i
MODEL RELASI SOSIAL MASYARAKAT UMAT BUDHA
DAN UMAT ISLAM DI DESA KALIMANGGIS,
KECAMATAN KALORAN,KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Sosiologi dan Antropologi
Oleh:
Dwi Endarwati
3401412049
PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Pendidikan merupakan kelengkapan paling baik untuk hari tua
(Aristoteles)
Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa
keengganan.
Memulai dengan penuh keyakinan
Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas terselesaikannya
skripsi ini, saya persembahkan karya saya ini
teruntuk :
Bapak Suwardi dan Ibu Murtinah tercinta terima
kasih atas segala kasih sayang, doa dan kesabaran
yang diberikan serta Riono Wahyudi dan Ilham Tri
Rosidin yang tanpa bosan menyemangatiku.
Dosen-dosen jurusan Sosiologi dan Antropologi,
dosen yang hebat dan inspiratif, terimakasih atas
bimbingan dan ilmu yang selama ini telah
diberikan kepada kami.
Almamater UNNES tercinta.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan berkat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Model Relasi Sosial Masyarakat
Umat Budha dan Umat Islam di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung”.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:
1) Prof. Dr. Fathur Rokhman M. Hum, sebagai Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
meyelesaikan studi strata 1 di Universitas Negeri Semarang.
2) Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah
mengesahkan skripsi ini.
3) Kuncoro Bayu Prasetyo, S.Ant., MA, Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi
dan Antropologi dan
4) Dr. Thriwaty Arsal, M. Si, Dosen Pembimbing I yang senantiasa
mengarahkan dan membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5) Moh Yasir Alimi, S.Ag., M.A., Ph.D, Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan banyak saran dan motivasi kepada penulis.
viii
SARI
Dwi Endarwati. 2016. Model Relasi Sosial Masyarakat Umat Budha Dan Umat
Islam Di Desa Kaliamnggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
Skripsi, Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Dr. Thriwaty Arsal, M. Si dan Moh Yasir
Alimi, S.Ag., M.A., Ph.D.
Kata Kunci: Model, Relasi Sosial, Umat Budha, Umat Islam.
Keberagaman agama yang muncul dalam suatu kehidupan masyarakat
menjadi keunikan tersendiri dibandingkan dengan daerah yang lainnya Desa
Kalimanggis merupakan salah satu contohnya.Hidup dalam perbedaan tidaklah
mudah, membutuhkan toleransi yang tinggi agar terbentuknya suatu kerukunan.
Tujuan penelitian ini untuk menjawab permasalahan yaitu(1)bagaimana model
relasi sosial yang terjadi antara masyarakat Umat Budha dan Umat Islam di Desa
Kalimanggis,(2)bagaimana strategi yang dilakukan masyarakat dalam menjaga
kerukunan dan(3)bagaimana bentuk pengelompokkan sosial yang muncul.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam hal ini, penulis ingin
memahami suatu peristiwa dengan mendeskripsikan model relasi sosial
masyarakat Umat Budha dan Umat Islam.Subjek penelitian ini adalah masyarakat
Desa Kalimanggis yang beragama Budha dan Islam,serta menggunakan tokoh
agama, Kepala Desa dan masyarakat yang beragama Kristen sebagai informan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,wawancara dan
dokumentasi. Validitas data yang digunakan yaitu teknik triangulasi data yang
memanfaatkan penggunaan sumber. Teknik analisi data yang mencakup empat hal
yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penelitiana disusun dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik
George Herbert Mead yang menunjukan hasil sebagai berikut:(1) model relasi
sosial yang terjalin lebih berpola assosiatif . (2) strategi yang dilakukan untuk
menjaga kerukunan adalah dengan adanya toleransi,yang terwujud dalam kegiatan
pembangunan tempat ibadah dan perayaan hari raya. (3) bentuk pengelompokkan
sosial muncul scara geografis, pendidikan dan ekonomi. Kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini yaitu:(1) model relasi lebih berpola assosiatif dan relatif
harmoni (2) strategi yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kerukunan
terwujud dalam berbegai kegiatan bersama yang diadakan dengan rasa toleransi
yang tinggi. (3) bentuk pengelompokan sosial muncul dalam beberapa
pengelompokka. Saran yang disampaikan yaitu:(1) Perbedaan masyarakat dusun
mengenai perayaan hari raya bagi Umat Islam diharapkan tidak menjadi konflik
bagi masyarakat dusun lain serta menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat
Islam dusun tersebut,(2) Kegiatan yang menyertakan semua masyarakat dapat
berlangsung terus menerus,agar kerukunan masyarakatnya dapat terjalin.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
SARI ............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
E. Batasan Istilah ....................................................................................... 9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoretis ................................................................................. 13
x
B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan.......................................... 19
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 23
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian .................................................................................... 26
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 29
C. Fokus Penelitian .................................................................................... 30
D. Sumber Data Penelitian ........................................................................ 30
E. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38
F. Uji Validitas Data .................................................................................. 42
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 44
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Kalimanggis ................................................... 48
1. Gambaran Geografis, Administratif, Demografi Desa Kalimanggis 48
2. Sarana dan Prasana Desa Kalimanggis ............................................. 56
a. Sarana Tranportasi dan Komunikasi ................................................ 56
b. Fasilitas Tempat Ibadah......... ... . .................................................. 59
c. Fasilitas Pendidikan dan Komposisi Penduduk Berdasarkan
Pendididkan.................................................................................... 61
d. Sarana Perekonomian..................................................................... 63
3. Gambaran Kehidupan Sosial Budaya. ............................................. 63
B. Model Relasi Sosial Yang Terjadi Antara Masyarakat Umat Budha
xi
Dan Umat Islam Di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung ....................................................................... 68
1. Bentuk Relasi Sosial dalam Aspek Sosial ........................................ 70
a. Tolong Menolong............................................................................ 70
b. Kerja Bakti...................................................................................... 71
2. Bentuk Relasi Sosial dalam Aspek Budaya ...................................... 75
a. Suronan........................................................................................... 76
b. Sedekah Desa.................................................................................. 79
3. Bentuk Relasi Sosial dalam Aspek Keagamaan ............................... 85
a. Sadranan dan Slametan................................................................... 85
b. Komunitas Agama Budha............................................................... 93
C. Strategi Yang Dilakukan Masyarakat Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung Dalam Menjaga
Kerukunan ............................................................................................ 95
1. Pembangunan dan Renovasi Tempat Ibadah ................................... 99
3. Perayaan Hari Raya ......................................................................... 101
D. Bentuk Pengelompokkan Sosial Yang Muncul
Di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung....................................................................... 111
1. Pengelompokkan Geografis............................................................ 111
2. Pengelompokkan Pendidikan.......................................................... 117
xii
3. Pengelompokkan Ekonomi.............................................................. 118
BAB V: PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................... 120
B. Saran ..................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 122
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 124
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Berpikir ........................................................................... 24
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Informan Utama Penelitian .................................................... 31
Tabel 2. Data Informan Pendukung Penelitian ............................................. 36
Tabel 3. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ................................... 49
Tabel 4. Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ........................................... 54
Tabel 5. Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan ........................................ 63
Tabel 6. Data Mayoritas Masyarakat Berdasarkan Dusun.............................. 113
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kantor Balai Desa Kalimanggsi ................................................... 49
Gambar 2. Jalan Menuju Desa Kalimanggis .................................................. 57
Gambar 3. Jalan Menuju Dusun Clapar Dan Dusun Jurang .......................... 58
Gambar 4. Tempat Ibadah Umat Budha ........................................................ 59
Gambar 5. Tempat Ibadah Umat Islam .......................................................... 60
Gambar 6. Bentuk Kerja Bakti ....................................................................... 73
Gambar 7. Tari Glok....................................................................................... 80
Gambar 8. Seni Adat Glok ............................................................................. 81
Gambar 9. Pengajian....................................................................................... 83
Gambar 10. Sadranan..................................................................................... 87
Gambar 11. Bentuk Kerja Sama ................................................................... 100
Gambar 12. Hari Raya Tri-Suci Waisak......................................................... 104
Gambar 13. Kegiatan Hari Raya Tri-Suci Waisak........................................ 105
Gambar 14. Bentuk Pengelompokkan Sosial.................................................. 112
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Instrumen Penelitian ................................................................... 124
Lampiran II. Pedoman Observasi ................................................................... 126
Lampiran III. Pedoman Wawancara .............................................................. 129
Lampiran IV. Daftar Informan Utama dan Pendukung ................................. 136
Lampiran VI. Surat Izin Penelitian ................................................................ 140
Lampiran VII. Surat Selesai Penelitian ......................................................... 141
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan seperangkat aturan dan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib khususnya dengan
Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan
mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.Agama merupakan
suatu sistem keyakinan yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat.
Manusia sendiri merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa, karena
manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal
pikiran untuk dapat bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dilingkungan serta agama yang dianutnya. Nilai dan norma yang dapat
mengatur perilaku seseorang salah satunya yaitu melalui agama, sehingga
dapat mengatur perilaku manusia untuk dapat memilih sesuatu yang
dianggap benar dan mana sesuatu yang dianggap salah. Menurut Yinger
(dalam Hendropuspito,1983:35) agama adalah sistem kepercayaan dan
praktek dengan mana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-
jaga menghadapi masalah terakhir dari hidup ini.
Manusia, dalam kehidupan sehari-hari saling berhubungan atau
berinteraksi dengan manusia yang lain ataupun dengan lingkungan
disekitarnya. Hal tersebut, karena manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Kehidupan
manusia tidak terlepas dari interaksi yang terjalin antarmasyarakatnya.
2
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas
manusia. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial
karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Manusia yang hanya bertemu secara badaniah tidak akan menghasilkan
suatu pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan tersebut baru
akan terjadi apabila oarang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia
saling berbicara, saling bekerja sama secara terus menerus untuk mencapai
tujuan bersama.
Menurut Soekanto (1982:55), interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-
orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia. Suatu interaksi sosial dapat
berjalan dengan lancar jika memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak
sosial dan komunikasi. Pentingnya kontak dan komunikasi bagi
terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap suatu kehiupan yang
terasing, dimana dalam kehidupan terasing ditandai dengan ketidak
mampuan dalam melakukan interaksi dengan pihak lain.
Proses interaksi yang dilakukan secara terus menerus akan
menghasilkan suatu hubungan sosial. Hubungan sosial tidak hanya terjadi
dalam jarak yang dekat atau daerah yang sama, namun juga dapat terjadi
dengan individu atau masyarakat yang berbeda daerah. Selain itu,
hubungan sosial juga tidak hanya terjadi dengan suku, ras dan agama yang
sama, melainkan dapat juga dengan masyarakat yang berbeda suku, ras
3
dan agama. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kehidupan yang
berdampingan antara masyarakat yang berbeda suku,ras dan agama yang
dianut. Realitas kehidupan manusia, interaksi antarindividu,
antarkelompok maupun individu dengan kelompok senantiasa berorientasi
pada pemenuhan sebagai kebutuhan pokok individu tersebut dalam
masyarakat baik dalam bentuk interaksi asosiatif atau disosiatif.
Kehidupan yang saling berdampingan tersebut, memungkinkan adanya
interaksi yang terjalin antar individu yang berbeda suku,ras dan agama.
Hubungan atau relasi sosial dapat berlangsung dengan baik ataupun justru
sebaliknya. Terbetuknya suatu hubungan sosial dapat dilihat dari model
interaksi yang dilakukan masyarakat. Hubungan dan interaksi yang
melibatkan banyak orang semakin besar peluangnya untuk terciptanya
kelompok, lembaga atau organisasi sosial.
Hubungan sosial atau relasi sosial merupakan hubungan timbal balik
antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi
dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Relasi sosial atau
hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam
waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini
juga disebut sebagai pola relasi sosial. Relasi sosial dalam masyarakat juga
terdiri dari berbagai macam bentuk yaitu relasi atau hubungan sosial
assosiatif dan relasi atau hubungan sosial dissosiatif. Relasi sosial
assosiatif lebih bersifat positif yang berbentuk kerja sama, akomodasi,
asimilasi dan akulturasi. Sedangkan hubungan dissosiatif lebih dalam
4
bentuk persaingan, pertentangan, perselisihan dan lain-lain. Keduan pola
relasi sosial tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat, baik
dalam kehidupan masyarakat yang sama maupun kehidupan masyarakat
yang beragam.
Hidup dalam perbedaan tidaklah mudah membutuhkan toleransi yang
tinggi antar umat beragama, agar tidak terjadinya konflik. Sebagaimana
yang diketahui bahwa banyak terjadi konflik yang mengatasnamakan
agama. Toleransi antar umat beragama yang tinggi dan interaksi sosial
yang berkembang dengan baik akan mewujudkan relasi sosial yang baik.
Desa Kalimanggis merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan
Kaloran, Kabupaten Temanggung yang masyarakatnya menganut agama
yang berbeda-beda. Agama yang dianut oleh masyarakat Desa
Kalimanggis yaitu Budha, Islam dan Kristen. Mayoritas masyarakatnya
menganut agama Budha, selebihnya adalah agama Islam dan Kristen.
berdasarkan sejarah agama yang pertama kali muncul adalah agama Islam,
namun seiring berkembangnya zaman agama mulai berkembang.
Pembawa agama Budha bukan merupakan masyarakat luar atau pendatang
melainkan dari masyarakat asli Desa Kalimanggis yang tepatnya adalah
seorang lurah pada masa itu. Latar belakang agama Budha menjadi agama
mayoritas, hal tersebut dikarenakan masyarakat harus memeluk agama
yang dianut oleh lurah tersebut yaitu agama Budha.
Awal masuknya agama Budha di Desa Kalimanggis terjadi pada tahun
1956, dan mulai menyebar luas pada tahun 1975. Agama Islam dan
5
Kristen sendiri merupakan agama pindahan atau pendatang. Maksudnya
bertambahnya masyaralat yang beragama islam salah satunya dikarenakan
adanya suatu pernikahan. Misalkan ada pernikahan dari masyarakat luar
dengan masyarakat dalam Desa Kalimanggis, mempelai dari masyarakat
luar berganti agama menjadi agama Islam ataupun Kristen dan bertempat
tinggal di desa tersebut, sehingga semakin lama semakin bertambah
masyarakat yang beragama Islam. Begitupun dengan masyarakat yang
beragama Kristen. Namun hingga saat ini mayoritas masyarakat Desa
Kalimanggis beragama Budha.
Desa Kaliamanggis terbagi dalam delapan dusun. Terdapat beberapa
tempat ibadah, seperti Vihara, Musola dan Masjid serta Gereja yang
digunakan masyarakat untuk beribadah sesuai dengan agama yang dianut.
Selain adanya tempat-tempat ibadah juga terdapat satu Yayasan Mendut
Indonesia Taman Kanak-kanak (TK) Dhamna Mula. Tempat tersebut
dahulu merupakan tempat ibadah bagi masyarakat Budha, namun sekarang
tempat tersebut telah beralih fungsi menjadi tempat belajar bagi anak-anak
atau yang biasa kita sebut dengan TK.
Kehidupan masyarakat desa Kalimanggis berlangsung seperti
kehidupan masyarakat lainnya dengan adanya interaksi dan kelas-kelas
sosial. Kelas-kelas sosial tersebut misalnya, masyarakat dalam kelas
ekonomi atas, menengah maupun bawah. Hal tersebut biasa terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat. Adanya perbedaan agama maupun kelas sosial
dalam masyarakat tidak menuntut kemungkinan terjalinnya suatu
6
hubungan sosial. Hubungan sosial tersebut dapat terjalin karena adanya
sikap toleransi yang terjalin antara masyarakatnya yang membuktikan
bahwa kehidupan masyarakat tersebut rukun ataupun sebaliknya.
Toleransi antar umat beragama merupakan suatu cara yang dilakukan
manusia dalam menyikapi keragaman dan pluralitas agama. Semakin
tinggi rasa toleransi anatar agama semakin rukun pula kehidupan
masyarakatnya. Toleransi yang ada dapat dilihat secara nyata dari
aktivitas-aktivitas sosial yang dilakukan sehari-hari di lingkungan
masyarakat secara gotong royong baik itu kegiatan yang menyangkut
kepentingan umum maupun kepentingan perseorangan. Individu-individu
yang berbeda agama bekerjasama dengan tidak memandang status
perbedaan agama yang dianut.
Kegiatan atau aktivitas bersama seperti kerja bakti dan kegiatan
keagamaan lainnya juga merupakan salah satu cara yang dilakukan
masyarakat Desa Kalimanggis guna menjaga kerukunan dan toleransi umat
beragama. Tidak hanya itu bahkan dalam hari raya masyarakatpun
ditunjukkan adanya toleransi dan kerukunan dengan adanya sikap saling
menghargai, menghormati dan tidak saling menganggu agama lainnya.
Kehidupan masyarakat mempunyai banyak fenomena sosial yang
terjadi disebabkan oleh keberagaman agama. Seharusnya masyarakat lebih
dapat menghormati dan menghargai agama dan pemeluk agama lain serta
memahami persamaan dan perbedaan sehingga konflik atas nama agama
tidak lagi terjadi. Adanya sikap toleransi antar masyarakat akan
7
menghasilakan kehidupan yang harmonis. Masing-masing masyarakat
memiliki nilai-nilai yang diyakini, dipatuhi, dan dilakasanakan demi
menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Walaupun di Desa Kalimanggis
masyaraktnya menganut agama yang beragam, namun fokus dari
penelitian ini adalah model relasi sosial antara masyarakat Umat Budha
dan Umat Islam.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan kedua masyarakat yang berbeda agama
tersebut dengan judul “Model Relasi Sosial Masyarakat Umat Budha
Dan Umat Islam Di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung “.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model relasi sosial yang terjadi antara masyarakat Umat
Budha dan Umat Islam di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimana siasat yang dilakukan masyarakat Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung dalam menjaga
kerukunan?
3. Bagaimana bentuk pengelompokkan sosial yang muncul di Desa
Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?
8
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui model relasi sosial yang terjadi antara masyarakat
Umat Budha dan Umat Islam di Desa Kalimanggis, Kecamatan
Kaloran, Kabupaten Temanggung.
2. Untuk mengetahui siasat yang dilakukan masyarakat Desa
Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung dalam
menjaga kerukunan.
3. Untuk mengetahui bentuk pengelompokkan sosial yang muncul di
Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, adapun manfaat yang akan
diperoleh dari penelitian ini baik teoritis maupun praktis adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan Sosiologi dan Antropologi serta
memberi wawasan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca
tentang model relasi sosial masyarakat Umat Budha dan Umat Islam
di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
b. Memberikan bahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
9
c. Menambah ilmu pengetahuan pendidikan dalam bidang sosiologi dan
abtropologi kepada Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X Semester
1 dalam bab 2 mengenai hubungan sosial.
d. Dapat dijadikan bahan untuk kajian teoritis selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai model relasi
sosial masyarakat Umat Budha dan Umat Islam di Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
b. Sebagai penelitian lanjutan.
E. Batasan Istilah
Variabel penelitian adalah subyek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitia (Arikunto, 2006: 116). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Model
Menurut Simamarta model ialah gambaran inti yang sederhana
serta dapat mewakili sebuah hal yang ingin ditunjukan, jadi, model ini
merupakan abstraksi dari sistem tersebut. Penelitian ini, yang
dimaksud model adalah model interaksi yang digunakan masyarakat
Desa Kalimanggis yang dapat menggambarkan relasi sosial
masyarakatnya.
10
2. Relasi Sosial
Menurut Weber (Kamus Sosiologi, 2006:220) relasi sosial dapat
didefinisikan sebagai jalinan interaksi yang terjadi antara perorangan
dengan perorangan atau kelompok dengan kelompok atas dasar status
(kedudukan) dan peranan sosial. Penelitian ini, relasi sosial yang ingin
diketahui adalah relasi sosial antara masyarakat Umat Budha dan
Umat Islam di Desa Kalimanggis.
3. Masyarakat
Community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”,
yang menunjukan pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa.
Menurut Koentjaraningrat (2009:116), masayarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah
ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.
Penelitian ini, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat Umat
Budha dan Umat Islam yang ada di Desa Kalimanggis, Kecamatan
Kaloran, Kabupaten Temanggung.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu
masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua
faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu
(Koentjaraningrat,2009:117). Pola tingkah laku tersebut harus sudah
menjadi adat istiadat yang khas bagi masyarakat, sehingga pola
tingkah laku tersebut memang sudah biasa terjadi dalam masyarakat
11
secara terus-menerus. Masyarakat juga mempunyai rasa identitas yang
menandakan bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang
berbeda dengan kesatuan-kesatuan manusia lainnya. Maksudnya,
masyarakat setiap daerah pasti memiliki identitas yang berbeda-beda
dari setiap daerah yang dihuninya.
4. Umat Budha
Umat Budha disebut juga sebagai masyarakat yang beragama
Budha. Budha sebuah agama dan filsafat yang berasal dari arti “
Buddha”. Akar kata Sanskerta budh mempunyai arti baik “bangun”
maupun “mengetahui”, dengan demikian kata “Buddha” berarti “Ia
Yang Bangun” atau “Ia Yang Bangun”. Di saat seluruh dunia tertidur
lelap sambil membuai mimpi yang biasanya dikenal sebagai
“kehidupan manusia yang sadar”, seseorang yang telah bangun sendiri
dari tidurnya (Huston,2001:106)
Penelitian ini, Umat Budha yang dimaksu adalah masyarakat
yang menganut agama Budha yang ada di Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
5. Umat Islam
Umat Islam disebut juga sebagai masyarakat yang beragama
Islam. Islam berasal dari kata salam yang terutama berarti “damai”
dan juga berarti “ menyerahkan diri”, maka keseluruhan pengertian
yang dikandung nama ini adalah “ kedamaian sempurna yang
12
terwujud jika hidup seseorang diserahkan kepada Allah (Huston,2001:
254)
Penelitian ini, Umat Islam yang dimaksud adalah masyarakat
yang menganut agama Islam yang ada di Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskrpsi Teoritis
Menurut Miller (1873), bahwa setiap masyarakat terdapat agama,
baik dari yang sangat “primitif “ sampai yang paling “maju“. Semua
agama ini pada intinya berdasarkan a perception of in the Infinite, persepsi
dari yang Yang Tak Terhingga dan Kekal. Baginya, semua agama
mengandung suatu kebenaran, karena :
“However chiidish a religion maybe, it always places the human
soul in the presence of God, and however imperfect or childish the
perception of God maybe, it always represents the highest ideal of
perfection which the human soul can reach and grasp “ (1873).
Penelitian ini, menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dari
George Herbert Mead ( Ritzer dan Goodman,2014) . Menurut pandangan
Mead, psikologi tradisional diawali oleh psikologi individu dalam
upayanya menjelaskan pengalaman sosial. Sebaliknya, Mead selalu
memberikan prioritas pada dunia sosial dalam memahami pengalaman
sosial.
Teori ini memiliki substansi yaitu kehidupan masyarakat terbentuk
melalui proses interaksi dan komunikasi anatar individu dan antar
14
kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya
melalui proses belajar dan memberikan tanggapan terhadap stimulus yang
datang dari lingkungannya dan dari luar dirinya. Semua interaksi antar
individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol.
Landasan teori ini memberikan gambaran mengenai teori yang
digunakan oleh penulis untuk menganalisis relasi sosial masyarakat umat
Budha dan umat Islam di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung. Pada intinya penulis menggunakan teori
interaksionisme simbolik dalam menganalisis hasil penelitian ini, karena
teori interaksionisme simbolik dianggap sesuai dengan tema atau judul
dari penelitian.
Interaksionisme simbolik dari George Herbert Mead pada dasarnya
mengajukan pertanyaan berkenaan dengan fokus analisis utamanya. Yaitu
menyangkut pertanyaan, “Mengapa manusia bertindak?” dan Apa makna
tindakan itu? Dalam menjawab pertanyaan ini Mead mengungkap juga
pertanyaan yang berkait dengan “Bagaimana manusia berpikir tentang
dirinya dan masyarakat?” Itulah yang kemudian dalam pemikirannya
Mead bicara tentang bagaimana munculnya konsep diri, the emergent of
the self, dan the self as social emergent. Juga mengungkap bagaimana
interaksi antara “I” dan “Me”. Serta bagaimana dialektika yang terjadi
antara The self dan The other.
Ketika menjawab mengapa manusia bertindak, Mead hampir sama
dengan pendekatan behavioristik dan memusatkan perhatian pada
15
rangsangan. Tapi menurut Mead, stimulus tidak menghasilkan respon
secara otomatis melainkan melalui proses yang dipikirkan, itulah yang
disebut sebagai mind.
Beberapa penganut interaksionisme simbolik (Blumer, 1969,
Magnis dan Meltzer, 1978, A. Rose, 1962, Snow, 2001) mencoba
mengemukakan prinsip-prinsip dasar teori ini. Prinsip- prinsip tersebut
adalah :
1. Tidak seperti binatang yang lebih rendah, manusia ditopang oleh
kemampuan berpikir.
2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.
3. Dalam interaksi sosial orang mempelajari makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir tersebut.
4. Makna dan simbol memungkinkan orang melakukan tindakan dan
interaksi khas manusia.
5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang
mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir
mereka terhadap situasi tersebut.
6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini, sebagian
karena kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan diri mereka
sendiri, yang memungkinkan mereka memikirkan tindakan yang
mungkin dilakukan, menjajaki keunggulan dan kelemahan relatif
mereka, dan selanjutnya memilih.
16
7. Jalinan pola tindakan dengan interaksi ini kemudian menciptakan
kelompok dan masyarakat.
Interaksi simbolis, mengikuti Mead, cenderung setuju pada
signifikansi kausal interaksi sosial. Jadi, makna tidak tumbuh dari proses
mental soliter namun dari interaksi. Fokus ini berasal dari gagasan
pragmatisme Mead : ia memusatkan perhatian pada tindakan dan interaksi
manusia, bukan pada proses mental yang terisolasi ( Ritzer dan Goodman,
2014,394). Diantaranya, pokok perhatian utamanya bukanlah bagaimana
orang secara mental menciptakan makna dan simbol, namun bagaimana
mereka mempelajarinya selama interaksi pada umunya dan khususnya
selama sosialisasi.
Orang mempelajari simbol sekaligus makna dalam interaksi sosial.
Kendati merespons tanda tanpa berpikir, orang merespons simbol melalui
berpikir. Simbol menempati posisi krusal dalam membuka kemungkinan
orang bertindak secara manusiawi. Karena simbol, manusia “ tidak
merespons secara pasif realitas yang datang padanya namun secara aktif
menciptakan dan menciptakan kembali dunia tempat ia bertindak “
(Charon, 1998: 69). Selain manfaat umum ini, simbol pada umunya dan
bahasa pada khususnya memiliki sejumlah fungsi spesifik bagi aktor.
Pertama, simbol memungkinkan orang berhubungan dengan dunia
materi dan dunia sosial karena dengan simbol mereka bisa memberi nama,
membuat kategori, dan mengingat obyek yang mereka temui. Kedua,
17
simbol meningkatkan kemampuan orang mempersepsikan lingkungan.
Ketiga, simbol meningkatkan kemampuan berpikir. Keempat, simbol
meningkatkan kemampuan orang memecahkan masalah. Kelima,
penggunaan simbol memungkinkan aktor melampaui waktu, ruang, dan
bahkan pribadi mereka sendiri. Keenam, simbol memungkinkan kita
membayangkan realitas, seperti surga dan neraka. Ketujuh, yang paling
umum, simbol memungkinkan orang menghindar dari perbudakan yang
datang dari lingkungan mereka.
Pokok perhatian interaksionisme simbolik adalah dampak makna
dan simbol pada tindakan dan interaksi manusia. Hal ini ada gunanya
menggunakan gagasan Mead tentang perbedaan perilaku tertutup dengan
perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah proses berpikir, yang melibatkan
simbol dan makna. Perilaku terbuka adalah perilaku aktual yang dilakukan
oleh aktor. Beberapa perilaku terbuka tidak melibatkan perilaku tertutup
(misalnya perilaku habitual atau respons tanpa berpikir terhadap stimulus
eksternal). Namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan kedua jenis
perilaku tersebut. Perilaku tertutup menjadi pokok perhatian terpenting
para teoretis pertukaran atau behavioris tradisional pada umunya.
Proses interaksi sosial, secara simbolis orang mengomunikasikan
makna kepada orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol-
simbol tersebut dan mengarahkan respons tindakan berdasarkan penafsiran
mereka, dengan kata lain, dalam interaksi sosial aktor terlibat dalam proses
18
pengaruh-mempengaruhi. Christopher (2001) menamakan interaksi sosial
dinamis ini dengan “ tarian “yang melibatkan kemampuan.
Alasan penulis menggunakan teori dan konsep ini dikarenakan
penulis ingin mengetahui bagaimana model interaksi sosial yang terjalin
antar masyarakat yang berbeda agama. Teori dari George H. Mead sesuai
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, karena berhubungan dengan
interaksi yang dilakukan masyaraka. Interaksi tersebut dapat terjalin secara
langsung maupun dengan menggunakan simbol-simbol seperti yang
dijelaskan diatas. Adanya interaksi tersebut dapat mengetahui apakan
hubungan masyarakat tersebut terjalin dengan baik atau bahkan
menimbulkan konflik. Contoh keharmonisan suatu masyarakat dapat juga
dilihat dari hubungan sosial antar masyarakat yang berbeda agama
tersebut. Adanya interaksi sosial yang ditimbulkan antar umat beragama
diharapkan dapat menjadi pedoman hidup untuk mencapai kehidupan yang
lebih harmonis.
Teori Mead yang sangat penting adalah fungsi simbol signifikan,
yakni memungkinkan proses mental yaitu berpikir. Hanya melalui simbol
signifikan khususnya melalui bahasa manusia bisa berpikir. Mead
mendefinisikan berpikir (thinking) sebagai percakapan individu dengan
dirinya sendiri dengan memakai isyarat. Bahkan Mead menyatakan,
“Berpikir adalah sama dengan berbicara dengan orang lain” (Ritzer dan
Goodman, 2005: 279).
19
B. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitian tentang
model relasi sosial masyarakat Umat Budha dan Umat Islam di Desa
Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, maka penulis
memberikan kajian pustaka berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu
diantaranya sebagai berikut:
Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Yukleyen (2010)
dalam jurnal yang berjudul “Production of mystical Islam in Europe:
Religious authorization in the Süleymanlı Sufi community”. Fokus dari
penelitian ini adalah menganalisis pembangunan otoritas keagamaan di
kalangan masyarakat Islam Turki serta meneliti perkembangan interpretasi
Islam dan bagaimana Islam dan Eropa memiliki bentuk satu sama lain.
Hasil penelitian menunjukan mengenai produksi otoritas keagamaan
antara Süleymanlı , cabang dari urutan Naqshibandiyya , yang merupakan
komunitas sufi terbesar yang aktif antara Turki asal Muslim di Eropa.
Artikel jurnal tersebut, menjelaskan bahwa pengetahuan agama di
produksi dan diperluaskan. Adanya interaksi antar corpus agama dan
organisasi sosial menghasilkan kriteria validitas Islam dan prioritas yang
memberikan kewenangan Islam mistis . Relasi sosial antara agama baik
dalam ranah nasional maupun internasional pasti menimbulkan adanya hal
positif maupun negatif. Hubungan tersebut dapat berlangsung dengan baik
melalui interaksi.
20
Persamaan penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan yang
akan penulis teliti adalah sama-sama berhubungan dengan interaksi yang
terjalin. Sedangkan perbedaan dari penelitian yang dilakukan Yukleyen
dengan penelitian yang penulis teliti ialah penelitian yang dilakukan
penulis yaitu di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten
Temanggung, sedangkan penelitian yang dilakukan Yukleyen dilakukan di
Eropa.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Barkey (2007) dalam jurnal yang berjudul “Islam and Toleration:
Studying the Ottoman Imperial Model”. Fokus dari penelitian ini adalah
menganalisis tentang posisi agama dalam masyarakat untuk menekankan
kekhususan dan historisitas pengalaman religius. Hasil penelitian ini
mengeksplorasi hubungan antara agama dan politik. Peneliti menyarankan
harus lebih fokus pada kondisi sejarah yang cenderung menghasilkan
toleransi beragama atau intoleransi. Jurnal ini juga menjelaskan adanya
kekaisaran otonom sebagai contoh dari pemerintahan yang berhasil
mempertahankan toleransi agama dan etnis untuk keragaman yang luar
biasa. Relasi sosial antara masyarakat ataupun umat beragama diwujudkan
agar terjalinnya suatu toleransi yang baik antar mansyarakat atau kedua
belah pihak yang berbeda agama tersebut. Adanya toleransi juga
dimunculkan dalam penelitian jurnal Internasional ini.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penulis, yaitu mengkaji
tentang relasi sosial umat beragama. Namun penelitian terdahulu juga
21
mempunyai perbedaan dengan penelitian penulis, dimana dalam penelitian
penulis lebih berfokus pada model relasi sosial yang digunakan
masyarakat yang berbeda agama. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Barkey mengeksplorasi hubungan antara agama dan politik
Penelitian terdahulu mengenai toleransi juga telah dilakukan oleh
Faridah (2013), dengan judul “Toleransi antar Umat beragama
masyarakat perumahan”, dalam penelitian ini berfokus pada bagaiamana
perbedaan latar belakang keagamaan tidak membuat mereka berkonflik.
Penelitian ini menjelaskan bahwa walaupun perumahan modern tersebut
masyarakatnya penganut agama yang berbeda yang kebanyakan
menimbulkan konflik, namun konflik tersebut tidak terjadi dalam
perumahan modern tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya toleransi
antar umat beragama yang tinggi dan interakasi sosial yang berkembang
dengan baik di Perumahan Penambongan.
Toleransi yang tinggi antar umat beragama terlihat dengan tidak
pernah terjadi konflik terbuka antarumat beragama, bahkan diantara
mereka terjadi kerjasama antara kelompok agama yang satu dengan
kelompok yang lainnya. Mereka berpandangan bahwa agama dan
keyakinan merupakan urusan pribadi masing-masing dimana terdapat
kesadaran untuk saling menghormati dan adanya kesepakatan untuk tidak
mengganggu keyakinan orang lain.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis, yaitu
keinginan untuk mengetahui toleransi yang terjadi dalam masyarakat yang
22
berbeda agama. Namun penelitian terdahulu juga mempunyai perbedaan
dengan penelitian penulis. Perbedaan tersebut terletak pada fokus
penelitiannya. Penelitian yang dilakukan penulis lebih berfokus pada
model hubungan sosial antar masyarakat yang berbeda agama, sehingga
dapat mengetahui apakah hubungan tersebut berjalan dengan baik atau
bahkan menimbulkan konflik dilihat dari model relasi sosial yang
dilakukan masyarakat Desa Kalimanggis tersebut. Namun penelitian yang
dilakukan oleh Faridah menunjukan bahwa dalam penelitian antar dua
masyarakat yang berbeda agama tersebut sudah terjalin toleransi yang
baik.
Penelitian terdahulu mengenai interaksi juga telah dilakukan oleh
Lestari (2013), dengan judul “Interaksi sosial komunitas Samin dengan
masyarakat sekitar”. Fokus dari penelitian ini adalah mengkaji tentang
bentuk interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar
desa Klopoduwur, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antar
komunitas Samin dengan masyarakat desa Klopoduwur dan kendala yang
dihadapi dalam interaksi sosial. Hasil kajian menunjukkan bahwa bentuk-
bentuk interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar
berupa kerja sama, akomodasi dan asimilasi. Sedangkan konflik atau
pertentangan dalam interaksi sosial antara komunitas Samin dengan
mayarakat sekitar desa Klopoduwur tidak tampak jelas. Interaksi sosial
antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yakni situasi sosial, kekuasaan norma kelompok, tujuan
23
pribadi, kedudukan dan kondisi individu serta penafsiran situasi. Kendala-
kendala yang dihadapi dalam interaksi sosial antara komunitas Samin
dengan masyarakat sekitar adalah perbedaan bahasa yang sulit dipahami
oleh masyarakat sekitar,dan adanya perbedaan nilai antara kedua
kelompok sosial tersebut.
Persamaan penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan yang
akan penulis teliti adalah sama-sama berhubungan dengan model interkasi
sosial yang digunakan. Sedangkan perbedaan dari penelitian yang
dilakukan Lestari dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah terletak
pada subyek penelitian. Penelitan Lestari interaksi sosial terjalin antara
komunitas Samin dengan masyarakat sekitar yang terletak di Brola Jawa
Tengah, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah model relasi
sosial masyarakat Umat Budha dan Umat Islam di Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir berfungsi untuk memahami alur pemikiran
secara cepat, mudah dan jelas. Penelitian ini membahas tentang Model
Relasi Sosial Mayarakat Umat Budha dan Umat Islam di Desa
Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung akan
dijabarkan sebagai berikut:
24
Bagan 1. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir diatas menggambarkan bahwa di Desa
Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung terdapat
masyarakat yang memeluk agama yang berbeda. Agama yang dianut oleh
masyarakat Desa Kalimanggis adalah agama Budha dan Islam. Peneliti
dalam penelitian ini ingin mengetahui model relasi sosial dan strategi yang
Masyarakat Desa
Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran,
Kabupaten
Temanggung.
Umat Islam Umat Budha
Model relasi sosial
yang terjadi antara
masyarakat Umat
Budha dan Umat
Islam di Desa
Kalimanggis,
Kecamatan
Kaloran,
Strategi yang
dilakukan masyarakat
Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran,
Kabupaten
Temanggung dalam
menjaga kerukunan.
Bentuk
pengelompokan
sosial yang muncul
di Desa Kalimanggis,
Kecamatan Kaloran,
Kabupaten
Temanggung.
Teori Interaksionisme Simbolik
dari George Herbert Mead
25
dilakukan masyarakat Desa Kalimanggis dalam menjaga kerukunan.
Faktor apakah yang membuat masyarakat tetap bersatu, perilaku
kerukunan apa yang dilakukan antara kedua masyarakat yang berbeda
agama tersebut. Serta ingin mengetahui bentuk pengelompokan sosial
antara masyarakat Umat Budha dengan Umat Islam yang ada di Desa
Kalimanggis tersebut. Apakan bentuk pengelompokannya menyebar,
bergolong berdasarkan agama. Untuk mengkaji rumusan masalah tersebut
peneliti menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dari George Herbert
Mead.
120
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian berjudul Model Relasi Sosial Masyarakat Umat Budha dan
Umat Islam di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model relasi sosial yang terjalin antara masyarakat Umat Budha dan Umat
Islam di Desa Kalimanggis lebih banyak berpola assosiatif serta relatif harmoni
yang sebabkan karena faktor kekerabatan. Sehingga faktor tersebut sangat
penting untuk menjaga kerukunan.
2. Strategi yang dilakukan masyarakat Desa Kalimangigis dalam menjaga
kerukunan dengan adanya toleransi yang tinggi antar umat beragama. Toleransi
antar masyarakat tersebut terwujud dalam beberapa kegiatan seperti
pembangunan dan renovasi tempat ibadah serta pada perayaan hari raya.
3. Bentuk pengelompokkan sosial yang muncul di Desa Kalimanggis yaitu secara
geografis menyebar dan membaur, tidak membuat blok-blok khusus
berdasarkan agama. Pengelompokkan sosial tersebut bersifat inklusif dan
faktor agama tidak menjadi aspek penting dalam pengelompokkan sosial.
B. Saran
Saran dari penulis adalah:
1. Perbedaan masyarakat dusun mengenai perayaan hari raya bagi Umat Islam
diharapkan tidak menjadi konflik bagi masyarakat dusun lain serta
menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat Islam dusun tersebut.
121
2. Kegiatan-kegiatan yang menyertakan semua masyarakat baik masyarakat yang
beragama Budha sebagai mayoritas, agama Islam dan agama Krsiten dapat
berlangsung terus menerus, agar kerukunan masyarakatnya dapat terjalin.
122
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saebeni, Beni. 2008. Metode penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) edisi
revisi 2010, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Barkey. Karen. 2007. Islam and Toleration: Studying the Ottoman Imperial
Model. Int J Polit Cult Soc,No 19, Hal 5–19.
Faisal, Sanafiah. 1983. Metode Penelitian pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Faridah, Ika Fatmawati. 2013 .“ Toleransi antar umat beragama masyarakat
perumahan”. Komunitas, Vol. 5, No 1, Hal 14-25.
Hendropuspito. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: KANISIUS.
Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba humanika.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 1998. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Lestari, Indah Puji. 2013. Interaksi sosial komunitas Samin dengan masyarakat
sekitar. Komunitas, Vol .5, No 1, Hal 74-86.
Margono, S. 2003. Metode penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mulyana, Deddy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Nasir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Indonesia.
Narwoko Dwi, J dan Bagong Suyanto.2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman.2014.Teori Sosiologi.Bantul: Kreasi
Wacana.
Ritzer, George dan Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern (Edisi Keenam).
Jakarta: Kencana.
123
Satori dan Komariah. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabetha: Bandung.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.
Smith, Huston. 2001. Agama-agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Salim, Agus. 2006. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Semarang : Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Negeri Semarang (UNNES).
sugiyono,.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Alfabeta:
Bandung.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung. Alfabeta.
Suseno, Magnis, Franz. 1988. Etika Jawa Sebuah Analisa Filsafi Tentang
Kebijakan Hidup Jawa. Jakarta: PT. Gramedia.
Yukleyen. Ahmet. 2010. Production of mystical Islam in Europe: Religious
authorization in the Süleymanlı Sufi community. Cont Islam, No 4, Hal
269–288.
http://kalimanggis-kaloran.blogspot.co.id/p/dusun.html. Diunduh pada 08 Maret
2016. Pukul 14:39 WIB.
Ihatya.com/3284/pengertian-model-menurut-para-ahli-adalah. Diakses pada sabtu,
23 Januari 2016. 10.30 WIB.
141
Lampiran VI
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Desa Kalimanggis