Download - DocumentMy
My Prince Posted on Agustus 22, 2012 by yemin
Title : My Prince
Author : Mrs. Kim
Cast : Choi Siwon, Im Yoona
Saya bawa fanfiction baru tentang dua orang itu (Siwon&Yoona). Mohon dimaklumi jika
ceritanya jelek yaaa. Makasih buat yang udah baca story Siwon&Yoona, melihat banyak yang
baca jadi saya coba bikin tentang mereka lagi.
=====Happy Reading J=====
“Siwon oppa…”
“Yoona?”
“Umm” gadis yang bernama Yoona itu mengangguk.
Pria itu melebarkan tangannya agar dapat memeluk gadis itu, dengan senang hati gadis bernama
Yoona itu menyambut pelukannya.
“Aku sangat merindukanmu…”
“Benarkah? Aah tapi aku tidak.”
Yoona mempotkan bibirnya dan melepas pelukan Siwon.
“Haha, aku hanya bercanda Yoona.” Siwon mencubit hidung Yoona.
“Ayo, tante sudah menunggu oppa dirumah.”
“Kau memang sengaja menjemputku?”
“Umm” Yoona mengangguk “Setelah mengantar oppa, aku harus kembali ke kampus.”
“Kau ini memang tidak berubah” Siwon tersenyum lalu mengacak rambut Yoona.
Siwon dan Yoona adalah teman sejak kecil, mereka berdua sudah seperti saudara. Saat Siwon
harus memasuki bangku kuliah, orangtuanya menyekolahkannya di luar negeri dan terpaksa
mereka berpisah. Sudah 4 tahun Siwon pergi dan hari ini adalah hari kepulangannya dari luar
negeri. Dengan semangat Yoona pergi ke bandara untuk menjemput Siwon. Yoona yang
mendengar kabar dari eomma Siwon jika Siwon akan sampai di Seoul hari ini langsung
meninggalkan kampus dan pergi ke bandara.
“Jadi sebenarnya kau tadi sedang ada di kampus dan karena eomma memberi kabar jadi kau
langsung pergi menjemputku?”
“Iya, aku sangat senang saat mendengar oppa akan kembali ke Korea jadi saking senang nya aku
lupa jika aku sedang di kampus.”
“Jadi kau keluar saat kau ada di kelas?” Yoona mengangguk “Dasar gadis bodoh” tambah Siwon
mencubit pipinya.
“Oppa~” manja Yoona.
Mereka sudah sampai di kediaman keluarga Choi dan disana eomma Siwon sudah menunggu
kedatangan puteranya. Yoona langsung berlari ke arah eomma Siwon dan memeluknya.
“Kenapa malah kau yang memeluk eommaku? Bukankah seharusnya anaknya yang baru saja
datang?” protes Siwon yang kalah cepat dengan Yoona.
Nyonya Choi tersenyum dan Yoona hanya memeletkan lidahnya pada Siwon.
“Eomma~” Siwon langsung memeluk eommanya setelah Yoona melepas pelukannya.
“Bagaimana kabarmu sayang?” nyonya Choi mengusap pipi Siwon.
“Seperti yang eomma lihat” Siwon melebarkan tangannya.
“Baguslah jika kau baik-baik saja selama di sana. Ah iya ayo kita masuk, kau pasti lelah setelah
perjalanan jauh” nyonya Choi mengajak putranya dan Yoona masuk.
“Tante” panggil Yoona saat mereka hendak masuk.
“Iya Yoona?”
“Emm aku…aku harus…” Yoona malu untuk bicara jika dia pergi dari kampusnya sebelum
selesai kelas.
“Dia harus kembali ke kampusnya.”
Jawab Siwon cuek dan Yoona langsung menginjak kaki Siwon.
“Aww…” pekik Siwon “Bukankah benar?”
Nyonya Choi tersenyum hangat pada Yoona dan mengusap kepalanya yang menunduk setelah
menginjak kaki Siwon.
“Tidak apa-apa, kau bisa kembali ke kampusmu terimakasih sudah menyempatkan untuk
mejemput puteraku yang manja ini.”
Yoona tersenyum mendengar ucapan eomma Siwon.
“Sudah sana kau kembali sebelum kau kena hukuman dari dosenmu.”
“Aiish, oppa menyebalkan! Ya sudah tante, aku pergi dulu sampai jumpa” pamit Yoona dan
berlari masuk kedalam mobil.
*
Yoona sudah sampai di kampusnya dan dia duduk di meja kantin. Seorang gadis sebayanya
datang dan duduk di smapingnya.
“Bagiaman tadi?” tanya Yoona setelah tau siapa temannya.
“Kau tahu? Dosen Kim sangat marah tadi, kau ini bodoh pergi seenaknya dan tidak meminta ijin
sama sekali.”
“Hahaha, maaf tadi aku terlalu senang jadi tidak sadar jika dosen gila itu sedang di kelas” jawab
Yoona polos.
“Cih, kau ini memang gadis stres. Eh tapi memang kau senang kenapa?”
“Siwon oppa sudah kembali ke Korea dan tadi aku menjemputnya di bandar setelah eommanya
mengirim pesan padaku” Yoona meringis.
“Kau memang tidak berubah jika sudah menyangkut pria bernama Siwon itu. Aku jadi penasaran
setampan apakah pangeran mimpimu itu?”
“Yak Choi Soo Young, aku ini tidak mimpi dan dia benar-benar ada bukan pangeran mimpi tapi
panegrean nyataku” Yoona bicara dengan bangganya “Dia sangat sangat sangat tampan.” Lanjut
Yoona dengan sangat bersemangat.
“Kau ini semua pria yang tampan pasti akan kau jadikan pangeranmu.”
“Aku akan bawa dia besok dan lihat bagaiamna tampannya dia.”
“Apa dia akan mau kau ajak ke kampus? Aku tidak yakin…”
“Lihat saja besok, tapi setelah melihatnya kau tidak boleh menyukainya hanya aku yang boleh
menyukainya.”
“Egois sekali kau, belum tentu dia akan menjadi pangeran yang kau impi-impikan selama ini”
ejek Sooyoung dan tersenyum “Ah ya sudah sebentar lagi kelas terakhir dimulai, kau mau masuk
atau tidak?”
“Tentu saja aku masuk, aku tidak mau kena masalah lagi dengan para dosen selain dosen Kim.”
Yoona dan Sooyoung beranjak namun saat Yoona membalikkan badannya dia menabrak
seseorang.
“Ah maaf sunbae aku tidak sengaja” Yoona membungkuk meminta maaf.
“Gunakan matamu bodoh!”
Sooyoung mengigit bibirnya dan merasa khawatir.
“Sekali lagi aku minta maaf sunbae, biar…” Yoona mencari lap untuk membersihkan noda yang
dia buat di pakian gadis yang dia tabrak “biar ku lap dengan ini… ups” Yoona meringis karena
lap yang dia gunakan adalah bekas untuk membersihkan kotoran di meja.
“Ashh…” kesal gadis itu.
“Tiffany-ssi maaf karena temanku tidak sengaja menumpahkan minuman itu padamu.”
Sooyoung ikut meminta maaf, habis lah jika sudah berurusan dengan seniornya yang bernama
Tiffany ini.
Yoona masih meringis menyesali kesalahannya. Gadis yang bernama Tiffany itu menggeram
kesal.
“Maaf, aku tidak bermaksud…”
Sebelum Yoona menyelesaikan kata-katanya, Sooyoung sudah menarik Yoona untuk pergi dari
sana sebelum Tiffany benar-benar mengamuk disana.
“Tapi itu…” Yoona masih saja melihat kearah Tiffany.
“Biarkan saja, kita tidak satu fkultas dengannya, berharap kita tidak bertemu lagi dengan gadis
menyeramkan itu.”
“Aah…” Yoona hanya patuh dan mengikuti sahabatnya itu.
“Kau juga bodoh, bisa-bisanya menabrak manusia itu.”
“Aku kan tidak tau jika dia ada di belakangku.”
“Cepat dosen Hong sudah akan masuk.”
*
“Oppa sebagai bayaran karena aku sudah menjemputmu besok antarkan aku pergi kekampus
ya?” pinta Yoona pada Siwon.
“Bukankah kau sudah memiliki supir pribadi eoh? Kenapa masih memintaku mengantarmu?”
“Aiish oppa ini” Yoona menyipitkan matanya.
“Oke oke, tapi besok kau harus sudah siap saat aku menjemputmu jangan membuatku
menunggumu untuk berdandan!” Siwon mencubit hidung Yoona.
Yoona tersenyum lebar dan memeluk Siwon dengan erat.
“Nah sekarang antar aku pulang” Yoona membentuk huruf V di jarinya.
“Aigoo~ kau ini banyak sekali permintaanya Yoong” Siwon semakin gemas dibuatnya.
“Karena oppa sudah 4 tahun melewatkan ulang tahunku jadi aku ingin menagihnya sekarang
dengan beberpa permintaan.”
“Bukankah kau juga melewatkan ulang tahunku? Jadi bukan hanya kau, bukan?”
“Tapi oppa harus mengalah pada seorang gadis” bela Yoona.
Siwon menggaruk tengkuknya, jika Yoona sudah merajuk dia tidak bisa berbuat apa-apa selain
mematuhinya.
“Nah begitu lebih bagus” Yoona tersenyum senang saat Siwon mengangguk.
“Kau menang Yoona, kau tahu jika aku tidak bisa menolak permintaanmu gadis pemaksa” lagi
Siwon mencubit hidung Yoona.
“Lama-lama hidungku habis oppa” rengek Yoona.
“Kalau habis tambah pakai hidungku” Siwon memeletkan lidahnya.
“Aku tahu hidung oppa itu seperti gajah, panjang” balas Yoona tidak mau kalah.
“Yak Im Yoona…” Siwon menggelitik perut Yoona.
“Ahahahaha…op..ppa ber…hntii..hhh..hahahaha, akuh…ahaha stop” akhirnya Siwon
menghentikan gelitikannya setelah eommanya memanggilnya.
“Maaf eomma menggangu, tapi ayo kita makan malam dulu…” ajak eomma Siwon.
“Eh tante…” Yoona langsung berdiri dan menghampiri eomma Siwon.
“Ayo sayang” eomma Siwon mengajak Yoona.
“Eomma, anakmu disini~” panggil Siwon yang ditinggalkan oleh Yoona dan eommanya, Yoona
memeletkan lidahnya.
“Sama saja, Yoona juga sudah menjadi anak eomma.”
“Selalu saja membela gadis itu” gerutu Siwon dan menyusul.
Yoona sengaja setelah pulang kuliah langsung ke rumah Siwon dan meminta supirnya untuk
pulang lebih dulu. Gadis pintar. Dia memang sedang ingin mengganggu Siwon karena sudah
lama mereka tidak bertemu. Semakin lama Yoona semakin menyukai Siwon karena mereka
sudah sering bersama dan itu membuatYoona merasa nyaman jika dekat dengan Siwon.
Sampai saat ini Yoona masih saja menyendiri dan bertahan untuk meolak para pria yang
menyatakan cinta padanya hanya karena seorang Choi Siwon.
Yoona yang sudah sering berkunjung ke rumah Siwon menjadi tidak canggung saat didepan ayah
Siwon. Yoona sudah seperti bagian dari keluarga Choi, karena dia memang sangat dekat dengan
nyonya Choi selain Siwon.
*
Yoona turun dari mobil milik Siwon setelah Siwon membukakan pintu untuknya.
“Oppa, terimakasih kau sudah mengantarku ke kampus” Yoona tersenyum manis pada Siwon.
“Lalu kau pulang jam berapa? Apa aku harus menjadi supirmu lagi saat kau pulang nanti?”
“Oppa jangan bicara seperti itu” Yoona cemberut.
“Aigoo~ kau ini memang masih belum berubah…” lagi Siwon mencubit hidung Yoona.
“Yoona” panggil teman Yoona, Sooyoung.
Yoona melambai dan Sooyoung menghampiri Yoona yang masih bersama Siwon.
“Waah~ tampan. Siapa dia?”
“Perkenalkan, aku Choi Siwon” Siwon mengulurkan tangannya pada Sooyoung dan gadis itu
menyambutnya dengan wajah yang merona.
“Aku Choi Sooyoung…” jawab Sooyoung tersipu.
Yoona yang tentunya cemburu langsung saja melepas tautan tangan mereka berdua.
“Sudah ya perkenalannya” potong Yoona dengan tersenyum namun terkesan menyindir.
Siwon tertawa kecil dan memperlihatkan lesung pipinya yang menambahdia semakin semakin
untuk para gadis termasuk Yoona.
“Maklumi saja Yoona ya” lanjut Siwon.
“Oppa~” Yoona memukul lengan Siwon.
“Ya sudah, apa kalian tidak akan masuk kelas? Jangan sampai kalian bolos karena ada aku di
sini.”
Goda Siwon pada kedua gadis itu. Yoona mendorong Sooyoung untuk bergegas pergi karena
Sooyoung masih saja tersenyum dan diam di tempat memperhatikan Siwon.
“Fany!”
Tiba-tiba saja Siwon memanggil seseorang dan membuat Yoona dan Sooyoung berusaha
menutup wajahnya saat gadis yang dipanggil Fany itu mendekati mereka bertiga.
“Siwon..” ujar Tiffany.
“Bagaimana kabarmu princess?” tanya Siwon dan memeluk Tiffany.
Yoona yang melihatnya berdecak kesal.
“Ayo kita pergi!”Yoona menarik Sooyoung.
“Yoona…” panggil Siwon tapi tidak di hiraukan oleh Yoona.
“Siapa gadis itu?” tanya Tiffany yang sebenarnya dia ingat jika gadis yang baru saja Siwon
panggil adalah gadis yang kemarin menabraknya saat di kantin.
“Dia Yoona…” jawab Siwon.
“Ah iya, kapan kau sampai di Korea?”
“Kemarin.”
“Lalu sedang apa kau disini?”
“Aku baru saja mengantar Yoona, apa kau tidak mengenalnya?”
“Tidak. aku tidak mengenalnya hanya saja aku pernah tahu dia” jawab Tiffany “Lalu sekarang
kau mau apa?”
“Aku ya hanya akan pergi dan mungkin nanti akan menjemput Yoona lagi.”
“Bagaimana kalau hari ini kita pergi ke lafe yang biasa kita kunjungi dulu?” usul Fany.
Siwon diam sejenak tidak langsung mejawab pertanyaan Fany.
“Tidak hanya kita berdua tapi aku akan menghubungi yang lain juga. Bagaimana?”
Tambah Fany dan membuat Siwon mengangguk setuju.
“Oke, aku bisa mengirim pesan pada Yoona. Apa kau tidak ada jadwal kuliah?”
“Hari ini aku sedang tidak ada jadwal jadi aku bebas pergi sesukaku, tadi aku hanya mengecek
sesuatu saja datang ke kampus.”
*
“Menyebalkan!” gerutu Yoona setelah dia selesai kelas.
“Jadi dia benar-benar pergi dengan Tiffany sunbae?” sahut Sooyoung.
“Aah~ apa yang harus aku lakukan? Kenapa jadi seperti ini…” keluh Yoona.
“Lihat bagaimana Fany sunbae membalasmu. Dia merebut Siwon darimu dan gosip ini dia yang
buat jika dia berpacaran dengan seorang namja tampan yang baru saja pulang dari luar negeri!
Dan dia memasangan foto Siwon.”
Sooyoung membacakan pesan yang beredar dari setiap mahasiswa disana.
“Tiffany Hwang AWAS kau!!” Yoona meremas tangannya “Tapi apa yang harus aku lakukan??”
Yoona menjadi lemas kembali.
“Aku dengar mereka ke kafe yang tidak jauh dari sini” sahut Sooyoung dan membuat Yoona
menjadi kembali bersemangat.
“Bagiamana kalau kita pergi menyusul mereka?” Sooyoung mengernyitkan alisnya “Maksudku
kita pergi ke kafe itu dan melihat apa yang sedang mereka berdua lakukan” lanjut Yoona.
“Boleh…” Sooyoung menarik Yoona untuk segera beranjak.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menyusul Siwon. Yoona yang kesal dia langsung
duduk di meja tidak jauh dari Siwon duduk. Fany yang melihatnya malah membuat Yoona
semakin kesal. Dengan sengaja Fany merangkul Siwon dan pria itu hanya diam menerima.
“Oppa apa kau lupa denganku?” tanya Tiffany manja pada Siwon.
“Jika aku lupa mana mungkin aku memanggilmu tadi sayang” Siwon menoel dagu Fany.
Princess, dan sekarang sayang. Apa yang Siwon pikirkan? Ya! Disini masih ada aku! Batin
Yoona kesal.
“Kau baik-baik saja Yoona?” tanya Sooyoung yang ,melihat kilat kemarahan di mata Yoona.
Fany yang melihatnya malah semakin tersenyum mengejek pada Yoona. Siwon yang duduk
membelakangai Yoona jadi tidak tahu jika ada Yoona disana.
“Sooyoung apa ada pisau disini?” Tanya Yoona masih dengan marahnya.
“Kau mau apa mencari pisau?”
“Aku ingin membunuh manusia-manusia itu!”
“Andwe, kau ini sabar dulu” Sooyoung menghalangi.
“Aku kesal! Yak Choi Siwon manusia kuda!” teriak Yoona yang sudah tidak bisa di bendung
lagi.
Teriakan itu membuat Siwon langsung berdiri dan membalik badannya. Dan Sooyoung
menunduk menyesali kenapa dia membawa sahabatnya itu kesana.
“Yoona? Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Siwon heran.
“Kau menyebalkan!”
Yoona langsung saja pergi dan tidak menghiraukan pertanyaan Siwon dan panggilan dari
Sooyoung. Tiffany yang melihatnya tersenyum lebar.
“Hmm~” Sooyoung tersenyum canggung saat mereka menatapnya “Maafkan Yoona, aku akan
menyusulnya oppa.”
Sooyoung langsung berlari dari sana dan menyusul sahabatnya itu.
“Maaf aku harus pergi” pamit Siwon tiba-tiba.
“Siwon kau mau kemana? Bukankah kita masih menunggu yang lain” Tiffany menahan Siwon.
“Maaf Fany, mungkin lain kali kita bisa berkumpul bersama lagi. Ada sesuatu yang penting yang
harus aku selesaikan” sesal Siwon dan melepas pegangan tangan Tiffany.
Siwon akhirnya pergi dari sana dan meninggalkan Tiffany sendiri.
“Aiish, gadis menyeblakan. Kenapa Siwon jadi memperhatikan gadis itu!” kesal Tiffany.
“Maaf, apakah anda ingin menambah minumnya?” tanya pelayan ramah.
“Tidak usah!” ketus Fany dan pergi dari sana sang pelayan hanya geleng-geleng.
*
“Eomma, hari ini aku tidak kuliah ya” Yoona keluar dari kamarnya dengan masih menggunakan
piyama.
“Kau sakit?” eomma Yoona langsung mendekati puterinya dan memegang keningnya “Tapi
kautidak panas…” heran eomma Yoona.
“Aku sedang tidak ingin ke kampus eomma, memang aku tidak panas. Tapi aku sedikit tidak
enak badan” adu Yoona dengan cemberut.
“Hmmh… ya sudah sana kembali lagi ke kamar, nanti biar eomma bawakan makanan ke
kamarmu” eomma Yoona mengusap kepala Yoona.
“Gomawo eomma” Yoona mengecup pipii eommanya.
“Eh iya, tadi malam Siwon ke rumah tapi kau sudah tidur” potong eomma Yoona saat Yoona
akan menutup pintu kamarnya.
“Mau apa dia kesini?” ketus Yoona.
“Kenapa jadi begitu sayang bicaranya? Kau tidak boleh seperti itu pada Siwon oppa. Bukankah
kau sudah menunggunya dari dulu.”
“Dia menyebalkan! Yasudah eomma, aku ingin istirahat dulu.”
Setelah seharian Yoona diam di kamarnya ternyata dia merasa bosan. Eommanya pergi dan
hanya ada dia dirumah dan pembantunya.
“Haah~ eomma pergi kemana ahjumma?”
“Nyonya pergi kerumah temannya, ada apa nona?”
“Aah tidak…”
“Kalau nona butuh sesuatu panggil saya saja.”
“Oke ahjumma, eh iya ada es krim kesukaanku tidak di lemari es?”
“Sepertinya habis nona, apa perlu ahjumma belikan?”
“Ah tidak usah ahjumma, terimakasih” Yoona tersenyum ramah dan kembali masuk kamar.
Yoona mengempaskan tubuhnya di tempat tidur.
“Huuah, Sooyoung tidak menghubungiku” keluh Yoona dengan menatap layar ponselnya.
Dan tiba-tiba saja ponselnya berdering, karena terkejut dia melempar ponsel itu.
“Untung saja tidak terlempar ke lantai” ucap Yoona mengambil kembali ponselnya yang tidak
jauh darinya “Siwon oppa?”
Yoona malah membiarkan ponselnya terus berdering.
“Hallo…” akhirnya Yoona menjawabnya.
“Kau dimana?”
“Untuk apa oppa mencariku?”
“Kau mau es krim cokelat mint?”
Yoona diam. Kenapa dia tahu jika aku sedang ingin es itu? batin Yoona.
“A-aku sedang sakit, jadi tidak boleh makan es.”
“Benarkah? Jadi saat ini kau sedang dirumah?”
Yoona langsung mematikan sambungannya dengan Siwon.
“Iiish, kenapa aku jadi salah bicara? Aku ingin es krim ituuu~” rengek Yoona.
Tok…tokk..tokk…
“Iya ahjumma masuk saja” teriak Yoona.
“Ice cream mint chocolate chip datang…”
“Yak! untuk apa oppa datang kesini?” teriak Yoona kesal karena yang datang ternyata Siwon.
“Aiii~ kau ini” Siwon mendekta dan meletakkan es itu di meja kecil samping tempat tidur
Yoona.
Yoona memasang wajah cemberutnya dan menghalangi Siwon saat dia akan duduk di dekatnya.
“Aigoo~ kau ini pelit sekali. Kau sakit apa eoh?”
“Aku baik-baik saja, jadi sekarang oppa bisa pergi.”
Siwon mengernyit. Ada apa dengan gadis ini? pikirnya dan memaksa duduk di samping Yoona.
“Oppa~” rengek Yoona.
“Kenapa kemarin kau memanggilku kuda?”
“Eh. Kedengaran ya? hehe” Yoona memperlihatkan senyum khasnya “Itu karena oppa
menyebalkan.” Lanjut Yoona kembali cemberut.
“Memang aku menyebalkan apa? Kau sendiri yang aneh, tiba-tiba saja ada disana dan berteriak
seperti itu.” Siwon mencubit hidung Yoona.
“Apa yang oppa lakukan dengan gadis itu?”
“Kau cemburu?” goda Siwon.
“Tidak!”
“Ayo mengakulah Yoona…”
“Tidak! aku tidak cemburu, aku kesal pada kalian berdua!”
“Kesal kenapa? Pasti karena kau cemburu iyakan?”
“Kau menyebalkan!” Yoona memukul Siwon dengan bantal.
“Hahaha, benarkan kau ini masih tidak mau mengaku.”
“Tidaaaaak….”
“Im Yoona cemburu tapi tidak mau mengakuinya” Siwon mencubit gemas hidung Yoona.
“Aaaa~ oppa menyebalkan! Aku sama sekali tidak cemburu.”
“Jika kau tidak cembburu boleh tidak aku pergi kencan dengan Sooyoung?”
“Tidaaaaaaaak!” teriak Yoona.
The end-
High School Love (part 1)
Cast:
Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo
Teng…teng…teng…teng
Author POV Setelah mendengar bel masuk, para siswa segera memasuki kelas mereka masing-masing.
Tak semua dari siswa-siswa itu yang bersemangat untuk hari ini, beberapa diantara malah
bersiap tidur ataupun lebih tertarik berbincang dengan teman-teman mereka yang lain. Tapi
siswa teladan yang idam-idamkan masih bisa ditemukan tengah mempersiapkan buku-buku yang
dibutuhkan.
“Ani Jiyoung-ah…. Jangan bicarakan itu lagi. Dia bisa mendengarnya. Aku bisa disangka
gadis murahan.” Keluh Sulli pada Jiyoung yang terus saja tertawa.
“Tapi aku benarkan? Kau memang menyukai si Kai itu.” Jiyoung memegangi perutnya
yang mulai sakit karena terlalu lama tertawa.
“Ssstt!” Sulli berdiri untuk menutup mulut Jiyoung yang duduk di depannya.
“Bisakah kalian tidak berisik?” tanya Baro sambil menutup kepalanya dengan buku. Dia
duduk si samping Sulli.
Akhirnya Jiyoung yang duduk di bangku paling depan itu segera menghadap ke depan
setelah guru mereka, Lee Jang Woo seongsanenim masuk.
“Anyeong haseyo.” Sapa Lee seongsaenim.
Siswa di kelas itu segera diam dan duduk dengan posisi semestinya. Walaupun masih ada
satu murid, Sandeul, yang masih tidur.
Setelah bicara panjang lebar tentang sejarah, Lee seongsaenim memberikan satu
pertanyaan yang cukup sulit, ia menunjuk seorang gadis yang duduk di bangku paling belakang
di pojok kiri. “Lee Jieun, jawab pertanyaannya.”
Jieun tersentak, ia sama sekali tak bisa menjawabnya, memang benar jika dia
memperhatikan semua yang gurunya jelaskan itu, namun sepenuh apapun usahanya untuk
mengerti, ia tak pernah bisa.
Jieun menundukkan kepalanya lalu menggeleng.
Teman-temannya selalu menertawakannya di saat seperti ini. Jieun sudah sangat bosan
dengan keadaan itu. Meski ia tak suka, ia tak bisa berbuat apa-apa. Dia termasuk dalam siswa
yang lemah dan sema sekali tak menonjol.
“Tahun 1090.” Jawab Myungsoo tiba-tiba. Hanya dia dan sandeul yang tertidur saja yang
tidak menertawakan Jieun.
Jieun kenal betul suara yang menjawab itu. Suara yang selalu menghentikan tawa di
seluruh kelas saat dia terpuruk. Memang ampuh benar suara itu untuk meredakan tawa.
Lee seongsaenim berdecak kagum, siswa yang satu itu memang ahli dalam pelajarannya.
“kenapa harus selalu Kim Myungsoo?” tanyanya sambil tertawa.
“Bukan karena yang lain bodoh Seongsaenim, tapi kami mengalah pada Myungsoo.”
Celetuk Baekhyun dan membuat seisi kelas tertawa lagi kecuali Jieun dan Sandeul.
“Baiklah, Byun Baekhyun. Kalau begitu bangunkan teman di belakangmu itu.” Kata Lee
Seongsaenim.
Baekhyun menoleh kebelakangnya dan dengan santai menarik sejumput rambut Sandeul.
“Aaaaaww!!” pekik Sandeul seketika terbangun. “Bisa pakai cara lain?”
Baekhyun menggeleng santai, “Hanya itu cara yang ampuh.”
Jieun melirik Myungsoo yang duduk tiga bangku di kirinya, lalu menggumam, “Kenapa
harus selalu dia?”
***
Jiyoung POV “Benar dia menyukai Jongin ?” tanya Jiyeon setelah bergabung denganku dan Sulli di kantin.
Sulli terkejut mendengarnya, ia segera melempar pandangan kesal padaku. Aku jadi
sedikit merasa bersalah. Ya dia pantas marah, karena aku, Jiyeon jadi tahu hal itu.
“Jangan khawatir, aku takkan membocorkannya.” Jiyeon tersenyum manis pada Sulli.
“Ini semua karena kau Jiyoung-ah!” teriak Sulli kesal.
“Tapi aku benar kan? Kau memang menyukainya.” Jawabku. Bukankah semua itu
terlihat dari sikapnya sendiri?
“Siapa bilang? Aku tak pernah mengatakannya.” Sulli menegak minumannya dengan
kesal.
“Walau tidak bicara sudah terlihat.” Kataku lalu menoleh ke Jiyeon, “Geurae Jiyeon-ah?”
Jiyeon mengangguk setuju, “Yang seperti itu bisa terlihat jelas oleh orang sekitarmu.”
“Anyeong!!” sapa Hwayoung dan Hyoyoung bersamaan. Tiba-tiba mereka muncul begitu
saja dari belakangku.
“Bisa tidak kalian datang dengan permisi?” tanyaku kesal, mereka selalu saja
mengagetkan seperti ini.
“Itu kelebihan kami.” Kata Hwayoung.
“Benar, itu kelebihan kami.” Sambung Hyoyoung.
“Kenapa juga kau selalu mengulangi perkataannya Hyoyoung-ah?” tanya Sulli kesal
bukan main. Sepertinya suasana ahtinya makin buruk dengan kedatangan si kembar.
“Kau kenapa?” tanya Hwayoung dan Hyoyoung bersamaan. Lalu dengan cepat mereka
sudah duduk mengapit Sulli, membuatku harus bergeser dengan paksa. Dasar si kembar aneh.
Untung saja mereka itu cantik.
“Ini pasti masalah cinta.” Kata Hwayoung.
“Benar ini pasti masalah cinta.” Ulang Hyoyoung seperti biasa.
“Kalian jangan sok tahu!” bentak Sulli lalu memakan makanannya tanpa ampun. Kasian
sekali makanan itu jadi sasaran kekesalannya.
“Tapi itu memang benar kan?” tanya Hwayoung.
“Jelas benar.” Kata Hyoyoung.
“Ah! Itu dia! Itu dia!” bisik Jiyeon. Dia menunjuk Jongin yang berjalan memasuki kantin
bersama Taemin dan Sehun.
Aku bisa melihat wajah Sulli memerah. Kali ini dia takkan bisa mengelak, lihat saja, dia
begitu salah tingkah. Kena kau Choi Sulli.
“Jongin-ah! Taemin-ah! Sehun-ah!” dengan cepat aku melambaikan tanganku pada
mereka.
Jongin tetap saja berwajah datar, sedangkan Taemin dan Sehun tersenyum melihatku.
Dasar Kai! Dia selalu begitu.
“Bergabunglah!” ajakku. Aku memang sengaja melakukannya. Itu membuat Sulli malah
beranjak pergi, namun Hwayoung dan Hyoyoung memeganginya.
Untung saja mereka tak menolak bergabung, jadi aku tak terlihat bodoh.
“Kalian mau aku pesankan makanan?” tanyaku sok ramah. Sedari tadi aku
memperhatikan gerak-gerik aneh Sulli. Aku benar-benar suka mengerjai temanku satu ini.
“Ani. Biar aku saja.” Kata Taemin lalu pergi. Baiklah, pergi saja. Aku tak sepenuhnya
mau dan ingin memesankan makanan untuk mereka.
“Jongin-ah, kau sudah mengerjakan tugas Bahasa Inggrisnya?” tanya Jiyeon.
“Ah, benar kalian satu tim kan?” tanyaku, aku baru ingat. “Jika kalian ada kesulitan,
kalian bisa minta bantuan Sulli, dia cukup pintar dalam bahasa Inggris.”
“Tak usah, aku bahkan sudah meminta Krystal mengerjakannya.” Jawab Jongin datar.
Setelah mendengar itu Sulli malah terdiam. Apa dia kecewa? Ah… aku jadi menyesal
mengatakan itu. Aku berkali-kali melirik Sulli.
Untung saja Hwayoung mencairkan suasana. “Sehun-ah Appaku bilang, Appamu pergi
ke Bangkok, apa itu benar?”
Sehun terlihat terkejut karena tiba-tiba pembicaraan beralih padanya, “Ah, geu..geurae.
Dia baru… berangkat pagi tadi.” Jawab Sehun kikuk. Dia itu... pemalu sekali.
“Ya… jangan bilang Appa kalian saling kenal.” Kataku setelah menyadari perbincangan
mereka.
“Memang saling kenal.” Jawab Hyoyoung mantab.
Sulli POV Aku hampir tak bisa berkonsentrasi dengan permbicaraan Sehun dan si kembar yang tak
penting itu. Kenapa aku sekecewa ini? Ini semua gara-gara Jiyoung! Kenapa harus dia mengajak
Jongin bergabung. Ini membuatku bisa mati di tempat.
Aku berkali-kali mencuri pandang pada Jongin. Wajah itu, kenapa datar sekali?
Bagaimana aku bisa mengenalnya lebih dekat jika dia menakutkan untuk di ajak bicara? Dasar
Kim Jongin! Kenapa aku harus suka padamu?
Tak lama, Taemin datang dengan makanannya. Jongin juga mengambil satu. Aku tak bisa
berhenti memperhatikan cara makannya. Semoga saja Jiyoung dan Jiyeon tak menyadarinya.
Aku benar-benar terlihat bodoh disini. Aku benar-benar ingin pergi, kalau saja si kembar tak
mengapitku seperti ini. Akan terlihat lebih bodoh jika aku pergi dengan paksaan seperti itu.
“Sulli-ah? Kenapa kau melamun?” tanya Taemin tiba-tiba. Dia memang manis dan penuh
perhatian. Tapi disaat seperti ini aku sungguh tak mengharapkan perhatiannya.
Aku menggeleng saja, “A..ani. gwenchana.”
Aku bisa melihat Jiyoung menahan tawanya. Sepertinya dia senang sekali membuatku
dalam posisi serba salah seperti ini.
“Bagaimana Appa kalian bisa saling kenal?” tanya Jiyeon pada si kembar dan Sehun. Itu
sedikit menyelamatkanku. Topik teralihkan.
“Appaku, dan Appanya berteman sejak kecil.” Jelas Hwayoung.
“Mereka sahabat kecil.” Tambah Hyoyoung.
Jiyeong tersenyum, “Ah, Geurae? Jadi kalian juga sudah mengenal sejak kecil?”
Si kembar dan Sehun mengangguk bersamaan.
“Itu manis sekali.” Celetukku. Aku jadi lupa kalau Jongin ada disini. Seharusnya aku
diam saja.
“Geurae geurae. Itu memang manis.” Jiyoung tersenyum. “Kalian juga jadi teman kecil
kan?”
Mereka bertiga mengangguk bersama lagi sambil menikmati makanannya.
Jongin POV Aku dengan terpaksa duduk disini. Rasa laparku sebenarnya sudah hilang. Aku memakan
itu semua agar aku punya sesuatu untuk mengalihkan perhatianku dari gadis itu. Bahkan sampai
sekarang aku tak bisa melupakan caranya malambai padaku, Taemin dan Sehun tadi. Kenapa
gadis itu selalu saja berputar di kepalaku? Ini benar-benar merepotkan.
“Baiklah, aku harus ke perpustakaan. Aku pergi dulu.” Jiyeon beranjak dari sampingku.
“Perpustakaan? Aku ikut. A..aku juga harus kesana.” Sulli berdiri dengan cepat lalu
mengikuti Jiyeon pergi.
“Anyeong!!” Hwayoung dan Hyoyoung melambaikan tangannya pada mereka yang
pergi.
Aku lihat ekspresi Jiyoung yang sedikit kecewa. Ada apa dengannya? Apa dia juga ingin
pergi? Iblis di dalan tubuhku melarangnya pergi, entah kenapa akan lebih baik dia disini, di
hadapanku.
***
Jieun POV Aku menatap wajahku di cermin, aku sedang berada di toilet sekolah. Kenapa aku harus
semenyedihkan ini? Ponselku berbunyi, aku lihat itu pesan dari Eomma. Lagi-lagi dia
berpamitan akan menginap di luar kota. Pasti dengan Ajushi kaya itu lagi. Berarti seminggu ini
aku harus menghidupi Adikku, Sungmin.
Appa, maafkan perbuatan Eomma. Mungkin dia hanya kesepian. Aku mendongak dan
menutup mata berusaha mengingat wajah Appaku yang mungkin terlupakan. Ya aku hanya bisa
melihat wajahnya di foto. Dia meninggal saat aku masih berumur 3 tahun. Aku tak begitu
mengingat wajahnya.
Aku melangkah keluar dari toilet menuju koridor sekolah. Seseorang dengan wajah
dinginnya berjalan berlawanan arah denganku. Kim Myungsoo, tak bisakah dia tersenyum
seperti saat bersama dengan teman-temannya. Disaat dia sendiri seperti ini dia selalu
menampakkan wajah dinginnya. Jika bukan ketampanannya, aku takkan betah melihatnya.
Dia lelaki yang cukup sempurna di kelas, pintar, tampan. Dan aku jatuh hati padanya. Itu
yang membuatku semakin menyedihkan. Bahkan aku menangis saat aku menyadari aku jatuh
cinta padanya.
Tapi beginilah nasibku, tak ada orang yang memperhatikan aku. Aku hanya dianggap
angin lalu. aku sama sekali bukan murid menonjol disini.
Saat tepat berada di hadapanku, Myungsoo menatapku. Jantungku seakan berhenti
mendadak. Namun dia segera melanjutkan langkahnya. Aku segera berpikir, mungkin dia sedang
berpikir keras, sepertinya dia mengenali wajahku, atau sepertinya dia pernah melihatku di duatu
tempat. Dia takkan memperhatikan hal itu. Bahkan mungkin dia tak mengingatku. Dia hanya
menatapku karena aku terus saja menatapnya. Dia pasti merasa aku ini gadis aneh.
Aku melewati kantin yang sedang ramai itu. Aku sama sekali tak tertairk pergi kesana.
Lebih baik aku menjauhi kerumunan. Sulli teman sekelasku sedikit menabrakku, “Ah, Mian.”
Katanya cepat. Sepertinya dia terburu-buru mengikuti Jiyeon yang berjalan menuju ke
perpustakaan.
Aku terus berjalan menuju halaman belakang sekolah. Aku duduk di tempat favoritku di
bawah pohon besar paling rindang di sekolah ini. Dengan duduk di situ agak sulit orang
melihatku, tapi aku dengan mudah bisa mengamati sekitarku.
Angina berhembus lembut menerbangkan daun-daun yang mulai berguguran. Aku
berharap jam sekolah segera berakhir agar aku bisa segera pergi ke tempat kerja paruh waktuku.
Tak lama aku melihat Naeun teman sekelasku berjalan melewatiku. Dia tersenyum saat
mendengar namanya dipanggil, “Naeun-ah!”
Seperti yang dilakukan Naeun, Aku juga melihat orang yang memanggilnya. Itu
Gongchan, teman sekelas kami juga.
Gongchan melangkah mendekati Naeun dengan sedikit canggung. Entah mengapa dia
begitu. Bukankah dia cukup akrab dengan Naeun?
Tiba-tiba Gongchan memegang tangan kanan Naeun. Naeun terlihat sedikit terkejut.
Namun aku bisa melihat wajahnya memerah.
Gongchan memberikan sesuatu pada Naeun. Itu kalung. Kalung yang indah. Yang
pastinya sangat cocok dikenakan oleh si cantik Naeun.
Pertanyan Gongchan selanjutnya malah membuat Naeun terkejut setengah mati, aku bisa
melihat badannya bergetar karena terlalu gugup, “Maukah kau menjadi yeojaku?”
Naeun terdiam sesaat. Aku yakin dia juga menyukainya, namun dia terlalu malu untuk
menjawab.
Tiba-tiba suara berisik datang dari Baro dan Sandeul yang ternyata sedari tadi mengintip
mereka dari balik pilar sekolah. Sekarang mereka muncul sambil berteriak, membuat Naeun
semakin gugup dan malu.
“Terima! Terima! Terima!” teriak mereka berdua dengan semangatnya.
Gongchan hanya tersenyum lembut melihat tingkah konyol mereka berdua, dia fokus
pada Naeun yang sebentar lagi memberi jawaban.
Naeun menutup matanya lalu berbicara sekuat mungkin, “Ne, aku mau jadi Yeojamu.”
Gongchan tersenyum senang. Dia membuat gerakan seakan dia tak mempercayai apa
yang baru saja dia dengar. “Jinchayo?”
Naeun mengangguk. Dengan cepat Gongchan memeluk Naeung erat, mengutarakan
perasaannya yang puas bukan main.
Sekarang pikiranku melayang pada diriku sendiri, bukankah aku terlihat semakin
menyedihkan dalam diam melihat adegan ini? Aku beranjak pergi. Mereka yang terlalu sibuk
dengan masalah Naeun dan Gongchan itu bahkan tak menyadari aku teman sekelas mereka baru
saja melewati mereka. Aku pustuskan untuk kembali ke kelas saja.
Suzy POV Aku mengantuk sekali siang ini. Benar-benar tak ada niat untuk memperhatikan pelajaran
setelah bel masuk nanti. Aku menggeletakkan kepalaku di mejaku. Kulihat Jieun melewatiku.
Dia terlihat begitu sedih. Tapi dia memang selalu seperti itu, selalu menyedihkan. Bahkan dia
bertingkah semendihkan mungkin. Mungkin dia rasa hanya dia gadis paling menyedihkan di
kelas ini.
Aku coba memejamkan mataku. Namun sontak saja mataku terbuka lagi saat Baro dan
Sandeul si perusak suasana masuk ke dalam kelas dengan suara nyaring besar mereka.
“Mereka sepasang kekasih sekarang!” teriak mereka bersama. Aku lihat Gongchan dan
Naeun berjalan di belakang mereka dengan muka merah. Aku sudah menduga hal ini.
Sebenarnya hal ini lebih lambat dari dugaanku, bukankah mereka memang saling
menyukai? Kenapa tak dari dulu saja? Tapi anak-anak lain sangat terkejut mendengar ini.
Aku bangun dari posisiku di atas meja. Aku bisa mengira dan kenyataannya memang
begitu, hanya Jieun yang tak bersemangat dengan itu. Dia pasti meratapi nasibnya yang
menyedihkan karena menyukai si dingin Myungsoo. Ckckck. Aku tak habis pikir dengan mereka
ini, selalu saja di siksa oleh masalah tak penting mereka sendiri.
Aku bisa melihat Myungsoo tertawa dengan Hyunseong dan Seungho. Aku rasa dia
hanya ikut-ikutan saja tertawa seperti itu. Bisa dilihat Jieun mengagumi tawa langka itu. Ah..
lihat saja Jieun menyedihkan lagi.
“Jeongmal?” tanya Luna senang, sedangkan Krystal di belakangnya hanya tersenyum
simpul.
Naeun mengangguk singkat dari bangkunya. Aku bisa melihat pipi merah Naeun yang
sama sekali tak menghilang.
“Ya! Dengar mereka sudah jadian!” teriak Luna sambil melihat ke luar kelas. Aku lihat
Jiyeon dan Sulli masuk. Sepertinya bel masuk sudah berbunyi, aku tak mendengarnya.
“Jinchayo?” tanya Jiyeon, dia berbunga-bunga dan tersenyum manis. Senyum yang
didambakan setiap lelaki, Itu hartanya.
Sulli terlihat masam, dia sama sekali tak menghiraukan hal itu, dia sepertinya sibuk
dengan pikirannya sendiri.
Tak lama, Jiyoung dan si kembar juga masuk ke dalam kelas, diikuti Jongin, Taemin dan
Sehun.
“Mereka jadian.” Jieyon menunjuk Naeun dan Gongchan yang duduk di bangku masing-
masing.
“Geurae?” Jiyoung agak terkejut, “Ya… kalian harus traktir kami untuk merayakan ini.”
Taemin mendorong pelan tubuh Gongchan, “Tak kusangka secepat ini kau
mengutarakannya.”
Mwo? Secepat itu? Bukankah ini terlalu lambat? Ckckck.
Gongchan hanya tersenyum, anak itu siput sekali, lambat dan lembut maksudku.
Mereka segera duduk di bangku mereka masing-masing. Park Gahee Seongsaenim, guru
matematika kami, masuk dengan gayanya yang sangat disiplin itu. Dia memang termasuk
Seongsaenim yang menyeramkan. Dan sayangnya saat ini aku sangat mengantuk, bisa-bisa aku
terkena semburan apinya. Kali ini aku mengalihkan perhatianku dari masalah-masalah tak
penting teman-temanku, aku berusaha tidak tertidur untuk menghindari semburan apinya yang
menghebohkan.
***
Eunji POV “Ne, anyeong Soyou-ah.” Aku melambai pada Soyou. Dia membatalkan janjinya
denganku hari ini karena dia beralasan harus pergi ke suatu tempat dan itu sangat penting. Tadi
dia juga menjelaskan bahwa jadwalnya berubah total, jadi dia harus meninggalkan aku.
Saat Soyou belum jauh aku lihat dia berpapasan dengan Hyunseong. Dia melempar
pendangan sombongnya seperti biasa, tak peduli itu teman sekelas, dia memang begitu.
Tapi.. apa yang Hyunseong lakukan disini? Dia melangkah ke arahku. Apa dia
menghampiriku? Ada perlu apa?
“Eunji-ah.” Panggilnya.
“Hyungseong-ah? Ada apa?” tanyaku. Tak biasanya dia bicara denganku sepulang
sekolah seperti ini.
Tiba-tiba Hyunseong mengulurukan buku catatanku. Aku segera meraihnya, “Ah, ini
milikku yang aku sangka hilang. Bagaimana bisa ada padamu?”
“Aku juga tak tahu. Tadinya ini ada pada Kyungsoo. Dia menyuruhku memberikannya
padamu.” Jelas Hyunseong.
“Ah anak itu, bukankah dia duduk di depanku, bukankah dia lebih dekat? Dasar!”
gerutuku. Dia memang aneh.
“Bukankah dia memang aneh?” Hyunseong tersenyum, manis. Itu senyumnya yang
manis. Ya dia memang selalu menyenangkan sepengetahuanku, meskinpun aku tak begitu akrab
dengannya.
“Gomawoyo.” Kataku.
“Jangan sungkan.” Katanya.
“Kalau begitu aku pergi dulu.” Kataku lalu melambai dan berlalu dari hadapannya.
Kyungsoo POV Aku ini bodoh atau apa? Kenapa aku tak berikan sendiri saja buku Jieun yang sudah
berhari-hari ada padaku itu? Kalau saja aku yang mengembalikannya, bukankah aku juga akan
mendapat senyum manis itu dari Eunji. Ya aku memang bodoh. Sudahlah.. aku akui itu..
Aku berjalan menuju halte bus terdekat dari sekolahku. Aku masih bisa melihat Eunji
menunggu taksi di seberang jalan. Dia mau kemana? Kenapa sendirian? Kemana Soyou atau
Naeun yang biasa menemaninya itu?
Pikiranku masih melayang ke buku cacatan Eunji. Buku catatan itu mungkin sudah
berbau kamarku sekarang. Sudah cukup lama buku itu ada padaku, tapi aku rasa pencarian waktu
yang tepat untuk mengembalikannya terlalu lama. Maka dari itu aku menyuruh Hyunseong.
Buku…buku… Omo! Andwe!! Aku teringat satu hal bodoh yang sudah aku lakukan.
Aku sudah menulis sesuatu di buku itu. Aku tak ingat jelasnya aku menulis apa, tapi yang jelas
tentang Eunji di pikiranku. Itu gila. Bagaimana jika Eunji mengetahuinya? Aku akan terlihat
sangat bodoh dan memalukan, sama sekali bukan pria jentel.
Ah, aku baru ingat juga, bukankah Hyunseong yang memberikannya. Mana mungkin
Hyungseong banyak bicara dan menceritakan asal buku itu pada Eunji? Tidak kan? Itu tidak
mungkin. Hyunseong bukan tipe orang yang akan banyak bicara pada teman yang tidak akrab.
Geurae… sebaiknya aku berpikiran seperti itu. Eunji tidak tahu. Dia takkan tahu. Lagipula aku
menulisnya dengan tinta pena yang sudah hampir habis, tak akan terbaca olehnya. Aku sudah
menulisnya sekecil mungkin yang bisa aku baca. Aku harus bersikap biasa saja berarti. Ok.
***
Krystal POV Aku senang. Aku senang bukan main saat Jongin memintaku membantunya mengerjakan
tugas bahasa Inggris. Tapi, aku tak boleh memperlihatkannya atau aku akan jadi gadis murahan.
Kim Jongin banyak-banyaklah bicara padaku!
Entah kenapa akhir-akhir ini dia sering mengajakku bicara, entah itu masalah penting
ataupun masalah yang tak begitu penting, dia sudah biasa bicara padaku. Aku rasa gadis di
sekolah ini yang paling dekat dengannya hanya aku. Aku bisa menduga itu.
Ah, aku ingat bunkankah akan ada makan malam bersama keluarga Jongin nanti malam?
Aku harus berdandan secantik mungkin, aku tak boleh kelihatan murahan dimata mereka.
“Ya! Krystal! Kau melamun lagi?” tanya Luna yang tiba-tiba saja duduk di depan
bangkuku.
Aku hanya mendongak dan tersenyum manis padanya. Selembut yang aku bisa.
“Akhir-akhir ini kau memang seperti ini ya? Kenapa kau jadi sering melamun?” tanya
Luna.
Aku menggeleng namun masih tersenyum.
“Apa kau memikirkan perjodohanmu lagi?” tanya Luna.
Dia benar, itu benar sekali, tapi aku tak boleh menampakkan hal itu. Itu akan terlihat
konyol.
“Aninde, aku hanya memikirkan tugas-tugas yang menumpuk itu.” Jawabku.
“Ah, kau ini.” Luna tersenyum licik. “Aku ini temanmu, kau tak bisa bohongi aku.
Terlihat jelas di wajahmu kau itu sedang memikirkan perjodoha.”
Aku hanya tersenyum lagi. Lalu aku lihat Jongin masuk ke dalam kelas dan duduk di
bangku belakangku, itu memang tempatnya.
Aku ingin sekali menyapanya atau bicara lebih dulu padanya, tapi itu terlihat murahan.
Aku takkan melakukannya. Aku harus punya harga diri. Aku hanya perlu melakukan hal-hal
yang membuatnya menyukaiku. Aku tersenyum sendiri sekarang. Mungkin Luna sudah
mengiraku gila kali ini. Tapi aku tak peduli dengan itu.
“Aaaaaaaaaaargh!!!!” aku mendengar jeritan dari arah belakangku. Omo! Siapa gadis
yang bisa-bisanya menjerit sebarbar itu di tempat seperti ini?
TO BE CONTINUED........
High School Love (part 2)
Cast:
Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo
“Aaaaaaaaaaargh!!!!” aku mendengar jeritan dari arah belakangku. Omo! Siapa gadis yang bisa-
bisanya menjerit sebarbar itu di tempat seperti ini?
Aku menoleh ke belakang, aku menyukainya karena kau bisa melihat Jongin tanpa
kesulitan. Tapi di belakang aku melihat Soyou yang baru saja berteriak. Ada apa dengannya?
Apa dia tak bisa berkelakukan berkelas sebentar saja?
“Baro!!!! Sandeul!!!! Kalian mati! Kalian harus mati!!!” Soyou masih berteriak dengan
nada sombongnya. Kenapa dia selalu begitu?
Aku melihat noda-noda merah di seragam Soyou. Itu apa? Tak tahulah. Aku tak peduli.
Sedangkan Baro dan Sandeul tertawa terbahak-bahak dengan bebasnya. Mungkin mereka baru
mengerjai Soyou. Aku segera berbalik lagi. Bukankah itu tak ada hubungannya denganku?
Suzy POV “Aaaaaaaaaaargh!!!!” tak salah lagi itu jeritan Soyou. Jeritannya yang memekakkan
telinga ini benar-benar membekas di hati, takkan mudah dilupakan. Aish… kenapa dia suka
sekali melakukan hal yang berlebihan seperti ini?
Tunggu sebentar, aku melihat nona darah di seragam Soyou. Dia kenapa? Apa yang
dilakukan si bodoh Baro Sandeul? Apa mereka gila?
“Ya jamkanman. Apa kalian kira kami melukainya?” kata Baro sambil menahan tawanya.
Sandeul lambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya. “Ani, kami tidak melakukan hal
kriminal seperti itu.
Sekarang Soyou dengan marahnya mengambil sesuatu di meja Baro. Lalu ia
menumpahkannya di segaram baro dan Sandeul. Aku bisa menebak, itu hanya tinta merah. Dasar
manusia aneh!
Baro dan Sandeul berhenti tertawa, mereka meratapi nasib seragam mereka yang lebih
parah dari Soyou.
“Ah.. eommaku bisa marah.” teriak Sandeul lalu mengajak Baro pergi ke toilet.
“Dasar kaki tangan iblis! Bagaimana bisa mereka menodai seragamku dengan tangan
kotor mereka?” Soyou berteriak kesal.
Hah… apa ini? Bukankah ini bukan hal yang penting? Kenapa mereka heboh sekali?
Akhirnya aku beranjak dari bangkuku dan keluar dari kelas. aku muak dengan mereka.
Aku menuju perpustakaan, tempat paling sepi di sekolah ini. Aku mengambil buku
sembarangan. Sebenarnya tak ada niat membaca sedikitpun aku hanya perlu penyamaran untuk
bisa menggunakan ruang sepi ini.
Ku letakkan buku yang baru saja aku ambil di atas meja dengan posisi berdiri terbuka,
dan aku tinggal tidur di baliknya. Kuletakkan kepalaku di atas meja menghadap ke kanan dan
mulai memjamkan mata.
Tunggu sebenar, apa yang ku lihat barusan? Byun Baekhyun ada di sebelahku, kenapa
aku tak menyadari sebelumnya? Ini sama saja bunuh diri. Dia itu mengganggu sekali. Tak
kusangka orang sepertinya bisa menghabiskan waktu di tempat seperti ini. Aku membuka
mataku lagi, kali ini Baekhyun sudah menatapku.
“Ya! Kau kira ini motel? Kau tak bisa baca tulisan di depan? Ini perpustakaan.” Dia
mulai cerewet.
Aku mengangguk saja. Anggap saja aku tak bisa membaca dan bodoh di hadapan orang
ini. Aku kembali memjamkan mataku. Semoga orang itu cepat berlalu.
Tiba-tiba Baekhyun menarik telingaku, “Cepat pergi!” katanya. Orang ini benar-benar.
Aish…
“Apa masalahmu?” tanyaku.
“Ini perpustakaan dan ini bukan tempat tidur.” Katanya. Dia benar-benar lelaki cerewet.
“Aku tahu ini perpustakaan. Aku tahu ini bukan tempat tidur atau motel. Kau kira aku
bodoh? Tak bisakah kau berhenti menjadi eomma-eomma? Dasar alien!” aku pun beranjak pergi.
Sial aku terbawa emosi olehnya. Harusnya aku menghadapi semua ini dengan santai. Mana Bae
Suzy yang biasa? Dia memang alien menjengkelkan, takkan ada yang tahan dengannya.
Semoga tak ada waktu atau kesempatan lain aku bertemu dengannya. Anggap saja dia tak
sekelas denganku.
Jiyeon POV Suzy menabrakku saat dia keluar dari perpustakaan. Dia kenapa? Sepertinya dia sedang
marah. siapa yang berani menyulut Apinya Suzy. Apa dia sudah bosan hidup.
Aku kembali ke kelas. aku lihat Sulli masih merasa kesal karena Jiyoung waktu itu. Dia
jadi tak banyak bicara. Atau mungkin dia memang sangat kecewa karena Jongin lebih dekat
dengan Krystal? Ya mungkin begitu. Memang sulit menyukai seseorang yang tidak
menyukaimu.
Aku duduk di bangkuku, ku dengar Soyou mengomel. Aku tak begitu bisa mendengar
jelas apa yang dia bicarakan. Hari ini aku tak tertarik dengan masalahnya. Aku hanya capek
karena terlalu lama belajar semalam. Dan hasilnya pun tak memuaskan. Terbuat dari apa otakku
sebenarnya?
“Jiyeon-ah, ini tugasnya sudah selesai. Kau saja yang kumpulkan.” Jongin memberikan
tugas bahasa Inggris yang sudah selesai padaku. Wah aku lihat Krystal pintar sekali
mengerjakannya.
“Ah iya. Gomawo Krystal-ah.” Aku bicara pada Krystal sepelan mungkin semoga Sulli
tak mendengarnya.
“Anyeong chagi…” seseorang menghampiriku, aku sangat hafal suaranya. Dia selalu
begitu, menggodaku tanpa kenal ampun, aku sampai kuwalahan menghadapinya.
“Chanyeol-ah, bisa kau berhenti memanggilku seperti itu?” tanyaku.
Chanyeol tersenyum, “Kau mau ku panggil manis? Atau cantik?”
“Apalagi itu.” Aku menggeleng. “Panggil Jiyeon saja. Ya?”
“Ah kau ini polos sekali.” Dia malah menyentuh daguku.
“Terus! Terus saja menggoda begitu. Hahaha” Taemin malah tertawa di belakangku.
“Kalian memang cocok.”
“Ah begitu? Aku cocok dengannya.” Chanyeol mendekatkan wajahnya denganku, seakan
akan berpose di foto box.
Aku segera menjauh darinya, “Chanyeol-ah..”
Taemin tertawa lagi, “Ne, kalian memang cocok. Goda saja dia terus, dia pasti akhirnya
menyukaimu meski sulit Chanyeol-ah.”
“Kau mendukung atau mengejek?” Tanya Chanyeol sinis.
“Bisakah kalian berhenti?” tanyaku lalu mengeluarkan buku bermaksud membacanya.
“Ah andwe! Dia sudah mengeluarkan bukunya. Auranya berubah menjadi siswa teladan.
Aku harus pergi.” Kata Chanyeol lalu menjauh. Ah ternyata cara ini masih ampuh.
***
Author POV Hari ini meta pelajaran mereka diisi dengan bermain bola lempar. Jang Woohyuk
Seongsaenim, guru olah raga mereka hanya dengan santai menjadi wasit mereka.
“Kalian buat tim campuran saja.” Jawab Jang Seongsaenim saat ditanyai tentang
permainannya.
Akhirnya Jiyoung, Jongin, Baro, Eunji dan Hyoyoung satu tim melawan tim Sehun,
Kyungsoo, Luna, Naeun, dan Jiyeon. Siswa yang lain hanya jadi pernonton di tepi lapangan.
Mereka mulai bermain. Bola sedang ada pada Baro, kali ini dia mencari sasaran empuk,
dia melihat peluang pada Kyungsoo, sebenarnya dia tahu Sehun payah dalam permainan ini, tapi
saat ini Kyungsoo sedang sedikit melamun, dia sepertinya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Kyungsoo memang sedang sibuk memikirkan Eunji, “Dia tak melihat tulisan itu kan?
Dia sudah membacanya, atau dia tak membacanya, atau dia bahkan belum membuka bukunya?
Tenang… tenang saja.. bukankah sikapnya sejauh ini biasa saja? Belum, aku belum terlihat
bodoh. Ani, aku tak terlihat bodoh saat ini.” Batinnya.
Dengan mantap Baro melempar bolanya pada Kyungsoo. Sangat mudah, terlalu mudah
malah, Kyungsoo tumbang, dia tak melihat bola berarah padanya. Dia baru sadar saat mendengar
teriakan teman-temannya, dan pada saat itu bola sudah di depan wajahnya.
“Ah? Kyungsoo? Bagaimana kau bisa begitu?” Sehun khawatir. Tinggal dia lelaki di tim
itu. “Apa yang harus aku lakukan?”
Jang seongsaenim meniup peluit. Bola ada pada Sehun sekarang. Dia benar-benar
bingung harus melempar kemana.
“Ayo lempar saja. Cepat!” teriak teman-temannya yang lain.
“Bola itu untuk dilempar Sehun-ah, bukan untuk dipandangi seperti itu.” Celetuk
Hwayoung.
“Geurae, untuk dilempar Sehun-ah.” Tambah Hyoyoung.
“Kau mau kita semua bermalam disini hanya untuk bermain bola lempar?” tanya Baro.
“Ayo cepat!” teriak yang lain lagi.
Akhirnya dengan sekuat tenaga Sehun melemparkannya. Tak ada yang tahu kemana
arahnya.
Akhirnya dengan sangat cepat bola itu menghantam Jiyoung dengan sangat kuat hingga
Jiyoung pingsan.
Semua terkejut dan kaget melihat keadaan Jiyoung dan perbuatan Sehun itu.
“Ya! Sehun-ah kau mau jadi pembunuh?” tanya Sandeul.
Tiba-tiba seseorang menghampiri Jiyoung dan menggendongnya menuju klinik sekolah,
dia Kim Myunsgoo.
Siswa lain agak tercengang melihat adegan yang tak biasa ini. Mereka tak menyangkan
Myungsoo bisa melakukan hal seperti itu.
Jongin POV Aku melihat bola itu menghantam Jiyoung dengan kuat. Gila! Aku tak ingin
membayangkan yang akan terjadi pada Jiyoung selanjutnya.
Dan benar saja, Jiyoung tergeletak lemas di lapangan. Semua terlihat menyalahkan sehun,
dan memang benar, itu salahnya. Bagaimana dia bisa melakukan hal sebodoh itu?
Aku tak tahan lagi melihatnya, aku mulai melangkahkan kakiku untuk menggendong
Jiyoung ke klinik, tapi langkahku seketika terhenti saat melihat Myungsoo menyeberangi
lapangan dan melakukan hal yang ingin aku lakukan itu.
Hah… apa ini? Aku terlihat bodoh. Lagi-lagi aku bertindak bodoh hanya karena gadis
bernama Jiyoung itu.
Krystal POV Pertandingan itu sama sekali tak menarik, jadi sedari tadi aku hanya melihat dan
memperhatikan Jongin. Hanya itu yang bisa membuatku betah berada disini walaupun cuaca
sepanas ini.
Aku masih seperti itu saat tiba-tiba Jiyoung terhantam bola yang entah darimana
datangnya. Aku melihatnya pingsan. Tapi karena merasa tak ada kaitannya denganku, aku
kembali melihat Jongin, dan aku melihat dia melangkahkan kakinya. Andwe, dia berniat
menolong Jiyoung. Sejak kapan Jongin peduli pada gadis lain?
Dan yang paling tak aku sukai adalah ekspresi Jongin ketika Myungsoo yang datang
mendahuluinya. Aku bisa mengerti, itu terlihat jelas, dia kecewa. Kenapa seperti itu? Ini gila.
Jieun POV Aku hanya melihat pertandingannya sesekali. Sebenarnya aku ingin ikut. Tapi aku
mengurungkan niatku. Sebaiknya aku tetap disini, duduk di tepi lapangan. Menjauh dari
perhatian.
Bodohnya aku, daripada pertandingan itu aku malah lebih tertarik memperhatikan
Myungsoo. Aku tak bisa menahan diriku tak mencuri pandang darinya. Siapa suruh dia duduk di
samping kananku?
Ah sudalah Lee Jieun. Aku ini tak pantas melakukan hal macam itu pada Myungsoo.
Sudah… hentikan ini sekarang juga. Aku bukan siapa-siapa.
Namun tiba-tiba Myungsoo beranjak dari tempatnya setelah Jiyoung pingsan terhantam
bola dari Sehun. Apa dia akan menolong Jiyoung? Ya, itu benar. Dia membawa Jiyoung ke
klinik sekolah. Baru kali ini aku melihat Myungsoo mau terlibat suatu masalah dengan seorang
gadis.
Lihat Lee Jieun, kau bodoh lagi. Bagaimana bisa aku mengetahui tentang Myungsoo
sampai sejauh itu? Bukankah ini bukan urusanku? Bahkan ini tak pantas menjadi urusanku.
***
Author POV “Ingat mulai minggu depan, kalian sudah ada jam tambahan. Jangan sia-siakan waktu
tahun terakhir kalian di sekolah ini. Araso?” Jo Hyunjae Seongsaenim memberitahu para siswa
di kelas itu, meskipun ada beberapa yang tak memperhatikannya.
“Apa akan ada jam malam Seongsaenim?” tanya baro.
Jo Seongsaenim tersenyum, “Jawabannya pasti tidak kalian sukai.”
“Itu berarti ada jam malam.” Gerutu Baro. Seketika banyak terdengar dengungan dari
siswa-siswa yang tak menyukai hal itu.
Namun ada beberapa siswa yang terlihat menginginkannya, mereka pikir itu sangat perlu
karena mereka masih belum siap menghadapi ujian nanti.
“Ah.. kalian jangan terpuruk dulu.. nikmati saja itu. Dan sekarang, jangan pikirkan itu
lagi. Sekolah mewajibkan kalian semua siswa mengerjakan tugas akhir.” Jelas Jo Seongsaenim,
berusaha menenangkan mereka.
Semua menatap Jo seongsaenim ingin tahu tugas apa itu.
“Kalian harus mengadakan penelitian di sekitar kalian, yang bersifat sosial. Dan kalian
harus berikan laporannya paling lambat 2 bulan setelah ini. Tapi jangn kawatir untuk pusing.
Kalian akan berkelompok.” Jelasnya masih sambil tersenyum.
“Apa kelompoknya ditentukan?” tanya Eunji.
Jo Seongsaenim mengangguk, “Geurae. Aku akan menentukannya sebagai wali kelas
kalian. Jangan banyak sanggahan tentang itu, ok? Anggaplah ini untuk lebih mengakrabkan
kalian di tahun terakhir kalian. Jadi jangan protes jika kalian tak merasa nyaman dengan teman
sekolompok kalian. Jajahi saja mereka, terima saja..”
Banyak terdengar keluhan tak suka akan hal itu, namun Jo Seongsaenim hanya tersenyum
pada mereka.
“Baiklah akan aku bagi.” Jo Seongsaenim mengambil jurnalnya. “Kalau begitu dibagi
dalam lima kelompok.” Dia menatap muridnya sejenak lalu melanjutkan bicaranya, “Kelompok I
yaitu Soyou, Yoo Seungho, Kang Jiyoung, Kim Myungsoo dan… Lee Jieun.”
Terdengar beberapa keluhan lagi atau kata-kata senang dari yang lain.
“Ha.. untung saja aku tak sekelompok dengan Myungsoo…” gumam Baro.
“Mwo? Kenapa aku harus berkelompok dengan orang-orang itu?” Soyou sangat kesal.
“Selanjutnya Kelompok II yaitu Bae Suzy, Hyunseong, Jung Eunji, Do Kyungsoo dan
Byun Baekhyun.”
Suzy tak begitu mendengarkannya. Terserah dia mau sekelompok dengan siapa saja. Dia
sama sekali tak tertarik dengan ini.
Sedangkan Kyungsoo langsung memasang wajah was-wasnya.
“Eunji-ah.. untung aku sekelompok denganmu… aku tertolong. Benar-benar tertolong.”
Kata Baekhyun pada Eunji. Dan eunji hanya tertawa melihatnya.
“Kelompok III yaitu, Son Naeun, Ryu Hwayoung, Oh Sehun, Lee Taemin dan Lee Hyun
woo.”
“Ah.. kita berpisah Hyoyoung-ah..” Hwayoung membuat ekspresi seakan sedang
menangis sambil memeluk Hyoyoung.
Dan itu juga dikalukan Hyoyoung. “Kita Berpisah…”
“Sudah saatnya kalian dipisah supaya dunia ini tenang.” Celetuk Suzy dari belakang mereka
yang tak sengaja mendengar.
“Kau bisa saja Suzy-ah..” kata Hwayoung sambil mendorong pelan tubuh Suzy.
Hyoyoung menduplikatnya, “Geurae, kau bisa saja…”
“Kalau begitu tinggal dua kelompok. Kelompok IV yaitu Park Chanyeol, Park Jiyeon, Ryu
Hyoyoung, Sandeul dan Luna. Jadi sisanya Choi Sulli, Jung Krystal, Kim Jongin, Gong Chansik
dan Baro adalah kelompok V.” Jo seongsaenim mengakhiri penjelasannya. “Kalau begitu cukup
sampai disini pertemuan kita. Jangan lupa untuk segera mengerjakannya ya. Dua bulan itu bukan
waktu yang lama untuk tugas seperti itu. Anyeong haseyo.”
“Anyeong haseyo songsaenim.” Jawab para siswa.
“Chagi, kita sekelompok!” kata Chanyeol pada Jiyeon yang hanya tersenyum geli melihat
tingkah seperti itu. “Kita ini memang jodoh dan sudah ditakdirkan. Marga kita sama-sama Park,
kita satu kelompok, dan kita tinggal satu kompleks. Benar-benar terlahirkan untuk menjadi satu.”
Chanyeol tertawa senang dan bangga akan kata-katanya sendiri yang cukup tinggi itu.
“Ya! Park Chanyeol! Bisakah kau diam dan berhenti melakukan hal itu? Aku seperti orang gila
berada di tengah-tengah kalian.” Teriak Soyou dengan kesombongannya yang biasa.
Jiyeon menjulurkan lidahnya dengan singkat ke arah Chanyeol. Membuat Chanyeol malah
tersenyum kegirangan.
“Andwe Jiyoung-ah… na eotokhe??” Sulli benar-benar bingung meratapi nasibnya saat ini.
“Hwaiting Sulli-ah! Kau hanya perlu fokus dan tak melakukan kesalahan. Aku mendukungmu
dengan doa.” Kata Jiyoung.
“Ya.. apa yang kau pikirkan?” tanya Sulli dia tak berani mengeraskan suaranya.
“Kau khawatir Kai Jongin itu menyadarinya kan?” tanya Jiyoung.
“Pabo!!!” Sulli memukul kepala Jiyoung pelan. “Sudah kubilang jangan bicarakan itu lagi! Aku
ini tidak menyukainya.”
Jiyoung mengangguk-angguk sambil menahan senyum ,”Ara… ara..”
“Ya.. aku sungguh-sungguh.”
Jiyoung mengangguk-angguk lagi, “Kalau begitu apa yang kau khawatirkan?”
“Aku ini sekelompok dengan Krystal, si tuan putri yang mungkin saja tak mau bicara denganku
yang rakyat jelata ini.”
Jiyoung terbahak, “Kau apa?”
“Ya! Bukan waktunya tertawa. Aku serius.”
“Ah geurae..geurae.. sudahlah, kalau kau takut atau apapun itu pada Krystal. Kau berlindung saja
pada KaiJongin itu.” Jiyoung mengangkat alisnya menggoda Sulli.
“Sudah kubilang jangan bicarakan dia Jiyoung-ah.. ah sudahlah kau sama sekali tidak
membantu.”
“Apa? Apalagi yang kalian ributkan?” tanya Baro. “Aku ini tidak sekelompok dengan Myungsoo
malah sekelompok dengan Kai. Ckckck. Nasibku benar-benar sial..”
Jiyoung tertawa, “Apa sialnya? Hanya seperti itu? Kau punya masalah dengan mereka berdua?”
Baro menatap Jiyoung, berpikir, “Molla, entah aku punya masalah atau tidak dengan mereka,
aku hanya tak suka dengan gaya mereka yang sok misterius itu.”
Jiyoung tertawa lagi. “Misterius? Apa tidak ada kata lain yang pas untuk menyebut mereka?”
Sulli lebih memilih tak mendengarkan mereka dan meletakkan kepalanya di atas mejanya.
***
Jiyoung POV Kami sedang mendiskusikan waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas terakhir itu. Tapi
sepertinya kami belum menemukan jalan keluar.
“Jadi kalian ingin kita berkumpul jam berapa besok dan dimana?” tanyaku. Aku agak
canggung di kelompok ini, karena aku tak begitu akrab dengan mereka. Tapi tanpa sadar aku
selalu memperhatikan Myungsoo, karena Sulli bilang dia yang dengan sigap membawaku ke
klinik setelah terkena bola Sehun. Tapi… apa itu benar? Orang seperti itu bisa melakukannya?
“Ya! Kang Jiyoung, kau ini bertanya tapi malah melamun saat orang menjawabnya.”
Kata Soyou ketus.
“Ah mianhae…” aku tertawa semerasa bersalah mungkin. “Mungkin aku sudah terlalu
lapar.”
“Baiklah. Kita mulai jam 6 malam saja karena Soyou tak bisa terlalu malam.” Kata
Seungho akhirnya.
“Ah baiklah kalau begitu. Kita bertemu di kedai dekat rumahku karena disana sepi dan
cocok untuk berdiskusi, tapi aku jamin tempatnya nyaman.” Jelasku. Aku tersenyum tapi entah
yang bicara sedari tadi hanya Aku, Soyou dan Seungho saja. Myungsoo hanya menyeletuk
sedikit dan bahkan Jieun hanya mengangguk-angguk saja.
***
Hyunwoo POV Sebenarnya agak kecewa berada di kelompok ini. Tapi aku tidak seharusnya menolak
kelompok ini. Ya, aku memang lebih tertarik sekelompok dengan Jieun. Ya, aku ingin
melindunginya. Bukankah dia sekelompok dengan Myungsoo, akan sangat berat untuknya. Tapi
untung saja di kelompok itu tak ada gadis yang juga menyukai Myungsoo, atau gadis yang
mungkin disukai Myungsoo. Myungsoo bukan tipe lelaki yang suka mengurusi hal-hal seperti itu
kan? Aku benar kan?
“Ya! Hyunwoo-ah, kau melamun? Kau tidak mau bekerja sama dengan kami?” tanya
taemin tiba-tiba membuatku terkejut, seakan dia bisa membaca pikiranku.
“A..ani.” jawabku gugup, seperti takut bahwa Taemin benar-benar bisa membaca
pikiranku.
“Ah sudahlah, ayo kita lanjutkan lagi.” Kata Naeun dengan kalusnya.
“Ah, bukankah kau juga kecewa karena tidak sekelompok dengan Gongchan?” Taemin
bertanya dengan tertawa. Naeun juga tersenyum.
“Tapi yang jelas, Kelompok kita ini kelompok tersepi.” Celetuk Hwayoung.
“Geurae hanya kau saja yang ramai.” Kata Naeun, masih dengan nada kelembutannya.
“Aku? Ramai? Tidak ada Hyoyoung disini bagaimana aku bisa ramai?” tanya Hwayoung.
“Dasar si kembar.” Kata Taemin.
“Se..Sehun-ah, kenapa kau diam saja?” tanyaku, dia sedari tadi tak mengeluarkan satu
suarapun.
Sehun menggeleng, “A..ani, Gwenchana.”
Lalu Hwayoung mengalungkan lengannya di pundak Sehun dan berkata, “Gwenchana
Sehunie, kau tak perlu takut berada disini, ada aku yang akan melindungimu.”
Sehun terlihat terkejut, “K..kau kira aku takut.”
“Ani. Kau kira aku menganggapmu penakut?” tanya Hwayoung.
“Ya.. baiklah, terserah kau.” Sehun melepaskan diri dari Hwayoung.
“Kita lanjutkan ini?” tanya Naeun.
“Ah, geurae.. daripada kita membicarakan hal tak penting. Kita lanjutkan saja.” Kataku.
***
Jiyeon POV “Kau yakin kita akan gunakan itu?” tanyaku pada yang lain. Kami sedang sibuk berpikir
untuk materi penelitian.
“Wae? Itu bagus kan? Kau tak setuju?” tanya Sandeul sinis.
“Ya! Ya! Ya! Memangnya kenapa kalau Jiyeon tak setuju? Kau mau marah?” tanya
Chanyeol.
“Aku tidak salah kan? Itu memang bagus untuk dijadikan materi. Mengamati kehidupan
wanita malam? Aku yakin tak akan ada yang menggunakan itu.” Jelas Sandeul.
“Tapi, kita kan masih SMA? Bagaimana bisa kita masuk ke lingkungan mereka? Kita ini
masih dianggap di bawah umur. Lagipula, kita bisa disangka seperti itu juga.” Jelasku. Bukankah
memang sedikit berbahay meneliti hal seperti itu? Kita tak tahu apa yang sebenarnya terjadi
dalam dunia itu.
“Geurae, Jiyeon benar. Jangan bicarakan ini lagi.” Tambah Chanyeol. Aduh orang ini, dia
bisa membuat Sandeul marah.
“Molla. Terserah kalian. Aku ikut kalian saja.” Kata Sandeul akhirnya. Dia sebenarnya
terlihat kecewa.
“Ya! Kau Ryu Hyoyoung! Kenapa tak mengeluarkan suara sedikitpun?” tanya Chanyeol
padanya.
Hyoyoung hanya menggeleng.
“Apa karena kembaranmu tak ada disini jadi kau tak punya seseorang untuk diulangi
perkataannya?” Chanyeol tertawa.
“Chanyeol-ah. Sudahlah jangan ledek semua teman-temanmu begitu. Kita kembali ke
topik Jiyeon-ah.” Kata Luna.
Aku mengangguk, “Jangan hiraukan Chanyeol lagi, dia memang seperti itu.”
“Ah, Chagi… kau benar-benar memahamiku ya?” kata Chanyeol sambil mengalungkan
lengannya di pundakku. Aku segera membuat gerakan muntah dan membuat yang lain tertawa,
kecuali Chanyeol.
***
Krystal POV Aku tak begitu memperhatikan apa yang sedang mereka diskusikan. Aku sangat senang
sekelompok dengan Jongin. Benar-benar senang, tapi aku sama sekali tak bisa melupakan
sikapnya terhadap Jiyoung yang pingsan temo hari. Apa maksudnya itu?
“Jadi kita sepakat meneliti itu?” tanya Gongchan.
“Ne, geurae. Aku rasa itu yang terbaik.” Jawab Baro, “Bagaimana menurut kalian?”
Jongin mengangguk. Aku melihat Sulli sekarang, kenapa gadis itu? Dia juga melamun
hampir sepertiku, karena dia begitu mempehatikan setiap gerak-gerik Jongin. Jangan bilang dia
menyukai Jongin? Andwe! Itu tak bisa terjadi. Jongin hanya untukku. Belum labi masalah
Jiyoung, kenapa Sulli ini ikut-ikutan. Ada apa sebenarnya dengan gadis-gadis ini? Mereka benar-
benar mengesalkan.
Sulli POV Ah, aku bodoh! Sedari tadi aku memperhatikan Jongin saja. Itu memalukan, bagaimana
kalau ada yang menyadarinya? Aku bisa mati berdiri.
Sekarang aku malah melihat Krystal yang semakin mempersempit jarak duduknya
dengan Jongin. Aku memang bodoh, tapi aku tak suka hal ini. Entah kenapa itu menjengkelkan,
apalagi harus melihat Krystal sedekat itu dengan Jongin. Tapi daritadi aku perhatikan, Jongin
memang paling akrab dengan Krystal. Wae? Aku tak punya kesempatan seperti itu? Dengan
sekelompok seperti ini? Apa aku tak punya kesempatan dengannya?
“Sulli? Bagaimana menurutmu?” Jongin bertanya padaku. Untuk pertama kalinya. Dia
bicara padaku. Aku bisa melihat siratan tak suka di wajah Krystal.
“Ya! Ku lihat dari tadi kau melamun. Kau sakit atau lapar?” tanya Baro.
Aku segera menggeleng, “Ani gwenchana. Aku setuju.”
“Baiklah, kita lanjutkan itu besok. Ini sudah terlalu malam.” Kata Gongchan. “Lagipula
aku harus menjemput Naeun di rumah Taemin.” Dia melirik jam tangannya. “Sepertinya mereka
sudah pulang sekarang.
“Ah, dasar kekasih baru! Baiklah, kita pulang. Ingat setelah menjemputnya, kalian harus
langsung pulang. Jangan buat orang tua kalian khawatir.” Jelas Baro.
Gongchan tertawa, “Sejak kapan kau jadi seperti Eomma-eomma begini?”
Baro juga tertawa, “Ya, itu memang terdengar aneh jika aku yang mengatakannya. Tapi
aku serius.”
Akhirnya kami beranjak pulang. Tiba-tiba aku mendengar Krystal bicara, “Jongin-ah, aku
pulang bersamamu ya.. aku sudah terlanjur bialang pada Appa kalau aku pergi bersamamu.
Kalau aku tak bilang begitu, pasti aku tak boleh pulang semalam ini.”
Dengan ekspresi datar, Jongin menjawab, “Baiklah.”
Aku sedikit marah. aku tak suka hal itu. Kenapa mereka seakrab itu? Kenapa Appa
Krystal percaya jika Krystal bersama Jongin? Apa mereka punya hubungan lebih?
***
Suzy POV Apalah ini? Diskusi ini lebih banyak terasa canggungnya. Mereka itu kenapa? Bukankah
mereka itu teman sekelas. Dan aku? Lebih baik aku diam saja. Sedari tadi aku sangat risih
melihat Kyungsoo yang begitu gugup harus sekelompok dengan Eunji. Apa dengan begitu dia
bisa menutupi perasaannya yang sangat terlihat pada Eunji?
Mereka ini buang-buang waktuku saja. Seharusnya kan aku bisa bersantai di rumah, tapi
gara-gara ini aku harus terpaksa pergi ke kafe seperti ini. Awas saja kalau mereka tak dapat apa-
apa dari diskusi ini.
“Jadi?” tanya Baekhyun. Orang ini, hanya bertanya, apa sedari tadi dia ikut berpikir?
“Ah, bagaimana kalau kita ulas kehidupan anak-anak yatim di panti asuhan?” tanya
Eunji. Menurutku itu cukup bagus, meskipun itu agak biasa.
Belum aku menjawab setuju, Baekhyun malah lebih dulu menjawab, “Bisakah kita ulas
yang lain?” kenapa dia? Ekspresinya berubah sama sekali, dari lelaki ceria dan menjengkelkan,
jadi selemah itu. Ada apa dengan panti asuhan dengannya. Jangan bilang dia juga termasuk dari
anak-anak itu.
“Wae?” tanya Hyunseong, sepertinya dia mendukung usulan Eunji.
Daripada melihat mereka yang seperti itu, aku membuang waktu dengan kembali
mengikat rambutku yang sebenarnya sudah ku ikat dan tidak kendur sama sekali.
Tapi tiba-tiba Baekhyun bicara, “Kau, Suzy-ah tak punya usul lain? Kenapa dari tadi kau
diam saja?”
“Aku? Kau bicara padaku?” tanyaku, sedikit tak percaya dia bicara padaku dengan
ekspresi seperti itu. Dia masih terlihat lemah dan rapuh.
“Siapa lagi?” tanyanya.
“Aku tak punya ide.” Jawabku datar.
“Ada apa dengan ide Eunji? Bukankah itu bagus?” tanya Hyunseong.
“Kyungsoo-ah, bagaimana denganmu?” sekarang Baekhyun bertanya pada Kyungsoo
yang masih sangat gugup itu.
“Ah, aku… aku rasa ide itu sudah baik.” Jawabnya, itu dipaksakan.
“Wae? Ada apa dengan ide itu Baekhyun-ah?” tanya Hyunseong.
“Apa tak ada yang lain Eunji-ah?” tanya Baekhyun akhirnya.
“Ah, kita bisa pikirkan yang lain jika kau memang tak setuju.” Jawab Eunji ramah.
Ya, kenapa aku jadi memperhatikan Baekhyun begini? Perubahan karakternya yang
mendadak itu memang mengagetkan. Aku saja sampai terbawa olehnya.
“Baiklah, kita cari yang lain.” Kata Hyunseong akhirnya.
TO BE CONTINUED...........
High School Love (part3)
Cast:
Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo
Jieun POV Hari ini kami berencana mendiskusikan lagi materi yang sudah kami dapatkan. Sampai
hari diskusi terakhir, aku masih sulit mengemukakan pendapatku. Meskipun berkali-kali Jiyoung
menyuruhku untuk tak sepasif itu, tapi aku tetap tak bisa. Aku makin tak bisa lagi saat aku
menyadari keberadaan Myungsoo.
Aku yang paling pertama datang ke kedai dekat rumah Jiyoung. Bahkan aku belum
melihat Jiyoung sama sekali. Kemana yang lain? Apa aku yang terlalu awal? Tapi kurasa tidak,
aku lihat sudah lebih 5 menit dari yang dijanjikan.
“Kau sudah lama?” tanya seseorang dibelakangku. Seketika aku tersentak kaget sekaligus
gugup, karena aku kenal betul pemilik suara itu.
“A..ani.” jawabku sebisa mungkin. Sebenarnya aku sangat sulit berbicara di saat seperti
ini.
“Kalau begitu duduklah. Tunggu apa lagi?” dia mengajakku duduk di salah satu meja
kedai yang biasa kami gunakan untuk diskusi.
“An..ani, aku akan menunggu mereka datang di pintu saja.” Jawabku lalu melangkah ke
pintu masuk kedai. Aku benar-benar harus menjauhinya jika tak ingin mempermalukan diri.
Tiba-tiba seseorang menarik lenganku, ya Myungsoo menarik lenganku dan menyuruhku
duduk di hadapannya. “Kenapa kau selalu bertingkah aneh?” tanyanya.
Aku benar-benar mati kutu. Tak ada yang bisa aku lakukan. Tak kusangka dia bisa
bersikap seperti ini padaku. Pada gadis sepertiku ini.
Hajima Lee Jieun, jangan berkhayal terlalu tinggi, dia tak mungkin menyukaimu. Kim
Myungsoo tak mungkin menyukaiku, ini hanya perlakukan untuk teman, sebatas itu saja. Aku
hanya teman kelasnya.
“Kau yakin akan hidup seperti itu selamanya?” tanyanya dengan wajah dinginnya,
kenapa dia tak pernah mengubah itu?
“Aku?..mwo?” aku benar-benar tak tahu harus bicara apa. Ini pengalman terlangkaku.
Myungsoo tersenyum kecut, namun wajahnya masih dingin, dia lebih terlihat seperti
mengejekku. Apapun itu namanya. Aku tak bisa mencernanya dengan baik. “Lihatlah kau begitu
tertutup.”
Aku tak menjawab apa-apa. Aku hanya tersenyum pahit, lebih tepatnya menjelekkan
diriku sendiri.
Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah minuman kaleng dari sakunya yang besar, “Tadi
kubeli di luar. Untukmu.” Dia memberikan satu untukku, dan meminum yang lain.
Aku meraih kaleng itu dengan ragu. Kaleng ini… ini dari Kim Myungsoo untukku, ini
seperti mimpi. Kim Myungsoo yang selama ini dingin, tiba-tiba bicara padaku, dia juga
memberiku minuman kaleng yang sebenarnya favoritku ini.
“Minumlah, aku tak mencoba meracunimu.” Katanya sambil menegak miliknya.
“Go..Gomawoyo.” jawabku lirih. Aku membuka tutup kalengnya dan meminumnya.
Entah kenapa terasa berbeda saat diminum bersama Myungsoo.
Tak lama kemudian, Jiyoung datang. Spontan aku langsung menghentikan aktivitasku,
seakan aku merasa bersalah sudah meminum pemberian Myungsoo dan orang lain
mengetahuinya.
“Mianhae.. aku terlambat. Aku ketiduran tadi. Yang lain mana?” tanyanya. Dia terlihat
segar, walaupun penampilannya sedikit berantakan karena terlalu tergesa-gesa.
“Itu mereka.”
Entah bagaimana, Seungho dan Soyou datang bersama.
“Mian. Aku terlambat.” Kata Seungho ramah.
“Aku takkan minta maaf, aku sama sekali tidak terlambat. Bahkan aku berangkat lebih
awal dari kalian, tapi siapa suruh taksi yang aku naikki mogok di tengah jalan?” Soyou
menjelaskan dengan nada sombongnya.
“ah.. gwenchana..” kata Jiyoung dengan senyumnya, itu terlihat dipaksakan hanya untuk
meredam emosi Soyou yang meluap-luap.
“Dan yang terpenting, aku juga harus pulang terlebih dahulu hari ini. Jangan larang aku!
Aku sudah berusaha datang lebih awal.” Kata Soyou lagi.
“Kita mulai saja sekarang?” tanya Seungho.
“Ne.” Jiyoung mengangguk cepat.
Suzy POV Hari ini kami selesai mendiskusikan materi yang tepat, materi yang di setujui Byun
Baekhyun. Kami lebih memilih meneliti kehidupan para pedagang di pasar pinggir kota.
Aku bersiap untuk pulang. Aku lihat Hyunseong mengantar Eunji pulang. Sudah bisa
dipastikan Kyungsoo yang teremukkan hatinya. Siapa suruh dia tak berani mengunggkapkannya
pada Eunji? Aku lihat dia pulang sendiri dengan bus.
Sedangkan aku masih berjalan di pinggir jalan. Aku belum berniat memanggil taksi. Ku
biarkan dulu mataku menyegarkan diri dengan melihat pemandangan malam yang cukup
menyejukkan hati ini.
Tak lama aku berjalan, aku memang belum kenal daerah itu, tapi aku melihat Baekhyun
masuk ke dalam suatu rumah. Rumah itu terlihat begitu sederhana. Apa itu rumahnya?
Ah, sudahlah, aku harus pulang… tapi.. entah kenapa aku ingin melihat ke dalam, dan
melihat kehidupan Baekhyun yang sebenarnya. Bukankah dia lelaki yang cukup aneh, terkadang
dia terlihat ceria, kadang cerewet, dia juga bisa bersikap dingin seperti Myungsoo atau Jongin.
Dan tempo hari, aku lihat dia begitu lemah dan rapuh. Sebenarnya yang mana kepribadiannya.
Tak sadar, aku melangkahkan kakiku di depan rumah Baekhyun. Tak terlihat apa-apa.
Jendelanya buram dari sini. Aku hanya diam, mengamatinya. Aku berancana segera pulang.
Mana mungkin Bae Suzy melakukan hal tak penting seperti ini?
“Kau mau jadi penguntit?” tanya Baekhyun seraya membuka pintu rumahnya.
Aku benar-benar tersentak kaget, “Ya! Kau mengagetkanku!”
Dia tersenyum kecut, “Apa yang kau lakukan disini? Sedari tadi mengamati rumahku.
Apa kau juga akan mengadakan penelitian tentangku?”
“Bagaimana kau bisa tahu aku disini?” tanyaku.
“Kau terlihat jelas dari dalam sini.” Jawabnya santai. Bisa ku pastikan jenis jendela
rumah baekhyun itu.
“Jadi.. benar ini rumahmu?” tanyaku.
Baekhyun mengangguk.
“Araso.” Aku juga mengangguk lalu pergi, aku rasa benar- benar tak ada gunanya aku
disini.
“Kau pergi begitu saja?” tanyanya.
Aku hanya mengangguk sambil terus berjalan.
Dia diam, tak bicara lagi, kalau begitu aku harus cepat pulang dan menghindari hal gila
ini.
Sehun POV Aku lihat Gongchan sudah datang menjemput Naeun. Mereka selalu tersenyum seperti itu
saat bertemu. Sepertinya menyenangkan bisa tersenyum seleluasa itu. Aku lebih menyalahkan
diriku sendiri dalam hal ini. Entah kenapa aku hidup seperti ini. Appa bilang itu karena aku
terlalu dekat dengan Eomma yang menginginkan anak perempuan. Jadi dia secara tak sadar
mendidikku seperti anak perempuan. Terkadang aku marah dengan hal itu, tapi lama-kelamaan
aku menyadarinya, kemungkinan itu sangat besar. Dan sekarang aku dalam masa perubahan diri.
Aku akan berusaha mencobanya, meski itu sangat sulit.
“Hwa..Hwayoung-ah!” aku memberanikan diri memanggil Hwayoung yang tengah
berdiri begitu saja di pinggir jalan.
“ah, Sehun-ah. Wae?” tanyanya.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku.
“Aku menunggu Hyoyoung. Tempatnya diskusi lebih jauh, jadi dia yang harus
menjemputku.” Dia tersenyum. Senyum itu sangat sering aku lihat. Terkadang aku berpikir, apa
tersenyum di setiap perkataannya itu perlu?
“Ka..kalau begitu pulanglah denganku. Biar sopirku mengantarkan kalian.” Tawarku.
Hwayoung mengedipkan matanya. Dia menatapku dalam. Hei, ini membuatku bisa mati
beku. Apa yang sebenarnya dia lakukan?
“Kau benar Oh Sehun?” tanyanya.
Aku mengangguk ragu, “W..wae?”
“Ani…” dia melangkah di sekelilingku, seperti sedang mengamatiku lekat-lekat, dan
memang itu yang dia lakukan. “Oh Sehun yang ku kenal tak mungkinmengajak seorang gadis
pulang bersamanya. Biar gadis itu adalah teman dekatnya sekalipun.”
Aku tertawa getir, “Geuraeyo? Itu terdengar sadis.”
Hwayoung tertawa terbahak. “Kau benar-benar lucu Sehun-ah…”
Dia terbahak, tak berhenti-berhenti. Tawanya begitu lepas. Wajah cantik itu tertawa.
Sudah sering aku melihat tawa Hwayoung, tapi aku belum pernah melihat yang selepas ini,
apalagi dihadapanku. Dia terlihat begitu bahagia, dan senang rasanya mengetahui itu karena aku.
“K..kau sudah puas tertawa?” tanyaku.
Dia memegangi perutnya yang pasti sakit, “Puas..puas sekali. Tak pernah aku sangka kau
bisa sekonyol ini. Sudah.. sudah..” dia mencoba meredakan tawanya, tapi setiap melihatku, dia
tertawa lagi. Itu.. itu membuatku ikut tertawa.
Tiba-tiba Hwayoung berhenti tertawa, membuatku spontan juga menghentikan tawaku,
“Sehun-ah, apa kau sungguh-sungguh soal akan merubah dirimu itu?”
Aku mengangguk.
“Sepertinya kau berhasil.” Dia tertawa lagi. “Dasar Oh Sehun aneh!!!”
Entah kenapa, aku lebih suka seperti ini, melihatnya tertawa karena aku. Aku benar-benar
suka itu. Sepertinya yang baru saja dikatakan Hwayoung adalah suatu kebenaran. Aku memang
sedikit berhasil. Aku menyukainya.
“Hwayoung-ah!!!! Sehun-ah!!!” teriak Hyoyoung yang sudah tiba, dia baru turun dari
taksi.
“Hyoyoung-ah!” sapa Hwayoung. Dia masih tertawa.
“Wae, ada hal lucu apa? Ceritakan padaku!” Hyoyoung juga penasaran.
Hwayoung menceritakan detilnya pada Hyoyoung, dia juga tertawa, sama lepasnya
dengan Hwayoung, tapi entah kenapa, aku lebih suka tawa Hwayoung.
“Jadi, kalian jadi pulang bersamaku?” tanyaku akhirnya. Kalau aku menunggu mereka
selesai tertawa, mungkin harus menginap disini.
“Ne..ne.ne. kami pulang bersamamu.” Jawab mereka bersamaan.
“Itu sopirku sudah datang.” Aku menunjuk sebuah mobil yang melaju ke arahku.
“Untuk merayakan keberhasilan usaha Sehun, kita harus menuruti tawarannya.” Kata
Hwayoung.
“Harus menurutinya!!!” tambah Hyoyoung. Aku tersenyum, aku selalu kagum dengan
kekompakkan mereka.
***
Sulli POV Kemarin aku melihat Krystal diantar pulang lagi oleh Jongin. Sebenarnya seperti apa
hubungan mereka? Apa mereka sepasang kekasih? Atau hanya sebatas sahabat yang terjalin
karena persahabatan orang tua. Meskipun berkali-kali aku berusaha tak menghiraukan hal ini,
aku semakin ingin tahu. Aku ingin tahu apa yang terjadi antara mereka, apa yang dipikirkan
Krystal, apa yang dipikirkan Jongin dan apa yang ada di hati Jongin.
Aku melihat Jongin keluar dari kelas, dan aku melihat Krystal sengaja mengikutinya.
Kenapa ini? Kenapa mereka terlihat berbeda? Kenapa mereka terlihat lebih canggung? Apa..apa
mereka berciuman semalam?
Ani! Andwe Choi Sulli! Apa yang sedang kau pikirkan? Ini gila, tak seharusnya aku
berpikiran seperti itu.
Aku turuti kata hatiku untuk melangkahkan kakiku mengikuti mereka berdua. Mereka
menyusuri koridor, sepertinya sekarang Jongin sudah tahu kalau Krystal mengikutinya.
Akhirnya mereka berhenti di koridor sepi dekat gudang penyimpanan alat olahraga. Aku
bersebunyi di belokan koridor. Aku berusaha mendengar apa yang mereka katakan.
“Jangan larang aku untuk mengikutimu! Ini semua harus dijelaskan. Aku sudah tak tahan
lagi.” Kata Krystal. Dia seperti Menahan sesuatu. Aku belum pernah mendengar Krystal bicara
dengan cara seperti itu. Itu adalah karakter tersembunyi Krystal.
“Aku rasa tak ada yang bisa dibicarakan lagi.” Jawab Jongin.
“Ani, aku harus tahu alasannya.” Krystal mulai berkaca-kaca. “Kau tahu seberapa lama
orang tua kita merencanakan perjodohan kita?”
Mwo? Apa aku tidak salah dengar? Mereka… mereka dijodohkan? Aku segera menutup
mulutku rapat-rapat dengan kedua tanganku agar tak mengeluarkan suara.
“Aku tahu, bahkan aku mengetahuinya sebelum kau tahu.”
“Mwo? Kau bahkan sudah mengetahuinya lebih awal?”
Jongin mengangguk, “Aku tahu, dan aku sudah berencana menolaknya sejak awal. Dan
semalam sudah jelas kan? Aku menolaknya.”
Krystal tertawa pahit, itu terdengar menyeramkan, “Semudah itu kau jelaskan padaku.
Tega sekali kau bicara begitu padaku? Tak tahukah kau apa yang selama ini aku lakukan? Tak
tahukah kau hidupku begitu sulit karena kau?” Krystal meledak, wajahnya begitu merah
menahan amarah, tangisnya juga begitu deras. Jadi, Jongin sudah menolak perjodohan itu?
“Mianhae. Aku tak menyangka kau akan menyetujui perjodohan itu.” Kata Jongin
sungguh-sungguh.
“Katakan alasannya! Kenapa kau menolak dijodohkan denganku?” tanya Krystal.
“Aku..” jawaban Jongin terpotong.
“Kau menyukai Kang Jiyoung kan?” tanya Krystal.”Selama ini kau menyukainya kan?”
Aku terperanjat, rasanya ternggorokanku tiba-tiba tercekat. Aku tak bisa percaya ini.
Jongin tak menjawab, dia hanya diam, tapi ekspresi di matanya berubah, dia seakan ingin
mengiyakan pertanyaan itu, tapi dia tak sanggup.
Krystal tersenyum pahit lagi, “Kau Kim Jongin! Bagaimana kau bisa membuatku
terkalahkan oleh gadis seperti Kang Jiyoung?” Krystal mendorong keras tubuh jongin lalu pergi.
Aku juga segera pergi ke toilet. Aku lihat diriku di cermin. Bagaimana bisa aku
menangis? Kenapa aku menangis mendengarnya. Bukan soal perjodohan mereka tapi soal
Jiyoung, sepertinya aku tertusuk dari belakang.
Kyungsoo POV Lagi-lagi mereka bersama. Dekat sekali mereka. Sebenarnya sedekat apa hubungan
mereka? Baru saja Eunji pergi ke bangku Hyunseong, entah apa yang mereka bicarakan sampai
seasyik itu. Bisa saja Hyunseong bicara sampai membuat eunji tertawa semanis itu.
Jung Eunji, apa dia tak melihat tulisan itu? Kalau memang itu buku catatannya, harusnya
dia hafal benar setiap coretan yang ada disana. Apa memang tak terlihat? Tapi bukankah aku
selamat jika seperti itu? Ah Mollaso!
“ya, Kyungsoo-ah. Kau lihat dimana Baekhyun? Myungsoo atau Taemin?” tanya
Chanyeol tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
Aku segera menggeleng.
“Ah kau ini, selalu saja tak tahu apa-apa. Apa gunamu hidup di dunia ini?” katanya
sambil memukul kepalaku pelan. Orang ini benar-benar, apa mentang-mentang dia tinggi jadi
bisa seenaknya?
“Benar kau tidak tahu?” tanyanya lagi.
“Aku benar-benar tidak tahu.” Jawabku, menegaskan setiap kata yang aku ucapkan.
“Aish… Jincha!” umpatnya.
“Chanyeol-ah! Kau sudah kerjakan yang aku suruh kemarin?” teriak Jiyeon dari
bangkunya.
“Ah, chagi… kau memanggilku?” Chanyeol dengan cepat menghampiri Jiyeon. Orang
itu, bagaimana bisa dengan mudahnya menggoda gadis seperti itu. Sedangkan aku, aku
menyedihkan seperti ini. Ku lihat lagi Eunji, dia masih tertawa bersama Hyunseong.
Jiyoung POV “Hei, kalian tahu dimana Myungsoo?” tanyaku pada Seungho dan Hyunseong yang
sedang berbincang dengan Eunji.
“Ya! Jiyoung-ah, aku juga sedang mencarinya.” Sahut Chanyeol yang tengah berbincang
dengan Jiyeon.
“Molla.” Jawab Hyunseong.
“Kau? Tahu dimana dia?” aku menunjuk Seungho.
“Dia ke perpustakaan.” Jawabnya. Mwo? Aku baru saja dari sana, dan aku tak
melihatnya.
“Ya! Kenapa kau tak bilang dari tadi?” protes Chanyeol yang mendengar jawaban
Seungho.
“Apa aku tahu kau mencarinya?” Seungho tertawa.
“Sudah cepat kerjakan ini terlebih dahulu! kau mencarinya hanya untuk kau ajak main
game saja kan?” Jiyeon berkomentar.
Chanyeol seraya tersenyum, “Ah.. chagi.. kau tahu saja tentang aku…”
“Berhenti memanggilku seperti itu!” teriak Jiyeon.
Aku segera pergi ke perpustakaan lagi. Sesampainya disana, aku berkeliling. Apa benar
Myungsoo kesini? Aku benar-benar tak melihatnya masuk tadi.
Dan benar saja, akhirnya aku menemukan Myungsoo di balik rak buku paling besar di
perpustakaan sekolah. Dan tebak apa yang dia lakukan? Dia tertidur disana. Earphone terpasang
di telinganya. Baru tahu aku Myungsoo punya kebiasaan aneh seperti ini. bukankah aku juga
sering kesini, tapi aku tak pernah melihatnya. Tapi…. Memang baru sekarang aku berurusan
dengannya.
Aku berniat membangunkannya, tapi, aku amlah terpaku melihat wajahnya yang seperti
malaikat itu. Hah.. coba saja dia tak memasang wajah dinginnya setiap saat, pasti banyak yang
menyukai wajah malaikatnya itu.
“Myungsoo-ah..” bisikku. Sangat disayangkan harus membangunkannya. Tapi urusanku
tak kalah penting.
Dia tak bangun, ah jelas saja dia tak mendengarku, pasti musiknya keras. Akhirnya aku
membuat diriku lebih dekat dengannya untuk menjangkau earphonenya. Em, earphonenya sama
seperti milikku.
Tiba-tiba Myungsoo membuka matanya dan berkata, “Mulai tertarik denganku?”
Aku tersentak dan spontan mundur hingga kepalaku terbentuk rak buku yang super besar
itu. “Aigo!!” aku segera mengelus bagian kepalaku yang sakit.
Myungsoo bangkit dari posisinya, dia juga membantuku bangun.
“Mian, aku mengganggu tidur siangmu yang nyenyak itu.” Kataku cepat-cepat.
“Kau kira aku tidur?” tanyanya.
Sambil masih memeganggi kepalaku, “Mwo? Kau tidak tidur?”
“Kau lihat sendiri kan? Aku mendengarkan musik.” Jawabnya santai. “Dan aku bukan
siswa yang akan menyalahgunakan sarana sekolah.”
Aku mengangguk saja. Apalah orang ini… bagaimana bisa dia tidak tidur? Dia
mendengarkan musik saja? “Jadi dari tadi kau tahu aku datang?”
Dia mengangguk.
Aish… ini memalukan, apa yang ada dalam pikirkannya nanti, jika dia tahu apa yang aku
pikirkan saat melihatnya tadi?
“Lalu?”
“Ah… aku jadi lupa..” aku duduk di bangku membaca di sampingnya. “Bagaimana?
Mereka menyerahkan tugas dokumentasi pada kita berdua. Kau atau aku yang menyediakan
kameranya?” aduh.. kepalaku ini sakit sekali. Aku mengelusnya berkali-kali. Pasti sudah
bengkak.
“Aku tak ada. Kau saja.” Jawabnya singkat.
“Ah.. baiklah. Ya sudah, aku pergi dulu.” Kataku lalu beranjak pergi.
“Kang Jiyoung!” Myungsoo memanggilku.
“Ne?” aku menoleh.
“Kau mencariku hanya untuk itu?” tanyanya. Hah.. apa dia marah? apa dia merasa aku
mempermainkannya karena hanya bicara seperti ini setelah menggagu waktu santainya? Aigoo
eotokhe?
Myungsoo menghampiriku. Aku benar-benar gugup. Apa dia akan meledak marah?
Tuhan.. aku belum kenal betul lelaki ini.
Tiba-tiba Myungsoo menyentuh kepalaku di bagian yang sakit, “Usap saja terus. Itu bisa
mencegahnya membengkak.” Katanya lalu tersenyum.
Tunggu sebentar, apa ini nyata? Kim Myungsoo tersenyum padaku? Jadi dia tidak hanya
berwajah dingin? Setahuku dia seperti ini hanya dengan teman-temannya saja. Apa ini karakter
aslinya? Atau dia hanya berakting saja? Aish molla….. aku pergi saja.
Aku berjalan menuju kelas dengan kepalaku penuh dengan senyum Myungsoo tadi. Ah..
aku tak bisa menghilangkannya dari pikiranku. Aku harus mengalihkan perhatianku. Harus!
“Sulli-ah!” aku segera memanggil Sulli setelah melihatnya di koridor. Jarak kami masih
jauh, jadi aku berlari menghampirinya.
Sulli menatapku setelah mendengarku, tapi… mana senyumnya? Dia tak tersenyum
seperti biasanya. Sekarang dia malah tetap berjalan dan tak menghiraukanku. Dia kenapa? Ada
apa dengannya? Tak biasanya dia seperti ini. pasti sesuatu yang buruk sudah terjadi.
Suzy POV Aku sedang duduk di pinggiran koridor sekarang, baru saja keluar dari perpustakaan. Aku
lelah sekali, itu benar. Kenapa aku harus selalu mengetahui itu semua? Masalah-masalah mereka
yang tak pernting itu? Lalu harus kuapakan? Apa aku harus jadi ibu peri untuk mereka? Kenapa
aku selalu seperti itu? Tanpa sengaja mengerti semua masalah mereka dan akhirnya hanya akan
membuat kepalaku pusing.
Di perpustakaan barusan, sebuah adegan aku lihat mulai menampakkan benih-benih cinta
baru di kelas kami. Geurae, Kang Jiyoung dan Kim Myungsoo, mereka sudah terlibat satu sama
lain, tinggal tunggu waktunya saja. Dan sebelum itu, aku sedang berada di gudang penyimpanan
alat olahraga karena Jang seongsaenim menyuruhku mengembalikan bola-bola basket yang abru
saja di pakainya untuk mengajar. Saat itu juga aku terpaksa mendengar drama Krystal dan
Jongin. Bahkan aku juga sempat melihat Sulli di seberang koridor, bersembunyi mendengar itu
semua. Berarti itu alasannya kenapa Sulli tak menghiraukan sapaan Jiyoung barusan.
Benar-benar rumit mereka ini. kalau mereka dihubungkan dengan tali berdasarkan
permasalahan mereka itu, pasti sudah sangat rumit tali itu. Belum lagi kalau Jieun melihat
adegan di perpustakaan barusan. Aku berkali-kali berusaha untuk tidak ikut campur dengan itu
semua. Tapi rasanya seperti aku sudah memainkan puzle, dan akan selalu mengganjal jika aku
tak menyelesaikan puzle itu. Tapi kenapa aku? Gadis sepertiku bukankah tidak cocok untuk hal
seperti itu? Hah… aku bisa benar-benar gila sekarang. Biarlah.. biarlah… mereka menghadapi
masalah mereka sendiri. Memangnya aku tak punya masalah?
Tiba-tiba seseorang berdiri di hadapanku, aku bisa melihat kakinya. Siapa dia? Aku
bahkan tak menyadarinya berjalan ke arahku. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat
wajahnya. Kenapa orang ini?
“Bae Suzy, aku ingin tanya satu hal.” Baekhyun bicara dengan nada datar. Sepertinya dia
sedang memasang karakter dingin. Dasar pribadi ganda!
Aku tak bicara apa-apa, aku hanya mengangkat alisku tanda ingin tahu.
“Kenapa? Kau berdiri di depan rumahku dan mengamati seperti itu, kenapa?” tanyanya.
Hah… dia ingin tahu masalah tak penting seperti ini. tapi jika dipikir-pikir memang sedikit aneh
aku melakukannya.
“Ani, tak ada alasan khusus.” Jawabku santai.
Dia masih menundukkan kepalanya untuk bicara padaku, membuatku juga harus terus
mendongak. “Kau yakin? Tak ada motif lain?”
Aku mengangguk.
Lalu dia tersenyum kecut. Apa? Apa maksudnya? Kenapa dia harus tersenyum seperti
itu?
“Wae? Kau takut sesuatu tentangmu terbongkar?” tanyaku. Aku tak tahan lagi.
Ekspresinya berubah, sepertinya dia sedikit khawatir. “Terbongkar?”
Aku mengangkat alisku lagi.
Dia tersenyum kecut lagi, “Apa ada sesuatu yang aku sembunyikan hingga harus
terbongkar?”
“Molla. Jujur saja, aku tak begitu mengenalmu.” Jawabku lalu berdiri.
Dia melempar pandang benci padaku. Hei apa dia mengajak perang? Dia pergi begitu
saja. Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Kenapa harus berekspresi seperti itu? Molla. Lebih baik
aku kembali ke kelas.
Aku sudah duduk di bangkuku sekarang. Kelas tengah ramai dengan suara Baro dan
Sandeul yang menyanyi entah apa itu. Aku juga mendengar tawa Taemin dan Seungho karena
ulah mereka.
Huft… aku tak bisa menghindar, otakku masih memikirkan ekspresi Baekhyun. Jujur,
dari semua teman sekelasku ini, hanya dia yang sulit dimengerti. Wae? Kenapa dia seperti itu?
Aku berpikir… terus berpikir… aku bahkan meletakkan kepalaku di atas bangku dan
memejamkan mata.
Ah! Geurae, araso… dia marah padaku. Benar, jelas dia mengiraku menyelidiki
tentangnya yang dia sembunyikan selama ini. Dia mungkin juga berpikiran aku akan
menyebarkannya dan mempermalukannya. Semua orang mengira kan aku membenci orang-
orang di dunia ini. geurae… aku tampar diriku sendiri jika tebakanku ini salah.
TO BE CONTINUED…..
High School Love (part4)
Cast: Kang Jiyoung Lee Jieun (IU) Bae Suzy Choi Sulli Jung Eunji Park Jiyeon Son Naeun Luna Jung Krystal Ryu Hwayoung Ryu Hyoyoung Soyou Kim Jongin (Kai) Kim Myungsoo Lee Taemin Oh Sehun Baro Sandeul Do Kyungsoo (D.O) Gong Chansik (Gongchan) Park Chanyeol Hyunseong Yoo Seungho Byun Baekhyun Lee Hyunwoo Jieun POV Aku mungkin tak akan bisa konsentrasi di diskusi kali ini. Aku harus meninggalkan adikku sendirian lebih malam dari biasanya. Bahkan aku tak bisa pergi ke tempat kerja paruh waktuku. Jam tambahan sudah dimulai. Aku pulang sekolah lebih sore. Jadi diskusinya juga lebih malam. Entah aku kuat untuk tidak sakit atau tidak. Sudah lebih dari seminggu ini Eomma tak memberi kabar. Apa dia akan tinggal disana bersama ajushi itu selamanya dan tak kembali lagi? Molla. Aku tak bisa membayangkan jika harus hidup dengan Sungmin saja dan juga membiayai sekolahnya. Mungkin aku takkan bisa kuliah. Eomma, cepatlah pulang.
Aku datang lebih awal lagi di kedai dekat rumah Jiyoung. Kali ini aku sudah melihat Myungsoo disana. Kenapa dia niat sekali datang ke diskusi ini? apa dia sangat menyukainya? “A..anyeong.” aku memberanikan diri untuk menyapanya lalu duduk di hadapannya seperti biasa. “Ah, kau sudah datang? Aku rasa hanya kita yang paling niat dengan diskusi ini.” katanya. Aku tersenyum kecut. Sebenarnya tak tahu harus merespon apa. “Kau terlihat lebih muram dari biasanya.” Katanya. Aku terkejut, dia memperhatikanku? “Kau bisa lupakan sejenak masalah dirumahmu dengan diskusi ini.” katanya lalu mengulurkan minuman kaleng lagi. Itu minuman kelang favoritku lagi. “Go..gomawo.” kataku. Mungkin aku sudah terhanyut terlalu jauh. Ani.. aku tak boleh begini. Tak lama Jiyoung datang, earphone terpasang di telinganya. Sepertinya dia sedang mendengarkan musik. Ah, earphone itu sama dengan earphone yang ada di leher Myungsoo sekarang. “Anyeong!” kata Jiyoung ceria. Baro POV Apa-apaan ini? bukankah sebaiknya aku pulang? Sedari tadi aku perhatikan mereka aneh. Seharusnya ini waktu untuk berpikir, sebaiknya kelompok ini harus bagaimana, tapi kenapa mereka malah seperti itu? Gongchan berkali-kali aku lihat sibuk berbalas pesan dengan Naeun, bahkan dia senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Belum lagi dengan tiga orang yang lain itu, Krystal, Jongin dan Sulli. Mereka mematung. Terlihat jelas mereka sangat canggung. Rasanya sangat janggal. Apa yang terjadi antara mereka? Sedari tadi mereka sama sekali tak bicara. Ayolah ini sudah malam. Aku bisa ketinggalan melihat pertandingan bola di tv. Apa-apaan mereka ini. aku menundukkan kepalaku, aku tak tahan lagi. Akhirnya aku angkat bicara, “Haruskah kita akhiri diskusinya?” Gongchan menatapku, “Ah, wae? teruskan saja.” “Apa yang harus diteruskan? Kau sendiri enak-enakan berbalas pesan dengan Naeun. Apa kau pikir kau tak menganggunya disana?” tanyaku tak sabar lagi. “Dan kalian bertiga, ada apa dengan kalian bertiga? Kalian seperti mayat hidup.” “Kalau memang begitu, kita akhiri saja hari ini.” akhirnya Jongin bicara. “Geurae. Lebih baik kita pulang ke rumah masing-masing sekarang.” Kataku lalu beranjak pergi. Gongchan terlihat senang. Yang lain juga beranjak pergi dengan santai mengikutiku. Hah.. aku rasa aku berada di kelompok yang salah. Bisa-bisa tugas itu tak bisa selesai. Aish… molla, aku pulang saja. Luna POV “Ah, Hyoyoung-ah, sekarang kau makin dekat dengan Sehun ya?” tanyaku di tengah-tengah diskusi. Hyoyoung hanya tersenyum. “Geurae, sedari tadi aku melihat, dia terus berbalas pesan dengan Sehun.” Tambah Jiyeon. Hyoyoung tersenyum lagi. “Sejak kapan kalian sedekat itu?” tanyaku. “Lima hari yang lalu.” jawab Hyoyoung. Aku dan Jiyeon tersenyum. Mereka manis sekali. “Pasti senang sekali bisa berbalas pesan dengan orang yang kita sukai.” Kataku. Hyoyoung hanya tersenyum lagi. “Geurae. Aku sudah beberapa kali mengirim pesan ke Choi Minho oppa. Tapi dia belum
membalasnya.” Kata Jiyeon iri. “Jinchayo Choi Minho mantan kakak kelas kita?” tanyaku. Jiyeon mengangguk. “Sekali pun tak pernah?” tanyaku lagi. “Dulu pernah hanya sekali. Kau bisa bayangkan betapa senangnya aku saat itu.” Jelasnya. Chanyeol yang sedari tadi mengantuk, tiba-tiba berubah ekspresi. “Jadi kau menyukainya?” nada bicaranya tinggi sekali. Aku, Jiyeon, Hyoyoung dan bahkan Sandeul yang sama sekali tak memperhatikan dari tadi terkejut bukan main. “Wae?” tanya Jiyeon. Dia cukup Shock. Chanyeol tertawa getir. “Kau yakin kau menyukainya?” Jiyeon mengangguk mantab, “Gurae, aku menyukainya. Kau hanya tak tahu, bahkan aku menyukainya sejak tahun pertama di sekolah.” “Kau menjelaskannya segampang itu.” Chanyeol tersenyum getir lagi. “Lalu kau pikir aku ini apa?” Jiyeon mengerutkan alisnya. Dia tak paham. Aku juga tak paham. Semua pandangan tertuju pada Jiyeon dan Chanyeol. “Kau kira aku main-main denganmu?” tanya Chanyeol. “Mwo?” tanya Jiyeon. “Apa maksudmu?” “Aku pergi.” Chanyeol keluar berniat pergi. Jiyeon mengejarnya keluar. Jiyeon POV “Aku pergi.” Kata Chanyeol lalu pergi. Kenapa dia? Kenapa seperti ini? kenapa dia malah mengacaukan diskusinya? “Chanyeol-ah!” aku memanggilnya. Tapi dia tak mau mendengarku. Aku berlari kecil lalu menarik lengannya, “Kau ini kenapa? Kenapa kau mengacaukan diskusinya?” Chanyeol menatapku, matanya memancarkan kesungguhan. Dia menatapku dalam. Kekonyolannya yang biasa hilang begitu saja. Aku seperti melihat sisi lain dari Chanyeol. “Apa selama ini kau mengira aku hanya berakting soal perasaanku padamu?” tanyanya. Dengan cepat dia melepas genggamanku di lengannya lalu pergi. Aku terpaku. Aku melihat punggungnya yang terus menjauh. Jadi…. Jadi selama ini dia sungguh-sungguh? Dia benar-benar menyukaiku? Atau bahkan dia mencintaiku? Aku kira selama ini dia hanya main-main dan bersenang-senang untuk mengusir penat di kelas. karena aku juga mengiranya hanya lelaki playboy yang akan dengan mudah melakukan itu dengan gadis manapun. Tapi… ini benar-benar berbeda. Dia sungguh-sungguh…… Luna POV “Ah, kalau begitu aku aku juga pergi. Aku akan menjemput Hwayoung.” Kata Hyoyoung lalu beranjak pergi. Mungkin sebenarnya dia ingin bertemu Sehun, bukankah mereka sekelompok “Geurae, aku juga harus menjemput Naeun.” tambah Gongchan juga. Mereka berdua juga beranjak pergi. Aku dan Sandeul saling menatap. “Mereka itu apa-apaan?” tanya Sandeul. Aku mengangkat kedua bahuku tanda tak mengerti. “Lalu apa yang kita berdua lakukan disini?” tanyanya. “Kita?” tanyaku. “Na ddo Molla.” “Kalau begitu kita juga harus pulang.” Katanya lalu beranjak pergi. Aku terpikirkan sesuatu. “Sandeul-ah!” “Wae?”
“Kita pergi karaoke. Eotae?” “Karaoke?” dia mengankat kedua alisnya. “Ku dengar kau pandai bernyanyi.” “Kau ingin kita berduel?” tanyanya. “Duet.” Aku membenarkannya. “Entah mengapa itu lebih cocok di sebut duel, kau dan aku bernyanyi?” katanya. “Kau banyak bicara. Kau mau tidak?” tanyaku tak sabar. “Kau yang meneraktir?” tanyanya senang. Aku mengangguk, “Baiklah, aku yang traktir.” Sandeul tertawa, “Kenapa kau tak katakan ini dari tadi?” dia menarik lenganku dan dengan cepat kami pergi tempat karaoke. Taemin POV Kami sudah bersiap pulang selesai diskusi ini. diskusi tadi sangat menyenangkan, karena kami sudah menemukan jalan keluar untuk masalah yang kami hadapi. Tapi, ini sudah malam. Gara-gara jam tambahan sudah dimulai, diskusi kami juga harus lebih malam. Aku lihat Gongchan dan Hyoyoung datang bersama. Aku rasa kelompok mereka selesai diskusi lebih dulu. Aku lihat ekspresi Naeun saat Gongchan datang, tidak sesenang biasanya. Itu tadi karena kami sedikit memarahinya karena terlalu sering berbalas pesan dengan Gongchan saat diskusi. Naeun bilang Gongchan yang selalu mengiriminya pesan tak penting, hingga menganggunya seperti itu. “Taemin-ah, aku duluan!” kata Hyunwoo. Dia menaiki sepedanya. Tapi kenapa dia mau ke arah sana? Bukankah rumahnya di arah sebaliknya? Kemarin-kemarin aku juga melihatnya kesana. “Ya! Hyunwoo-ah, ku perhatikan kau sering kearah sana? Kau mau kemana? Bukankah rumahmu di arah sebaliknya?” tanyaku. “Ah, ne aku harus ke suatu tempat dulu. Anyeong!” dia melambaikan tangannya. Dia terlihat tergesa-gesa. Ah, aku juga melihat Sehun bicara akrab dengan si kembar. Akhirnya Sehunmau berubah. Dia terlihat lebih berani dari biasanya. Tapi daritadi aku juga melihat, sebenarnya Sehun berbalas pesan dengan Hyoyoung. Apa mereka dekat? Molla. Jadi mungkin Sehun sudah menetapkan pilihannya dari si kembar, dia lebih menyukai Hyoyoung. Untung saja kalau bisa memilih, bagaimana kalau tertukar, karena Sehun tidak memilih sama sekali. “Ah, kalian berbalas pesan ya? Kalian dekat ya? Aigo… kenapa tak bilang padaku kalau kalian saling suka?” goda Hwayoung yang mengetahui hal itu. Hyoyoung hanya tertawa, sedangkan sehun terlihat malu dan begitu kikuk. “Sehun-ah, aku restui kau dengan saudaraku ini. Ok? Kau masuk dalam kriterianya. Itu sudah cukup.” Jelas Hwayoung sambil menepuk bahu sehun. Membuatnya lebih kikuk lagi. Tapi sedari tadi Hyoyoung malah tertawa saja. “Naeun-ah?” Gongchan terlihat khawatir. “Kau marah? kenapa kau marah? jangan marah ya… jebal.” Naeun terus menekuk wajahnya. “Jelaskan padaku, apa aku sudah berbuat salah?” tanyanya. “Jadi kau tak merasa? Kau itu membuatku ditegur teman-teman. Kenapa kau harus terus mengirim pesan padaku? Bahkan saat diskusi.” Jelas Naeun kesal. “Ah, mianhae Naeun-ah.” Jawab Gongchan. “Molla!” Naeun masih kesal lalu pergi mencari taksi, dia tak bersedia diantar Gongchan. Aku turut prihatin melihatnya. Tapi aku juga ingin tertawa, bukankah mereka itu pasangan yang polos? “Ah, lihat itu Sehun-ah.” Hwayoung menunjuk Gongchan yang mengejar-ngejar naeun yang kesal.
“Nanti, jangan sampai kau buat Hyoyoung kesal seperti itu. Atau kau akan berurusan denganku. Dan akan ku beritahu Appamu bahwa kau itu, Nappeun Namja!” Sehun hanya tersenyum kecut. Sedangkan Hyoyoung malah tertawa lagi. Suzy POV Aku lihat Baekhyun pulang terlebih dulu. Begitu juga Eunji. Tapi entah apa yang akan dilakukan Hyunseong pada Kyungsoo. Hyungseong tersenyum, “Kau menyukainya kan?” “M..mwo? suka? Nugu?” tanya Kyungsoo. Ah, mereka membicarakan Eunji. “Jangan berakting lagi seperti kau itu lelaki polos yang pemalu.” Kata Hyunseong. Wah, kata-katanya cukup tajam. Kyungsoo gelagapan, “Apa maksudmu?” “Kau menyukai Eunji kan? Jujur saja? Kenapa kau jadi semakin pengecut seperti itu? Selalu bersembunyi di balik Eunji tapi mencintainya diam-diam seperti pengecut.” “Kenapa kau bicara seperti itu?” tanya Kyungsoo. Alah… kenapa dia pengecut sekali? Atau dia itu bodoh? “Kalau kau tetap pengecut seperti itu aku akan mendahuluimu. Ok? Kau kira sudah sejauh mana aku dengannya? Kau hanya tak cukup mengenalnya. Dia bukan seperti gadis biasa lainnya. Pantas sekali orang sepertimu menyukainya.” Wah bagus sekali acting Hyunseong. Jelas-jelas dia sedang memancing Kyungsoo. Tapi Kyungsoo setakut itu. Sepertinya dia benar-benar bodoh. “Apa maksudmu?” “Dia gadis murahan.” Jawab Hyunseong dengan senyum evilnya. Wow, tak kusangka dia melangkah sejauh ini. “Mwo? Kau bilang apa?” emosi Kyungsoo mulai terpancing. “Aku sudah dengan mudah menciumnya.” Hyunseong menyentuh bibirnya. “Tepat disininya.” Kyungsoo terbelalak. Dia terpancing dengan sukses. Hyunseong memasang wajah bad boynya. “Dan jika kau mendapatkannya sekalipun, dia sudah bekasku.” Jelas Hyunseong. “Dan jika kau mendapatkannya, itu pantas sekali, lelaki pengecut sepertimu mendapat gadis sepertinya.” Tiba-tiba tinju Kyungsoo melayang ke rahang Hyunseong dan membuatnya tersungkur di tanah. Dengan cepat aku menghampiri mereka. Reaksi Kyungsoo agak diluar perkiraan. Tapi berarti itu bagus. Dia mulai tergerak, dan Hyunseong benar-benar berhasil. “Katakan itu sekali lagi atau kau berakhir di rumah sakit.” Kata Kyungsoo lalu pergi dengan bersungut-sungut. Hyunseong mengusap tepi bibirnya yang berdarah dambil tersenyum. Aku membantunya berdiri. “Aktingmu bagus sekali. Chukae.” Kataku santai. Hyunseong tersenyum, “Siapa suruh dia sepengecut itu? Kalau tidak seperti ini. dia tak akan sadar.” “Jangan bilang sebenarnya Eunji sudah mengetahui perasaannya.” Tebakku. “Kau pintar juga bisa menebak ini semua.” Katanya. Aku tersenyum, “Dan kau, sebenarnya juga menyukai Eunji. Kau melakukan ini karena kau tahu, Eunji juga mulai menyukai Kyungsoo.” Ekspresinya agak berubah, namun dia menguatkan diri untuk tidak terlihat konyol. “Kau genius.” Lalu mengacak-acak rambutku. “Perlu ku antar ke rumah sakit?” tanyaku sambil merapikan rambutku lagi. Dia menggeleng. “Tak perlu.” Akhirnya aku memberikan sapu tanganku untuk lukanya itu. “Gomawo.” Katanya lalu pergi. Aku juga pergi tapi berlawanan arah dengannya. Aku berjalan menuju jalan raya untuk mencari
taksi. “Jangan bilang kau berniat mengamatiku lagi.” Tiba-tiba aku mendengar suara Baekhyun. Ku lihat dia sedang duduk di depan sebuah toko kecil sambil menikmati minuman kalengnya. Aku tersenyum kecut. Benar-benar konyol. Apa maksudnya ini? dia menungguku? Dengan begini, terlihat jelas dia sama sekali tak marah padaku. Dia berdiri lalu menghampiriku. “Apa itu hobimu, atau memang pekerjaanmu? Mendikuti dan menyelidiki orang lain untuk dijadikan bahan lelucon?” “Kalau itu benar, kau mau apa? Bukankah rahasiamu sudah ada di tanganku? Dengan tindakkan kecil saja, reputasimu hancur. Kau takut?” Aku berkata dengan santai lalu beranjak pergi. Aku benar-benar tak semangat meladeni semua orang-orang ini. “Geurae, aku takut. Anggap saja itu alasanku berada disini sekarang. Dan anggap saja sekarang kau pemegang kartu matiku.” Aku menghentikan langkahku. Bisa terasa kesungguhannya dari suaranya. Kenapa ini? dia bertekuk lutut di hadapanku? “Dan karena hanya kau yang aku rasa mengetahuinya, meski aku tak tahu apa yang kau ketahui, aku memohonmu untuk tetap menutup mulut. Jangan minta aku melakukan hal sesuai keinginanmu untuk ini, karena aku tak akan, dan tak bisa melakukan apa-apa.” Aku berbalik lalu tersnyum kecut lagi, “Kau sudah gila?” Dia diam saja. Kali ini aku lihat lagi dirinya yang rapuh dam lemah. “Jadi benar kau anak yatim piatu dan hidup serba kekurangan di rumah jelek itu? Dan kau tak ingin semua orang di sekolah mengetahuinya? Karena itu rahasia kelam bagimu? Hanya itu kan?” aku tak tahan lagi dengan orang ini. dia sungguh sulit dipahami. Setelah aku mengira, aku sudah memahaminya, apa yang akan dia lakukan selanjutnya, aku sama sekali tak bisa menebaknya. “Geurae. Jadi kau mengetahui semuanya.” “Apa itu masalah besar yang harus menjadi rahasiamu sampai mati?” tanyaku tak habis pikir. “Apa kau pernah melihat kau yang seperti ini?” tanyanya. “Tidakkan? Aku benar-benar tak suka orang lain mengetahui diriku yang sebenarnya. Dan kau menjadi salah satu orang yang tak aku inginkan keberadaannya.” Orang ini, kenapa dia hidup dengan aneh seperti itu hingga tercipta pribadi aneh seperti ini? “Lalu kau ingin aku melakukan apa? Bukankah aku hanya perlu menutup mulut?” “Apa kau terlihat seperti orang yang tidak akan membocorkan rahasia seseorang dengan tingkahmu yang selalu bicara seenaknya itu?” dia menghampiriku lebih dekat. Dia berdiri di hadapanku sekarang. “Apa kau pernah melihat atau mendengarku sengan bergosip dengan teman-teman gadisku? Apa kau pernah tahu aku punya teman?” tanyaku akhirnya. Hah.. dia membuatku malah menguak jati diriku sendiri. Ekspresinya berubah. “Jangan khawatir, aku bukan orang yang tertarik pada hal-hal seperti itu. Dan masalah seperti ini bukan tipe masalahku. Masalah seperti ini sama sekali tak pantas menjadi masalahku.” Aku berkata lalu pergi. Aku sempat melihat ekspresinya yang berbeda. Entah ekspresi apa itu. Aku tak bisa membacanya. Jiyoung POV Ah, earphoneku? Kenapa begini? Aku melihat earphoneku yang sedikit berbeda. Bukankah milikku, sudah aku beri nama? Kenapa namanya hilang? Aku baru saja mau membuka pintu rumahku. Lalu melihat earphoneku yang aneh. Ah geurae! Ini milik Myungsoo. Pasti tertukar saat diskusi tadi. Ya, benar, aku dan Myungsoo sempat menaruh earphone kami di atas meja. Aku segera kembali ke kedai. Ku harap dia masih disana. Aku berlari
secepat mungkin. Ya, aku melihat Jieun. “Jieun-ah!” panggilku, dia sudah berjalan. Jieun menoleh, “Ji..Jiyoung?” “Kau lihat Myungsoo?” tanyaku sambil menghelas nafas. “Apa dia sudah pulang?” “Ne, dia baru saja pergi.” Jawabnya. “Kemana? kearah mana dia pergi?” tanyaku. “Kesana.” Jawabnya sambil menunjuk arah kananku. “Ah, gomawo.” Kataku lalu dengan cepat aku berlari menyusul Myungsoo. Aku berlari. Berlari secepat mungkin. Dan benar, aku melihat punggungnya di kejauhan. Untung jalannya santai sekali. Aku menambah kecepatan lariku. Aku lihat sekarang dia berkelok ke kanan. Wah aku terus mengikutinya, tapi sepertinya dia menambah kecepatannya setelah melihat jam tangannya. Aku jadi harus terus berlari. Mau kemana sebenarnya dia? Kenapa jauh sekali. “Kim Myungsoo!” aku coba memanggilnya, tapi dia tak mendengarku. Sepertinya dia sedang mendengarkan musik. Aku sudah kehilangan nafas. Aku benar-benar lelah, saat akhirnya Myungsoo masuk ke sebuah tempat. Tempat apa itu? Kelihatannya bukan sebuah rumah. Akhirnya aku sampai di depan tempat itu. Ada huruf dari lampu di depannya. Aku membacanya. Bar? Dia pergi ke bar? Wae? Apa dia lelaki macam itu? Akhirnya aku masuk ke dalam bar itu. Ini pertama kalinya aku datang ke tempat seperti ini. aku heran sekali saat masuk, orang-orang sampai berhimpitan karena terlalu penuh. Setahuku di drama, bar tak seramai ini. ini lebih mirip sebuah konser. Dan benar saja, seseorang aku lihat naik ke atas panggung yang ada di bagian belakang bar itu. Orang itu memainkan gitarnya dan mulai bernyanyi. “Myungsoo?” setelah dengan jelas aku melihatnya aku benar-benar terkejut. Bahkan dia bernyanyi dengan seorang gadis yang terlihat cantik dengan suara uniknya. Seluruh isi bar berteriak senang dan meneriakkan nama Myungsoo, kecuali aku. Terutama para gadisnya. Mereka terlihat iri pada gadis yang berduet dengan Myungsoo. Aku ingin tertawa, benar-benar ingin. Bukankah ini lucu? Seorang Myungsoo ternyata seperti ini? tapi… aku tak bisa tertawa, sisi lain dari Myungsoo terlihat lagi. Dia benar-benar terlihat beda di atas panggung itu. Sepertinya itulah jiwa aslinya. Dia sungguh menikmati penampilan dan lagu yang ia nyanyikan. Dari seluruh presepsi di otakku, kesimpulannya adalah dia keren. Benar-benar keren! Sekarang semua orang bertepuk tangan dan berteriak riuh meramaikan suasana. Lagunya sudah berakhir. Ah… aku seperti terhipnotis dengan penampilannya tadi. Aku melihatnya turun dari panggun dan menuju ke belakang panggung. Ah, aku ingat tujuanku menyusulnya. Aku segera menghampiri Myungsoo, dengan bersusah payah menembus kerumunan yang menggila itu. “M..Myungsoo-ah.” Kataku ragu. Entah kenapa aku agak takut sebenarnya. Myungsoo berbalik dan melihatku. Matanya membulat. Dia terkejut, aku yakin itu. “Jiyoung?” Aku mengangkat earphonenya dengan tangan kananku. “Yang ada padamu itu milikku.” Myungsoo melihat earphone yang terkalung di lehernya. Tapi dia malah dengan cepat menarik lenganku dengan kasar dan membawaku keluar dari tempat itu. “Kau kesini hanya karena ini?” Myungsoo melepas earphoneku. Aigo… lenganku sakit. “Geurae.” Jawabku kesal. Dia tersenyum kecut, “Apa kau tak punya otak? Bukankah kita bisa bertemu di sekolah besok pagi?” tanyanya. Dia terlihat marah. Tapi benar juga, kenapa aku bisa menyusulnya seperti ini? bukankah ini sudah malam? Bukankah aku sudah melakukan hal yang bodoh?
“Aku benar-benar tak menyangka kau sebodoh ini.” dia mengulurkan earphoneku dan mengambil miliknya dari tanganku. “Ke..kenapa kau bilang aku bodoh? Kau tak perlu mengatakan itu.” Kataku, aku sedikit tak terima. Kenapa dia harus bersikap sekasar itu. “Apa kau sengaja mengikutiku? Atau kau malah sengaja menukar earphone kita yang sama agar ada alasan mengikutiku?” tanyanya marah. dia benar-benar terlihat marah. ada apa dengannya? Kenapa dia harus seperti itu? “Kau kira aku gila? Kau kira aku fansmu?” tanyaku, aku meninggikan nada bicaraku. “Seperti halnya yang kau lakukan di perpustakaan. Hanya untuk hal sepele seperti itu kau mencariku dan menggangguku.” Aku kali ini yang tersenyum kecut, “Mian jika kau kira aku mengganggumu. Tapi kau harus ingat. Aku sama sekali tak bermaksud seperti itu. Kau ini kenapa? Kenapa harus semarah itu? Aku memang bodoh malam ini. entah kenapa aku mengikutimu sampai sejauh ini.” jelasku jujur. “Apa kau takut rahasiamu ini terbongkar?” “Rahasiaku?” dia tersenyum pahit. “Rahasia kegiatan malammu yang sebenarnya. Artis jalanan?” ah… aku terbawa emosi. Aku menyesal mengatakannya. Ekspresinya terlihat begitu terluka mendengar perkataanku. Benar, bukankah aku sedang menginjak-injak mimpinya? Dia hanya tersenyum kecut lalu memalingkan wajah. Sekarang dia pergi begitu saja. Membuatku bingung harus berbuat apa. TO BE CONTINUED………
High School Love (part5)
Cast:
Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo
Sulli POV Akhir-akhir ini aku jadi gadis gila yang selalu malas melakukan apa saja. Aku memang
gila dan bodoh. Ini semua hanya karena Jongin kan? Bahkan aku tak bicara pada Jiyoung karena
itu. Aku tahu itu sama sekali bukan salah Jiyoung. Tapi aku malah seperti memusuhinya
sekarang. Bahkan aku lihat tadi Jiyoung murung di kelas, apa karena aku?
“Gwenchanayo?” tanya Taemin yang tiba-tiba menghampiriku di koridor dekat kelas.
Aku menatapnya. Sama sekali tak bersemangat untuk menjawabnya.
“Sepertinya kau sedang ada masalah. Wae?” tanyanya.
“Aku sedang tak ingin membicarakannya. Itu terlalu memalukan untukku.” Jawabku
akhirnya. Aku benar-benar tak membutuhkan perhatiannya sekarang.
“Kau butuh waktu untuk sendiri? Baiklah.” Dia beranjak pergi lalu membalikkan
badannya lagi, “Jika kau butuh seseorang untuk membagi beban, cari aku.”
Aku hanya tersenyum, menghargai tawarannya.
Aku pergi dari tempat itu dan melangkah kemanapun kakiku membawaku. Hingga aku
sampai di halaman belakang sekolah dan melihat Jongin menghampiri Jiyoung. Jinchayo? Dia
sudah seberani itu?
“A..apa yang kau lakukan disini?” tanya Jongin.
“Obseo.” Jawab Jiyoung. Dia masih terlihat murung.
Aku tak suka melihat ini, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Bukan hakku melarang
mereka bicara.
“Jadi? Apa aku mengganggumu disini?” tanya Jongin.
“Ani.” Jiyoung menggeleng. “Tapi apa yang kau lakukan disini Jongin-ah?”
“Obseo. Aku hanya baru saja melihatmu semurung itu, jadi aku menghampirimu. Entah
untuk apa.”
“Kau bahkan tak tahu apa tujuanmu?” tanya Jiyoung tak habis pikir. “Ne, baiklah… kau
cukup menghibur. Tapi kau lebih terlihat seperti orang bodoh Jongin-ah.”
“Bodoh? Mungkin benar meski aku tak menyadarinya.” Jawab Jongin.
Tiba-tiba Jiyoung mengalihkan pandangannya ke Myungsoo yang lewat di depan
mereka.
Aku bisa melihat kekecewaan Jongin. Sepertinya Jongin menyadari sesuatu yang
menyakitkan.
Jiyoung mengerjar Myungsoo yang pergi kearah perpustakaan. Dan aku, aku beranikan
diri untuk menghampiri Jongin.
“Kau kecewa.” Kataku begitu saja.
Jongin jelas terkejut. Dia takut jika aku mengetahui perasaannya pada Jiyoung. Ara
Jongin-ah… nan ara…
“Apa maksudmu?”
Aku hanya tersenyum. Ternyata dia malah membalas senyumku. Kami sama-sama tahu
senyum kami ini sedikit pahit. Namun walau Jongin tak tahu apa yang aku rasakan. Aku tahu apa
yang dia rasakan. Dan kami ada dalam rasa yang sama. Bilang saja kami senasib.
Jiyeon POV “Soyou tak masuk lagi hari ini?” tanya Seungho menghampiriku di bangku.
Aku mengangguk, “Dia makin sering tak masuk. Tapi ku dengar dia tetap ikut diskusi?”
“Geurae. Tak ada yang tahu kenapa dia seperti itu.” Katanya lalu pergi.
Satu kenyataan lagi, Chanyeol juga tak masuk. Apa sedalam itu kekecewaannya
terhadapku hingga harus menghindariku? Orang itu… dengan begini aku jadi sangat merasa
bersalah… kenapa aku tidak peka sama sekali? Itu saja yang terus aku pikirkan sedari tadi. Aku
memandangi bangku kosong Chanyeol. Apa yang harus aku lakukan?
Aku membuka ponselku dan mulai mengetik pesan.
Chanyeol-ah, aku harap ini bukan usahamu untuk menghindar. Mianhae..
Aku kirimkan pesan itu. Aku harap ponselnya sekarang sudah aktif, karena sedari tadi
aku mencoba menghubunginya selalu gagal.
“Kalian semalam pergi ke karaoke berdua saja?” tanya Taemin pada Luna dan Sandeul yang
sedang bicara dengan semangat.
Luna POV “Kalian semalam pergi ke karaoke berdua saja?” tanya Taemin. Sepertinya dia tahu dari
Sandeul.
“Geurae. Wae?” tanyaku dan Sandeul bersamaan.
“Wah… sejak kapan kalian sekompak itu? Jangan bilang kalian pasangan selanjutnya
kelas ini.” Taemin bicara semangat.
Aku dan Sandeul saling menatap. Kami terbahak bersama. Itu bodoh dan gila. Mana
mungkin?
“Andwe!” kataku dan Sandeul bersamaan lagi.
“Buktinya kalian sudah ke karaoke bersama.” Tambah Taemin, dia tak mau menyerah.
“Kau hanya belum tahu kemampuan bernyanyinya.” Kata Sandeul.
“Kau juga belum tahu caranya bernyanyi. Dia lebih terlihat seperti manusia seutuhnya
saat bernyanyi.” Kataku.
“Wae?” tanya Sandeul.
“Bukankah kau menghabiskan sebagian besar waktumu untuk tidur? Kau lebih terlihat
seperti mumi.” Kataku lalu tertawa melihat reaksi Sandeul yang mengiyakannya. Taemin juga
ikut tertawa.
Lalu perhatian kami bertiga berpindah ke dua insan yang sedang bertengkar.
“Jangan bilang kau masih marah padaku.” Kata Gongchan menghampiri Naeun yang
membaca buku di bangkunya.
Naeun tak menghiraukannya. Sepertinya dia masih marah. sedikit kaget sebenarnya
mendengar Naeun dan Gongchan bertengkar hanya karena masalah sekecil itu.
“Ah, masalah mereka biasa. Yang lebih parah itu mereka.” Baro menghampiri kami lalu
menunjuk Kyungsoo dan Hyunseong yang duduk di bangku masing-masing.
“Wae?” tanya Taemin.
“Kau lihat bibir Hyunseong. Aku dengar kemarin Kyungsoo memukulnya.” Jelas Baro.
“Jincha?” aku, Taemin dan Sandeul terkejut.
“Wae?” tanyaku.
“Molla. Tak ada yang tahu. Bukankah Kyungsoo memang sedikit aneh?” kata Baro santai
lalu pergi bergitu saja.
Jiyoung POV “Myungsoo-ah.. bisa kita bicara?” aku menghampiri Myungsoo yang baru saja memasuki
perpustakaan.
Dia tak bicara apa-apa. Aku yakin musik di telinganya sangat keras. Dia menuju tempat
favoritnya di perpustakaan dan tak menghiraukanku.
“Myungsoo-ah….” Aku dengan berani melepas earphone di telinganya. “Kau harus
dengarkan aku.”
Myungsoo menatapku sekarang. Tak ada ekspresi apa-apa. Dia hanya kembali dingin.
Tapi dia juga tak marah aku mengganggunya seperti ini.
“Aku ingin minta maaf padamu. Aku tahu aku keterlaluan kemarin. Dan aku akui aku
bodoh.” Jelasku jujur sepenuh hati. Aku tak bisa membayangkan harus sekelompok dan bekerja
sama dengan orang yang membenciku seperti ini.
Myungsoo malah memasang kembali earphonenya.
“Myungsoo-ah?”
Sekarang dia malah memejamkan kedu matanya. Sama sekali tak mau mendengarkanku.
Akhirnya dengan kecewa aku pergi. Tapi aku takkan menyerah sampai disini. Tunggu
saja Kim Myungsoo. Aku bukan gadis pengecut.
Suzy POV Aku melihat Jieun melintas di depanku. Dia terlihat murung. Dan akan lebih aneh jika dia
terlihat ceria. Sedangkan Eunji beru saja tahu soal Kyungsoo dan Hyunseong dari si kembar.
Setelah mendengar hal itu dia menuju ke kelas. Dia pasti ingin bicara pada Hyunseong, jelas
bukan pada Kyungsoo, dia belum siap bicara dengan Kyungsoo.
Sekarang si kembar menghampiri Sehun yang berjalan di koridor ini. mereka menggoda
Sehun seperti biasa. Ya aku dengar Sehun sudah menetapkan pilihannya pada salah satu kembar,
dan itu Hyoyoung. Lucu sekali, bukankah terlihat jelas tidak seperti itu?
Sekarang si kembar sudah pergi, tinggal Sehun sendirian di ujung koridor dengan wajah
khawatirnya itu.
“Terperangkap dalam rencanamu sendiri?” aku berceloteh santai sambil
menghampirinya. Dia agak terkejut aku bicara padanya. Karena memang aku hampir tak pernah
bicara dengan lelaki satu ini, dia terlalu pemalu. Tapi karena sekarang dia mulai berubah, aku
mau bicara dengannya.
“M..mwo?” tanyanya. Dia masih memakai gayanya yang biasa dalam hal ini.
“Kau sedang khawatir dengan gossip yang beredar kan?” tanyaku.
Dia berpikir keras. Sepertinya dia menutupi keterkejutannya akan pengetahuanku.
“Kau tidak menyukai Ryu Hyoyoung, yang kau sukai adalah Ryu Hwayoung. Geurae?”
Matanya terbelalak, aish lelaki ini polos sekali. Dia terkejut bukan main. Ya mungkin
hanya aku yang mengetahuinya.
“Katakan saja yang sejujurnya sebelum terlambat.” Kataku sambil tersenyum padanya
lalu pergi. Aku bisa membayangkan benar reaksinya mendengarku.
Setelah itu aku berpapasan dengan Baekhyun. Aku hanya menlihatnya sekilas lalu tak
menghiraukannya dan melanjutkan langkahku menuju toilet sekolah. Dia juga melakukan hal
yang sama, tak menghiraukanku, tapi terlihat sekali dia ingin melakukan yang sebaliknya. Aku
hanya tersenyum kecut, lucu benar orang-orang ini.
Aku mulai melihat sesuatu yang berbeda tentangnya terhadapku. Aku harap itu tak
berlanjut, karena itu akan sangat merepotkan dan mengesalkan. Aku benar-benar harus jaga jarak
dengannya.
***
Seungho POV Karena hari ini hari libur, kami mengunjungi panti asuhan yang kami jadikan tempat
penelitian. Aku terus mengamati gelagat Soyou yang masih aneh. Dia selalu pulang lebih cepat
dan mempunyai berbagai alasan untuk tidak mengikuti diskusi sampai selesai.
Memang benar dia biasa memasang wajah sombongnya di muka umum, tapi entah
kenapa sepertinya ada sesuatu di balik itu semua.
Aku lihat Myungsoo dan Jiyoung sudah mulai mengabadikan setiap pekerjaan kami. Aku
dan Jieun melakukan tanya jawab dengan pemilik panti asuhan maupun anak-anak penghuninya.
Sedangkan Soyou aku suruh mencatat semua yang aku katakan di laptopku. Dia menyibukkan
diri dengan itu.
Kami melakukan semuanya hingga sore. Matahari bahkan sudah mulai menghilang. Lagi-
lagi seperti yang aku tebak, Soyou berpamitan pulang lebih cepat.
“Ne Soyou-ah. Anyeong.” Kata Jiyoung melepasnya.
Setelah Soyou pergi aku juga berpamitan, ini saat yang tepat untuk menjalankan
rencanaku, “Mian. Aku juga harus pergi sekarang. Ada urusan lebih penting.”
“Kau juga?” tanya Jiyoung.
“Mian.” Kataku lalu segera mengikuti Soyou.
Dia menaiki taksi yang baru saja di dapatnya. Aku mengikutinya dengan motorku.
Taksinya menuju ke pusat kota. Perjalanan yang di tempuh sangat jauh dari panti asuhan yang
berada di pinggiran kota itu. Itu sebabnya Soyou bergitu tergesa-gesa kali ini. Apa dia mau
pulang? Apa rumahnya ada di pusat kota? Taksinya akhirnya berhenti di depan sebuah klub
malam. Klub itu sudah buka sekarang, mengingat ternyata ini sudah cukup malam.
Aku memarkirkan sepedaku setelah melihat Soyou masuk dari pintu belakang. Kenapa
dia masuk kesana? Mau apa dia? Dan kenapa harus lewat pintu belakang? Itu kan pintu untuk
pekerja. Apa dia bekerja disini? Gadis seumurannya bekerja di tempat seperti ini? jadi ini
alasannya selalu pulang lebih cepat?
Aku memasuki klub itu. Aku berhasil masuk dengan membayar sejumlah uang yang
cukup banyak pada penjaganya. Dilihat dari itu, ini adalah klub yang cukup besar.
Setelah aku masuk, aku bisa melihat kemewahan klub ini. Klub ini memang klub besar.
Pengunjungnya pun terlihat orang-orang kelas atas. Bagaimana Soyou bisa bekerja disini?
Aku duduk di salah satu kursi bar. Aku melihat kesekeliling berusaha mencari pelayan
berwajah Soyou. Dia atas panggung, para penari mulai naik dan memamerkan tubuh mereka
dengan pakaian minim mereka. Tak kusangka tempat ini seperti itu. Bahkan mereka memakai
tiang. Sebut saja mereka penari striptis. Semua orang, terutama lelaki hidung belang mulai riuh
mendekati panggung.
Ini pertama kalinya aku melihat yang seperti ini. ini benar-benar gila. Aku melakukan hal
ini hanya untuk mengetahui Soyou yang sebenarnya. Aish.. sebenarnya dimana dia? Harus
sampai kapan aku berada di tempat rendahan seperti ini? mataku terus mencari gadis berseragam
yang berkeliaran di klub itu. Sial… aku sama sekali tak melihatnya. Di mana dia sebenarnya?
Semua orang mulai riuh lagi. Kali ini lebih ramai dan heboh dari sebelumnya.
Tampaknya seorang penari lagi keluar. Sepertinya itu penari utamanya. Seklias aku melihat gadis
itu. Sial itu Soyou, dan dia mengenakan pakaian yang lebih minim dari lainnya.
Aku segera mendekati panggung. Tak peduli apa aku terlihat seperti lelaki hidung belang
karena begitu niat menghampiri panggung. Aku tak bisa mendekat lagi karena kerumunannya
sangat padat. Para lelaki paruh baya itu menyebarkan uang mereka dan berusaha menyentuh para
penari.
Sampai aku melihat seorang lelaki paruh baya bertubuh besar yang sedang mabuk
berusaha menyentuh Soyou. Tapi karena tenaganya yang besar, dia berhasil naik ke panggung
untuk meraih Soyou. Sekarang Soyou sudah benar-benar ada di dekapannya.
Dengan cepat aku menyusup di antara kerumunan dan menaiki panggung. Tanpa ragu
lagi aku menarik lelaki itu dan meninjunya agar dia tersungkur.
Soyou terkejut melihatku, tapi dia bergetar hebat, bisa terlihat jelas ketakutannya yang
luar biasa itu. Matanya berkaca-kaca.
Aku melepas mantelku lalu memakaikannya pada Soyou dan menarik lengannya,
membawanya pergi dari klub itu. Tak peduli banyak yang meneriakiku untuk berhenti. Aku terus
melangkah keluar. Ku genggam erat tangan Soyou agar tak terlepas dariku.
Kusuruh dia naik ke motoku, lalu ku bawa dia ke rumahnya, setelah dia mengatakan
dimana tempatnya.
Setelah sampai di rumahnya, Soyou menangis. Soyou yang biasanya selalu terlihat
sombong, kali ini begitu lemah. Aku segera mendekapnya membiarkannya menangis di dadaku.
“Aku sudah tahu hal seperti ini akan terjadi. Aku tahu aku sangat bodoh dan murahan.
Tapi tak ada tempat lain yang bisa memberiku penghasilan sebesar itu. Aku harus menghidupi
dua adikku sendirian. Aku tak punya siapa-siapa lagi. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku ingin
mati saja… aku ingin mati saja… aku sudah tak pantas hidup..” Soyou tersedu.
Aku melepas pelukanku dan mengusap air matanya. Aku memegang kedua pipinya,
“Ara… aku tahu ada sesuatu yang tersembunyi dari kesombonganmu selama ini. nan ara..”
“Seungho-ah…. Gomawo… jongmal gomawo….” Katanya sambil terisak. “Jangan
beritahu orang lain tentang ini. jebal..”
Aku mengangguk. “Aku berjanji.” Lalu aku memeluknya lagi. Aku benar-benar tak tega
melihatnya.
Soyou… sekarang aku mengerti dirinya dengan baik. Aku benar-benar mengerti gadis ini
sekarang.
Hyunwoo POV Aku memperhatikannya dari jauh. Dia masih di panti asuhan. Dia belum pulang. Jieun-
ah… kenapa kau begitu menyukai Myungsoo. Aku tahu saat ini dia hanya inginmelihat
Myungsoo lebih lama. itulah hal yang selalu ia lakukan. Dan hal ini jugalah yang selalu aku
lakukan. Memperhatikan Jieun dari jauh, memastikan dia baik-baik saja. Meski aku terlihat
seperti orang bodoh.
Untung saja hari ini kelompokku tak ada jadwal untuk pergi ke tempat penelitian, jadi
aku bisa mengikuti Jieun. Biasanya selesai diskusi, aku segera menuju kedai dekat rumah
Jiyoung untuk melihat keadaan Jieun.
Jiyoung POV Sedari tadi aku sudah melakukan hal-hal baik pada Myungsoo. Tapi dia tetap tak
menghiraukanku. Dia itu bodoh atau apa? Sombong sekali tak mau menerima permintaan
maafku? Kau kira aku akan menyerah begitu saja?
“Ini.” aku mengulurkan minuman yang tadinya akan ku minum pada Myungsoo. Dia
malah tak mengindahkannya. Dia sibuk dengan kameraku. Meneliti setiap gambar yang sudah
kami ambil tadi siang.
“Ya sudah cepat kembalikan kameraku! Kau mau kita menginap disini?” tanyaku. “Jieun
sepertinya juga sudah pulang. Kau mau kita disini berdua saja? Apa itu tidak aneh?”
Dia tetap saja diam seperti mayat hidup. Aduh ini sudah semakin malam… bahkan anak-
anak panti asuhan itu sudah dilarang keluar.
“Kim Myungsoo! Palli!” kataku. Ternyata Myungsoo mengembalikannya juga. Lalu
berjalan menadhuluiku. Sepertinya dia juga mau pulang.
Aku berjalan di belakangnya sambil melihat punggungnya yang bidang itu. Ah…. Aku
masih terbebani olehnya.
“Myungsoo-ah.. jangan tertawakan aku. Tapi aku sungguh-sungguh minta maaf padamu.
Mianhae.. jeongmal mianhae…. Kau bisa membuatku begadang semalaman karena terus
memikirkan permintaan maafku yang kau tolak ini.”
Sekarang aku berjelan mendahuluinya dan berhenti di hadapannya agar dia bisa
memperhatikanku. Lagi-lagi aku melepas earphonenya sekarang.
“Jebal… mianhaeyo… jeongmal mianhaeyo… aku akan menarik semua kata-kataku
padamu waktu itu. Aku akui aku keterlaluan Myungsoo-ah.”
“Kau bisa diam?” katanya akhirnya.
“Andwe! sebelum kau memaafkanku. Jebal… maafkan aku.. mianhae.”
“Apa yang bisa membuatmu diam?” tanyanya. Apa dia bodoh. Sudah maafkan saja aku!!!
“Kau takkan bisa menutup mulutku sebelum kau memaafkanku. Kau kira menyenangkan
bekerja sama dengan orang yang membencimu? Cepat maafkan aku!” aku membuat gerakan
memohon.
Dia hanya menatapku. Aish.. orang ini!
“Kim Myungsoo! Jeongmal mianhae!! Mian… mianhae. Aku akui aku salah. Cepatlah
maafkan aku. Mian.. Aku…” perkataanku terputus begitu saja.
Aku terbelalak, dia menciumku.
Jieun POV Dengan bodohnya aku mencari Myungsoo. Apa Jiyoung sudah pulang? Aku.. aku hanya
ingin melihat Myungsoo sekali lagi hari ini. bukankah itu yang biasa aku lakukan? Hah… tapi
mana mungkin Myungsoo bisa menyukai gadis jelek, bodoh, dan menyedihkan sepertiku?
Aku berjalan menuju gerbang panti asuhan, berharap menemukan Myungsoo. Tiba-tiba
ponselku berbunyi. Nomor Eomma tertera di layer ponselku. Aku senang sekali akhirnya Eomma
menghubungiku. Selama ini telepon tak ada jawaban darinya.
“Yeobeoseyo. Eomma?” kataku semangat. Aku benar-benar lega Eomma menelepon.
Aku terus berjalan menuju gerbang.
“Yeoboseyo.” Jawab seseorang di seberang. Kenapa suara lelaki?
“Ne?”
“Apa ini putri Song Misun?” tanya orang itu. Semangatku hilang begitu saja.
“Ne, geuraesoyo. Waeyo?” tanyaku. Aku melihat dua orang berdiri di depan gerbang.
“Kami dari kepolisian. Mian hamnida, kami harus memberitahu bahwa kami menemukan
jasad Song Misun di daerah Jonlado. Kami harus memastikan bahwa anda adalah keluarganya.”
Aku bisa melihat dua orang itu adalah Jiyoung dan Myungsoo, dan mereka berciuman.
“Yeoboseyo?”
Nafasku seakan habis begitu saja. Semua beban yang selama ini menghantuiku jatuh
begitu saja menimpaku. Ponselku sudah terlepas dari tanganku. Tubuhku lemas dan terjatuh ke
tanah.
Aku meneteskan air mataku. Menangis dalam diam. Entah sekarang aku memikirkan apa.
Aku hanya merasa tak kuat lagi. Ini terllau berat untukku. Aku terus menangis sambil menyentuh
dadaku yang benar-benar sakit. Hatiku sakit sekali….
Myungsoo POV Aku melepas ciumanku. Aku senang dia sama sekali tak menolak. Jelas sekali dia juga
menyukaiku. Jiyoung masih terbelalak. Dia menatapku lekat-lekat dan penuh tanya. Aku hanya
tersenyum.
Matanya benar-benar cantik. Caranya memperlakukanku selama ini benar-benar berbeda.
Itu yang membuatku jatuh hati padanya. Entah kenapa harus dia. Aku sudah dibuat mabuk
olehnya. Otakku hanya berisi dirinya sekarang.
Dia hanya tak tahu apa maksudku marah padanya waktu itu. Aku hanya terlalu malu dia
mengetahui diriku yang sebenarnya.
“Aku sudah memaafkanmu lama sekali.” Kataku.
Dia masih terbelalak. Tak merespon apa-apa. Aku tersenyum lagi. Dia benar-benar gadis
yang berbeda. Aku menggenggam tangannya lalu menariknya agar berjalan bersamaku.
Ku antarkan dia pulang dengan motorku.
Bahkan sesampainya dirumahnya, dia tertap terdiam sepert itu. “Gwenchana?” tanyaku.
“Mworago? Apa maksudnya ini?” tanyanya akhirnya.
“Apa lagi?”
“Mwo? Jelaskan. Aku benar-benar tak mengerti.”
“Tenang saja. Aku takkan bisa membencimu.” Kataku lalu mendekat ke telinganya.
“Saranghae Jiyoung-ah.”
Jiyoung menatapku. Lalu dia berbalik dan memasuki rumahnya tanpa mengatakan
sepatah katapun. Sepertinya dia shock sekali lagi. Dia benar-benar menggemaskan. Bagaimana
aku tidak jatuh hati padanya?
Hyunwoo POV Jieun tersungkur ke tanah. Dia menangis tersedu. Dia pasti melihat adegan Jiyoung dan
Myungsoo yang membuatnya patah hati. Dia benar-benar tersiksa seperti itu…… seharusnya dia
cepat pulang tadi. Aku tak tahan lagi dan mengampirinya.
Dia mendongak dan melihatku. Dia memang terkejut, tapi rasa sakit di hatinya lebih
mendominasi.
“Jieun-ah.” Kataku lalu ikut berlutut di hadapannya dan memeluknya membiarkan dia
menjadikanku sandaran. “Jangan pernah lagi menghadapi semua masalahmu sendirian.”
Suzy POV Aku baru akan memejamkan mataku, aku sudah sangat mengantuk saat ponselku
berdering. Siapa yang meneleponku semalam ini? dasar orang tak tahu aturan!
Setelah aku lihat layer ponselku, aku tak menemukan nama penelepon. Nomor siapa itu?
Pasti iseng. Aku meletakkan lagi ponselku di meja sebelah ranjangku dan berniat tidur kembali.
Tapi lagi-lagi ponselku berdering. Percuma saja, aku takkan bisa tidur jika it uterus
berdering. Akhirnya dengan kesal aku menjawab telepon itu.
“Yeoboseyo?” entah orang itu merasakan kekesalanku atau tidak dengan gaya biacaraku
yang seperti itu.
“Suzy-ah…” suara di seberang sana menjawab. Dia terdengar sangat lemah. Itu suara
yang aku kenal..
“Nugu?”
“Bi…sakah kau to..long aku?” tanyanya. Ini… ini suara Baekhyun. Darimana dia
mendapat nomorku?
“Neo gwenchana? Neo eodiseo?” tanyaku. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?
Teleponnya malah terputus. Sial… kenapa dia sebenarnya?
Aku berpikir keras. Apa aku harus mencarinya? Ya, dengan cepat aku berganti pakaian
dan menelepon taksi. Aku menuju ke rumah Baekhyun.
Setelah sampai aku segera turun dari taksi dan menyuruh sopirnya menunggu. Aku
berlari ke rumah Baekhyun. Aku segera mengetuk pintu beberapa kali. Kenapa tak ada jawaban?
Tunggu sebentar, kenapa ada tulisan disita pada kertas merah di pintunya? Kenapa rumah
Baekhyun di sita? Aku mencoba mengintip di jendela, tapi aku tak bisa melihat apa-apa.
“Baekhyun!” panggilku. Apa dia tak ada disini?
“Suzy-ah..” tiba-tiba Baekhyun muncul dari samping rumahnya. Jadi selama ini dia di
situ.
Aku segera menghampirinya, “Apa yang terjadi?” wajahnya tak karuan. Dia babak belur.
“Mereka…. mengambil semuanya…. Da..riku” jawabnya. Tiba-tiba badannya melemas
dan menimpaku. Dengan sekuat tenaga aku menahannya.
Akhirnya aku meinta bantuan sopir taksi itu dan membawanya ke rumahku.
Baekhyun POV Saat aku membuka mataku, aku berada di tempat asing. Dimana ini? apa tadi Suzy
membawaku ke tempat lain?
“Kau sudah sadar?” dia memasuki kamar ini. “Jangan khawatir. Ini rumahku. Dan ini
kamarku.” Jelasnya. Mwo? Dia membawaku ke rumahnya?
“Tenang saja. Orang tuaku sedang pergi keluar kota untuk beberapa hari.” Katanya
seperti membaca pikiranku, itulah kebiasaannya.
“Aw.” Tiba-tiba, dia membasuh luka di keningku.
Suzy POV “Aw.” Dia kesakitan saat aku membasuh luka di keningnya. Aigo… wajahnya benar-
benar babak belur.
“Bagaimana kau bisa seperti ini?” tanyaku. “Kenapa rumahmu disita?”
Dia tertunduk sejenak lalu bicara, “Mian… aku menghubungimu karena memang hanya
kau yang mengerti tentang hidupku.”
“Jadi?”
“Dulu aku tinggal bersama seorang ajushi yang mengambilku dari panti asuhan. Tapi
karena hidupnya juga sangat susah, dia meminjam uang kesana-kemari hanya untuk membiayai
hidupku. Tapi sebulan lalu ia meninggal akibat kecelakaan. Jadi para lintah darat itu terus
mengejarku. Dan akhirnya mereka mengambil semuanya. Karena aku melawan, mereka
menghajarku habis-habisan.”
Aku terdiam. Tak kusangka dia punya hidup seperti itu. Keceriaannya yang biasa ia
pertontonkan di sekolah dapat menutupi masalah itu dengan rapi.
“Biar ku buatkan kau sesuatu yang hangat.” Kataku lalu beranjak pergi, tiba-tiba aku
terhenti saat Baekhyun menarik lenganku sehingga aku terduduk lagi. Sekarang dia memelukku.
Sangat erat, begitu erat sampai aku sulit bernafas. Aku berusaha melepas pelukannya.
“Diam… jebal… tetaplah seperti ini.” katanya. Kurasakan pundakku basah. Dia
menangis. Itu benar. “Mianhae… gomawo.”
Kata-katanya berhasil membuat diam dan menjadi sandarannya selama beberapa menit.
Dan aku menyadari satu hal, dia memang mulai menyukaiku.
***
Sehun POV Kuputuskan untuk datang ke rumah mereka. Benar kata Suzy.. aku harus cepat
menjelaskan semuanya sebelum terlambat. Sekarang Hwayoung malah menghampiriku di ruang
tamu.
“Ah… kau terlewat sedikit waktu, Hyoyoung baru saja pergi. Entah dia pergi kemana
tadi.” Katanya. Lucu sekali, aku memang mencarimu Hwayoung-ah.
“Gwnchana.” Jawabku.
“Apa kau mau menunggunya sampai nanti? Aku akan menemanimu sampai di datang.”
Katanya lalu duduk di sampingku.
“Taka pa jika dia tak datang sekalipun.” Kataku. Dia mulai bingung.
“Waeyo?”
“Aku datang kesini bukan untuknya.” Jawabku.
“Lalu?”
“Aku mencarimu.”
“Aku? Ada apa? Tumben sekali. Aku kira kau mencari Hyoyoung untuk mengajaknya
kencan.” Jelasnya. Wajahnya tidak tersenyum lagi sekarang, dia sibuk berpikir dengan keanehan
ini.
“Kau, kau yang kuajak kencan.”
Tawanya meledak setelah mendengar ini. “Neo gwenchana?”
Aku mengangguk, aku tersenyum melihat reaksinya.
Dai berhenti tertawa dan memasang wajah bertanya-tanya.
“Aku memilih untuk mencintaimu.” Kataku akhirnya. Kata-kata ini sudah lama ada di
otakku, tapi akhirnya aku baru mengeluarkannya sekarang.
Dia terkejut dan membeku. Matanya kosong menatapku.
“Gwenchana?” tanyaku.
“So sweet!!!” teriak Hyoyoung yang sedari tadi tidak pergi dan hanya menguping dari
depan ruang tamu.
“Hyoyoung?” Hwayoung terkejut. “Sejak kapan kau ada di situ?”
“Aku memang disini sejak tadi.” Jawab Hyoyoung lalu tertawa.
Hyoyoung bertepuk tangan denganku sekarang. “Rencana kita berhasil Sehunie-ah!!”
“Jadi? Selama ini kalian bersekongkol?” tanya Hwayoung tak percaya.
“Kami bekerja sama.” Jawab Hyoyoung. Dia tak lagi mengulang perkataan Hwayoung.
Akhirnya si kembar itu tertawa lepas di hadapanku.
“Untung saja ternyata kenyataannya seperti ini.” kata Hwayoung. “Kalau tidak setiap
malam aku harus menahan tangis melihat kalian berdua.” Dia merangkulkan lengannya di
pundakku seperti biasa. Dia juga melakukan itu pada Hyoyoung. “Gomawo.” Katanya akhirnya.
Setelah itu Hwayoung malah mencium pipiku. Mungkin sekarang wajahku sudah seperti
kepiting rebus karena ulahnya. Tapi aku tersenyum senang.
Jiyeon POV “Anyeong haseyo. Apa Chanyeol ada?” aku datang ke rumah Chanyeol. Aku ingin
memastikan sesuatu.
“Nuguseyo?” tanya perempuan paruh baya. Sepertinya itu Eomma Chanyeol.
“Aku temannya. Teman sekelasnya. Park Jiyeon imnida.” Jawabku lalu membungkuk 90
derajat.
“Masuklah dia ada di dalam.” Eomma Chanyeol terlihat sangat ramah.
“Apa dia sakit?” tanyaku.
“Geurae, dia memang sakit karena itu itu dia tidak masuk sekolah kemarin.” Jawab
Eommanya. “Apa kau mau membangunkannya sendiri? Dia sedang tidur di kamarnya.”
“Bolehkah?”
“Tentu saja boleh. Jika dia melihat temannya yang cantik ini datang menjenguknya, dia
pasti langsung sembuh.” Jelas Eomma Chanyeol sambil tersenyum. Itu membuatku salah
tingkah.
Akhirnya aku memasuki kamar Chanyeol. Apa Eommanya tahu anaknya menyukaiku
hingga aku diijinkan masuk ke kamarnya seperti ini?
Aku melihat Chanyeol tidur di ranjangnya. Sekarang aku tak tega untuk
membangunkannya. Jadi aku hanya membenahi selimutnya yang terbuka dan hanya
memandanginya begitu saja.
Wajahnya saat tidur sangat damai, kekonyolannya yang biasa tak terlihat. Orang ini,
orang inilah yang selama ini selalu menyukaiku. Kenapa aku tak menyadarinya?
“Kau khawatir padaku?” tiba-tiba Chanyeol bertanya, tapi matanya masih tertutup. Apa
dia tidak tidur sedari tadi?
“Chanyeol-ah?”
Sekarang dia membuka matanya.
“Kau tidak melakukan ini semua untuk menghindariku kan?” tanyaku akhirnya.
“Kau kira aku berkedok sakit hanya untuk itu?”
Aku jadi serba salah. Sebaiknya aku tidak datang kesini tadi. Aku jadi tak tahu harus
bagaimana. Sudahlah aku pulang saja.
“Kalau begitu syukurlah. Lebih baik sekarang aku pulang.” Aku berbalik beranjak pergi.
Namun Chanyeol meraih tanganku dan menarikku dengan kuat hingga aku tertidur di ranjangnya
juga. Apa-apaan ini? apa dia gila?
“Chanyeol-ah? Apa yang kau lakukan?” tanyaku. Dia malah memelukku sambil
tersenyum sekarang. Aku tak bisa menghindar pelukkannya sangat kuat. Mungkin sekarang
pipiku sudah sangat merah dengan posisi seperti ini. dan yang benar-benar aku sadari adalah,
jantung berdebar kencang, aku sama sekali tak bisa mengatasinya.
“Senang sekali rasanya mendengarmu mengkhawatirkanku seperti ini.” katanya.
“Ya, apa aku mengkhawairkanmu?” tanyaku.
“Jangan bohong lagi. Kau sudah tertangkap basah. Kau kira aku akan melepaskanmu
begitu saja?”
Aku tak bisa berkata apa-apa. Apa iya aku sudah tertangkap basah? Tapi memang benar
aku memang mengkhawatirkannya.
“Buktinya kau tak menolak ini?” katanya menggodaku.
Aish… aku benar-benar malu, “Chanyeol-ah, bagaimana jika Eommamu tiba-tiba
masuk?”
“Biar saja dia melihat. Sepertinya dia menyukaimu.” Sekarang dia malah membalik
badanku hingga menghadapnya.
Aku menatapnya tanpa berkedip. Aku benar-benar tegang. Dan benar saja makin lama dia
makin mendekat. Aku segera menutup mataku dan akhirnya diam menciumku, lembut sekali.
TO BE CONTINUED…….
FANFIC] High School Love (last part)
Cast:
Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo
Author POV Jo Hyun Jae seongsaenim memasuki kelas 3 2 itu. “Anyeong haseyo!” Salamnya setelah
sampai di bangku guru.
“Anyeong haseyo!” balas para siswa.
“Sepertinya kalian terlihat lesu, waegeurae?” tanya Jo seongsaenim setelah menyadari hal
itu.
“Kami terlalu lelah Songsaenim.” Jawab Baro.
“Lelah?”
“Ne, terlalu banyak tugas dan kegiatan persiapan ujian.” Jawab Sandeul yang kali ini
tidak tidur.
“Ah… kalian jalani saja itu semua itu. Semangat saja.” Kata Jo seongsaenim sambil
tersenyum ramah seperti biasanya. “Soyou masih absen?”
Seungho menjawab, “Soyou sakit seongsaenim.”
Jo seongsaenim tersenyum melihat Seungho. Begitu juga dengan siswa lain. Mereka
seakan tidak percaya dengan itu. Sejak kapan Seungho tahu tentang Soyou?
“Bagaimana dengan Jieun dan Baekhyun?” tanya Jo seongsaenim.
Dengan ragu Suzy menjawab, “Byun Baekhyun juga sakit seongsaenim.”
“Seungho saja sudah mengejutkan, bagaimana denganmu yang sama sekali tak tertarik
dengan urusan manusiawi itu?” tanya Baro.
“Suzy-ah, sejak kapan kau mengerti tentang Baekhyun seperti itu?” tanya Sandeul. Siswa
yang lain malah tertawa.
“Sudahlah kalian… itu berarti kerja kelompok yang aku bentuk membuahkan hasil.
Kalian jadi lebih dekat satu sama lain kan?”
“Ne seongsaenim.” Jawab beberapa siswa.
“Berarti tinggal Jieun yang absen tanpa keterangan.”
Hyunwoo menoleh ke bangku Jieun yang kosong. Dia benar-benar tak tahu apa yang
sebenarnya terjadi pada Jieun.
“Baiklah, kalian selesaikan tugas penelitian kalian. Waktunya tinggal dua minggu lagi.
Sekarang akan ku lanjutkan pelajarannya.” Jelas Jo seongsaenim.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kelas dan masuk, mereka mengenalnya sebagai
pegawai sekolah, “Jo seongsaenim, kepala sekolah ingin bertemu denganmu. Sekolah baru saja
mendapat kabar dari siswa anda, Lee Jieun.”
Seisi kelas cukup terkejut, jika sudah sampai kepala sekolah, berarti itu masalah serius.
Entah apa yang terjadi, mereka benar-benar khawatir.
“Baiklah. Anak-anak, tunggu sebentar. Aku akan segera kembali.” Jo seongsaenim lalu
keluar mengikuti pegawai sekolah itu tadi. Siswa lain menjadi gugup menanti kabar dibuatnya.
“Apa yang terjadi dengan gadis aneh itu?” celetuk Baro.
“Bisakah kau berhenti memanggilnya gadis aneh?” tanya Luna.
“Siapa yang terakhir bersamanya kemarin?” tanya Sandeul.
“Kemarin dia bersama kami untuk meneliti. Sepertinya dia baik-baik saja.” Jawab
Jiyoung.
Kelas mulai gaduh dengan perbincangan mereka sendiri. Ada yang membicarakan Jieun,
sisanya membicarakan atau memikirkan dirinya sendiri.
Selang beberapa menit, Jo seongsaenim kembali. Seisi kelas kembali tenang. Mereka
penasaran dengan apa yang akan mereka dengar.
Ekspresi Jo seongsaenim tak enak dilihat, berarti ada sesuatu yang benar-benar seirus,
“Lee Jieun baru saja melakukan percobaan bunuh diri.” Kata Jo seongsaenim akhirnya.
Seisi kelas terguncang. Mereka benar-benar terkejut.
“Lalu apa yang terjadi dengannya sekarang seongsaenim?” tanya Luna tak sabar.
“Tetangganya berhasil mencegahnya dan membawanya ke rumah sakit.” Jawab Jo
seongsaenim.
“Tapi… kenapa dia melakukannya?” kali ini Jiyoung yang angkat bicara.
“Sekolah juga baru mendapat kabar bahwa pihak kepolisian, dua hari yang lalu
menemukan jasad Eomma Jieun di daerah Jonlado.”
Mereka semua makin terkejut dengan berita ini. mereka sama sekali tak menyangkan hal
seperti ini akan menimpa Jieun. Terutama Hyunwoo, ia menyesal karena tidak mengetahui hal
ini lebih awal.
“Aku tidak cukup mengenalnya.” Gumam Hyunwoo.
“Seongsaenim, kita harus mengunjunginya di rumah sakit.” Seletuk Gongchan.
“Geurae seongsaenim. Kita harus pergi.” Kata si kembar bersamaan.
Banyak suara menyetujuinya.
“Baiklah, kita harus datang hari ini juga.” Jawab Jo seongsaenim akhirnya.
Suzy POV Aku sedang berada di dalam bus. Kami sedang menuju ke rumah sakit tempat Jieun di
rawat.
Aku yang sedari tadi duduk, sekarang berdiri. Aku menghampiri Hyunwoo yang juga
berdiri. Dia terlihat aneh. Aku tebak dia mengetahui sesuatu yang lain dari Jieun.
“Hyunwoo, malhaebwa.” Kataku padanya, dia terkejut. “Kau mengetahui sesuatu tentang
Jieun.”
“A.. apa maksudmu?” tanyanya.
“Sudah cepat katakana saja!” perintahku.
“Em… baiklah.. malam itu… aku melihat Jieun menangis hebat.” Jawabnya, akhirnya dia
menyerah.
“Wae?”
“Itu setelah dia melihat Myungsoo mencium Jiyoung.” Jawabnya. Sudah kutebak.
“Apa saat itu dia menerima telepon atau sejenisnya?”
“Geurae, aku bahkan melihatnya menjatuhkan ponselnya. Entah dia menangis karena
Eommanya atau Myungsoo.”
“Dua-duanya. Dia menangis karena dua-duanya. Selama ini dia selalu seperti itu, merasa
paling menyedihkan dan menyesali hidupnya sendiri. Dan aku rasa malam itu adalah puncak
kesedihannya.” Jelasku pada Hyunwoo lalu kembali duduk di tempatku tadi. Hyunwoo tampak
berpikir dan sedkit menyesal setelah mendengar kata-kataku.
Tak kusangka Jieun bisa berpikiran untuk bunuh diri.
“Apa? Dengan cara apa dia bunuh diri?” tanyaku pada anak-anak yang sedang
berbincang heboh itu.
“Jo Seongsaenim bilang dia menyayat nadinya. Tapi tetangganya bilang juga menemukan
tali tergantung di dalam kamarnya.” Jelas Luna.
“Ya, sejak kapan kau peduli pada Jieun?” tanya Baro.
“Kalian hanya tak tahu. Mungkin hanya aku yang paling memahaminya.” Jawabku lalu
membuang muka.
Aku sibuk berpikir. Apa mungkin Jieun sudah mencoba beberapa kali untuk bunuh diri,
tapi selalu gagal hingga dia menyayat nadinya?
Jiyoung POV Kami sampai di tempat Jieun. Dia terbangun saat kami datang. Aku benar-benar iba
melihatnya. Dia terlihat sangat lemah. Wajahnya terlihat lebih kurus. Dokter bilang dia tidak
memakan apa-apa dua hari ini. kenapa dia harus semenyedihkan ini? kenapa dia begini?
“Jieun-ah gwenchana?” tanya Luna yang paling dulu menghampiri Jieun.
Jieun terlihat tak kuasa menjawabnya, entah karena terlalu lemah atau dia tak sanggup
melakukannya.
“Kami sudah tahu masalah yang menimpamu Jieun-ah. Kau harus kuat.” Kata Taemin.
“Geurae, kau harus kuat.” Ulang si kembar.
“Kami akan selalu mendukungmu.” Kata Gongchan.
“Kau bisa membagi bebanmu bersama kami.” Kataku sambil menggenggam tangannya.
Dia mulai berkaca-kaca.
“Itu benar Jieun-ah, jangan khawatir.” Tambah Jiyeon.
Kami semua terus memberinya kata-kata semangat. Tapi hanya Myungsoo yang diam.
Apa dia gila? Kenapa dia harus tetap sedingin itu di saat seperti ini? akhirnya aku mundur dan
menghampiri Myungsoo.
“Michyeoso? Ini bukan waktunya berwajah dingin seperti itu. Tidakkah kau simpati
padanya? Hei dia teman sekelas kita. Katakan sesuatu padanya!” bisikku pada Myungsoo.
Dia menatapku sekilas lalu menurutiku, dia maju dan mendekat pada Jieun, dia mulai
bicara, “Jangan pernah berpikiran kau tak penting lagi.” Mwo? Kenapa harus berkata seperti itu?
Dasar Myungsoo!
Suzy POV “Jangan pernah berpikiran kau tak penting lagi.” Kata Myungsoo. Sudah ku tebak, dia
mengerti sesuatu tentang Jieun selama ini. Dia bukan tipe orang yang benar-benar dingin seperti
ia perlihatkan selama ini, hampir seperti Baekhyun. Atau jangan-jangan dia malah mengerti jika
Jieun menyukainya selama ini. Tapi karena tak bisa membalas perasaan Jieun, dia memilih
berpura-pura tak tahu. Geurae, bukankah selama ini dia selalu berusaha membantu Jieun di
setiap pelajaran? Meski Jieun sama sekali tak menyadarinya. Mereka benar-benar rumit.
“Dengar Jieun-ah, kau lihatteman-temanmu begitu menyayangimu? Kau harus semangat
menghadapi hidupmu yang sekarang. Mulailah hidup yang baru, kami takkan segan
membantumu. Kau harus semangat untuk mengikuti kelulusan! Arachi?” jelas Jo seongsaenim.
Jieun menangis sekarang. Air matanya mengalir deras. Aku bisa mengerti perasaannya
yang rumit itu. Dia memikirkan Eommanya, Myungsoo dan teman-teman yang ternyata
memperhatikannya itu.
“Kamsa hamnida, kalian sudah menyemangati noona.” Seorang lelaki muda tiba-tiba
muncul.
Jiyeon POV “Kamsa hamnida, kalian sudah menyemangati noona.” Aku mendengar seseorang bicara,
dia muncul begitu saja dari belakang kami. Mwo? Apa Jieun punya adik?
“Kau siapa?” tanya Sandeul.
“Aku adikknya. Noona pasti tak pernah menceritakan aku. Dia memang tertutup.” Kata
lelaki itu sepertinya dia hanya beda dua tahun dari kami. “Perkenalkan, Lee Sungmin imnida.”
Ah, namanya Sungmin. Memang tak ada yang bisa mengenal Jieun dengan baik. Kami
semua tak mengetahuinya sama sekali. Pantas saja Jieun sangat terpukul dengan kepergian
Eommanya. Dengan begini dia yatim piatu, dan dia harus menghidupi adiknya juga. Dia benar-
benar mengibakan.
***
Eunji POV Aku menghampiri Kyungsoo yang sedang makan di kantin sekolah. Karena dia sendirian,
sepertinya ini saat yang tepat untukku bicara padanya. “Anyeong Kyungsoo-ah.” Kataku lalu
duduk di hadapannya.
Dia terkejut, itu sudah pasti. Aku hanya tersenyum. Aku berusaha memasangw ajah
sesantai mungkin. Meski aku sudah tahu masalahnya dengan Hyunseong. Dan meski aku
menyukainya, aku takkan bisa menerimanya hingga dia bicara sendiri padaku. Mungkin sikap
pengecutnya itu sedikit mengecewakan, tapi aku tetap menyukainya. Aku hanya akan bersikap
seakan aku tak menyukainya, namun aku tahu dia menyukaiku. Akan ku buat dia belajar dewasa.
“Kau terlihat begitu gugup bicara denganku?” tanyaku sambil tersenyum. “Kau
selesaikan saja makanmu.”
“Ani, aku tidak lapar lagi.” Jawabnya lalu menjauhkan makanannya. Aku sudah jamin
dia tidak akan bisa makan dengan tenang jika ada aku.
“Kau yakin kau akan tetap bersikap seperti ini?” tanyaku, aku masih memasang
senyumku agar terlihat santi, “Padaku?”
“Mworago?”
“Jung Eunji, gadis yang dapat menggetarkan hatiku.” Aku katakana hal yang ia tuliskan
di buku catatanku.
Ekspresinya berubah 180 derajat, dia terkejut sekaligus gugup. Aku rasa dia juga malu.
“Aku sudah membacanya. Berkali-kali.” Kataku, semakin membuatnya gugup.
Dia tertunduk, tiba-tiba badannya tak bergetar lagi. Apa dia sudah berubah? Secepat itu?
“Jadi kau sudah mengetahuinya?” tanyanya. Sikapnya lebih tenang.
Aku mengangguk, “Geurae, jelas sekali terpaku dalam otakku.”
“Sepertinya aku tak bisa bersembunyi lagi darimu.” Katanya. Apa ini? dia sudah sekuat
itu? Ani, aku tak boleh lemah.
“Dan ya, aku akan menganggap tak terjadi apa-apa selama aku tidak mengatakannya
langsung.” Kataku lalu beranjak pergi.
“Eunji-ah!” panggilnya. Lalu aku berbalik. “Saranghae.” Katanya. Itulah kata-kata yang
aku tunggu selama ini.
“Ara.” Jawabku santai lalu pergi dan membuatnya bingung setengah mati.
Soyou POV Hari ini aku sudah masuk ke sekolah. Sebenarnya aku masih shock, tapi aku hanya tak
ingin ketinggalan pelajaran yang harusnya aku dapatkan. Dan aku memutuskan hanya akan
duduk di bangkuku sepanjang hari.
“Kau yakin kau sudah siap menjalani hidupmu yang baru?” Seungho menghampiriku.
Entah kenapa sekarang aku menjadi sangat canggung dengannya. Tentu saja hanya dia
yang mengerti kehidupanku yang sebenarnya. Tapi untuk menganggapnya teman atau satu-
satunya sahabat dekatku, aku tak sanggup, rasanya dia terlalu baik untukku.
Aku mengangguk ragu.
Dia tersenyum, “Jangan khawatir, memulai sesuatu yang baru tak sesulit yang kau
bayangkan. Kau tenang saja, selama kau punya orang-orang di sekitarmu yang mau
mendukungmu apapun yang kau lakukan untuk berubah.” Jelasnya membuatku tenang. Baru kali
ini aku bisa sebegitu takluknya di hadapan lelaki.
“Go..Gomawo.” kataku akhirnya. Aku memang ingin mengatakannya, tapi aku merasa
tak pantas saja.
Dia tersenyum lagi, begitu manis, “Kau tak usah memikirkan itu. Teman lain juga akan
melakukan itu untuk temannya. Bukan begitu?”
Aku tersenyum, walau dipaksakan. Mungkin dia bisa merasakannya, tapi aku tak peduli.
“Soyou-ah, jangan pernah kembali ke tempat itu lagi. Ara?”
Aku mengangguk, menurutinya begitu saja. Rasanya aku akan melakukan apa saja yang
dikatakannya. Bahkan mungkin jika aku di suruh melompat ke dalam jurang juga aku mau.
Entah begaimana bisa aku seperti ini karenanya.
“Karena kau sudah sembuh, kau harus pergi jalan-jalan denganku!” kata Eunji saat
memasuki kelas. dia terlihat begitu senang.
Aku juga mengangguk padanya.
“Wah kau jadi manis begini? Siapa yang merubahmu?” tanyanya sambil tertawa.
Aku dan Seungho saling memandang dan menahan tawa.
Jongin POV “Jongin-ah, apa kau tahu kenapa Krystal jadi semurung itu?” tanya Luna sesaat setelah
Krystal keluar dari kelas.
Itu jelas karena aku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku memang tak punya
perasaan padanya. Akupun menggeleng pada Luna.
“Dia aneh sekali tak seperti biasanya sejak lima hari yang lalu itu. Apa ada sesuatu
tentang perjodohannya ya? Apa dia tidak suka dengan lelaki yang dijodohkan dengannya?”
gumam Luna.
Ani, tidak seperti itu. Itu semua salahku. Aku menolak perjodohan itu. Padahal aku tahu
Krystal menyukaiku. Aku malah lebih memilih Jiyoung yang menyukai Myungsoo itu. Aku
hanya tak ingin Krystal tak bahagia jika nanti bersamaku karena aku tak bisa sepenuhnya
memberikan hatiku padanya. Akan sangat egois sekali aku jika menerima perjodohan itu.
Tapi bukankah aku juga sangat bodoh menyukai Jiyoung seperti ini? bukankah sudah
jelas aku tak mungkin bisa bersamanya? Aku bodoh. Benar-benar bodoh. Sekarang otakku
dipenuhi dua gadis itu.
Suzy POV Baekhyun masih tinggal dirumahku. Tapi harus segera pergi karena Appa dan Eomma
akan pulang besok. Jadi setidaknya hari ini dia harus pergi. Dia tidur di kamar tamu. Jelas tak
mungkin tidru di kamarku. Jadi sebut saja kami serumah tiga hari ini.
Keceriaannya kembali, itu membuatnya menyebalkan, karena kali ini dia menyukaiku,
jadi sikapnya tak seperti biasanya. Dau pagi ini dia memasak untukku sarapan. Entah aku harus
bilang apa. Tapi dia harus cepat pergi, aku tak kuat hidup seperti itu. Hei, dia itu menumpang
sudah bagus aku tak memungut biaya apapun.
Tapi ternyata dia juga bukan tipe orang yang suka merepotkan orang lain. Dia sangat merasa
berhutang budi padaku. Berkali-kali dia memaksa untuk membayar sewa, tapi terus aku tolak.
Dan dia terlihat begitu merasa rendah di hadapanku. Yang membuatnya bertahan adalah
perasaannya padaku. Aku benar- benar takut jika saat dia mengutarakan perasaannya padaku.
Aku tak bisa menerima hal seperti itu. Karena hal seperti itu tak ada di kamusku.
“Jangan khawatir, aku akan pergi hari ini. aku sudah berkeliling dan mendapatkan sebuah tempat
sewa meski kecil.” Katanya saat menghampiriku di perpustakaan.
Ya, dia tak tahu saja aku yang membuatnya mendapatkan tempat itu. Aku menyuruh pesuruh
Appa mencarikannya. Dan sebentar lagi dia juga akan segera mendapat pekerjaan sambilan.
Entah kenapa aku membantunya sejauh ini? aku tidak terlihat bodoh kan?
“Mwo? Sehun bersama Hwayoung sekarang?” teriak Sandeul. Agak jauh di seberang ruangan.
Mereka sudah jadian rupanya. Sepertinya Sehun menurutiku. Lalu apanya yang aneh. Kenapa
mereka harus seheboh itu?
“Bukankah dia dekat dengan Hyoyoung? Kenapa jadi Hwayoung?” tanya Gongchan.
“Molla. Hyoyoung yang memberitahuku.” Jawab Jiyeon.
“Apa jangan-jangan dia ingin dapat keduanya?” tanya. Baro.
“Ani, tak mungkin begitu.” Jawab Naeun.
“Apa kau begitu mengenal Sehun?” tanya Gongchan.
“Apa kau tak bisa melihatnya? Dia bukan orang seperti itu.” Jawab Naeun.
“Sudah..sudah. nanti bisa-bisa kalian bertengkar lagi.” Kata Taemin, sedangkan yang lain
menertawakan Gongchan dan Naeun.
“Ya! Ini perpustakaan. Kenapa kalian seribut itu? Dari kelas mana kalian? Biar aku catat nama
kalian.” Penjaga perpustakaan menghampiri mereka membuat mereka terdiam dan sedikit takut
dengan ekspresinya yang mengerikan.
“Mianhae….” Jawab mereka bersama.
“Kalau aku dengar suara keras sekali lagi, kalian tidak akan pulang dengan selamat.” Kata
penjada perpustakaan lalu pergi. Sedangkan anak-anak tadi malah menahan tawa.
“Sudah ku bilang jangan rebut disini. Kalian malah membicarakan Si kembar dan Sehun.” Kata
Taemin.
“Tapi aku rasa akhir-akhir ini semakin banyak teman kelas kita terlibat hubungan percintaan.”
Celetuk Baro. “Benarkan?”
“Geurae, seperti yang itu. Kalian pikir mereka itu bagaimana?” Sandeul menunjukku dan
Baekhyun.
Baekhyun tersenyum, “Wae?”
“Kalian berdua jadian kan?” tanya Baro.
“Kalau iya apa ada masalah?” Baekhyun bertanya sambil melingkarkan lengannya di
pundakku.
Segera aku menghindari Baekhyun dan bicara, “Jangan bermimpi!”
“Sudahlah akui saja Suzy-ah. Itu sesuatu yang patut kita hargai, karena ini, predikat tidak
manusiawi Suzy akan terpecahkan.” Kata Sandeul dengan senangnya merasa mendapat bahan
olok-olok.
“Kenapa kalian memikirkan aku? Kenapa kalian tidak tanya saja pada Jiyeon tentang
hubungannya dengan Chanyeol sekarang? Sepertinya mereka sudah berciuman.” Kataku santai.
Aku sengaja mengalihkan perhatian.
Wajah Jiyeon melebur merah.
“Jincha Jiyeon-ah?” tanya Taemin.
“Kenapa jadi bicarakan aku?” tanya Jiyeon malu.
“Benar sudah berciuman?” tanya Baro.
“Wae? Kalian tak suka?” tiba-tiba Chanyeol menghampiri mereka lalu merangkul Jiyeon
begitu saja.
Jiyeon sekarang sudah seperti tomat.
“Wah.. ternyata perjuanganmu selama ini sampai juga.” Kata Taemin sambil menepuk
pundak Chanyeol. Jiyeon hanya tersenyum. Dia benar-benar kikuk.
“Kalau begitu traktir kami!!!” teriak Bari dan Sandeul.
“Ssstt.” Gongchan mengingatkan mereka. Membuat mereka menahan tawa sekali lagi.
Tak bisa membayangkan wajah penjaga perpustakaan marah sekali lagi pada mereka. Pasti
sangat konyol.
“Darimana kau tahu?” tanya Baekhyun kagum, sepertinya dia mulai memahamiku.
Memahami kemampuanku memahami orang lain. Atau mungkin dia tahu bahwa aku tahu dia
menyukaiku. Tapi aku tak peduli. Itu urusannya, bukankah dia yang menyukaiku?
“Sudah terlihat jelas.” Jawabku.
“Aku selalu penasaran bagaimana rasanya melihat dari sudut pandangmu itu.” Dia berdiri
lalu mengacak-acak rambutku dan pergi, “Aku ke kelas dulu.”
Myungsoo POV “Kalau begitu traktir kami!” aku bisa mendengar teriakan Sandeul dan Baro di depan
sana. Mereka sepertinya sangat senang.
Jiyoung menyentuh pipiku berkali-kali dengan telunjuknya. Memang aku diamkan dia seperti itu
sedari tadi. Mungkin sudah 10 menit dia duduk diam di sini menungguku meresponnya.
“Myungsoo-ah aku sudah lama menunggumu disini. Kau suruh aku kesini untuk apa?” kami
sedang berada di tempat favoritku di perpustakaan
Aku sudah menemukan jawabannya. Tadinya aku ingin bertanya padanya tentang perasaannya
padaku. Tapi sekarang aku sudah tahu, dengannya diam di sini dari tadi sudah menunjukkan
perasaannya padaku. Jika dia tak menyukai dia sudah pergi dari tadi.
“Bukalah matamu! Kau tidak tidur kan? Kau hanya mendengarkan musik?” Sekarang Jiyoung
menarik earphone di telingaku. “Kau mau biarkan aku seperti ini sampai kapan?”
Akhirnya aku membuka mataku dan tersenyum melihat wajahnya yang mulai bosan.
“Mwo? Ada perlu apa kau memanggilku kesini?” tanyanya.
“Sudah. Aku sudah selesai.” Jawabku.
“Mwo? Hanya seperti itu? Kau ingin aku menemanimu seperti ini?” tanyanya. “Kenapa tak bawa
saja aku pulang?”
“Kau yakin?” tanyaku menggodanya.
Dia langsung menggeleng. “Ani. Ani.”
“Aku hanya ingin tahu perasaanmu padaku.”
“Lalu?”
“Dan aku sudah mengetahuinya. Kau menyukai kan?”
“Kau sudah menciumku begitu saja. Membuatku gila begitu saja. Bagaimana aku bisa
menghindar? Bagaimana aku bisa menolak?” katanya akhirnya.
Aku tersenyum senang, caranya mengutarakan perasaannya juga sangat berbeda. Aku benar-
benar mencintai gadis ini. sekarang aku sudah memeluknya sambil berkata, “Gomawo.”
Jiyoung tersenyum begitu manis.
***
……2 YEARS LATER……
REUNI KELAS 3 2
Author POV “Naeun-ah! Anyeong!!” Eunji menghampiri Naeun dan langsung memeluknya.
“Bagaimana kabarmu Eunji-ah?” tanya Naeun.
“Aku sangat baik. Kau?”
“Bisa kau lihat. Aku baik-baik saja kan?” jawab Naeun.
“Eunji kau melupakanku?” tanya Gongchan yang muncul dari belakang Naeun.
“Tentu saja tidak.” Eunji juga memeluknya. “Ah, jangan marah Naeun-ah.”
Naeun tersenyum, “Tenang saja, Gongchan yang pencemburu.”
“Apa kalian masih sering bertengkar?” Tanya Taemin yang menghampiri mereka.
“Itu makanan sehari-hari.” Jawab Gongchan sambil merangkul Naeun. “Dengan begitu
kami semakin kuat.”
“Para hadirin di persilahkan menikmati hidangan yang sudah di persiapkan.” Baro bicara
di mike di atas panggung.
“Apa benar Baro dan Sandeul yang menjadi penggalang acara ini?” tanya Eunji.
“Geurae, mereka mempersiapkan ini sudah sangat lama.” jawab Taemin.
Semua yang datang sudah berkumpul di meja makan, setelah itu mereka berkumpul
membentuk lingkaran besar dengan kursi dan sofa yang mereka tata sendiri.
“Benarkah kalian yang menggelar acara ini?” tanya Soyou pada Baro dan Sandeul.
“Tentu saja kami. Kau kira siapa lagi?” tanya Sandeul.
“Aku kira kalian tak suka mengurusi hal macam ini.” jawab Soyou.
“Jadi, kau dengan Seungho? Itu benar?” tanya Baro.
“Kenapa jadi bicarakan aku?”
“Tapi benar kan?” tanya Sandeul lagi.
“Ini aku sudah buat daftarnya. Ternyata banyak juga yang jadian satu ini.” kata Baro lalu
memberikannya pada Sandeul.
“Jamkanmanyo.” Sandeul sedikit terkejut membacanya lalu mengambil mike.
“Ya! Kenapa harus pakai mike?” tanya Jiyeon.
“Diamlah kau!” kata Sandeul lalu mulai membaca catatan Baro, “Naeun dan Gongchan,
Soyou dengan Seungho, Jiyeon dengan Chanyeol, Sehun dengan Hwayoung, Kyungsoo dengan
Eunji dan Jiyoung dengan Myungsoo? Dan ini masih bertahan sampai sekarang? Kalian yakin?”
Semuanya tertawa.
“Kau melewatkan satu lagi.” Kata Krystal. “Aku dan Jongin. Kami sudah bertunangan.”
“Jinchayo?” tanya yang lain.
“Aku dengar kalian tidak jadi di jodohkan?” tanya Taemin.
“Kalau soal itu kalian harus tanya Jongin.” Kata Krystal sambil tersenyum melirik Jongin
di sebelahnya.
“Aku yang meminta orang tua kami untuk menjodohkan kami lagi.” Jawab Jongin
membuat yang lain tertawa.
“Ah, kau itu memang dasar! Makanya kalau buat keputusan itu dipikir-pikir dulu. Kau
kira Krystal itu tidak cantik?” celetuk Sandeul. Terdengar tawa lagi dari yang lain.
“Ah kalian ini jadian hanya dengan orang-orang 3 2 saja. Kalian payah!” celetuk Baro.
“Ani, aku sekarang dengan Noori dari kelas 3 1.” Kata Hyoyoung tak terima.
“Mwo? Kau dengan orang itu?” teriak Baro dan Sandeul.
“Jamkanmanyo, bagaimana dengan nasib Baekhyun dan Suzy?” tanya Taemin.
“Sampai sekarang dia sangat sulit didapatkan. Aku masih mengusahakannya. Bahkan aku
kuliah di universitasnya.” Jawab Baekhyun.
“Geuraeyo?” tanya yang lain.
“Mimpi saja terus.” Tambah Suzy.
“Kau yakin tidak mau menerimanya?” tanya Hyunseong.
Suzy menggeleng sambil tersenyum.
“Ya, itulah ganjaran yang didapat dari jatuh cinta pada gadis yang tidak manusiawi.”
Kata Sandeul.
“Aku lihat hanya Jieun yang tidak hadir.” Kata Jiyoung.
“Ah, biar aku yang jelaskan.” Hyunwoo berdiri. “dia sekarang hidup di sebuah gereja di
kota kecil. Dia menitipkan surat ini untuk kalian semua.”
“Surat?”
Hyunwoo mulai membacanya, “Mianhae aku tak bisa datang. Tapi aku sangat senang
saat menerima undangannya dari Hyunwoo. Kepercayaanku semakin tinggi tentang kalian yang
tidak akan melupakanku dan tidak memperhatikanku. Karena kalianlah aku bisa hidup dari awal
lagi dan hidup lebih baik. Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian. Jeongmal
gomawoyo. Pertahankan cinta ini. Lee Jieun.”
Jiyoung POV “Kalian mau pulang sekarang?” tanya Eunji pada Naeun dan Gongchan. Dia sedang
menggandeng Kyungsoo sekarang.
“Geurae. Wae?” tanya Gongchan.
“Kita pulang bersama. Kajja!” kata Kyungsoo. Mereka berempat tersenyum lalu menuju
pintu keluar bersama.
Di sisi lain aku melihat Sandeul, Baro, Taemin, Luna kali ini bertambah Sulli berbincang
seru tentang kehidupan mereka di universitas sekarang.
“Mwo? Kali ini Eommamu ingin bertemu denganku lagi?” tanya Chanyeol pada Jiyeon.
Dan dijawab oleh anggukan Jiyeon.
“Aku kira hanya Eommaku yang begitu menyukaimu.”
“Ani, Eomma mungkin akan mengujimu pekerjaan rumah tangga kali ini.” jawab Jiyeon
lalu tertawa.
“Senang melihat kalian bersama.” Kata Krystal pada Seungho dan Soyou.
“Aku juga senang melihatmu akhirnya mendapat yang kau inginkan.” Kata Seungho.
“Jaga dia biak-baik.” Kata Jongin pada Seungho.
“Kau juga jaga dia baik-baik.” Balas Seungho.
“Apa kalian akan segera menikah?” tanya Soyou penasaran.
“Ani, kami akan menyelesaikan kuliah kami. Dan mungkin Jongin juga harus bekerja
dulu.” Jawab Krystal.
“Soyou-ah wae? Kau ingin aku segera menikahimu?” tanya Seungho.
“A..ani. siapa bilang? Apa kau sudah mapan?” tanya Soyou.
“Apa perusahan otomotif milik Seungho sekarang kurang bagimu?” tanya Jongin.
“Mwo? Kau sudah mendapatkannya?” tanya Soyou.
“Wae? Kau sangat senang? Dasar materialistis!” kata Seungho.
“Aku hanya tak siap menjadi nyonya presdir.” Jawab Soyou.
“Kau kira aku akan menikahimu?” tanya Seungho lagi.
“Coba saja kalau berani!” Soyou menampakkan tatapan mematikannya. Membuat yang
lain tertawa.
“Kami pulang dulu.” Kata Si kembar pada Baro dan yang lain.
“Ya! Sehun-ah, apa kau akan mengantar keduanya?” tanya Baro.
“Wae? Iri?” tanya Sehun dengan penuh percaya diri.
“Bisakah berikan padaku satu saja?” tanya Sandeul. “Motorku bisa dipakai untuk
membonceng seseorang.”
“Kau kira kami sudih pulang denganmu?” tanya si kembar bersamaan. Yang lain tertawa
mendengarnya.
“Sudahlah nona-nona kita pulang sekarang.” Kata Sehun menggandeng keduanya.
“Ah Sehun-ah! Kau jadi sombong sekarang. Kau lebih baik tetap seperti dulu! Teriak
Baro.
“Seperti dulu yang bisa kalian manfaatkan?” tanya Taemin.
“Geurae, dulu Sehun selalu memberi uang jajan pada mereka berdua.” Tambah Sulli.
“Bahkan aku memergoki mereka membulinya.” Tambah Luna lagi.
“Teruskan..” kata Baro.
“Teruskan saja.. bawa kami ke kantor polisi sekalian.” Tambah Sandeul.
“Kau yakin kau tak mau kita jadian disini? Di depan yang lain?” tanya Baekhyun pada
Suzy. Sekarang perhatianku teralih pada mereka.
“Mwo? Jangan bicarakan itu lagi! Aku muak. Benar-benar muak.” Jawab Suzy.
“Apa benar kau tidak terpengaruh dengan ketampananku ini?” tanya Baekhyun sambil
berpose sok keren.
“Ya, kau memang tampan. Sangat tampan. Tapi tunggu saja sampai dunia ini kiamat dan
tidak ada lagi orang di dunia ini.” jawab Suzy dengan malas.
“Aish.. gadis ini benar-benar menggemaskan.” Baekhyun berniat memeluk Suzy, namun
karena sepertinya Suzy sudah terbiasa, dengan cepat dia berlari ke belakang Hyunseong.
“Selamatkan aku! Selamatkan aku!” katanya sambil berlindung di belakang Hyunseong.
Sedangkan Baekhyun masih mengejarnya dari depan Hyunseong.
“Kau tenang saja Baekhyun-ah. Dia sudah goyah akanmu. Dalam waktu dekat ini dia
pasti menerimamu.” Kata Hyunseong.
“Jinchayo?” tanya Baekhyun.
“Ya! Hyunseong-ah! Apa kau juga punya kemampuan itu?” teriak Suzy.
“Kenapa kalian masih seperti anak kecil begitu?” teriak Baro.
“Dasar gadis tidak manusiawi!” Sandeul menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis
pikir.
“Kita pulang sekarang?” seseorang mengusap kepalaku. Aku kenal benar tangannya.
“Kau memperhatikan mereka sampai seperti itu. Kau sangat merindukan masa-masa itu ya?”
Aku mendongak dan mendapati Myungsoo menatapku, “Kau benar, mungkin aku
memang sangat merindukan masa-masa itu.”
Dia merangkulku dan membangkitkanku dari dudukku. “Kalau begitu jangan pernah
lupakan mereka. Terutama jangan lupakan aku.” Kata Myungsoo lalu tersenyum manis.
Senyuman itu, walaupun sudah berkali-kali, aku tetap leleh dibuatnya.
“Kalau kau sudah terpatri dalam di hatiku dan otakku.” Jawabku sambil tertawa.
“Kenapa tertawa? Kau tak serius?” tanyanya.
“Serius.”
“Ani.”
“Serius.”
“Ani.”
“Memang serius.”
“Baiklah. Aku mencintaimu.”
“Apa hubungannya?”
“Hubungkan saja.”
Kami berjalan pulang.
Nan neoreul saranghae… neoege kamsahae… neo ppuniya seojunghae… that is friends…
(Secret ~ Friends)
THE END
Love For The Arrogant Flower Boy (part 1)
Cast:
Byun Baekhyun
Lee Jieun (IU)
Song Joongki
Jung Ilwoo
Cameo:
Choi Sooyoung
Sekelompok pelayan rumah tangga tengah sibuk menyiapkan meja makan
untuk sarapan majikannya pagi ini. Mereka berseragam hitam putih seperti
yang terlihat di drama. Bukan meniru, mereka memang diwajibkan serapi itu
oleh majikan mereka.
Rumah megah serba mewah ini adalah milik keluarga pengusaha hotel nomor
satu di Korea Selatan. Perusahaan mereka disebut Daesun Group. Mereka
terkenal di pelosok negeri, terutama tiga anak mereka yang terkenal melebihi
aktor kawakan.
Joongki, putra tertua mereka, satu-satunya yang mempunyai watak ayah
mereka, dapat diprediksi dialah yang paling pantas menjadi pewaris.
Ketampanan dan keramahannya adalah ciri khasnya.
Ilwoo, putra kedua mereka. Dia yang paling tidak tertarik dengan bisnis
ayahnya. Ketampanan dan keplayboyannya adalah ciri khasnya.
Baekhyun, putra bungsu mereka. Dia selalu ingin mengalahkan Joongki untuk
menjadi pewaris, namun dia tak sebaik Joongki, maka dari itu banyak yang
mengira mereka berdua tidak akur, namun kenyataannya adalah sebaliknya.
Ketampanan dan kesombongannya adalah ciri khasnya.
Mereka bertiga turun dari tangga dengan penampilan yang sudah rapi. Mereka
bersiap untuk sarapan. Joongki akan segera berangkat ke kantor, dia adalah
direktur disana. Sedangkan Ilwoo hampir tiap harinya pergi ke studio musik
pribadinya dengan teman-temannya untuk memproduksi lagu-lagu buatannya
sendiri. Dan Baekhyun masih harus pergi ke universitas barunya, dia baru saja
dipindah dari Amerika. Mereka sedang tidak sarapan bersama orang tua
mereka, karena mereka masih berada di Macau sejak dua hari yang lalu.
''Semangat untuk universitas barumu!'' kata Joongki menyemangati Baekhyun.
Baekhyun hanya tersenyum tipis. Dia tak begitu antusias dengan universitas
barunya. Jujur dia lebih suka universitasnya yang lama. Sebenarnya dia tak
tahan harus seuniversitas dengan rakyat biasa di universitas barunya.
''Jangan terlalu dikhawatirkan. Kau akan rasakan sensasinya nanti. Disana,
bukankah kau sangat populer?'' celetuk Ilwoo dengan santai sambil memakan
roti selainya.
''Entahlah..'' jawab Baekhyun.
***
Di tempat lain, sangat berbanding terbalik dengan kehidupan yang barusan.
Seorang gadis sedang menggeliat di ranjangnya yang sangat berantakan.
Banyak barang-barang yang tak seharusnya berada di sana. Kamarnya cukup
sempit dengan barang yang berjubel, membuat kamar itu terlihat tak layak
huni.
Kaki gadis itu menendang jatuh beberapa buku dan suaranya membuatnya
terbangun. Dia mengambil ponsel di bawah bantalnya untuk melihat jam. Tak
ada jam beker disana. Sebenarnya alarm ponselnya sudah berbunyi, namun dia
tertidur lagi.
Sedetik kemudian gadis itu bangkit dan menuju ke kamar mandi, dia sadar dia
sudah kesiangan untuk berangkat ke universitasnya.
Begitulah kehidupan sehari-hari gadis itu, Lee Jieun namanya. Bukan berasal
dari keluarga tidak mampu, namun hanya keluarga sederhana. Rumah
keluarganya tidak mewah dan besar, sangat cukup untuk ditinggalinya dan
ayahnya.
Jieun mengayuh sepedanya secepat mungkin ke universitasnya. Hampir semua
orang selalu menertawakannya jika sudah melihatnya melakukan hal itu.
Gayanya memang sangat tak memenuhi syarat untuk menjadi gadis populer.
Rambutnya yang mengombak selalu digelung dan diikat sembarangan keatas.
Kacamatanya cukup tebal dengan frame yang juga tebal. Untuk masalah
pakaian dia juga sembarangan.
Setelah memarkir sepedanya, Jieun ingin menuju toilet terlebih dahulu sebelum
ke kelas. Saat itu juga Jieun tertabrak seorang gadis yang tengah berlarian
dengan teman-temannya yang lain. Gadis itu lalu pergi tanpa meminta maaf.
Jieun bisa mendengar gadis-gadis itu bicara, ''Si Bungsu Daesun pindah ke
universitas ini.''
Jieun tak menghiraukannya sama sekali dan tetap menuju toilet.
Sedangkan Baekhyun yang sedari tadi bersembunyi di belakang pohon untuk
menghindari fans-fans barunya, bingung melihat Jieun yang sama sekali tak
menggubris berita tentangnya itu. ''Kenapa gadis itu? Apa dia punya kelainan?''
Baekhyun melihat Jieun berjalan santai ke arah sebaliknya dengan para gadis
tadi.
Memang hanya Jieun yang seperti itu, semua gadis di universitas ini memang
sangat antusias akan kedatangan Baekhyun.
Sesampainya di kelas, Jieun segera masuk sambil menyeka keringatnya yang
mengalir deras, untung saja profesor yang mengajar juga baru datang. Anehnya
dia tak sendirian, dia bersama dengan seorang lelaki.
Lelaki itu memperkenalkan diri, dia Baekhyun, dan lagi-lagi Jieun tak
menggubrisnya. Baekhyun heran karena Jieun hanya sibuk menyeka
keringatnya yang deras itu.
''Darimana datangnya keringat itu? Apa yang dia lakukan?'' batin Baekhyun.
***
Di perpustakaan, tempat Jieun sering menghabiskan waktunya, bukan untuk
membaca, dia membuat lagu, itulah hobinya.
''Geurae, namanya Baekhyun, si bungsu dari grup Daesun itu.'' kata seorang
gadis pada dua temannya.
''Baekhyun? Nama yang bagus. Apa kau sempat melihatnya tadi?'' tanya gadis
yang lain.
''ani.''
''ah, bukankah dia sekelas dengan bebek jelek Jieun?'' gadis yang satu lagi
menunjuk Jieun yang duduk di seberang mereka. Mereka langsung
menghampiri Jieun dengan antusias.
Di balik rak buku di belakang Jieun, Baekhyun bersembunyi dari fans-fansnya
lagi sambil membaca buku. Dia mendengar semua percakapan itu dan baru
menyadari betapa benarnya kakaknya tadi, Baekhyun sangatlah terkenal.
Apalagi di kalangan para gadis, dan tidak sedikit dari mereka merupakan gadis
cantik dengan latar belakang sempurna.
''Ya, Jieun-ah, bagaimana menurutmu Baekhyun?'' tanya salah satu gadis pada
Jieun yang langsung menutup foldernya yang berisi banyak catatan lagu.
''Ne?'' Jieun merespon dengan wajah tanpa rasa bersalahnya, ''Baekhyun? Apa
kalian sedang membicarakan makanan? Kedengarannya enak. Dimana aku bisa
mendapatkannya?''
''Mwo?'' gadis-gadis itu seperti tak terkejut. Mereka malah merasa menyesal
telah bertanya pada Jieun.
''Geurae, kita membuat kesalahan, seharusnya kita tak tanyakan hal semacam
ini padanya.'' gadis-gadis itu lalu pergi.
Jieun menggaruk kepalanya. Dia benar-benar tak tahu apa yang mereka
bicarakan. Dan entah mengapa kata Baekhyun terdengar seperti makanan
untuknya. Mungkin karena dia tak sarapan dan merasa lapar.
Dengan pasrah Jieun memegangi perutnya. Setelah membenahi kacamatanya
dan merapikan barangnya, dia menuju kantin universitas.
Baekhyun keluar dari balik rak, ''Aku rasa tebakan Ilwoo hyung meleset.''
Baekhyun merasa marah, bagaimana bisa ada seorang gadis yang tak tertarik
dan bahkan tahu tahu dirinya.
***
Jieun merasa risih, biasanya saat jam kuliah habis, hanya dia orang yang tinggal
di kelas, dan dia bisa melanjutkan lagu-lagunya. Tapi kali ini ada beberapa
gadis dan seorang lelaki di kelas itu.
Si lelaki yang sebenarnya adalah Baekhyun, sedang mengulang kembali
pelajaran manajemen bisnisnya. Untuk mencapai ambisinya agar dia bisa
menjadi direktur yang baik di perusahaan ayahnya. Sedangkan gadis-gadis yang
lain sibuk mengamati Baekhyun dan bahkan memotretnya secara diam-diam.
Jieun merasa agak kesal meligat orang-orang ini. Dia bertanya-tanya kenapa
orang-orang ini jadi sebegitu semangatnya mengulang pelajaran mereka.
''B..Bakekhyun-ssi, apa kau belum berniat pulang?'' tanya salah satu gadis
dengan memberanikan diri.
Baekhyun menggeleng lalu tersenyum tipis. Dia benar-benar tak suka karena
fansnya sudah mulai berani sok akrab dengannya.
Jieun langsung merasakan betapa sombongnya orang itu. Namun entah
mengapa gadis-gadis tadi tetap mengaguminya dan malah membicarakan
senyum tipisnya yang tidak tulus itu.
Akhirnya, Jieun menyerah, dia tahu dia takkan bisa meneruskan ini. Dia
berjalan pergi. Saat itu juga Baekhyun dibuat heran lagi.
***
''Baekhyun-ssi!'' panggil seorang gadis yang sepeetinya lebih tua dari Baekhyun.
Sepertinya dua senior Baekhyun.
''Ne?'' Baekhyun tersenyum malas. Dia menduga orang ini hanya salah satu
fansnya yang juga mulai berani sok akrab dengannya.
Gadis itu memperkenalkan diri sebagai ketua organisasi yang menurut
Baekhyun bodoh dan sama sekali tidak penting, ''Lee Sooyoung imnida.'' gadis
itu mengulurkan tangannya. Namun Baekhyun sama sekali tak
menghiraukannya, hingga gadis itu dengan kikuk harus menarik kembali
tangannya.
''Ada perlu apa?'' tanya Baekhyun.
''Kami ada acara sabtu depan. Kami harap kau bisa bergabung dengan
organisasi kami. Atau hanya sekedar mengisi acara. Ku dengar kau baik dalam
bernyanyi. Pasti semua anggota menyukainya.''
Baekhyun tersenyum kecut. Dia tahu gadis ini ingin memanfaatkannya agar
organisasinya populer dengan adanya si bungsu grup Daesun. Baekhyun tahu
itu, semalam dia juga baru ditelepon seorang ketua dari organisasi tak penting
lainnya.
Baru Baekhyun mau menolak, gadis itu mendahuluinya, ''Kami sangat berharap
kau tidak menolak. Kau hanya datangpun kami sudah merasa sangat
tersanjung.'' gadis itu mengulurkan sebuah undangan lalu pergi.
Baekhyun lalu membuang undangan itu begitu saja dan pulang. Hal semacam
itu benar-benar membuatnya muak.
***
Jieun dengan penuh harapan memasukkan sebuah amplop ke sela-sela pintu
sebuah gedung studio musik. Disana tertulis 'Il Music'' inilah yang hampir setiap
bulan selama setengah tahun ini, Jieun lakukan setelah ia selesai membuat
sebuah lagu dan merekam suaranya. Dia berharap ada yang bisa mengerti
musiknya.
Alasan Jieun memilih studio ini adalah, Jieun menyukai semua lagu-lagu yang
diproduksi disini. Meski belum begitu terkenal, tapi Jieun benar-benar
menyukai studio ini.
Setelah Jieun selesai, dia berbalik berniat pulang. Tiba-tiba dia tertabrak
seseorang hingga tersungkur ke tanah. Orang yang menbraknya itu tak
membantunya berdiri namun malah melihaatnya dengan pandangan
merendahkan.
Lalu lelaki itu, Baekhyun menyadari siapa gadis itu. Gadis super aneh yang ia
tahu, ''Kau? Apa yang kau lakukan di studio hyungku?''
TO BE CONTINUED
Love For The Arrogant Flower Boy (part 2)
Cast:
Byun Baekhyun
Lee Jieun
Jung Ilwoo
Song Joongki
Lalu lelaki itu, Baekhyun menyadari siapa gadis itu. Gadis super aneh yang ia tahu, ''Kau? Apa
yang kau lakukan di studio hyungku?'
Jieun memandangnya dengan datar namun penuh dengan tanya. ''K..kau siapa?''
Baekhyun tertawa kecut, ''Kau pasti bercanda. Kita satu universitas, bahkan satu kelas.''
''A... Jelas saja aku merasa pernah melihatmu.'' jawab Jieun.
Tak lama kemudian Ilwoo dan Joongki keluar dari studio itu dan terkejut melihat Baekhyun,
begitu juga sebaliknya.
''Joongki hyung? Bagaimana bisa disini?'' tanya Baekhyun.
''Seharusnya aku yang tanya, kenapa kau kesini?'' tanya Ilwoo pada Baekhyun.
''Geurae, aku memang sering kesini. Sedangkan kau, ini kejadian langka.'' tambah Joongki.
Ilwoo lalu melihat Jieun. Dia heran lalu tersenyum, ''Baekhyun-ah, apa kau kesini bersamanya?''
Baekhyun tak habis pikir dengan pemikiran Ilwoo, ''Tentu saja tidak. Kau tahu jawabannya.''
Jieun dengan cepat membungkuk 90 derajat setelah menyadari Ilwoo adalah pemilik studio itu.
''Anyeong haseyo! Lee Jieun imnida''
''Lee Jieun? Apa kau...?'' Ilwoo seperti mengenalinya. Lalu ia melihat Jieun mengangguk
membuatnya yakin.
Baekhyun heran melihatnya, ''Kalian saling kenal?''
Ilwoo tersenyum, ''Dia sering mengirim demo lagunya kesini. Kau juga mengenalnya?''
''Dia sekelas denganku di universitas.'' jawab Baekhyun malas mengakuinya.
''Baiklah, aku harus segera kembali ke kantor. Jam makan siangku habis.'' kata Joongki. Lalu ia
bicara pada Jieun, ''Harimu pasti akan sangat melelahkan. Maafkan adikku ini.''
Jieun hanya tersenyum dengan heran, tak mengerti apa maksudnya.
Baekhyun melotot ke arah Joongki yang menghilang. Sedangkan Ilwoo tertawa melihatnya.
''Sudahlah Baekhyun, cepat masuk, kau perlu dengar suaranya.'' Ilwoo malah menarik Jieun yang
kebingungan ke dalam studionya. ''Kau membawa lagu barumu kan?''
''Ne.'' Jieun mengangguk.
Baekhyun agak kaget dengan perlakukan Ilwoo pada gadis jelek itu. Bukankah kakaknya itu
hanya dekat-dekat dengan gadis cantik?
''Sudah lama aku ingin mendengarmu secara langsung.'' kata Ilwoo.
''Benarkah?'' tanya Jieun salah tingkah.
''Geurae, sekarang menyanyilah untuk kami.'' Ilwoo menyodorkan gitar pada Jieun. ''Kau
mainkan sendiri instrumennya kan?'' Jieun mengangguk.
Baekhyun hanya mengamati mereka berdua dari pojok ruangan.
''Haruskah sekarang?'' tanya Jieun tidak yakin.
''Ayolah..'' Ilwoo tersenyum.
Jieun pun mulai menyakikan lagunya.
Awalnya Baekhyun tidak begitu memperhatikan, tapi ada sesuatu dalam nyanyiannya yang
membuatnya tersihir. Suaranya sangat merdu dan halus. Harus Baekhyun akui dia pembuat lagu
yang baik. Lagunya begitu indah.
Lagu itu berjudul Ugly Duckling (bebek jelek) yang menyampaikan tentang tekad dan mimpinya
untuk menjadi sukses di kedepannya dengan lagunya meski banyak orang yang mencibirnya dan
tak sedikit yang mengatakan bahwa dia jelek.
Sampai akhir lagu, Baekhyun rasanya masih sulit untuk sadar.
''Kau mengagumkan.'' puji Ilwoo.
''Jeongmal kamsahamnida.'' jawab Jieun tersanjung.
***
''Kau sudah sering mendengarnya bernyanyi ke studiomu?'' tanya Baekhyun setelah mereka
sampai di rumah malam ini.
''Aku baru bertemu dengannya tadi. Sudah lama aku ingin mencarinya, tapi aku terlalu sibuk.''
jawab Ilwoo.
''Baru bertemu? Kenapa kau terlihat sudah mengenalnya begitu lama?''
''Itu karena lagunya. Aku sudah sangat sering mendengar lagunya. Rasanya aku sudah sangat
mengenalnya. Itu saja.''
Baekhyun tertawa tipis, ''Sangat tidak masuk akal.''
Ilwoo juga tersenyum, ''Kau punya nomor ponselnya? Aku lupa memintanya tadi.''
''Jelas aku tak punya. Dia itu gadis aneh. Hyung tahu apa yang ia katakan saat bertemu denganku
tadi? Dia bilang dia seperti pernah melihatku.''
Ilwoo tertawa, ''Aku tak menyangka dia punya kepribadian yang seperti itu. Terlihat sangat di
luar jalur. Bukankah harusnya gadis di seluruh negeri ini mengenalmu?''
''Itulah mengapa aku bilang dia aneh.''
''Kalau begitu mintakan saja nomor ponselnya.''
''Mwo? Cari saja sendiri.''
''Ayolah, ini penting. Bukankah kalian sekelas?''
''Jangan bilang kau ingin mendebutkannya sebagai penyanyi hyung.''
''Kenapa tidak? Kita hanya perlu menunggu beberapa lagu buatannya lagi untuk membuat
album.''
''Kau tahu kenyataannya seorang penyanyi setidaknya harus berpenampilan layak? Dia bahkan
tidak cantik hyung. Kau gila?''
Ilwoo tersenyum, ''Kau memang yang paling tidak mengerti soal wanita. Tak bisakah kau lihat
kecantikan Jieun dibalik penampilannya yang agak di luar kebiasaan itu?''
''Sepertinya matamu mulai tua hyung.'' Baekhyun lalu masuk ke kamarnya. Terlalu malas
meneruskan pembicaraannya dengan Ilwoo.
''Kau hanya belum melihatnya Baekhyun-ah.'' gumam Ilwoo.
***
Baekhyun berjalan ke balik pilar menghindari orang-orang organisasi yang ingin merekrut dan
menjadikannya bintang tamu itu. Setelah merasa agak aman, Baekhyun memutuskan pergi ke
halaman belakang universitas.
''Aku tahu aku setampan itu, tapi aku sangat tak suka melihat keagresifan mereka.'' gumam
Baekhyun sambil berjalan ke bawah pohon yang cukup rindang itu.
Saat itu juga dia mendengar petikan gitar dan suara pemainnya menyanyikan potongan-potongan
lagu. Baekhyun ingat betul siapa orang itu, yang terdengar sedang mengarang lagu barunya.
Baekhyun melihatnya dan menghampirinya, entah mengapa ia ingin mendengar lagu itu lebih
jauh.
Gadis itu, Jieun, sebenarnya sudah tahu ada seseorang menghampirinya, namun ia memilih untuk
fokus terhadap lagunya.
Merasa tak dihiraukan untuk kesekian kalinya, Baekhyun angkat bicara, ''Sudah terlihat jelas.
Jangan pura-pura tak melihatku. Kau jual mahal sekali?''
Akhirnya Jieun mendongak menatap Baekhyun, ''Kalau begitu kau nilai ini saja.'' Jieun malah
menyanyikan lagu itu penuh.
Baekhyun terdiam mendengar lagu baru itu. Kali ini lagu itu benar-benar lagu sedih yang
menceritakan sebuah perpisahan sepasang kekasih. Benar-benar menyesakkan mendengarnya.
Baekhyun terus mengamati Jieun, suaranya, caranya bernyanyi, hingga menatap lekat-lekat
wajahnya.
Setelah selesai, Jieun angkat bicara, ''Jadi, bagaimana laguku?''
Baekhyun sulit berkata-kata, jujur saja dia hampir menangis jika dia tak kuat menahannya. ''Itu
menyedihkan.''
Jieun tersenyum simpul, ''Berarti ini harus kukirimkan ke hyung mu.''
''Mwo?'' Baekhyun mencibir, ''Kau percaya diri sekali?''
''Bukankah kau sudah mengatakannya?'' tanya Jieun, ''itu bagus.''
''Darimana kau tahu? Aku sama sekali tak berkata bagus.''
“Menyedihkan, itu maksudku saat membuat lagu ini. Berarti ini bagus.” Jawab Jieun lalu berdiri
bermaksud pergi.
Kali ini Baekhyun tak diam saja, entah mengapa dia dengan cepat meraih lengan Jieun,
menahannya pergi.
“Wae?” Tanya Jieun. “Kau ada perlu apa?”
Baekhyun sulit menjawab. Dia sendiri juga tak tahu kenapa melakukan itu, “Jika ada yang
menanyaimu, jangan bilang aku disini.” Kata Baekhyun akhirnya. Lalu dia cepat-cepat melepas
genggamannya.
Jieun mengangguk lalu pergi.
“Anak ini kenapa? Ada yang salah dengannya?” gumam Baekhyun tak habis pikir. “Dia
mengabaikanku?”
***
Jieun tersenyum senang, dia melihat dirinya di cermin dalam kamarnya. Dia melihat dirinya
sendiri. “Aku tak percaya gadis sepertiku bisa melakukannya.” Dia tersenyum senang.
Kenyataannya, Ilwoo, kakak Baekhyun dengan senang hati menerima lagunya tadi, dan bahkan
memberitahunya akan membantunya debut. Itu besok. Jieun akan dibawa ke perusahaan rekaman
terkenal oleh Ilwoo.
“Kenapa harus takut? Aku sudah sampai sejauh ini, tak ada yang tak mungkin sekarang.”
Gumamnya saat rasa tak percaya dirinya muncul.
Sekarang Jieun malah ingat perkataan Ilwoo tadi, “Tinggal satu hal yang harus aku lakukan
padamu. Sebelum kita pergi, kau datang saja ke rumahku terlebih dulu.”
“Apa maksudnya?” gumam Jieun tak mengerti. Jieun melihat alamat rumah Ilwoo di kertas yang
dipegangnya sekarang.
“Jieun-ah! Kita makan malam sekarang!” teriak Ayah Jieun tiba-tiba.
“Ne!” jawab jieun lalu keluar dari kamarnya.
***
Jieun sampai di sebuah rumah, ya itu rumah dengan alamat yang tertulis di kertas yang dibawa
Jieun. Tapi, itu tak terlihat seperti rumah… itu malah terlihat seperti istana. Bangunan itu terlalu
megah jika hanya disebut rumah.
Jieun disambut ramah oelah para pelayan disana. Bahkan mereka sudah tahu nama Jieun.
Mungkin Ilwoo sudah memberitahu mereka.
“Anyeong haseyo Lee Jieun-ssi!” Joongki turun dari lantai dua dan menyapa Jieun di ruang
tamu.
“Anyeong haseyo!” Jieun berdiri lalu membungkukkan badan. Dia tak tahu orang itu. Dia hanya
melihatnya sekali di studio waktu itu. Sepertinya Ilwoo juga sudah menceritakannya pada
kakaknya itu.
“Ini langkah awalmu. Semoga kau berhasil.” Kata Joongki ramah.
“Ne, kamsa hamnida…” Jieun tak tahu harus memanggilnya apa.
“Oppa, panggil saja aku Joongki oppa.” Joongki menjawab.
“Ah ne, kamsa hamnida Joongki oppa.” Jieun tersenyum. Dia tersentuh oleh keramahan Joongki.
Dia berbeda dari dua saudaranya, keramahannya begitu tulus dan membuat orang disekitarnya
merasa nyaman dan tidak sungkan.
“Anggap saja rumahmu sendiri.” Kata Joongki.
“Ne?” Tanya Jieun heran.
Joongki tersenyum melihat respon Jieun, “Aku yakin setelah ini kau akan sering kesini.”
“A..ah.. ne.” Jieun bingung harus menjawab apa.
“Jieun-ah! Kau sudah datang?” Ilwoo juga baru turun dari lantai dua.
“Anyeong haseyo Ilwoo-ssi.” Jieun juga membungkukkan badannya.
“Ah.. sudah ku bilang panggil saja oppa. Kita harus akrab lebih cepat. Anggap saja aku menjadi
manajermu mulai sekarang.” Jelas Ilwoo santai lalu duduk di sofa di hadapan Jieun. “Ah, hyung,
kau mau berangkat kerja?” Tanya Ilwoo pada Joongki.
“Ani, hari ini hari cutiku.” Jawab Joongki. “Aku rasa aku hanya akan menghabiskan hari di
rumah. Kau tahu aku jarang berada disini.” Jawabnya lalu pergi kea rah belakang rumah itu.
“Jadi, Jieun-ah… kau siap melakukan ini?” Tanya Ilwoo.
Jieun mengangguk dengan mantap, “Meski aku masih sangat butuh panduan, aku siap.”
Ilwoo tersenyum mendengarnya, “Baiklah, ini saatnya aku melakukan langkah awal.” Tiba-tiba
datang seorang pelayan dengan seseorang dengan gayanya yang nyentrik setelah Ilwoo menepuk
tangannya.
Jieun dibawa ke lantai tiga oleh beberapa pelayan, tapi saat di lantai dua, dia bertemu seseorang
yang sebenarnya tak perlu ditemui, Baekhyun.
“Kau? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Baekhyun, sepertinya dia satu-satunya orang yang
tak tahu.
“Untuk apa pastinya aku juga tak tahu.” Jawab Jieun lalu berlalu dengan para pelayan itu.
Baekhyun turun ke lantai satu dan menemui kakaknya, “Hyung, tolong jelaskan, apa yang
dilakukan bebek itu disini?” Tanya Baekhyun.
“Mwo? Bebek?” Ilwoo tertawa.
“Itu julukannya di universitas, masih bagus aku tak memakai kata jeleknya.”
“Oh..” Ilwoo tersenyum sambil memikirkannya.
“Jadi, untuk apa di sini?” Tanya Baekhyun lagi.
“Kau akan tahu nanti. Aku melakukannya sebelum membawanya di perusahaan rekaman. Aku
yakin dia akan melejit.”
“Kau percaya diri sekali hyung.” Gumam Baekhyun.
“Ya, aku dengar itu. Bukankah kau juga sudah mendengarnya menyanyi?”
Baekhyun tersenyum kecut.
“Jadi, dia akan kau bawa setelah ini?” Joongki datang dengan Koran di tangannya.
“Ah, geurae.. aku rasa hyung tahu pemikiranku kan?” Ilwoo tersenyum, “Cuma Baekhyun yang
takkan mengerti soal seperti ini.”
“Geurae, pasti sebentar lagi dia terkejut bukan main.” Kata Joongki tertawa lalu duduk di sebelah
Ilwoo. “Jangan salahkah dia jika sebentar lagi dia jatuh cinta.”
“Apa yang sebenarnya sedang kalian bicarakan?” Tanya Baekhyun tak mengerti sama sekali.
“Sudah kau tunggu saja. Kau pasti terkejut sebentar lagi. Dan mungkin aku juga begitu..” Ilwoo
tertawa, diikuti tawa Joongki.
Mereka mengobrol cukup lama hingga salah satu pelayan mereka turun dari lantai dua dan
berkata, “Kami sudah selesai tuan muda.”
“Baiklah, bawa dia turun.” Jawab Ilwoo.
Tak lama kemudian, sesosok gadis turun ke lantai satu ke tempat Joongki dan adik-adiknya
berkumpul itu.
Betapa terkejutnya mereka bertiga setelah melihat gadis itu, itu sama sekali bukan seperti gadis
yang mereka tamui tadi. Dia berubah, banyak sekali.
“Lee Jieun?” gumam Joongki.
“Benar, aku juga sangat terkejut dengan ini.” Kata Ilwoo.
Sedangkan Baekhyun diam saja, dia tak tahu harus berbuat apa. Dia membeku seketika setelah
melihat penampilan baru Jieun. Mereka telah melakukan berbagai hal sehingga Jieun begitu
terlihat cantik, tidak seperti sebelumnya.
To be continued….
Love For The Arrogant Flower Boy (part 3
Cast:
Byun Baekhyun
Lee Jieun
Jung Ilwoo
Song Joongki
Jieun berkali-kali berusaha menurunkan roknya yang ia rasa terlalu pendek itu. Dia sebenarnya sangat
tak nyaman dengan penampilannya ini. “Ini semua untuk apa?” Tanya Jieun dengan Ilwoo.
“Tentu saja untuk menunjang karirmu.” Jawab Ilwoo sambil melirik Baekhyun.
“Jadi, Bagaimana menurutmu Baekhyun-ah? Dia akan menjadi penyanyi sukses kan?” Tanya Joongki.
“Kemana kacamatanya?” itu kata yang keluar dari mulutnya. Membuat kakak-kakaknya tertawa puas.
“Mereka menggantinya dengan softlens.” Jawab Jieun polos.
“Baiklah, kita siap pergi! Kajja!” Ilwoo menggandeng lengan Jieun dan membawa pergi.
***
Jieun datang ke universitas seperti biasanya, ia mengendarai sepedanya seperti biasa, dan memarkirnya
seperti biasa, yang tak biasa adalah cara orang-orang lain melihatnya, mereka tak merendahkan atau
mengejek lagi, mereka benar-benar dibuat terkejut sekaligus terpesona oleh penampilan baru Jieun.
“Mwo? Itu bebek jelek?” Tanya seorang gadis saat bicara dengan pacarnya.
“Kau yakin? Kau pasti salah orang, dia cantik sekali.” Jawab pacar gadis itu yang di balas lirikan tajam
oleh si gadis.
Jieun mengabaikan perubahan situasi ini, di segera menuju kelasnya karena takut terlambat lagi, ya
itulah kebiasaannya, kesiangan.
Baekhyun yang tidak terkejut lagi melihat kedatangan Jieun hanya memperhatikan Jieun seperti biasa,
tak lebih tak kurang. “Sepertinya dia tak menjadi sombong ataupun merasa cantik.” Gumamnya. “Dia
tak berubah.”
Di tengah pelajaran, Baekhyun memutuskan untuk bicara pada Jieun yang berada di sebelahnya itu,
“Bagaimana hasilnya kemarin?” bisik Baekhyun.
“Aku pikir kau tak ingin tahu.” Jieun juga berbisik namun masih tetap fokus pada bukunya.
Baekhyun hanya tersenyum kecut, terdengar seperti mendengus.
“Apa hyungmu tak memberutahumu?” Tanya Jieun.
“Ani, dia malah menyuruhku Tanya sendiri padamu.”
Kali ini Jieun menatap Baekhyun yang merespon dengan agak terkejut akan tatapan tiba-tiba Jieun,
“Sepertinya kau sangat ingin tahu ya? Kami berhasil.”
“Mwo? Kau mengatakan itu dengan nada itu saja?” Tanya Baekhyun tak habis pikir.
“Apa aku harus berteriak sekarang? Kemarin aku sudah puas berteriak. Sudahlah, ucapkan saja selamat
padaku atau hyungmu sebagai manajerku.”
“Kau sangat berharap aku mengucapkannya? Sepertinya kau mulai normal.” Kata Baekhyun.
Terdengar pengajar mereka di depan memukul meja dengan spidolnya tiga kali lalu menatap Baekhyun
tajam agar diam.
Baekhyun langsung diam dan merasa kesal dan tak terima, pengajar itu memperlakukannya seperti itu.
“Ani, aku sama sekali mengharapkannya. Tak apa jika kau tak mau mengatakannya.” Bisik Jieun
menjawab Baekhyun.
Baekhyun kembali pada bukunya dengan kesal, dia menyesal telah bertanya.
***
Baekhyun berniat pergi ke perpustakaan untuk bersembunyi seperti biasa, namun kali ini ada yang
berhasil mengejarnya terlebih dulu.
“Baekhyun-ssi, sekali saja, kali ini saja bisakah kau datang di acara kami? Kami sedang berkumpul di
lapangan basket sekarang. Bisakah kau bernyanyi disana? Jebal.. kali ini saja. Bukankah kau sudah tidak
datang di acara waktu itu?”
Belum sempat Baekhyun menjawab, salah satu dari beberapa gadis itu menarik lengan Baekhyun
membawanya ke lapangan basket. Baekhyun terpaksa terbawa arus mereka, karena mereka bukan
sedikit, tapi sangat memaksa.
Entah perkumpulan apa itu, Baekhyun tak ingin tahu. Lapangan basket hanya terisi setengahnya.
Diantara mereka lebih dominant gadis-gadis. Mungkin karena ada berita Baekhyun akan menjadi tamu
di acara itu.
Baekhyun langsung di seret ke tengah lapangan dan disodori mic. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia
sudah sangat lama tak bernyanyi, mungkin beberapa bulan lalu di pernikahan pamannya. Baekhyun tak
menyangka berita bahwa dia bisa bernyanyi sampai di telinga gadis-gadis itu.
“Lagu apa yang akan kau nyanyikan Baekhyun-ssi?” Tanya seorang gadis.
Dengan sangat terpaksa dan tak ada pilihan lain, Baekhyun menyebutkan sebuah judul lagu, dan si
pemain musik mulai memainkan musiknya. Padahal Baekhyun tak yakin dia ingat liriknya atau tidak.
Saat musiknya mulai, tiba-tiba Lee Jieun muncul mengambil mic lain dan mulai bernyanyi. Membuat
semua orang terkejut. Disela-sela nyanyiannya dia berbisik pada Baekhyun “Lihat bibirku.”
Tanpa sadar Baekhyun ikut bernyanyi. Mereka akhirnya berduet, dengan manis dan merdunya, begitu
sempurna. Membuat siapa saja yang mendengar dan melihatnya begitu tersihir. Baekhyun juga menjadi
lancer terhadap liriknya karena dia terus membaca gerak bibir Jieun, sesuai bisikkan Jieun tadi.
Semua orang yang awalnya terkejut kini begitu menikmati penampilan mereka. Benar-benar penampilan
yang mengagumkan. Ini seperti melihat sebuah konser penyanyi papan atas.
Mereka bernyanyi hingga akhir lagu dengan lancer. Riuh sorak penonton membahana di lapangan
basket itu. Mereka benar-benar kagus dengan dua orang yang ada di tengah itu. Banyak diantara
mereka yang tak menyadari bahwa gadis itu adalah Jieun, dan tak sedikit pula yang begitu cemburu dan
iri melihat penampilan mereka yang begitu kompak.
***
“Apa maksudmu membantuku tadi? Kau sudah mulai normal?” Tanya Baekhyun pada Jieun saat mereka
ada di halaman universitas, tepatnya tengah duduk bersandar di pohon favorit Jieun untuk membuat
lagu. Kali ini Jieun juga sedang membuat lagu.
“Aku hanya membantumu sedikit untuk menyelamatkan reputasimu. Hyungmu memintaku
membantumu sedikit-sedikit. Mereka sangat khawatir padamu.”
“Ilwoo hyung?” Tanya Baekhyun tak percaya.
“Dua-duanya.” Jawab Jieun santai.
“Pasti bukan karena itu, pasti kau sengaja untuk membuatku merasa berhutang budi padamu.” Celoteh
Baekhyun.
“Bukankah seharusnya kau berterima kasih?” Tanya Jieun.
“Untuk apa?”
“Ya sudah kalau tidak. Jangan mengangguku.” Jieun malah beranjak pergi.
Baekhyun berubah pikiran, entah mengapa dia sekali lagi tak ingin Jieun pergi, “Baiklah, gomawo.”
“Ne.” jawab Jieun sambil lalu namun tetap berjalan pergi.
“Ya! Lee Jieun!” teriak Baekhyun.
Jieun tak menghiraukannya dan tetap pergi.
Namun Baekhyun tetap mengikutinya bahkan sampai ke perpustakaan.
Jieun tetap tak menghiraukannya sama sekali. Bahkan hamper semua orang di perpustakaan
memperhatikan sikap Baekhyun yang tak biasa itu.
“Kenapa responmu hanya seperti itu? Aku benar-benar berterimakasih. Jeongmal gomawoyo.” Kata
Baekhyun, dia tak sadar ada banyak mata menatapnya.
Setelah beberapa menit, Baekhyun cukup membuat perpustakaan gaduh, Baekhyun tak mau berhenti
bicara sampai Jieun meresponnya.
Akhirnya Jieun bertindak, dia membungkam mulut Baekhyun dengan tangannya dan menariknya duduk
disebelahnya lalu berbisik, “Sekalipun kau mau mempermalukan dirimu, jangan disini, ok?”
Baekhyun membeku, kali ini detak jantungnya yang mendominasi telinganya, begitu cepat hingga
Baekhyun merasa tak sadarkan diri. Dia merasa mulai sedikit gila, karena dia sadar, ada kemungkinan dia
mulai menyukai Jieun, meski dia harus menolak hal itu.
Jieun melepas tangannya dan kembali pada notes-notesnya. Namun Baeknyun masih dalam posisinya,
benar-benar membeku.
“Apa yang terjadi?” gumam Baekhyun.
“Sudah jangan ganggu.” Akhirnya Jieun pergi lagi. Dan kali ini Baekhyun tak sanggup mengejarnya.
***
“Baekhyun-ah, kau sering melamun akhir-akhir ini. Apa kau sedang jatuh cinta?” Tanya Ilwoo melihat
Baekhyun melamun di teras belakang rumah mereka.
“Apa si bebek itu?” Tanya Joongki yang baru bergabung.
“Dia sudah tidak dijuluki itu sekarang, namanya berganti menjadi angsa.” Jawab Baekhyun datar, dia
masih melamun.
“Ah, itu karena aku kan. Kerjaku bagus sekali.” Kata Ilwoo senang.
“Jadi benar dia?” Tanya Joongki.
“Maldo Andwe!” jawab Baekhyun tak terima.
“Itu mungkin saja Baekhyun-ah.” Jawab Ilwoo.
“Kalau begitu tidak boleh.” Jawab Baekhyun.
“Bagaimana kau bisa melawan atau menahannya jika kau memang menyukainya?” Tanya Illwoo lagi,
sekarang dia duduk di sebelah Baekhyun merangkulnya.
“Ya, jadi… dia cinta pertamamu?” Tanya Joongki.
“Sudah kubilang. Itu tak boleh. Jangan dia.” Jawab Baekhyun membuat dua kakaknya tertawa.
“Kau terlalu polos Baekhyun-ah.” Ilwoo terbahak.
“Kau yang bisa memutuskan. Tapi kuharap keputusanmu tak membuatmu menyesal.” Kata Joongki.
“Bisakah kalian berhenti membicarakan Jieun bebek jelek itu? Aku punya banyak tugas yang harus aku
selesaikan, dan kalian selalu menganggu.” Teriak Baekhyun lalu pergi ke kamarnya. Membuat dua
kakaknya saling pandang dan menahan tawa.
***
Sampai hari ini ternyata Baekhyun tak bisa menahan perasaannya. Dia selalu saja ingin dekat dengan
Jieun, bahkan sekarang dia sudah tak peduli lagi dengan orang lain yang melihatnya.
Saat ini Jieun sedang berlatih bernyanyi di ruang bahasa yang sedang kosong itu. Dia bernyanyi begitu
serius, dia tahu sedang mempersiapkan debutnya sebagai penyanyi, dia harus sungguh-sungguh
melakukan semua itu. Karena ia tak bisa berlatih di rumahnya, karena takut Ayahnya akan melarangnya
debut, akhirnya dia latihan di tempat itu.
Baekhyun tahu Jieun sudah beberapa kali berlatih disana, dia juga hampir selalu melihatnya diam-diam.
Tapi kali ini dia berniat memberitahukan keberadaannya.
“Sepertinya saat ini kau ketakutan? Kau tak sesantai biasanya.” Celetuk Baekhyun santai, dia agak heran
karena Jieun tak terkejut sama sekali. “Jangan bilang kau tak mendengarku datang.” Baekhyun mencibir.
“Sudah kubilang jangan ganggu aku. Kau merusak latihanku. Sudah baik kau diam saja di luar seperti
biasanya.” Jawab Jieun masih serius memegangi perutnya, untuk belajar nafas perut.
“Mwo? Baekhyun terkejut, “Jadi selama ini kau tahu? Bagaimana kau bisa diam saja dan tak terganggu
sama sekali?”
“Asal kau diam, aku aman.” Jawab Jieun singkat lalu kembali bernyanyi.
Baekhyun tertegun melihat gadis itu, bagaimana bisa dia tak terguyahkan oleh si bungsu grup Daesun
sama sekali? Dia terus saja mempehatikan Jieun yang sedang bernyanyi, lagi-lagi tersihir. Dia begitu
menikmati nyanyian itu.
“Bisakah kau pedulikan aku dan paling tidak terima ucapan terimakasihku waktu itu?” Baekhyun tak
tahan lagi untuk tak bicara setelah Jieun selesai bernyanyi.
Jieun kali ini menatap Baekhyun, membuat Baekhyun sedikit terkejut, “Baiklah, aku terimah ucapan
terima kasihmu itu. Dan sekarang pergilah. Kau tak punya urusan lagi denganku. Jangan ikuti aku lagi.”
Kata Jieun lalu melangkah pergi.
Baekhyun menghalanginya lagi dengan menarik lengannya, “Wae? Bisa kau jelaskan padaku?”
“Mworago?”
“Ah, ani… lupakan.” Baekhyun tak bisa bertanya bagaimana bisa Jieun tak tergoyahkan olehnya.
“Baiklah.” Jieun mencoba melangkah pergi lagi.
Baekhyun tentu saja menahannya lagi, “K..kau mau kemana?”
“Kenapa harus bertanya? Apa urusanmu?” Tanya Jieun datar.
Baekhyun lagi-lagi tak bisa menjawab, dia sama sekali tak punya pemikiran untuk menjawabnya.
“Sudahlah.” Jieun melepas genggaman Baekhyun lalu berjalan secepat mungkin.
Baekhyun melihatnya pergi. Namun tiba-tiba Jieun terjatuh disana. Itu membuat Baekhyun segera
berlari. “Jieun-ah gwenchana?”
“Aaaw.” Jieun memegangi pergelangan kakinya.
“Waegeurae? Kau tak bisa berdiri?” Tanya Baekhyun khawatir.
Jieun kembali datar, dia beranjak berdiri namun terjatuh lagi, tenyata benar, dia tak bisa berjalan atau
bahkan berdiri, pergelangan kakinya terasa sangat sakit. Entah bagaimana bisa sampai seperti ini. Dia
berpikir apa ada yang salah dengan cara jalannya?
“Jangan banyak bergerak!” Baekhyun memegang pergelangan kaki kanan Jieun dan mencoba
memijatnya dengan pelan, sehalus mungkin agar Jieun tak kesatikan.
“Mianhae, aku tak bisa menyembuhkannya. Sebaiknya kuantar kau ke klinik.” Baekhyun akhirnya
melengankan lengan Jieun di lehernya dan bermaksud memapahnya.
Jieun menolak, “Ani, kau tak perlu lakukan itu.” Jieun sadar tak sedikit mata yang melihat mereka. “Aku
bisa melakukannya sendiri.”
“Bagaimana bisa?” Baekhyun tetap memapahnya. Membawanya dengan penuh hati-hati ke klinik.
Setelah sampai di klinik dan dokter disana selesai memeriksanya, Baekhyun yang sedari tadi
menungguinya, angkat bicara, “Jadi?” dia berpikir apa Jieun masih tak bisa tergoyahkan olehnya.
“Wae?” Tanya Jieun.
“Kau tak berterima kasih? Ucapkan saja atu kata, go-ma-wo.” Kata Baekhyun.
Jieun diam saja lalu pergi begitu saja. Membuat Baekhyun kesal.
***
Berhari-hari, yang dilakukan Baekhyun hanyalah menemui dan mengikuti Jieun dimana saja. Dia
memang terlihat bodoh dan melupakan kesombongannya, tapi dia tak sadar hal itu.
“Jieun-ah! Cepat ambilkan itu.” Perintah Baekhyun pada Jieun untuk mengambilkan sapu tangannya
yang baru saja sengaja ia jatuhkan di dekat Jieun.
Jieun melirik sebentar sapu tangan itu, lalu mengabaikannya.
“Aish.. gadis gila.” Gumamnya. “Dasar Bebek jelek!” kali ini dia bicara keras. Membuat beberapa teman
di kelasnya menatapnya heran.
“Geumanhae.” Kata Jieun sambil melirik sekilas Baekhyun.
“Mwo? Aku tak mendengarmu.” Kata Baekhyun.
“Berhentilah.” Kata Jieun. Lalu kembali mengabaikan Baekhyun dan berbagai reaksinya.
“Apa yang aku lakukan? Kenapa aku harus berhenti? Aku tak melakukan apa-apa.” Celoteh Baekhyun.
Akhirnya sekali lagi, Jieun meninggalkan tempat itu. Kali ini Baekhyun terpaksa pulang dan tak mengikuti
Jieun lagi.
***
Baekhyun tersenyum melihat Jieun berjalan di depannya. Seperti biasa banyak orang yang
memperhatikan itu. Namun bukan tak memperhatikannya, Baekhyun hanya tak menyadarinya.
Tiba-tiba Jieun berhenti, “Kau berhentilah. Kau bisa membuat orang-orang mengira kau menyukaiku.”
Baekhyun tertawa, “Mwo? Aku menyukaimu?” dia terbahak.
“Maka dari itu, berhentilah.” Kata Jieun mempercepat langkahnya.
Jieun tak melihat ada sekelompok orang tengah bermain basket yang ia lewati, bahkan sebuah bola
sudah siap melayang dan mendarat tepat di kepala Jieun. Namun dengan cepat Baekhyun menarik Jieun
agar terselamatkan dari bola itu. Merekapun tersungkur bersama ke tanah, namun lagi-lagi Baekhyun
berusaha melindungi Jieun dengan terjatuh lebih dulu dan menjadi alas pendaratan yang empuk bagi
Jieun.
Beberapa menit kemudian mereka sudah menyendiri di pohon tempat favorit Jieun. Jieun tengah
membasuh luka di siku Baekhyun. Lengan Baekhyun sedikit memar dan terdapat beberapa goresan.
Jieun terlihat khawatir dan merasa bersalah. Belum pernah Baekhyun melihat ekspresi Jieun yang
seperti ini. Baekhyun terus tersenyum tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya melihat reaksi Jieun
itu.
“Wae? Kenapa kau tersenyum? Bibirmu tidak pergal?” Tanya Jieun, masih focus dengan luka Baekhyun.
“Kau tahu? Aku rasa kau benar. Dan aku rasa orang-orang itu benar..” kata Baekhyun, dia juga masih
fokus dengan wajah Jieun.
Sekarang Jieun mendongak menatap Baekhyun heran, “Mworago? Apa yang sebenarnya sedang kau
bicarakan?”
“Tentang orang-orang yang mengira aku menyukaimu.” Jawab Baekhyun.
Seperti sudah mengerti Jieun malah kembali fokus ke luka Baekhyun.
Baekhyun tertawa, “Kau sudah mengerti?”
Jieun sekarang malah beranjak pergi.
“Jieun-ah!” panggil Baekhyun.
Jieun menghentikan langkahnya.
“Aku tahu ini gila, dan aku juga sudah gila. Saranghae Jieun-ah.. Aku tunggu kau disini sepulang kuliah
nanti. Aku tunggu jawabanmu disini.” Jelas Baekhyun akhirnya, perang di batinnya akhirnya berakhir
seperti itu.
“Semudah itukah kau jatuh untukku?” Tanya Jieun lalu pergi lagi.
“Geurae.” Gumam Baekhyun.
***
Baekhyun melihat jam tangannya sekali lagi. Ini sudah terlalu sore, perlahan-lahan langitnya menggelap.
Dia agak putus asa, karena dia mengira Jieun jelas takkan kesini. Jieun sama sekali gadis yang berbeda
dengan yang lain. Gadis yang takkan dengan mudah jatuh hati padanya, si bungsu Daesun grup.
Tiba-tiba perut Baekhyun berbunyi, ternyata dia sangat lapar. Bahkan dia lupa dia belum memakan
apapun dari tadi. Tapi karena dia masih ingin menunggu, dia menahan laparnya dan melihat jam
tangannya sekali lagi.
Tiba-tiba sebuah roti sudah sampai di mulut Baekhyun. Baekhyun terbelalak dan melihat Jieun ada di
sampinya sekarang.
“Jadi sebodoh ini si bungsu Daesun grup? Menunggu seorang gadis sampai kelaparan? Bagaimana nasib
perusahaanmu nanti?”
“Jieun?” Baekhyun terbelalak senang. Dia juga memakan roti itu tapi lalu meletakkannya di tanah
tempatnya duduk tadi. “Kau datang?”
“Kau tak suka? Kalau begitu aku pergi saja.” Goda Jieun lalu melangkah pergi.
Tanpa menunggu lagi Baekhyun segera memeluk Jieun dari belakang. “Ini memang gila. Aku sudah gila.
Tapi kegilaan ini sangat menyenangkan.”
“Mana kesombonganmu yang biasanya?” Tanya Jieun.
“Aku akui, aku tak berkutik di hadapanmu.” Jawab Baekhyun. “Tapi kenapa kau biarkan aku menunggu
selama ini? Tak tahukah kau mendepatkanmu itu sangat sulit? Kenapa kau tak menyukaiku dari awal
saja?”
“Kau kira aku tak menderita? Sudah kubilang kau harus berhenti, itu agar aku tak menyukaimu seperti
gadis lainnya. Siapa suruh kau selalu mengikutiku dan menggangguku. Salahmu jika aku menyukaimu.”
Jelas Jieun kesal.
Baekhyun tersenyum, “Kau memang berbeda dari yang lain. Sekarang aku akan bertanggung jawab atas
kesalahanku ini. Aku akan disisimu selamanya, apapun yang terjadi.”
Jieun menahan tawa.
“Wae? Apanya yang lucu?” Tanya Baekhyun.
“Ini sama sekali bukan seperti si bungsu Daesun grup.”
“Apapun itu.” Baekhyun memeluk Jieun lagi.
To Be Continued......
Love For The Arrogant Flower Boy (last part)
Cast:
Byun Baekhyun
Lee Jieun
Jung Ilwoo
Song Joongki
Jieun menghabiskan waktunya di perpustakaan, sebenarnya dia berniat membuat lagu lain.
Namun dia terusik dengan celotehan orang-orang di perpustakaan itu. Mereka sedang dengan
terang-terang membicarakannya.
“Ini Jieun si bebek jelek kan? Sejak kapan penampilannya seperti itu?” Tanya seorang lelaki
pada teman-temannya.
“Entahlah. Tapi yang paling mengejutkan hanya penampilan mereka itu. Apa mereka punya
hubungan? Bagaimana mereka saling kenal seperti itu?”
Orang-orang itu sedang melihat sebuah video di internet. Video itu adalah saat Jieun membantu
Baekhyun bernyanyi di acara organisasi waktu itu. Hampir semua yang melihatnya heran bukan
main. Dan rumor tentang si bungsu mempunyai hubungan dengan bebek jelek pun menyebar
dengan sukses. Bahkan foto Jieun sebelum merubah penampilannyapun tersebar luas.
***
Jieun sedang sangat mempersiapkan debutnya. Dia harus selalu berlatih sebaik mungkin agar dia
bisa debut secepat mungkin. Saat ini dia sedang berada di tempat favoritnya di universitas. Dia
juga bernyanyi sedikit-sedikit dengan gitarnya.
Tak talam setelah itu, Jieun sadar Baekhyun ada di belakangnya sedang mengendap-endap untuk
mencuri pelukan darinya. Dengan cepat Jieun menoleh ke belakang sambil berkata, “Seperti
apapun kau menyukaiku, sebaiknya jangan senaif itu.”
Baekhyun agak terkejut, “Ya! Bagaimana kau tahu?”
“Parfummu. Parfum mahalmu itu sudah tercium sampai kesini.” Jawab Jieun santai lalu kembali
memainkan gitarnya.
“Jincharo? Kau menciumnya?” Baekhyun duduk di sebelah Jieun.
Jieun mengangguk, masih focus terhadap gitarnya.
Baekhyun tersenyum girang. “Ternyata kau sehafal itu. Tak kusangka…”
“Kau sesenang itu?” Tanya Jieun.
Baekhyun mengangguk, “Geurae, ku kira kau tak mengenaliku sama sekali. Bahkan sebenarnya
kau juga tahukan siapa itu si bungsu Daesun grup?”
“Geurae, karena itulah aku menghindarimu. Kalau aku tak menghindar aku pasti sudah terserang
virusmu dari dulu.” Jelas Jieun.
“Jincha? Kenapa kau tak menyukaiku dari dulu saja?”
“Ani, itu malah akan merusak segalanya kan? Kau akan menganggapku sama saja seperti gadis
lain, dan kau takkan jatuh hati padaku seperti itu.”
“Jadi, kau memanfaatkanku? Kau merencanakan semua ini?” Tanya Baekhyun seakan marah.
“Bagaimana aku bisa melakukan hal itu? Sudah ku bilang aku jadi terjatuh untukmu karena kau
selalu menggangguku. Jika kau tak melakukannya, ini takkan terjadi kan?” Jelas Jieun, dia
benar-benar khawatir jika Baekhyun marah.
Baekhyun malah tersenyum puas, “Araso..” Baekhyun mencium pipi Jieun kilat.
“Ya! Sudah kubilang jangan senaif itu. Jaga harga dirimu !”
Baekhyun tertawa. “Gwenchana, aku tak khawatir kehilangan harga diriku di hadapanmu.”
“Sepertinya berita tentang si bungsu Daesun grup itu sombong dan angkuh hanya bualan.”
Gumam Jieun lalu kembali pada gitarnya.
“Aku bisa mendengarnya..” Baekhyun mengacak-acak rambut Jieun. Tapi Jieun tak
menghiraukannya.
“Ya! Bisakah kau memperhatikanku sebentar saja? Tinggalkan gitar itu dan lihat aku sebentar
saja!” Baekhyun mulai marah.
Akhirnya Jieun meletakkan gitarnya dan menatap Baekhyun lekat-lekat. “Sudah?” tanyanya.
Lalu kembali ke gitarnya lagi.
“Aish… gadis ini…” gumam Baekhyun kesal.
***
“Wae hyung? Kau mau bicara apa denganku Tanya Baekhyun.
Joongki menatapnya dengan tajam, sedangkan Ilwoo terus menahan tawa.
“Mwo? Mworago?” Tanya Baekhyun lagi.
Joongki membalik laptop yang ada di hadapannya agar Baekhyun melihatnya. “Aku dengar
berita ini dari sekertarisku.
“Tak kusangka Baekhyun-ah… kemampuan bernyanyimu di atas rata-rata..” Ilwoo akhirnya
tertawa.
Baekhyun melihatnya, itu adalah video saat dia berduet dengan Jieun. “Bagaimana ini bisa
menyebar?” teriak Baekhyun panik.
“Si bungsu Daesun grup dikabarkan menjalin hubungan istimewa dengan si bebek jelek Lee
Jieun.” Kata Ilwoo.
“Maldo andwe..” Gumam Baekhyun.
“Dan parahnya aku juga mendapatkan ini.” Joongki menunjukkan sebuah foto yang baru saja ia
dapatkan di internet.
Ilwoo dan Baekhyun terkejut melihatnya. Itu adalah foto saat dimana Baekhyun menyelamatkan
Jieun dari lemparan bola. Adegan di foto itu tepat saat mereka berdua tersungkur ke tanah. Foto
itu sangat bisa membuat orang yang melihatnya salah paham.
“Ya! Ige mwoya?” teriak Ilwoo kaget. “Sejauh apa hubungan kalian?”
“Hyung, jangan salah paham. Aku hanya sedang menyelamatkannya dari bola basket waktu itu.
Percayalah. Aku rasa ada yang sengaja membuat rumor ini setelah memotret kami. Percayalah.”
Jelas Baekhyun.
“Aku jelas percaya padamu Baekhyun-ah. Tapi berita ini benar-benar tersebar. Mereka bahkan
menyebut Jieun gadis murahan yang tak jelas asal-usulnya. Ini berdampak jelek untuk kalian
berdua. Kau bisa di hapus dari daftar nama pewaris setelah rapat nanti, karena kelakuanmu itu.
Dan Jieun, bagaimana nasibnya nanti?”
Ilwoo melihat laptop itu lagi dan dia menemukan beberapa foto Jieun yang lama. “Ya, mereka
juga menyebarkan foto Jieun yang lama. Jieun yang sama sekali belum ku make over.”
“Jincha?” Joongki ikut melihatnya.
Baekhyun melemas.
“Maldo andwe.” Gumam Ilwoo.
***
Keluarga grup Daesun sedang berkumpul di ruang tengah. Mereka saling menampakkan wajah
serius mereka. Terutama para putra, mereka sangat tegang.
“Baekhyun, apapun yang sebenarnya terjadi, dan apapun alasanmu. Kita harus tetap
menghentikan ini semua sebelum Daesun grup terganggu.” Jelas Ayah mereka.
“Abeoji… ini semua hanya..” Baekhyun berusaha menjelaskan.
“Dengarkan dulu Abeoji bicara.” Potong ibunya.
“Yang orang lain ketahui, gadis itu bukan gadis baik-baik. Dan terlalu banyak yang tak
menyukai hubungannya denganmu.” Jelas ayahnya lagi. “Kau hanya perlu pergi. Pergi jauh
hingga masalah ini reda dan kembali.”
Ketiga bersaudara itu sudah menebak hal ini mereka berusaha menghentikan upaya itu.
“Andwe.” Jawab Baekhyun.
“Abeoji, mereka benar-benar dalam sebuah hubungan sekarang.” Kata Joongki.
“Apa Abeoji pernah dengar Baekhyun menyukai seorang gadis? Ini terlalu langka.” Tambah
Ilwoo.
“Aku takkan meninggalkannya. Kemanapun itu dan selama apapun.” Baekhyun berkata tegas.
“Baekhyun-ah, dengarkan Abeojimu. Kita harus berpikir panjang.” Kata ibu mereka.
“Kalian tahu sendiri. Daripada mengorbakan hal yang besar, kita akan selalu memilih
mengorbankan hal yang lebih kecil.” Jelas Ayah mereka.
“Dia bukan gadis biasa Abeoji. Dia gadis baik-baik. Dia bisa menjadi menantu Daesun grup.”
Baekhyun berdiri dari duduknya lalu pergi ke kamarnya.
“Tapi dia bukan apa-apa. Kita harus termukan gadis yang benar-benar layak dan sederajat.”
Jawab ibunya.
“Tapi dia akan segera debut menjadi penyanyi sebentar lagi.” Baekhyun terus mengelak.
“Tapi tidak sekarang kan? Itu tak mungkin terjadi Baekhyun-ah. Kau harus pergi.” Tambah
ibunya.
“Aku takkan pergi.” Kata Bakhyun tegas lalu berdiri dari duduknya dan pergi ke kamarnya.
“Kau urus kepergiannya.” Kata ayah mereka lalu pergi ke ruang kerjanya.
Ibu mereka mengangguk.
Joongki dan Ilwoo saling menatap. Mereka berusaha mencari jalan keluar untuk membantu adik
mereka itu.
***
“Jieun-ah! Kenapa kau terlambat?” Tanya Baekhyun.
“Waegeurae?” Tanya Jieun melihat Baekhyun yang begitu terlihat khawatir.
“Neon mollaseo? Video kita tersebar, foto lamamu, bahkan foto saat aku menyelamatkanmu
dari..”
“Hentikann, Araseo.” Potong Jieun.
“Kau tahu? Bagaimana bisa kau setenang ini?”
“Kau pergilah. Ilwoo oppa sudah memberitahuku semuanya.”
“Mwo? Kau bahkan tahu tentang itu? Ba..bagaimana bisa kau menyuruhku pergi? Apa kau
benar-benar main-main denganku selama ini? Bagaimana kau sama sekali tak punya minat untuk
mempertahankan ini semua?”
“Tapi bukankah itu jalan terbaik. Untukmu, dan untukku?” Jieun tak berani menatap mata
Baekhyun.
“Jieun-ah, kau hanya perlu debut dan semuanya beres. Bahkan orang tuaku akan
menyetujuinya.”
“Andwe Baekhyun-ah.” Kata Jieun dengan berusaha menututpi berat hatinya.
“Mwo? Waegeurae?”
“Perusahaan rekaman itu menolakku. Mereka membatalkan semuanya setelah melihat foto
lamaku beredar dan banyaknya komentar miring terhadapku.” Jelas Jieun.
“Maldo andwe…” gumam Baekhyun, ia seakan hilang harapan.
Jieun menguatkan hatinya, “Jadi pergilah. Kita akhiri saja semua ini.”
“Tapi aku sudah berjanji padamu untuk selalu disisimu apapun yang terjadi.”
“Batalkan saja janji itu? Apa itu begitu sulit? Anggap saja aku sama sekali tak mau terlibat
skandal yang merugikanku. Kau pergi saja, dan biarkan semuanya menjadi baik-baik saja.
Lupakan aku dan pergilah!”
“Jieun-ah…”
“Aku mencampakanmu. Pergilah…” Jieun menundukkan wajahnya masih tak berani menatap
Baekhyun.
Baekhyun terluka, dia tak menyangka Jieun melakukan ini. Dia tahu Jieun bukan gadis yang
akan melakukan hal seperti ini. Tapi ini semua tetap saja melukainya.
“Baiklah…” katanya akhirnya. “Baiklah kalu itu maumu. Aku pergi dan takkan kembali.”
Baekhyun melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu.
Jieun melemas, hatinya mencelos, dia seperti sudah melakukan kejahatan yang setara dengan
membunuh orang. Jieun menangis sekarang, menyesali semua yang ia perbuat pada Baekhyun
dan akan selalu menyesali caranya menyelesaikan masalah ini. Benar-benar akan sangat
menyesalinya dan takkan memaafkan dirinya sendiri.
***
“Pesawatku akan segera berangkat. Jaga diri baik-baik hyung.” Baekhyun menarik
kopernya dan bersiap menuju pesawatnya yang menuju Amerika.
“Kau juga jaga diri baik-baik.” Kata Joongki.
“Baekhyun-ah, jangan benci Jieun. Dia punya alas an.” Kata Ilwoo.
“Ini sudah menjadi keputusannya.” Kata Baekhyun berat. Lalu ia pergi dengan senyum
pahitnya.
Tak lama kemudian. Jieun datang, Dua kakak Baekhyun melihatnya dengan miris.
“Jieun-ah gwenchana?” Tanya Joongki.
Jieun mulai meneteskan air matanya, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja oppa…
bagaimana bisa..” Ia tersedu akhirnya. Jieun tak kuat lagi menahan semuanya.
Ilwoo dan Joongki hanya bisa menenangkannya dalam diam, mereka tak tahu harus
berkata apa.
“Aku bahkan belum pernah mengatakan aku mencintainya…” kata Jieun lirih.
Joongki menepuk pundak Jieun. Sedangkan Ilwoo hanya bisa menghela nafas, meredakan
amarahnya.
***
3 Years Later
Baekhyun sudah sampai di bandara. Dia tak mengangka dia akan pulang seperti ini.
Sebelumnya dia tak pernah berpikir untuk kembali lagi ke tempat asalnya itu. Dan bahkan soal
orang tuanya yang memintanya datang ke ulang tahun perusahaan tahun ini adalah komunikasi
pertamanya dengan keluarganya disini.
Setelah mendapatkan taxi, Baekhyun meminta sopirnya menuju rumahnya. Istana
mewahnya itu. Si sopir taxi ternyata tengah mendengarkan radio. Dan volumenya agak
menganggu. Mau tidak mau Baekhyun harus mendengarnya juga.
Sebuah lagu mulai dimainkan. Penyanyi wanita itu bernyanyi dengan riangnya.
Menyanyikan sebuah lagu cinta yang menggembirakan. Suaranya sangat merdu dan indah.
Tanpa terasa Baekhyun menikmatinya. Benar-benar menikmatinya seperti saat ia mendengarkan
Jieun bernyanyi.
Sudah tiga tahun lamanya, Baekhyun berusaha melupakan Jieun. Meski masih sangat
sulit, dan bahkan perasaannya untuk Jieun masih memenuhi hatinya dan tak memberi sedikitpun
tempat untuk menyukai gadis lain.
“Jieun?” gumam Baekhyun setelah menyadari suara penyanyi itu. Suara itu sangat akrab
di telinganya. Ya itu sangat persis dengan suara Jieun. Begitu indah hingga Baekhyun tersihir
saat mendengarnya.
Dan benar saja, saat taxi yang ia naiki melewati sebuah gedung besar di tengah kota,
Layar besar di atas sana tengah memanpang wajah Jieun yang tengah tersenyum manis sambil
membawa sebuah merk ponsel. Dia benar-benar lebih cantik saat ini.
Baekhyun membaca nama gadis yang sepertinya seorang artis terkenal itu sekarang, “Lee
Jieun?” gumamnya. Hati Baekhyun mencelos. Jieun sudah berhasil. Jieun benar-benar sudah
menggapai mimpinya sekarang. Entah mengapa Baekhyun jadi begitu bahagia. Senang sekali
rasanya memikirkan saat ini Jieun juga sudah bahagia dengan mempinya itu.
***
Baekhyun bersiap-siap dengan sedikit malas. Pesta ulang tahun Daesun grup akan segera
dimulai. Ibunya berulang kali memintanya agar cepat datang ke tempat acara. Namun Baekhyun
masih sangat bimbang. Dia bahkan tak bisa tidur semalam. Berkali-kali dia mengurungkan
niatnya untuk melihat televisi, berharap menemukan Jieundi sebuah cara.
“Kau sudah siap?” Tanya Ilwoo sambil memasuki kamar Baekhyun. “Kita berangkat
bersama.”
“Ne hyung.” Jawab Baekhyun akhirnya.
Merekapun berangkat bersama ke tempat acara. Dia tempat itu sudah sangat ramai. Para
undangan sudah datang.
“Bersemangatlah, perusahaan mengundang beberapa pernyanyi terkenal disini.” Kata
Ilwoo sambil berlalu.
Baekhyun berhasil dibuat senang dengan perkataan itu. Dia benar-benar berharap ada
Jieun dalam salah satu undangan.
Tapi ia segera menyadarkan dirinya, “Ya! Baekhyun! Gadis itu sudah disingkirkan oleh
orang tuamu. Bagaimana mereka bisa mengundangnya?” batinnya.
Baekhyun berusaha tak mengedarkan pandangannya untuk mencari sesosok gadis yang
sangat ia cintai itu. Jadi ia melewati acara demi acara dengan penuh kebosanan. Bahkan saat
beberapa media menanyainya soal kepulangannya, dia tak menggubrisnya.
Saat ini Joongki tengah memberikan sambutannya dan berbasa-basi. Membuat Baekhyun
makin bosan.
“Baiklah, saya rasa cukup sekian. Selanjutnya kita bisa menikmati penampilan penyanyi
nomor satu kita saat ini.” Joongki turun dari panggung. Membuat Baekhyun melihat langsung
kea rah panggung yang tengah mempertontonkan Lee Jieun yang siap-siap bernyanyi sambil
tersenyum dengan manisnya.
Musik mulai dimainkan, Jieun menyanyi seindah biasanya. Selalu berhasil membuat
baekhyun tersihir karena kemerduan suaranya itu. Baekhyun tak bisa berkata ataupun berbuat
apa-apa. Dia terpaku dan membeku melihat Jieun, gadis yang ia cintai ada di hadapannya
sekarang.
***
Saat ini Baekhyun tak menikmati hidangan seperti tamu yanglain. Ia hanya sibuk
menahan dirinya agar tak mencuri pandang pada Jieun yang sedang di kerumuni media itu.
“Lee Jieun-ssi, bukankah anda adalah si bebek yang dulu pernah terlibat skandal dengan
Si bungsu Daesun grup?” Tanya seorang wartawan dengan manisnya.
Jieun hanya tersenyum.
“Ah, benar, bisa anda jelaskan masalah itu?” Tanya yang lain.
“Bagaimana bisa anda menjadi undangan di acara ini sekarang?”
“Apa dengan begini anda menunjukkan bahwa tak ada apa-apa diantara kalian. Dan itu
semua hanya skandal murni?”
Jieun tetap tersenyum, “Tidak seperti itu.”
“Jadi? Apa maksudnya? Apa anda tidak takut ada skandal lagi?”
“Aniyo. Karena itu bukan skandal.” Jawab Jieun.
“Jadi?”
“Itu kenyataan.”
“Bisa anda jelaskan lagi lebih jelas Lee Jieun-ssi?”
Jieun tersenyum, dia melihat ke arah Baekhyun yang sedari tadi mencuri pandang ke
arahnya. Jieun melangkah menghampiri Baekhyun, membuat Baekhyun terperanjat dan
membeku seketika.
“Ini benar-benar kenyataan.” Kata Jieun lalu mencium Baekhyun dia depan banyak
orang. Baekhyun hanya bisa terbelalak.
“Sepertinya ini semua berjalan lancar.” Kata Joongki di kejauhan.
“Geurae, tapi aku tak menyangka Jieun akan melakukan ini.” Ilwoo menggelengkan
kepala. “Dia berani juga.”
Mereka berdua saling menatap lalu tersenyum puas.
***
Saat ini Baekhyun dan Jieun sedang berada di atap gedung tempat pesta perusahaan berlangsung.
Mereka duduk berdua disana. Di menit-menit pertama mereka hanya. Saling memandang
sesekali dan tersenyum bahkan tertawa.
“Ini gila.” Kata Baekhyun akhirnya.
Jieun tersenyum.
“Benar-benar gila. Apa maksud semua ini?” Tanya Baekhyun.
“Ini rencana kami. Dan ini berhasil.” Jawab Jieun.
“Kami?”
“Geurae, aku dan hyungmu.”
“Kalian? Selama tiga tahun ini apa kau selalu bersama mereka? Menghabiskan waktu selama itu
hanya dengan mereka?”
Jieun mengangguk, “Harus dengan siapa lagi? Rencana ini bukan rencana sepele. Kami harus
melakukannya dengan sungguh-sungguh.”
“Apa sebenarnya yang kalian maksud rencana?” Tanya Baekhyun heran, dan sebenarnya sedikit
kesal.
“Setelah kau pergi, kami memutuskan untuk tetap membuatku debut. Jadi dua tahun aku harus
menjadi trainer setelah kami menemukan manajemen yang akhirnya mau mendebutkanku meski
tahu semua kekuranganku. Dan Setahun lalu aku debut. Tak kusangka akan semelejit ini
karirku.” Jelas Jieun.
“Kau melakukan itu semua?”
“Geurae, Untukku sendiri dan untukmu.”
“Untukku?”
“Agar aku bisa bersamamu. Kau kira mudah membuat si bungsu Daesun grup jatuh hati padaku?
Aku akan sangat sulit mendapat yang seperti ini.” Goda Jieun.
“Jadi selama ini, sebenarnya kau…”
“Geurae, Saranghae… Jeongmal jeongmal saranghanda.” Kata Jieun akhirnya sambil menatap
lekat-lekat Baekhyun. “Ini adalah kata-kata yang ingin aku ucapkan padamu sejak dulu.”
Baekhyun tersenyum. Mereka terdiam dan hanya saling menatap. Baekhyun mulai mendekat dan
semakin dekat, berniat mencium Jieun. Saat Jieun sudah menutup mata dan jarak mereka tinggal
seinci, “Ya! Apa kalian tidak berniat memberi kami hadiah atau semacamnya, setelah bersatunya
kalian kembali?” Ilwoo datang bersama Joongki merusak suasana.
Baekhyun menatap kakak-kakaknya dengan kesal. Sedangkan Jieun hanya tertawa.
“Chukahae!” kata Joongki tersenyum.
“Gomapta hyung.” Kata Baekhyun dengan kesal.
Ilwoo dan Joongki tertawa puas.
“Bisakah kalian meninggalkan adik kalian ini sendiri?” Tanya Baekhyun.
Ilwoo dan Joongki malah menghampiri Jieun dan merangkulnya dari kedua sisi, mengapitnya.
Itu membuat Jieun hanya tertawa.
“Waegeurae? Kami sudah terbiasa bersamanya.” Kata Ilwoo.
“Kami tak terpisahkan.” Kata Joongki.
“Ya! Pulangkan saja aku ke Amerika!” teriak Baekhyun kesal.
Mereka bertiga malah tertawa melihat Baekhyun.
“Sepertinya dia benar-benar si bungsu Daesun grup.” Kata Jieun.
THE END