MOTIVASI ZIARAH BATU KERAMAT
UYUT EYANG LANG-LANG BUANA DI VIHARA
SIAN JIN KU POH TAJUR HALANG-BOGOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh:
Ade Ulfatun Najah
NIM: 1115032100052
PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
i
MOTIVASI ZIARAH BATU KERAMAT
UYUT EYANG LANG-LANG BUANA DI VIHARA
SIAN JIN KU POH TAJUR HALANG-BOGOR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
Ade Ulfatun Najah
11150321000052
Diperiksa dan Disetujui
Di Bawah Bimbingan
Dra. Hermawati, MA
NIP: 19541226 198603 2 002
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ade Ulfatun Najah
Nim : 11150321000052
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama
Judul Skripsi : Motivasi Ziarah Batu Keramat Eyang Uyut Lang-Lang
Buana Di Vihara Sian Jin Ku Poh, Tajur Halang-Bogor
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplak dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSYAH
Skripsi berjudul, “MOTIVASI ZIARAH BATU KERAMAT UYUT EYANG
LANG-LANG BUANA DI VIHARASIAN JIN KU POH TAJUR HALANG-
BOGOR”telah diujikan dalang sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Mei 2020. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana agama
(S.Ag) pada Program Studi Agama-Agama.
Jakarta, 19 Mei 2020
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota
Syaiful Azmi, MA
NIP. 19710310 199703 1 005
Sekretaris Merangkap Anggota
Lisfa Sentosa Aisyah, MA
NIP. 19750506200501 2 003
Anggota ,
Penguji I
Drs. M. Nuh HS, MA
NIP. 19610312 198903 1 002
Penguji II
Drs. Dadi Darmadi, MA
NIP. 19690707 199503 1 001
Pembimbing,
Dra. Hermawati, MA
NIP: 19541226 198603 2002
iv
ABSTRAK
Ade Ulfatun Najah, Motivasi Ziarah Batu Keramat Uyut Eyang Lang-
lang Buana Di Vihara Sian Jin Ku Poh, Tajur Halang-Bogor.
Manusia disebut makhluk sosial juga makhluk spiritual. Dengan
demikian kerinduan hati untuk bisa mengenali hakikat, jati diri dan asal
usul kehidupan serta hubungannya dengan alam semesta dan Sang
Sumber Tertinggi (Tuhan) dimiliki oleh semua orang tanpa mengenal
batas etnis, bangsa bahkan ruang dan waktu. Kepercayaan pada yang gaib
maupun yang mistik tidak terlepas dari manusia.
Persoalan yang terjadi pada peziarah Batu Keramat menjadi
problematika kepercayaan setiap orang yang mendatanginya. Mereka yang
mendatangi keramat memiliki berbagai keperluan dan keinginan di luar
sekadar berziarah. Dari ini terdapat pokok permasalahan terkait
problematika tersebut, yaitu 1. Bagaimana pemaknaan batu keramat dan
motivasi peziarah batu keramat di vihara Sian Jin Ku Poh. Dengan
menggunakan penelitian lapangan kualitatif, beberapa sumber primer
digunakan sebagai acuan dalam melakukan wawancara dan observasi
selama dilapangan. Kemudian, data sekunder digunakan sebagai rujukan
dari buku, maupun jurnal yang relevan dengan penelitian ini. pelaporannya
bersifat deskriptif dan naratif.
Hasil dari penelitian ini, motivasi para peziarah terbagi atas empat
kategori, yaitu pertama, taktyarasa yaitu berziarah dengan tujuan
memperoleh berkah dan keteguhan hidup (ngalap berkah). Peziarah
mendatangi keramat hanya melakukan penghormatan. Kedua, gorowasi:
berziarah untuk memperoleh kekuatan, popularitas, stabilitas pribadi, serta
umur panjang, dan mencari ketenangan batin. Keramat dianggap sebagai
salah satu tempat yang dapat mengabulkan permohonan meminta pekerja,
keharmonisan keluarga. Ketiga, widiginong: berziarah dengan tujuan
mencari kekayaan dunia maupun jabatan duniawi atau mencari rejeki.
Banyak peziarah datang ke keramat untuk meminta rejeki dan penglaris
usaha. Keempat, samaptadanu: upaya mencari kebahagiaan anak cucu agar
selamat atau untuk mencari keselamatan. Sebagai tempat yang dijadikan
memiliki kekuatan suci ataupun sakral, mereka percaya bisa mendatangkan
keselamatan, keamanan dan bisa mengobati sakit seseorang.
Kata kunci : Kepercayaan, Batu Keramat, Motivasi Ziarah.
v
Motto
“Jangan lupakan kekuatan senyum, selama kau bertahan, banyak
hal menyenangkan yang akan terjadi.”
Bellemere (one piece)
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaan Nirrahim…...
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil ´alamiin segala puji dan syukur Penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Motivasi
Ziarah Batu Keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana di Vihara Sian Jin Ku
Poh, Tajur Halang-Bogor, dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw.
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari akan banyak kekurangan,
kendala, hambatan dan juga kesulitan yang dihadapi baik dalam pengaturan waktu,
pengumpulan bahan-bahan maupun kondisi objektif di lapangan dan sebagainya selama
masa pengerjaan. Namun dengan pertolongan Allah SWT, serta berkat kesungguhan hati
dan kerja keras penulis dapat melewati saat-saat tersulit yang dihadapi. Hal ini juga tidak
terlepas dari dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak yang selalu
menyertai penulis. Untuk itulah penulis ingin sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Amani Lubis, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Syaiful Azmi, MA, selaku ketua Jurusan Studi Agama-agama yang
telah meluangkan banyak waktu dan juga memberikan banyak
arahan.
vii
4. Lisfa Sentosa Aisyah, MA, selaku sekretaris Jurusan Studi Agama-
agama yang telah memberikan dukungan kepada penulis dan sudah
banyak membantu penulis dalam mengurus semua keperluan skripsi
hingga selesai.
5. Ibu Dra. Hermawati, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia meluangkan banyak waktunya untuk membimbing,
memberi petunjuk, arahan, dan nasehat kepada penulis dengan ikhlas
dan teliti demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya
dosen pengajar Studi Agama-agama yang dengan sabar dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan
kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga apa yang
telah dilakukan oleh bapak ibu diberikan balasan terbaik oleh Allah
SWT.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, yang telah memfasilitasi
untuk mengadakan studi kepustakaan, dan staf Akademik Fakultas
ushuluddin yang telah memberikan dan memfasilitasi terhadap surat
menyurat.
8. Semua pihak Keramat dan pengurus Vihara Sian Jin Ku Poh yang
telah banyak membantu dan direpotkan dalam proses penelitian,
khususnya Ibu Eti, ko Apeng, mak Kutun, dan narasumber terkait,
yang sudah sangatlah membantu dalam proses penelitian dan
bersedia meluangkan waktu serta berbagi ilmu pengetahuan dan
viii
informasi terkait pada saat pengambilan data wawancara.
Terimakasih juga untuk Pengurus dan Banthe yang dan terus
berjuang mencerdaskan bangsa ini. Belajar menjadi diri sendiri,
menghargai sesama, tanpa berada di Sangha Meta Arama, yang
mengijinkan penulis belajar di Sangha selama melakukan penelitian.
9. Bapak tercinta Muhyidin, Ibu tercinta Salimah Ernawati, adik-
adikku tersayang, nenek, paman, bibi dan keponakanku tersayang
yang selalu memberikan dukungan, doa dan hiburannya sehingga
penulis tidak pernah patah semangat, bisa tertawa lepas, serta selalu
bersyukur untuk melakukan segalanya.
10. Kakakku tersayang Anastasia dan Ferdinand yang selalu menjadi
pembimbing ku dan menjadi alarm juga acuan penulis untuk terus
maju selama ini. Semoga sehat selalu dan terus menjadi semangat
bagi penulis. Teruntuk juga kakak-kakakku yang di Lampung yang
selalu memberikan semangat dan nasehatnya. Bogo sipeoyeo, neomu
saranghae.
11. Keluarga besar penulis di Pondok Pesantren DAAR EL HIKAM,
teteh- teteh kobong 2 dan kobong 3, juga teteh-teteh pengurus,
terimakasih atas segalanya. Terkhusus untuk Abi Baharuddin dan
Umi Tuti Rosmaya yang tidak pernah bosan terus memberi nasehat
juga sebagai orang tua selama di Daar El Hikam dan seterusnya
akan selalu menjadi orang tua penulis.
12. Keluarga besar KSE Nusantara, khususnya Paguyuban KSE UIN
Jakarta. Penulis belajar banyak sekali pembelajaran untuk saling
ix
berbagi, untuk tidak lupa dengan apa yang telah penulis terima,
terutama ayahanda dan ibunda KSE. Kakak-kakak alumni KSE UIN
Jakarta, teman-teman seperjuangan dan adik-adik yang sedang dan
terus berjuang mencerdaskan bangsa ini. Belajar menjadi diri sendiri,
menghargai sesama tanpa membedakan antar sesama dan terus
mengembangkan diri itulah KSE. Maeu gamsahabnida.
13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Studi Agama-agama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terkhusus Oja, Mala, Syifa,
Nadya, Ica, dan teman-teman SAA B, terimakasih untuk tahun-
tahun bersama selama di UIN.
14. Teman-teman KKN Panavela 127 tahun 2018, terimakasih atas
semua bimbingan dan pembelajarannya. Ayu, Puji, Zaki, Zubed,
Athiya, Nandika, Naelan, Robbi, Ririn, Angel, Dani, Astri, Anis,
Een, Rifki, Ais, Ponti, dan Ocid, kalian terbaik.
15. Terpaling khusus untuk Super Junior yang selama 15 tahun ini
selalu memberikan lagu-lagu terbaik kalian, kekonyolan kalian,
sehingga penulis selalu gembira dan senang. Super Junior bukan
lagi boyband tapi sudah menjadi pelawak, itu sebutan dari ELF.
Penulis akan selalu menjadi bagian dari Super Junior, selalu menjadi
Ever Lasting Friend sampai kapanpun. JYP Entertaiment, yang
selalu menjadi motivasi penulis, terutama Pd. Nim Jin Young, Park.
JYP Entertaiment akan selalu menjadi prioritas utama, JYP stan.
Terima kasih juga untuk semua boys and girls group, solois, duo,
trot, singer ost, yang telah menyanyikan banyak lagu-lagu indah
untuk menemani malam-malam maupun hari-hari penulis. All
x
producer nim, drakor, variety show, and koreografer, terima kasih
untuk semua karya-karya kalian yang luar biasa, yang menjadi
hiburan dan penompang kesetresan penulis.
16. Keluarga besar Tebuireng, khusus untuk sahabat-sahabat dan
ustadzah penulis di Glodak Ting Ah, Ponpes Putri Tebuireng. Yang
selalu memberikan saran dan nasehat, selalu sharing terkait banyak
hal. Selalu menyambut penulis ketika berkunjung, kalian selalu
menjadi keluarga penulis kapanpun itu. Us. Eli, Us. Nailul, Hanum,
Nujum, mba Ririn, Mega, Mami, mba Ulfa, bu Dok, Dina, mak Juk,
Adin, mba Bela, Mya, Qori, jeng Enyip, Ifa, Bundo Ifa, Fifi, Jaki,
Hilya, Elsa, Kaji, Sheila, Ica, teteh, mba Dal, Sapira, mba Put, Sopi,
Alfi, Sagita, wilda, sampai bertemu lagi.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh
penulis, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua, amin. Penulis
hanya dapat memohon kepada Allah SWT. Semoga berkenan menerima
segala kebaikan dan ketulusan kalian semua serta memberikan kebaikan
atas amal baik kalian semua. Terakhir, penulis ucapkan mohon maaf apabila
ada kesalahan kata yang kurang sesuai, dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.
Jakarta, 22 Februari 2020
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ..................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..................................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 10
E. Metode Penelitian....................................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 15
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 17
A. Pengertian Tentang Ziarah ......................................................................... 17
B. Keramat Dalam Pengertian Yang Suci dan Yang Profan .......................... 18
C. Simbol dan Ritual ....................................................................................... 27
D. Pengertian Motivasi ................................................................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM BATU KERAMAT UYUT EYANG LANG-
LANG BUANA ..................................................................................................... 39
A. Sejarah Batu Keramat Di Vihara Sian Jin Ku Poh ..................................... 39
B. Batu Keramat ............................................................................................. 46
C. Simbol-simbol Batu Keramat ..................................................................... 48
D. Ritual Terhadap Batu Keramat .................................................................. 52
BAB IV ANALISIS MOTIVASI PARA PEZIARAH BATU KERAMAT UYUT
EYANG LANG-LANG BUANA .............................................................................. 55
A. Motivasi Spiritual Para Pengunjung........................................................... 55
xii
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 67
A. Kesimpulan ................................................................................................ 67
B. Saran-saran ................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Pohon Pule ...................................................................................... 43
Gambar 3.2. Batu Keramat .................................................................................. 50
Gambar. 3.3 Patung-patung yang dibawa pengunjung atau peziarah ................. 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya manusia belum mengenal agama, kepercayaan ada dan
menganggap semua benda-benda yang dianggap memiliki kekuasaan, juga mereka
istimewakan akan mereka puja-puja. Hal ini dikarenakan adanya naluri agama yang
dimiliki oleh setiap manusia sebagai makhluk yang homo religious. Mereka sadar
bahwasannya betapa hebatnya mereka, ada satu Dzat yang memegang kendali
seluruh kejadian di alam semesta yang mereka diami ini.1
Mengikuti kepecayaan orang kuno atau nenek moyang, bahwasannya
Manusia lahir dengan murni tanpa membawa sehelai apapun ke dunia ini, tanpa
harus mengetahui kehidupan yang akan dijalankannya ke depan nantinya.
Keyakinan agama orangtua serta cara berpikir mereka mempengaruhi pikiran si
anak yang mudah sekali menerima kesan. Bagi anak-anak kesan pertama yang
mereka lihat adalah yang mereka terima.2
Dengan adanya fakta tersebut, dalam kesehariannya, manusia akan terus tumbuh
dan berkembang sesuai dengan harkat, martabat dan keberadaannya. Manusia
berbuat, bertindak, hidup dan menghidupkan dirinya sesuai akan kelakuan juga
lingkungan dimana ia tumbuh dan mengembangkan diri.3 Untuk naluri beragama
nantinya akan direpresentasikan dalam suatu kepercayaan yang masih sangat
1 M. Ali Imron. (2013). Sejarah Terlengkap Agama-agama Di Dunia. Yogyakarta:
IRCiSoD, hal. 19 2 Sayid Mujtaba Musawi Lari. (2001). Etika & Pertumbuhan Spiritual. Jakarta: Lentera,
hal. 15 3A. Muri Yusuf. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualiatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta : Kencana, hal. 2
2
terkontaminasi oleh pola pikir umum yang berlaku di masyarakat tertentu.4 Dengan
ini keberagamaan seseorang akan terpengaruh dengan lingkungan juga dengan
kelakuan yang ada di sekitar lingkungan yang ia tempati.
Kehidupan yang terus berkembang dan membawa manusia pada berbagai
problematika kehidupan, membuat mereka mencari sebuah tempat dimana mereka
bisa mengeluh kesahkan semua masalah yang tengah mereka hadapi. Ketika
manusia menemukan sebuah persinggahan yang menempatkan adanya rasa percaya
dan mereka anggap memiliki daya yang ada diluar kuasa mereka, mereka mulai
menggantungkan rasa kepercayaan mereka pada hal-hal tersebut. Dari inilah
kepercayaan ada dan terus berkembang dan dikenal dengan sebutan agama.
Dengan melihat kilas balik tersebut, pada dasarnya juga manusia
memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Hal ini sesuai dengan insting dan fitrah
manusia untuk mengakui adanya kekuatan yang luar biasa di alam yang mereka
tempati. Ini merupakan tuntutan hati nurani manusia. Seperti halnya mereka
mengingkari kepercayaan atau agama ketika mendapat kesulitan atau sesuatu yang
berada di luar kemampuan mereka dan kemudian mereka menyebutkan nama
Tuhan.5 Kepercayaan tersebut akan melahirkan tata nilai guna menompang budaya
hidupnya. Dari nilai-nilai itulah yang kemudian melembaga dalam tradisi-tradisi
yang diwariskan secara turun-menurun dan mengikat anggota masyarakat yang
mendukungnya. Karena itulah, tradisi sangatlah sulit berubah dan jika pun berubah
akan memakan waktu yang sangat lambat.
4 Sayid Mujtaba Musawi Lari. (2001). Etika & Pertumbuhan Spiritual. Jakarta: Lentera,
hal. 19 5 M. Ali Imron. (2013). Sejarah Terlengkap Agama-agama Di Dunia. Yogyakarta:
IRCiSoD, hal. 12
3
Dalam sejarah kepercayaan manusia yang telah ada ribuan tahun lalu,
hanya tercatat beberapa perkembangan sistem kepercayaan kepada yang gaib, yaitu
dinamisme, animisme, politeisme, henoteisme, dan monoteisme. Kepercayaan
animisme dan dinamisme, kendati dianggap sebagai awal dari kepercayaan umat
manusia, bahkan sampai sekarang kepercayaan tersebut masih terdapat di berbagai
lapisan masyarakat. Walaupun kepercayaan tersebut tidak seperti pada masyarakat
primitif terdahulu, fenomena dan juga praktiknya masih mirip bahkan ada sampai
sekarang.6
Bukan hanya itu, kepercayaan terhadap animisme dan dinamisme yang
memang sudah sangat melekat tidak bisa hilang dengan begitu saja. Animisme7
sendiri diartikan sebagai sesuatu yang lain daripada daya kekuasaan yang tidak
berpribadi.89 Dinamisme10 sendiri diartikan sebagai kepercayaan kepada suatu
daya-kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak berpribadi, yang dianggap
halus atau berjasad, yaitu sejenis "fluidum", yang dapat dimiliki ataupun tidak dapat
dimiliki oleh benda, binatang ataupun manusia.
Agama sebagai salah satu seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan,11 sebagai jembatan komunikasi manusia
saat berdoa dan meminta segala sesuatu. Sebagai penghubung manusia ketika susah
6 Amsal Bakhtiar. (2009). Filsafat Agama. Jakarta : Rajawali Pers. hal. 55 7 Animisme berasal dari perkataan Latin, anima yang artinya "nyawa" 8A.G. Honig Jr.terj. M.D Koesoemoesastro dan soegiarto. (2009). Ilmu Agama . Jakarta:
Gunung Mulia, hal. 54, 33 9 Pengertian singkatnya ialah ajaran atau doktrin tentang realitas jiwa atau roh. Roh-roh
yang dimaksud adalah percaya terhadap makhluk halus atau roh-roh yang terdapat pada setiap benda, baik benda hidup ataupun mati. M. Ali Imron. (2013). Sejarah Terlengkap Agama-agama Di
Dunia. Yogyakarta: IRCiSoD, hal. 20 10 Kata yang berasal dalam bahasa Yunani "dunamos," istilah Inggrisnya adalah
"dynamis", yang diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai kekuatan, kekuasaan atau khasiat, juga
daya. 11 Nur Syam. (2009). Tantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, hal.
134
4
maupun senang, dengan memohon maupun melakukan sesuatu yang mereka
anggap bisa menjadi tolak ukur untuk terkabulnya segala macam yang diinginkan.
Agama-agama yang lahir pada babak sejarah pre-modern, sebelum masyarakat dan
dunia di warnai perkembangan pesat ilmu dan teknik. Peter L. Berger (1969 : 268)
melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia; karena agama
merupakan sarana manusia membela diri terhadap segala kekacauan yang
mengancam hidup manusia.12 Sebagai kebutuhan dasar yang selalu melekat pada
diri manusia, agama sebagai acuan paling terdepan ketika manusia mengalami
permasalahan yang dihadapi.
Setiap masyarakat memiliki motif untuk beragama atau memakai istilah
C.G Jung – naturaliter religiosa, sebagai manifestasi dari fitrah manusia yang
selalu membutuhkan tuntunan dalam memecahkan problematikanya. Maka,
beragama berarti pengakuan akan keterbatasan, sekaligus ketundukan masyarakat
pada seperangkat nilai transendental. Dengan begitu, wajar jika kemudian
masyarakat selalu mengkorelasikan setiap peristiwa yang mereka alami dengan
agama.13
Mengikuti perkembangan jaman yang modern ini, lebih banyak manusia
telah memiliki agama-agama yang memang diakui oleh masyarakat dunia atau yang
biasa disebut dengan agama-agama besar. Agama-agama besar yang dimaksud
adalah agama Islam, agama Buddha, agama Hindu, agama Konghucu, agama
Kristen Protestan, dan agama Kristen Katolik. Walaupun demikian, agama yang
telah mereka anut sekarang memungkinkan bagi mereka untuk percaya pula dengan
12Dadang Kahmad. (2002). Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 119
13 Nurcholish Madjid, dkk. (2004). AGAMA, KEMANUSIAAN & BUDAYA TOLERANSI.
Yogyakarta : PT. Surya Sarana Utama, hal. 95
5
kepercayaan asli dahulu seperti percaya terhadap roh-roh leluhur. Selain percaya
akan adanya roh leluhur, kepercayaan terhadap benda-benda seperti pohon besar,
batu besar, dan gunung yang dihuni oleh roh-roh masih ada juga. Ada kalanya juga
benda-benda ataupun senjata-senjata dianggap bertuah dan sakti, sehingga dapat
dijadikan jimat oleh pemiliknya.14
Manusia tidak hanya disebut sebagai makhluk sosial, tetapi juga makhluk
spiritual. Dengan demikian kerinduan hati untuk bisa mengenali hakikat, jati diri
dan asal usul kehidupan serta hubungannya dengan alam semesta dan Sang Sumber
Tertinggi (Tuhan) tentulah dimiliki oleh semua orang tanpa mengenal batas etnis,
bangsa bahkan ruang dan waktu. Sejak manusia muncul dan berkembang di muka
bumi ini tentulah hasrat tersebut sudah ada meskipun dalam bentuknya yang paling
sederhana sekalipun.15
Problematika kepercayaan ini terjadi terhadap batu keramat yang berada
di vihara Sian Jin Ku Poh. Banyak orang-orang Tionghoa maupun yang lain, datang
untuk melakukan sembahyang kepada leluhur di vihara Sian Jin Ku Poh yang
kemudian mereka melakukan kunjungan kepada batu keramat tersebut dengan
niatan awal hanya dianggap sebagai leluhur. Bukan hanya anggapan awal mereka
saja yang hanya mengetahuinya sebagai leluhur, berbagai agama yang datang ke
keramat untuk meminta keberkahan, bahkan permintaan yang bisa dianggap
menyeleweng dari ajaran agama mereka.
Vihara yang terletak di desa Tonjong, kecamatan Tajur Halang kabupaten
Bogor, tepatnya di jalan PWRI KM 36 Rt. 02 Rw. 06 kampung Jati memiliki nama
14 Yoest. (2008). Riwayat Kelenteng, Vihara, Lithang di Jakarta dan Banten. Jakarta: PT
Buana Ilmu, hal.21 15 Mohammad Zazuli. (2018). Sejarah Agama Manusia. Yogyakarta : Narasi, hal. 35
6
Vihara Sian Jin Ku Poh. Vihara Sian Jin Ku Poh sendiri hanya ada tiga di Indonesia.
Satu ada di Karawang, satu ada di Cibinong dan satu lagi berada di kecamatan Tajur
Halang, Bogor. Vihara ini terletak dibagian jalan lebih dalam dari vihara 8 Phosat
dan jika dilihat bisa dikatakan berada di belakang vihara 8 Phosat. Di vihara ini
tidak ada pintu gerbang yang di dirikan, yang menandakan keterbukaan dan tanpa
adanya batas waktu.16
Pada awalnya, mpe Boen Tjiang sebagai salah satu orang pinter di desa
Tonjong yang juga memiliki tanah tempat berdirinya vihara Siang Jin Ku Poh ingin
memperluas empang atau kolam ikan miliknya yang posisinya berada di bawah
tepat di pinggir kali. Dikatakan di bawah karena keadaan tanah di desa Tonjong
merupakan area tanah perbukitan dengan posisi naik turun.
Mpe Boen Tjiang bersama anaknya pun turun kebawah dan mulai
menggali tanah sekitar kolam ikan miliknya lebih dalam dan lebih luas. Setelah
beberapa saat penggalian kolam tersebut, mpe Boen Tjiang melihat batu yang cukup
besar berada di tengah-tengah kolam yang akan digali tersebut. Karena merasa
terganggu dengan adanya batu tersebut, mpe Boen Tjiang dan anaknya berencana
untuk menjatuhkan batu tersebut dengan mulai menggali-gali sekitar batu agar
terjatuh ke kali dipinggir kolam tersebut supaya tidak mengganggu lagi.
Setelah beberapa lama penggalian dan posisi batu tersebut dalam keadaan
miring ke kali, suatu ketika tiba-tiba saja mpe Boen Tjiang sakit gigi yang dirasa
bahkan hampir selama sebulan. Berbagai pengobatan yang dilakukan ke beberapa
orang pinter, dukun bahkan di jampe-jampe tidak membuahkan hasil untuk
kesembuhan sakit gigi yang diderita oleh mpe Boen Tjiang.17
16 Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019 17 Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019
7
Karena merasa ada kejanggalan dengan sakit gigi yang dialami oleh mpe
Boen Tjiang, beliau pun mendapat petunjuk untuk menyembuhkan sakit gigi yang
dialaminya tersebut. Mpe Boen Tjiang pun memanggil Buakih18 sebagai perantaran
dengan batu keramat tersebut. Secara tiba-tiba Buakih kesurupan dengan
memegang bara yang kemudian mengatakan bahwasannya jika mpe Boen Tjiang
ingin sembuh maka ia harus mengurus batu tersebut. Setelah petunjuk tersebut, mpe
Boen Tjiang pun mulai mengurusi batu keramat.
Sebelum vihara dibangun, daerah ini merupakan kawasan persawahan
yang sangat luas, dan posisi batu keramat yang berada di sawah tersebut. Posisi nya
saat itu berada di depan vihara Sian Jin Ku Poh. Setelah diurus oleh mpe Boen
Tjiang dan adanya kejadian-kejadian yang dianggap mistis oleh orang-orang, batu
tersebut dianggap sakral bahkan di keramatkan oleh orang-orang sekitar juga bagi
orang-orang pendatang.
Dari kejadian ini, masyarakat pun mulai mempercayai dan memuja-muja
batu tersebut, bahkan meminta bebagai macam hal. Suatu ketika, datanglah loktong
(perantara manusia dengan makhluk lain) ke vihara ini. Ia menemukan To Pe Kong
yang berada di pohon pule, dan mengatakan akan memindahkannya ke tempat yang
diinginkan yang kemudian dibangunlah vihara. Orang Cina menyebut To Pe Kong19
sebagai penguasa tanah yang ada di desa keberadaan To Pe Kong tersebut.20 To Pe
Kong yang dimaksud di vihara ini kemudian dikenal dengan sebutan Sian Jin Ku
Poh.
18 Sebutan bagi seorang perantara antara roh atau makhluk gaib dengan manusia.
Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019 19 Sebutan bagi tuan tanah yang menguasai tanah sekitar desa yang ditempati. Wawancara
dengan Bu Eti, pada 29 September 2019. 20 Ws. Mulyadi Liang. (2015). Mengenal Agama Konghucu. Sidoarjo: SPOC, hal. 31
8
Setelah vihara dibangun, batu keramat tersebut juga meminta dibangunkan
tempat yang lebih layak dan bisa berdampingan dengan vihara. Permintaan batu
keramat tersebut pun di kabulkan. Mpe Boen Tjiang pun mengumpulkan para
pekerja di kebun karet sedari jam tujuh pagi untuk memindah batu keramat. Sekitar
lima puluh orang telah berkumpul dan akan memindahkan batu tersebut.21 Sesaat
batu tersebut akan dipindahkan, orang-orang kesulitan karena batu tersebut tidak
bergerak sedikitpun untuk dipindahkan. Kemudian, saat akan dipindahkan kembali,
ada seseorang yang kesurupan dan mengatakan bahwa, jika ingin memindahkannya
harus pada pukul lima sore. Awalnya banyak yang tidak percaya dan mencoba
memindahkannya lagi, tetapi batu tersebut tidak bergerak sama sekali, kemudian
mereka pun menuruti perkataan orang yang kesurupan tersebut.
Tepat pukul lima tepat, barulah batu tersebut dapat diangkat dengan
bantuan banyak orang. Batu tersebut pun dipindahkan ke tempat khusus yang di
buat di sebelah vihara ini. Dengan posisi yang saling berdampingan inilah orang-
orang yang datang untuk sembahyang kepada leluhur kemudian pula juga ikut
sembahyang kepada keramat karena dianggap sebagai leluhur. Satu yang dipastikan
adalah batu keramat tersebut merupakan batu yang di isi oleh leluhur yang masih
keturunan kerajaan Padjajaran yang beragama Islam.
Bagi orang awam yang tidak tahu menahu tentang keberkahan keramat
maka hanya akan melakukan sembahyang. Tapi bagi mereka yang telah mengetahui
tentang keberkahan dan kegunaan lainnya, mereka mulai menyelewengkan niat
awal mereka. Dari meminta kekayaan, nomor untuk bermain judi (jenis judi yang
21 Wawancara denga Bu eti, pada 29 September 2019
9
dilakukan kebanyakan adalah togel), meminta kesembuhan dari sakit, meminta
petunjuk untuk pekerjaan dan usaha, dan sebagainya.22
Dengan adanya keganjilan tersebut, timbulah rasa keinginan tahu yang
lebih lagi mengenai batu keramat tersebut, juga keinginan lebih mendalam bagi
penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang batu keramat tersebut.
Lebih lanjut lagi penulis ingin lebih mendalami bagaimana para pengunjung yang
datang ke batu keramat dengan latar belakang agama yang berbeda-beda untuk
mempercayakan apa keinginan mereka. untuk tetap merujuk kepada data-data yang
ada dan penyesuaian tema yang ingin penulis jabarkan, maka penulis memberi judul
skripsi ini dengan nama "Motivasi Ziarah Batu Keramat Uyut Eyang Lang-lang
Buana di Vihara Sian Jin Ku Poh, Tajur Halang-Bogor".
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Melihat uraian dari latar belakang diatas, untuk menghindari pembahasan
yang lebih luas, penulis akan membatasi pembahasan seputar motivasi orang-orang
yang datang berziarah ke Batu Keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana di Vihara
Sian Jin Ku Poh, Tajur Halang-Bogor.
Untuk rumusan masalah yang akan dibahas, akan melingkupi masalah
berikut, yaitu:
1. Bagaimanakah motivasi para peziarah yang mendatangi batu keramat di
vihara Sian Jin Ku Poh?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas,
berikut tujuan dan manfaat penulisan.
22 Wawancara denga Bu eti, pada 29 September 2019
10
Tujuan dari penulisan, yaitu:
1. Untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat meraih gelar
sarjana dalam bidang ilmu Agama-agama di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk mengetahui sejarah dan berkembangnya batu keramat Uyut Eyang
Lang-lang Buana di Vihara Sian Jin Ku Poh, Tajur Halang-Bogor.
3. Untuk mengetahui dan mengemukakan motivasi para peziarah yang datang
ke batu keramat di vihara Sian Jin Ku Poh Tajur Halang-Bogor.
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menyumbangkan
pemikiran dan referensi bagi Ilmu Studi Agama-Agama maupun penelitian
selanjutnya.
2. Sebagai salah satu sumber informasi dan wawasan mengenai keramat yang
ada di Indonesia, khususnya memberikan penjelasan lebih luas mengenai
batu keramat.
3. Dengan adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
konstribusi berupa bahan bacaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya bagi Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas
Ushuluddin.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian untuk menjaga keaslian tanpa adanya unsur plagiat,
penulis mencoba untuk menelaah penelitian-penelitian terdahulu yang serupa
11
dengan penelitian ini. Bukan hanya untuk menjaga keasliannya, juga untuk
memperkuat dan memperkaya tinjauan pustaka ini.
1. Dalam Skripsi yang berjudul "Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi: Kultus
Dan Motivasi Ziarah", yang dituliskan oleh Siti Meli Marliana, Mahasiswi
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 201423. Dalam skripsi
tersebut sama-sama membahas tentang keramat, namun keramat yang
dimaksud oleh Siti Meli adalah tentang makam sedangkan yang akan penulis
tulis mengenai batu yang di keramatkan.
2. Dalam skripsi yang berjudul "Mitos Keramat Pohon Pule Di Desa Tekorejo
Kecamatan Buay Madang Ogan Komering Ulu (OKU) Timur " yang di tulis
oleh Yulinawati, Mahasiswi S1 UIN Raden Intan Lampung24, sama-sama
membahas mengenai keramat. Namun pada skripsi Yulinawati membahas
mengenai pengeramatan pohon pule, sedangkan yang penulis tulis mengenai
batu yang di keramatkan.
3. Adapun skripsi yang membahas mengenai keramat yang berjudul "Makam
Keramat Dan Perubahan Sosial" yang ditulis oleh Nia Purnamasari. Seorang
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Sosiologi Agama
Fakultas Ushuluddin 200925. Skripsi tersebut membahas tentang keramat pula
tapi bukan mengenai benda seperti yang penulis tuliskan. Skripsi tersebut
menuliskan keramat yang membahas tempat.
23 Siti Meli Merliana. (2018). Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi: Kultus Dan Motivasi
Ziarah. Skripsi S1, Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Prodi Studi Agama-agama.
24 Yulinawati. (2018). Mitos Keramat Pohon Pule Di Desa Tekorejo Kecamatan Buay
Madang Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Skripsi S1, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Jurusan Studi Agama-agama.
25 Nia Purnamasari. (2009). “Makam Keramat dan Perubahan Sosial (Studi Kasus di
Masyarakat Sekitar Makam Dalem Cikundul, Majalaya, Cianjur)”. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, Program Studi Sosiologi Agama.
12
4. Pembahasan tesis oleh Olifianus Kause Mahasiswa S2 Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga, Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Teologi dengan
judul “Naetapan Batu Keramat (Studi Tentang Pengkeramatan Batu Naetapan
dan Dampaknya Bagi Masyarakat Desa Tunua, Kabupaten Timor Tengah
Selatan)”26, sama-sama membahas mengenai batu keramat, namun batu
keramat yang dibahas oleh Olifianus merupakan batu keramat yang telah di
keramatkan oleh masyarakat sejak nenek moyang juga sebagai warisan sosial.
Sedangkan batu keramat yang di tulis oleh penulis merupakan fenomena yang
bisa dikatakan baru karena dijumpai dalam kurun waktu pada tahun 1970-an.
Juga masyarakat sekitar Naetapan memiliki kearifan lokal antara yang sakral
dan yang profan.
5. Dalam jurnal “Analysis of Local Attitudes Toward the Sacred Groves of
Meghalaya and Karnataka, India”, oleh Alison Ormsby, dari departemen studi
lingkungan, Universitas Eckerd, St. Petersburg, FL, USA27. Membahas
mengenai Hutan Keramat yang berada di Meghalaya dan Karnataka, India.
Sama-sama meneliti mengenai keramat, namun dalam penelitian Alison, ia
meneliti hutan keramat yang telah lama ada sebagai budaya lokal dari kedua
daerah tersebut.
Dalam pembahasan penelitian diatas semua topik yang diambil mengenai
keramat. Kemudian, keramat yang dibahas oleh satu penulis dengan penulis lainnya
26 Olifianus Kause. (2013). NAETAPAN BATU KERAMAT (Studi Tentang
Pengkeramatan Batu Naetapan dan Dampaknya Bagi Masyarakat Desa Tunua, Kabupaten Timor Tengah Selatan). Tesis S2, Mahasiswa Universitas Kristen Satya Kencana, Fakultas Teologi,
Magister Sosiologi Agama. 27 Alison Ormsby, “Analysis of Local Attitudes Toward the Sacred Groves of Meghalaya
and Karnataka, India”. Department Of Environmental Studies, Eckerd College, St. Petersburg, FL,
USA. Conservation and society,Vol. 11, No. 2 (2013), pp 187-197. Ashoka Trust For Research In
Ecology And Environment and Wolters, Kluwers, India Pvt. Ltd, Accessed 15 November 2019,
11.49 UTC.
13
berbeda dalam melakukan pendekatan penelitian adapun juga berbeda objek yang
di teliti. Adapun yang melakukan penelitian terhadap objek benda ada pula yang
melakukan penelitian terhadap objek tempat.
Untuk pembahasan skripsi tentang keramat yang penulis teliti dengan
objek benda berupa batu, sama dengan penelitian tesis yang dilakukan oleh
Olifianus. Jika batu keramat Naetapan yang diteliti oleh Olifianus merupakan
warisan sosial yang sudah ada sejak nenek moyang masyarakat setempat, maka batu
keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana merupakan fenomena baru dalam
masyarakat sebagai perantara yang mempercayai batu tersebut.
E. Metode Penelitian
Dalam bahasa inggris penelitian disebut dengan research, dalam susunan
kata terdiri atas dua susunan kata, yang terdiri dari re yang berarti melakukan
kembali atau pengulangan, dan search yang berarti melihat, mengamati atau
mencari. Gabungan kata dari research diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan pemahaman baru, yang lebih kompleks, mendetail,
dan lebih komprehensif dari suatu hal yang diteliti.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian
kualitatif dan pendekatan psikologi dengan teori motivasi ziarah. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang mengguna latar belakang alamiah dengan
maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan yang
melibatkan berbagai metode yang ada.28 Penelitian kualitatif bertujuan untuk
memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku
masyarakat menurut prespektif masyarakat itu sendiri. Penelitian yang dilakukan
28 Albi anggito dan Johan Setiawan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat
: CV Jejak, hal. 7
14
ini juga bersifat naturalistik, dengan metode induktif dan verstehen, pelaporannya
bersifat deskriptif dan naratif.29
Penelitian ini memakai pendekatan psikologi dengan konsep teori
mengenai ziarah. Mengutip dari buku oleh Tristan, secara umum Mumfangati
memaparkan ada empat yang memotivasi peziarah datang ke batu keramat, yaitu;
pertama, taktyarasa yaitu berziarah dengan tujuan memperoleh berkah dan
keteguhan hidup (ngalap berkah). Kedua, gorowasi : yaitu berziarah dengan tujuan
untuk memperoleh kekuatan, popularitas, stabilitas pribadi, serta umur panjang,
juga mencari ketenangan batin. Ketiga, widiginong: berziarah dengan tujuan
mencari kekayaan dunia maupun jabatan duniawi atau mencari rejeki. Keempat,
samaptadanu: upaya mencari kebahagiaan anak cucu agar selamat atau untuk
mencari keselamatan.30
1. Metode Pengumpulan Data
Sebagai salah satu kategori penelitian, kanjian kepustakaan (Library
Research) diambil sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian
untuk memperoleh informasi penelitian yang sejenis, memperdalam kajian
teoritis atau mempertajam metodologi.31 Penelitian yang dilakukan dapat
berbentuk teks (literatur - literatur seperti buku, jurnal, majalah, ada juga
gambar, grafik, table dan peta) dan juga data yang berbentuk elektronik atau
multimedia (audio, video, mikro film, mikrofis, CD/DVD).
29 Imam Suprayogo dan Tobroni. (2003). Metodologi Penelitian Sosial-Agama..
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 9 30 Tristan Rokhmawan.(2019). Penelitian, Transformasi, & Pengkajian Folklor. Medan:
Yayasan Kita Menulis, hal. 168-169 31 Mestika Zed. (2008). Metodologi Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, hal. 1
15
Satu lagi kajian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kajian
lapangan atau penelitian lapangan (Field Rearch). Penelitian ini dilaksanan
langsung dilapangan penelitian untuk hasil yang sesuai dengan keadaan yang
ada. Peneliti mula-mula akan melihat situasi yang ada dilapangan32, yang
kemudian dilanjutkan menggunakan teknik interview atau wawancara dengan
beberapa tokoh yang ditemui di vihara Sian Jin Ku Poh.
Dengan menggunakan mekanisme Gelinding Bola Salju (snowballing),
penulis memperoleh informasi dari para informan langsung di lapangan.
Informasi yang didapat ini merupakan serangkaian wawancara dengan berbagai
informan yang kemudian akan di himpun menjadi satu kesatuan hasil
wawancara. Mekanisme ini dilaksanakan karena peneliti tidak dapat
merumuskan kriteria atau identitas orang yang pantas sebelum melakukan
penelitian karena tidak diketahui identitas orang yang pantas dijadikan informan
penelitian.33 Penulis telah menemui beberapa narasumber yang ada saat itu.
Yang ditemui oleh penulis adalah para pengunjung keramat, anak dari pemilik
keramat yaitu Ibu Eti, juru kunci batu keramat ko Apeng dan istri ke sembilan
mpe Boen Tjiang, yaitu mak Kuti dan juga beberapa pengunjung batu keramat.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunannya yang lebih terperinci, penulis akan menjabarkan
satu persatu bab pembahasan agar lebih jelas dan lebih tergambarkan. Adapun
sistematika penulisannya sebagai berikut:
32 Siti Hatinah. (2014). Materi Pokok Metode Penelitian Perpustakaan. Tangerang
Selatang: UNiversitas Terbuka, hal. 3.10, 2.12 33 Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif : Sebauh Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok : Rajawali Pers, hal. 141-142
16
Bab pertama yang merupakan pendahuluan penulis susun berurutan dari
latar belakang masalah, kemudian dilanjutkan dengan adanya batasan masalah dan
rumusan masalah, dilanjutkan ke tujuan dan manfaat penulisan, kemudian
penjelasan dalam tinjauan pustaka, metode penelitian dan diakhiri dengan adanya
sistematika penulisan.
Bab kedua yang membahas mengenai kajian teori, penulis susun yang
terdiri akan pengertian dari ziarah, bagian kedua menjelaskan mengenai keramat
dalam pengertian yang suci dan yang profan, dilanjutkan dengan pengertian simbol
dan juga ritual, diakhiri dengan pengertian serta penjabaran mengenai motivasi.
Bab ketiga membahas mengenai gambaran umum tentang batu keramat
Uyut Eyang Lang-lang Buana, diawali dengan menjelaskan mengenai sejarah awal
mula adanya batu keramat yang ada di vihara Sian Jin Ku Poh, dilanjutkan dengan
penjelasan mengenai batu keramat itu sendiri, kemudian menjelaskan simbol-
simbol yang terkait dengan keramat, dan terakhir penjelasan mengenai ritual yang
dilakukan terkait keramat.
Bab keempat mengenai Analisa yang memotivasi para peziarah Batu
Keramat di Vihara Sian Jin Ku Poh Tajur Halang-Bogor, yang terdiri akan motivasi
apa saja para peziarah terus mendatangi batu keramat Uyut Eyang Lang-lang
Buana.
Bab kelima atau bab terakhir yang merupakan bab penutup. Bab ini
berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.
Kemudian terdapat saran-saran yang ditunjukan kepada para peneliti selanjutnya
yang akan meneliti terkait batu keramat yang berada di vihara Sian Jin Ku Poh,
maupun penelitian yang serupa terkait topik tersebut.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Tentang Ziarah
Anggapan orang-orang mengenai ziarah berbeda-beda. Ada yang
menganggapnya berkunjung ke tempat religious, ada pula yang menganggap ziarah
sebagai berdoa di suatu tempat yang jauh dari rumah. Dalam KBBI ziarah diartikan
sebagai kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam dan
sebagainya).34 Sebagian besar orang menganggap berziarah diartikan sebagai pergi
menjauhi keramaian untuk berdoa. Yang dimaksud ziarah di sini adalah ziarah
rohani, bukan ziarah yang biasa dilakukan ke makam untuk mengenang orang atau
sanak saudara yang telah meninggal.35
Dalam pengertian lainnya, ziarah terbagi dalam dua arti, yaitu secara
Bahasa dan istilah. Ziarah menurut Bahasa berasal dari kata zaara-yazuuru-
ziyaaratan yang berarti berkunjung atau mengunjungi. Secara istilah ulama
mengartikan sebagai mengunjungi tempat-tempat suci, atau berkunjung ke orang-
orang shaleh, para nabi, para wali, baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal dengan niat karena Allah.36
Orang yang berziarah disebut juga dengan peziarah. Pergi ke tempat-
tempat yang suci juga disebut dengan berziarah. Saat berziarah seseorang berarti
sedang menghayati perjalanan hidupnya yang bergerak maju menuju kerajaan
34 Diakses dari http://kbbi.web.id/ziarah, pada Sabtu 15 Januari 2020. 35 Maria Fransiska Merinda. (2017). EUROPE PILGRIM TRIP (Paris – Lourdes – Nevers
– Mont St. Michel – Avignon - Vatican). Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal. 1 36 Jamaludin dan Solihah Sari Rahayu.(2019). HUBUNGAN FIQH KALAM DAN
TASAWUF (Dalam Pandangan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah Suryalaya Tasikmalaya ).
Jawa Tengah: CV. Mangku Bumi Media, hal. 62
18
Allah. Terkadang perjalanan menuju tempat ziarah cukuplah sulit, melelahkan, dan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam keadaan inilah diharapkan peziarah
mampu menghayati ziarahnya dan mampu meneguhkan imannya.
Orang melakukan ziarah pasti memiliki motif dan tujuan dalam
melakukannya. Selama melakukan ziarah orang dapat berdoa, memohon berkat
ataupun berkah, mengungkapkan tobat, memanjatkan puji syukur, meneguhkan
iman, napak tilas atau menyaksikan tempat suci bersejarah tersebut, bahkan
mungkin hanya sekadar memuaskan rasa ingin tahu mengenai tempat suci. Setelah
melakukan ziarah, diharapkan memiliki perubahan dalam keimanan, batin, dan
pertumbuhan rohani.37
Dalam melakukan ziarah ke tempat-tempat suci banyak takhayul yang
berkembang. Dengan adanya takhayul tersebut, diharapkan saat melakukan ziarah
lebih memantapkan niat dan tujuannya. Walaupun banyak mukjizat ataupun hal-hal
yang dianggap mustahil terjadi, peziarah diharapkan tidak memaksakan harapan
dan doa-doa kepada Tuhan akan terkabul. Semua jawaban atas doa dan harapan
tetap menjadi misteri ilahi bagi setiap manusia. Manusia hanya dapat percaya dan
yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik.38 Selain itu, aspek mistis dan
kepentingan individu setiap peziarah juga ikut membentuk makna ziarah. Karena
inilah, ziarah bukan hanya menyangkut mengenai nilai-nilai religius, tapi juga
sosial.39
B. Keramat Dalam Pengertian Yang Suci dan Yang Profan
37 Maria Fransiska Merinda. (2017). EUROPE PILGRIM TRIP (Paris – Lourdes –
Nevers – Mont St. Michel – Avignon - Vatican). Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal. 2 38 Maria Fransiska Merinda. (2017). EUROPE PILGRIM TRIP (Paris – Lourdes –
Nevers – Mont St. Michel – Avignon - Vatican). Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal. 5 39 Abdurrahman Misno Bambang Prawiro, dkk.(2015). Barakah Ziarah Etnografi
Kuburan di Bumi Parahyangan. Yogyakarta: DEEPUBLISH, hal. 258
19
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keramat diartikan sebagai
yang suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena
ketakwaannya kepada Tuhan (tentang orang yang bertakwa). Pengertian lainnya
merupakan suci dan bertuah yang dapat memberikan efek magis40 dan psikologis
kepada pihak lain (tentang barang atau tempat suci).41 Kawasan keramat
mengandung integrasi tiga makna, yaitu 1. Kawasan kehidupan alamiah sebagai
kawasan kehidupan fisik yang harus ada, 2. Pengakuan manusia terhadap realitas
kehidupan dan sistem pendukungnya, 3. Pengakuan manusia terhadap kekuatan
sang Pencipta atas segala ciptaanya.42
Salah satu contoh bentuk yang dapat dikatakan keramat dalam Islam
adalah makam. Makam yang bisa disebut dengan keramat adalah jika penghuni
makam tersebut merupakan orang yang memiliki pengaruh di masyarakat.
Pengaruh tersebut bisa berbentuk karisma, seperti yang diungkapkan oleh Weber
bahwa karisma adalah suatu kelebihan tertentu yang terdapat dalam karakter dan
kepribadian seseorang.43 Dengan adanya karisma ini, seseorang akan memiliki
bakat dalam membangun kepemimpinan dan kesan baik dihadapan semua orang.
Bukan hanya membicarakan tentang makam saja, keramat juga dapat berupa benda
lain yang sesuai dengan pengertian di atas, seperti halnya batu, pohon, maupun
benda-benda lainnya.
40 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Magis itu bersifat magi; yaitu berkaitan
dengan hal atau perbuatan magi. Diakses dari http://kbbi.web.id/magis, pada senin 20 Januari 2020,
11.42 PM. Menurut Levi-Strauss, magi merupakan serangkaian teknik untuk mempengaruhi suatu
yang gaib dan kekuatan-kekuatan supernatural secara langsung dan otomatis. Ali Nurdin. (2015). KOMUNIKASI MAGIS : Fenomena Dukun di Pedesan. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara, hal. 37
41 Diakses dari http://kbbi.web.id/keramat, pada Senin 20 Januari 2020, 11.22 PM. 42 Herwasono Soejidjito, Y. Purwanto, Endang Sukara. (2009). Situs Keramat Alami –
Peran Budaya Dalam Konservasi Keaneragaman Hayati. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 50 43 Nia Purnamasari.(2009). “Makam Keramat dan Perubahan Sosial (Studi Kasus di
Masyarakat Sekitar Makam Dalem Cikundul, Majalaya, Cianjur)”. Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, Program Studi Sosiologi Agama, hal. 1
20
Di Indonesia benda atau tempat yang memiliki animatisme44 biasa dikenal
dengan benda atau tempat keramat.45 Ada sebuah konsep yang disebut dengan
percaya kepada berpengaruhnya super-natural being, yang menurut Taylor dimulai
dengan adanya kepercayaan terhadap animisme46. Dengan adanya pengaruh
amisme inilah tempat-tempat keramat yang sudah ada diteruskan, dijaga dan
dirawat oleh anak cucu generasi selanjutnya yang bersangkutan atau yang di
amanahkan untuk mengurusinya. Masyarakat menganggapnya sebagai tempat yang
sakral dan memiliki kekuatan di luar akal manusia biasa.
Adapun kata lain dalam penyebutan keramat di dalam dinamisme adalah
“Heilig”, kata tersebut sebagai mengkonstatir adanya daya kekuasaan di mana-
mana yang mengakibatkan perjumpaan dengan yang keramat di mana-mana. Yang
disebut keramat ialah sesuatu yang mengandung daya, yang dipandang
mendatangkan sebuah keselamatan. Apa yang mula-mula dinamakan “keramat”
merupakan segala sesuatu yang istimewa, luar biasa dan yang berganti-ganti
menyebabkan takut dan hormat, jijik dan cinta. Keramat dalam lingkungan primitif
dari dinamisme artinya bukanlah “sempurna dalam arti Susila” melainkan hanya
mengenai dan menunjukkan adanya kekuatan.47
44 Animatisme merupakan kekuatan yang melekat pada suatu benda atau tempat, tidak
berdiri sendiri atau tidak personal (impersonal), Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam
Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. hal. 64 45 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. hal. 64 46 Animisme lama-kelamaan berevolusi menjadi politeisme kemudian politeisme menjadi
monoteisme. Animisme adalah kekuatan yang dimiliki oleh suatu benda atau tempat, seperti pohon
beringin, kolam, sungai, dan lain sebagainya. Benda atau tempat yang memiliki animisme ini
dipercayai dapat mencelakakan orang yang tidak berhati-hati atau tidak hormat ketika lewat atau
masuk ke sana. Ismail.(2017). SEJARAH AGAMA-AGAMA (Pengantar Studi Agama-Agama).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 21 47 Honig, A.G. Jr. (2009). Ilmu Agama. Jakarta : Gunung Mulia, hal. 48-49
21
Tempat keramat bukan hanya sebagai tempat yang disakralkan, dihormati,
tapi difungsikan juga oleh orang-orang sekitar untuk mencari keselamatan.
Sebagaimana difungsikannya keramat pada awal keberadaannya, selanjutnya
orang-orang pergi ke tempat-tempat keramat untuk memperoleh berkah. Bukan
hanya keberkahan yang dicari, orang-orang berdatangan untuk maksud dan tujuan
lainnya yang tidak sesuai dengan yang bagaimana seharusnya (das sollen), dan
sebagaimana adanya (das sein).48
Oleh karena itu, bagan konseptual sebagaimana diungkapkan Schultz
menjadi penting, yaitu mengangkat because motive. Artinya orang pergi ke tempat-
tempat keramat untuk melakukan serangkaian tindakan ritual dipastikan ada faktor
penyebabnya.49 Faktor itu adalah keyakinan bahwa tempat-tempat tersebut
memiliki kekeramatan (sakral) dan mistis serta mengandung kekuatan magis. Jadi,
seseorang mendatangi tempat-tempat keramat pada hakikatnya disebabkan oleh
kekuatan sakral yang dimiliki oleh ketiganya, sehingga menimbulkan tindakan-
tindakan ritual yang diyakini dapat menjadi sarana untuk memperoleh berkah dan
lainnya.
Dalam dialektika objek “sakralisasi, mistifikasi dan mitologi terhadap
medan budaya terjadi ketika alam dianggap sebagai subjek sehingga menimbulkan
tindakan magis”. Proposisi tersebut menggambarkan bahwa adanya tindakan
ngalap berkah (in order to motive) terjadi ketika terdapat serangkaian keyakinan
bahwa tempat-tempat keramat adalah tempat adanya benda-benda yang dapat
dipandang sebagai subjek sakral yang mistifikasi dan mitologis (because motive).
48 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. hal. 189 49 Nur Syam.(2005). Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS, hal. 292
22
Proposisi selanjutnya adalah “desakralisasi, demistifikasi dan demitologis yang
terjadi ketika medan budaya dipandang sebagai objek sehingga menimbulkan
tindakan rasional.” Proposisi ini menggambarkan bahwa ketika masyarakat telah
menganggap tempat-tempat keramat adalah benda-benda biasa (sebagai objek),
maka akan terjadi desakralisasi, demistifikasi dan demitologi (because motive) dan
menimbulkan tindakan rasional (in order to motive)50. Keyakinan bahwa alam
sebagai subjek yang sakral, mitologis dan mistifikatif adalah keyakinan masyarakat
tradisional yang tidak relevan dengan pemikiran rasional yang menjadi ciri dari
masyarakat modern.
Dalam pengkajian agama yang Durkheim teliti berdasarkan semua
pengalaman manusia, ia kategorikan dalam dua hal yang mutlak saling
bertentangan, yakni pengalaman yang suci dan yang profan. Pengalaman yang
profan merupakan dunia pengalaman yang rutin, yang sampai pada tingkat tertentu
sejalan dengan apa yang dimaksudkan Pareto sebagai pengalaman “logico-ex
perimental” yang ditransendensikan oleh agama. Durkheim menyatakan bahwa
yang suci ini lebih tinggi martabatnya dibanding dengan “yang profan” dan
mengandung sifat serius yang lebih tinggi.51
Simbol-simbol yang tertanam dalam sikap akan mewakili hal suci yang
merupakan salah-satu rasa hormat yang luhur. Ini merupakan salah-satu bentuk
kekaguman, seperti yang dikemukakan oleh ahli fenomenologi Van Der Leeuw,
yang dapat dilihat bukan hanya dalam perilaku manusia, tetapi juga dalam
kenyataan bahwa hal yang suci selalu menyendiri oleh larangan dan terisolasi oleh
50 Nur Syam.(2005). Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS, hal. 293 51 Thomas F. O’Dea. (1985) . SOSIOLOGI AGAMA, Suatu Pengenalan Awal. Jakarta :
CV. Rajawali, hal. 36
23
praktek ritual.52 Kekaguman yang dilakukan sekali akan berkembang menjadi
ibadat, lewat pengalaman dengan hal yang suci lahirlah suatu sikap dan seperangkat
praktek.
Dalam pengertian lain menyebutkan bahwa sakral (sacred) diartikan juga
dengan suci. Yang berarti yang suci disebut juga dengan sakral (sacred)53. Eliade
sendiri membagi sakral dalam tiga bagian, yaitu pertama, sakralitas ruang. Bagi
orang-orang religius, ruang tidak akan selalu homogen karena ada ruang-ruang
tertentu yang sakral, yaitu memiliki kekuatan berbeda dengan ruangan lainnya.
Ruang yang sakral sangat dihayati oleh kaum beragama karena memberikan
pendasaran bagi dunia (kosmisasi), dan kemudian diyakini sebagai poros dunia
(axis mundi). Ruang-ruang suci itu seperti masjid, gereja, kuil, vihara, gunung suci
maupun hutan suci.
Kedua, sakralitas waktu. Seperti halnya dengan ruang waktupun tidak
selalu homogen. Ada waktu sakral ada juga waktu profan. Menurut Eliade
perbedaan hakiki antara kedua waktu tersebut adalah, bahwasannya waktu sakral
sifatnya reversibel atau dapat di ulang kembali, sedangkan waktu profan jika sudah
berlalu tidak dapat di ulang kembali. Waktu sakral merupakan waktu yang
berlangsung dalam mitos-mitos sehingga waktu sakral dan mitos saling berkaitan
satu sama lain. Waktu sakral bukanlah waktu historis kita, melainkan pendasaran
bagi kita.54 Waktu sakral muncul ketika para dewa melakukan perbuatan mereka
pada dunia, misalnya mitos asal-usul tempat dan mitos kosmologi.
52 Thomas F. O’Dea. (1985) . SOSIOLOGI AGAMA, Suatu Pengenalan Awal. Jakarta :
CV. Rajawali, hal. 36 53 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.hal. 81 54 Gazali, et.all. Yelfi Dewi S. (Ed). (2012). Filsafat Ketuhanan Studi Relasi Tuhan Dan
Manusia. Yogyakarta: DEEPUBLISH, hal. 48
24
Ketiga, sakralitas alam. Berikut merupakan heirofani55 yang penting, yaitu
langit yang dianggap sebagai hierofani paling tertua, karena dipercaya sebagai
rumah Sang Pencipta yakni surga. Langit juga melambangkan sebuah keabaian
karena tidak pernah berubah. Matahari sebagai simbol dari religius muda yang
diyakini sebagai pemberi terang. Selain adanya langit dan matahari yang di
sakralkan, batu juga di sakralkan yang melambangkan kuasa, kemuliaan serta
keabadian yang ilahi sebab ia tegak lurus, tanpa gerak, tanpa waktu serta tanpa
adanya perubahan apapun. Sakralitas paling penting adalah bumi, karena diberbagai
suku bangsa diakui sebagai terra mater atau ibunda bumi atau juga ibu pertiwi
karena besar kemungkinan adanya kelahiran sebagaimana seorang ibu.56
Dalam yang sacred berisikan unsur distingtif pemikiran agama;
kepercayaan, mite, dogma dan legenda yang menjadi representasi atau sistem
representasi hakikat hal-hal yang sacred, kebaikan dan kekuatan yang diletakkan
padanya, atau hubungan satu dengan yang lain dan termasuk hubungan dengan
yang profane.57 Jika hanya memiliki konsep yang sacred saja, maka orang tidak
dengan sendirinya memahami suatu zat yang disebut dengan tuhan atau roh-roh.
Karena itulah adanya sebongkah batu karang, sebatang pohon, binatang tertentu,
sepotong kayu, sebuah rumah disebuah kota, atau apa saja hal tersebut dapat disebut
dengan sacred.
Mengenai karakteristik mendasar dari setiap kepercayaan agama tidak
terletak pada elemen “supernatural”, melainkan terletak pada konsep yang “sakral”
55 Sebuah konsep dimana yang sakral memanifestasikan dirinya pada diri manusia,
pengalaman dari orde realitas lain yang merasuki pengalaman manusia. 56 Gazali, et.all. Yelfi Dewi S. (Ed). (2012). Filsafat Ketuhanan Studi Relasi Tuhan Dan
Manusia. Yogyakarta: DEEPUBLISH, hal. 48 57 Roland Robertson.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995). AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal. 36
25
atau sacred. Dalam ruang lingkup tradisional antara yang baik dan yang buruk
tidak ada tolok bandingnya, karena adanya baik dan buruk hanyalah dua spesies
berlawanan dari golongan yang sama, keyakinan moral seperti keadaan sakit dan
sehat adalah dua aspek yang berbeda dari keteraturan fakta yang sama dalam
kehidupan. Sementara sacred dan profane selalu dan dimana saja dikonsepsikan
oleh fikiran manusia sebagai dua golongan yang sangat berlainan, diibaratkan
sebagai dua dunia yang tidak bisa dicampur aduk. Harus saling terpisahkan karena
perbedaan yang jelas tersebut.58
Dalam yang sacred tidak boleh dan tidak bisa menyentuhnya dalam
keadaan tidak suci. Apabila yang profane dapat memasuki dunia yang sacred tadi,
maka dunia yang sacred tadi akan kehilangan arti. Yang sacred adalah segala
sesuatu yang oleh “perbedaan” dilindungi dan diisolasi, dan yang profane
merupakan segala sesuatu yang oleh “perbedaan” tadi diaktifkan dan tetap dijaga
keberadaannya terhadap yang pertama tadi. Kepercayaan keagamaan adalah
representasi yang mengatakan hakikat segala sesuatu yang sacred dan hubungan-
hubungan yang diciptakan, baik satu sama lain maupun yang profane59.
Sacred diperlakukan dengan sikap penghargaan spesifik, yang oleh
Durkheim diidentifikasi dengan sikap yang layak terhadap kewajiban moral dan
otoritas. Jika yang disakralkan adalah simbol, maka kualitas esensial dari yang
disimbolkan adalah sebuah kualitas yang dapat menimbulkan penghormatan moral.
58 Roland Robertson.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995). AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal. 38, 40 59 Roland Robertson.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995). AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal. 40-41
26
Dalam jalur pemikiran seperti ini, Durkheim sampai pada proposisi terkenal bahwa
masyarakat senantiasa sebuah objek nyata dari penghormatan terhadap agama.60
Durkheim menguraikan tujuh hal yang suci sebagai yang dialami dan
mempengaruhi manusia, salah satunya adalah hal yang suci itu sebagai aspek dari
apa yang dialami, menyerukan suatu pendapat atau kepercayaan pada kekuasaan
atau kekuatan (power or force). Pemujaan keagamaan tidaklah melekat kepada
simbol atau pada obyek lain, justru pada kekuasaan yang terdapat pada hal-hal
tersebut. Kemudian ada pula hal yang suci itu ditandai oleh kekaburan (ambiguity),
ia merupakan masalah kekuasaan atau kekuatan samar-samar. Kesamaran ini
merupakan dua aspek, kekuatan atau hal yang suci itu merupakan hal yang samar,
karena ia sekaligus berwujud ganda: fisik dan moral, human dan kosmos atau alam,
positif dan negatif, pengasih dan pembenci, menarik dan menyebalkan, bersifat
menolong dan membahayakan manusia.61
Menurut Durkheim, suci yang disebutkan memiliki sifat yang mendukung
dan memberi kekuatan, juga menyampaikan kewajiban-kewajiban kepada penganut
dan pemujanya. Dalam analisis Durkheim menyatakan bahwa yang suci itu sangat
berbeda dibanding dengan hal yang biasa; menanamkan rasa hormat yang luhur dan
mendatangkan kewajiban etis pada penganutnya, merupakan aspek yang bukan
secara nyata dan jelas serta bisa membantu kita dalam bertindak menghadapi
kekuatan alam dan benda-benda lainnya.62 Hal yang suci itu bukan pula bersangkut-
pautan dengan pengetahuan yang bertumpu pada pengalaman inderawi. Maka
60 Roland Robertson.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995). AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal. 55 61 Thomas F. O’Dea. (1985) . SOSIOLOGI AGAMA, Suatu Pengenalan Awal. Jakarta :
CV. Rajawali.hal. 37 62 Thomas F. O’Dea. (1985) . SOSIOLOGI AGAMA, Suatu Pengenalan Awal. Jakarta :
CV. Rajawali.hal. 37-38
27
dalam keseharian setiap orang dan di masyarakat akan selalu ada nilai-nilai yang
disakralkan atau yang disucikan.
C. Simbol Dan Ritual
Menurut Fiona Bowie simbol ialah from two Greek words, syn, together,
and ballein, to throw. One thing standing for or representating another.63…. Yaitu,
simbol berasal dari dua kata Yunani, syn, bersama-sama, dan ballen, melempar.
Yang artinya melempar bersama-sama. Satu ide atau gagasan untuk mewakili yang
lainnya. Menurut Dillistone kata symbollein diartikan dengan kata ’mencocokan’,
jika kedua bagian dicocokan maka disebut dengan symbola.64
Simbol-simbol ialah apa yang melekat didalam simbol-simbol tersebut,
misalnya setiap simbol akan mengandung sesuatu yang dipahami secara
intersubjektif.65 Menurut Dillistone, pada mulanya sebuah simbol merupakan
sebuah benda, sebuah tanda, atau sebuah kata, yang digunakan untuk saling
mengenali dan dengan arti yang telah dipahami66. Simbol merupakan sarana untuk
berkomunikasi dan sebagai landasan pemahaman bersama. Setiap komunikasi
dengan bahasa atau sarana yang lain, maka dapat menggunakan simbol-simbol.
Simbol juga merupakan konstruksi budaya dan sebagian besar tidak
memiliki makna yang diakui secara universal, hanya diakui dalam lingkungan yang
bersangkutan. Misalnya dalam upacara pernikahan di Barat, mempelai laki-laki
akan menempatkan cincin di jari mempelai wanita yang melambangkan keabadian
63 Fiona Bowie. (2000). The Anthropology Of Religion : an introduction. Massachusetts
: Blackwell Publishers Ltd.hal. 40 64 Laksmi Kusuma Wardani. (Dosen Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain-
Universitas Kristen Petra). Fungsi, Makna, Dan Simbol (sebuah kajian teoritik). Bahan Seminar
Arsitektur Nusantara 101010. hal. XIX-7 65 Nur Syam.(2005). Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS.hal. 269 66 Laksmi Kusuma Wardani. (Dosen Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain-
Universitas Kristen Petra). Fungsi, Makna, Dan Simbol (sebuah kajian teoritik). Bahan Seminar
Arsitektur Nusantara 101010. hal. XIX-7
28
dan komitmen antara kedua mempelai. Maka dari itu, arti dari sebuah simbol tidak
pada hakekatnya. Seolah-olah itu tidak berasal dari beberapa kualitas khusus yang
dimilikinya. Sebuah simbol hanya dapat dipahami jika dilihat dalam kaitannya
dengan simbol lainnya yang membentuk bagian dari kompleks budaya yang sama
dengan budaya tersebut67. Jika dalam lingkungan budaya yang berbeda maka
simbol dari setiap lingkungan budaya tersebut juga berbeda. Dengan adanya
pembeda simbol antar budaya maka identitas budaya tersebut tidak akan tertukar
satu sama lainnya.
Dalam buku Symbolism yang dikutip Dilliston, AN. Whitehead
menjelaskan bahwa pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa
komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan dan
gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Dillistone
mengemukakan bahwa perangkat komponen terdahulunya adalah ’simbol’ dan
perangkat komponen yang kemudian terbentuk adalah “makna” simbol. Setiap
simbol mempunyai sifat yang mengacu kepada apa yang tertinggi dan ideal. Simbol
yang efektif adalah simbol yang dapat memberikan terang, daya kekuatannya
bersifat emotif dan dapat merangsang orang untuk bertindak.68 Dengan simbol yang
memiliki rangsangan terhadap orang, maka rasa akan ingin memiliki dan
kepemilikan lebih besar akan timbul, yang kemudian simbol tersebut akan menjadi
milik dari orang tersebut.
67 Fiona Bowie. (2000). The Anthropology Of Religion : an introduction. Massachusetts
: Blackwell Publishers Ltd.hal. 40 68 Laksmi Kusuma Wardani. (Dosen Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain-
Universitas Kristen Petra). Fungsi, Makna, Dan Simbol (sebuah kajian teoritik). Bahan Seminar
Arsitektur Nusantara 101010. hal. XIX-8
29
Manusia yang hidup dalam dunia simbolis, bahkan orang yang berpikir
paling harfiah diantara kita terus menggunakan dan mengenalkan simbol.69 Seperti
halnya menggunakan sesuatu yang religius untuk melambangkan individu yang taat
kepada Tuhan, sebagai orang yang bangga dengan identitas kebangsaannya, ia
menunjukannya dengan hormat kepada bendera, melakukan dukungan untuk tim
nasional, memakai atribut atau kostum tertentu untuk mendukung tim nasional.
Bukan hanya dalam hal-hal yang khusus saja, bahkan dalam banyak hal sehari-hari
tanpa disadari setiap orang akan menggunakan simbolnya sendiri-sendiri.
System symbol agama pada tingkat primitif yang disebut oleh Levy Bruhl
sebagai le monde mythique, dan Stanner langsung menterjemahkan istilah
Australianya sendiri sebagai the Dreaming. Dreaming adalah sebuah waktu diluar
waktu, atau didalam kata-kata Stanner, everywhen, yaitu yang dihuni oleh roh-roh
nenek moyang, sebagian manusia dan juga sebagian hewan.70 Sedangkan
simbolisme agama pra-modern berpusat pada hubungan langsung antara individu
dan kenyataan transendental. Simbolisasi agama dari apa yang disebutkan oleh
Geertz (1963), adalah “keteraturan umum dari keberadaan”, yang cenderung
berubah disepanjang waktu, setidak-tidaknya dalam hal-hal tertentu, dalam arah
yang lebih berdiferesiansi, mendalam, dan kalau kita mengutip dari Weber
merupakan sebuah formulasi yang dirasionalkan.71
Dalam memaknai simbol inti emosi dipandang tidak dapat di ekspresikan,
maka semua upaya untuk itu semata-mata merupakan perkiraan-perkiraan saja, dan
69 Fiona Bowie. (2000). The Anthropology Of Religion : an introduction. Massachusetts
: Blackwell Publishers Ltd.hal. 40 70 Roland Robertson.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995).AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis.Jakarta ; PT RajaGrafindo Persada.hal. 314 71 Roland Robertson.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995).AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis.Jakarta ; PT RajaGrafindo Persada.hal. 309
30
karenanya bersifat simbolik. Lambang-lambang dapat membangkitkan perasaan
dan keterikatan lebih daripada sekedar formulasi verbal dari benda-benda yang
mereka percayai sebagai lambang tersebut. Sepanjang sejarah bahkan sampai
sekarang lambang-lambang tersebut merupakan pendorong–pendorong yang paling
kuat bagi manusia untuk menimbulkan perasaan akan sesuatu. Karena itulah, sukar
dipahami bahwa dimilikinya lambang bersama merupakan cara yang efektif untuk
mempererat persatuan diantara para pemeluk agama di dunia ini. Dengan didasari
perasaan yang tidak dirumuskan terlalu ketat, maka dapat memiliki lambang-
lambang secara bersama-sama. 72
Ritual menurut Winnick ialah a set or series of acts, usually involving
religion or magic, with the sequence established by tradition,…… they often stem
from the daily life…… ritual ialah seperangkat tindakan yang selalu melibatkan
agama atau magi, yang dimantapkan melalui tradisi. Alexander mendefinisikan
ritual agama tradisional sebagai “membuka keteraturan kehidupan kearah realitas
tak terbatas atau kenyataan transendental atau kekuatan untuk mengambil
kekuasaan tranformatif”.73
Dalam tradisi masyarakat Jawa, ritual merupakan ekspresi kepercayaan
keagamaan yang rutin dilaksanakan. Ritual agama sesungguhnya merupakan
perayaan (celebration) yang memiliki relevansi signifikan dengan keyakinan
masyarakat pedesaan yang dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal
(local wisdom) para leluhur. Selain itu, ritual juga berfungsi sebagai kontrol sosial
(social control), yang menurut para ahli antropologi, pada dasarnya cara ritual
72 Elizabath K. Nottingham. Terj. Abdul Muis Naharong.(1985). Agama Dan Masyarakat
: Suatu Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Rajawali Press.hal 16-17 73 Nur Syam.(2005). Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS, hal. 18
31
keagamaan bertujuan untuk memperkuat tradisi ikatan sosial di antara sesama
individu.74
Dalam pernyataan Gluckman, bahwasannya “upacara sebagai kumpulan
aktifitas manusia yang kompleks dan tidak mesti bersifat teknis atau rekreasional,
tetapi melibatkan model perilaku sepatutnya dalam suatu hubungan sosial,
sedangkan ritual merupakan kategori upacara yang lebih terbatas, tetapi secara
simbolis lebih kompleks. Hal ini dikarenakan menyangkut urusan sosial juga
psikologis yang lebih dalam. Ritual dicirikan mengacu kepada sifat dan tujuan yang
mistis”.
Dirks mengikuti Geertz, Durkheim dan Robertson Smith, menyebutkan
bahwa dalam melihat ritual, dia lebih menekankan pada bentuk ritual sebagai
penguatan ikatan tradisi sosial dan individu dengan struktur sosial dari kelompok.
Integrasi tersebut dikuatkan dan diabadikan melalui suatu simbolisasi ritual atau
mistik. Ritual dilihat sebagai perwujudan esensial dari kebudayaan.75
Menurut Dhavamony, ritual terbagi menjadi empat macam, yaitu: 1.
Tindakan magi, yaitu yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang
bekerja karena adanya daya-daya mistis, 2. Kemudian ada tindakan religius, kultus
para leluhur, yang juga bekerja dengan cara ini, 3. Ritual konstitutif dengan
mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-
pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan menjadi khas. 4.
Ritual faktitif yang meningkatkan produktifitas atau kekuatan, ataupun pemurnian
74 Mohammad Takdir Ilahi.(2017). Kearifan Ritual Jodangan Dalam Tradisi Islam
Nusantara Di Goa Cerme. Vol. 15, No. 1, hal.48 75 Nur Syam.(2005). Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS, hal. 18-19
32
dan perlindungan, atau juga dengan cara lain untuk meningkatkan kesejahteraan
materi suatu kelompok.76
Ritual adalah refleksi atau realisasi dari kepercayaan kepadanya.77 Coillois
mengemukakan jikalau ada sebuah pantangan yang dilanggar, maka kesucian dan
kesakralannya akan rusak, bahkan akan hancur. Oleh karena itu, sesuatu yang sakral
dipercayai mengandung kekuatan yang berbahaya, tidak dapat dimengerti, memang
demikian, tetapi juga akan membawa berkah.
Upacara ritual dalam antropologi dikenal dengan istilah ritus.
Dilakukannya ritus ada yang mengharapkan untuk mendapatkan berkah atau rezeki
yang banyak dari suatu pekerjaan, ada pula untuk menolak bahaya yang telah atau
diperkirakan akan datang, ada juga upacara untuk mengobati penyakit (rites of
healing), ada upacara karena ada perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia,
dan ada pula upacara berupa kebalikan dari kehidupan kebiasaan harinya (rites of
reversal).78
Dalam penjelasan Malefijt, ada pula motif diadakannya suatu ritus berbeda
satu dengan yang lainnya. Namun, Arnold van Genep berpendapat bahwa ritus
dilakukan dengan motif meringankan krisis kehidupan (life crisis), seperti
memasuki periode dewasa, perkawinan, mati, sakit, dan lainnya. Dengan adanya
motif untuk meringankan krisis kehidupan, diharapkan krisis tersebut dapat teratasi
dan adanya timbal balik yang menguntungkan bagi yang melakukannya.
76 Nur Syam.(2005). Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS, hal. 19 77 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.hal. 82 78 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.hal. 96
33
Ritus juga ada hubungannya dengan yang supernatural dan kesakralan
tertentu. Karena itu, istilah ritus dan ritual dipahami sebagai upacara keagamaan
yang berbeda sama sekali dengan natural, profan dan aktivitas ekonomis, juga
rasional sehari-hari. Alam sekitar yang dipercayai memiliki kekuatan gaib dalam
bentuk dinamisme dan animisme yang kemudian memerlukan tindakan khusus
yang dinamakan ritus.79
Banyaknya upacara ritual dan sesajen yang ada di dalam masyarakat,
mengingatkan bahwa kehidupan mereka tidak terlepas dari adanya rangkaian ritus.
Memberikan sesajen merupakan sebuah ritus yang dilakukan terhadap sesuatu yang
dianggap penting.80 Setiap tempat penting memiliki sesajennya masing-masing,
seperti di ladang, kawah gunung berapi, di bubungan atap, di laut, di sungai, dan
lain sebagainya. Peletakan sesajen pun harus sesuai dengan posisi yang ditentukan
oleh orang yang memiliki kuasa atau yang telah dipercayakan dalam penempatan
sesajen.
Otto mengemukakan bahwa semua sistim religi, kepercayaan, dan agama
yang ada di dunia ini berpusat kepada suatu konsep tentang hal yang gaib
(mysterium) yang dianggap maha-dahsyat (tremendum) dan keramat (sacred) oleh
manusia. Sifat dari hal yang gaib dan keramat tersebut merupakan maha-abadi,
maha-dahsyat, maha-bijaksana, tak terlihat, tak berubah, tak terbatas, dan
sebagainya.81 Pusat dari setiap sistim religi dan kepercayaan di dunia adalah ritus
dan upacara, juga melalui kekuatan-kekuatan yang dianggap berperan dalam
79 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, hal. 98 80 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, hal.. 98-99 81 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, hal. 13
34
tindakan-tindakan gaib yang seperti itu, manusia mengira dapat memenuhi semua
kebutuhannya serta dapat mencapai tujuan hidupnya, baik yang sifatnya material
maupun spiritual.
Dalam agama, sebuah upacara ritual atau ritus biasa juga dikenal dengan
sebutan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembahyang. Di dalam setiap agama
mengajarkan berbagai macam ibadat, doa dan bacaan-bacaan pada momen-momen
tertentu. Kecenderungan agama mengajarkan berbagai banyak ibadat dalam
kehidupan sehari-hari supaya manusia tidak terlepas kontak dengan Tuhannya.
Agama pada umumnya tidaklah mengatur cara melaksanakan ritual saja, tapi juga
memberikan aturan dan pedoman dalam hubungan dengan sesama manusia,
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan alam sekitarnya.
Bagi Durkheim, upacara-upacara ritual dan ibadat adalah untuk
meningkatkan solidaritas, untuk menghilangkan perhatian terhadap kepentingan
setiap individu. Dengan diadakannya ritual, masyarakat yang melakukan ritual akan
larut dalam kepentingan bersama.82 Dengan ini diharapkan kepentingan setiap
individu dapat teralihkan dan setiap individu dapat menjaga sosialisasi dengan
masyarakat luas yang ada. Ritual juga dimaknai sebagai simbol komunikasi dan
penghormatan manusia terhadap Tuhan dan makhluk-makhluk gaib yang
dipandang memiliki kekuatan luar biasa diluar kemampuan manusia, dan dapat
menjamin keberlangsungan juga harmonisasi hidup masyarakat.
Bagi Durkheim ritual keagamaan adalah yang paling penting dalam
mekanisme ekspresi dan perwujudan sentimen-sentimen yang paling esensial bagi
82 Bustanuddin Agus.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, hal. 102
35
integrasi institusional masyarakat83. Menurutnya, ritual dan upacara keagamaan
akan mengikat individu pada kelompoknya. Bukan hanya ibadah wajib yang
dipraktekkan, tetapi juga upacara keagamaan.84
D. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan istilah umum sebagai pengganti tema “motif-motif”
yang dalam Bahasa Inggris disebut dengan motive berasal dari kata motion, yang
artinya gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dengan ini motivasi erat kaitannya
dengan kata “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia yang disebut
sebagai tingkah laku atau amaliyah. Dalam psikologi diartikan sebagai rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku.85 Termasuk situasi
yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri manusia yang kemudian akan
terjadi yang namanya tingkah laku.
Hasan Langgulung berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu keadaan
psikologis yang meransang dan memberi arah terhadap segala aktifitas yang
dilakukan manusia. Dialah kekuatan yang menggerakkan dan mendorong aktifitas
manusia. Dari motivasi tersebut yang kemudian membimbing seseorang ke arah
tujuan-tujuannya termasuk tujuan seseorang dalam melaksanakan tingkah laku
(amal keagamaan).
Dengan adanya kaitan antara tingkah laku keagamaan, motivasi tersebut
penting untuk dibicarakan dalam rangka mengetahui apa yang sebenarnya yang
melatar belakangi suatu tingkah laku keagamaan yang dilakukan seseorang. Di sini
83 Roland Robertson.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995). AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis. Jakarta ; PT RajaGrafindo Persada, hal. 55-56 84 Amin Nurdin dan Ahmad Abrori. (2006). MENGERTI SOSIOLOGI :Pengantar Untuk
Memahami Konsep-konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Pers, hal. 158 85 Ramayulis, Haji. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia, hal. 79
36
adanya peran motivasi sangatlah besar yang artinya dalam membimbing dan
mengarahkan seseorang terhadap tingkah laku keagamaan. Namun demikian, ada
pula motivasi tertentu yang memang timbul dalam diri manusia karena terbukanya
hati manusia terhadap hidayah Allah86. Sehingga orang tersebut menjadi orang yang
beriman dan dengan adanya iman itulah ia melahirkan tingkah laku keagamaan.
Motivasi sendiri memiliki peran dalam kehidupan manusia, yaitu pertama,
yang berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu, yang kemudian
menjadi unsur penting dari tingkah laku atau tindakan manusia. Kedua, berfungsi
sebagai untuk menentukan arah dan tujuan. Ketiga, motivasi berfungsi sebagai
penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan baik atau buruk, sehingga tindakan
tersebut selektif. Keempat, berfungsi sebagai penguji sikap manusia dalam beramal,
benar atau salah, sehingga dapat terlihat kebenaran atau kesalahan yang bersifat
emosional dan subyektif seperti “kehadiran Tuhan”.
Dengan adanya ajaran agama yang menjadi keyakinan mendalam akan
membuat seseorang terdorong atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan
yang lebih baik. Pengamalan ajaran agama tercermin dalam pribadi yang
berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan
yang berlebihan. Keyakinan terhadap balasan yang akan Tuhan berikan terhadap
perbuatan baik mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi
seseorang untuk berbuat tanpa meminta imbalan secara material.87 Bagi mereka
penganut agama yang taat balasan pada hari akhir berupa pahala merupakan yang
paling didambakan dari Tuhan.
86 Ramayulis, Haji. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia, hal. 80 87 Jalaluddin.(1997). Psikologi Agama. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal. 273
37
Dengan adanya dorongan tersebutlah, perlu adanya sebuah konsep untuk
mengkategorikan sebuah motivasi. Sebagai salah satu teori yang ada dalam
pendekatan psikologi, teori yang diambil dalam menjabarkan motivasi dalam
penelitian ini adalah dengan konsep mengenai ziarah. Mengutip dari buku oleh
Tristan, secara umum Mumfangati memaparkan ada empat yang memotivasi
peziarah datang ke batu keramat, yaitu; pertama, taktyarasa yaitu berziarah dengan
tujuan memperoleh berkah dan keteguhan hidup (ngalap berkah). Kedua, gorowasi
: yaitu berziarah dengan tujuan untuk memperoleh kekuatan, popularitas, stabilitas
pribadi, serta umur panjang, juga mencari ketenangan batin. Ketiga, widiginong:
berziarah dengan tujuan mencari kekayaan dunia maupun jabatan duniawi atau
mencari rejeki. Keempat, samaptadanu: upaya mencari kebahagiaan anak cucu agar
selamat atau untuk mencari keselamatan.88
Dengan adanya konsep teori ini, motivasi para peziarah yang mendatangi
batu keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana dapat dikategorikan sesuai dengan
tujuan setiap peziarah yang datang. Dengan kategori yang ada, maka akan di ketahui
pula berbagai tujuan para peziarah yang datang ke batu keramat Uyut Eyang Lang-
lang Buana. Ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sikap peziarah batu
keramat dan juga umat dari vihara Sian Jin Ku Poh.
Untuk memperjelas juga bagaimana keadaan batu keramat dan vihara Sian
Jin Ku Poh yang saling berdampingan, saling toleransi tanpa adanya permusuhan
maupun adanya konflik antara satu dengan yang lainnya. Dengan pembagian
motivasi para peziarah juga menentukan siapa saja yang masuk dalam kategori itu
akan memperlihatkan sisi dari batu keramat dan juga vihara Sian Jin Ku Poh.
88 Tristan Rokhmawan.(2019). Penelitian, Transformasi, & Pengkajian Folklor. Medan:
Yayasan Kita Menulis, hal. 168-169
38
Memperlihatkan peran batu keramat maupun vihara secara berbeda terhadap
peziarah maupun umat dalam menangani berbagai masalah yang ada pada mereka.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM
BATU KERAMAT UYUT EYANG LANG-LANG BUANA
A. Sejarah Batu Keramat Di Vihara Sian Jin Ku Poh
Menurut cerita sejarah dari mak Kutun89 dan bu Eti90, pada awal tahun
1970-an mpe Boen Tjiang yang tinggal di tanah sekitar berdirinya vihara Sian Jin
Ku Poh91 yang sekarang beralamat di kampung Jati desa Tonjong, kecamatan Tajur
Halang kabupaten Bogor, tepatnya di jalan PWRI KM 36 Rt. 02 Rw. 06. Mpe Boen
Tjiang akan memperluas kolam ikan atau yang biasa disebut mpe dengan nama
empang. Kolam tersebut berada di bawah rumah mpe Boen Tjiang. Posisi rumah
dari mpe Boen Tjiang sendiri berada di atas vihara. Dengan kondisi tanah yang
berada di sekitar kampung Jati memiliki tinggi rendah seperti perbukitan, sehingga
antara posisi vihara dan rumah mpe Boen Tjiang sendiri disebut demikian.
Mpe Boen Tjiang sendiri merupakan orang yang sangat disegani oleh
orang-orang sekitar kampung Jati, bahkan di desa Tonjong. Beliau merupakan salah
satu orang yang dijuluki sebagai orang pinter. Orang pinter yang dimaksud ini
karena beliau memiliki kemampuan yang di yakini oleh orang-orang bisa
menyembuhkan penyakit, mengerti dengan adanya roh-roh dan makhluk gaib
lainnya.
89 Isteri ke Sembilan mpe Boen Tjiang, dan yang juga diamahkan untuk merawat Keramat.
Wawancara dengan mak Kutun, pada 21 November 2019. 90 Anak tertua kedua dari isteri ke empat mpe Boen Tjiang, yang juga pengurus Vihara
Sian Jin Ku Poh. Wawancara dengan bu Eti, pada 29 September 2019. 91 Penganut agama Buddha yang beribadah ke Vihara Sian Jin Ku Poh adalah penganut
Buddha Theravada (wawancara dengan Bu Eti). Aliran Theravada sendiri disebut juga dengan aliran
Hinayana. Aliran Hinayana merupakan aliran yang mempertahankan kemurnian ajaran Buddha dan
menjaga ajarannya dengan tidak terpengaruh oleh kebudayaan lain. Arifin. (1986) Menguak Misteri
Ajaran Agama-agama Besar. Jakarta : Golden Trayon Press. Hal. 108
40
Kemudian mpe Boen Tjiang mengajak anaknya menuju empang untuk
memperluasnya. Posisi empangnya berada di sebelah kali dan di kelilingi sawah.
Sesampainya di empang, mulailah pengerjaan dengan memotong rumput dan
menebang pohon yang ada di sekitar empang. Sesaat akan memotong rumput,
terdengar suara yang menyerupai erangan singa, begitu pula ketika menebang pohon.
Suara tersebut terus terdengar sampai selesai memotong rumput dan menebang pohon.
Mpe Boen Tjiang tidak menghiraukan suara-suara tersebut dan terus bekerja.
Setelah selesai memotong rumput dan menebang pohon, mpe Boen Tjiang dan
anaknya mulai menggali tanah untuk memperluas empang. Mpe Boen Tjiang melihat
batu yang berada di tengah-tengah empang yang akan diperluas. Melihat adanya batu
tersebut, mpe merasa terganggu. Karena terlihat mengganggu, mpe dan anaknya
menggali tanah sekitar batu tersebut agar terjatuh ke kali. Karena sudah mulai sore mpe
Boen Tjiang berhenti dan kembali kerumahnya.92
Keesokan paginya, tiba-tiba batu yang tadinya akan dijatuhkan ke kali
berenang dari hilir ke hulu di atas air. Posisi batu ini tadinya berada di sebelah kolam
yang juga bersebelahan dengan kamar mandi umum (kamar mandi yang ada di depan
vihara saat ini) berpindah berada di depan pohon pule atau di depan vihara yang
sekarang ini (semasa itu vihara belum dibangun). Mpe Boen Tjiang tadinya tidak
percaya dan hanya menganggapnya sebagai mitos saja. Mpe Boen Tjiang yang tidak
percaya dan yakin pulang ke rumah secara tiba-tiba saja sakit gigi. Sakit gigi yang
dialami oleh mpe Boen Tjiang terasa hampir satu bulan. Segala pengobatan telah
92 Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019
41
dilakukan oleh mpe Boen Tjiang. Dari mendatangi dokter, dukun, orang pinter sampai
di jampi-jampi pun tidak ada hasil untuk kesembuhan gigi mpe Boen Tjiang.93
Kemudian dipanggil paranormal yang juga berprofesi sebagai juru
kunci dari keramat Utan Tua yang biasa disebut dengan pak Buak atau pak
Buakih. Pak Buak tiba-tiba dirasuki makhluk gaib sembari memegang bara api
yang masih menyala dan mengatakan “kenapa batu yang dibawah tidak diurus,
justru akan dijatuhkan?”, jawab mpe Boen Tjiang, “apa yang akan saya urus?”,
jawab pak Buak “Itu batu!”, Tanya mpe Boen Tjiang “batu yang mana?”, jawab
pak Buak “batu itu yang di bawah yang akan kamu jatuhkan”. Tanya mpe Boen
Tjiang “saya kan tidak mengenal kamu, terus saya mengurusnya harus
bagaimana? Saya tidak mengerti,” jawab pak Buak “jika ada kopi pahit ya
dikasih, jika ada kopi manis juga dikasih, jika tidak adapun cukup air putih.
Yang penting tidak menjadi beban, yang penting dirawat!” jawab mpe Boen
Tjiang “saya akan merawat dan mengurus ini batu petilasan, tapi dengan syarat
sembuhin dulu ini sakit gigi saya!”. Seketika itu juga mpe Boen Tjiang diberi
air putih dan giginya pun langsung sembuh. Kemudian mpe Boen Tjiang Tanya
lagi,”setelah dirawat, terus saya suguhin, siapa yang harus saya sebut? Nama
siapa yang harus saya sebut saat memberikan ini?” jawab pak Buak “Kaula
Eyang Lang-Lang Buana”.
Setelah kejadian tersebut, mpe Boen Tjiang membuat gubuk bambu seukuran
batu keramat yang pada saat itu posisinya masih di depan vihara (pada masa itu vihara
belum dibangun). Pada masa itu hampir seluruh wilayah yang ada di sekitar keramat
merupakan area persawahan dan perkebunan karet. Posisi keramat sendiri yang masih
berbentuk gubuk bambu berada didekat persawahan. Karena jauhnya dokter maupun
tenaga medis yang ada di kampung Jati, bahkan medan yang sulit menuju ke tempat
dokter, keramat ini dimanfaatkan bagi warga sekitar untuk meminta kesembuhan dari
berbagai macam sakit. Orang akan datang ke gubuk keramat dan meminum air yang
disediakan oleh mpe Boen Tjiang sebagai obat.
93 Wawancara dengan Mak Kutun, pada 21 November 2019
42
Suatu ketika ada ibu-ibu yang sedang memanen padi di sekitar area
persawahan dekat gubuk keramat. Ibu tersebut pun mengatakan “oh, itu keramatnya
The Boen Tjiang! Keramatnya kaya tempat buang berak (nada ngejek)”. Selesai
memanen dari sawah, ibu-ibu tersebut pulang ke rumah. Setibanya dirumah, ibu-ibu
tersebut diare tanpa henti, diobati pun tidak sembuh. Kakaknya pun bertanya ”kamu
tadi berbicara apa aja di sawah?, kamu pasti membicarakan keramatnya Boen Tjiang
ya! sana kamu ke bawah minta maaf”. Setelah itu, datenglah ibu-ibu tadi ke keramat
meminta maaf ke Boen Tjiang. Mpe Boen Tjiang pun memberikan air putih dan
sembuhlah ibu-ibu tersebut.94
Dengan fungsi awal sebagai tempat pengobatan, fungsi keramat lama-
kelamaan beralih untuk kepentingan orang-orang sebagai loncatan untuk mendapatkan
berbagai macam permintaan juga meminta nomor togel95 atau yang dulu disebut
dengan konik. Kemudian ada pemuda yang datang ke keramat dengan niat untuk
mencari nomor konik tersebut, namun ia ketiduran. Dalam posisi tidur tersebut, tanpa
sengaja sang pemuda kentut. Dalam mimpi yang dialami pemuda tersebut, ia di datangi
oleh orang yang memiliki kaki sangat besar. Karena kaget, pemuda tersebut bangun
94 Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019 95 Dalam KBBI Togel merupakan akronim dari toto gelap; totalitasator tidak resmi.
(http://kbbi.kemdikbud.go.id). Togel merupakan sebuah permainan taruhan menebak angka yang akan
keluar. Permainan ini dilarang oleh pemerintah, banyak yang bermain secara ilegal. Jika ketahuan oleh
aparat, maka akan dikenakan pidana. Di Indonesia sendiri pada mulanya togel merupakan kegiatan legal
untuk menyumbangkan kegiatan olahraga di era 80-an yang dikenal dengan sebutan SDSB (sumbangan
dana sosial berhadiah). Karena semakin banyaknya protes dari berbagai elemen masyarakat dan agama,
maka legalitas SDSB dihentikan, dan seluruh kegiatan yang menyangkut judi kupon putih ini pun
dilarang. Sejalan dengan hal tersebut, orang yang terlanjur hobi bermain togel akhirnya melanjutkan
kesukaan menebak angka secara sembunyi-sembunyi. Dari aktifitas inilah sebutan togel atau toto
gelappun muncul. Di akses dari pengertian dan rahasia togel telah terungkap- celah rahasia togek
https://loto-gel.blogspot.com/2015/04/pengertian-dan-rahasia-togel-telah.html?m=1, pada 28 september
2019, pukul 12.47 AM
43
dan langsung lari begitu saja meninggalkan keramat. Keesokan harinya, pemuda
tersebut mendatangi mpe Boen Tjiang untuk meminta maaf dan meminta ijin karena
datang tanpa ijin juga kentut tanpa sengaja di keramat.
Gambar. 3.1 Pohon Pule
Dokumentasi Pribadi
Pada tahun 1975 setelah di temukannya keramat, datanglah mpe Prit96 ke
rumah mpe Boen Tjiang. Sesampainya di rumah mpe Boen Tjiang, mpe Prit meminta
supaya diantarkan ke keramat saat itu juga. Diantarkanlah mpe Prit ke keramat bersama
mpe Boen Tjiang. Sesampainya di keramat mpe Prit mengatakan kepada mpe Boen
Tjiang bahwasannya disini masih ada satu lagi yang harus diurus. Sesuatu yang diurus
maksudnya adalah adanya Sin Beng. Sin Beng97 tersebut sudah ada sejak lama yang
berbentuk tulisan Cina. Namun tulisan Cina tersebut sudah tidak ada, sudah hancur dan
96 Salah seorang paranormal juga sebagai seorang donatur vihara Sian Jin Ku Poh. Mpe Prit
berasal dari Jakarta dengan nama The Thiam Soei. 97
44
diletakan di pohon pule yang berada di depan keramat. Mpe Prit menyuruh mpe Boen
Tjiang untuk merawatnya. Mpe Boen Tjiang bisa merawatnya hanya saja ia tidak tahu
menahu bagaimana untuk merawat dan memanggilnya.98 Mpe Prit pun mengatakan
bahwasannya To Pe Kong99 yang ada di pohon Pule ini dirawat seperti merawat
keramat, untuk namanya sendiri adalah Mak Ku Poh atau panjangnya Sian Jin Ku Poh.
Tanah berdirinya vihara Sian Jin Ku Poh dan juga Batu Keramat Uyut Eyang
Lang-lang Buana merupakan milik dari mpe Boen Tjiang. Tanah yang tadinya hanya
seluas antara gubuk keramat sampai pohon pule, diperluas hingga 100 meter persegi
untuk membangun vihara di kemudian hari. Tanah yang berada di depan keramat, milik
dari kejaksaan yang merupakan kebun karet juga dibeli oleh mpe Boen Tjiang untuk
pembangunan vihara dan keramat. Sementara mpe Boen Tjiang menyediakan tanah
sebagai tempat berdirinya vihara dan keramat, mpe Prit sebagai donatur dan juga
sebagai penyalur ke donatur-donatur lainnya.
Selain The Boen Tjiang, The Thiam Soei, ada tiga donatur yang membantu
membangun vihara dan keramat sehingga memiliki tempat yang lebih layak dan lebih
luas. Tiga orang donatur tersebut adalah Jo Khim Lin, Jap Oen Joe dan Jo Tjeng Han.
Setelah persiapan selesai, pemindahan Mak Ku Poh dan keramatpun mulai dilakukan.
98 Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019 99 Sebutan bagi tuan tanah yang menguasai tanah sekitar desa yang ditempati. Berdasarkan
keyakinan orang Cina di Indonesia, setiap jengkal tanah yang ada di bumi ini ada yang menguasainya.
Setiap desa atau sebuah kota ada Pekong untuk memuja To Pe Kong yang dianggap penguasa di desa
atau kota tesebut. Untuk penyebutan To Pe Kong antara Indonesia, Cina dan di Malaysia berbeda. Di
Cina To Pe Kong disebut dengan nama Tuti Kong (dewa bumi) dan di Malaysia disebut dengan nama
Tua Pe Kong. Biasanya apabila orang desa atau kota yang memiliki masalah maka akan mendatangi
Pekong untuk meminta bantuan yang mereka yakini memiliki kekuasaan di wilayah tersebut. M. Ikhsan
Tanggok. (2006) . Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan
UIN Jakarta Press.hal. 31
45
Secara paranormalnya, mpe Boen Tjiang meminta ijin dahulu kepada batu keramat juga
kepada Mak Ku Poh yang ada di pohon pule. Ringkasnya mpe Boen Tjiang meminta
ijin supaya keramat dan Mak Ku Poh dipindahkan saling bersebelahan. Mak Ku Poh
dibuatkan vihara dan batu keramat Eyang dibuatkan tempat yang lebih layak daripada
gubuk yang selama ini ada.100
Setelah percakapan secara gaib antara mpe Boen Tjiang dengan Mak Ku Poh
dan keramat Eyang, jawaban yang diterima mpe Boen Tjiang adalah “silakan saja,
semua umat adalah umat kita bersama, semuanya adalah anak cucu kita. Tidak ada
yang harus diperselisihkan antara paham dan agama”. Setelah mendapatkan jawaban
yang diinginkan, Mak Ku Poh berada di vihara yang posisinya berada disebelah kanan
dan Keramat Uyut berada disebelah kiri. Pemindahan Mak Ku Poh dilakukan pada
tahun 1987, sedangkan pemindahan keramat dilakukan pada tahun 1988. Dalam proses
pemindahan Mak Ku Poh tidak ada persyaratan yang dibuat, namun untuk pemindahan
keramat disampaikan ada sebuah syarat. Mpe Boen Tjiang yang tadinya akan
memindahkan keramat secara langsung secara tiba-tiba batu keramat tersebut tidak
bergerak sama sekali.
Sedangkan saat itu mpe Boen Tjiang sudah mengumpulkan sekitar 50 orang
pekerja karet yang ada disekitar keramat dari jam 7 pagi, namun pemindahan yang
dilakukan tidak membuahkan hasil. Kemudian ada seseorang yang mengatakan jika
ingin memindahkan batu keramat maka harus tepat pada pukul 5 sore. Mpe Boen Tjiang
pun mengikuti apa yang di katakana oleh orang tersebut, dan menunggu hingga pukul
100 Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019
46
5 sore. Tepat pukul 5 sore, mpe Boen Tjiang bersama pekerja karetpun mulai untuk
memindahkan batu keramat tersebut. Dengan memakai peralatan yang seadanya,
menggunakan bambu, kayu dan tali yang telah disediakan. Sesuai dengan yang
dikatakan oleh orang tersebut, batu dapat dipindahkan tepat pukul 5 sore.101
Sesudah pemindahan Mak Ku Poh dari pohon Pule ke vihara, Mak Ku Poh
berpindah ke kursi kosong sebagai lambang baru tempat Mak Ku Poh bersemayam,
batu keramat juga telah selesai dipindahkan. Ciri khas dari bagunan vihara adalah
dibangun dengan bentuk segi empat, sedangkan untuk bangunan keramat dibuat
dengan bentuk segitiga. Kursi sebagai bentuk untuk melambangkan Sian Jin Ku Poh
diletakan ditengah altar persembahan yang berada di vihara. Untuk batu keramat
sendiri hanya ditutupi dengan kain putih.102
B. Batu Keramat Uyut Eyang Lang-Lang Buana
Batu Keramat yang ditemukan pada awal tahun 1970-an dikenal dengan nama
Keramat Uyut Eyang Lang-Lang Buana. Batu keramat ini merupakan petilasan dari
Prabu Siliwangi103. Prabu Siliwangi merupakan raja dari kerajaan Padjajaran dari tahun
1474 sampai 1513 Masehi. Raja termahsyur dengan wilayah kekuasaan daerah Jawa
101 Wawancara dengan Bu eti, pada 29 September 2019 102 Wawancara dengan Mak Kutun, pada 21 November 2019 103 Bergelar Sri Baduga Maharaja, yang mendirikan Pakuan Pajajaran sebagai ibu kota
kerajaan Pajajaran. Pembuatan jalan-jalan ke ke pegunungan (prasasti Batu Tulis), pembuatan Sang
Hiyang Telaga Rena Mahawijaya (prasasti Batu Tulis), sebagai raja yang mengalami pemberkatan dua
kali (’Diwastu’), yang memerintah pada tahun 1474-1513 AD. Antara tahun tersebut juga merupakan
masa kejayaan dan kemakmuran Pajajaran. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi inilah masa
kejayaan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya. Moh. Amir Sutaarga. (1966). Prabu Siliwangi.
Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya.hal. 44-45
47
Barat dan beberapa tempat lainnya. Bukan hanya memiliki kerajaan dengan wilayah
yang luas, sistem pemerintahan yang diberlakukan termasuk maju.104
Pada awal ditemukan batu keramat ini, The Boen Tjiang memanfaatkannya
hanya sebagai tempat untuk berobat dan berdoa. Masyarakat datang untuk berobat, ada
pula yang datang untuk bersembahyang. Dari awal batu keramat ditemukan, orang-
orang dari berbagai agama yang bermukim di sekitar keramat berdatangan dengan
tujuan yang sama, yaitu berobat ataupun berdoa. Lambat laun ketika vihara dibangun,
pengunjung yang beragama Buddha dan Konghucu lebih banyak yang
mengunjunginya. Hal ini dikarenakan posisi dari batu keramat sendiri berdampingan
dengan Vihara Sian Jin Ku Poh yang dikenal orang sebagai tempat ibadah dari agama
Buddha Theravada105. Namun, pengurus setempat tidak pernah membatasi siapapun
orang yang datang untuk sembahyang maupun datang hanya untuk berkunjung saja.
Kemudian, lama-kelamaan masyarakat yang melihat batu keramat menyadari
kelebihan dan fungsi yang lebih dari hanya sekadar sebagai tempat untuk berobat
maupun sebagai tempat penghormatan. Dari kesadaran ini, masyarakat memanfaatkan
batu keramat hingga tidak sesuai dengan maksud dan tujuan awal dari kegunaan batu
keramat ini.
Masyarakat yang mengetahui akan adanya batu keramat datang dengan
berbagai tujuan, seperti untuk berobat, hanya sekadar sembahyang, mencari
104 Moh. Amir Sutaarga. (1966). Prabu Siliwangi. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, hal. 44-
45 105 Aliran yang mendorong penganut Buddha untuk mencari keselamatan spiritual secara
individual. Tim Penulis. (2006). Antropologi SMA/MA Kelas XII (Diknas). Jakarta : Grasindo
48
keberkahan, mencari rejeki106, mencari keberuntungan dalam usaha, kecocokan jodoh,
dan sebagainya. Untuk beberapa permohonan orang dapat melakukannya dengan
mendatangi keramat beberapa kali, ada pula yang hanya sekali bisa memperoleh apa
yang diinginkan melalui doanya.
Orang berdatangan ke vihara Sian Jin Ku Poh belum tentu mengenal dan tahu
akan adanya batu keramat. Terkadang orang tahu keramat karena cerita pengunjung
sebelumnya yang tahu keramat, dari warga sekitar maupun dari laman artikel. Bahkan
yang mendatangi keramat bukan hanya agama Buddha maupun Konghucu, tapi dari
berbagai agama pun datang ke keramat ini. Kebanyakan orang akan mengira keramat
yang ada di area vihara Sian Jin Ku Poh hanya diperuntukan bagi umat Buddha dan
Konghucu saja. Padahal keramat ini jika melihat latar belakangnya lebih condong bagi
umat Islam yang datang ke keramat.107
Puncaknya pada tahun delapan puluh tiga-an ramai dengan orang-orang yang
datang untuk mencari rejeki. Pada masa itu, orang-orang Tionghoa menyebutnya
dengan sebutan tahun wahwe. Tahun tersebut merupakan tahun yang sedang ramai
dengan permainan konik atau yang sekarang dikenal sebagai permainan togel. Kadang
pula orang datang bersama dengan rombongan hanya untuk melihat keberuntungan
mereka dalam mencari rejeki. Bahkan tamu yang datang lebih banyak dari luar kota,
yaitu orang-orang yang berasal dari Jakarta, Kalimantan, Bekasi, dan lainnya.108
C. Simbol-simbol Batu Keramat
106 Rejeki yang dimaksud disini adalah mencari nomor untuk bermain togel. 107 Wawancara dengan Ko Apeng, pada 9 November 2019 108 Wawancara dengan Mak Kutun, pada 21 November 2019
49
Jika lambang-lambang dapat membangkitkan perasaan dan keterikatan lebih
daripada sekedar formulasi verbal dari benda-benda yang dipercayai sebagai lambang
tersebut, maka batu keramat termasuk salah satu hal tersebut.109 Hal ini dikarenakan
batu keramat yang diposisikan sebagai petilasan Prabu Siliwangi sebagai jembatan dan
sebagai bentuk dari jejak yang ditinggalkan sang pemilik yaitu Prabu Siliwangi kepada
yang di amanahkan atau yang dipercayakan. Jejak ini diyakini orang-orang yang datang
ke batu keramat dapat mengabulkan apa yang mereka inginkan. Padahal batu keramat
ini hanya sebatas lambang jejak dari Prabu Siliwangi dan sebagai tempat singgah
dibatu keramat, serta menurut kepercayaan dari juru kunci ada waktu tertentu Prabu
Siliwangi yang disebut sebagai Uyut Eyang Lang-lang Buana masih sering singgah.
Pada saat singgah inilah jika bertepatan ada orang yang sedang berziarah110 dipercaya
apa yang diucapkan melalui permintaan maupun doa dapat terwujud.
Dillistone menjelaskan bahwa pada mulanya sebuah simbol merupakan
sebuah benda, sebuah tanda, atau sebuah kata, yang digunakan untuk saling mengenali
dan dengan arti yang sudah dipahami111. Simbol merupakan sarana untuk
berkomunikasi dan sebagai landasan pemahaman bersama-sama. Setiap komunikasi
dengan bahasa atau sarana yang lain, maka dapat menggunakan simbol-simbol. Batu
keramat yang diposisikan sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan Yang Kuasa,
109 Elizabath K. Nottingham. Terj. Abdul Muis Naharong.(1985). Agama Dan Masyarakat:
Suatu Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Rajawali Press.hal 16-17 110 Ziarah dalam Bahasa artinya berkunjung. Pustaka ilmu sunni salafiyah-KTB .(2013).PISS-
KTB : Buku Kumpulan Tanya Jawab dan Diskusi Keagamaan. Diakses dari www.piss-ktb.com, pada 23
Januari 2020, 07.40 AM, hal. 249 111 Laksmi Kusuma Wardani. (Dosen Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain-
Universitas Kristen Petra). Fungsi, Makna, Dan Simbol (sebuah kajian teoritik). Bahan Seminar
Arsitektur Nusantara 101010. Hal. XIX-7
50
dilakukan dengan tata cara secara Islam. Dimaksudkan secara Islam karena menurut
penuturan juru kunci batu keramat, yang menunggu tempat keramat ini beragama
Islam.112
Gambar. 3.2 Batu Keramat
Dokumentasi Pribadi
Pada mulanya batu keramat hanya berbentuk batu biasa tanpa adanya
aksesoris maupun adanya tambahan benda-benda yang ada disekitarnya. Dengan
berjalannya waktu, ketika ramai dengan adanya permainan konik, The Boen Tjiang
menutupinya dengan kain putih. Penepatan kain putih ini difungsikan sebagai tempat
komunikasi antara penunggu batu dengan orang yang memohon. Ini lebih
dimanfaatkan bagi orang yang meminta rejeki. Juru kunci dari batu keramat
menjelaskan bahwa tamu datang ke keramat, kemudian melalui juru kunci tersebut
akan melakukan tawasul113 ke batu keramat. Setelah itu, tamu yang datang akan
mengatakan maksud dan tujuan datang ke keramat. Jika bukan meminta rejeki ke batu
112 Wawancara dengan Ko Apeng, pada 9 November 2019 113 Tawasul secara Bahasa artinya mengambil perantara secara istilah diartikan sebagai salah
satu cara berdoa kepada Allah SWT dan sebagai salah satu dari beberapa pintu tawajuh kepada Allah
SWT dengan menggunakan Wasilah (perantara) adapun yang dituju dari tawasul ini adalah Allah SWT.
Pustaka ilmu sunni salafiyah-KTB .(2013).PISS-KTB : Buku Kumpulan Tanya Jawab dan Diskusi
Keagamaan. Diakses dari www.piss-ktb.com, pada 23 Januari 2020, 07.40 AM, hal. 252
51
keramat, juru kunci akan mendampingi sebagai perantara komunikasi. Namun, jika
tamu yang datang untuk meminta rejeki maka akan ditinggal.114
Ko Apeng atau juru kunci dari keramat menjelaskan bahwa, jika ada tamu
yang datang ke keramat, maka ia akan menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan di keramat. Ko Apeng juga menjelaskan kepada tamu bahwasannya jika
meminta kepada batu keramat tersebut berarti ia telah menyalahi aturan agama. Ia
menjelaskan lebih detailnya bahwa batu keramat Eyang ini hanyalah sebatas simbol.
Kita tetap harus meminta kepada yang kuasa diatas langit, batu Eyang ini hanya sebagai
perantara tidak boleh dijadikan sebagai tempat permohonan. Semua ini selalu
dijelaskan oleh ko Apeng ketika ada tamu yang datang ke keramat.
Ketika tamu datang untuk meminta rejeki, tamu tersebut menyebutkan rejeki
apa yang diinginkan, kemudian jawaban yang diinginkan akan muncul di kain putih
yang diselimutkan dibatu keramat tersebut. Dimisalkan jika yang masuk ke keramat
ada tiga orang, dengan permintaan yang sama untuk mencari nomor rejeki, maka setiap
orang yang berada di keramat akan mendapatkan nomor yang berbeda-beda sesuai
dengan yang dilihat.115
114 Wawancara dengan Ko Apeng, pada 9 November 2019 115 Wawancara dengan Ko Apeng, pada 9 November 2019
52
Gambar. 3.3 Patung-patung yang dibawa pengunjung atau peziarah
Dokumentasi Pribadi
Di sebelah batu keramat ada beberapa patung yang diletakkan setelah adanya
batu keramat. Patung-patung tersebut tidak ada maksud dan tujuan tersebut. Juru kunci
keramat mengatakan bahwasannya patung-patung tersebut ada karena tamu yang
datang membawanya. Seperti patung sinden yang dibawa oleh tamu dari Jawa khusus
diletakkan disebelah batu keramat dengan maksud hanya sebagai pajangan.116
D. Ritual Terhadap Batu Keramat
Jika ritual pada umumnya dilakukan oleh agama-agama yang memang
memiliki upacara yang diwajibkan, maka ritual yang dijabarkan ini sebagai bentuk
penghormatan. Dalam peringatan yang diadakan setiap tahun merupakan
penghormatan. Penghormatan yang dilakukan merupakan tradisi yang sudah ada sejak
keramat ditemukan oleh mpe Boen Tjiang, yaitu tradisi maulud.
Untuk keseharian mengurus keramat, juru kunci setiap pagi dan sore
memberikan kopi hitam ataupun teh. Jika kopi tidak tersedia, maka akan disediakan
teh, jika teh tidak tersedia maka juru kunci hanya akan menyediakan air putih biasa.
Para tamu yang datang biasanya ada juga yang memberikan rokok, bunga maupun uang
ke keramat. Ada pula yang datang hanya meletakkan dupa ditempat yang memang
sudah disediakan oleh juru kunci. Jika ada yang memberikan uang maka akan
dimasukkan ke kotak yang tersedia di depan pintu keramat.
116 Wawancara dengan Ko Apeng, pada 9 November 2019
53
Dalam memperingati mulud tersebut, pengurus keramat melakukannya
berdasarkan apa yang dilakukan oleh orang yang beragama Islam. Dalam agama Islam
sendiri banyak tradisi maupun ritual yang dilakukan dalam menjalankkan upacara
kegamaannya. Salah satunya adalah memperingati perihal yang menyangkut dengan
Rasulullah. Seperti memperingati kelahiran Rasulullah, yaitu Maulid Nabi Muhammad
Saw. Ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT,
ada juga untuk mengingat tauladan Rasululah dalam memperjuangkan agama Islam.
Untuk penghormatan ke batu keramat dari awal ditemukannya, The Boen
Tjiang sebagai juru kunci pertama hanya melakukan peringatan maulid nabi yang
biasanya jatuh pada 12 Rabiul Awal. Maulid Nabi lebih sering disebut dengan kata
Maulud. Secara Bahasa Maulud adalah waktu kelahiran, secara istilah merupakan
perayaan sebagai rasa syukur dan gembira atas kelahiran Rasulullah Saw yang biasa
dilakukan pada bulan rabi’ul awal atau disebut Mulud dalam masyarakat Jawa.117
Al-Hawi lil-Fatawi menjelaskan semula perayaan maulid nabi dilaksanakan
dengan berkumpulnya orang-orang, membaca kisah-kisah teladan Nabi Saw dari awal
kelahiran hingga perjalanan kehidupannya. Kemudian dihidangkanlah makanan untuk
dinikmati bersama, setelah itu barulah mereka pulang.118 Namun berbeda dengan yang
dilakukan di keramat ini. Tradisi ini dilakukan dengan melakukan doa bersama-sama
dengan orang-orang sekitar yang bermukim di sekitar vihara Sian Jin Ku Poh. Tidak
membatasi hanya yang beragama Buddha saja, semua agama dapat mengikuti acara
117 Pustaka ilmu sunni salafiyah-KTB .(2013).PISS-KTB : Buku Kumpulan Tanya Jawab dan
Diskusi Keagamaan. Diakses dari www.piss-ktb.com, pada 23 Januari 2020, 07.40 AM, hal. 231 118 Pustaka ilmu sunni salafiyah-KTB .(2013).PISS-KTB : Buku Kumpulan Tanya Jawab dan
Diskusi Keagamaan. Diakses dari www.piss-ktb.com, pada 23 Januari 2020, 07.40 AM, hal. 233
54
Mulud di sini. Jika acara mulud biasanya dilakukan dengan membacakan shalawat dan
doa bagi orang Islam, untuk pelaksanaan di keramat hanya dilakukan doa bersama yang
dipimpin oleh seorang ustad yang sudah ditunjuk oleh keluarga dari The Boen Tjiang
119.
Keluarga besar dari keramat menyediakan makanan yang dimasak sesuai
dengan syariat Islam, yaitu menggunakan bahan-bahan yang diperbolehkan dalam
Islam dan membedakan peralatan masak untuk acara Mulud tersebut dengan yang
digunakan oleh keluarga pengurus keramat pada biasanya. Banyak orang-orang sekitar
yang biasanya juga ikut menyumbang berupa uang maupun bahan masakan, karena
mereka senang dengan adanya Mulud ini semua orang bisa berkumpul tanpa melihat
agama yang dianutnya. Setelah pembacaan doa selesai, orang-orang yang datang
kemudian makan bersama-sama dan pulang.120
Bagi sebagian masyarakat, bahkan hampir semua masyarakat yang tinggal di
desa Tonjong, tahu mengenai keberadaan vihara Sian Jin Ku Poh. Bahkah saat ada
acara peringatan untuk tahun baru Imlek maupun peringatan yang lainnya, masyarakat
menyambutnya dengan antusias untuk melihat berbagai macam atraksi dan pertunjukan
yang memang disediakan oleh pihak vihara. Selain itu, masyarakat yang berada di
kampung Jati ini sangatlah toleransi terhadap kebudayaan dan agama yang dianut
setiap orang yang berada di kampung ini, sehingga tidak ada perbedaan mencolok yang
membuat mereka berseteru.
119 Ibu Eti selaku anak tertua di keluarga besar dari The Boen Tjiang sekaligus pengurus dari
Vihara Siian Jin Ku Poh dan Keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana yang biasanya mengatur acara
Mulud dan yang menunjuk ustad memimpin doa saat maulid. 120 Wawancara dengan Bu Eti, pada 29 September
55
BAB IV
ANALISIS MOTIVASI PARA PEZIARAH BATU KERAMAT DI VIHARA
SIAN JIN KU POH TAJUR HALANG-BOGOR
A. Motivasi Spiritual Para Peziarah
Menengok perkembangan agama yang ada di Indonesia, kepercayaan kepada
sesuatu yang gaib121 dan mistis122 adalah hal dasar yang masih melekat pada diri
masyarakat Indonesia. Hornby mengatakan bahwa mysticism adalah kepercayaan atau
pengalaman tentang kemistikan. Kemistikan adalah makna tersembunyi, kekuatan
spiritual yang menimbulkan sifat kagum dan hormat.123 Tanpa disadari masyarakat
masih memiliki rasa akan adanya hal-hal yang gaib maupun yang mistik disekitar
mereka. Karena adanya perasaan tentang adanya gaib dan sakral, masyarakat tunduk
untuk menghormati yang gaib dan mistik tersebut. Yang gaib maupun yang mistik ada
karena selalu mengikuti perkembangan dan tidak adanya proses masyarakat untuk
menolak keberadaannya.
Bagi pengunjung batu keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana, mereka yang
percaya akan adanya keberadaan Eyang yang mendiami batu tersebut terus-menerus
121 Dalam KBBI gaib diartikan dalam dua pengertian, yaitu, 1. Tidak kelihatan, tersembunyi,
tidak nyata, 2. Hilang; lenyap, 3. Tidak diketahui sebab-sebabnya (halnya dan sebagainya), diakses dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Gaib, pada 16 Februari 2020, 09.13 PM 122 Bersifat mistik, diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Mistis. Mistik sendiri
diartikan sebagai,1. Subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan system religi untuk memenuhi
hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; tasawuf; suluk. 2. Hal gaib yang
tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa. Diakses dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Mistik, pada 16 Februari 2020, 09.18 PM. 123 Ismail.( 2017). SEJARAH AGAMA-AGAMA (Pengantar Studi Agama-Agama).Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, hal. 26
56
datang untuk sembahyang maupun mencari apa yang mereka cari seperti meminta
pertolongan, sembuh dari sakit, meminta rejeki, meminta di carikan jalan untuk
usaha, meminta di carikan jodoh, juga beberapa permintaan lainnya.
Kendati demikian, orang-orang datang berkunjung ke keramat sebagai
salah satu batu loncatan untuk meraih sesuatu yang besar tanpa adanya usaha yang
keras. Keramat hanya mereka anggap untuk mencari ketenangan bagi mereka yang
sedang mengalami permasalahan dalam berbagai hal. Salah satu fungsi agama
sendiri adalah sebagai motivasi dan yang membantu manusia untuk mengenal dan
menghayati sesuatu yang sakral.124 Percaya akan yang sakral ataupun mistis murni
dimiliki oleh setiap manusia. Manusia dapat tidak beragama, namun manusia pasti
percaya dengan yang namanya hal-hal mistik maupun sakral, karena setiap manusia
memiliki Tuhan dalam hatinya.
Motivasi sendiri tidak bisa ditinggalkan dalam setiap kegiatan maupun
aktivitas setiap orang. Orang melakukan berbagai pekerjaan pastilah memiliki
motivasi dalam menjalankannya. Dengan adanya motivasi ini orang akan lebih
mendapatkan energi dan motivasi dalam menjalankan kegiatan maupun aktivitas.
Melihat aktivitas yang dilakukan oleh para peziarah yang mendatangi batu keramat,
setiap peziarah pastilah memiliki motivasinya sendiri.
Mengutip dari buku yang ditulis oleh Tristan, secara umum Mumfangati
memaparkan ada empat yang memotivasi orang-orang berziarah ke keramat, yaitu;
pertama, taktyarasa yaitu berziarah dengan tujuan memperoleh berkah dan
keteguhan hidup (ngalap berkah). Kedua, gorowasi : berziarah untuk memperoleh
124 Ali, H.M. Sayuthi. Metodologi Peneliitian Agama: Pendekatan Teoori dan
Praktek.(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,2002), hal 1
57
kekuatan, popularitas, stabilitas pribadi, serta umur panjang, dan mencari
ketenangan batin. Ketiga, widiginong: berziarah dengan tujuan mencari kekayaan
dunia maupun jabatan duniawi atau mencari rejeki. Keempat, samaptadanu: upaya
mencari kebahagiaan anak cucu agar selamat atau untuk mencari keselamatan.125
Penuturan dari juru kunci keramat, yaitu ko Apeng mengenai para
pengunjung yang datang ke keramat, motivasi mereka datang ke keramat memiliki
perbedaan pada tiap orang yang datang, juga mengenai tanggapan mereka terhadap
adanya keramat tersebut. Hal ini di karenakan setiap manusia memiliki tujuannya
masing-masing dalam kehidupannya di dunia ini. Ko Apeng menuturkan bahwa,
orang datang ke keramat itu bermacam-macam motivasi dan tujuannya.126
Jika yang datang merupakan orang yang sengaja sembahyang ke vihara,
maka orang tersebut tidak akan tahu menahu mengenai keramat, keramat hanya
dijadikan sebagai tempat bersemayamnya leluhur. Motivasi orang-orang ini hanya
tertuju ke vihara Sian Jin Ku Poh untuk memperoleh keberkahan leluhur, Mak Ku
Poh sendiri juga pada Sang Buddha. Salah satunya adalah ko Fransisko Hendra
yang jauh-jauh datang dari Jakarta yang biasanya hanya untuk sembahyang di
vihara Sian Jin Ku Poh.
Dalam teori yang pertama mengenai pengertian taktyarasa, ko Hendra
merupakan salah satu yang masuk dalam kategori teori ini. Menurut ko Hendra, ia
datang biasanya hanya ke vihara khusus untuk sembahyang saja yang kemudian
juga sembahyang di keramat. Ia hanya menganggap keramat merupakan bagian dari
vihara, dan menganggap keramat hanya sebagai leluhur. Ia datang jauh-jauh ke
125 Tristan Rokhmawan.(2019). Penelitian, Transformasi, & Pengkajian Folklor.
Medan: Yayasan Kita Menulis, hal. 168-169 126 Wawancara dengan ko Apeng, pada 9 November 2019.
58
vihara Sian Jin Ku Poh karena ia merasa lebih fleksibel dengan waktu yang
dimilikinya. Jika ke vihara lain ada batas waktu untuk kunjungannya, sedangkan
disini waktu sangat bebas untuk para pengunjungnya. Ia merasa lebih nyaman,
karena waktu lain ia gunakan untuk bekerja, dan pada waktu malam hari seperti
pada saat ditemui ia melakukan kunjungan untuk beribadah.127
Kunjungan ko Hendra ini dilakukan untuk meminta keberkahan dalam
mejalani kehidupan dan pekerjaannya. Diharapkan leluhur yang ia datangi bisa
memberikan keberkahan yang ia panjatkan saat melakukan sembahyang ataupun
penghormatan. Ko Hendra juga melakukan sembahyang ataupun penghormatan
bersama teman-temannya yang juga memiliki motivasi yang sama setiap
mengunjungi vihara Sian Jin Ku poh ini. Diharapkan pula pekerjaan yang sedang
ia jalani bisa lancar dalam segala urusan dan kebutuhannya. Bagi ko Hendra yang
menganggap batu keramat sebagai leluhurnya, ia melakukan peribadah yang sama
pula dengan yang ada di vihara Sian Jin Ku Poh.
Adapula pak Rudi yang sudah dua kali datang ke vihara Sian Jin Ku Poh
untuk melakukan sembahyang. Pada kesempatan pertama, pak Rudi sama sekali
tidak tahu menahu mengenai batu keramat tersebut, dan hanya melakukan
sembahyang saja. Pada kunjungan yang ke dua, pak Rudi berkesempatan untuk
melakukan interaksi dengan juru kunci keramat. Pak Rudi juga menuturkan pertama
kali mengetahui tentang keramat dari blog128 vihara Sian Jin Ku Poh yang ia baca.
Sedari awal pak Rudi telah mengetahui mengenai vihara Sian Jin Ku Poh
karena sedari kecil pula pak Rudi tumbuh besar di sekitar vihara Sian Jin Ku Poh
127 Wawancara dengan Fransisko Hendra, pada 21 November 2019.
128 Menurut KBBI, blog merupakan catatan harian atau jurnal pribadi di internet yang
dapat diakses oleh siapa saja. Diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id, pada Sabtu 6 Juni 2020,
07.45. PM.
59
yang berada di Karawang. Karena mengetahui adanya vihara Sian Jin Ku Poh yang
berada di luar Karawang inilah pak Rudi mulai mendatanginya. Selain itu, dari
penuturan juru kunci yang mengenalkan batu keramat tersebut pula lah membuat
pak Rudi ingin lebih mengenal batu keramat.
Dengan adanya pernyataan dari pak Rudi tersebut, orang datang untuk
melihat hasil yang telah ia minta ke keramat baru akan merasakan makna dari
datang berkunjung ke keramat. Namun, pak Rudi sangatlah menghormati adanya
keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana ini. Bahkan menurut Penuturan pak Rudi
saat ditemui di keramat mengatakan bahwa: “karena baru pertama kali datang ke
keramat ini, saya belum mengetahui tentang mbah ini”. Juga setiap penulis
menanyakan bagaimana tentang keramat, pak Rudi selalu mengatakan “maaf ya
bah, saya belum bisa sembahyang atau ngasih hormat ke mbah”, jika ditanya lagi
maka akan memohon maaf lagi ke keramat. Hal ini karena pak Rudi masih ingin
tahu tentang keramat tersebut, ia hanya mendengarnya dari orang-orang sekitar
maupun dari blog yang ia baca. Jika dilihat dari penuturan ko Apeng, pak Rudi
datang untuk berkonsultasi karena bisnisnya sedang mengalami penurunan.129
Namun hanya konsultasi dengan ko Apengnya saja, tidak melakukan kontak dengan
keramat seperti orang-orang yang datang kebanyakan maka akan melakukan kontak
dengan keramat dan ko Apeng hanya sebagai perantara.
Manusia memiliki sikap juga perasaan. Perasaan manusia terhadap
lingkungan dapat mempengaruhi sikap manusia itu sendiri. Dengan adanya sikap
dan perasaan (manusianya) maka kesakralan benda-benda akan mengalami
penguatan. Dengan demikian kesakralan terwujud karena sikap mental yang
129 Wawancara dengan pak Rudi, pada 17 November 2019.
60
didukung oleh perasaan. Sakral dengan tepat diartikan sebagai sesuatu yang
disisihkan dari sikap hormat terhadap hal-hal yang berguna bagi kehidupan sehari-
hari. Ini terwujud dengan sikap pak Rudi yang baru pertama kali mendatangi
keramat tersebut. Ia masih merasakan ragu, jadi ia hanya menjalani proses
konsultasi dengan juru kunci keramat, yaitu ko Apeng. Pak Rudi masih
menganggap keramat hanya sebatas simbolik dari batu itu sendiri, belum
menjadikan batu tersebut sebagai dunia simbolik yang memiliki kesakralan dan
dapat memberikan pengaruh terhadap dirinya maupun orang lain.
Selain tamu seperti pak Rudi dan pak Hendra, Ko Apeng juga menjelaskan
bahwa, tamu yang datang juga ada yang melakukan pengobatan, ada yang minta
jodoh, untuk usaha supaya lancar, banyak juga yang meminta untuk rejeki. Semua
yang datang tergantung dengan masing-masing tujuannya. Jika banyak tamu datang
pada waktu malam hari dan waktu-waktu tertentu seperti malam jumat maupun
pada tanggal 1 Muharram, banyak dari mereka akan meminta untuk memperoleh
rejeki.130
Beda lagi dengan ko Cai yang sudah lama sekali mengenal vihara Sian Jin
Ku Poh dan juga keramat sejak tahun 90-an. Ko Cai yang dulunya bekerja di sekitar
vihara Sian Jin Ku Poh, telah lama melakukan sembahyang dan mengikuti kegiatan
di vihara ini. Bahkan ko Cai sangat akrab dengan orang-orang sekitar yang ada di
vihara ini. Ko Cai juga tahu sedikit demi sedikit mengenai sejarah dan sil-silah dari
keluarga mpe Boen Tjiang.
Menurut ko Cai, secara keimanan yang dijelaskan olehnya, ia tidak boleh
menimani keramat. Hanya Tuhan yang ia percaya yang diperbolehkan untuk di
130 Wawancara dengan ko Apeng, pada 9 November 2019.
61
Imani. Ko Cai melakukan sembahyang di vihara hanya untuk mengikuti tradisi
keluarganya yang telah turun temurun. Ia mendatangi keramat hanya sebagai tamu,
untuk niat dan yang lainnya tidak ada. Bagi ko Cai tradisi hanyalah tradisi, namun
untuk keimanan menyangkut agama yang ia yakini. Ia mendatangi keramat hanya
melihat-lihat karena penasaran dan selanjutnya hanya mengantarkan bos ditempat
kerjanya yang ingin datang ke keramat.131 Sesuai dengan yang dipahami ko Cai,
pada awalnya ia juga penasaran dengan keramat, namun dengan berjalannya waktu,
ko Cai hanya menganggap dirinya tamu saat datang ke batu keramat.
Penuturan ko Cai hampir sama dengan ko Afong. Bagi ko Afong batu
melakukan sembahyang ke vihara lebih utama karena keimanan yang ia miliki.
Namun, pernah sekali ko Afong mendatangi batu keramat beberapa kali pada saat
usaha yang dimiliki mengalami penurunan, bahkan susah untuk melakukan
perbaikan. Hanya sebatas inilah ko Afong mendatangi batu keramat. Dari penuturan
ko Afong, ia jelas mmengatakan motivasi utamanya saat itu untuk mendatangi batu
keramat. Setelah dua kali mendatangi batu keramat, ia memang merasakan timbal
balik yang didapatkan dari mendatangi batu keramat. Walaupun terkadang ko
Afong masih mendatangi batu keramat hanya sebatas penghormatan dan
mengharapkan berkahnya.
Dalam pengertian konsep drai teori gorowasi, ada peziarah yang memang
masuk dalam kategori teori ini, seperti halnya pak Yosep salah satunya. Seperti hal
nya pak Rudi, pak Yosep yang awalnya hanya datang ke vihara tanpa tahu menahu
mengenai batu keramat, setelah tahu mengenai batu keramat ia hanya datang ke
batu keramatnya saja. Manurut penuturan dari pak Yosep, banyak hal yang
131 Wawancara dengan ko Cai, pada 17 November 2019.
62
menjadikan ia datang secara rutin sebulan sekali yang telah dijalaninya selama lebih
dari satu tahun lebih. Pertama kali pak Yosep mendatangi vihara untuk melakukan
sembahyang terhadap leluhur, yang kemudian orang sekitar vihara memberi
tahukan bahwa di sini ada keramat yang bisa dikatakan manjur untuk meminta
pertolongan. Mendengar hal tersebut, pak Yosep pun mencari tahu lebih lanjut
dengan mengobrol bersama orang-orang sekitar, kemudian mengobrol dengan ko
Apeng juru kunci dari keramat. Awal mendatangi keramat pak Yosep sendiri
meminta untuk disembuhkan dari sakit yang telah lama ia derita. Pak Yosep
menjalani pengobatan hampir dua bulan lamanya dan secara rutin mendatangi
keramat.132
Setelah sembuh dari sakit, pak Yosep juga mendengar orang sekitar datang
ke keramat bukan hanya untuk menjalani pengobatan melainkan untuk meminta
rejeki, membuat pak Yosep penasaran dan terus-menerus mendatangi keramat
hingga sekarang untuk meminta rejeki maupun usaha. Dari inilah pak Yosep setiap
sebulan atau dua minggu sekali mendatangi keramat. Ia merasa keramat sudah
melekat dengan kehidupannya, karena ia bisa sembuh setelah mendatangi keramat
dan usaha yang dijalankan terasa menjadi lancar. Pak Yosep tidak dapat
mengungkapkan bagaimana keramat telah menjadi salah satu penompang dirinya,
ia tidak bisa mengungkapkan keberadaan keramat dalam kehidupannya yang sudah
sangat melekat. Hal ini telah menjadikan keramat dalam membentuk dunia simbolik
tersendiri bagi pak Yosep yang kemudian membentuk perilaku dirinya. Ini
merupakan motivasi utamanya sampai sekarang masih terus mendatangi
132 Wawancara dengan pak Yosep, pada 17 November 2019.
63
keramat.133 Selain masuk dalam kategori teori kedua, pak Yosep juga masuk dalam
kategori teori ketiga, yaitu widiginong dan samaptadanu. Dalam teori widiginong
ini, pak Yosep mencari dalam kekayaan dunia yang terwujud dalam usaha (rejeki
yang sebenarnya), dan untuk samaptadanu, ia mencari keselamatan untuk dirinya
maupun keluarganya.
Selain pak Yosep, Ci Yanti juga merupakan orang yang sering sekali
mendatangi keramat. Ia datang ke keramat hampir setiap hari, jika ia tidak ketiduran
pada sore harinya. Menurut penuturan ci Yanti, ia sangatlah dekat dengan keramat.
Kedekatan yang dimaksudnya karena keramat telah memberikan banyak hal kepada
ia dan keluarganya. Maka dari itulah setiap sore hari, ia menyempatkan waktu untuk
mendatangi keramat. Ci Yanti mendatangi keramat untuk melakukan sembahyang
maupun memanjatkan doa. Ci Yanti juga bercerita bahwa jika ia mengalami
kesulitan maka akan meminta saran dengan mendatangi keramat. Jika sakit ia tidak
mendatangi dokter, namun mendatangi keramat. Karena ia sudah yakin bahwa obat
yang memang diberikan Eyang memang menyembuhkan sakit yang di derita. Selain
itu juga, ci Yanti sering meminta rejeki ke keramat.
Ci Yanti yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang juga tinggal di
sekitar vihara Sian Jin Ku Poh. Bukan hanya sekadar penghormatan, kadang ci
Yanti juga melakukan permohonan untuk mencari kecocokan rejeki. Bahkan setiap
ci Yanti sehabis pulang dari keramat orang-orang akan bertanya “ci liat apa?
Nomornya berapa?”. Ci Yanti hanya bisa menjawabnya “liat aja sendiri ke
keramat”. 134
133 Wawancara dengan pak Yosep, pada 17 November 2019. 134 Wawancara dengan ci Yanti, pada 17 November 2019.
64
Bagi ci Yanti, keramat memiliki makna yang sangat mendalam karena
selama hidupnya di kampung Jati, ia mengenal betul bagaimana keramat berperan
dalam kehidupannya. Dalam penjelasan yang dibagikan oleh ci Yanti, intinya
bahwasannya keramat benar-benar menjadi penolong, ketika sakit maka obat akan
diberikan, ketika susah maka akan diberikan solusi, usaha yang digeluti juga lancar
dengan adanya saran ataupun petuah yang telah diberikan oleh keramat. Petuah dan
saran-saran yang ia terima selalu ia percaya karena seringnya mendatangi keramat.
Keramat dijadikan sebagai tempat bersandar bagi mereka yang mempercayainya,
seperti halnya ci Yanti.
Sebagai tempat yang memberikan pemaknaan tanpa bisa
mengungkapkannya, ci Yanti dan beberapa orang menjadikan keramat dalam
membentuk dunia simbolik tersendiri yang kemudian membentuk perilaku
manusianya. Satu orang yang memiliki perasaan yang sama dengan ci Yanti adalah
pak Yosep, juga ci Yanti termasuk dalam dua teori yang sama dengan pak Yosep
(teori widiginong dan samaptadanu). Pak Yosep sendiri bekerja sebagai wiraswasta
di daerah Cengkareng dan mulai menjadi salah satu tamu yang setia selama lebih
dari satu tahunan.
Jika banyak orang yang datang ke keramat lebih mengarah meminta
kepada batu keramat, untuk mak Kutun, ia menganggapnya hanya sebatas perantara
dengan Allah SWT. Mak Kutun mengatakan bahwa, selain menjadi orang yang
dipercaya menjadi perantara, ia juga pernah menjadi orang yang berdoa di keramat
hingga saat ini. Pada 2013, mak Kutun mengatakan jika ia pernah ke keramat untuk
memanjatkan doa ke Allah melalui perantara Eyang keramat tersebut. Ia meminta
untuk kelancaran keponakannya supaya diterima kerja menjadi seorang pegawai.
65
Sesaat setelah itu keponakan mak Kutun pun bekerja sebagai pegawai. Ia
menganggap bahwa keberkahan dari keramat membuat doa yang ia panjatkan
kepada Allah bisa tersampaikan lewat Uyut Lang-lang Buana tersampaikan.
Sebagai seorang muslim, jika mak Kutun memintanya kepada batu keramat bukan
kepada Allah, ia akan dianggap musryik.135 Inilah yang selalu mak Kutun tetapkan
dalam dirinya, bahwa Keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana hanya sebatas
perantara dengan Allah. Mak Kutun juga seringkali mendatangi keramat hanya
untuk memanjatkan doa ke Allah hingga saat ini, bahkan jika ada orang yang minta
untuk diantarkan ke keramat, ia dengan senang hati mengantarnya.
Dalam bagian keempat, yaitu samaptadanu, orang menginginkan
keselamatan maupun keselamatan dan kesejahteraan bagi keturunan selanjutnya.
Bagi yang mendatangi keramat ini, doa meminta supaya keturunan sejahtera dan
selalu dalam keadaan aman merupakan yang sering disertakan oleh para
pengunjung. Para pengunjung yakin apa yang mereka yakini ini dapat terwujud,
terlebih bagi mereka yang telah percaya bahkan menggantungkan sebagian
kehidupan mereka pada batu keramat ini. Bagi mereka ini merupakan sebuah
keberuntungan dapat mengenal dan merasakan manfaat yang telah diberikan oleh
batu keramat. Dalam bagian empat ini, seperti yang telah di paparkan dalam
keterangan ci Yanti dan pak Yosep, mereka termasuk salah satunya.
Dalam pernyataan ci Yanti, ia memaparkan juga bahwasannya ketika
datang ke keramat meminta untuk kesejahteraan anak cucu nya kelak. Mendoakan
untuk keselamatan dan kesejahteraan sekarang maupun seterusnya. Bagi pak Yosep
pun sama halnya. Ia memaparkan bahwasannya ia juga meminta keselamatan bagi
135 Wawancara dengan mak Kutun, pada 21 November 2019.
66
dirinya, tidak mengalami sakit seperti sebelumnya. Keselamatan dan kesejahteraan
bagi keluarga besarnya, selalu mendapatkan yang terbaik.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan peneliti pada bab sebelumnya, dijelaskan bahwa banyak
hal yang terjadi pada para peziarah yang datang ke keramat. Dari adanya timbal
balik yang mereka anggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diungkapkan sampai
pada tidak adanya timbal balik antara peziarah dengan keramat karena tidak ada
pengetahuan ataupun adanya pembatasan dalam agama yang dianut oleh peziarah.
Ada juga karena kebudayaan yang telah lama melekat pada diri peziarah yang
menjadikan keramat sebagai bagian dari tradisi kebudayaan mereka.
Bagi mereka yang telah menemukan titik nyaman untuk mendapatkan
ngalap berkah di keramat, mereka akan terus mendatangi keramat di saat susah
maupun senang dan akan memberikan balasan dari apa yang di dapatkannya.
Banyak dari para peziarah yang bahkan terus-menerus datang karena telah
mendapatkan apa yang mereka doakan, yang kemudian membuat mereka ingin
datang kembali dengan permintaan yang sama maupun permintaan yang berbeda-
beda. Dari pemaparan tersebut, banyak dari pengunjung yang telah membentuk
perilaku mereka terhadap keramat yang menjadi simbol dari adanya Eyang Uyut
Lang-lang Buana itu sendiri.
Batu keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana pertama kali ditemukan oleh
The Boen Tjiang. The Boen Tjiang atau biasa di sapa dengan mpe Boen Tjiang
sebagai penemu juga sebagai juru kunci dari batu keramat dan sebagai pengurus
Vihara Sian Jin Ku Poh pada masanya. Untuk juru kunci yang mengurus batu
keramat dipilih oleh juru kunci sebelumnya (di amanahkan oleh juru kunci
68
sebelumnya) ataupun musyawarah keluarga besar pengurus dari batu keramat dan
juga vihara Sian Jin Ku Poh. Dari awal adanya batu keramat Uyut Eyang Lang-lang
Buana, difungsikan untuk pengobatan bagi orang-orang sekitar batu keramat
dengan niat yang sama. Mereka datang langsung ke keramat untuk kesembuhan
bagi yang sakit maupun keselamatan bagi keluarga mereka.
Dengan adanya peziarah yang datang ke batu keramat, juru kunci akan
memberikan pengarahan bahwasannya mendatangi keramat tetap meminta kepada
Tuhan dari agama yang mereka anut. Batu keramat hanyalah sebagai salah satu
perantara supaya doa yang dipanjatkan tersampaikan lebih cepat. Banyak pula
peziarah yang datang ke keramat karena sudah dianggap sebagai salah satu leluhur
yang ada di vihara Sian Jin Ku Poh. Dengan beribadah ke vihara Sian Jin Ku Poh,
mereka juga melakukan penghormatan, pemberian sesajen, dupa dan lainnya ke
keramat.
Waktu bagi para peziarah mendatangi batu keramat pun beragam. Karena
Vihara Sian Jin Ku Poh di buka selama dua puluh empat jam, umat yang datang
pun sesuai dengan keperluan dan waktu yang mereka miliki. Kebanyakan umat
maupun peziarah batu keramat akan datang pada jam-jam malam. Pada jam tersebut
biasanya adalah waktu bagi mereka yang tidak punya waktu luang di siang hari di
karenakan sibuk bekerja. Khususnya bagi para peziarah batu keramat sebagian
besar banyak yang datang di atas jam dua belas malam, dan membludaknya
peziarah biasanya di hari-hari tertentu yang memiliki pengaruh lebih kuat. Seperti
halnya 1 Muharram, malam jumat, 12 Mulud, malam selasa, dan hari-hari yang
memang ditunjuk. Bahkan bagi masyarakat sekitar banyak pula yang telah
menggantungkan semua keberuntungan mereka kepada batu keramat tersebut.
69
Dalam memperoleh rejeki, pekerjaan, kesehatan dan lainnya, mereka meminta dan
menggantungkan semuanya kepada batu keramat.
Masyarakat datang ke batu keramat dengan berbagai macam motivasi yang
membuat mereka terus mendatangi batu keramat. Tanpa adanya batasan jam
kunjungan ke batu keramat, banyak orang yang datang di malam hari untuk mencari
keberuntungan dalam perihal rejeki136. Kebanyakan dari mereka telah
membuktikan bagaimana mereka bisa mencocokan rejeki mereka yang didapat di
batu keramat dengan yang ada di dunia nyata. Bahkan sering kali mereka membuat
janji jikalau rejeki mereka sepenuhnya didapatkan, maka mereka akan memberikan
imbalan ke batu keramat maupun ke vihara Sian Jin Ku Poh.
Selain untuk mendapatkan rejeki, pengobatan, jodoh, peziarah yang datang
mengunjungi batu keramat juga meminta untuk kesejahteraan bagi keluarga dan
anak cucu mereka. Mereka datang dengan beberapa permintaan kepada batu
keramat yang disampaikan melalui juru kunci batu keramat. Dari juru kunci inilah
permintaan di komunikasikan kepada batu keramat. Jawaban dari setiap peziarah
yang mendatangi batu keramat akan terlihat di kain putih yang menutupi batu
keramat tersebut. Walaupun yang masuk ke dalam batu keramat lebih dari satu
orang, semua jawaban yang diminta akan muncul sesuai dengan apa yang
diinginkan di atas kain putih tersebut. Adapula peziarah yang datang tanpa meminta
di dampingin oleh juru kunci, peziarah tersebut akan langsung berucap di depan
batu keramat. Dengan berbagai motivasi yang melatar belakangi peziarah datang
ke batu keramat, mayoritas dari mereka datang untuk mendapatkan rejeki.
136 Bukan rejeki dalam pengertian umumnya, tapi dalam pengertian togel.
70
Dengan banyaknya rejeki yang berhasil terkabulkan dari berbagai orang,
membuat batu keramat lebih dikenal lagi. Berbagai orang baru maupun lama terus
berdatangan hanya untuk mencari rejeki. Jelas sekali kebanyakan motivasi utama
mereka mendatangi batu keramat adalah untuk mendapatkan rejeki. Bahkan ada
yang datang secara berkala. Dalam motivasi ini, orang-orang termasuk dalam
kategori teori widiginong. Dengan tujuannya yang sangatlah jelas untuk kekayaan
duniawi dan menumpuk rejeki yang berlebihan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, ada beberapa
saran-saran yang perlu disampaikan, yaitu:
1. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian di vihara Sian Jin Ku Poh
maupun di desa Tonjong, peneliti bisa meneliti mengenai permasalahan
identitas agama para pengunjung yang mendatangi keramat maupun vihara,
karena masih banyak yang memiliki agama yang berbeda dengan yang tercatat
pada KTP (kartu tanda penduduk) yang mereka miliki. Bahkan ada beberapa
orang yang tidak mengetahui mengenai agama yang mereka anut, mereka
hanya mengikuti tradisi keluarga mereka kepada para leluhurnya.
2. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang serupa di keramat ini, bisa
mengambil pendekatan lain dalam melakukan penelitian.
71
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif : Sebauh Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok :
Rajawali Pers.
Agus, Bustanuddin.(2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia : Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Anggito, Albi dan Johan Setiawan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa
Barat : CV Jejak.
Arifin. (1986) Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Jakarta : Golden
Trayon Press.
Bakhtiar, Amsal. (2009). Filsafat Agama. Jakarta : Rajawali Pers.
Bowie, Fiona. (2000). The Anthropology Of Religion : an introduction.
Massachusetts : Blackwell Publishers Ltd.
Gazali, et.all. Yelfi Dewi S. (Ed). (2012). Filsafat Ketuhanan Studi Relasi Tuhan
Dan Manusia. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Hatinah, Siti. (2014). Materi Pokok Metode Penelitian Perpustakaan. Tangerang
Selatang: UNiversitas Terbuka.
Ilahi, Mohammad Takdir. (2017). Kearifan Ritual Jodangan Dalam Tradisi Islam
Nusantara Di Goa Cerme. Vol. 15, No. 1.
Imron, M. Ali. (2013). Sejarah Terlengkap Agama-agama Di Dunia. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Ismail.(2017). SEJARAH AGAMA-AGAMA (Pengantar Studi Agama-Agama).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
72
Jamaludin dan Solihah Sari Rahayu.(2019). HUBUNGAN FIQH KALAM DAN
TASAWUF (Dalam Pandangan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
Suryalaya Tasikmalaya ). Jawa Tengah: CV. Mangku Bumi Media.
Jr, A.G. Honig.terj. M.D Koesoemoesastro dan soegiarto. (2009). Ilmu Agama .
Jakarta: Gunung Mulia.
Kahmad, Dadang. (2002). Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kause, Olifianus. (2013). NAETAPAN BATU KERAMAT (Studi Tentang
Pengkeramatan Batu Naetapan dan Dampaknya Bagi Masyarakat Desa
Tunua, Kabupaten Timor Tengah Selatan). Tesis S2, Mahasiswa
Universitas Kristen Satya Kencana, Fakultas Teologi, Magister Sosiologi
Agama.
Lari, Sayid Mujtaba Musawi. (2001). Etika & Pertumbuhan Spiritual. Jakarta:
Lentera.
Liang, Ws. Mulyadi. (2015). Mengenal Agama Konghucu. Sidoarjo: SPOC.
Madjid, Nurcholish, dkk. (2004). AGAMA, KEMANUSIAAN & BUDAYA
TOLERANSI. Yogyakarta : PT. Surya Sarana Utama.
Merinda, Maria Fransiska. (2017). EUROPE PILGRIM TRIP (Paris – Lourdes –
Nevers – Mont St. Michel – Avignon - Vatican). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Merliana, Siti Meli. (2018). Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi: Kultus Dan
Motivasi Ziarah. Skripsi S1, Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Prodi Studi Agama-
agama.
73
Nihayah, Hamidatun. (Januari, 2017). Berburu Nomor Togel Di Makam Keramat
(Studi Etnografi di Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto). Jurnal
Keislaman, Vol. 6, No.1
Nottingham, Elizabath K. Terj. Abdul Muis Naharong.(1985). Agama Dan
Masyarakat : Suatu Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Rajawali Press.
Nurdin, Ali. (2015). KOMUNIKASI MAGIS : Fenomena Dukun di Pedesan.
Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara.
Nurdin, Amin dan Ahmad Abrori. (2006). MENGERTI SOSIOLOGI :Pengantar
Untuk Memahami Konsep-konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Pers.
O’Dea, Thomas F. (1985) . SOSIOLOGI AGAMA, Suatu Pengenalan Awal. Jakarta
: CV. Rajawali.
Ormsby, Alison . (2013) “Analysis of Local Attitudes Toward the Sacred Groves of
Meghalaya and Karnataka, India”. Department Of Environmental
Studies, Eckerd College, St. Petersburg, FL, USA. Conservation and
society,Vol. 11, No. 2, pp 187-197. Accessed 15 November 2019, 11.49
UTC.
Prawiro, Abdurrahman Misno Bambang, dkk.(2015). Barakah Ziarah Etnografi
Kuburan di Bumi Parahyangan. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Purnamasari, Nia. (2009). “Makam Keramat dan Perubahan Sosial (Studi Kasus di
Masyarakat Sekitar Makam Dalem Cikundul, Majalaya, Cianjur)”.
Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Program Studi Sosiologi
Agama.
74
Pustaka ilmu sunni salafiyah-KTB .(2013).PISS-KTB : Buku Kumpulan Tanya
Jawab dan Diskusi Keagamaan. Diakses dari www.piss-ktb.com, pada 23
Januari 2020, 07.40 AM
Ramayulis, Haji. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Robertson, Roland.ed.penerj. Achmad Fedyani Saifuddin. (1995). AGAMA: dalam
analisa dan intrepretasi sosiologis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Rokhmawan, Tristan.(2019). Penelitian, Transformasi, & Pengkajian Folklor.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Soejidjito, Herwasono, Y. Purwanto, Endang Sukara. (2009). Situs Keramat Alami
– Peran Budaya Dalam Konservasi Keaneragaman Hayati. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. (2003). Metodologi Penelitian Sosial-Agama..
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutaarga, Moh. Amir. (1966). Prabu Siliwangi. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya.
Syam, Nur. (2009). Tantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Tanggok, M. Ikhsan. (2006) . Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.
Tim Penulis. (2006). Antropologi SMA/MA Kelas XII (Diknas). Jakarta : Grasindo
Yoest. (2008). Riwayat Kelenteng, Vihara, Lithang di Jakarta dan Banten. Jakarta:
PT Buana Ilmu.
Yulinawati. (2018). Mitos Keramat Pohon Pule Di Desa Tekorejo Kecamatan Buay
Madang Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Skripsi S1, Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama, Jurusan Studi Agama-agama.
75
Yusuf, A. Muri. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualiatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta : Kencana.
Wardani, Laksmi Kusuma. (2010). Fungsi, Makna, Dan Simbol (sebuah kajian
teoritik). Bahan Seminar Arsitektur Nusantara 101010. Jurusan Desain
Interior, Fakultas Seni dan Desain-Universitas Kristen Petra.
West, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi : Analisis
dan Aplikasi. Buku 1 edisi ke-3. Terje. Maria Natalia Damayanti Maer.
Jakarta : Salemba Humanika.
Zazuli, Mohammad. (2018). Sejarah Agama Manusia. Yogyakarta : Narasi.
Zed, Mestika. (2008). Metodologi Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
http://kbbi.web.id/magis, pada senin 20 Januari 2020, 11.42 PM
http://kbbi.web.id/keramat, pada Senin 20 Januari 2020, 11.22 PM.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Gaib, pada Minggu 16 Februari 2020, 09.13
PM.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Mistis, pada Minggu 16 Februari 2020, 09.13
PM.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Mistik, pada Minggu 16 Februari 2020, 09.18
PM.
Di akses dari pengertian dan rahasia togel telah terungkap- celah rahasia togek
https://loto-gel.blogspot.com/2015/04/pengertian-dan-rahasia-togel-
telah.html?m=1, pada 28 september 2019, pukul 12.47 AM
76
Diakses dari artikel Sembahyang Ce It dan Cap Go,
https://www.tionghoa.info/sembahyang-ce-it-dan-cap-go/, pada selasa 18
Februari 2020, 11.27 PM.
Diakses dari m.facebook.com/kml.kemeilie/posts/1054506111326449, pada selasa
18 Februari 2020, 11.35 PM.
Wawancara dengan bu eti, pada 29 September 2019
Wawancara dengan mak Kutun, pada 21 November 2019
Wawancara dengan ko Apeng, pada 9 November 2019
Wawancara dengan pak Rudi, pada 17 November 2019
Wawancara dengan ci Yanti, pada 17 November 2019
Wawancara dengan pak Yosep, pada 21 November 2019
Wawancara dengan pak Hendra, pada 17 November 2019
Wawancara dengan ko Cai, pada 17 November 2019
77
LAMPIRAN
Paling Kiri (The Boen Tjiang) Juru Kunci Pertama Keramat dan Para
Pendiri Vihara Sian Jin Ku Poh
Sumber : dokumentasi pribadi
78
Keramat Uyut Eyang Lang-lang Buana
Sumber : dokumentasi pribadi
Depan Keramat Uyut Eyang Lang-Lang Buana
Sumber : Dokumentasi Pribadi
79
Mak Ku Poh
Sumber : dokumentasi pribadi
80
Patung-patung di Keramat
Sumber : dokumentasi pribadi
Pohon Pule
Sumber : dokumentasi pribadi
81
Posisi Keramat yang berada diujung bersebelahan dengan vihara Sian Jin
Ku Poh
Sumber : dokumentasi pribadi
Vihara Sian Jin Ku Poh Tampak Depan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
82
Kamar Mandi Depan Vihara
Sumber : Dokumentasi Pribadi
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Lampiran wawancara, ko Afong
1. Sejak kapan dan berapa lama mengenal batu Keramat?
Jawab: saya sudah 10 tahun kesini. Sebelumnya saya kan ke vihara Boen
Tek Bio yang di Kebayoran. Terus pindah kesini tuh pas tau ada yang lebih
deket. Enakan juga sih tempatnya, lebih santai dan waktunya ga ada
batesnya.
2. Mengenal Batu Keramat dari siapa?
Jawab: awalnya kan saya ibadah di vihara depan tuh, vihara 8 phosat,
vihara yang Buddha tidur itu. Dikasih tau sama penjaganya kalo dibelakang
ada lagi vihara dan emang waktunya ga dibatesin, terus saya kesini tuh abis
dikasih tau. Soalnya kan saya kerja biasa full, bisanya malem gini abis balik
kerja. Jadinya ya lebih sering ke sini, sampe sekarang malahan betah di sini.
3. Seberapa sering mendatangi Batu Keramat?
Jawab: kalo saya jarang ke Keramatnya, cuman kalo sempet saya datengin
tu keramat. Lebih ke Vihara nya saja saya buat sembahyang. Tapi dulu
pernah berturut-turut datang, karena ada perlu si, kesini-sini jarang.
4. Pada saat ke keramat apa saja yang dilakukan?
Jawab: kalo saya waktu itu di pandu dulu sama ko Apeng kuncennya, terus
setelah itu terserah sama saya ngapainnya kan. Ya saya mah minta buat
usaha waktu itu.
5. Apa makna Batu Keramat bagi anda?
Jawab: bagus juga buat rezeki itu, buat usaha, tapi ga bisa cuma sekali kalo
ke sini. Harus berkali-kali. Apalagi kalo 1 muharram ato peringatan lainnya
tuh kita disuruh bawa-bawa syarat tertentu, kaya bawa bunga ato apalah.
96
6. Apa motivasi anda mendatangi Batu Keramat?
Jawab: kalo datang ke keramatnya ya buat berkah nya ya. Kadang juga buat
usaha lancar, sesuai kondisi ya.
97
Lampiran wawancara, mak Kutun
1. Sejak kapan dan berapa lama mengenal batu Keramat?
Jawab: saya udah lama banget ya disini. Tahun 70-an kayanya saya udah
kenal ini keramat. Dari yang belom punya tempat kaya gini nih, sampe jdi
bagus kaya gini.
2. Mengenal Batu Keramat dari siapa?
Jawab: tau aja ya. Kan emang tinggal disini dari awal adanya keramat ini.
Terus saya juga di amanahin saya ko Boen Tjiang buat nganter orang kalo
emang ada perlu ke keramat.
3. Seberapa sering mendatangi Batu Keramat?
Jawab: dulu sering. Kalo sekarang jarang. Kalo ini aja ya, orang minta
dianter ke keramat saya anterin. Udah ga bisa bebas kaya dulu. Saya udah
mantan istrinya Boen Tjiang kan, anak-anaknya yang laen yang ngurus.
Kalo saya ikut-ikutan ga enak juga.
4. Pada saat ke keramat apa saja yang dilakukan?
Jawab: ngebantu orang buat tawasulnya ke mbah uyut. Pernah saya juga
pas ponakan mau kerja saya ke keramat buat minta doa. Kan mbah uyyut
Cuma perantara sama tuhan kita, disyariatkan ke mbah uyut Allah yang
ngabulin. Ya Alhamdulillah ponakan saya kerja dapet waktu itu.
5. Apa makna Batu Keramat bagi anda?
Jawab: kalo saya ya sebagai tempat ziarah, tempat petilasan Prabu
Siliwangi yang bentuknya batu. Tempat buat manjatin doa, kan uyut kaya
jadi perantara deket sama Allah, jadi jalannya kaya dipermudah drai mbah
uyut ini.
98
6. Apa motivasi anda mendatangi Batu Keramat?
Jawab: buat manjatin doa kalo ada perlu lain juga kadang ke sini buat doa.
99
Lampiran wawancara, ko Apeng
1. Sudah berapa lama menjadi juru kunci batu keramat?
Jawab: kalo jadi juru kuncinya belum lama, tapi datang ke sininya saya dari
2004. Saya itu pendatang bukan asli orang sini, istri saya anak Boen Tjiang,
saya ini menantunya. Tadinya mertua saya amanahin ke istrinya yang
terakhir itu, tapi sama keluarga besar, saya yang disuruh buat jagain ini
keramat. Bisa di itung-itung baru dua tahunan ini saya jagain keramat.
Sebelum saya ada Digin, suaminya Eti. Digin kan sudah meninggal, jadi
harus ada yang gantiin. Saya kan suka itu ziarah ke tempat-tempat keramat,
jadi tau yang begini-gini tuh.
2. Apakah tahu sejarah dari batu keramat ini?
Jawab : kalo sejarah pastinya saya ga tau ya, karena saya kan pendatang.
Saya taunya pas tahun 1976, mertua saya nemuin ini batu dan posisinya
dibawah tuh. Terus tahun 1988 keramat dipindahin disebelah vihara,
keramat yang ini, pas 1987 vihara udah ada dulu bangunanannya Cuma
kecil. Ga kaya ini, ini udah besar banyak yang bantu dari donator ya. Rame-
ramenya ada togel pas zamannya wahwe, orang-orang datang dari luar kota
buat ke keramat saja. Kalo yang tahu betul itu ci Eti, anaknya mertua saya
yang paling tua yang masih ada, kakaknya ada Cuma udah pada meninggal.
3. Apa saja yang dilakukan orang-orang saat mendatangi keramat?
Jawab: macem-macem orang datang ke sini. Ada yang ziarah, ziarahnya
juga tergantung masing-masing tujuannya, campur-campur pokoknya. Ada
juga yang nyari rejeki, kalo ini mah urusan yang kuasa ya, kalo minta ke
batu ini musyrik, ya kalo saya sih nuntun biar ga dosa, jadi ga ke batunya.
100
Sebagai perantara saja, buat nyambungin sama yang ada di batu ini. Balik
lagi semuanya tergantung pribadi setiap orang yang datang maunya apa, itu
urusannya sama yang kuasa mau gimanapun caranya.
Terus ada juga yang berobat. Kalo pengobatan-pengobatan kaya gini ga bisa
dijelasin pake logika, ga nyambung tapi nyata. Terus disini untuk
pengobatan beda-beda, sesuai ama yang di derita aja.
4. Disini kan terkenal dengan nyari rejekinya, itu maksdunya apa ya?
Jawab: kalo di kategorikan rejeki yang dimaksud di sini ada dua.ada yang
niatnya benar-benar nyari rejeki, tapi biasanya orang lebih ke usaha. Rejeki
yang satunya orang-orang minta buat nomor. Karena pas itu rame-ramenya
buat nomor togel, sampe sekarang terkenalnya juga buat nyari nomor togel.
5. Hari apa saja orang-orang ramai mendatangi batu keramat?
Jawab: kalo hari tiap hari juga ada yang datang, cuman orang datang lebih
sering pas malem, jam-jam orang udah pulang kerja. Rame itu biasanya
kaya pas peringatan 1 muharram, malam jumat kadang juga rame.
6. Adakah waktu khusus orang-orang datang ke batu keramat?
Jawab: waktu khusus ngga ada, terserah orang mah mau datang kapan. Di
sini kan bebas 24 jam waktunya. Ya ada juga yang datang kaya diatas jam
12 malam, paling sering jam 2 sampe jam 4 ada aja yang datang.
101
Lampiran wawancara, pak Rudi
1. Sejak kapan dan berapa lama mengenal batu Keramat?
Jawab : kan namanya Sian Jin Ku Poh, yang pertama kan adanya di
Karawang. Kebetulan saya kecil disana (Karawang). Tahunya Sian Jin Ku
Poh dari kecil dari SD. Terus baru tahu kalo ada ditempat lain juga. Jadi,
saya ini tahunya Sian Jin Ku Poh dulu. Tahu keramat baru sekarang-
sekarang ini. Dua kali ke sini, ini yang pertama ke keramat.
2. Mengenal Batu Keramat dari siapa?
Jawab: saya liat di web nya itu. Terus dikasih tahu sama penjaga sini juga.
3. Seberapa sering mendatangi Batu Keramat?
Jawab : baru sekali ini. Tapi saya juga pengen lebih kenal sama si mbah
ini. Mungkin kedepannya.
4. Pada saat ke keramat apa saja yang dilakukan?
Jawab: saya cuma ngobrol saja dengan kuncennya.
5. Apa makna Batu Keramat bagi anda?
Jawab: karena baru sekadar ngobrol saya belum ngerti banyak ya. Tapi
ngeliat obrolan tadi, saya tahu mbah ini punya kemampuan.
6. Apa motivasi anda mendatangi Batu Keramat?
Jawab : saya penasaran tentang keramat dan mbah ini ya, jadi saya datangi.
Saya juga mau ngobrol buat usaha saya.
102
Lampiran wawancara, ci Yanti
1. Sejak kapan dan berapa lama mengenal batu Keramat?
Jawab: udah lama banget, malahan dari kecil saya kenal keramat. Umur
saya udah 40-an lebih, segitu pokoknya.
2. Mengenal Batu Keramat dari siapa?
Jawab: tau sendiri. Kan saya orang asli sini, jadi dari kecil saya kenal
keramat.
3. Seberapa sering mendatangi Batu Keramat?
Jawab: saya ke tempat mbah ini tiap sore kalo ga ketiduran ya.
4. Pada saat ke keramat apa saja yang dilakukan?
Jawab: sembahyang, minta berkah selamet, cuman kan kadang ada orang
yang nanya tuh, liat apa ci ? nomornya berapa?, emang biasanya orang
dating kesini buat nyari rejeki, jadi saya jawabpin aja tuh, liat aja sendiri
mah. Kadang juga minta buat usaha biar lancar, keluarga sehat terus, gitu
aja.
5. Apa makna Batu Keramat bagi anda?
Jawab: kalo saya banyak ini maknanya. Kalo nolong mah, emang bener
nolong. Kalo ada orang sakit minta obat ya dikasih. Ya Alhamdulillah ya
kalo lagi jodoh dikasih ya sembuh. Ada juga sih yang ga sembuh. Ya ga
beda sama namanya dokter ya. Kalo ke dokter kan misalnya kita kesini
cocok, ada orang yang ga cocok juga.
6. Apa motivasi anda mendatangi Batu Keramat?
Jawab: buat usaha lancar, kadang-kadang juga ada yang liat rejeki, kan
beda-beda tuh sama orang lain. Minta sehat buat sekeluarga.
103
Lampiran wawancara, pak Yosep
1. Sejak kapan dan berapa lama mengenal batu Keramat?
Jawab: udah hampir setaun lebih ya.
2. Mengenal Batu Keramat dari siapa?
Jawab: kalo tahu keramat setelah saya ke vihara ini. Waktu itu saya cuma
buat ke vihara karena sembahyang disini, terus abis itu biasanya saya
duduk-duduk di depan tuh yang buat tamu dibawah. Kumpul-kumpul sama
orang-orang yang disini. Denger-denger mereka cerita. Terus waktu itu saya
sakit kan, keinget sama cerita orang-orang, saya datengin vihara nanya
keramat di mana terus bisa ngapain aja gitu. dari itu saya mulai datengin
keramat, ga ke vihara lagi tapi Cuma ke keramat.
3. Seberapa sering mendatangi Batu Keramat?
Jawab: waktu-waktu tertentu ya. Sebulan bisa dua kali, kadang sekali. Tapi
pas awal-awal saya sakit buat berobat hampir seminggu dua sampe tiga kali.
Kesini-sini aja saya lebih jarang.
4. Pada saat ke keramat apa saja yang dilakukan?
Jawab: pertama kan saya buat berobat tuh selama sebulan lebih seminggu,
terus kesini-sini kadang buat usaha, cari rejeki juga pernah. Ya pokoknya
doa gitu.
5. Apa makna Batu Keramat bagi anda?
Jawab: kalo pribadi saya ga bisa diungkapin sama kata-kata ya. Tergantung
orang pokoknya, kalo saya susah buat nyebutin.
6. Apa motivasi anda mendatangi Batu Keramat?
Jawab: nyari aja ya. Nyari buat keselamatan, rejeki, kesehatan, banyaklah.
104
Lampiran wawancara, pak Hendra
1. Sejak kapan dan berapa lama mengenal batu Keramat?
Jawab: saya baru empat kali ke sini sih, itu dua bulanan kayanya.
2. Mengenal Batu Keramat dari siapa?
Jawab: dari temen. Ke sini juga bareng temen-temen.
3. Seberapa sering mendatangi Batu Keramat?
Jawab: dua minggu sekali. Kalo sempet seminggu sekali ya. Soalnya kan
saya kerja, terus ini tempatnya enak fleksibel pokoknya. Bisa datang jam
berapapun. Kaya gini saya sama temen-temen datang malem-malem, yang
waktunya ga ganggu kerja saya.
4. Pada saat ke keramat apa saja yang dilakukan?
Jawab: sejauh ini cuma sembahyang aja sih,
5. Apa makna Batu Keramat bagi anda?
Jawab: saya anggep keramat juga leluhur kami, kaya saya sembahyang di
vihara.
6. Apa motivasi anda mendatangi Batu Keramat?
Jawab: buat berkah rejekinya, kesehatan dan keselamatan.
105
Lampiran wawancara, ko Cai
1. Sejak kapan dan berapa lama mengenal batu Keramat ?
Jawab: sudah lama sejak tahun 80-an. Kan dulu pernah kerja di atas tuh. Di
luar. Sekarang gak kerja di sana lagi. Makanya saya sering ke sini nih buat
ibadah ke vihara, lama-kelamaan udah jadi kebiasaan dating ke vihara,
kenal banyak orang jadi punya temen di sini. Sering nginep juga saya. Kan
disini free tuh buat pengunjung 24 jam, pokoknya ga dipungut biaya ,
sukarela aja sih buat pengunjung. Kalo tempat lain kan ngga tuh, ga bisa
kayanya, jam sekian biasanya gerbang ditutup, orang ga bisa masuk.
2. Mengenal Batu Keramat dari siapa?
Jawab: saya tahu saja. Dari awal adanya ini keramat pas tahun 80-an itu
banyak orang datang kan. Karena sering ke vihara juga makanya kenal ini
si punya mbah.
3. Seberapa sering mendatangi Batu Keramat?
Jawab: saya Cuma pernah dua kali datang ke keramat. Yang pertama dulu
penasaran, terus yang ke dua saya nganter bos saya dulu yang pengen ke
keramat. Masih sering ke sana sekadar menghormati saja.
4. Apa makna Batu Keramat bagi anda?
Jawab: orang biasanya percaya kalo itu lang-lang buana yang masih leluhur
agama Hindu yang masuk Islam, masih keturunan Prabu Siliwangi. Bagi
mereka saja yang mengimani Prabu Siliwangi saja. Ya karena kami imannya
ga kesana ya, ke mbah itu. Kalo keramat itu batu kan, kalo dewa-dewa kan
emang tradisi leluhur kita. Kami lebih focus ke vihara yang keramat kurang
106
karena kita ga punya ikatan. Cuma liat aja karena kami tamu. Hormatin aja
gitu.
5. Menurut ko biasanya orang-orang datang ke keramat melakukan apa saja?
Jawab: mereka yang percaya sama mbah datang kesini tuh. Mereka ada
yang minta untuk penglaris usaha, minta berkah, untuk jodoh juga tapi ini
jarang juga. Lebih banyak orang datang untuk minta berkah, penglaris,
untuk rumah tangga bermasalah, minta dipulihkan lewat doa-doa yang
dikirim.
6. Apa motivasi anda mendatangi Batu Keramat?
Jawab: karena saya ibadahnya ke vihara, sekaligus tamu saja datangin
keramat.
Catatan:
Penyebutan nomor togel, para peziarah biasa menyebutnya sebagai rejeki.
Sedangkan rejeki yang biasa disebut dalam kalangan masyarakat luas disini lebih
disebut dengan usaha (bisnis, dagang, pekerjaan, dan lainnya).