Transcript
Page 1: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

44

MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

TRADISIONAL DI PAUD AMONG SIWI, PANGGUNGHARJO,

SEWON, BANTUL

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Sosial UNY Email: [email protected]. Hp. 085743430029

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui muatan nilai-nilai

karakter melalui permainan tradisional di PAUD Among Siwi,

Panggungharjo, Sewon, Bantul. Subjek penelitian ini adalah seluruh

siswa PAUD Among Siwi dan pendidik. Teknik pengumpulan data

menggunakan observasi dan wawancara. Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk kualitatif. Teknik analisis

data digunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa proses pembelajaran di Among Siwi

ditekankan pada pengembangan karakter dan budaya. Penanaman

karakter melalui permainan tradisional dapat dilihat melalui

permainan seperti sluku-sluku bathok, ancak-ancak alis, dempo ewa-

ewo, baris rampak, dsb. Dalam permainan, tarian dan nyanyian

aspek yang terkandung seperti Wiroso (perasaan), Wiromo (irama),

Wirogo (psikomotorik/ketrampilan), sehingga nilai-nilai karakter yang

tertanam dalam diri anak seperti kerjasama, kebersamaan,

kreatifitas, tanggung jawab, demokrasi, percaya diri, komitmen,

dapat berkembang dengan baik sejak usia dini.

Kata kunci : nilai-nilai karakter, permainan tradisional

Page 2: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

45

Abstract

This study aims to determine the charge character values through traditional games in early childhood Among Siwi, Panggungharjo, Sewon, Bantul. The subjects were all students of early childhood educators Among Siwi. Data collection technique used observation and research interview. Desain used in this study is qualitative. Data analysis techniques used interactive model analysis. The research concludes that the learning process in Siwi Among emphasis on character development and culture. Planting character through traditional games can be seen through the game as sluku-sluku bathok, nonchalant eyebrow, Dempo ewa-Ewo, etc, baris rampak. In games, dances and songs contained aspects such as Wiroso (feeling), wiromo (rhythm), Wirogo (psychomotor/skills), so that the character values that are embedded in the child such as cooperation, solidarity, creativity, responsibility, democracy, trust self, commitment, can develop well from an early age. Keywords: the values of character, traditional games

Pendahuluan

Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia sangat

kompleks, hal ini dibuktikan dengan berbagai permasalahan sosial

yang melanda masyarakat kita, masalah harta, kedudukan, pangkat

dan kekuasaan selalu didewakan dan dipentingkan sehingga banyak

terjadi pergeseran nilai yang tumbuh di masyarakat.Pergeseran nilai-

nilai dibuktikan dengan perubahan nilai-nilai sosial, ekonomi dan

kultural. Masalah kriminalitas semakin tinggi, kasus pembunuhan

semakin sulit dihindari, kenakalan remaja seperti narkoba, seks

bebas, tawuran, fenomena geng motor semakin bertambah, dan

sampai masalah harga diri bangsa juga semakin dipertaruhkan.

Selain itu, perilaku remaja sekarang cenderung cuek, tidak ada rasa

peduli, dan kurang sopan santun dan masih banyak permasalahan

moral dan karakter yang melanda masyarakat kita.

Page 3: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

46

Karakter bangsa merupakan aspek penting dari pembentukan

kualitas sumber daya manusia karena kualitas karakter bangsa

menentukan kemajuan suatu bangsa dan negara. Peningkatan

kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh melalui perbaikan

sistem pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter siswa

sejak tingkat pra sekolah sampai perguruan tinggi. Pembentukan

karakter sebagai upaya meningkatkan perilaku individu

dilaksanakan secara berkesinambungan yang melibatkan aspek

knowledge, feeling, dan acting (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 31).

Nilai-nilai karakter dapat diinternalisasikan melalui lingkungan

keluarga, sekolah maupun masyarakat. Karena proses penanaman

karakter merupakan proses untuk membentuk, menumbuhkan,

mengembangkan dan mendewasakan kepribadian anak menjadi

pribadi yang bijaksana dan bertanggung jawab melalui pembiasaan-

pembiasaan pikiran, hati dan tindakan secara berkesinambungan

yang hasilnya dapat terlihat dalam tindakan nyata sehari-hari baik di

keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Nilai-nilai karakter yang

terintegrasi meliputi dimensi penting yang dapat digambarkan dalam

beberapa tindakan, maksudnya pendekatan pendidikan karakter

dalam keluarga dapat terintegrasi melalui proses interaksi dalam

masyarakat, antara orang tua dan anak dapat bekerja sama dalam

proses sosialisasi yang berorintasi pada tindakan yang lebih

bermakna, sehingga proses internalisasi dan sosialisasi dapat

membantu dalam pembentukan pribadi anak yang berkarakter baik

dan berakhlak mulia.

Wilayah Pandes Kabupaten Bantul termasuk wilayah yang

konsisten mengembangkan tradisi lokal dan nilai-nilai budaya Jawa.

Berawal dari keprihatinan warga terhadap perkembangan anak-anak

Page 4: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

47

sekarang yang cenderung meniru budaya-budaya barat mulai dari

pola perilaku, kebiasaan dan pola pikir yang sudah jauh dari tata

norma dan aturan yang ada. Termasuk jenis permainan atau

doalanan anak yang sekarang beralih pada permainan modern (play

stations, game internet, dll). Warga Pandes, Bantul kemudian

menawarkan solusi alternative dengan membentuk Kampung

Dolanan. Sesuai dengan namanya, warga Pandes berkomitmen akan

mengedepankan nilai-nilai budaya sebagai solusi dalam mengatasi

berbagai permasalahan moral, sosial dan kultural masyarakat.

Kampung Dolanan mengenalkan kembali permainan-permainan

tradisional (dolanan anak) kepada anak-anak, contohnya seperti

sluku-sluku bathok, ancak-ancak alis, egrang, congklak/dakon,

benthik, cublak-cublak suweng, bandulan, gobak sodor, engklek, dll,

diharapkan melalui permainan tradisional tersebut generasi muda

termasuk anak-anak lebih memahami dan memaknai bahwa melalui

permainan tradisional diajarkan untuk saling toleransi,

menghormati, kebersamaan, kejujuran, sportif, keberanian,

konsisten, mandiri, serta tanggung jawab. Maka dari itu, penelitian

ini akan melihat bagaimana nilai-nilai karakter yang dikembangkan

melalui permainan tradisional di Among Siwi, Kampung Dolanan,

Desa Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul.

Hakekat Karakter

Lickona (1992: 51) menjalaskan tentang pengertian karakter

sebagai berikut:

Character consist of operative values, values in action. Character conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior. Good character consists of knowing the good, desiring the good and doing the good-habits of the mind, habits of the heart and habits of action.

Page 5: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

48

Pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa karakter terdiri dari

nilai-nilai tindakan. Karakter yang dipahami mempunyai tiga

komponen saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan

moral dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari

pengetahuan yang baik, menginginkan yang baik dan melakukan

kebiasaan yang baik pula dari pikiran, kebiasaan dan tindakan.

Tadkiratun Musfiroh (2008: 27) menjelaskan bahwa karakter

mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills), meliputi keinginan untuk

melakukan hal yang terbaik.Maksudnya bahwa pendidikan karakter

adalah usaha yang sengaja dilakukan untuk membantu masyarakat,

memahami perilaku orang lain, peduli dan bertindak serta memiliki

ketrampilan atas nilai-nilai etika.

Tujuan pendidikan watak atau karakter menurut Darmiyati

Zuchdi (2008: 39) untuk mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu,

nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang

baik dan bertanggung jawab.Nilai-nilai ini digambarkan sebagai

perilaku moral. Proses pembelajaran karakter lebih diarahkan pada

aspek pengetahuan, ketrampilan dan perilaku, seperti yang

diungkapkan Barth (1990: 254) terdapat tiga aspek dalam

pembelajaran yang harus dicapai yaitu; “a) knowledge, which is a

body of fact and principles; b) skill, which is acquiring an ability

through experience or training; c) attitude, which is one’s opinion,

feeling or mental set as demonstrated by one’s action”.

Pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga aspek dalam

pembelajaran meliputi a) pengetahuan, adalah bentuk dari prinsip

dan fakta; b) ketrampilan, adalah pemerolehan kemampuan melalui

pelatihan atau pengalaman; c) sikap, adalah suatu pendapat,

Page 6: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

49

perasaan atau mental seseorang yang ditunjukkan oleh tindakan.

Lickona (1992: 53) mendefinisikan tiga komponen dalam membentuk

karakter yang baik, yaitu:

Gambar 4.Components of good character (Lickona, 1992: 53)

Gambar 4 dapat dijelaskan bahwa masing-masing komponen

mempunyai aspek yang saling berhubungan satu sama lain. Aspek

dari tiga komponen karakter adalah: Moral knowing yaitu 1)

kesadaran moral (moral awarenees), 2) mengetahui nilai moral

(knowing moral values), 3) perspective taking, 4) penalaran moral

(moral reasoning) 5) membuat keputusan (decision making) 6)

pengetahuan diri (self knowledge). Unsur moral knowing mengisi

ranah kognitif siswa. Sedangkan moral feeling, enam hal yang

merupakan aspek dari emosi yang harus mampu dirasakan oleh

seseorang untuk menjadi manusia berkarakter yaitu: 1) nurani

(conscience), 2) penghargaan diri (self esteem), 3) empati (empathy), 4)

cinta kebaikan, kasih sayang (loving the good), 5) kontrol diri (self

control) dan 6) kerendahan hati (humility). Moral actions merupakan

perbuatan atau tindakan moral dari dua komponen karakter lainnya.

Untuk memahami apa yang mendorong seseorang untuk berbuat (act

MORAL KNOWING

1. Moral awareness

2. Knowing moral values

3. Perspective-taking

4. Moral reasoning

5. Decision-making

6. Self-knowledge

MORAL FEELING

1. Conscience

2. Self-esteem

3. Empathy

4. Loving the good

5. Self-control

6. Humility

MORAL ACTION

1. Competence

2. Will

3. Habit

Page 7: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

50

morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu

kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan karakter

melalui tahap pengetahuan (knowing), kemudian berbuat (acting),

menuju kebiasaan (habit) dimaksudkan bahwa karakter tidak sebatas

pada pengetahuan saja, akan tetapi perlu ada perlakuan dan

kebiasaan untuk berbuat sehingga membentuk karakter yang baik.

Karena pendidikan karakter merupakan proses untuk membentuk,

menumbuhkan, mengembangkan dan mendewasakan kepribadian

anak menjadi pribadi yang bijaksana dan bertanggung jawab melalui

pembiasaan-pembiasaan pikiran, hati dan tindakan secara

berkesinambungan yang hasilnya dapat terlihat dalam tindakan

nyata sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat.

Sjarkawi (2006: 70) menjelaskan bahwa dalam dunia

pendidikan, nilai merupakan salah satu bagian dari pendidikan

afektif. Tujuan dari pendidikan afektif adalah membantu siswa agar

meningkat dalam aspek afektif, dari tingkat paling bawah (menerima

pernyataan tentang nilai-nilai) kemudian menghargainya, merasa

komitmen terhadap nilai-nilai itu dan akhirnya menginternalisasikan

sistem nilai sebagai tingkat tertinggi dalam perkembangan afektif

atau sikap. Kirschenbaum (1995: 31) menjelaskan bahwa:

A comprehensive values education utilized many of the methods and

activities from the values realization, character education, citizenship

education and moral education. The first four categories illustrate one

important aspect of comprehensive values education. The categories

of inculcating, modeling, facilitating, and skill-building all emphasize

the comprehensive nature of the task.

Page 8: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

51

Pernyataan di atas mempunyai pengertian bahwa pendidikan

nilai yang komprehensif yang meliputi inculcation (inkulkasi),

fasilitation (fasilitasi), dan pembinaan ketrampilan (skill building).

Pendekatan penanaman nilai (inkulkasi) mengusahakan agar siswa

mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung

jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahap mengenal

pilihan, menilai pilihan, menentukan pilihan, menentukan pendirian,

menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Muhammad Ali (2005: 144) menjelaskan bahwa nilai merupakan

tatanan atau kriteria dalam diri individu yang dijadikan dasar untuk

mengevaluasi suatu sistem. Pertimbangan nilai merupakan penilaian

individu terhadap objek yang didasarkan pada nilai tertentu yang

akan membentuk pada sebuah moral individu. Moral merupakan

tatanan perilaku yang memuat nilai-nilai tertentu untuk dilakukan

individu dalam hubungannya dengan individu lain di masyarakat.

Dalam moralitas terkandung aspek-aspek kognitif, afektif dan

perilaku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai

merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk melakukan

sesuatu. Moral merupakan perilaku yang seharusnya dilakukan atau

tidak dilakukan sedangkan sikap merupakan kecenderungan

individu untuk merespon terhadap sekumpulan objek sebagai

perwujudan sistem nilai dan moral dalam dirinya.

Barth (1990: 370) menjelaskan bahwa nilai adalah “the results

of judgments made by an individual or the society as a whole which

determine the relative importance or worth of a thing, idea, practice or

believe”. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai

merupakan hasil pertimbangan yang dibuat oleh seseorang atau

masyarakat secara kelompok untuk menentukan penting atau

Page 9: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

52

berharganya suatu hal, gagasan, atau praktek. Pengertian sikap

kaitannya dengan perilaku dijelaskan Rokeach (Bimo Walgito, 1991:

108) bahwa “an attitude is a relatively enduring organixation of beliefs

around an object or situation predisposing one to respond in some

preferential manner”. Pernyataan di atas dijelaskan bahwa pengertian

sikap termasuk komponen kognitif dan konatif yang merupakan

predisposing atau kecenderungan untuk merespon dan berperilaku.

Ini berarti bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk berbuat

atau berperilaku.

Yuon Ambroise (Kaswardi, 1993: 20) menjelaskan bahwa

hubungan antara nilai, sikap dan perilaku serta kepribadian

seseorang seperti yang tertera dalam gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Hubungan antara nilai, sikap, perilaku dan kepribadian.

Dari gambar 2, menunjukkan bahwa nilai hidup seseorang akan

menjadi acuan dalam menentukan sikap dan menentukan seseorang

dalam berperilaku. Jadi pengetahuan tentang nilai dapat membentuk

sikap, perilaku yang mencerminkan kepribadian atau karakter

seseorang. Hal senada diungkapkan Hart (1978: 5) terdapat

hubungan antara nilai, sikap dan perilaku yaitu:

The relationship between values and behavior cannot clearly be

understood without mentioning attitude. Whereas values refer to

general modes of behavior or end-state of existence across situations,

attitudes are tied to specific events, persons or objects.

Nilai Pola Sikap

Pola

Perilaku

Karakter

Page 10: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

53

Pernyataan di atas maksudnya adalah hubungan antara

perilaku dan nilai-nilai tidak dapat dijelaskan tanpa adanya suatu

sikap. Sedangkan nilai-nilai mengacu pada perilaku yang umum dari

keberadaan situasi tertentu, sikap seseorang atau objek tertentu.

Pernyataan tersebut dapat dijelaskan melalui gambar seperti di

bawah ini.

Gambar 3. The relationship between values, attitudes and behaviours. (Hart, 1978: 6)

Bimo Walgito (2002: 109) menjelaskan bahwa sikap merupakan

organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenal objek atau

situasi yang relative ajeg yang disertai adanya perasaan tertentu dan

memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat repon

atau perilaku dalam cara-cara tertentu yang dipilihnya, jadi sikap

dapat melahirkan pendapat, nilai dan perilaku.

Ramli Zakaria (2008: 2) menjelaskan terdapat hubungan antara

sikap, perilaku dengan nilai, bahwa sikap dan nilai merupakan

kostruk hipotetik dan menjadi dorongan bagi terwujudnya perilaku

seseorang. Perbedaan antara nilai dan sikap adalah nilai lebih

bersifat global dari sikap dan menjadi sasaran yang lebih abstrak

Attitudes

Values

Page 11: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

54

dalam membuat pertimbangan dan mengambil keputusan. Maka dari

itu nilai dapat mempengaruhi pula perilaku atau perbuatan

seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian terhadap

perilaku tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai sebagai kunci

bagi munculnya perilaku seseorang.

Permainan Tradisional

Pelestarian seni dan permainan tradisional sebagai salah satu

bentuk kekayaan budaya nusantara memang harus bersikap adil,

dalam arti dapat memberi perhatian sesuai dengan

kebutuhan.Wujudu pelestarian seni dan permainan tradisional dapat

dilakukan dalam bentuk kontrol (pengawasan) dan supporting dari

masyarakat. Tanpa hal itu, pelestarian tidak dapat dilakukan secara

maksimal. Apabila seni tradisional tersebut memiliki kendala dalam

hal pengembangan dan pelestarian, baik tidak adanya wadah untuk

berkesenian atau kepedulian generasi muda setempat yang rendah,

maka perlu kerja ekstra dan perhatian serius terutama dari peran

pemerintah untuk merevitalisasikan seni budaya tradisional agar

dikenal dan dapat berkembang.

Langkah sederhana yang tak kalah pentingnya adalah memberi

pengertian tentang seni tradisional itu sendiri, baik dalam

hubungannya dengan sesama seni tradisional di dalam wadah

budaya Indonesia, maupun seni tradisional dalam kaitannya dengan

bagian dari seni global. Tanpa memberi pengertian yang jelas,

dikhawatirkan akan muncul pemahaman yang keliru sehingga

menganggap bahwa seni tradisional adalah sesuatu yang kuno, yang

tidak bergengsi, norak, udik, sehingga tidak perlu dilestarikan.

Pemahaman yang keliru juga bisa menyebabkan orang menjadi tidak

peduli pada setiap seni tradisional terutama permainan tradisional

Page 12: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

55

yang sekarang sudah mulai ditinggalkan dengan permainan (gadget

modern), yang secara tidak langsung akan mempengaruhi cara

berpikir dan bersikap generasi mendatang menjadi generasi yang

kurang memahami tata aturan dan norma di masyarakat.

Setiap permaian tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk

perkembangan kecerdasan anak baik kecerdasan intelektual,

spiritual maupun emotional.Hal ini sangat berbeda sekali dengan

permainan modern yang berkembang saat ini. Beberapa pesan moral

yang dapat disampaikan oleh permainan tradisional :

a. Permainan tradisional mengajarkan untuk berbagi kepada sesama

teman, karena permainan menuntut mereka untuk berinteraksi

langsung dengan lawan main.

b. Masing-masing pemain harus dapat bersikap sportif pada setiap

permaian yang dilakukan dan harus dapat menerima jika dia

kalah.

c. Setiap pemain harus menyelesaikan setiap permainan dari awal

sampai akhir permainan, tidak boleh berhenti di tengah permainan

(tidak boleh putus asa).

d. Masing-masing pemain akan berpikir kreatif terhadap hal-hal yang

ada disekelilingnya sehingga diharapkan kelak anak-anak tersebut

menjadi manusia dewasa yang kreatif (dalam hal positif tentunya).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, metode ini

menyajikan temuannya dalam bentuk deskripsi kalimat yang rinci,

lengkap, dan mendalam mengenai proses mengapa dan bagaimana

sesuatu terjadi. Teknik pengumpulan data menggunakan 1) teknik

wawancara mendalam (in depth interviewing), dalam penelitian ini

dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended) dan

Page 13: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

56

mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan tidak secara

formal terstruktur guna menggali pandangan subjek yang diteliti

tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar

bagi penggalian informasi secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam.

2) Observasi, dilakukan untuk melihat penanaman nilai-nilai

karakter melalui permainan tradisional. 3) analisisdokumen, sebagai

pelengkap dari data yang dikumpulkan melalui wawancara.

Teknik validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik

trianggulasi. Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data dan

trianggulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis

model interaktif yang memiliki tiga langkah utama yaitu reduksi data,

sajian data, dan penarikan simpulan.

Hasil Penelitian

Dalam pelestarian nilai-nilai tradisi tersebut metode atau cara

yang dilakukan masyarakat Pandes, Bantul adalah dengan

merevitalisasikan nilai tradisi tersebut. Landasan nilai yang

dikembangkan di masyarakat Pandes sebagai desa budaya adalah :

1. Kesadaran akan ruh geografis

Pada zaman nenek moyang sudah dikembangkan di wariskan

berbagai dolanan tradisional, masyarakat mengembangkan dolanan

tersebut dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar,

misalnya seperti dolanan kitiran.Dimana dolanan kitiran sangat

mengandalkan kekuatan angina untuk memutar baling-baling

tersebut.Selain itu, masyarakat memanfaatkan potensi lingkungan

sekitar untuk mengembangkan dolanan tradisional lebih luas lagi.

2. Kreativitas dan Kemandirian

Dari zaman dulu, masyarakat khususnya simbah-simbah di

kampong Pandes sudah sangat kreatif, karena mampu membuat,

Page 14: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

57

menciptakan, dan mengembangkan sendiri bermacam-macam

dolanan tradisional dengan berbagai bentuk dan warna.Misalnya

menciptakan dolanan otok-otok dengan memanfaatkan bamboo

yang dapat bersuara hanya dari selembar kecil cumpring. Selain itu,

juga mampu membuat wayang dari kertas tanpa harus membuat

bentuk pola terlebih dahulu, tidak hanya 1 karakter wayang saja

tetapi sampai 90 karakter wayang juga dikembangkan dengan

berbagai bentuk dan warna.

Dari kreatifitas tersebut dapat menciptakan kemandirian dan

tidak tergantung orang lain untuk dapat bertahan hidup.

Masyarakat optimis dengan bekal kreatifitas yang mereka punya,

dapat membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari, paling tidak

mereka mendapatkan uang untuk bekal hidup melalui cara yang

halal.

3. Pendidikan Karakter

Dari bermacam-macam dolanan yang diciptakan ternyata ada

maksud yang hendak dicapai, seperti dengan adanya berbagai

dolanan tradisional dapat merangsang kecerdasan majemuk secara

optimal.Jauh sebelum Gardner menyimpulkan kecerdasan majemuk

pada anak, masyarakat Pandes melalui hasil karya simbah-simbah

tersebut sudah memahami lebih dulu tentang kecerdasan yang ada

dalam diri anak-anak, berbeda dengan Gardner yang hanya

menyimpulkan saja. Selain itu, mengembangkan kecerdasan anak

tidak hanya melalui permaina tradisional saja tetapi juga melalui

nyanyian yang di dalamnya terdapat beberapa hal seperti Wiroso

(perasaan), Wiromo (irama), Wirogo (psikomotorik/ketrampilan),

ketiga hal tersebut tidak dimiliki oleh permainan di era sekarang.

Page 15: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

58

Masyarakat menyadari bahwa penanaman nilai-nilai karakter

terutama dalam diri anak-anak sangat diperlukan, sehingga sampai

sekarang masyarakat masih mempertahankan dan mengembangkan

dolanan tradisional, nyanyian dan tari tradisional.Atas dasar itulah,

perlu dikembangkan dalam rangka mengembangkan karakter dalam

diri anak melalui layanan pendidikan.Karena, pendidikan

merupakan hal yang penting untuk mencapai kecerdasan baik

pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Sehingga, dibentuklah

layanan pendidikan melalui Pendidikan Anak Usia Dini “Among

Siwi”.

Sekolah yang berbasis Budaya berdiri pada tahun 2006, yang

dinamakan Sekolah Among Siwi sekarang menjadi Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) Among Siwi. Tempatnya dibagi menjadi dua

tempat kerena terdapat dua kelas, yaitu A dan B. Bangunannya

kecil, hanya terbuat dari bilik bambu sehingga membentuk sebuah

pondok taman bermain untuk anak-anak di Desa Pandes. Keceriaan

anak-anak, tergambar jelas, mereka bermain, berteriak, guling-

guling di lantai, berlari kesana kemari di sekolah kecil itu. Pendidik

di Among siwi menyambut hangat semangat anak-anak untuk

belajar, sekalipun pendidik yang mengajar sering kewalahan,

menghadapi anak-anak, bahkan tidak cukup satu orang guru,

melainkan dua atau tiga guru sekaligus ikut membantu dalam

mentertibkan murid di Among siwi. jam belajar di among siwi

dimulai dari jam 7.30 wib sampai 10.00 wib, anak –anak pun

diantar dan dijemput bersama orang tua masing-masing.

Terbentuknya PAUD Among Siwi didukung oleh masyarakat

setempat dan pimpinan masyarakat sampai tingkat kabupaten. Visi

dan Misi yang dibentuk :

Page 16: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

59

Visi : Mencipatakan tatanan masyarakat yang religious, demokratis,

berdaya secara ekonomi serta berkesadaran ekologis untuk

membangun sekolah masa depan yang mampu memberi makna

lebih atas sampah.

Misi :1. Mencipatakan ruang pendidikan berbasis masyarakat

2. Memberikan bentuk pembelajaran aktif yang berorientasi

pada kehendak anak

3. Membangun “sekolah” yang sistematis dan penuh kasih

sayang sebagai dasar pembentukan karakter yang kuat

secara mental dan spiritual.

4. Menempatkan kembali moral dan etika sebagai unsur

pendidikan yang sehat.

5. Menyelenggarakan pendidikan anak yang berkualitas serta

komprehensif terhadap permasalahan biaya pendidikan.

Adapun fungsi dibentuknya Among Siwi adalah memberikan

layanan pendidikan Anak Usia Dini, sebagai wadah untuk

melestarikan permainan tradisional, dan sebagai ajang diskusi dan

berbagi pengalaman. Selain itu, asas yang dibentuk Among Siwi

adalah Asas Demokrasi, Asas Manfaat, Asas Kebersamaan, Asas

Kemandirian, Asas Kebermaknaan, Asas Tolong-menolong.

PAUD Among Siwi memiliki kurikulum yang mengembangkan

beberapa hal seperti, dalam pendidikan karakter pengajar

memasukkan hal-hal yang harus diberikan pada peserta didik yaitu

nilai keagamaan, budi pekerti (tata cara, sopan santun), olahraga

dan seni budaya. Melalui pendidikan dasar tekologi, PAUD Among

Siwi memberikan pengetahuan kepada anak tentang berbagai alat

komunikasi seperti computer, televisi, handphone, telepon. Selain

itu, dalam pendidikan dasar teknologi anak-anak juga belajar

Page 17: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

60

tentang seni.Seni kriya juga memiliki keunggulan tersendiri, untuk

membuat mainan tradisional seperti payungan, manukan, kitiran

dll. Selain seni, pengetahuan sains juga menjadi pokok

pembelajaran untuk membantu anak-anak memahami tentang

keberanekaragaman alam. Untuk metode pembelajaran yang

dilakukan di Among Siwi melalui belajar kelompok dan observasi

langsung ke masyarakat. Selain itu, pendidikan lingkungan hidup

juga menjadi pokok kurikulum pembelajaran, disini, anak-anak

diajarkan tentang kebersihan diri, kebersihan lingkungan rumah

maupun sekolah. Anak-anak juga belajar bagaimana memilih

makanan yang sehat, cara merawat tanaman, belajar mengelola

sampah untuk dijadikan pupuk kompos, mambuat mainan dari

kardus dan kertas koran.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu pendidik yang

bernama Umi Khasanah bahwa di PAUD Among Siwi mengajarkan

beberapa tari tradisional, dan permainan tradisioanal seperti ancak-

ancak alis, cublak-cublak suweng, jamuran, dan sebagainya. Hal

itulah yang diungkapkan Ketua Yayasan Among Siwi ini, yang telah

mengajar selama dua tahun, dalam membangkitkan rasa kesadaran

akan kebudayaan tradisonal terhadap anak.” Karena dengan

mengajarkan Budaya Tradisonal pada umur anak-anak seperti ini,

sifat anak sangat mudah dibentuk karena mereka merupakan calon

generasi bangsa” tegasnya lagi.Hal itulah yang dilakukan untuk

mempertahankan budaya tradisonal di zaman Globalisasi ini.

Bukan hanya belajar Budaya Tradisional, Among siwi mengajarkan

pada anak,-anak tentang etika moral terhadap sesama, hal ini

dilakukan oleh Bu Anis yang telah lama juga mengajar di PAUD

Among Siwi. Niat tulusnya terpancar dari raut wajahnnya yang

Page 18: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

61

sangat sabar dengan dengan anak-anak di Among Siwi. Hal inilah

yang membuat beliau dipilih sebagai Guru bimbingan Konseling.

dalam proses pembelajaran sehari-hari Among Siwi selalu

menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Jawa, sehingga selain

memperkenalkan bahasa Jawa untuk anak juga bermaksud

mengembangkan bahasa Jawa di tanah Jawa sendiri. jadi anak-

anak paham bagaimana berbahasa yang baik, halus dan sopan

sesuai dengan tuntutan bahasa Jawa.

Penanaman karakter di PAUD Among Siwi juga

mengintegrasikan melalui dolanan tradisional. Permainan atau

dolanan tradisional yang dikenalkan pada anak-anak dalam

pembelajaran seperti :

1. Dolanan “Dempo Ewa Ewo

Syair :Dempo ewa ewo hem, Ji walang kaji nden dem

Cangkromo jo Lombok Lombok abang dewo, Semedi ketiban

dadi.

Cara main : Semua anak bergandeng tangan membentuk lingkaran,

lalu salah satu orang membawa benda kecil misalnya balok kecil

lalu balok kecil tersebut diputar, sambil bernyanyi syairnya. Jika

pada syair “semedi ketiban dadi” maka kedapatan balok itu yang

berjaga.Tuganya mengejar teman-temannya sampai dapat.

Manfaat : Permainan tradisi ini bersifat rekreatif ditujukan untuk

menggembirakan di samping juga untuk mengembangkan

kecerdasan kinestetik, naturalis, bahasa, music serta kecerdasan

intrapersonal dan interpersonal.

Nilai karakter yang muncul : kebersamaan, konsistensi, tanggung

jawab.

Page 19: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

62

2. Ancak-ancak Alis

Syair :cak ancak alis, Si alis kabotan kidhang, Anak-anak kebo

dhungkul,

Sidungkul bang bang teyot tigo rendheng, Enceng-enceng go

go beluk,

Uni ne pathing selabut, Ulo opo ulo dumung,

Gedhene sak lumbung bandhung, Sawah iro sawah iro lagi

ngopo wong Dheso?

Cara main; orang yang tertangkap harus menjawab pertanyaan di

atas lalu dijawab dengan urut-urutan tata cara menanam padi,

ngluku, ngaru, namping nyebar, ngurit, thandur, matur, ngrabuk,

mekatuk, nguning ngabang, wiwitan dan terakhir panen. Setelah

semua orang menyebutkan tahapan di atas lalu nyanyian

dilanjutkan Nyang Pasar Kadipaten leh-oleh jadah manten.

“Nyang pasar beringharjo leh olehe opo?”

Kemudian orang yang tertangkap diajak menjauh dari kawan-kawan

lalu ditanya mau pilih apa. Setelah semua tertangkap, lalu

permainan dilanjutkan lagi. Orang yang terakhir tertangkap adalah

yang jadi, teman yang lain membuat lingkaran dengan

bergandengan tangan, kemudian salah satu orang bertanya,

kidhang lanang po, kidhang wedok lalu orang yang ada di dalam

harus berusaha keluar.

Manfaat : makna dari permainan ini adalah bersifat reflektif dan

menggembirakan, selain itu juga bersifat memberikan pengetahuan

tentang tahapan cara menanam padi.

Nilai karakter yang muncul: kerjasama, tanggung jawab,

keberanian, kratifitas.

3. Sluku-sluku batok

Page 20: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

63

Syair :Sluku-sluku bathok, bathoke ela elo, siromo menyang solo,

Leh olehe paying mutho, mak jenthit lo lo lobah, wong mati

ora obah, yen obah medeni bocah, yen urip goleki dhuwit.

Cara main : semua anak membuat lingkaran lalu duduk, kaki

diluruskan dan sambil bernyanyi.

Makna: Permainan ini bersifat menggembirakan dan memberikan

pesan religious.

Itulah beberapa contoh permainan tradisional yang

dikembangkan di Among Siwi, tidak hanya 3 permainan saja tetapi

banyak permainan yang diperkenalkan ke anak-anak sehingga

mereka bisa mendapatkan manfaat dari permainan tersebut, seperti

melatih kerjasama, tanggung jawab, keberanian, kebersamaan,

ketelitian, kedisiplinan, kreatifitas. Selain permainan tradisional

untuk menanamkan nilai-nilai karakter, Among Siwi juga

memberikan program “Tokoh Tamu” yang didatangkan dari berbagai

profesi pekerjaan seperti profesi dokter, polisi, guru, reporter, polisi

wanita, pemusik, penari, fotografer, dosen, pelukis dll. Didatangkan

para tokoh dalam pembelajaran di Among Siwi, agar anak-anak

lebih mengerti dan memahami keberagaman dan perbedaan bahwa

dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya ada satu profesi saja

tetapi banyak profesi pekerjaan dan anak-anak dapat termotivasi.

Dengan demikian, program kurikulum yang diterapkan di PAUD

Among Siwi berbasis karakter dan budaya sehingga mampu

mengembangkan kecerdasan majemuk baik pengetahuan, sikap

maupun ketrampilan.

Simpulan

Pendidikan Anak Usia Dini Among Siwi memiliki kurikulum yang

mengembangkan beberapa hal seperti, nilai keagamaan, budi pekerti

Page 21: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret 2015

64

(tata cara, sopan santun), olahraga dan seni budaya. Proses

pembelajaran di Among Siwi ditekankan pada pengembangan

karakter dan budaya. Melalui permainan tradisional, seni dan musik

tradisional diharapkan mampu untuk mengembangkan kecerdasan

anak baik pengetahuan, spiritual, sikap maupun ketrampilan.

Penanaman karakter melalui permainan tradisional dapat dilihat

melalui beberapa permainan seperti sluku-sluku bathok, ancak-

ancak alis, dempo ewa-ewo, baris rampak dsb. Dimana dalam

permainan, tarian dan nyanyian terdapat beberapa hal seperti Wiroso

(perasaan), Wiromo (irama), Wirogo (psikomotorik /ketrampilan).

Nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri anak seperti kerjasama,

kebersamaan, kreatifitas, tanggung jawab, demokrasi, percaya diri,

komitmen, dll, sehingga melalui permainan tradisional inilah jiwa dan

karakter anak-anak usia dini dapat berkembang dengan baik.

Saran

1. Pemerintah sebaiknya senantiasa mendukung kegiatan

pembelajaran di PAUD baik secara materiil maupun non materiil.

2. Guru harus terus mengembangkan kegiatan yang dapat

mengembangkan kreatifitas anak usia dini.

3. Peran masyarakat menjadi sangat penting dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan PAUD.

Page 22: MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PERMAINAN

Sudrajat, Taat Wulandari, Agustina Tri Wijayanti

65

Daftar Pustaka

Barth, James. L. (1990).Methods of instruction in social studies education. New York: University Press of America.

Bimo Walgito. (1991). Psikologi social (Rev. ed.). Yogyakarta: Andi

Offset Darmiyati Zuhdi. (2008). Humanisasi pendidikan: menemukan

kembali pendidikan yang manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.

Frankel, Jack R. (1977). How to teach about values, an analytic approach. London: Prentice-Hall, Inc

Hart, Gordon M. (1978).Values clarification for counselors: how counselors, social workers, psychologists and other human service workers can use available technique. Springfield-Illinois: CT-Publisher.

Kaswardi.(1993). Pendidikan nilai memasuki tahun 2000. Jakarta:

Gramedia Widiasarana.

Kirchenbaum, H (1995). 100 Ways to enchance values and morality in two schools and youth setting. Massachusetts: A Simon & Schuster Company.

Lickona, T. (1992). Educating for character, how our schools can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books.

Mohammad Ali. (2005). Psikologi remaja: perkembangan peserta didik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sjarkawi. (2006). Pembentukan kepribadian anak: peran moral, intelektual, emosional dan sosial sebagai wujud integritas membangun jati diri. Jakarta. Bumi aksara.

Tadkiratun Musfiroh. (2008). Character building. Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Ramli Zakaria. (2008). Pedoman penilaian sikap. Jakarta: Pusat

Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.


Top Related