No. 1 Bobot Soal 40%
a. Jelaskan homo economicus sebagai model perilaku manusia dalam ekonomi konvensional!
Bandingkan dengan homo ethicus dan homo Islamicus.
b. Jelaskan bagaimana motivasi dan preferensi konsumsi dalam Islam berbeda dengan
konsumsi konvensional! Bandingkanlah konsep utility dan mashlahah.
a. Homo economicus merupakan penyerdehanaan model perilaku ekonomi manusia dalam
ekonomi konvensional yang mengatakan dan menyamaratakan bahwa manusia sebagai
individu ekonomi yang memiliki sifat-sifat berikut: perfect self-interest (hanya
memikirkan dan memaksimumkan kesejahteraan sendiri), perfect rationality (memiliki
rasionalitas yang tidak terbatas), dan perfect information (memiliki informasi yang
sempurna). Asumsi-asumsi ini menciptakan manusia sebagai pelaku ekonomi yang berlaku
secara independen, tidak kooperatif, individualis, dan terisolasi dari komunitas atau
masyarakat. Namun, dalam perkembangannya.Wawasan psikologi memberi banyak
pencerahan kepada ilmu ekonomi tentang teori perilaku manusia, antara lain:
• Manusia tidak selalu rasional. Kesalahan sistematis yang sering dibuat manusia
antara lain: (i) kepercayaan diri yang terlalu berlebihan (overconfident), (ii)
memberi bobot yang terlalu besar pada sejumlah kecil observasi yang menyentuh
perasaan (vivid observations), dan (iii) cenderung menginterpretasikan bukti-bukti
untuk mengkonfirmasi kepercayaan yang telah mereka miliki (reluctant to change).
• Manusia peduli pada nilai-nilai keadilan, dimana nilai-nilai ini secara sederhana
diabaikan dalam teori-teori ekonomi.
• Manusia tidak konsisten sepanjang waktu, khususnya untuk keputusan-keputusan
yang membutuhkan pengorbanan dimasa sekarang untuk manfaat di masa depan.
• Berbagai penelitian di bidang psikologi menunjukkan sejumlah bias dalam perilaku
manusia yang diakibatkan oleh: (i) optimisme (dan bahkan pikiran-pikiran khayal)
tentang masa depan, (ii) kepercayaan yang terlalu berlebih-lebihan
(overconfidence), (iii) kecenderungan bahwa orang lain memiliki pikiran yang
sama dengan kita (the false consensus effect), dan (iv) kenyataan bahwa apa yang
kita ketahui dan mempengaruhi kita ternyata tidak diketahui oleh orang lain (the
curse of knowledge).
Kegagalan pemodelan perilaku manusia sebagai homo economicus kemudian menciptakan
model ekonomi yang berbasis perilaku (behavioral models). Pemodelan ini menciptakan
manusia sebagai homo ethicus, dimana manusia juga memperoleh kesejahteraan moral dan
emosional dengan adanya melakukan kewajibannya terhadap orang lain serta memiliki
tanggung jawab dan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. Homo
ethicus merupakan manusia yang bersifat altruistik, kooperatif, jujur, dan dapat dipercaya,
karena pada homo ethicus, yang dipentingkan bukan hanya self-interest. Adapun homo
Islamicus berbeda dengan homo ethicus, karena pemodelan perilaku homo Islamicus
diturunkan dari al-Qur’an dan hadits. Homo Islamicus memiliki komitmen untuk mencapai
huquq terhadap God’s interest, social interest, environmental interest, dan self-interest
bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraannya pada level moral dan emosional saja,
tetapi sebagai kewajiban yang melekat pada dirinya sebagai seorang Islamic man. Lebih
dari itu, kesejahteraan dari mencapainya tidak hanya dirasakan di dunia, namun juga
ditujukan untuk memaksimumkan kesejahteraannya di akhirat. Dari bertindak, Islamic
man juga tidak hanya digerakkan oleh moral dan emosional saja, namun juga al-Qur’an
dan hadits, sehingga semua orang secara ideal akan memiliki perilaku yang sama.
b. Motivasi konsumsi dalam perspektif Islam adalah untuk memaksimumkan maslahah
dengan melakukan konsumsi berdasarkan kebutuhan dan bukan keinginan, dan
mengasumsikan bahwa Islamic man memiliki nafsu yang terkendali, rasionalitas dalam
memilih, dan maka maslahah/tujuan konsumsi tadi dapat dilihat secara objektif, terukur
dan terbatas. Adapun preferensi konsumsi dalam perspektif Islam terbagi dalam empat
tingkatan pilihan, yaitu: (i) pilihan tingkatan pertama yang membagi konsumsi untuk dunia
dan pengeluaran karena Allah (untuk akhirat); (ii) pilihan tingkatan kedua yang membagi
konsumsi untuk masa depan dan saat ini; (iii) pilihan tingkatan ketiga yang membagi
konsumsi menjadi konsumsi primer (dharuriyyat), konsumsi sekunder (hajiyyat) dan
konsumsi tersier (tahsiniyyat); dan (iv) pilihan tingkatan keempat yaitu pilihan antar barang
substitusi.
Perbandingan maslahah dan utility: (i) kriteria maslahah bersifat objektif karena ditentukan
oleh syariah dan karenanya maslahah individu meskipun subjektif (dalam arti masing-
masing individu yang menentukan apakah sebuah barang/jasa memiliki maslahah
untuknya), akan konsisten dengan maslahah masyarakat, berbeda dengan utility individu
yang seringkali konflik dengan utility masyarakat. Konsep maslahah mendasari seluruh
aktivitas ekonomi, tidak hanya konsumsi namun juga produksi dan perdagangan. Utility
hanya tujuan konsumsi, sedangkan tujuan produksi adalah laba. Membandingkan utility
antar individu adalah tidak mungkin karena sifat-nya subyektif. Namun perbandingan
maslahah bisa dilakukan, setidaknya perbandingan dalam tingkatan maslahah yang
berbeda.
No. 2 Bobot Soal 40%
a. Jelaskan konsep produksi dalam ekonomi konvensional. Jelaskan bagaimana mereka
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
b. Jelaskan filosofi dari kewajiban bekerja dan motivasi melakukan aktvitas ekonomi
produktif dalam Islam! Jelaskan apakah motivasi profit maximization mendapatkan
pembenaran dalam Islam.
c. Jelaskan perilaku produsen Islam dan dampaknya terhadap struktur perekonomian Islam.
a. Konsep produksi dalam ekonomi konvensional yang bertentangan dengan ekonomi Islam
1. Profit maximization assumption: motivasi produksi dalam Islam pada dasarnya
tidak hanya berorientasi pada profit, karena Islamic economic man mengutamakan
huquq dalam kehidupan dan aktivitas ekonominya, sehingga profit maximization
assumption tidak berlaku dalam ekonomi Islam.
2. Pareto optimality: hal ini bertentangan dengan konsep ekonomi Islam karena
adanya pengabaian distribusi pendapatan yang adil, karena titik yang optimal dalam
pareto optimum bisa berada dimana saja termasuk pada titik dimana sumber daya
hanya dikuasai oleh satu orang dalam perekonomian.
3. Given demand hypothesis: permintaan pasar yang tidak selalu mencerminkan
permintaan sebagian besar orang (terutama pada perekonomian dimana sebagian
kecil orang menguasai sebagian besar ekonomi) dan karenanya produksi barang
yang merespon permintaan ini tidak memenuhi kriteria maslahah untuk
kepentingan banyak orang serta maqashid syariah, karena barang yang daruriyat
dan dibutuhkan banyak orang - yang terkadang tidak tercermin dalam permintaan
pasar - tidak diutamakan dalam produksi.
b. Bekerja merupakan bagian dari beribadah dan ikhtiar manusia sebagai tujuannya
diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Oleh karenanya bekerja menjadi wajib dalam
Islam, terutama karena adanya tujuan yang ingin dicapai dari bekerja yang pada tingkat
minimum adalah untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri, kemudian keluarga, kemudian
untuk kemaslahatan masyarakat, kemudian untuk semua makhluk hidup, memakmurkan
bumi dan tingkatan yang paling tinggi adalah bekerja untuk pekerjaan itu sendiri.
Kesemuanya adalah simbol bahwa dalam tujuan penciptaannya sebagai khalifah, manusia
memiliki misi dan motivasi tertentu untuk menghidupkan bumi dengan bekerja. Adapun
profit maximization hanyalah satu bagian dari motivasi bekerja dan berproduksi, namun
tidak menjadi tujuan utama. Profit maximization yang mengabaikan maslahah tidak
memiliki pembenaran dalam perilaku seorang produsen Islami.
c. Seorang produsen Islami akan memproduksi sesuai kerangka maslahah dan maqashid
syariah, dan karenanya memproduksi dan memprioritaskan barang-barang yang
memberikan maslahah terbanyak. Adapun kriteria barang yang akan diproduksi oleh
seorang produsen Islami adalah: (i) hanya barang yang halal yang akan diproduksi; (ii)
produksi barang mewah akan turun secara substansial terutama dalam struktur
perekonomian yang demand riil masyarakatnya masih mencerminkan barang-barang
primer saja; (iii) ekspansi dalam industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan
dasar pada perekonomian sebagai perwujudan pemenuhan maslahah sesuai urutannya
(darruriyat atau barang primer akan mendominasi, hajiyyat atau barang sekunder berada
pada prioritas kedua apabila produksi pada barang primer telah terpenuh, tahsiniyyat atau
barang tersier berada pada prioritas terakhir).
No. 3 Bobot Soal 40%
a. Jelaskan mekanisme pasar konvensional! Jelaskan prasyarat yang harus dipenuhi agar
mekanisme pasar konvensional mampu memenuhi tujuan-tujuan normatif.
b. Jelaskan intervensi pasar dalam sistem Islam! Bedakanlah market intervention dan price
intervention dalam perekonomian Islam.
a. Mekanisme pasar konvensional: Paradigma sekuler membawa ekonomi konvensional pada kondisi dimana pasar menjadi satu-satunya determinan efisiensi dan pemerataan dengan mengeliminasi peranan faktor-faktor lain, termasuk nilai-nilai dan institusi sosial. Harga pasar menjadi satu-satunya mekanisme filter dan self-interest menjadi satu-satunya kekuatan motivasi. Sistem berbasis mekanisme pasar menekankan pada: (i) Kebebasan penuh individu untuk mengejar self-interest dan untuk memiliki serta mengelola sumber daya; (ii) Akselerasi ekspansi kekayaan dan produksi maksimum serta pemenuhan keinginan didasarkan pada preferensi individu; dan (iii) Kekuatan pasar memegang kendali utama dalam alokasi dan distribusi sumber daya dengan peranan “minimum” untuk intervensi pemerintah atau collective value judgments. Interaksi bebas
antara konsumen dan produsen, dibawah kondisi pasar persaingan sempurna, akan menentukan harga keseimbangan untuk barang dan jasa. Pada titik keseimbangan, kepuasan konsumen (utilities) adalah maksimum, biaya produksi minimum, dan pendapatan faktor (termasuk upah dan laba) adalah maksimum. Dengan demikian, sistem pasar tidak hanya akan menjamin penggunaan sumber daya yang paling produktif (pareto efficient) namun juga harmoni antara private interest dan public interest (kondisi yang paling merata), sehingga juga berimplikasi pada distribusi pendapatan yang paling “equitable”. Adapun kondisi yang dipenuhi agar mekanisme pasar konvensional dapat mencapai tujuan normatif yaitu: (a) harmoni antara kepentingan individu dan kepentingan sosial; (b) distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang merata; (c) pencerminan dari urgensi keinginan oleh harga; dan (d) persaingan sempurna
b. Cara atau bentuk intervensi pasar dalam sistem ekonomi Islam ditentukan oleh penyebabnya. Adapun dua penyebab yang membenarkan otoritas melakukan intervensi adalah: (i) genuine factors, yaitu perubahan harga yang disebabkan faktor-faktor yang bersifat alamiah (misalkan bencana alam, demand tinggi karena hari raya, dll). Kebijakan yang ditempuh disini adalah market intervention; dan (ii) non genuine factors, yaitu faktor-faktor non-alamiah yang menyebabkan distorsi terhadap mekanisme pasar yang bebas (misalanya monopoli, fake demand, dll) kebijakan yang ditempuh disini adalah dengan menghilangkan penyebab distorsi tersebut, termasuk dengan melakukan price intervention. Perbedaan market intervention dengan price intervention: market intervention mempengaruhi supply dan demand, diperbolehkan baik karena adanya ketidaksempurnaan pasar karena genuine maupun non-genuine factors; sedangkan price intervention merupakan intervensi yang langsung mempengaruhi harganya (misal kebijakan tarif, floor price, atau ceiling price) dan kebijakan ini hanya dibenarkan pada kondisi ketidaksempurnaan pasar disebabkan oleh non-genuine factors.
No. 4 Bobot Soal 40%
Sistem finansial Islam ditujukan untuk menjaga fungsi-fungsi uang dalam perekonomian.
a. Jelaskan pelarangan riba dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan implikasi-nya.
Dapatkah anda jelaskan bagaimana riba memisahkan waktu dari aktivitas ekonomi riil ?
b. Jelaskan pelarangan gharar dalam Islam, definisi, makna ekonomi dan implikasi-nya.
Dapatkah anda jelaskan bagaimana gharar memisahkan resiko dari aktivitas ekonomi riil
?
a. Riba adalah tambahan (manfaat) yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya
padanan yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. Terdapat dua transaksi yang
berpotensi menyebabkan riba, yaitu transaksi pertukaran barang ribawi dengan nilai yang
tidak sama yang dapat menyebabkan riba fadhl/riba buyu’ dan transaksi utang dengan
tambahan (bunga) yang dapat menyebabkan riba nasi’ah/qardh/jahiliyyah. Adapun riba
secara ekonomi melanggar kaidah ’keuntungan datang bersama risiko’ dan ’hasil datang
karena adanya usaha’. Dalam kasus riba nasi’ah, keuntungan dan imbal hasil yang
didapatkan terjadi hanya karena penambahan waktu, bukan karena adanya risiko yang
ditanggung atau usaha yang dilakukan oleh kreditor. Hasil usaha yang dilakukan oleh
debitor karenanya tidak berhak diklaim oleh kreditor. Lebih dari itu, uang pada dasarnya
hanya modal finansial, bukan aset produktif yang dapat disewakan dan karenanya tidak
dibenarkan mengkalim fixed pre-determined return atas uang. Seseorang hanya boleh
mendapatkan profit atas uang yang diberikannya apabila orang tersebut ikut menanggung
risiko (contoh: investasi) atau ikut serta dalam usaha. Karenanya riba berbeda dengan
profit, karena profit memiliki counter-value yang jelas (contoh: effort, liability, risk)
sedangkan riba tidak. Dalam ekonomi, riba bermakna trading in credit yang berarti terdapat
pemutusan waktu dari transaksi riil karena adanya pinjaman berbasis bunga. Bunga
menyebabkan tingkat utang meningkat dari utang pokok yang sebenarnya pada saat
transaksi dilakukan (cost of debt services). Bunga yang terakumulasi membuat utang terus
tumbuh dan menjauhkan sektor keuangan dari transaksi sektor riil.
b. Gharar dalam analisis fiqh mencakup dua aspek yaitu ketidakpastian dan ketidaktahuan.
Secara ekonomi, pelarangan gharar bermakna pelarangan trading in risk atau
memperjualbelikan risiko dan memutuskan risiko dari transaksi riil. Adapun gharar yang
terjadi dalam transaksi bisnis dibenarkan selama gharar tersebut tidak material (tidak dapat
dihindarkan, tidak siginifikan dan tidak disengaja). Implikasi dari pelarangan gharar adalah
pelarangan segala bentuk aktivitas yang bersifat zero-sum activity (transaksi dimana
seseorang mengalami keuntungan di atas kerugian orang lain). Gharar/trading in risk dapat
memisahkan risiko dari sektor riil karena risiko menjadi komoditas yang dapat
diperjualbelikan. Komoditisasi ini kemudian membuat sektor keuangan tumbuh berlipat
ganda tanpa adanya pertambahan dalam sektor riil.
No. 5 Bobot Soal 40%
Manajemen moneter dan sistem perbankan berbasis bunga banyak mengalami kegagalan-
kegagalan. Intermediasi finansial Islam menjanjikan stabilitas dan deficit
kesejahteraan dalam perekonomian.
a. Jelaskan bagaimana sistem perbankan berbasis bunga membuat inflasi terus terjadi,
menghambat pencapaian tujuan normatif perekonomian, dan memperburuk distribusi
pendapatan.
• Dalam pembiayaan berbasis utang, tingkat bunga yang dikenakan adalah independen
terhadap kinerja riil si peminjam.
• Dalam sistem ini, bunga dipandang sebagai instrument risksharing yang efisien dalam
menghadapi informasi yang asimetris dan ketika biaya verifikasi rate of return dari
proyek riil adalah besar dibandingkan hasil potensial proyek.
• Dengan pengenaan bunga terhadap utang, biaya pengawasan (monitoring cost) juga
menjadi minimal karena bank tidak memiliki kepentingan terhadap tingkat
keberhasilan proyek si peminjam sepanjang ia tidak memiliki potensi default.
• Secara keseluruhan, dengan kontrak utang berbasis bunga, biaya transaksi (transaction
cost) menjadi lebih murah.
• Kebijakan moneter berbasis bunga tidak efektif mengendalikan jumlah uang beredar dan
inflasi, dan justru berimplikasi ekspansi jumlah uang beredar.
▪ Perbankan konvensional hidup dari interest spread, mendapatkan pendapatan bunga
yang lebih tinggi dari kewajiban bunga dana pihak ketiga yang mereka himpun.
▪ Maka, di tingkat suku bunga berapapun, perbankan akan berusaha meningkatkan laba
dengan cara meminjamkan uang lebih banyak baik ke sektor riil maupun sektor
finansial, atau meningkatkan size of the spread.
▪ Maka, ekspansi uang beredar dari sektor perbankan bisa terus berlanjut meskipun
ketika suku bunga tinggi.
▪ Sistem perbankan berbasis bunga membawa dampak buruk pada pencapaian tujuan normatif
perekonomian.
• Kriteria utama penyaluran kredit perbankan bunga adalah kemampuan peminjam
untuk menjamin pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Penggunaan akhir dari
kredit tidak terlalu mendapat perhatian.
• Dalam sistem seperti ini, kredit akan mengalir ke orang kaya dan sektor pemerintah,
dua kelompok yang dipastikan mampu menjamin pinjaman.
• Pengeluaran kelompok ini tidak selalu efisien dan produktif, dan seringkali sesuai
dengan kepentingan masyarakat dan peradaban.
• Hal ini mendorong inefisiensi modal finansial dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
sebagian besar masyarakat terlepas dari berlimpahnya sumber daya finansial dalam
perekonomian.
• Sistem bunga juga membuat kesenjangan pendapatan semakin memburuk akibat distribusi
modal finansial yang sangat tidak merata.
• Perbankan konvensional sangat bergantung pada jaminan aset dalam penyaluran
kredit.
• Sehingga, meskipun dana yang dihimpun perbankan berasal dari seluruh kelompok
masyarakat, namun manfaat dana hanya mengalir ke kelompok kaya yang mampu
menjamin kredit.
• Jelaskan two-tier mudharabah model sebagai sistem perbankan Islam yang ideal. Mengapa
model ini gagal diterapkan sehingga perbankan syariah kini berevolusi menjadi one-tier
mudharabah model? Dalam model two-tier mudharabah, hubungan antara rabb al-mâl dan
mudhârib tercipta melalui kontrak tripartit dimana nasabah penyimpan dana memberikan
otoritas kepada bank untuk menggunakan dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke kontrak dengan pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank bertindak sebagai investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudhârabah).
• Terjadinya evolusi menjadi one-tier mudharabah dikarenakan sulitnya pihak perbankan dalam
menyalurkan dana melalui kontrak mudharabah saja. Sehingga munculah kontrak yang lain
seperti musyarakah, diminishing musyarakah, murabahah, istishna, salam, dan ijarah.
No. 6 Bobot Soal 40%
Zakat sebagai garda terdepan filantropi Islam memiliki berbagai karakteristik yang membuatnya
diinginkan secara sosial dan ekonomi.
a. Jelaskan konsep filantropi dalam Islam
b. Jelaskan konsep dasar zakat serta implikasi-implikasi ekonomi dari zakat .
c. Jelaskan sistem pengelolaan zakat di dunia Islam kontemporer, khususnya di Indonesia,
dan peran pentingnya dalam perubahan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
a. Dalam Islam, kegiatan yang bersifat filantropi tidak hanya menjadi suatu kegiatan
kebajikan dan sukarela, tetapi menjadi suatu kewajiban sendiri. Salah satu materi ekonomi
yang paling banyak disinggung oleh ayat-ayat dalam al-Qur’an adalah terkait dengan infaq
dan shodaqoh, dan karenanya filantropi merupakan bagian yang tidak terpisahkan bahkan
menjadi aktivitas ekonomi yang utama.
b. Zakat adalah salah satu rukun Islam dan wajib dilaksanakan bagi setiap orang yang
memiliki kriteria wajib zakat (akil, baligh, memiliki harta yang berpotensi berkembang,
mencapai nishab, mencapai haul, dll). Dalam Islam, zakat tidak hanya menjadi sarana
redistribusi pendapatan (aktivitas ekonomi) tetapi juga menjadi sarana penyucia harta
terutama dari hak-hak orang lain yang ada dalam pendapatan seseorang. Adapun zakat
didistribusikan untuk golongan tertentu yang telah disebutkan dalam Q.S. 9 : 60 dengan
kelompok prioritas utama adalah fakir dan miskin sebagai bentuk penekanan bahwa
memberantas kemiskinan merupakan hal yang penting dalam ekonomi Islam. Adapun
zakat berimplikasi terhadap beberapa hal dalam ekonomi, yaitu:
i. konsumsi agregat, dalam perekonomian Islam dimana zakat diterapkan, maka
masyarakat akan terbagi dalam dua kelompok pendapatan yaitu pembayar zakat dan
penerima zakat. Kelompok masyarakat wajib zakat (muzakki) akan mentransfer
sejumlah proporsi pendapatan mereka ke kelompok masyarakat penerima zakat
(mustahiq). Hal ini secara jelas akan membuat pendapatan disposabel (disposable
income) mustahiq meningkat. Peningkatan pendapatan disposabel akan
meningkatkan konsumsi dan sekaligus mengizinkan mustahiq untuk mulai
membentuk tabungan. Dalam jangka panjang, transfer zakat akan membuat
ekspektasi pendapatan dan tingkat kekayaan mustahiq meningkat yang pada
gilirannya membuat konsumsi mereka menjadi lebih tinggi lagi. Tingkat konsumsi
agregat dalam perekonomian Islam akan lebih tinggi karena marginal propensity to
consume/MPC dan average propensity to consume/APC perekonomian Islam lebih
tinggi dibandingkan perekonomian konvensional. Asumsikan bahwa MPC
mustahiq jauh lebih tinggi dari MPC muzakki. Jika kita mentransfer sejumlah
proporsi pendapatan dari kelompok dengan MPC rendah ke kelompok dengan MPC
tinggi, maka secara alamiah dampak bersihnya adalah positif yaitu MPC akan lebih
tinggi. Lebih jauh lagi, APC kelompok miskin adalah lebih tinggi dari APC
kelompok kaya. Sehingga transfer dari kelompok kaya ke kelompok miskin akan
meningkatkan APC agregat perekonomian;
ii. penawaran agregat, zakat bersifat market friendly karena memiliki tarif yang rendah
dan tetap karena sudah diatur dalam syariat. Sebagai misal, zakat yang diterapkan
pada basis yang luas seperti zakat perdagangan, tarif-nya hanya 2,5%, dan tidak
boleh dirubah. Karena itu zakat tidak mengganggu insentif investasi dan produksi,
serta memberikan kepastian usaha. Zakat juga memiliki tarif berbeda untuk jenis
harta berbeda, dan mengizinkan keringanan bagi usaha dengan tingkat kesulitan
produksi lebih tinggi. Sebagai misal, zakat untuk produk pertanian dari lahan irigasi
tarif-nya 5% sedangkan dari lahan tadah hujan tarif-nya 10%. Tarif zakat barang
tambang bervariasi antara 2,5%, 5%, 10%, dan 20% sesuai dengan perbandingan
antara barang yang dihasilkan dengan usaha dan biaya yang dihabiskan. Sebagai
instrumen fiskal, zakat memberi insentif untuk kemajuan dunia usaha, sehingga
menaikkan output dan menurunkan harga. Pada kasus zakat peternakan misalnya,
secara umum tarif zakat yang berlaku adalah tarif regresif, yaitu tarif yang semakin
menurun seiring jumlah hewan ternak yang semakin besar. Dengan demikian, hal
ini akan merubah producer behaviour dan mendorong tercapainya skala ekonomi
(economies of scale) dengan biaya produksi semakin rendah, sehingga output naik
dan harga turun. Sebagai bentuk intervensi pasar, zakat adalah instrumen yang
memiliki distorsi pasar yang minimal. Pada kasus zakat perniagaan, hal ini terlihat
pada kenyataan bahwa objek zakat adalah keuntungan perdagangan. Dengan
demikian, penerapan zakat tidak mempengaruhi struktur biaya dan tingkat
keuntungan, harga jual dan kuantitas produksi. Upaya perusahaan memaksimalkan
keuntungan akan berjalan beriringan dengan upaya memaksimalkan zakat;
iii. investasi, zakat berdampak positif pada investasi dengan mempenalti penumpukan
dana, sumber daya yang menganggur dan penggunaan sumber daya di aset yang
tidak produktif. Pemilik kekayaaan yang berada diatas nishab harus membayar
zakat setiap tahunnya. Jika kekayaan tidak diinvestasikan secara produktif, maka
nilai kekayaan akan turun dari tahun ke tahun. Dengan riba dilarang, maka
penerapan zakat ini memberi insentif yang kuat bagi pemilik kekayaan untuk
melakukan investasi di sektor riil dalam rangka mempertahankan tingkat kekayaan
mereka. Karena zakat dikenakan terhadap keseluruhan kekayaan, maka selain
mempenalti harta yang menganggur, zakat juga mempenalti penggunaan sumber
daya di aset-aset yang tidak produktif dan tidak berkembang seperti perhiasan
emas-perak, properti mewah dan lain-lain. Dengan demikian, ketika zakat
diterapkan, akan terjadi investment switching dari investasi di aset-aset yang tidak
produktif ke investasi di aset-aset produktif;
iv. efisiensi alokatif., zakat mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya –yang
merupakan bagian kecil dalam masyarakat- ke kelompok miskin –yang merupakan
bagian terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung akan meningkatkan
permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin, yang umumnya adalah
kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. Permintaan yang lebih tinggi
untuk kebutuhan dasar masyarakat terkait zakat ini, akan mempengaruhi komposisi
produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, sehingga akan
membawa pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor yang lebih diinginkan
secara sosial. Dalam perekonomian dimana kesenjangan lebar, permintaan pasar
banyak didominasi orang kaya dan pemerintah yang umumnya barang dan jasa non-
primer, sehingga sebagian besar sumber daya tertarik ke sektor-sektor ini, dengan
meninggalkan sektor-sektor yang lebih bermanfaat secara sosial dan lebih
dibutuhkan banyak orang;
v. stabilisasi makroekonomi, belanja dana zakat bisa tidak sama dengan dana zakat
yang terkumpul. Pada saat perekonomian mengalami ekspansi, dimungkinkan
untuk memperoleh surplus dana zakat (zakat surplus). Ketika perekonomian sedang
mengalami resesi, maka hal ini akan membawa kita pada defisit dana zakat (zakat
deficit) dimana defisit ditutup dengan surplus tahun sebelumnya. Dengan demikian,
belanja dana zakat akan bekerja sebagai discretionary fiscal stabilizers. Zakat juga
dapat berfungsi sebagai automatic fiscal stabilizers. Zakat dengan tarif tetap
bertindak sebagai pajak proporsional yang akan menurunkan dampak pengganda
sehingga akan mengurangi fluktuasi output secara otomatis. Di saat yang sama,
zakat yang terkumpul akan dibelanjakan kepada kelompok miskin yang membuat
konsumsi mereka dapat terus berjalan tanpa terpengaruh kondisi ekonomi. Hal ini
membuat pengganda dan output menjadi lebih stabil. Kombinasi fungsi zakat
sebagai pajak proporsional dan tunjangan bagi kelompok miskin, akan meredam
dampak fluktuasi siklus bisnis terhadap perekonomian; dan
vi. penciptaan lapangan kerja ketika modal finansial (uang) dilarang disewakan dan
tidak boleh menuntut klaim sewa (bunga), dan jika dibiarkan menganggur akan
terkena penalti zakat, maka satu-satunya cara bagi uang agar tidak berkurang dan
memperoleh hasil adalah dengan cara terlibat dalam kegiatan wirausaha dengan
bersedia menanggung resiko usaha. Entrepreneurial resources diberi jalan untuk
terlibat bisnis di sektor riil melalui kerangka kemitraan (partnership) bisnis, yang
akan mendistribusikan entrepreneurial risk sehingga semakin banyak potensi
wirausaha yang terserap dan meningkatkan output perekonomian melalui
spesialisasi. Keberadaan institusi jaminan sosial yang dibiayai dari zakat, wakaf dan
infaq, akan menjamin setiap penduduk memperoleh tingkat kehidupan minimum,
sehingga partisipasi dalam entrepreneurial resources akan meningkat.
c. Sistem pengelolaan zakat kontemporer berdasarkn sifat pengelolaan dan sifat
pengumpulannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
i. Sistem sukarela dengan pengelolaan kolektif yang ditemukan di negara-negara
yang tidak menggunakan hukum Islam sebagai hukum utama dan dengan penduduk
muslim mayoritas (contoh negara: Kuwait, Bangladesh, Bahrain, Yordania,
Indonesia, dan Mesir)
ii. Sistem wajib dengan pengelolaan kolektif yang umumnya ditemukan di negara-
negara yang menggunakan hukum Islam sebagai hukum utama dan pengumpulan
zakat diwajibkan dan dilakukan oleh negara atau otoritas keagamaan dan
perusahaan swasta yang ditunjuk, terdapat sanksi bagi yang tidak membayar zakat
(contoh negara: Sudan, Arab Saudi, Pakistan dan Malaysia)
iii. Sistem sukarela dengan pengelolaan secara individual yang ditemukan di negara-
negara yang tidak menggunakan hukum Islam sebagai hukum utama dan dengan
penduduk muslim mayoritas maupun minoritas (contoh negara: Indonesia, Afrika
Selatan, Aljazair, dan negara-negara minoritas muslim)
No. 7 Bobot Soal 40%
a. Jelaskan konsep dasar wakaf serta implikasi-implikasi ekonomi dari wakaf. Jika ditinjau dari segi bahasa maka kata wakaf memiliki arti menahan. Sedangkan menurut istilah
syara’ yaitu menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk diambil manfaatnya untuk kebaikan
dan kemajuan Islam. Menahan suatu benda yang kekal zatnya artinya adalah tidak dijual dan tidak
diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja.
Dalam hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada
seseorang atau Nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun embaga, dengan ketentuan
bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan dalam hukum positif Indonesia
sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 204 tentang
wakaf, menjelaskan bahwa, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah. Wakaf seharusnya dijadikan sebagai aset produktif yang
dapat menguntungkan mawquf alaih (penerima manfaat wakaf) dan masyarakat. Dalam keuangan
publik Islam, wakaf dikenal sebagai sumber pembiayaan negara Islam semenjak zaman Rasulullah
hingga zaman Ottoman Turki. Implikasi ekonomi wakaf:
• Sebagai instrumen pengendalian harga: Wakaf secara langsung meningkatkan aggregate
supply karena memberikan kesempatan kepada perekonomian untuk menambah jumlah
faktor produksi seperti wakaf lahan pertanian, pasar, dan barang/fasilitas publik lainnya • Sebagai instrumen keuangan publik: harta wakaf dapat digunakan sebagai sumber
pendanaan negara • Peningkatan PPF: Adanya wakaf menyebabkan kapasitas produksi ekonomi meningkat
karena aset (faktor produksi) yang sebelumnya tidak terpakai dapat diberdayakan
b. Jelaskan perbedaan utama zakat dan wakaf. c. Zakat Wakaf
Hukum Wajib Sukarela
Motivasi Menjalankan kewajiban Mendekatkan diri pada
Allah dan memberi
manfaat luas bagi sesama
Jenis harta Harta tertentu sesuai dalil Tidak ada ketentuan
khusus selama harta
bermanfaat
Pengelola Amil zakat Nazhir
Syarat bagi yang Ada Tidak ada
mengeluarkan
Penerima 8 golongan Ditentukan oleh pewakaf
c. Jelaskan masalah wakaf di dunia Islam kontemporer serta strategi pengelolaan wakaf
produktif di era modern.
Dilihat dari sisi pengelolaannya, pengelolaan wakaf masih banyak dilakukan secara
tradisional yaitu pemanfaatannya hanya sebatas sebagai sarana ibadah yang tidak
produktif, seperti masjid dan kuburan. Kemudian, nazhir masih kurang profesional karena
tingkat kemampuan dan manajerial nazhir masih terbatas. Selain itu, nazhir kurang optimal
dalam mengelola wakaf karena nazhir merupakan pekerjaan sampingan dan biasanya
didominasi oleh angkatan tua. Strategi untuk menghadapi masalah ini dapat difokuskan
pada peningkatan peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai lembaga yang
bertanggungjawab mengembangkan wakaf di Indonesia. BWI dapat melakukan pembinaan
dan pelatihan untuk para nazhir, serta menerbitkan buku panduan pengelolaan wakaf.
Kemudian, pengelolaan wakaf sebaiknya dilakukan oleh institusi/lembaga wakaf, daripada
dilakukan oleh perseorangan.
d. Bagaimana wakaf bisa menghadirkan kesejahteraan dalam kerangka fiskal Islam!
Wakaf produktif bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan manfaat dari aset wakaf, serta
meningkatkan nilai dan kualitas manfaat dari aset wakaf. Wakaf produktif diarahkan pada proyek
komersial yang menghasilkan keuntungan tertinggi dan sesuai syariah. Untuk menghasilkan barang
dan jasa yang memberi pendapatan dari aset wakaf seperti ini (income-generating waqf),
dibutuhkan faktor produksi lainnya seperti aset likuid, tenaga kerja, modal fisik lain, dan pengelola
proyek.
e. Bagaimana Bank sebagai lembaga keuangan bisa berperan mengoptimalkan peran wakaf?
Peranan wakaf tunai: digunakan untuk memenuhi tujuan sosial, antara lain untuk menyediakan keuangan mikro bagi si miskin. Tokoh-tokoh yang mendukung wakaf tunai: Elgari (2004) mengusulkan
lembaga keuangan bebas bunga (qard hassan) untuk memberi pinjaman ke kelompok miskin. Modal
bank diperoleh dari wakaf tunai dari kelompok kaya. Kahf (2004) dan Ahmed (2003) mengusulkan
keuangan mikro berbasis zakat, wakaf dan sedekah. Return dari awqaf dan dana sedekah dapat
digunakan untuk pembiayaan UKM potensial pada tingkat subsidi.
No. 8 Keuangan Islam
a. Jelaskan time value of money dalam perspektif Islam!
Tenggat waktu Diutamakan untuk Yang diberikan kepada
menghabiskan disegerakan penerima adalah manfaat
dari aset/harta wakaf
Kepemilikan setelah Milikmustahik/penerima Milik Allah dan dikelola
dilakukan zakat untuk kepentingan umat
b. Jelaskan sikap Islam terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang!
a. Islam tidak memungkiri adanya time value of money – bahwa nilai uang saat ini lebih tinggi dibandingkan nilainya di masa depan. Namun, fenomena valuasi uang di masa depan harusnya menjadi fungsi di waktu itu sendiri, dan bukan diperhitungkan secara fixed-predetermined (ditarik ke depan) dan menjadikannya independen dari risiko yang terjadi sepanjang waktu tersebut . Sebaliknya, untuk membenarkan adanya nilai uang yang lebih tinggi di masa depan harus diperhitungkan sebagai ex-post rate.
b. Inflasi yang dapat menyebabkan turunnya nilai mata uang adalah fenomena moneter yang dapat disebabkan oleh dua sistem keuangan dan moneter konvensional, yaitu fractional reserve banking dan pure fiat monetary system. Pure fiat monetary system telah memungkinkan pencetakan uang yang berlebihan dalam pemerintahan yang tidak disiplin, dan kondisi ini juga dapat diperburuk dengan penggunaan fractional reserve banking dalam sistem perbankan, dimana penciptaan kredit oleh perbankan juga turut berkontribusi terhadap ekspansi moneter. Lebih dari itu, sistem perekonomian berbasis bunga yang menjadikan bunga sebagai justifikasi atas inflasi – yang pada dasarnya interest itu sendiri menyebabkan inflasi – akan menyebabkan fenomena inflasi menjadi tidak pernah terputus (inertia) dan independen dari sektor riil. Oleh dalam sistem ekonomi Islam sistem FRB menjadi tidak ideal – seharusnya sistem perbankan memiliki dua rekening yaitu rekening investasi yang tidak dijamin (0% reserve) dan rekening koran yang dijamin seluruhnya (100% reserve) sehingga tidak terjadi ekspansi moneter yang independen dari sektor riil – penambahan dalam sektor keuangan mencerminkan peningkatan dalam sektor riil. Lebih dari itu, meskipun terdapat perdebatan secara fiqh, namun Islam dalam sejarahnya tidak pernah menunjukkan penggunaan pure fiat monetary system. Uang merupakan representasi atas aset tertentu yang nilainya stabil (contoh: emas) dan karenanya mencegah terjadinya penurunan nilai mata uang sebagai akibat inflasi (karena uang tidak boleh dicetak tanpa adanya penambahan nilai aset yang mendasari).
No. 9 Perbankan Islam
a. Jelaskan perbedaan konsep perbankan Islam dengan perbankan konvensional! Karakteristik Perbankan Islam Perbankan Konvensional
Dasar hukum Hukum syariah Hukum perbankan
Produk tabungan/investasi Titipan (wadiah) dan bagi Produk berbasis bunga
hasil (mudharabah)
Produk pembiayaan Pinjaman tanpa bunga Produk berbasis bunga
(qard), jual beli
(murabahah, salam), sewa
(ijarah), bagi hasil
(mudharabah, musyarakah)
Imbalan Bagi hasil, berdasarkan Fixed, pre-determined rate
keuntungan yang
didapatkan, berbentuk
persentase Secara umum, perbedaan konsep perbankan Islam dan konvensional terletak pada
pelarangan penerapan sistem bunga dalam perbankan. Untuk menggantikan sistem bunga,
perbankan Islam menggunakan sistem bagi hasil dengan imbalan yang tidak dapat
ditentukan karena besarannya ditentukan melalui persentase keuntungan bank yang dapat
berfluktuasi. Dengan penggunaan sistem bagi hasil, perbankan Islam lebih fokus kepada
peningkatan nilai di sektor riil sehingga peningkatan kapasitas di sektor keuangan sesuai
dengan peningkatan di sektor riil. b. Jelaskan fitur-fitur ekonomi dari Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Salam dan
Murabahah
Perbedaan Murabahah Salam Istishna
Definisi Akad jual beli yang Akad jual beli di mana Akad jual beli di mana
keuntungannya telah pembeli menyerahkan pembeli menyerahkan
diketahui oleh pembayaran di awal pembayaran di
pembeli. transaksi dan awal/akhir atau dicicil
penyerahannya dan penyerahannya
dilakukan sesuai dilakukan sesuai
perjanjian. perjanjian.
Barang Sudah tersedia dan Barang belum Barang belum tersedia
menjadi milik dari tersedia dan biasanya dan biasanya berupa
penjual berupa barang barang pesanan
ekstraktif, seperti padi (manufactured),
Pembayaran Tunai ketika serah Tunai di awal akad Tunai di awal/akhir
terima barang atau akad atau dicicil
cicilan
Serah Terima Dari barang milik Dari utang (penjual) Dari milik penjual
penjual menjadi milik menjadi milik pembeli menjadi milik pembeli
pembeli
Perbedaan Mudharabah Musyarakah
Definisi Akad syirkah dalam Akad jual beli di mana
laba, satu pihak pembeli menyerahkan
pemilik harta dan pembayaran di awal
pihak lain pemilik jasa transaksi dan
penyerahannya
dilakukan sesuai
perjanjian.
Modal Modal harta 100% Kedua belah pihak
diberikan oleh pemilik memberikan modal
modal, sementara itu harta
penerima modal
memberikan sumber
daya berupa jasa
Bagi Hasil Persentase sesuai Persentase sesuai
kesepakatan kesepakatan dan
kepemilikan modal
NO. 10
a. Jelaskan posisi Islam tentang budget deficits dan utang pemerintah!
b. Apa saja instrument-instrument yang disediakan Islam untuk membiayai budget deficits!
c. Jelaskan peranan sukuk sebagai instrumen Islam untuk mobilisasi dana publik!)
a. Dalam sejarah keuangan publik Islam, government budget deficits pernah terjadi beberapa
kali, terutama dalam kondisi peperangan, dimana negara memerlukan banyak pengeluaran
untuk kemiliteran. Adapun government budget deficits menimbulkan utang negara yang
pada sejarah keuangan publik Islam, utang negara ini bersifat pinjaman publik (negara
berutang kepada masyarakat/warganya) dan bukan utang luar negeri. Oleh karenanya,
secara umum pinjaman publik diperbolehkan selama digunakan bukan untuk tujuan
konsumtif, bersifat mendesak, dan merupakan opsi terakhir. Adapun prinsip pinjaman
publik di antaranya: (i) merupakan opsi terakhir karena semua sumber tidak bisa
mencukupi kebutuhan negara; (ii) harus sesuai dengan kemampuan negara untuk
membayar; (iii) instrumen utang tidak boleh mengandung unsur riba. Selain itu dalam
sejarahnya, Rasulullah ketika melakukan pinjaman publik untuk keperluan perang lantas
lekas mengembalikannya selepas perang - menandakan bahwa pinjaman publik dalam
prinsipnya juga harus cepat dikembalikan.
b. Selain pinjaman publik, instrumen keuangan publik yang juga dapat digunakan untuk
membiayai government budget deficit adalah hadiah (hibah) yang dapat diberikan kepada
negara oleh kelompok, negara, atau individu tertentu; dan kalalah yaitu harta waris dari
seseorang yang tidak memiliki ahli waris. Keduanya dapat diakui sebagai sumber
pendanaan bagi negara di luar pendapatan negara.
c. Sukuk merupakan instrumen keuangan publik yang memperjualbelikan hak atas nilai
manfaat suatu aset kepada publik. Instrumen semacam ini dapat digunakan tidak hanya
mengutilisasi aset-aset yang sudah ada, namun juga dapat digunakan oleh negara pre-
financing proyek-proyek yang ingin dilakukan. Nantinya, proyek-proyek itulah yang akan
menjadi underlying asset dari sukuk yang dikeluarkan negara dan manfaat dari proyek
tersebut di masa yang akan datang dapat diberikan kepada investor yang memiliki sukuk.
Dengan adanya instrumen sukuk, pemerintah dapat memperkaya sumber pendanaan bagi
program-programnya dan memobilisasi dana investor yang ingin menginvestasikan
uangnya pada proyek pemerintah.
No. 11
Dalam kaidah muamalah yang menjadi dasar aturan transaksi ekonomi Islam, segala aktivitas
ekonomi adalah dibolehkan kecuali yang jelas dilarang. Karena itu memahami ekonomi dan
keuangan Islam lebih mudah dibentuk dengan mengetahui apa saja yang terlarang dalam
aktivitasnya. a. Sebutkan tiga alasan atau cara identifikasi transaksi yang terlarang dalam ekonomi Islam
• Riba adalah tambahan (manfaat) yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya
padanan yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. Riba bisa terjadi baik karena
adanya faktor waktu (riba jahiliyyah/nasi’ah) maupun perbedaan jenis barang yang
dipertukarkan (riba fadhl/buyu’), terutama pada barang ribawi (emas, perak, kurma, syair,
gandum, dan garam). Contoh dari riba nasi’ah adalah bunga yang ditetapkan pada saat
aktivitas pinjam-meminjam. Contoh dari riba fadhl adalah aktivitas pertukaran dollar
dengan rupiah yang tidak dilakukan secara spot dan pertukaran uang rupiah dengan rupiah
yang berbeda nilainya dalam jumlah yang tidak sepadan.
• Maysir adalah bertaruh/mengadu nasib, dimana peluang menang atau kalah ditentukan oleh
sesuatu yang tidak diketahui. Kemenangan didapatkan dengan memberikan beban kepada
pihak yang lain atau zero-sum game. Maysir memiliki kriteria antara lain: (i) adanya
taruhan; (ii) pelaku mempertaruhkan hartanya; (iii) pemenang mengambil hak pelaku lain
yang kalah; dan (iv) pelaku berniat mencari uang dengan adu nasib. Contoh maysir adalah
saat melakukan taruhan dari pertandingan sepak bola.
• Gharar adalah ketidakpastian yang membuat objek akad (kuantitas dan kualitas, harga, dan
waktu penyerahan) menjadi tidak pasti. Contoh gharar adalah menjual buah yang masih
belum matang atau dari pohon yang belum berbuah.
Pada dasarnya, pelarangan terhadap ketiga hal ini bertujuan untuk melindungi manusia dari
mafsadah dan menghindarkan manusia dari perselisihan karena ketidakadilan yang dihasilkan dari
transaksi. Dampak masif yang disebabkan dari ketiga hal di atas adalah ketidakstabilan
perekonomian. Yang pertama, dengan adanya riba dalam perekonomian, artinya ada proses
penciptaan uang yang tidak didasarkan pada kegiatan sebenarnya di sektor riil sehingga kemudian
dapat menyebabkan inflasi. Selain itu, riba juga dapat menjadi penyebab distribusi yang tidak
merata karena harta orang kaya bisa bertumbuh dari kesusahan yang dialami oleh peminjam yang
notabene orang miskin. Kemudian yang kedua, maysir dapat memiliki implikasi adanya eksploitasi
dari salah satu pihak terhadap pihak yang lain, di mana ketika maysir dilakukan dalam skala besar
dan oleh institusi keuangan, maka masyarakatlah yang menjadi korban dari kegiatan maysir ini.
Yang terakhir, transaksi yang bersifat gharar juga akan merusak perekonomian. Dengan adanya
gharar, maka ada kemungkinan para pelaku ekonomi untuk menipu dalam transaksi yang
dilakukan.
b. Dari tiga alasan tersebut, alasan yang mana yang menjadi inti pengembangan produk
keuangan Islam sehingga para ahli keuangan Islam saat ini memfokuskannya
Dari ketiga hal tersebut, yang menjadi fokus utama dalam pengembangan produk keuangan
Islam adalah riba. Alasannya, dari sisi konvensional sendiri tidak sepenuhnya mendukung
praktek maysir dan gharar, namun riba masih dianggap menjadi satu-satunya sistem
keuangan yang dapat diterapkan. Kemudian, riba memiliki dampak yang besar, mulai dari
penciptaan uang yang menyebabkan ketidakseimbangan antara output dan uang yang
beredar, hingga memperparah ketimpangan dengan memberikan peluang bagi pemilik
modal untuk mengeksploitasi masyarakat yang membutuhkan pinjaman.
c. Sebutkan dua metode transaksi yang diberikan oleh ekonomi Islam sehingga bisa menjadi
alternatif transaksi yang dilarang khususnya pada pertanyaan 2b di atas. 1) Mudharabah 2) Musyarakah
Soal 12
a. Jelaskan kontribusi dan peran wakaf terhadap: 1) Defisit anggaran; 2) Penghapusan riba;
3) Pemerataan; 4) Penciptaan lapangan kerja; dan 5) Penanggulangan kemiskinan!
1) Defisit anggaran
2) Penghapusan riba: wakaf dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan dengan
sistem bagi hasil, sehingga akan mengurangi penggunaan transaksi ribawi 3) Pemerataan
4) Penciptaan lapangan kerja
5) Penanggulangan kemiskinan
b. Berdasarkan pemahaman Anda, jelaskan bagaimana instrumen zakat dapat berperan
dalam pencapaian SDGs! Konsep dasar zakat: Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan hukum
pelaksanaannya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat jiwa (nafs), atau disebut juga
zakat fitrah, dan zakat harta (maal). Zakat fitrah wajib atas tiap orang, besar-kecil, tua-muda, laki-
perempuan, merdeka-budak, yang memiliki kelebihan makanan pada Hari Raya Idul Fitri.
Sedangkan zakat harta adalah zakat atas segala harta benda yang dimiliki dan bisa dimanfaatkan. Salah satu tujuan dari distribusi zakat adalah sebagai jaring pengaman sosial. Zakat memastikan
kelompok masyarakat bawah dapat memenuhi kebutuhan hidup dasarnya. Hal ini tentu berkaitan
dengan SDGs, terutama poin-poin yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam
jangka panjang, zakat turut mendukung SDGs dengan membantu menurunkan tingkat ketimpangan
ekonomi dalam masyarakat. Pemanfaatan zakat dapat bersifat konsumtif dan produktif. Zakat konsumtif
digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan pendidikan.
Sementara itu, zakat produktif dilakukan sebagai bentuk lanjut dari pemanfaatan zakat konsumtif.
Ketika mustahik mulai dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, zakat dapat digunakan sebagai modal
usaha sehingga mustahik dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Soal 13
Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudhârabah. Berdasarkan model tersebut,
jelaskan implikasi dari model ini terhadap: 1) sisi kewajiban dan aset; 2) alokasi kredit & sektor
riil, dan 3) stabilitas perbankan.
Model dasar perbankan Islam adalah model two-tier mudhârabah. Dalam model ini, hubungan
antara rabb al-mâl dan mudhârib tercipta melalui kontrak tripartit dimana nasabah penyimpan dana memberikan otoritas kepada bank untuk menggunakan dana-nya dengan basis bagi hasil (first-tier mudhârabah) dan bank kemudian bertindak sebagai agen nasabah penyimpan dana untuk masuk ke kontrak dengan pihak lain untuk menjalankan mudhârabah aktual dimana bank bertindak sebagai investor dan pihak lain sebagai pengusaha (second-tier mudhârabah). Dengan mudhârabah dua tingkat, bank menjalankan fungsi intermediasi keuangan tanpa instrument bunga sama sekali. Pendapatan kotor berasal dari bagian bank dalam keuntungan pengusaha berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati diawal. Setelah dikurangi biaya operasional bank, pendapatan ini dibagi antara bank dan penabung berdasarkan rasio bagi hasil yang disepakati diawal. Dalam model ini, deposito penabung bukanlah kewajiban bank, yaitu dana pihak ketiga tidak dijamin dan dapat hilang jika kredit bank mengalami kegagalan, melainkan bentuk penyertaan modal secara terbatas di bank, tanpa hak suara. Dalam model ini, bank Islam tetap menerima giro dan tabungan yang setiap saat dapat diambil, tidak memberikan return, dikenakan biaya dan diperlakukan sebagai kewajiban. Keunggulan utama model ini adalah bunga sepenuhnya digantikan oleh bagi hasil baik di sisi kewajiban maupun di sisi aset, sehingga meminimalkan kebutuhan untuk manajemen aset-kewajiban secara aktif, dan karenanya memberikan stabilitas terhadap guncangan ekonomi, serta tidak membutuhkan reserve requirement. Secara makro, model ini menghasilkan berbagai dampak positif terhadap efisiensi, pemerataan dan stabilitas sistem perbankan. Adapun implikasi dari sistem perbankan ini adalah sebagai berikut:
i. Dari sisi aset-kewajiban: pada sisi kewajiban tidak akan ada akun reserve untuk akad yang bersifat mudharbah, karena seluruh uang dari sisi funding disalurkan untuk pembiayaan dan tidak ada yang perlu dijamin, sedangkan uang yang bersifat titipan akan dicadangkan 100% dan tidak disalurkan untuk pembiayaan; pada sisi aset, pembiayaan yang disalurkan murni hanya untuk mudharabah/musyarakah, tidak ada pembiayaan yang bersifat fixed-predetermined.
ii. Alokasi kredit ke sektor riil: Sistem Perbankan Islam mendorong intermediasi keuangan beban bunga yang secara langsung menghubungkan return sumber daya finansial dengan hasil dari proyek di sektor riil. Selain meminimalkan potensi decoupling, mengkaitkan sektor moneter dan sektor riil secara langsung juga akan meminimalkan potensi permintaan uang untuk kegiatan yang mubazir, tidak produktif dan sia-sia, baik di sektor publik maupun sektor privat. Dalam jangka panjang, hal ini secara substansial akan meningkatkan tingkat tabungan dan investasi, menurunkan defisit anggaran dan ketidakseimbangan makroekonomi serta mendorong pemerataan pendapatan. Alokasi kredit dalam Islam harus berorientasi pada pencapaian maqashid. Alokasi kredit yang tidak sejalan dengan maqashid harus dipandang sebagai inefisiensi dan kesia-siaan. Penggunaan akhir dari kredit adalah penting. Kredit harus mengalir ke pihak yang paling produktif dan sekaligus sesuai dengan kepentingan masyarakat dan peradaban. Hal ini mendorong efisiensi modal finansial dan terpenuhinya tujuan normatif perekonomian.
iii. Stabilitas perbankan: Fitur utama sistem perbankan Islam adalah equity-based
banking system. Intermediasi keuangan berbasis profit-and-loss sharing akan membuat pemilik modal berbagi resiko dan juga keuntungan dari bisnis, sehingga mendorong disiplin finansial yang lebih tinggi. Return kepada nasabah didasarkan pada laba/rugi bank dan nilai nominal dana nasabah tidak dijamin. Hal ini akan menghapus kemungkinan mismatch antara aset dan kewajiban karena return dari kewajiban terkait secara langsung dengan return aset yang berbasis pada aktivitas investasi di sektor riil. Konsekuensinya, sistem perbankan Islam akan lebih kondusif bagi stabilitas finansial karena dana nasabah dapat menyerap kerugian yang ditimbulkan oleh guncangan riil. Hal ini sekaligus meniadakan kebutuhan jaminan simpanan dan lender of last resort, dan lebih berkeadilan karena menurunkan probabilitas pembayar pajak menanggung beban biaya rekapitalisasi bank. Stabilitas finansial ini dapat juga diraih dengan penerapan 100 percent reserve system yang memberikan hasil mirip dengan 100 percent equity-based system. Semakin banyak penggunaan ekuitas dalam bank Islam, maka semakin sedikit kebutuhan cadangan. Hal ini menjelaskan fakta bahwa rekening investasi di bank Islam menarik cadangan menuju zero reserve requirement.