Download - Narasi 2009

Transcript

DAFTAR ISIKata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Tabel Lampiran Bagian 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang, Tujuan dan Sistematika 1.2. Sumber Data, Ruang Lingkup, dan Metodologi 1.3. Konsep Ringkas PDRB Bagian 2. Gambaran Perekonomian 2009 2.1. Kontribusi Sektoral 2.2. Kontribusi Wilayah 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Bagian 3. Indeks Williamson dan LQ 3.1. Kesenjangan Pendapatan 3.2. Potensi Sektor Ekonomi Wilayah Bagian 4. Kesimpulan Hal i v vii ix xi 1 1 2 3 7 7 10 14 19 19 21 25

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

DAFTAR TABELHal Tabel 02.01. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Jawa Tengah, 2007-2009 Tabel 02.02. Pengelompokan Kabupaten/Kota Menurut Empat Sektor Ekonomi Dominan Jawa Tengah 2009 Tabel 02.03. Nilai, Kontribusi dan Peringkat PDRB ADHB Kabupaten/Kota Jawa Tengah 2009 Tabel 02.04. Jumlah dan Daftar Kabupaten/Kota Menurut Tingkat Pertumbuhan Tahun 2009 Tabel 02.05. Level Pertumbuhan dan PDRB Per Kapita, Peringkat PDRB dan PDRB per Kapita Menurut Wilayah Tahun 2009 Tabel 03.01. Indeks Williamson Non Migas Antar Wilayah dan Antar Sektor Tahun 2005-2009 Tabel 03.02. Indeks Location Quotient PDRB ADHB Non Migas Menurut Wilayah dan Sektor Tahun 2009 Tabel 03.03. Peringkat Daerah menurut Indeks Location Quotient Sektoral Jawa Tengah Tahun 2009 7 9 11 15

16 19 22 23

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

DAFTAR GAMBARHal Gambar 02.01. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sektoral dan Kelompok Sektor Jawa Tengah 2009 Gambar 02.02. PDRB Kabupaten/Kota ADHB dan Share Delapan Besar Jawa Tengah 2009 8 13

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

TABEL LAMPIRANHalTabel A.01. Tabel A.02. Tabel A.03. Tabel A.04. Tabel A.05. Tabel A.06. Tabel A.07. Tabel A.08. Tabel B.01.01. Tabel B.01.02. Tabel B.01.03. Tabel B.01.04. Tabel B.02.01. Tabel B.02.02. Tabel B.02.03. Tabel B.02.04. Tabel B.03.01. Tabel B.03.02. Tabel B.03.03. Tabel B.03.04. Tabel B.04.01. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota, Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota, Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota, Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Usaha, Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Terhadap Total Kabupaten/Kota, Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Persen) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Terhadap Total Sektor, Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Cilacap Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Cilacap Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Cilacap Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Cilacap Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banyumas Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banyumas Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banyumas Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banyumas Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) 27 28 29 30 31 32 34 36 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Tabel B.04.02. Tabel B.04.03. Tabel B.04.04. Tabel B.05.01. Tabel B.05.02. Tabel B.05.03. Tabel B.05.04. Tabel B.06.01. Tabel B.06.02. Tabel B.06.03. Tabel B.06.04. Tabel B.07.01. Tabel B.07.02. Tabel B.07.03. Tabel B.07.04. Tabel B.08.01. Tabel B.08.02. Tabel B.08.03. Tabel B.08.04. Tabel B.09.01. Tabel B.09.02.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banjarnegara Tahun 20052009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Magelang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Magelang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Magelang Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Magelang Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tabel B.09.03. Tabel B.09.04. Tabel B.10.01. Tabel B.10.02. Tabel B.10.03. Tabel B.10.04. Tabel B.11.01. Tabel B.11.02. Tabel B.11.03. Tabel B.11.04. Tabel B.12.01. Tabel B.12.02. Tabel B.12.03. Tabel B.12.04. Tabel B.13.01. Tabel B.13.02. Tabel B.13.03. Tabel B.13.04. Tabel B.14.01. Tabel B.14.02. Tabel B.14.03.

Usaha Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Boyolali Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Klaten Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Klaten Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Klaten Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Klaten Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonogiri Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonogiri Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonogiri Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Wonogiri Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sragen Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sragen Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Tabel B.14.04. Tabel B.15.01. Tabel B.15.02. Tabel B.15.03. Tabel B.15.04. Tabel B.16.01. Tabel B.16.02. Tabel B.16.03. Tabel B.16.04. Tabel B.17.01. Tabel B.17.02. Tabel B.17.04.

Lapangan Usaha Kabupaten Sragen Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sragen Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Grobogan Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Grobogan Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Grobogan Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Grobogan Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Blora Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rembang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rembang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rembang Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pati Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pati Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pati Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pati Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kudus Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kudus Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kudus Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kudus Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah)

93 94 95 96 97 98 99 10 0 10 1 10 2 10 3 10 5 10 6 10 7 10 8 10 9 11 0 11 1 11 2 11 3 11 4

Tabel B.18.01. Tabel B.18.02. Tabel B.18.03. Tabel B.18.04. Tabel B.19.01. Tabel B.19.02. Tabel B.19.03. Tabel B.19.04. Tabel B.20.01.

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tabel B.20.02. Tabel B.20.03. Tabel B.20.04. Tabel B.21.01. Tabel B.21.02. Tabel B.21.03. Tabel B.21.04. Tabel B.22.01. Tabel B.22.02. Tabel B.22.03. Tabel B.22.04. Tabel B.23.01. Tabel B.23.02. Tabel B.23.03. Tabel B.23.04. Tabel B.24.01.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jepara Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Demak Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Demak Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Demak Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Demak Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Semarang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Semarang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Semarang Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Semarang Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Temanggung Tahun 20052009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kendal Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kendal Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kendal Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kendal Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

11 5 11 6 11 7 11 8 11 9 12 0 12 1 12 2 12 3 12 4 12 5 12 6 12 7 12 8 12 9 13 0 13 1 13 2 13 3 13 4 13 5 13

Tabel B.24.02. Tabel B.24.03. Tabel B.24.04. Tabel B.25.01. Tabel B.25.02. Tabel B.25.03.

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Tabel B.25.04. Tabel B.26.01. Tabel B.26.02. Tabel B.26.03. Tabel B.26.04. Tabel B.27.01. Tabel B.27.02. Tabel B.27.03. Tabel B.27.04. Tabel B.28.01. Tabel B.28.02. Tabel B.28.03. Tabel B.28.04. Tabel B.29.01. Tabel B.29.02. Tabel B.29.03. Tabel B.29.04. Tabel B.71.01. Tabel B.71.02. Tabel B.71.03. Tabel B.71.04. Tabel B.72.01.

Lapangan Usaha Kabupaten Batang Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batang Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pemalang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pemalang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pemalang Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pemalang Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tegal Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tegal Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tegal Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tegal Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Brebes Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Brebes Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Brebes Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Brebes Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Magelang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Magelang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Magelang Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Magelang Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

6 13 7 13 8 13 9 14 0 14 1 14 2 14 3 14 4 14 5 14 6 14 7 14 8 14 9 15 0 15 1 15 2 15 3 15 4 15 5 15 6 15 7 15

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tabel B.72.02. Tabel B.72.03. Tabel B.72.04. Tabel B.73.01. Tabel B.73.02. Tabel B.73.03. Tabel B.73.04. Tabel B.74.01. Tabel B.74.02. Tabel B.74.03. Tabel B.74.04. Tabel B.75.01. Tabel B.75.02. Tabel B.75.03. Tabel B.75.04. Tabel B.76.01. Tabel B.76.02. Tabel B.76.03. Tabel B.76.04.

Kota Surakarta Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Salatiga Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Salatiga Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Salatiga Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Salatiga Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Semarang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Semarang Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Semarang Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Semarang Tahun 2005-2009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Pekalongan Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Pekalongan Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Pekalongan Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Pekalongan Tahun 20052009 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Tegal Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Tegal Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Tegal Tahun 2005-2009 (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Tegal Tahun 2005-2009 (Persen)

8 15 9 16 0 16 1 16 2 16 3 16 4 16 5 16 6 16 7 16 8 16 9 17 0 17 1 17 2 17 3 17 4 17 5 17 6 17 7

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Bagian Pertama Pendahuluan1.1. Latar Belakang, Tujuan dan Sistematika

1

Penghitungan dan penyusunan statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk analisis ekonomi, sebagai satu bentuk evaluasi dan monitoring pembangunan sepertinya sudah menjadi suatu hal yang wajib dilakukan oleh setiap pemerintah daerah termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut telah menjadi agenda kerjasama tahunan antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. Output dari kerjasama tersebut adalah publikasi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah. Selama ini, publikasi PDRB Jawa Tengah terbatas hanya menyajikan analisis ringkas mengenai kondisi makro perekonomian pada level provinsi, yaitu struktur perekonomian dan pertumbuhan ekonomi yang disajikan baik secara sektoral maupun menurut penggunaan. Informasi mengenai bagaimana struktur ekonomi wilayah kabupaten dan kota tidak dapat diperoleh dari publikasi tersebut. Demikian juga potensi dari masing-masing wilayah tidak dapat dilihat, pun belum tersaji mengenai bagaimana tingkat pemerataan atau ketimpangan pendapatan baik secara wilayah maupun secara sektoral. Demikian maka masih dipandang perlu suatu analisis lanjutan untuk mengetahui hal-hal tersebut. Berkaitan dengan topik yang masih relevan saat ini, yaitu mengenai dukungan terhadap percepatan dan maksimalisasi otonomi daerah, yang tentunya sangat memerlukan ketersediaan data pada level wilayah kabupaten/kota, BPS secara proaktif juga telah dan terus mengembangkan small area statistic. Hal ini

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

menjadi moment yang sangat tepat untuk bisa menyajikan analisis mengenai statistik pendapatan regional sampai pada level kabupaten dan kota. Berdasar latar belakang tersebut di atas, tujuan dari publikasi ini adalah sebagai pelengkap dari publikasi PDRB Jawa Tengah untuk mengetahui secara lebih lanjut dan mengenai kondisi bagaimana ketimpangan struktur, pertumbuhan, potensi

perekonomian pada level kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Publikasi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Pada bagian pertama adalah uraian mengenai latar belakang, tujuan dan sistematika. Pada bagian ini juga dijelaskan mengenai ruang lingkup analisis, sumber data serta metode analisis yang digunakan. Analisis deskriptif mengenai gambaran perekonomian kabupaten dan kota di Jawa Tengah dengan memanfaatkan visualisasi tabel dan grafik disajikan pada bagian kedua. Selanjutnya disajikan juga analisis mengenai potensi unggulan wilayah dan ketimpangan perekonomian dengan menggunakan alat analisis indeks Williamson pada bagian ketiga. Publikasi diakhiri dengan rangkuman kesimpulan dan saran pada bagian penutup. 1.2. Sumber Data, Ruang Lingkup dan Metodologi Data yang digunakan adalah data PDRB kabupaten/kota, jumlah penduduk dan tenaga kerja yang seluruhnya bersumber dari BPS baik BPS Provinsi Jawa Tengah maupun BPS Kabupaten/Kota se Jawa Tengah. Cakupan wilayah analisis adalah seluruh kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Cakupan lapangan usaha yang digunakan pada penghitungan PDRB adalah menggunakan klasifikasi sembilan sektor yaitu, (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan Penggalian; (3) Industri

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Pengolahan;

(4) Listrik, Gas, dan Air bersih; (5) Konstruksi; (6)

Perdagangan, Hotel & Restoran; (7) Angkutan dan Komunikasi; (8) Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan (9) Jasa-jasa. Sedangkan referensi waktu penghitungan PDRB adalah keadaan pada tahun 2009. Dalam publikasi ini digunakan dua macam alat analisis yaitu analisis deskriptif dengan bantuan Tabel dan grafik serta analisis lanjutan untuk melihat ketimpangan pendapatan dengan menggunakan indeks Williamson.dan potensi unggulan wilayah dengan perangkat Location Quotient Index. Dua hal yang perlu digarisbawahi dalam mengintepretasikan tabel-tabel. Pertama, PDRB provinsi dan PDRB kabupaten/kota dihitung secara independent, untuk menyesuaikan dengan ketersediaan data dasar yang tersedia dimasing-masing level wilayah. Implikasi dari hal ini adalah jumlah PDRB kabupaten/kota di Jawa Tengah tidak selalu sama dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah. Dengan kata lain terdapat statistical discrepancy antara PDRB Jawa Tengah dengan jumlah PDRB kabupaten/kota se Jawa Tengah. persen. Walaupun Kedua, demikian, untuk secara metodologi diskrepansi analisis tersebut masih dalam rentang toleransi atau tidak lebih dari sepuluh bahwa keperluan standarisasi, dilakukan dengan menggunakan data PDRB kabupaten/kota tanpa minyak dan gas bumi. Seperti diketahui, untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah, nilai tambah dari minyak dan gas bumi hanya terdapat di dua kabupaten yaitu Kabupaten Blora untuk usaha penambangan dan Kabupaten Cilacap pada usaha pengolahan. 1.3. Konsep Ringkas PDRB PDRB merupakan salah satu turunan dari neraca wilayah yang menurut macam metode penghitungannya yaitu: dapat menggunakan tiga pendekatan pendekatan produksi, pendekatan

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

pengeluaran,

dan

pendekatan

pendapatan.

Secara

teori

penghitungan PDRB dengan menggunakan ketiga metode tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Dari sisi pendekatan produksi, PDRB merupakan penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) dari barang dan jasa yang ditimbulkan oleh unit-unit kegiatan ekonomi di suatu wilayah/region tertentu pada satu periode waktu tertentu. Berdasarkan pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan penjumlahan dari lima komponen pengeluaran yaitu, (1) konsumsi rumahtangga; (2) konsumsi lembaga nirlaba; (3) konsumsi pemerintah; (4) pembentukan modal tetap bruto/investasi; dan (5) selisih ekspor impor/ekspor neto. Sementara dari pendekatan pendapatan, PDRB merupakan penjumlahan dari balas jasa faktor produksi, yaitu, (1) upah/gaji; (2) surplus usaha; (3) penyusutan dan (4) pajak tak langsung neto. Pemilihan metode penghitungan sangat tergantung pada ketersediaan data pendukung. NTB dihitung dengan mengeluarkan komponen biaya/input antara dari output. Output adalah nilai seluruh barang/jasa hasil proses produksi. Secara teknis, output satu jenis komoditas adalah hasil perkalian antara kuantitas produksi dengan harga/tarip jual per unit barang, dimana harga yang dimaksud merupakan harga pada tingkat produsen . Biaya antara merupakan nilai seluruh barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Sifat spesifik dari biaya antara yang membedakan dengan pembentukan modal adalah usia pakai/manfaatnya yang pendek, habis dalam satu periode produksi, biasanya tidak lebih dari satu tahun. Unit-unit kegiatan ekonomi diklasifikasikan pada sembilan kelompok besar yang disebut sektor. Sampai saat ini PDRB dihitung untuk wilayah provinsi dan wilayah kabupaten/kota. Sedangkan untuk periode waktu biasanya dihitung selama satu tahun kalender atau triwulanan.

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Untuk keperluan analisis, pada umumnya PDRB disajikan dengan dua terminologi harga yang berbeda yaitu atas dasar harga berlaku (current prices) dan atas dasar harga konstan (constant prices). Penyajian PDRB atas dasar harga berlaku merupakan PDRB yang penghitungan output dan NTBnya menggunakan harga pada waktu yang sama dengan waktu barang/jasa diproduksi. Penyajian dengan cara seperti ini akan memberikan gambaran dari struktur ekonomi wilayah pada tahun berjalan. PDRB atas dasar harga konstan dihitung untuk mengetahui perubahan tingkat produksi riil dengan mengeluarkan pengaruh dari faktor perubahan harga antar periode waktu. Untuk itu ditetapkan tahun dasar, yaitu satu waktu tertentu yang hargaharga pada saat itu dijadikan sebagai faktor pengali kuantitas-kuantitas produksi tahun-tahun berikutnya. untuk Karena

berbagai kendala teknis di lapangan, penghitungan NTB atas dasar harga konstan tidak selalu dapat dihitung secara langsung dari perkalian antara kuantitas produksi dengan harga pada tahun dasar (revaluasi). Dua metode lain yang juga digunakan selain metode revaluasi adalah menggunakan metode ekstrapolasi dan deflasi. Ekstrapolasi dilakukan dengan memanfaatkan indeks produksi, sedangkan deflasi dilakukan dengan memanfaatkan indeks harga. Dalam publikasi ini digunakan tahun dasar 2000 sebagai referensi harga penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata PDRB yang diterima oleh setiap penduduk, merupakan nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam publikasi ini, untuk level kabupaten, angka ini digunakan sebagai pendekatan dari pendapatan per kapita. Hal ini dilakukan karena terkadang data

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

pendukung seperti nilai penyusutan dan pajak tak langsung neto tidak mudah diperoleh pada level kabupaten/kota.

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Bagian Kedua Gambaran Perekonomian 20092.1. Kontribusi Sektoral

2

Selama satu dasawarsa terakhir, struktur perekonomian Jawa Tengah tidak begitu banyak mengalami pergeseran yang berarti. Basis usaha utama adalah sektor industri, perdagangan, pertanian dan jasa-jasa yang masing-masing pada tahun 2009 memberikan sumbangan sebesar 31,45 persen, 19,87 persen, 19,72 persen dan 10,85 persen atas dasar harga berlaku (Tabel 02.01.). Akumulasi kontribusi dari keempat sektor utama tersebut mencapai 81,89 persen dari total PDRB. Dibandingkan keadaan tahun 2008, satusatunya sektor yang kontribusinya mengalami penurunan adalah sektor industri. Sementara itu sektor-sektor yang mengalami peningkatan peran cukup signifikan dengan peningkatan lebih dari 0,2 persen adalah sektor jasa-jasa, sektor bangunan dan sektor keuangan.Tabel 02.01. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Jawa Tengah, 2007-2009 Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan Persewaan dan Jasa Perush 9. Jasa-Jasa Jumlah Sektoral 2007 20,43 1,00 32,14 1,09 5,80 19,93 5,88 3,46 10,27 100,0 0 2008 19,60 0,97 33,08 1,03 5,84 19,73 6,03 3,48 10,25 100,0 0 Grup 2009 19,72 0,98 31,45 1,04 6,22 19,87 6,19 3,68 10,85 100,0 0 20,70 38,71

40,59 100,0 0

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Ditinjau

dari

pengelompokkan

sektor,

share

terbesar

disumbang oleh sektor-sektor tersier yaitu sebesar 40,59 persen. Pada urutan berikutnya adalah sektor sekunder dan primer dengan kontribusi masing-masing sebesar 38,71 persen dan 20,70 persen. Pada gambar 02.01 berikut dapat dilihat dengan lebih jelas proporsi sumbangan yang disajikan secara sektoral maupun kelompok sektor.

Gambar 02.01. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sektoral dan Kelompok Sektor Jawa Tengah 2009

Ternyata, jika diamati lebih dalam, pada level kabupaten/kota di Jawa Tengah struktur ekonominya sangat bervariasi. Pada tabel 02.02. disajikan daftar pengelompokkan wilayah yang disusun menurut empat sektor paling dominan relatif terhadap masingmasing wilayah. Hampir sebagian besar wilayah, tepatnya ada sebanyak 25 kabupaten dengan struktur ekonomi yang berbasis pada sektor pertanian, industri, perdagangan, dan jasa-jasa. Namun hanya 3 wilayah yang strukturnya serupa dengan struktur ekonomi level propinsi yaitu Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Semarang. Yang dimaksud serupa adalah memiliki empat sektor basis utama yang sama dengan urutan share yang sama pula tanpa memperhatikan besaran persentase share relatifnya. Selebihnya sebanyak 22 kabupaten memiliki basis

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

ekonomi utama yang sama tetapi dengan urutan share yang bervariasi. Wilayah-wilayah dengan pola yang agak berbeda adalah Kabupaten Blora dan Grobogan yang memang merupakan daerahdaerah dengan kegiatan industri rendah, digantikan perannya oleh sektor jasa pemerintahan. Yang agak aneh adalah Kabupaten Rembang dan Wonogiri, di mana justru peranan sektor bangunan dan sektor transportasi muncul menggantikan sektor industri.Tabel 02.02. Pengelompokan Kabupaten/Kota Menurut Empat Sektor Ekonomi Dominan Jawa Tengah 2009*) Empat Sektor Ekonomi Dominan Kabupaten/Kota I II III IV 23. Kabupaten 1 3 6 9 Temanggung Batang 25. Kabupaten 1 3 6 9 08. Kabupaten Magelang 1 3 9 6 09. Kabupaten Boyolali 1 6 3 9 14. Kabupaten Sragen 1 6 3 9 18. Kabupaten Pati 1 6 3 9 29. Kabupaten Brebes 1 6 3 9 16. Kabupaten Blora 1 6 8 9 03. Kabupaten Purbalingga 1 6 9 3 07. Kabupaten Wonosobo 1 6 9 3 15. Kabupaten Grobogan 1 6 9 8 17. Kabupaten Rembang 1 6 9 5 21. Kabupaten Demak 1 6 9 3 02. Kabupaten Banyumas 1 9 3 6 04. Kabupaten 1 9 3 6 Banjarnegara Kebumen 05. Kabupaten 1 9 6 3 06. Kabupaten Purworejo 1 9 6 3 12. Kabupaten Wonogiri 1 9 6 7 13. Kabupaten 3 1 6 9 Karanganyar Jepara 20. Kabupaten 3 1 6 9 24. Kabupaten Kendal 3 1 6 9 26. Kabupaten Pekalongan 3 1 6 9 11. Kabupaten Sukoharjo 3 6 1 9 19. Kabupaten Kudus 3 6 1 9 22. Kabupaten Semarang 3 6 1 9 01. Kabupaten Cilacap 6 1 3 9 27. Kabupaten Pemalang 6 1 3 9 10. Kabupaten Klaten 6 3 1 9 28. Kabupaten Tegal 6 3 1 9 72. Kota Surakarta 6 3 5 9 74. Kota Semarang 6 3 5 9 75. Kota Pekalongan 6 3 5 9 76. Kota Tegal 6 3 5 7

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

73. Kota Salatiga 71. Kota Magelang

9 9

3 7

6 5

7 8

*) Berdasar PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas

Pola yang berbeda juga ditunjukkan oleh wilayah-wilayah perkotaan. Seperti terlihat pada tabel di atas, dari Kota Surakarta, Semarang, Pekalongan, Tegal dan Salatiga tidak terlihat kontribusi sektor pertanian untuk empat sektor ekonomi dominan. Sebagai gantinya adalah masuknya sektor bangunan dan transportasi yang memang sudah sewajarnya menjadi fenomena pembangunan di wilayah perkotaan. Dengan mempertimbangkan hanya satu sektor dominan, wilayah-wilayah di Jawa Tengah dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu wilayah dengan dominasi sektor pertanian sebanyak 18 kabupaten, wilayah dengan dominasi sektor industri sebanyak 7 kabupaten, wilayah dengan dominasi sektor perdagangan sebanyak 4 kabupaten dan 4 kota serta wilayah dengan dominasi sektor jasa-jasa sebanyak 2 kota. Selanjutnya Tabel 02.02. dapat juga digunakan untuk mengklasifikasikan wilayah dengan mempertimbangan dua sektor dominan atau tiga sektor dominan. Sebagai contoh, dengan memperhatikan dua sektor dominan, wilayah-wilayah di Jawa Tengah dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelompok. Kelompok yang terbanyak adalah wilayah dengan sektor pertanian sebagai sektor utama dengan dukungan sektor perdagangan pada lini kedua, jumlahnya ada sebanyak 10 kabupaten. 2.2. Kontribusi Wilayah Roda perekonomian di Jawa Tengah pada tahun 2009 telah berhasil menciptakan total nilai tambah sebesar 392,98 trilyun rupiah atas dasar harga berlaku, atau sebesar 342,31 trilyun rupiah jika dihitung tanpa minyak dan gas bumi. Perhitungan bottom up dengan menjumlahkan PDRB kabupaten/kota se Jawa Tengah,

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

menghasilkan angka 357,31 trilyun rupiah termasuk migas atau 306,64 trilyun rupiah tanpa migas. Perbedaan tersebut masih dalam toleransi oleh diskrepansi pada kisaran 10 persen. Pada bagian berikut dari bahasan ini, analisis perbandingan dilakukan terhadap total PDRB hasil perhitungan bottom up.

74. 01. 19. 29. 10. 22. 24. 02. 11. 72. 18. 13. 20. 27. 08. 09. 28. 26. 04. 14. 05. 06. 15. 12. 21. 03. 25. 23. 17. 16. 07. 75. 76. 71.

Tabel 02.03. Nilai, Kontribusi dan Peringkat PDRB ADHB Kabupaten/Kota Jawa Tengah 2009*) Nilai Kontribusi Peringkat Kabupaten/Kota (Juta Rupiah) (Persen) 2007 2009 38.176.233,8 12,45 Kota Semarang 1 1 8 34.628.646,6 11,29 Kabupaten Cilacap 2 2 1 28.905.457,0 Kabupaten Kudus 9,43 3 3 1 12.532.516,7 Kabupaten Brebes 4,09 4 4 0 10.358.526,0 Kabupaten Klaten 3,38 5 5 2 10.069.045,3 Kabupaten Semarang 3,28 6 6 3 Kabupaten Kendal 9.316.508,90 3,04 7 7 Kabupaten Banyumas 9.189.718,17 3,00 8 8 Kabupaten Sukoharjo 8.920.761,89 2,91 9 9 Kota Surakarta 8.880.691,19 2,90 10 10 Kabupaten Pati 8.386.572,24 2,74 12 11 Kabupaten Karanganyar 8.378.315,88 2,73 11 12 Kabupaten Jepara 8.206.221,97 2,68 13 13 Kabupaten Pemalang 7.170.678,83 2,34 15 14 Kabupaten Magelang 7.151.057,51 2,33 14 15 Kabupaten Boyolali 7.142.868,30 2,33 16 16 Kabupaten Tegal 7.088.461,18 2,31 18 17 Kabupaten Pekalongan 6.433.243,07 2,10 17 18 Kabupaten Banjarnegara 6.023.881,54 1,96 19 19 Kabupaten Sragen 5.871.144,27 1,91 24 20 Kabupaten Kebumen 5.855.355,62 1,91 21 21 Kabupaten Purworejo 5.849.537,33 1,91 20 22 Kabupaten Grobogan 5.764.639,16 1,88 22 23 Kabupaten Wonogiri 5.734.448,11 1,87 23 24 Kabupaten Demak 5.334.222,61 1,74 25 25 Kabupaten Purbalingga 5.121.227,68 1,67 26 26 Kabupaten Batang 4.685.020,77 1,53 27 27 Kabupaten Temanggung 4.502.652,25 1,47 28 28 Kabupaten Rembang 4.454.481,36 1,45 29 29 Kabupaten Blora 3.833.453,72 1,25 30 30 Kabupaten Wonosobo 3.584.239,92 1,17 32 31 Kota Pekalongan 3.467.448,39 1,13 31 32 Kota Tegal 2.387.809,68 0,78 33 33 Kota Magelang 1.862.811,29 0,61 34 34

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

73. Kota Salatiga Jumlah 35 Kabupaten/Kota

1.370.166,64 0,45 306.638.065, 100,00 01

35 xxx

35 xxx

*) Berdasar PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas

Dari total 306,64 trilyun rupiah PDRB non migas Jawa Tengah, tiga besar penyumbangnya adalah Kota Semarang, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kudus masing-masing dengan kontribusi 12,45 persen, 11,29 persen dan 9,43 persen. Peranan dari ketiga wilayah ini sangat mencolok dan berada jauh di atas rata-rata wilayah lain se Jawa Tengah. Akumulasi nilai dari ketiga wilayah tersebut mencapai 101,71 trilyun rupiah atau hampir sepertiga dari total PDRB Jawa Tengah. Adalah satu hal yang luar biasa apabila ada wilayah lain yang bisa mengejar ketiga wilayah tersebut. Sebagai gambaran, Brebes yang menempati peringkat keempat saja, nilai PDRBnya tidak sampai separuh dari Kabupaten Kudus yang berada pada urutan ketiga (Tabel 02.03.). Berdasarkan kontribusi PDRB kabupaten/kota ini, wilayahwilayah dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu wilayah dengan peranan di bawah rata-rata (kurang dari 3 persen) ada sebanyak 27 kabupaten/kota, wilayah dengan peranan di atas rata-rata (antara 3 sampai 6 persen) sebanyak 5 kabupaten dan wilayah dengan peranan jauh diatas rata-rata (lebih dari 6 persen) sebanyak 3 kabupaten/kota. Kabupaten Brebes, Klaten, Kabupaten Semarang, Kendal dan Banyumas adalah wilayah-wilayah dengan kategori sedang. Kota Semarang, Kabupaten Cilacap dan Kudus tentunya berada pada kategori share sangat tinggi. Sementara 27 wilayah lainnya tergolong pada kategori peranan rendah. Kota Tegal, Kota Magelang dan Kota Salatiga merupakan wilayah-wilayah dengan peranan kurang dari 1 persen sekaligus sebagai pemegang juru kunci penyumbang perekonomian Jawa Tengah dengan share masing-masing 0,78 persen, 0,64 persen dan 0,45 persen.

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Pada tabel 02.03. juga dapat dilihat beberapa wilayah yang mengalami perubahan peringkat dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2007. Tercatat ada sebanyak 12 wilayah dengan perubahan peringkat. Pati turun setingkat dari posisi 12 menjadi 11 bertukar tempat dengan Karanganyar yang naik setingkat. Pemalang turun setingkat dari posisi 15 ke 14 bergantian dengan Kabupaten Magelang. Kabupaten Pekalongan naik setingkat dari posisi 17 menjadi 18 menggantikan Kabupaten Tegal yang turun satu tingkat. Wonosobo turun dan bertukar posisi dengan Kota Pekalongan pada urutan 31 dan 32. Percepatan ekonomi di Kabupaten Sragen mencatatnya sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi se Jawa Tengah, menyebabkan posisinya melesat dari 24 ke 20 memaksa sekaligus 3 kabupaten untuk turun posisi yaitu Purworejo, Grobogan dan Wonogiri dari posisi 20, 22 dan 23 ke posisi 22, 23 dan 24.

Gambar 02.02. PDRB Kabupaten/Kota ADHB dan Share Delapan Besar Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Gambar 02.02. di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa untuk tiga wilayah yaitu Kota Semarang, Cilacap dan Kudus, nilai PDRBnya sangat mencolok perbedaannya dibanding dengan wilayah-wilayah lainnya. Pada gambar yang sama disajikan juga share dari delapan wilayah dengan kontribusi PDRB yang terbesar, 27 kabupaten/kota yang lain secara akumulasi memberikan separuh dari total PDRB Jawa Tengah.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi Pada level provinsi, PDRB Jawa Tengah tumbuh sebesar 4,71 persen dari 167,79 trilyun rupiah termasuk migas atas dasar harga konstan pada tahun 2008 menjadi 175,68 trilyun rupiah pada tahun 2009. Dengan mengeluarkan komponen migas, pertumbuhan ekonomi yang dicapai adalah sebesar 5,20 persen. Pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2009 ini sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 yang mencapai 5,46 persen dengan migas atau 5,33 persen tanpa migas. Perbedaan potensi dan karakteristik wilayah yang sangat beragam, namun berimplikasi dengan tingkat terhadap yang kinerja sangat perekonomian bervariasi. di kabupaten/kota yang ternyata walaupun dengan arah yang sama Dengan membandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota se Jawa Tengah tahun 2009 tanpa migas, pertumbuhan terendah berada di Kabupaten Karanganyar sebesar 3,55 persen sedangkan yang tertinggi adalah Kabupaten Sragen sebesar 6,01 persen. Dengan menghitung rata-rata pertumbuhan dari 35 wilayah kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah diperoleh angka sebesar 4,71 persen yang kebetulan sama dengan tingkat pertumbuhan PDRB Jawa Tengah dengan migas. Dibandingkan terhadap rata-rata

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

tersebut, sebanyak 20 wilayah memiliki pertumbuhan di atas ratarata, dan 15 sisanya berada di bawah rata-rata. Kabupaten Sragen dengan pertumbuhan sebesar 6,01 merupakan satu-satunya wilayah dengan pertumbuhan di atas 6 persen. Sebanyak 12 wilayah tumbuh pada interval 5 sampai 6 persen, 18 wilayah tumbuh pada interval 4 sampai 5 persen dan 4 wilayah sisanya tumbuh dengan rate kurang dari 4 persen. Dibandingkan dengan kondisi setahun sebelumnya, ada sebanyak 18 kabupaten/kota yang mencatat pertumbuhan tahun 2009 lebih baik dibanding pertumbuhan pada tahun 2008. Lebih lengkap mengenai pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah disajikan pada lampiran tabel A.04. pada bagian belakang publikasi ini. Tabel 02.04. berikut merupakan ringkasan yang menunjukkan jumlah dan daftar kabupaten/kota dirinci menurut kelompok interval tingkat pertumbuhan ekonominya.Tabel 02.04. Jumlah dan Daftar Kabupaten/Kota Menurut Tingkat Pertumbuhan Tahun 2009 Tingkat Jumlah Nama Wilayah Pertumbuhan > 6,00 1 Sragen 5,00 5,99 12 Kota Surakarta, Purbalingga, Tegal, Banyumas, Cilacap, Boyolali, Kota Magelang, Banjarnegara, Blora, Kota Tegal, Grobogan, Jepara Brebes, Purworejo, Pemalang, Sukoharjo, Wonogiri, Magelang, Kota Semarang, Pati, Kota Salatiga, Rembang, Semarang, Pekalongan, Klaten, Kota Pekalongan, Kendal, Temanggung, Demak, Wonosobo Kebumen, Kudus, Batang, Karanganyar

4,00 4,99

18

< 4,00

4

Pada bagian akhir dari analisis sederhana ini, akan dicoba untuk melihat keterkaitan antara level tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan level pendapatan per kapitanya. Sekaligus ingin dilihat pula bagaimana pola yang terjadi antara peringkat nilai PDRB dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan peringkat PDRB per kapita.

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Dengan menghitung nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi dari seluruh kabupaten/kota se Jawa Tengah, kemudian membandingkan nilai masing-masing wilayah terhadap nilai ratarata tersebut, maka setiap kabupaten/kota dapat diklasifikasikan sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi apabila nilainya lebih besar dari rata-rata. Begitu sebaliknya jika pertumbuhan ekonominya lebih kecil dari nilai rata-rata akan diklasifikasikan sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi rendah. Hal yang sama dilakukan terhadap variabel PDRB per kapita. Hasil dari perhitungan ini disajikan pada tabel 02.05.

Tabel 02.05. Level Pertumbuhan dan PDRB Perkapita, Peringkat PDRB dan PDRB per Kapita Menurut Wilayah Tahun 2009*) Level Peringkat Wilayah Pertumbuhan PDRB/Kapita PDRB PDRB/Kapita 01. Cilacap 11. Sukoharjo 71. Magelang1) 72. Surakarta1) 76. Tegal1) 13. Karanganyar 19. Kudus 22. Semarang 24. Kendal 74. Semarang1) 75. Pekalongan1) 02. Banyumas 03. Purbalingga 04. Banjarnegara 06. Purworejo 08. 09. 12. 14. 15. 16. 20. 27. 28. 29. Magelang Boyolali Wonogiri Sragen Grobogan Blora Jepara Pemalang Tegal Brebes T T T T T R R R R R R T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T R R R R R R R R R R R R R R 2 9 34 10 33 12 3 6 7 1 32 8 26 19 22 15 16 24 20 23 30 13 14 17 4 3 8 5 4 11 10 1 7 9 2 6 25 27 23 12 26 15 32 19 35 34 16 28 30 18

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

05. Kebumen 07. Wonosobo 10. Klaten 17. Rembang 18. Pati 21. Demak 23. Temanggung 25. Batang 26. Pekalongan 1) 73. Salatiga

R R R R R R R R R R

R R R R R R R R R R

21 31 5 29 11 25 28 27 18 35

31 33 13 17 20 29 24 21 22 14

*) Berdasar PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas; 1) Kota; T=Tinggi; R=Rendah

Dengan tabulasi seperti tersebut di atas, kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu wilayah dengan pertumbuhan tinggi dan PDRB per kapita tinggi ada sebanyak 5 kabupaten/ kota yaitu Cilacap, Sukoharjo, Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal. Wilayah dengan tingkat pertumbuhan tinggi namun PDRB per kapitanya rendah ada sebanyak 14 wilayah. Karanganyar, Kudus, Semarang, Kendal, Kota Semarang, dan Kota Pekalongan adalah enam wilayah dengan tipe pertumbuhan rendah namun PDRB per kapitanya tinggi. Pada tahun 2009 masih terdapat 9 kabupaten dan satu kota dengan pertumbuhan dan PDRB per kapita rendah. Tingginya nilai PDRB tidak selalu linier dengan tingginya PDRB per kapita. Pada tabel 02.05. juga ditampilkan peringkat nilai PDRB disandingkan dengan peringkat PDRB per kapita. Dari 35 kabupaten/kota, hanya ada 11 wilayah yang nilai peringkatnya linier seperti Cilacap, Sukoharjo, Karanganyar, Kudus, Semarang dan seterusnya. . Salah satu yang paling mencolok adalah fenomena di Kota Magelang, peringkat PDRBnya memang berada jauh di bawah yaitu pada urutan ke-34 namun setelah distandarisasi dengan jumlah penduduk, peringkatnya langsung naik drastis pada urutan kelima. Setelah dihitung, nilai korelasi statistiknya memang rendah, hanya 0,398. Kenyataan ini menjadi wajar karena adanya pengaruh jumlah penduduk sebagai penimbang untuk PDRB per kapita.

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Bagian Ketiga Indeks Williamson dan LQ3.1. Kesenjangan Pendapatan

3variasi dari

Secara teknis, indeks Williamson adalah salah satu ukuran statistik untuk menghitung tinggi rendahnya sekumpulan data. Dengan mengasumsikan data PDRB per kapita kabupaten/kota sebagai pendekatan dari pendapatan per kapita, metode ini dapat diaplikasikan untuk mengetahui tingkat variasinya. Semakin tinggi variasi datanya, maka dapat kesimpulan yang dapat ditarik adalah adanya dugaan terjadinya kesenjangan atau ketimpangan pendapatan antar wilayah. Rentang nilai indeks adalah dari nol sampai satu. Idealnya, diharapkan nilai indeks yang mendekati angka nol, yang bermakna bahwa tingkat pemerataan pendapatan semakin baik. Dari sisi lain, dengan indeks Williamson dapat juga dihitung ketimpangan dibutuhkan Williamson pendapatan data antar antar sektor. PDRB Untuk keperluan ini produktivitas sektor ADHB sektoral dengan

penimbang jumlah tenaga kerja sektoral. Tinggi rendahnya indeks menunjukkan tingkat ketimpangan produktivitas pekerja antar sektor.Tabel 03.01. Indeks Williamson Non Migas Antar Wilayah dan Antar Sektor Tahun 2005-2009 Tingkat Kesenjangan Tahun Antar Wilayah Berlaku 2005 2007 2009 Rata-rata 0,7421 0,7270 0,7267 0,7319 Konstan 0,6664 0,6652 0,6613 0,6643 Antar Sektor Berlaku 0,6866 0,5940 0,5817 0,6208 Konstan 0,6333 0,5725 0,5570 0,5876 Simulasi*) 0,3441 0,3373 0,3262 0,3359

*) Dihitung dari PDRB ADHB 32 kab./kota, tanpa Cilacap, Kota Semarang dan Kudus

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Pada tabel 03.01., disajikan hasil perhitungan indeks Williamson, untuk melihat tingkat kesenjangan pendapatan antar wilayah maupun untuk mengetahui tingkat kesenjangan produktifitas pekerja antar sektor. Penghitungan dilakukan untuk melihat perkembangan selama lima tahun terakhir berdasar data tahun 2005, 2007 dan 2009. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa indeks kesenjangan PDRB per kapita antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah selama lima tahun terakhir masih tinggi namun dengan trend yang semakin menurun baik untuk harga berlaku maupun untuk harga konstan. Dengan tingkat pemerataan yang sedikit lebih baik, pola yang sama juga ditunjukkan oleh indeks kesenjangan produktivitas antar sektor. Peningkatan pemerataan sektoral yang terjadi pada periode 2005-2007 terlihat lebih cepat dibanding pada periode 2007-2009. Secara umum, baik untuk indeks antar wilayah maupun indeks antar sektor, tingkat ketimpangan yang terjadi pada tahun 2007 dan 2009 relatif menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan karena nilai indeksnya lebih rendah dibanding rata-rata selama periode lima tahun. Sedikit tambahan mengenai tingginya ketimpangan di Jawa Tengah, rupanya disebabkan oleh angka dari 3 wilayah yaitu Kabupaten Cilacap, Kota Semarang dan Kabupaten Kudus yang membentuk kelompok sendiri, berbeda jauh (outlier) dengan wilayah-wilayah lainnya. Simulasi penghitungan dengan mengeluarkan data ketiga wilayah tersebut, ternyata menghasilkan indeks yang jauh lebih rendah, turun dari 0,7319 menjadi hanya 0,3359, hampir separuh dibanding dengan indeks berdasar set data 35 kabupaten kota. Indeks yang dihitung dari 32 wilayah dapat dilihat pada tabel 03.01.

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Terlihat bahwa dengan mengabaikan data Cilacap, Kota Semarang dan Kudus, tingkat pemerataan di Jawa Tengah ternyata relatif cukup baik. Selama 5 tahun terakhir juga menunjukkan trend pemerataan yang cukup signifikan dari 0,3441 pada tahun 2005 menjadi 0,3262 pada tahun 2009. 3.2. Potensi Sektor Ekonomi Wilayah Penerapan Location Quotient (LQ) Index pada data PDRB sektoral antar kabupaten/kota merupakan salah satu di cara potensi/dominan dalam untuk suatu wilayah provinsi sektor-sektor relatif kabupaten/kota mengetahui

masing-masing

dibandingkan dengan aktivitas sektor-sektor tersebut pada level provinsi. Makna dari sektor potensi atau sektor unggulan adalah bahwa sektor tersebut mengalami dalam surplus usaha, dan mampu bilamana ke luar memenuhi diperlukan kebutuhan siap kabupaten/kota kebutuhan

memenuhi

ekspor

kabupaten/kota. Pada tabel 03.02. disajikan hasil penghitungan LQ dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah untuk kategori 9 sektor. Dengan melihat tabel tersebut, memperhatikan sel-sel yang nilainya lebih dari satu, dapat disimpulkan bahwa secara umum di Jawa Tengah ada sebanyak 22 wilayah dengan potensi unggulan pada sektor pertanian, 16 wilayah sektor pertambangan, 10 wilayah berpotensi pada sektor industri, 17 di sektor energi, 10 pada sektor konstruksi, 7 wilayah layak kembang pada sektor perdagangan, 15 dengan potensi unggulan sektor transkomunikasi, 19 wilayah potensi keuangan dan 22 wilayah memiliki potensi pada sektor jasa. Memperhatikan kembali tabel 03.02. baris per baris, ternyata Banyumas dan Kota Semarang memiliki jumlah sektor potensi unggulan yang paling banyak masing-masing dengan 7 dan 6 sektor. Tanpa memperhatikan jenis sektornya, ada sebanyak 10 wilayah memiliki 5 sektor unggulan, 12 wilayah dengan 4 sektor

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

unggulan, 5 wilayah bergantung pada 3 sektor unggulan dan 6 wilayah yang hanya memiliki 2 sektor unggulan. Berikutnya pada tabel 03.03. disajikan peringkat wilayah menurut tingkat kontribusi relatifnya. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Blora, Brebes dan Wonogiri merupakan wilayah-wilayah yang kontribusi internal sektor pertaniannya sangat dominan relatif terhadap total sektor pertanian di Jawa Tengah. Pada sektor industri, Kudus, Karanganyar dan Kabupaten Semarang adalah yang paling tinggi kontribusi internalnya.Tabel 03.02. Indeks Location Quotient PDRB ADHB Non Migas Menurut Wilayah dan Sektor Tahun 2009 Sektor 2 1,661 1,388 0,723 0,511 7,336 2,068 0,607 2,613 0,871 1,782 0,783 0,571 1,102 0,297 1,349 0,211 1,890 0,724 0,034 0,627 0,208 0,124 1,177 1,269 1,229 1,058 1,149 2,167 3 0,439 0,676 0,417 0,578 0,448 0,415 0,446 0,782 0,640 0,848 1,231 0,230 1,892 0,746 0,125 0,255 0,165 0,743 2,688 1,135 0,408 1,833 0,780 1,478 1,062 1,153 0,888 1,193 4 0,438 1,101 0,751 0,382 0,875 0,659 0,774 0,577 0,975 0,942 1,467 0,693 1,425 1,513 1,411 0,843 0,329 1,567 0,393 0,921 0,796 1,088 0,874 1,389 1,158 1,156 1,205 0,457 5 0,349 1,395 1,176 0,949 0,632 0,874 0,590 1,210 0,367 1,245 0,750 0,477 0,454 0,677 0,798 0,472 1,305 0,880 0,190 0,870 0,790 0,559 0,833 0,554 0,890 0,896 0,420 0,760 6 2,328 0,565 0,730 0,530 0,439 0,642 0,481 0,588 0,972 1,006 1,012 0,506 0,466 0,692 0,710 0,623 0,681 0,741 1,019 0,816 0,718 0,806 0,656 0,667 0,627 0,736 1,101 1,206 7 0,709 1,628 0,999 0,767 0,985 1,272 1,179 0,946 0,523 0,586 1,039 1,643 0,607 0,731 0,625 0,615 1,039 0,900 0,263 1,051 0,943 0,484 1,001 0,626 0,733 0,694 0,873 1,096 8 0,565 2,106 1,491 1,304 1,076 1,422 1,361 0,620 1,455 0,875 0,801 0,866 0,625 0,906 1,926 1,970 0,519 1,404 0,495 1,552 1,010 0,941 0,934 0,720 0,864 1,068 0,943 1,410 9 0,391 1,582 1,629 1,488 2,025 1,768 1,092 1,646 0,987 1,504 0,806 1,280 0,789 1,366 1,365 0,782 1,318 0,771 0,229 0,952 1,072 0,857 1,440 0,964 1,230 1,584 0,997 0,603

1 01. Cilacap 0,713 02. Banyumas 1,045 03. Purbalingga 1,527 04. Banjarnegara 1,864 05. Kebumen 1,597 06. Purworejo 1,551 07. Wonosobo 2,242 08. Magelang 1,389 09. Boyolali 1,686 10. Klaten 0,929 11. SukoIarjo 0,923 12. Wonogiri 2,386 13. Karanganyar 1,084 14. Sragen 1,671 15. Grobogan 2,074 16. Blora 2,512 17. Rembang 2,146 18. Pati 1,677 19. Kudus 0,120 20. Jepara 1,030 21. Demak 2,096 22. Semarang 0,701 23. Temanggung 1,507 24. Kendal 1,153 25. Batang 1,378 26. Pekalongan 0,942 27. Pemalang 1,221 28. Tegal 0,680

Wilayah

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.

Brebes Magelang1) Surakarta1) Salatiga1) Semarang1) Pekalongan1) Tegal1)

2,431 0,157 0,003 0,263 0,055 0,362 0,405

1,259 0,000 0,034 0,064 0,177 0,000 0,000

0,517 0,138 0,930 0,777 1,038 0,831 0,880

0,722 3,379 2,151 5,079 1,338 1,351 2,448

0,355 2,287 2,136 0,787 2,818 2,195 1,846

0,788 0,277 0,981 0,692 1,100 0,893 0,901

0,743 3,486 2,027 2,093 1,824 2,169 2,073

0,659 2,359 2,470 2,250 0,633 1,681 2,208

0,442 3,463 1,260 2,379 1,138 1,286 1,006

1) Kota

Di sektor perdagangan, potensi dominan berada di Cilacap, Kabupaten Tegal dan Pemalang. Dengan cara yang sama wilayahwilayah menurut potensi unggulannya dapat dibaca dengan cukup mudah dari tabel 03.03. sementara besaran nilai LQnya dapat dilihat pada tabel 03.02.Tabel 03.03. Peringkat Daerah menurut Indeks Location Quotient Sektoral Jawa Tengah Tahun 2009 Sektor 1 26 21 14 8 12 13 4 16 9 24 25 3 20 11 7 1 5 10 33 22 6 27 15 19 17 23 2 7 8 20 24 1 4 22 2 17 6 18 23 15 25 9 26 5 19 31 21 27 29 13 10 12 16 3 27 21 28 23 25 29 26 16 22 14 5 32 2 19 35 31 33 20 1 8 30 3 17 4 9 7 4 32 16 26 34 21 29 25 30 18 19 7 28 8 6 9 23 35 5 33 20 24 17 22 10 14 15 5 34 6 10 11 24 15 25 9 32 8 22 28 30 23 18 29 7 14 35 16 19 26 17 27 13 12 6 1 29 17 30 34 25 32 28 9 7 6 31 33 20 19 27 22 15 5 12 18 13 24 23 26 16 7 26 8 16 22 17 9 10 18 33 32 13 7 31 25 29 30 14 20 35 12 19 34 15 28 24 27 8 33 5 10 16 17 12 15 32 11 24 27 25 31 23 7 6 34 14 35 9 19 21 22 28 26 18 9 34 8 6 10 3 4 20 5 24 9 28 16 29 12 13 30 14 31 35 26 21 27 11 25 18 7

Wilayah 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten SukoIarjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.

Pemalang Tegal Brebes Magelang1) Surakarta1) Salatiga1) Semarang1) Pekalongan1) Tegal1)

18 28 2 32 35 31 34 30 29

14 3 11 33 32 30 28 34 35

12 6 24 34 11 18 10 15 13

13 31 27 2 4 1 12 11 3

31 21 33 2 4 20 1 3 5

3 2 14 35 8 21 4 11 10

21 11 23 1 5 3 6 2 4

20 13 29 2 1 3 30 8 4

23 32 33 1 17 2 19 15 22

1) Kota

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Bagian Keempat Kesimpulan

4

Dari pembahasan pada bagian kedua dan ketiga, dapat diperoleh beberapa gambaran sebagai berikut;

Secara sektoral, selama sepuluh tahun terakhir sampai tahun

2009, struktur ekonomi tidak mengalami pergeseran yang berarti, di mana sektor industri, perdagangan, pertanian dan jasa-jasa masih menjadi kontributor utama PDRB Jawa Tengah dengan total share pada tahun 2009 sebesar 81.89 persen.

Struktur perekonomian kabupaten/kota cukup bervariasi.

Klasifikasi dengan menggunakan satu sektor dominan, membagi Jawa Tengah menjadi empat kategori wilayah. Sebanyak 18 kabupaten mengandalkan ekonominya pada sektor pertanian, tujuh kabupaten di sektor industri, delapan kabupaten/kota pada sektor perdagangan dan dua wilayah yaitu Kota Magelang dan Kota Salatiga pada sektor jasa-jasa.

Dilihat dari sisi kewilayahan, Kota Semarang, Cilacap dan

Kudus merupakan tiga kontributor terbesar, menyumbang share gabungan sebesar sepertiga bagian terhadap total PDRB Jawa Tengah. Sebaliknya Kota Salatiga, Kota Magelang dan Kota Tegal menempati posisi terbawah penyumbang PDRB Jawa Tengah.

Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota bervariasi dari yang dengan pertumbuhan 6,01 persen. Secara umum

terendah sebesar 3,55 persen di Karanganyar dan tertinggi di Sragen pertumbuhan ekonomi wilayah dapat dikatakan cukup baik, tercatat hanya ada 4 wilayah dengan pertumbuhannya di bawah 4 persen, wilayah lainnya sebanyak 18 kabupaten/kota tumbuh antara 4 sampai 5 persen dan 13 wilayah tumbuh lebih dari 5 persen.

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

Berdasar indeks Williamson, dapat disimpulkan bahwa tingkat

ketimpangan pendapatan antar wilayah maupun ketimpangan produktivitas antar sektor masih cukup tinggi. Tingginya tingkat ketimpangan ini sebenarnya bisa dikatakan agak bias, dikarenakan pengaruh angka dari Cilacap, Kota Semarang dan Kudus yang cenderung outlier membentuk kelompok wilayah ber-PDRB sangat tinggi. Namun begitu selama 5 tahun terakhir menunjukkan pola perkembangan yang lebih baik.

Berdasar indeks LQ, sebanyak 22 wilayah berpotensi pada

sektor pertanian, 16 wilayah pada sektor pertambangan, 10 wilayah berpotensi pada sektor industri, 17 di sektor energi, 10 pada sektor konstruksi, 7 wilayah layak kembang pada sektor perdagangan, 15 dengan potensi unggulan sektor transkomunikasi, 19 wilayah potensi keuangan dan 22 wilayah memiliki potensi pada sektor jasa-jasa.

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19

20

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

Tinjauan PDRB Kabupaten Kota, Jawa Tengah 2009

19


Top Related