dimaksud dalam butir III.H.4
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
3. Bagi Peserta yang tidak mencetak Warkat Debit di
perusahaan percetakan dokumen sekuriti sebagaimana
dimaksud dalam butir XI.C.1 dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
4. Bagi Peserta yang tidak mencetak Warkat Debit sesuai
dengan spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud dalam
butir XI.A.2, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta ...
196
a. Peserta yang tidak mencetak Warkat Debit sesuai
dengan spesifikasi teknis dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
b. Dalam hal Peserta tidak menindaklanjuti sanksi
administratif berupa teguran tertulis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sehingga mengganggu proses
pertukaran Warkat Debit secara otomasi, Koordinator
PWD dapat tidak memproses Warkat Debit Peserta
dalam pertukaran Warkat Debit
5. Bagi Peserta yang tidak memberikan data, informasi,
dan/atau dokumen terkait penyelenggaraan SKNBI
sebagaimana dimaksud dalam butir III.H.5 dikenakan
sanksi administratif berupa teguran tertulis.
6. Bagi Peserta yang tidak memberikan akses kepada
Penyelenggara untuk melakukan pemeriksaan secara
langsung sebagaimana dimaksud dalam butir XVI.6.a.2)b),
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta yang tidak memberikan akses kepada
Penyelenggara untuk melakukan pemeriksaan secara
langsung dikenakan sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
b. Dalam hal Peserta tidak menindaklanjuti sanksi
administratif berupa teguran tertulis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dalam jangka waktu paling
lama 7 (tujuh) hari sejak teguran tertulis diterima,
dapat dikenakan sanksi penurunan status
kepesertaan.
7. Bagi Peserta yang tidak menindaklanjuti hasil pemantauan
sebagaimana dimaksud dalam butir XVI.6.a.6), berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta yang tidak menindaklanjuti hasil pemantauan
dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis.
b. Dalam hal Peserta tidak menindaklanjuti sanksi
administratif berupa teguran tertulis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dapat dikenakan sanksi
penurunan status kepesertaan.
8. Bagi ...
197
8. Bagi Peserta yang terlambat menyampaikan laporan
berkala sebagaimana dimaksud dalam butir XVI.5.a.2)a)(1)
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta dikenakan sanksi administratif berupa
kewajiban membayar sebesar Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan sejak
batas waktu penyampaian pelaporan, dengan jumlah
kewajiban membayar paling banyak sebesar
Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
b. Pengenaan sanksi administratif berupa kewajiban
membayar sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dilakukan dengan mendebit Rekening Setelmen Dana
Peserta atau Rekening Setelmen Dana Bank
Pembayar.
c. Penyelenggara menginformasikan pembebanan
pengenaan sanksi administratif berupa kewajiban
membayar sebagaimana dimaksud dalam huruf b
melalui surat setelah pelaksanaan pembebanan
sanksi.
d. Dalam hal Peserta terlambat menyampaikan laporan
berkala sesuai batas waktu, Peserta tetap wajib
menyampaikan laporan berkala paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak batas waktu penyampaian
laporan berkala yang ditetapkan oleh Penyelenggara.
e. Dalam hal Peserta tidak menyampaikan laporan
berkala sebagaimana dimaksud dalam huruf d,
Peserta dikenakan sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
f. Peserta yang tidak menindaklanjuti sanksi teguran
tertulis sebagimana dimaksud dalam huruf e, dapat
dikenakan sanksi administratif berupa penurunan
status kepesertaan.
9. Dalam hal Penyelenggara mengenakan sanksi administratif
berupa penurunan status kepesertaan, Penyelenggara
menginformasikan kepada:
a. Peserta ...
198
a. Peserta yang bersangkutan melalui surat;
b. seluruh Peserta melalui fasilitas administrative
message dan/atau sarana lainnya; dan
c. Koordinator PWD yang di wilayah kerjanya terdapat
Perwakilan Peserta, melalui surat atau sarana lainnya.
XVIII. LAIN-LAIN
1. Dalam rangka keikutsertaan dalam Layanan Pembayaran
Reguler dan/atau Layanan Penagihan Reguler, diatur
ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta yang memanfaatkan Layanan Pembayaran Reguler
dan/atau Layanan Penagihan Reguler untuk pertama
kalinya harus menyampaikan pemberitahuan kepada
Penyelenggara mengenai pengiriman DKE Pembayaran
dan/atau DKE Penagihan.
b. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum
tanggal pengiriman DKE Pembayaran dan/atau DKE
Penagihan.
c. Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, Penyelenggara menginformasikan kepada
seluruh Peserta mengenai penggunaan Layanan
Pembayaran Reguler dan/atau Layanan Penagihan
Reguler.
2. Lampiran I dan Lampiran II merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
XIX. KETENTUAN PENUTUP
1. Ketentuan mengenai penyediaan JKD cadangan dari lokasi
cadangan (back up site) Peserta ke Penyelenggara sebagaimana
dimaksud dalam butir III.H.1.h.4)a)(2) wajib dipenuhi paling
lambat tanggal 31 Desember 2016.
2. Ketentuan mengenai penyesuaian indemnity dan jumlah lembar
Warkat Debit pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-
Kliring Pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II.17 dipenuhi paling lambat tanggal 31 Desember 2016.
3. Ketentuan ...
199
3. Ketentuan mengenai pencantuman jumlah lembar Warkat
Debit dalam MICR code line pada BPWD-Kliring Penyerahan
dan BPWD-Kliring Pengembalian sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II.21 dipenuhi paling lambat tanggal 31 Desember
2016.
4. Ketentuan mengenai pengenaan biaya penggunaan akses data
agregat hasil perhitungan SKNBI sebagaimana dimaksud dalam
butir XIV.B.1.a.2) mulai berlaku pada 1 Juli 2016.
5. Ketentuan mengenai penyampaian laporan triwulanan oleh
Koordinator PWD sebagaimana dimaksud dalam butir 5.b.3)
untuk pertama kali mulai berlaku untuk periode laporan
triwulan II yang penyampaiannya paling lama 7 (tujuh) hari
kerja pada bulan Juli 2016.
6. Pada saat Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku
maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/13/DPSP
tanggal 5 Juni 2015 perihal Penyelenggaraan Transfer Dana
dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal
2 Mei 2016
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
BANK INDONESIA,
BRAMUDIJA HADINOTO KEPALA DEPARTEMEN PENYELENGGARAAN
SISTEM PEMBAYARAN