Download - Microsoft Word - SK 77
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 1
1. PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN
PENANGGUNG JAWAB : Transport Planner
FORMULIR : K1 dan K2
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Tujuan utama adalah untuk meyakinkan bahwa `Daftar Induk' K1 mengenai ruas jalan adalah
benar dan selalu diperbaharui minimal sekali dalam setahun. Tugas ini sebaiknya dilakukan
terutama pada bulan Desember/Januari dengan mengacu dari hasil survai perencanaan S1/S2
dan informasi mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Formulir K1 yang ada saat ini,
pada umumnya dihasilkan dari datadasar komputer. Karena itu, penting sekali bahwa
perbaikan-perbaikannya dibuat secara langsung pada datadasar maupun secara manual pada
lembar hasil keluaran datadasar, sehingga operator datadasar dapat melihat dengan mudah
perbaikan- perbaikan yang diperlukan. Sekarang ini sudah tidak diperlukan lagi untuk membuat
kembali secara manual atau mengetik seluruh daftar K1. Contoh hasil keluaran komputer dapat
dilihat di bawah ini. Formulir K1 kosong, jika diperlukan untuk memasukkan data secara
manual dapat juga digunakan.
Formulir K1 terdiri atas dua bagian, yaitu data ruas dan data segmen. Data segmen perlu
diperbaiki secara berkala seperti kondisi jalan dan perubahan karakteristik, sebagai akibat
kerusakan karena hasil pekerjaan yang kurang baik atau karena kerusakan normal. Sekali data
ruas sudah ditentukan dengan benar, data tersebut tidak dapat dirubah kecuali ada alasan-
alasan yang dapat diterima.
Kaji ulang dan perbaikan secara berkala diperlukan untuk ruas strategis dan ruas jalan yang
menunjang sektor ekonomi prioritas (dengan menggunakan formulir K2). Informasi ini
dirangkum di dalam daftar K1. Jika tugas ini telah diselesaikan dengan benar, maka kaji ulang
dan perbaikan hanya diperlukan kira-kira setiap tiga tahun sekali.
1. PENYELESAIAN DATA RUAS K1
Kolom 1-9 pada K1 menunjukkan data ruas yang sekali sudah ditentukan dengan benar, tidak
boleh dirubah-rubah lagi :
Kolom 1 : Nomer ruas
Kolom 2 : Nama pangkal ruas
Kolom 3 : Nama ujung ruas
Kolom 4 : Titik pengenal pangkal
Kolom 5 : Titik pengenal ujung
Kolom 6 : Panjang ruas
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 2
Kolom 7 : Fungsi jalan (sektor ekonomi yang dilayani)
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 3
Kolom 8 : Status administrasi ruas
Kolom 9 : Kecamatan yang dilayani
Nomer Ruas
Setiap ruas yang telah ditentukan di Kabupaten harus diberi tanda dengan angka bulat
(misalnya 02, 33). Jangan membuat nomer ruas dalam bentuk 02.1, 02.2, 33.1, 33.2 dan
sebagainya. Jangan menggunakan bentuk gabungan angka dan huruf, misalnya : 45 A, 45 B;
ataupun menggunakan campuran antara angka bulat dan desimal, misalnya : 45, 45.1 untuk
membedakan ruas jalan yang berkelanjutan.
Jangan mengganti nomer ruas kecuali untuk alasan yang sangat khusus. Sekali sudah
ditentukan, maka nomer ruas tersebut harus dipertahankan. Penggantian nomer ruas dapat
menimbulkan keraguan dalam pembacaan peta dan datadasar komputer.
Ruas-ruas baru yang sebelumnya tidak bernomer atau tidak masuk dalam K1, biasanya diberi
nomer lanjutan dari nomer terakhir yang ada sebelumnya, misalnya bila selama ini ada 100
ruas, maka ruas berikutnya harus diberi nomer 101. Sebagai alternatif apabila ada urutan nomer
ruas yang belum terpakai, maka nomer tersebut dapat digunakan; misalnya nomer yang ada 1
kemudian 3, maka gunakan nomer 2 untuk nomer ruas baru.
Sebagai alternatif lain bila tidak ada kejelasan mengenai status resmi suatu ruas, maka dapat
digunakan nomer kode sementara yang dapat dipakai sebagai patokan, misalnya sebagai
berikut:
400 : Jalan Kota (yaitu 401, 402, 403, ... dan seterusnya)
500 : Jalan Irigasi
600 : Jalan Baru
700 : Jalan Transmigrasi
800 : Jalan Perkebunan/PIR atau Jalan Kehutanan/Angkutan Kayu
900 : Jalan Desa
BM : Jalan Negara/Propinsi atau Jalan Toll (gunakan nomer jalan Bina Marga yang
sudah ditetapkan).
Bila kabupaten menginginkan, nomer ini dapat diganti dengan nomer-nomer yang tetap. Namun
ini hanya dapat dilakukan bila nomer-nomer tersebut secara resmi disetujui dan setelah survai
perencanaan dilaksanakan. Bersamaan dengan itu, maka data pada peta dan pada semua yang
berkaitan dengan datadasar juga harus diganti.
Di dalam datadasar, nomer-nomer ruas telah digabung dengan kode-kode Kabupaten dan
Propinsi yang mengikuti sistim pemberian kode BPS (Lampiran 2). Semua ini dapat dilihat pada
bagian atas formulir K1 disisi nama Propinsi dan Kabupaten (misalnya : Aceh (11), Aceh Selatan
(01).
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 4
Nama Ruas
Setiap ruas jalan harus diberi nama pangkal dan nama ujung yang khas, yang biasanya
berdasarkan nama pemukiman setempat. Titik pangkal ruas (yang biasanya ditentukan sebagai
km 0,0 ruas) biasanya merupakan titik yang paling sibuk pada ruas tersebut. Yang lebih penting
lagi adalah, sekali nama ruas sudah ditentukan maka nama tersebut tidak boleh dirubah kecuali
dengan alasan yang benar-benar dapat diterima. Perubahan tersebut dapat menyebabkan
kekacauan dalam datadasar komputer dan dalam pembacaan peta.
Cara penentuan nama dan nomer ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan dalam gambar
1A1 berikut :
Gambar 1A1. CONTOH KESALAHAN DALAM PEMBERIAN NOMOR DAN NAMA RUAS
PETA
SALAH BENAR
NO
RUAS
NAMA
RUAS
NO
RUAS
NAMA
RUAS
2.1 Alam-Citra 2 Alam-Bisa
2.2 Citra-Bisa
2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa 45 Dadu-Citra 45 Citra-Dadu
2 Alam-Bisa 2 Alam-Bisa
45 Alam-Dadu 45 Citra-Dadu
Titik Pengenal Ruas Jalan
Titik pangkal dan ujung setiap ruas jalan harus ditentukan secara jelas terhadap titik pengenal di
lapangan, seperti misalnya nama tempat dan patok kilometer. Sedapat mungkin, titik pengenal
atau simpul tersebut merupakan persimpangan dengan satu atau lebih ruas jalan lain dan
ditentukan dengan nomer ruasnya, misalnya titik pangkal dan ujung ruas jalan 45 pada sket di
bawah ini ditentukan sebagai (02/02) dan (46/47).
45
02
47
46
Alam
Citra
Bisa 2
Alam
Bisa
2
Citra
Dadu 4
Alam
Bisa
2
Citra
Dadu 4
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 5
Persimpangan dengan ruas jalan negara atau propinsi dinyatakan dengan pal km jalan raya
yang diukur dari patok kilometer terdekat dengan kota pengenal (biasanya ibukota propinsi),
misalnya : JN. Km 14,5 Med.
40Km 14.0
Km 15.0
ke Medan
Pada kasus jalan buntu atau ruas jalan tanpa persimpangan beri tanda yang jelas pada titik
dimana nomer ruas jalan itu berubah, dengan menggunakan titik pengenal di lapangan dan
cantumkan pada bagian atas dari formulir S1, misalnya sekolah atau kantor atau tanda batas
administratif yang jelas seperti contoh berikut :
SD Kampung Baru : Sekolah Dasar di Kampung Baru
KC Bayah : Kantor Camat di Bayah
MSJ P. Lawas : Mesjid di P. Lawas
BTS KAB : Batas Kabupaten
KD Kulon : Kantor Desa Kulon
Titik pengenal seperti `desa' saja tidak memadai untuk diketahui secara jelas batasnya.
Demikian pula `jembatan' sebagai titik pengenal ruas agar dihindari. Harap diperhatikan bahwa
ruas jalan buntu biasanya berakhir di dalam pusat pemukiman dan jangan dilanjutkan ke arah
lahan pertanian yang akan berakhir pada suatu jalan setapak.
Cara penentuan titik pengenal ruas yang benar dan yang salah diilustrasikan pada Gambar 1A2.
Gambar 1A2. CONTOH KESALAHAN DALAM PENENTUAN TITIK PENGENAL
PETA
NO
RUAS
NAMA RUAS
(PANGKAL/
UJUNG)
TITIK PENGENAL
SALAH BENAR
2 Alam JN JN.KM 20.6
(Jalan Negara) BGR
Jln. Desa 46 Esa Bts. Desa Mesjid Esa Desa Esa
Kampung Esa
45 Citra 2 2/2
Klasifikasi Fungsi Jalan
Alam
Citra
Bisa 2
Km
21
Km
20
4
Dadu Esa
44
4
Dadu Citra 4
42
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 6
Semua ruas harus ditentukan fungsinya berdasarkan sektor ekonomi yang dilayani, yang akan
dipakai sebagai alat untuk memantau perkembangan jaringan jalan serta sebagai alat bantu
dalam pemilihan proyek yang berkaitan dengan petunjuk kebijaksanaan tingkat Negara. Untuk
setiap ruas hanya ditentukan satu fungsi saja sebagai berikut :
JJS : Ruas jaringan jalan strategis (lihat prosedur 1A/3)
TRAN : Melayani kawasan transmigrasi
PIR : Melayani kawasan perkebunan inti rakyat
NMG : Melayani kegiatan ekspor non migas seperti perkebunan besar
PAR : Melayani proyek atau kawasan pariwisata
JI : Melayani proyek irigasi atau daerah penghasil utama padi
UH : Melayani wilayah kehutanan/jalan untuk mengangkut kayu gelondongan
KOTA : Melayani jalan kota
LU : Untuk pelayanan umum
Kecuali untuk fungsi pelayanan umum atau jalan kota, fungsi ekonomi lainnya harus ditunjang
oleh dokumen pendukung sesuai dengan jenis dan skala kegiatan yang dilayani, dengan
menggunakan baik itu K2 untuk ruas- ruas strategis, ataupun survai S6 untuk sektor-sektor
tertentu.
Peraturan Pemerintah (PP No. 26/1985) menjelaskan bahwa sebagian besar jalan kabupaten
juga ditentukan fungsinya sebagai jalan `lokal' yang menghubungkan antara `pusat' dengan
daerah pemukiman (persil), atau menghubungkan antar pusat orde ke-tiga ; sebagian kecil jalan
kabupaten ditentukan sebagai jalan `kolektor' yang menghubungkan antar pusat orde ke-dua
atau pusat orde ke dua dan ketiga.
Status Administrasi Ruas Jalan
Telah dibuat kode huruf yang menunjukkan kedudukan hukum secara administratif atau yang
bertanggung jawab terhadap suatu ruas jalan.
K : Kabupaten
D : Desa
P : Perkebunan
H : Kehutanan/angkutan balok kayu
T : Transmigrasi
A : Irigasi/pengairan
BM : Propinsi/Negara/Toll
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 7
Kecamatan
Suatu kecamatan yang dilayani atau dilewati oleh suatu ruas jalan, harus ditentukan namanya
untuk membantu penggambaran ruas pada peta dan sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek
dimana masalah pemerataan harus diperhatikan. Bila suatu ruas melewati lebih dari satu
kecamatan, tentukan salah satu saja yang terpenting atau yang mencakup bagian ruas
terpanjang.
Panjang Ruas
Panjang ruas yang didasarkan pada pengukuran dengan pita ukur atau odometer yang telah
disesuaikan harus dibulatkan menjadi per 100 m. Perbedaan dalam pengukuran dapat terjadi
meskipun dengan menggunakan odometer yang telah disesuaikan. Jangan terus merubah
panjang ruas, sebagai hasil dari beberapa kali survai dengan kendaraan dalam batas 10% dari
data yang ada di K1. Namun panjang ruas harus segera diperbaiki, setelah pengukuran disain
selesai dilaksanakan.
2. PENYELESAIAN DATA SEGMEN DARI KI
Kolom 10 - 19 dalam K1 mencatat segmen atau data bagian ruas yang secara berkala perlu
diperbaharui bila kondisi jalan berubah.
Kolom 10 : Pal km awal dan akhir ruas
Kolom 11 : Lebar perkerasan
Kolom 12 : Tipe dan kondisi permukaan jalan
Kolom 13 : Kode hambatan lalu lintas
Kolom 14 : Bulan - Tahun survai perencanaan terakhir
Kolom 15 : Tahun pelaksanaan pekerjaan terakhir (PK dan MP)
Kolom 16 : Kelas rencana lalu lintas (KRLL)
Kolom 17 : Total LHR kendaraan roda-4 untuk penentuan KRLL
Kolom 18 : Total LHR ekivalen roda-4 untuk Penaksiran Manfaat
Kolom 19 : Jumlah penduduk yang dilayani
Kolom 20 : Bulan -Tahun Perubahan data terakhir kali
Kolom-kolom 17-20 tidak termasuk dalam K1 yang dibuat secara manual, namun dimasukkan
ke dalam datadasar K1 dan merupakan pilihan untuk versi K1 keluaran datadasar.
Pal Kilometer
Pal kilometer untuk jalan kabupaten belum biasa digunakan. Karenanya titik pangkal dan ujung
suatu bagian ruas harus ditentukan dengan pal km yang diukur dengan pita ukur atau dengan
odometer kendaraan yang telah disesuaikan di sepanjang ruas.
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 8
Pengukuran tersebut harus dimulai dari titik pangkal yang telah ditentukan dan diberi tanda
sebagai Km 0,0, misalnya :
Ruas No : 2
Panjang total : 6,6 km
Segmen 1 : Km 0,0 - 3,5 aspal baik
Segmen 2 : Km 3,5 - 6,6 aspal rusak
Perlu diperhatikan bahwa jumlah panjang seluruh segmen harus sama dengan total panjang
ruas.
Jangan menggunakan pal km yang diukur dari kota Kabupaten atau kota Propinsi. Sistim ini
akan mudah menyebabkan kekacauan bagi ruas jalan kabupaten yang pendek dan bagi
jaringan jalan.
Lebar Perkerasan
Lebar rata-rata perkerasan suatu ruas harus dicatat dalam `Meter' dengan pembulatan paling
kecil 0,5 meter. Bahu jalan tidak dimasukkan kecuali untuk jalan tanpa perkerasan, dimana
tidak jelas seberapa lebar bahunya. Jalan setapak dapat dicatat dengan lebar nominal, yakni
satu meter (1,0 m).
Tipe dan Kondisi Permukaan
Tipe permukaan harus ditentukan menurut kategori di bawah ini :
A : Aspal
B : Batu
K : Kerikil
T : Tanah
C : Beton
Kondisi permukaan rata-rata suatu segmen, terutama yang mencerminkan kualitas
berkendaraan (kenyamanannya) atau kekasarannya, ditentukan menurut kategori berikut :
B : Baik
S : Sedang
SR : Sedang/Rusak
R : Rusak
RB : Rusak Berat
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 9
Hambatan Lalu Lintas
Setiap segmen harus ditentukan tingkat aksesnya terhadap kendaraan roda-4, dengan
menggunakan kode angka (kode akses dari formulir A3 bila sudah ada) atau kode huruf
sebagai berikut :
Terbuka untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TB 0
Tertutup untuk kendaraan roda-4 selama 2-6 minggu/tahun TB/TMH 1
Tertutup untuk kendaraan roda-4 pada musim hujan TMH 2
Tertutup untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TST 3
Tertutup juga untuk sepeda motor TST 4
Bulan-Tahun Survai Perencanaan Terakhir
Data ini harus ditunjukkan dengan bulan dan tahun, misalnya 6/94 dari studi perencanaan S2/A1
terakhir, atau dari pelaksanaan survai lalu lintas terakhir (untuk ruas yang berkondisi
baik/sedang) namun bukan dari survai S1 yang dilakukan setiap tahun pada semua ruas yang
kondisinya baik/sedang.
Tahun Pelaksanaan Pekerjaan Terakhir (PK dan MP)
Catat dalam kolom ini (15.1) tahun program pelaksanaan pekerjaan berat terakhir (PK),
misalnya 93 (tahun program 1993/94). Tidak perlu memberikan bulan awal dan akhir
pelaksanaan pekerjaan.
Pada versi K1 yang baru, disediakan kolom data yang kedua (15.2) untuk mencatat pekerjaan
pemeliharaan periodik yang terakhir (overlay/ pelapisan ulang).
Kelas Rencana Lalu Lintas (KRLL)
Datadasar K1 juga mempunyai kolom data untuk Kelas Rencana Lalu Lintas (KRLL). Data ini
diperoleh dari data lalu lintas beserta studi perencanaan yang berkaitan dan menunjukkan
perkiraan kisaran lalu lintas harian rata-rata roda-4 (LHR) bila jalan tersebut telah ditingkatkan
atau sudah dalam kondisi baik/sedang.
KRLL 1 : LHR < 50
KRLL 2 : LHR 51 - 200
KRLL 3 : LHR 201 - 500
KRLL 4 : LHR 501 - 1500
KRLL 5 : LHR > 1500
Penambahan satu angka di belakangnya (.1, .2 atau .3) menunjukkan bagian dari jumlah truk
sedang dan berat dalam lalu lintas tersebut (lihat tugas 4B).
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 10
Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Datadasar K1 mempunyai kolom data untuk pencatatan total LHR kendaraan roda-4 yang ada
(17) dan LHR kendaraan roda-4 ekivalen termasuk sepeda motor dan lalu lintas bukan bermotor
(18) yang tercatat dalam penghitungan lalu lintas.
Kependudukan
Dalam datadasar K1 juga disediakan kolom data untuk mencatat jumlah penduduk yang dilayani
oleh suatu segmen yang terangkum dalam lembar analisa A3.
Bulan-Tahun Perubahan Data K1 Terakhir
Datadasar K1 mempunyai kolom data untuk pengisian bulan/tahun dari setiap perbaikan yang
dibuat pada formulir K1. Hal ini tercatat secara otomatis dari data entry.
Perlu dicatat bahwa pada versi hasil komputer, biasanya dicantumkan pula tanggal di bagian
atas, misalnya "Edisi April 1993". Ini menunjukkan bahwa sebagian besar perubahan-perubahan
segmen yang baru harus sudah dibuat dalam kwartal pertama 1993. Hasil cetakan komputer
juga mencantumkan tanggal pencetakan pada bagian kanan atas.
3. PENENTUAN JARINGAN JALAN STRATEGIS (K2)
Tujuan
Tujuan pokok dari tugas ini adalah untuk menentukan rute jalan kabupaten yang akan
mendapat prioritas tertinggi untuk pekerjaan pemeliharaan, atau bila sesuai untuk pekerjaan
rehabilitasi atau peningkatan. Sekali pemilihan rute ini dilakukan dengan benar, maka kaji ulang
dan perbaikannya (jika diperlukan) cukup dilakukan kira-kira setiap tiga tahun sekali saja.
Target utamanya adalah menentukan jaringan jalan strategis sekitar 20 persen dari total
jaringan jalan yang ada di kabupaten (tidak termasuk jalan negara/propinsi) dengan batas
maksimal 150 km tiap kabupaten.
Kriteria
Jaringan jalan strategis itu harus mencakup jalur utama yang melayani hubungan antar berbagai
bagian di dalam kabupaten yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
(i) Ruas jalan yang umumnya bersifat antar kota, yaitu menghubungkan kota kabupaten
dengan pusat-pusat administrasi pemerintahan seperti kota kecamatan, dan pusat-pusat
kegiatan ekonomi seperti pasar utama ; ini akan meliputi jalan `kolektor' yang
menghubungkan kota 'orde' kedua dan ketiga (seperti yang ditetapkan menurut
peraturan yaitu : PP No. 26, 1985).
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 11
(ii) Ruas jalan alternatif yang salah satunya sudah ditetapkan dan memenuhi hubungan
yang memadai, tidak termasuk dalam kriteria ini.
(iii) Ruas jalan yang biasanya sudah menampung tingkat lalu lintas tinggi (atau berpotensi
tinggi pada wilayah yang jaringannya belum berkembang secara penuh) ; pada
kenyataannya tingkatan ini bisa berbeda, misalnya, mulai dari di atas 500 LHR di daerah
padat penduduk di Pulau Jawa sampai di atas 50 LHR di daerah kurang berkembang di
pulau lain.
(iv) Ruas jalan yang biasanya sudah diaspal, kecuali pada daerah yang jaringan jalannya
belum dikembangkan.
(v) Ruas jalan yang melayani sumber-sumber penyebab meningkatnya lalu lintas selain
perkotaan, seperti sumber material besar, pabrik atau daerah perkebunan, dapat pula
masuk ke dalam kriteria ini asalkan ruas jalannya terbuka bagi lalu lintas umum.
(vi) Ruas jalan yang melayani pangkalan jenis angkutan lain (yakni ruas menuju pelabuhan
laut atau sungai, lapangan udara, atau stasion KA)
(vii) Ruas jalan yang pendek (yakni kurang dari 5 km), tapi bukan bagian dari rute lanjutan,
tidak termasuk dalam kriteria ini (kecuali pada vi)
(viii) Ruas jalan di daerah perkotaan tidak termasuk dalam kriteria ini, kecuali kalau ruas
tersebut merupakan bagian dari rute lanjutan jaringan jalan strategis yang
menghubungkan dua pusat kota.
(ix) Ruas jalan utama antar kabupaten bisa dimasukkan apabila tidak ada jalan
negara/propinsi yang memadai untuk jalur tersebut.
(Perlu diketahui bahwa bagian ruas jalan negara/propinsi yang berada di dalam kabupaten
secara otomatis merupakan bagian dari jaringan jalan strategis, walaupun pemeliharaan atau
peningkatannya tidak masuk ke dalam program jalan kabupaten).
Perlu dicatat, bahwa istilah strategis disini didasarkan atas konsep ekonomi. Berbeda halnya
dengan istilah `strategis keamanan' yang mengacu pada jalan khusus dengan fungsi keamanan
negara, seperti jalan yang berdekatan dengan batas negara : jalan seperti ini tidak tercakup
dalam prosedur ini.
Prosedur
Pada formulir K2 dan Peta Jaringan Jalan 2 (lihat tugas 1F), tentukan ruas jalan yang akan
diusulkan menjadi bagian dari jaringan jalan strategis sesuai langkah-langkah berikut :
(1) Kelompok A : Beri tanda di peta tersebut dan juga pada formulir K2 semua ruas jalan
negara dan propinsi, termasuk nomernya sesuai dengan yang telah dibuat Bina Marga.
Informasi ini mungkin bisa diperoleh dari DPU Propinsi.
(2) Kelompok B : Beri tanda dan cantumkan ruas terpendek atau terdekat yang ada yang
menghubungkan tiap kota kecamatan ke jalan negara/propinsi dan atau ke ibukota
kabupaten. Perhatikan: rute baru secara umum tidak dapat dimasukkan terkecuali bila
penghematan jarak tempuhnya ke kota kabupaten mencapai paling sedikit 50 persen
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 12
dari jarak tempuh lewat jalur yang sudah ada; perhatikan juga bahwa rute baru itu
memerlukan studi khusus yang justru memperlambat penyertaannya dalam program
kerja). Catat pada formulir K2 nama kota yang dilayani ruas jalan itu, instansi mana yang
bertanggung jawab untuk pemeliharaannya dan data informasi tentang kondisi
perkerasan serta keterbukaan ruas jalan itu (dari formulir K1).
(3) Kelompok C : Beri tanda pada satu jalur langsung yang menerus dan wajar yang
merupakan penghubung antar kota kabupaten dengan setiap ibukota kabupaten
tetangganya dan cantumkan ruas jalur itu jika belum tercatat pada kelompok A atau B.
Biasanya ini terdiri atas jalur jalan yang sudah ada; jalur baru hanya akan diterima bila
terjadi penghematan jarak tempuh paling sedikit 50 persen dari yang ada; dan perhatikan
juga bahwa untuk jalur baru memerlukan studi khusus yang dapat menghambat
pernyertaannya dalam program ini. Bagian-bagian ruas penghubung antar kabupaten
yang bertetangga ini harus ditentukan sebagai jalur strategis.
(4) Kelompok D : Beri tanda dan cantumkan kemungkinan pilihan lain untuk masukan bagi
jalur strategis, yakni:
- ruas jalan lain yang melayani lalu lintas tinggi yang secara khusus merupakan ruas
jalan langsung penghubung dua bagian penting di dalam daerah kabupaten.
- ruas jalan lain ke arah jalan negara / propinsi atau ibukota kabupaten dari
sumber-sumber penyebab lalu lintas tinggi (perlu dijelaskan apa) selain ke kota
kecamatan.
(5) Periksa bahwa total (B+C+D) sama dengan atau tidak lebih dari 20 persen dari total
jaringan jalan kabupaten (dari K1) atau sebanyak- banyaknya 150 km, tidak termasuk
ruas jalan berprioritas rendah bila total tersebut sudah melebihi target.
(6) Kaji kembali dan sesuaikan usulan itu seperlunya pada waktu konsultasi dengan instansi
terkait tingkat propinsi (yakni Biro Bangda TK I, Bappeda TK I, DPUP) dan kalau ada
dengan konsultan pembimbing, khususnya untuk penentuan :
- status yang sebenarnya dari ruas jalan kabupaten yang kemungkinannya dalam
waktu dekat akan menjadi jalan propinsi untuk keperluan perencanaan pekerjaan,
termasuk terutama usulan ruas baru.
- pandangan tingkat propinsi terhadap perkembangan yang sesuai dari ruas jalan
antar kabupaten. Umumnya, dana dan sumber daya kabupaten seharusnya tidak
dialokasikan ke ruas-ruas yang dalam waktu dekat menjadi status propinsi.
(7) Tunjukkan pada formulir K1 (kolom 7) ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi
jaringan jalan strategis (JJS).
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 13
PROPINSI : SUMATERA UTARA 1 : 2
KABUPATEN : LABUHAN BATU DIISI OLEH : GT. SINAGA TANGGAL : 5 - 12 - 1998
TIPE & HAM- LHR STATUS KOTA UTAMA /
NO Km NAMA RUAS PAN- KONDISI LE- BATAN KEND. ADMINIS AKTIVITAS
RUAS SEGMEN JANG PERMU- BAR LALU - RODA4 TRASI YANG DILAYANI
(Km) KAAN (m) LINTAS /Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(A) BAGIAN JALAN NEGARA DAN JALAN PROPINSI (YANG BERADA DI KABUPATEN). Data dari DPU/DPU Bina Marga Propinsi / K1 kolom : 1 - 9
057 0.0 - 65.7 R.Prapat- B.Durian- Bts.Kab.65.7 AB TB JP
058 0.0 - 20.0 R. Prapat - A. Nabara 20.0 AB TB JP
059 0.0 - 69.0 A. Nabara - Lb. Bilik 69.0 AS TB JP
060 0.0 - 33.0 A. Nabara - Kt. Pinang 33.0 AB TB JP
061 0.0 - 30.2 Kt.Pinang- L.Payung- Bts.Kab.30.2 AS TB JP
083 0.0 - 32.6 Kt. Pinang - Bts. Propinsi32.6 AB TB JP
(B) RUAS JALAN PENGHUBUNG TIAP KOTA KECAMATAN KE KOTA KABUPATEN (SATU RUTE SAJA). Data sesuai dengan daftar K1 kolom : 1 - 17
3 0.0 - 8.0 Sigambal - Sp. Rintis 8.0 AR 3.5 TB K
11 0.0 - 3.4 Sp. Merbau - Merbau 3.4 AB 3.5 TB K
21 0.0 - 12.9 Lb. Bilik - Sei. Berombang12.9 AR 3.5 TB K
22 0.0 - 3.4 Tolan - Tj. Medan 3.4 AS 3.5 TB K
23 0.0 - 7.1 G. Saga - Tj. Pasir 7.1 AS 3.5 TB K
24 0.0 - 8.4 Tj. Pasir - A. Naetek 8.4 KS 3.5 TB K
31 0.0 - 7.6 Sp. Rintis - Bilah Hulu 7.6 AR 3.5 TB K
37 0.0 - 9.3 A. Naetek - K. Bangka 9.3 KS 3.5 TB K
38 0.0 - 9.7 K. Bangka - Kp. Mesjid 9.7 KR 3.5 TB K
(C) RUAS JALAN ANTAR KABUPATEN (BAGIAN YANG BERADA DI KABUPATEN). Data sesuai dengan daftar K1 kolom : 1 - 17
70 0.0 - 11.6 Parisa - Simandiangin 11.6 AR 3.5 TB K
71 0.0 - 13.0 Simandiangin - Manompuk13.0 KRB 3.5 TB K
USULAN JARINGAN JALAN STRATEGIS K2
-
Pemutakhiran Data Jaringan Jalan 1 - 14
PROPINSI : SUMATERA UTARA 2 : 2
KABUPATEN : LABUHAN BATU DIISI OLEH : G.T. SINAGA TANGGAL : 5 - 12 - 1998
TIPE & HAM- LHR STATUS
NO Km NAMA RUAS PAN- KONDISI LE- BATAN KEND. ADMINIS
RUAS SEGMEN JANG PERMU- BAR LALU - RODA4 TRASI
(Km) KAAN (m) LINTAS /Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(D) PILIHAN / TAMBAHAN LAIN ; Data disesuaikan dengan daftar K1 kolom : 1 - 17
01 0.0 - 11.6 Tl. Nipah - Binjai 11.6 AB 3.5 TB K
02 0.0 - 15.2 Palo - Siluman 15.2 AS 3.5 TB K NMG
05 0.0 - 7.3 Merbau - Siluman 7.3 AS 3.5 TB K NMG
32 0.0 - 10.9 Gapuk - Bilah Hulu 10.9 ARB 3.5 TB K
69 0.0 - 6.8 Kp. Mesjid - Kulim 6.8 KRB 3.5 TMH K
J
U
M
L
A BAIK SEDANG RUSAK TMH TST JUMLAH
H 15.0 33.0 51.0 99.0
0.0
B + C 94.4 17.7 29.5 6.8 47.2
B + C + D 146.2 0.0
K1 0.0
TOTAL 15.0 50.7 80.5 146.2
TIPE DAN KONDISI JARINGAN JALAN STRATEGIS - JALAN KABUPATEN
(JUMLAH BAGIAN B,C,D DIATAS)
(Km)
KERIKIL
BATU
TANAH
JUMLAH
ASPAL
BETON
850.0
24.6
JJS = (0,2 x K) = 170.0 Km51.8
KABUPATEN
250.5
PANJANG MAKSIMUM (Km)69.8
JARINGAN JALAN STRATEGIS
USULAN JARINGAN JALAN STRATEGIS
KOTA UTAMA / AKTIVITAS
YANG DILAYANI
K2
A
B
C
D
K
-
Pemutakhiran Data Jembatan 2 - 1
2. PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN
PENANGGUNG JAWAB : Transport Planner/Planning Engineer
FORMULIR : K10
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Suatu inventarisasi data mengenai lokasi dan karakteristik setiap jembatan pada jaringan jalan
kabupaten perlu disusun dan dijaga kemutakhirannya. Hal ini dilakukan pada formulir K10 yang
pada dasarnya harus merupakan rangkuman dari informasi yang lebih rinci, yang dikumpulkan
dari hasil pemeriksaan jembatan secara rutin dan terinci (dengan formulir MS1, B1, B2 dan B3
dari buku Petunjuk Pemeliharaan Jembatan Kabupaten). Dalam prakteknya, kualitas dari
informasi tentang jembatan termasuk penentuan datanya, masih ketinggalan dibandingkan data
untuk jalan. Data K10 masih harus ditingkatkan secara bertahap dari beberapa sumber
termasuk dari survai perencanaan S1 dan S2. Informasi dari inventarisasi data Bina Marga
tahun 1990 mengenai jembatan (IJK03) dapat pula digunakan. Namun demikian, tujuan yang
paling penting adalah untuk memastikan bahwa data lokasi jembatan sesuai dengan penentuan
data ruas yang sama seperti yang ada dalam inventarisasi jalan pada K1, termasuk cara
pengukuran lokasi dengan pal km dari awal ruas. Prioritas harus diberikan dalam
menyelesaikan pengisian lokasi jembatan, nama, panjang dan lebarnya, sebelum
mengumpulkan secara rinci mengenai data jenis komponen jembatan dan kondisinya yang
memerlukan survai-survai yang lebih rinci.
Untuk selanjutnya akan dikembangkan database komputer untuk K10, namun untuk saat ini
penyelesaian formulir secara manual perlu diteruskan. Pemutakhiran K10 harus dilaksanakan
terutama dalam bulan Desember/ Januari pada waktu yang sama dengan pemutakhiran K1.
PENYELESAIAN K10
Untuk setiap ruas harus dibuatkan satu formulir K10 tersendiri. Cantumkan nomor ruas, nama
dan panjangnya di bagian atas K10 persis seperti yang tercantum dalam formulir K1.
Semua bangunan jembatan yang panjangnya 2 meter atau lebih (diukur antara ke-dua kepala
jembatan) harus dicatat. Lokasi lintasan sungai yang tidak berjembatan juga dimasukkan dan
diberi nama. Jembatan dan lintasan sungai harus dicatat dan diberi nomor urut (kolom 1),
dimulai dari titik pangkal ruas yang telah ditentukan pada daftar K1. Lokasinya harus ditentukan
dengan pal km yang telah disesuaikan dari titik pangkal ruas yang telah ditentukan (kolom 3),
dan bila mungkin juga dengan nama-nama sungainya (kolom 2). Bila semua penyeberangan di
catat, maka tidak perlu lagi untuk merubah nomor urut jembatan. Kode-kode yang digunakan
pada K10 dapat dilihat bersama-sama dengan contoh formulir K10 yang telah diisi lengkap.
Keterangan untuk masing-masing hal yang diisikan ke dalam K10 adalah sebagai berikut :
-
Pemutakhiran Data Jembatan 2 - 2
-
Pemutakhiran Data Jembatan 2 - 3
-
Pemutakhiran Data Jembatan 2 - 4
Tipe Penyeberangan/Lintasan (kolom 4) :
JN = Penyeberangan Jalan
KA = Penyeberangan Kereta Api
S = Penyeberangan Sungai
L = Lain-lain
Panjang jembatan dalam meter (kolom 5) diukur di antara kedua kepala jembatan. Lebar
jembatan harus ditentukan sebagai lebar jalur jalan saja (kolom 6.1) dan total lebar jembatan
sampai dengan bagian luar dari sandaran (kolom 6.2).
Bagunan jembatan dibagi dalam 5 bagian komponen :
- bangunan atas (kolom 8-11)
- lantai (dek) (kolom 12, 13)
- sandaran (handrail) (kolom 14, 15)
- pondasi (kolom 16-18)
- kepala jembatan dan pilar (kolom 19-21)
Deskripsi setiap komponen terdiri atas :
- tipe bagian (bangunan atas/pondasi/kepala jembatan)
- tipe bahan/material
- asal/sumber (hanya bangunan atas)
- nilai/tingkat kondisinya
Kode rujukan (pada formulir K10L) dan catatan khusus pada uraian komponen-komponen
bangunan atas, diberikan secara singkat di bawah ini :
(1) Tipe Bangunan Atas
Sebuah jembatan adalah setiap konstruksi yang mempunyai panjang total antar kepala
jembatan 2,0 meter atau lebih.
B = Gorong-gorong persegi (kotak)
Gorong-gorong persegi adalah gorong-gorong dengan penampang melintang berbentuk
persegi.
Y = Gorong-gorong Pipa
Gorong-gorong pipa adalah gorong-gorong dengan penampang melintang berbentuk
lingkaran.
Untuk keperluan masukan data, semua gorong-gorong dengan garis tengah (diameter)
atau lebar luar sepanjang sumbu jalan > 2,0 meter harus dicatat sebagai jembatan.
-
Pemutakhiran Data Jembatan 2 - 5
KX = Lintasan Kereta Api
Lintasan kereta api perlu dicatat sebaik-baiknya, sehingga dapat ditetapkan suatu
prioritas untuk dibangun jembatan (bila sangat diperlukan).
S = Jembatan Sementara
Jembatan sementara adalah jembatan yang digunakan sebagai alat hantaran sementara
sampai jembatan permanen dibangun. Jembatan sementara dapat berupa rangka,
gelagar, pelat atau lainnya. Jembatan Bailey termasuk dalam kategori ini.
FX = Ferry
Jika penyeberangan sungai dilakukan dengan ferry (untuk kendaraan ataupun tidak),
catatlah dalam laporan. Perkirakanlah lebar penyeberangan tersebut. Nyatakanlah dalam
catatan, waktu tunggu rata-rata dan perkiraan panjang jembatan yang diperlukan.
WX = Pelintasan Basah (Jembatan Limpas)
Pelintasan basah adalah jembatan limpas, pelintasan banjir (atau yang serupa);
dimaksudkan untuk suatu pelintasan sungai dimana kendaraan melintas melalui sungai
di atas pondasi atas di bawah air yang telah dipersiapkan. Setiap pelintasan demikian
harus dicatat pada kartu data inventarisasi jembatan, dengan suatu tanda dalam catatan;
berapa kali dan berapa lama pelintasan basah ini tidak dapat dilalui dalam satu tahun.
Nyatakan perkiraan panjang jembatan yang diperlukan atau bila pelintasan tersebut
sudah cocok dengan keadaan sekarang.
(2) Sumber / Asal Bangunan Atas
Sumber / asal pemasok terutama mengacu kepada negara pembuat dengan cara
memberi Kode negara asal dengan huruf tersendiri seperti diberikan pada lampiran
formulir K10L.
(3) Bahan untuk Bangunan Atas
Kode bahan yang digunakan untuk pemeriksaan inventarisasi dapat dilihat pada lampiran
formulir K10L. Terdapat sejumlah 21 bahan yang berbeda, yang masing-masing didaftar
dengan satu kode huruf.
(4) Bahan Lantai Jembatan
Kode untuk tiap jenis bahan lantai jembatan harus dibentuk dengan dua huruf yang
diambil dari daftar bahan seperti tersebut di atas. Satu huruf untuk jenis bahan bagian
perletakan lantai dan huruf lainnya untuk jenis bahan jalur kendaraan, misalnya KA =
lantai jembatan kayu dengan jalur kendaraan aspal.
-
Pemutakhiran Data Jembatan 2 - 6
(5) Kepala Jembatan dan Pilar, Tipe dan Bahan
Disiapkan kode untuk dua bentuk kepala jembatan dan enam jenis pilar. Kode ditentukan
dengan satu huruf seperti yang dapat dilihat dalam lampiran formulir (K10L).
(6) Jenis dan Bahan Pondasi
Rincian-rincian tertentu mengenai jenis konstruksi pondasi mungkin tidak dapat
ditentukan dalam pemeriksaan di lapangan, tanpa penyelidikan lapangan lebih lanjut.
Jika tidak ada data, biarkan kolom tersebut tetap kosong.
Diberikan delapan jenis pondasi, masing-masing ditentukan dengan dua huruf. Apabila
terdapat data, maka isilah jenis pondasi tersebut dengan menggunakan kode dari
lampiran formulir K10 (K10L).
(7) Bahan Sandaran
Dipertimbangkan untuk mencakup hal-hal seperti sandaran, pagar pengaman dan
tembok ujung sebuah jembatan : yang kesemuanya dimaksudkan sebagai perlindungan
kendaraan atau pejalan kaki, dan kadang-kadang juga dijadikan sebagai pelindung untuk
bagian-bagian pokok jembatan.
Apabila jembatan dilengkapi dengan sandaran beton serta tembok ujung pasangan batu,
gunakan kode bahan untuk beton dan pasangan batu, misalnya TM. Bilamana jembatan
mempunyai sandaran pipa baja dan tiang beton tanpa tembok ujung pasangan batu,
gunakan kode bahan hanya untuk sandaran saja, misalnya B.
Kode-kode bahan dicantumkan pada lampiran formulir K10 (K10L).
(8) Penilaian Kondisi
Digunakan untuk menilai kondisi bagian-bagian jembatan sebagai berikut :
- Bangunan atas
- Sistim lantai jembatan
- Sandaran (dan pagar pengaman, dll)
- Pondasi (dan aliran air)
- Kepala jembatan dan pilar-pilar
Penilaian kondisi jembatan menggunakan skala 0-5 seperti yang ditetapkan pada bagian bawah
lampiran formulir K10 (K10L).
Bila ruangan pada formulir K10 tidak cukup untuk mendaftar semua jembatan yang ada pada
suatu ruas, gunakan halaman kedua, beri nomor halaman pada formulir menurut urutannya.
Usahakan formulir yang telah di selesaikan selalu tersusun sesuai dengan urutan nomor ruas.
-
Pemutakhiran Peta 3 - 1
3. PEMUTAKHIRAN PETA
PENANGGUNG JAWAB : Transport Planner
FORMULIR : Peta Dasar Jaringan Jalan dan Peta Topo
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Penggunaan peta-peta yang kualitasnya baik sangat penting untuk suatu perencanaan jalan
yang baik. Prosedur yang ada sekarang mempunyai tiga tujuan utama dalam pemetaan :
(1) Memperbaiki dan memutakhirkan peta-peta jaringan jalan yang ada
(2) Memberikan informasi yang mutakhir mengenai jaringan jalan
(3) Meningkatkan kualitas, penyajian dan ketepatan dan peta jaringan jalan
Tujuan (1) dan (2) adalah tugas-tugas tahunan yang berulang, sedangkan, tujuan (3) adalah
sasaran jangka panjang.
Sebagian besar kabupaten saat ini mempunyai peta dasar jaringan jalan ukuran A1 atau A0
yang biasanya berskala antara 1 : 100.000 dan 1 : 250.000. Peta-peta ini dibuat dalam bentuk
lembaran kalkir tembus pandang yang dapat diperbaiki dan diperbanyak dengan mudah. Versi
yang telah diperkecil menjadi format A3 juga dibuat untuk kemudahan pemakaian. Banyak dari
peta-peta ini yang telah ditingkatkan dengan cara menyesuaikannya dengan peta topo, namun
ketepatan untuk hal-hal lainnya masih rendah.
Dalam jangka panjang peta jalan hasil olahan komputer dengan Sistem Informasi Geografi
(Geographical Information Systems - GIS) akan tersedia. Informasi gambar tersebut dapat
dihubungkan kepada database jaringan jalan (K1), melalui suatu proses `diginasi peta' yang
akan dilaksanakan oleh tingkat pusat. Peta jaringan jalan kabupaten yang sudah ada sekarang
akan menjadi masukkan pokok dalam proses ini, karena itu sangatlah penting untuk dijaga agar
selalu mutakhir dan akurat.
1. PERBAIKAN DAN PEMUTAKHIRAN PETA DASAR JARINGAN
JALAN
Yang paling diperlukan dari peta dasar jaringan jalan ini adalah bahwa nama dan nomor ruas-
nya memenuhi syarat dan sama dengan apa yang tercantum dalam daftar K1. Ruas-ruasnya
harus mempunyai alinyemen yang kurang lebih benar dan bersimpangan secara benar dengan
ruas lainnya. Namun demikian untuk banyak keperluan perencanaan, suatu pendekatan `Peta
Skets' dapat diterima sampai peta yang lebih baik dan lebih sempurna dapat disiapkan.
Peta dasar harus diperiksa dan diperbaharui setiap tahunnya pada bulan Januari, pada waktu
yang sama dengan pelaksanaan kaji ulang dan perbaikan pada K1, yang terutama didasarkan
atas bukti hasil survai- survai S1 dan S2. Koreksi harus dilaksanakan pada `kalkirnya'.
-
Pemutakhiran Peta 3 - 2
Tidak perlu melakukan penggambaran ulang seluruh peta, cukup hanya membuat koreksi dan
perbaikan. Adapun yang perlu diperiksa adalah sebagai berikut :
1. Nama dan nomor ruas yang hilang
2. Ketidak-konsistenan, ketidak-benaran atau perbaikan nama dan nomor ruas
3. Nama dan nomor ruas yang tidak terbaca
4. Persimpangan jalan yang salah
5. Skala dan arah kompas yang tidak ada
6. Penambahan ruas yang sebelumnya tidak ada pada peta dan K1
7. Penambahan tanggal dilakukannya perbaikan
Bila di lapangan ditemukan bahwa peta dasarnya ternyata sama sekali tidak cocok/salah, maka
harus diberi keterangan mengenai hal tersebut pada peta toponya.
2. PETA ACUAN DATA JARINGAN JALAN
Peta dasar jaringan jalan supaya dicopy, baik dalam ukuran A3 maupun dalam ukuran A0/A1,
untuk digunakan dalam pemberian kode warna pada jalan-jalan yang menunjukkan aspek-
aspek karakteristik jaringan jalan. Tiga jenis peta harus disiapkan dan diperbaiki secara berkala:
Peta 1 : Peta Kondisi Jalan (diperbaiki setiap tahun bersama K1)
Peta 2 : Peta Jaringan Jalan Strategis (diperbaiki 3 tahun sekali bersama K2)
Peta 3 : Peta Program Tahunan (diperbaiki setiap tahun bersama P3).
Lima copy dari setiap peta tersebut di atas harus disiapkan.
Tambahkan batas wilayah perencanaan yang membagi jaringan jalan dalam tiga wilayah yang
kira-kira sama untuk menunjukkan pemusatan kegiatan survai (S2) tahunan. Tambahkan pula
tempat-tempat penghitungan lalu lintas.
Beri kode pada Peta 1 sebagai berikut : (lihat juga tugas 1A/2).
Jalan Toll, Nasional dan Propinsi : merah _________
Jalan Kabupaten : - Aspal Baik / Sedang : biru _________
- Aspal Rusak / Rusak Berat : biru _ _ _ _ _ _
- Kerikil / Batu Baik / Sedang : hijau _________
- Kerikil /Batu Rusak / Rusak Berat : hijau _ _ _ _ _ _
Jalan Tanah : - Terbuka untuk Kendaraan Roda-4 : kuning _________
- Tertutup untuk Kendaraan Ruda-4 : kuning _ _ _ _ _ _
Kota Kabupaten : Letak Pos PLL :
Kota Kecamatan : Wilayah Perencanaan :
Pasar Utama : Daerah Perkebunan :
Batas Kota : Proyek Transmigrasi :
-
Pemutakhiran Peta 3 - 3
Beri kode pewarnaan pada Peta 2 sebagai berikut : (lihat juga tugas 1A/3)
Jalan Toll, Nasional dan Propinsi ( A ) : merah
Jalan Kabupaten : - Penghubung Kota Kecamatan ( B ) : biru
- Antar Kabupaten ( C ) : hijau
- Pilihan ( D ) : kuning
Beri kode pewarnaan pada Peta 3 sebagai berikut : (lihat juga tugas 5E)
Diusulkan untuk Pekerjaan Pemeliharaan : biru
Layak untuk Pekerjaan Berat : - Hasil studi tahun berjalan : merah
- Luncuran : hijau
Belum Layak untuk Pekerjaan Berat : kuning
3. PENYEMPURNAAN PETA DASAR
Tujuan
Tujuan utama dari kegiatan perencanaan ini adalah untuk memperbaiki peta dasar jaringan
jalan yang ada di kabupaten. Dengan kata lain bahwa peta kabupaten itu harus diperbaiki
berdasarkan peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 (bila memungkinkan).
Untuk beberapa wilayah mungkin terpaksa menggunakan peta topo dengan skala yang lebih
kecil atau peta tata-guna tanah BPN, bila peta topo yang berskala 1 : 50.000 tidak didapatkan.
Sekalipun banyak peta topo sudah kadaluwarsa, namun biasanya masih dapat dipergunakan
untuk penentuan suatu lokasi secara tepat dari keadaan fisiknya; seperti sungai besar,
pemukiman luas, dan paling tidak sebagian dari jaringan jalannya masih sama. Pembetulan
dan penambahan data dapat dilakukan waktu survai lapangan dan hasilnya segera digambar
ulang pada skala yang diperkecil melalui fotocopy (biasanya dengan skala 1:100.000). Tugas
untuk menyempurnakan peta ini tidak mungkin dikerjakan bagi seluruh wilayah kabupaten
sekaligus, tetapi memerlukan waktu beberapa tahun. Untuk sementara, bagaimanapun juga
peta sket jaringan jalan yang lebih umum dan mencakup seluruh kabupaten akan terus
diperlukan.
Prosedur
Untuk keperluan kegiatan perencanaan jalan di kabupaten dibutuhkan satu set peta topografi
skala 1:50.000 yang mencakup wilayah kabupaten tersebut. Bila dijumpai kesulitan, PBPJK
dapat membantu untuk pengadaan fotocopy atau cetakan kalkir dari aslinya.
Siapkan lima buah fotocopy dari peta topo asli dan gabung menjadi mosaik yang mencakup
setiap wilayah survai. Untuk wilayah yang luas, guna memudahkan pekerjaan di lapangan,
maka dianjurkan untuk memperkecil `copy' peta topo tadi menjadi skala 1 : 100.000 dengan
cara `fotocopy perkecil'.
-
Pemutakhiran Peta 3 - 4
Lima buah copy peta tersebut akan digunakan untuk hal-hal berikut ini :
Copy-1. Penentuan batas desa, pemukiman dan pusat kegiatan
(tugas 1E/1 dan 1E/2)
Copy-2. Copy lapangan untuk survai penjajagan
(tugas 2 A juga untuk di pos penghitungan lalu lintas)
Copy-3. Copy lapangan untuk survai penyaringan ruas jalan
(tugas 2 B dan 2 F)
Copy-4. Copy biasa untuk arsip di kabupaten
Copy-5. Copy biasa untuk dikirim ke Propinsi/PBPJK sebagai dokumentasi.
Setiap tahun setelah pelaksanaan survai, copy-5 peta topo dari wilayah survai yang sudah
diperbaiki datanya, harus dikirim ke PBPJK propinsi untuk keperluan dokumentasi. Nantinya,
setelah peta dari setiap wilayah survai selesai diperbaiki untuk seluruh kabupaten, maka
dimungkinkan untuk membuat peta yang baru untuk seluruh jaringan jalan di kabupaten dalam
berbagai ukuran skala.
Dalam pemberian tanda pada setiap copy Peta Topo tersebut, gunakan standar pewarnaan
dan kode-kode berikut ini :
Jalan Toll, Nasional dan Propinsi : merah ______
Jalan Kabupaten : merah ______
Jalan Desa atau lainnya yang terbuka untuk kendaraan roda-4 : hijau ______
Jalan setapak atau yang tertutup untuk kendaraan roda-4 : kuning ______
Persimpangan
Pusat Pemukiman
Nomor Ruas
Tempat Pos PLL
:
:
:
:
14
X
Sungai
Jembatan besar (>20m)
Penyeberangan
sungai
:
:
:
biru
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 1
4. SURVAI KONDISI JALAN
PENANGGUNG JAWAB : Transport Planner dan Maintenance
Planning Engineer ( Tim Gabungan )
FORMULIR : S1 dan P1
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Survai penjajagan kondisi jalan (S1) dilakukan setiap tahun pada seluruh jaringan jalan
kabupaten yang berkondisi baik dan sedang, dengan tiga tujuan utama :
1. Memutakhirkan daftar K1 dan peta.
2. Memeriksa daftar P1 dan melakukan penyaringan program pemeliharaan (sekaligus
melaksanakan survai persiapan pemeliharaan di lapangan).
3. Menunjang rencana survai-survai selanjutnya.
Waktu yang disarankan untuk melaksanakan survai S1 adalah bulan Oktober/Nopember,
karena :
(1). Pekerjaan pemeliharaan dan peningkatan yang sedang berlangsung seharusnya sudah
cukup untuk bisa menaksir secara logis pekerjaan apa yang diperlukan dalam tahun
berikutnya.
(2). Survai lapangan termasuk survai terinci tentang pemeliharaan periodik diselesaikan pada
waktu mempersiapkan perkiraan biaya sebelum RATEK bulan Pebruari.
(3). Bagian jalan yang kondisinya rusak bisa diketahui dan dimasukkan ke dalam survai
perencanaan berikutnya.
Formulir S1 terdiri dari 3 bagian utama :
Kolom-kolom di bagian kiri digunakan untuk mencatat waktu, pal km dari hal-hal yang perlu
dicatat disertai dengan tipe, kondisi dan lebar perkerasan jalan. Kolom-kolom di bagian kanan
digunakan untuk mencatat rincian karakteristik bahu jalan dan jembatan serta penilaian
terhadap kerusakan permukaan jalan yang diperlukan untuk penyaringan program
pemeliharaan, terdapat juga kolom untuk mencatat nomor foto jika dilakukan pemotretan pada
hal-hal yang dianggap perlu. Bagian tengah formulir digunakan untuk mencatat informasi
geografis seperti lokasi pemukiman, pasar, simpang jalan, alinyemen jalan dan catatan
mengenai kondisi jalan, pekerjaan jalan, tingkat lalu-lintas serta rencana lokasi pos
penghitungan lalu-lintas yang sesuai. Terdapat juga kotak isian di bagian bawah formulir untuk
digunakan dalam penilaian pemeliharaan secara umum.
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 2
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 3
ORGANISASI DAN PERSIAPAN
Pengaturan jadwal survai agar efisien memerlukan koordinasi antara Transport Planner dan staf
DPUK yang bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pemeriksaan pekerjaan
pemeliharaan yang sedang berlangsung. Transport Planner harus mempersiapkan peta yang
mencakup semua ruas yang ada di P1 dengan memberi warna (lihat 1F/2), sedangkan
pekerjaan pemeliharaan yang sedang berlangsung diberi warna lain. Staf DPUK tadi harus
mempersiapkan usulan jadwal kunjungan lapangan untuk pekerjaan pemeliharaan yang sedang
dalam periode Oktober/Nopember. Kemudian mereka membicarakan peta dan jadwal tadi
untuk menetapkan jadwal survai S1 kira-kira 30 - 50 km per hari.
Pada waktu yang sama harus dilakukan pula survai lapangan pada ruas yang tidak terdaftar di
P1 namun diketahui berkondisi baik/sedang, lalu beri tanda yang jelas pada peta dan jadwal.
Sewaktu jadwal survai S1 ditetapkan, Tim diusulkan terdiri dari Trnasport Planner, Maintenance
Engineer dan sopir harus bekerja sama dalam satu kendaraan yang odometernya bekerja baik
dan perlengkapan yang diperlukan di lapangan.
Perlengkapan yang harus dibawa :
- 30 - 40 formulir S1 kosong untuk setiap hari survai
- satu formulir kosong S3 untuk setiap kendaraan per 5 hari survai
- papan penjepit
- alat tulis cadangan
- meteran (10 m atau lebih)
- daftar K1
- daftar P1 (format yang telah dikaji ulang - lihat tugas 5B)
- peta dasar jalan (Peta 1)
- copy 2 peta topo
- kamera dan 2 rol film isi 36
- papan penunjuk lokasi foto
- stapler
- kalkulator
PROSEDUR DI LAPANGAN
Kalibrasi odometer kendaraan
Lakukan kalibrasi odometer kendaraan dengan formulir S3 menurut prosedur (lihat formulir
dan petunjuk pada bagian akhir bab ini). Odometer kendaraan jarang memberikan bacaan yang
akurat, umumnya memerlukan penyesuaian sekitar 5-10 persen (di bawah), ini suatu kesalahan
yang cukup berarti sekalipun pada jarak yang pendek. Faktor penyesuai odometer akan
berlainan antara kendaraan yang satu dengan yang lainnya, dan mungkin akan berbeda dari (
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 4
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 5
waktu ke waktu untuk kendaraan yang sama. Oleh karena itu faktor penyesuai ini harus
dilakukan untuk masing-masing kendaraan survai setiap kali survai akan dimulai. Cara yang
termudah untuk melakukannya adalah dengan membandingkan hasil bacaan odometer dengan
patok pal km sepanjang 10 km pada ruas jalan negara atau propinsi yang kondisinya relatip
datar.
Bagian Atas Formulir S1 :
Gunakan selalu formulir S1 yang baru setiap memulai survai di setiap ruas jalan, dan catat pada
bagian atas halaman pertama data survai :
- titik pengenal pangkal dan ujung sesuai dengan K1
- nama kabupaten
- nama survaior
- tanggal survai
- jenis dan nomor polisi kendaraan yang digunakan
- faktor penyesuai odometer dan tanggal penyesuaian (formulir S3)
- nomor ruas sesuai dengan data K1 dan peta
- nama ruas sesuai dengan K1 dan peta
- nomor halaman
Untuk halaman kedua dan selanjutnya pada ruas yang sama cukup dituliskan nomor ruas dan
nomor halaman saja.
Pencakupan Umum Formulir dan Frekwensi Pendataan
Gunakan formulir S1 untuk mencatat informasi mengenai karakteristik jalan yang disurvai
dengan membaca odometer dari titik pangkal ruas. Tidak diberikan suatu selang jarak yang
tetap untuk mencatat informasi di lapangan selain kerusakan permukaan. Informasi lain beserta
bacaan odometernya harus dicatat pada setiap titik dimana terdapat suatu perubahan dalam
segmen yang homogen, misalnya permukaan jalan yang berubah secara berarti atau pada
lokasi jembatan. Karena untuk keperluan penilaian pemeliharaan diperlukan suatu pendekatan
yang dapat diandalkan, maka disarankan menggunakan setiap baris pada formulir S1 untuk
mewakili 100 meter, sehingga setiap formulir dapat mencakup 2 km. Untuk itu di bagian tengah
sudah dicantumkan angka jarak tiap 100 meter berdasarkan angka odometer kendaraan, yang
dapat digunakan sebagai acuan jarak pada saat survai.
Pengisian data pada formulir S1 dilakukan mulai dari bawah ke atas. Buatlah garis melintang
jika survai pada suatu ruas telah selesai dan gunakan formulir yang baru untuk memulai dengan
ruas berikutnya.
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 6
Formulir S1 ini dirancang terutama untuk diisi dalam mobil yang bergerak secara perlahan-
lahan, tetapi secara berkala harus berhenti untuk melaksanakan sampel survai berjalan kaki
sepanjang 100 meter guna mengetahui kerusakan permukaan termasuk pengukuran lebar
jalan. Di samping itu berhenti juga perlu dilakukan untuk mengukur serta memeriksa jembatan,
dan juga untuk memotret kondisi yang mewakili paling tidak satu kali per 5 km atau pada
segmen yang homogen.
Idealnya sampel berjalan kaki pada survai pemeliharaan ini adalah 10% atau 100 meter untuk
setiap kilometer. Untuk itu disarankan supaya dilakukan secara sistimatis, sebagai contoh :
antara km 0,5 - 0,6 setiap kilometernya sehingga sampel diharapkan terhindar dari `bias'.
Setelah lebih berpengalaman dalam melaksanakan survai ini, mungkin lebih tepat untuk
mengkonsentrasikan sampel berjalan kaki pada jalan yang berkondisi `antara' (sulit dipastikan),
dimana sulit sekali untuk melihat kerusakan permukaan dari dalam mobil (seperti halnya retak-
retak). Mungkin akan lebih mudah untuk menentukan kerusakan pada jalan yang berkondisi
baik atau rusak dari kendaraan yang berjalan.
Diperlukan waktu sekitar 8 jam per hari untuk mencapai target survai sepanjang 30 - 50 km/hari.
Dengan asumsi kecepatan rata-rata kendaraan 15-20 km/jam, diperlukan sekitar 3 jam untuk
survai berkendaraan dan sekitar 3 jam diperlukan untuk survai berjalan kaki dan berhenti (rata-
rata 3-4 menit/km), serta sekitar 2 jam untuk perjalanan pergi-pulang.
Titik Pengenal Pangkal dan Ujung Ruas
Pada saat di setiap pangkal ruas, periksa apakah titik pengenal pangkal ruas pada K1 sudah
benar dan jelas, lalu catat data tersebut pada kotak yang tersedia di bawah bagian tengah dari
formulir S1. Jika data di K1 tidak jelas atau salah, tentukan data titik pengenal yang benar di
pangkal ruas dan masukkan datanya di formulir S1 (lihat tugas 1A/1 untuk keterangan lebih
lanjut).
Pada halaman ke dua dan selanjutnya untuk ruas yang sama, abaikan pengisian kotak titik
pengenal pangkal ruas.
Pada saat di ujung ruas, periksa dari K1 apakah titik pengenal ujung ruas sudah benar dan
jelas. Jika tidak, perbaiki datanya dan catat pada kotak yang tersedia di bagian atas formulir S1,
hanya pada halaman pertama saja.
Waktu Survai
Catat waktu pada saat mulai survai di pangkal ruas dan secara berkala selama survai, hal ini
berguna untuk menyusun kembali formulir S1 sesuai dengan urutannya sewaktu pengolahan di
kantor nantinya, atau secara khusus dilakukan untuk maksud survai kecepatan.
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 7
Angka Odometer
Pada saat mulai survai di pangkal ruas, catat angka odometer secara lengkap pada kotak di
bagian kiri bawah formulir S1 (misal : 45671,3), selanjutnya angka odometer cukup dicatat
secara singkat saja (misalnya 72,5) pada setiap kotak di kolom angka odom. Harus
diupayakan pembacaan angka odometer secara benar, jika mengalami kesulitan untuk
membacanya minta supir kendaraan untuk membantu. Jika kendaraan yang dipakai memiliki
dua bacaan angka odometer dimana salah satu dapat diatur angkanya, maka pada setiap mulai
survai di pangkal ruas atur odometer pada angka 0,0, kemudian catat jarak selanjutnya dimulai
dari 0,0. Namun demikian, angka odometer kumulatif (yang tidak dapat diatur) harus tetap
dicatat pada saat mulai survai di setiap ruas baru.
Tipe dan Kondisi Permukaan Jalan
Catat tipe permukaan jalan yang ada dengan kode sebagai berikut :
A : Aspal
K : Kerikil
B : Batu
T : Tanah
Catat kondisi kekasaran dan tampak permukaan jalan berdasarkan hasil penaksiran subyektif,
dengan menggunakan kriteria yang sama seperti pada Petunjuk Persiapan Program
Pemeliharaan Jalan Kabupaten (Formulir MS2) sebagai berikut :
B : Baik/Pengendaraan halus dan tekstur permukaan jalan rapat
S : Sedang/Kekasaran sedang-tekstur terbuka-beberapa terkelupas dangkal tidak lebih dari
50 % luas
R : Rusak/Kasar dan terkelupas, beberapa terkelupas dalam
RB : Rusak berat/Perkerasan terkelupas, banyak terkelupas dalam
Untuk jalan tak beraspal berikan secara sederhana suatu penaksiran yang didasarkan atas
kekasaran jalan dan kualitas kenyamanan berkendaraan
Ikhtisar Situasi Jalan
Bagian tengah dari formulir digunakan untuk mencatat informasi penting di sepanjang jalan dan
catatan-catatan mengenai :
- Lokasi permukiman dan ciri-ciri bangunan yang mudah dikenali dilengkapi namanya
(misal SD)
- Lokasi pasar
- Simpangan jalan
- Alinyemen jalan : kelokan, tanjakan - turunan
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 8
- Lokasi pos penghitungan lalu lintas
- Survai lalu lintas sambil berkendaraan
- Catatan karakteristik jalan dan kebutuhan pekerjaan, khususnya saluran drainase.
- Nomer yang menunjukkan setiap pengambilan foto
Lebar Perkerasan Jalan
Perkirakan dan catat lebar perkerasan jalan setelah melewati bagian 100 m yang pertama dari
ruas dan secara berkala selama survai. Periksa paling sedikit satu kali dengan meteran
sewaktu melaksanakan bagian survai jalan kaki.
Jembatan dan/atau Gorong-gorong
Catat lokasi seluruh jembatan (atau penyeberangan sungai tanpa jembatan) dengan panjang 2
meter atau lebih. Masukkan ke dalam kolom jembatan panjang konstruksi jembatan yang
diukur dengan meteran antar kepala jembatan (ikuti prosedur S2 lihat tugas 2B). Catat nama
jembatan atau sungai (jika ada) pada bagian tengah dari formulir S1.
Jika suatu jenis pekerjaan jembatan dinilai perlu dilakukan, isi kolom jenis pekerjaan dengan
salah satu kode sebagai berikut :
PBJ (Pembangunan Jembatan Baru) : perbaikan total/jembatan baru
PAJ (Penggantian bangunan Atas Jembatan) : pengantian struktur lantai
PJJ (Perbaikan/Pemeliharaan Jembatan) : perbaikan ringan termasuk penggantian lantai
Tambahkan catatan dan foto jika diperlukan, atau jika jembatan dalam kondisi baik tulis kode B
(Baik).
Tulis `X' dan beri catatan jika tidak terdapat jembatan atau penyeberangan sungai tanpa
jembatan.
Catat juga data gorong-gorong dan jembatan yang kurang dari 2 m yang memerlukan
perbaikan ; tulis kode `GG' pada kolom panjang jembatan.
Kerusakan Permukaan
Tipe dan tingkat dari masing-masing kerusakan permukaan jalan diamati secara visual dari
kendaraan tanpa berhenti, ditambah dengan survai berjalan kaki pada sampel segmen 100 m
per km yang dilaksanakan secara sistimatis sepanjang waktu mengijinkan antara km 0,5 - 0,6
di setiap bagian kilometer jalan.
Kerusakan permukaan dikelompokkan, diamati, diberi kode dan dinilai seperti halnya pada
formulir MS2 dalam Petunjuk Teknis Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten.
Metode survai yang digunakan dalam S1 lebih sederhana dan tidak memerlukan perkiraan
kuantitas secara rinci. Meskipun demikian sistim penilaian dan pemberian skor kerusakan tetap
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 9
digunakan, supaya penyaringan dan pengelompokan segmen jalan untuk mengkategorikan
kebutuhan pekerjaan pemeliharaan masih tetap sesuai dengan survai yang lebih rinci (MS2)
nantinya.
Kerusakan permukaan diklasifikasikan sebagai berikut :
Jalan Beraspal Jalan Tak Beraspal
A. Tampak permukaan / tekstur
(tidak digunakan untuk penilaian)
B. Lubang-lubang
C. Legokan-legokan / amblas
D. Retak-retak (tipe buaya)
E. Alur bekas roda ( + rusak tepi)
L. Bahu jalan
K. Kemiringan melintang
F. Lubang-lubang
G. Titik-titik lembek
H. Erosi permukaan
I. Alur bekas roda
J. Bergelombang
K. Kemiringan melintang
Jadi terdapat 6 kategori kerusakan permukaan yang ditetapkan untuk penilaian jalan beraspal
dan 6 kategori untuk jalan tak beraspal. Skor penilaian diberikan untuk setiap kategori
kerusakan tersebut (tergantung pada apakah jalan tersebut beraspal atau tidak) dalam 6
kolom yang tersedia di bagian kanan formulir S1. Sebagai contoh, pada kolom yang
diperuntukkan L dan J, penilaian terhadap bahu jalan diberikan jika jalan tersebut beraspal atau
penilaian diberikan terhadap luas jalan yang bergelombang jika jalan tersebut tidak beraspal.
Suatu sistem penilaian yang terdiri dari 4 angka/tingkatan digunakan untuk menggambarkan
tingkat kerusakan seperti pada MS2, yaitu :
1 = Baik
2 = Sedang
3 = Rusak
4 = Rusak Berat
Untuk kerusakan permukaan kategori B - J, tingkat kerusakan ditentukan berdasarkan pada
persentase luas kerusakan yang terjadi terhadap luas seluruh perkerasan per satuan jarak
(misalnya per 100 m), seperti berikut.
Jalan Tingkat kerusakan ( % luas )
Beraspal Baik (1) Sedang (2) Rusak (3) Rusak Berat (4)
B Lubang-lubang
C Legokan / amblas
D Retak-retak
E Alur bekas roda
0 - 1
0 - 5
0 - 3
0 - 3
1 - 5
5 - 10
3 - 12
3 - 5
5 - 15
10 - 50
12 - 25
5 - 25
> 15
> 50
> 25
> 25
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 10
Jalan Tingkat kerusakan ( % luas )
Tak Beraspal Baik (1) Sedang (2) Rusak (3) Rusak Berat (4)
F Lubang-lubang
G Titik-titik lembek
H Erosi permukaan
I Alur bekas roda
J Bergelombang
0 - 3
0 - 3
0 - 3
0 - 5
0 - 3
3 - 10
3 - 10
3 - 10
5 - 15
3 - 10
10 - 25
10 - 50
10 - 25
15 - 50
10 - 50
> 25
> 25
> 25
> 50
> 50
Untuk Kemiringan melintang jalan (K) dilakukan penilaian sebagai berikut :
1 Baik : 4 - 2 %
2 Sedang : 2 - 0 % (hampir datar)
3 Rusak : tidak rata, kemiringan buruk
4 Rusak Berat : tidak berbentuk
Untuk kondisi bahu jalan (L) dilakukan penilaian sebagai berikut :
1 Baik : Bentuk dan kemiringan memadai
2 Sedang : Bentuk dan kemiringan buruk
3 Rusak : Bahu terlalu tinggi/rendah < 10 cm
4 Rusak Berat : Bahu terlalu tinggi/rendah > 10 cm atau tanpa bahu padahal diperlukan
Bahu jalan pada jalan tidak beraspal diasumsikan integral (jadi satu) dengan perkerasan.
Tampak permukaan/tekstur (A) tidak termasuk dalam penilaian, tetapi termasuk di S1 untuk
keperluan penilaian kondisi secara umum (lihat bahasan tipe/kondisi permukaan di atas)
Penentuan dan Penilaian Tingkat Kerusakan
Kode angka 1 - 4 harus dimasukkan pada setiap kolom jenis tingkat kerusakan yang
bersangkutan, lalu dijumlahkan untuk memberikan nilai total antara 6 - 24 pada kolom total
penilaian di bagian bawah formulir. Jika memungkinkan penilaian harus didata dan dijumlah
untuk setiap 100 m bagian sampel, kemudian dirata-ratakan per kilometer, lalu dihitung dengan
menjumlah skor per 100 m dan membaginya dengan 10. Dalam kasus lain, mungkin lebih
praktis untuk mencatat penilaian yang mewakili pada bagian 100 m sampel jalan kaki dan
menggunakannya untuk menggambarkan satu kilometer atau sepanjang bagian lain yang
sesuai.
Suatu pedoman harus dibuat untuk `Petunjuk Teknis Persiapan Program Pemeliharaan Jalan
Kabupaten', guna menunjukkan bagaimana mengenali dan menilai kerusakan permukaan.
Untuk menaksir tingkat kerusakan secara baik, hanya akan didapat dengan pengalaman dan
bagi yang baru pertama kali menggunakan S1 harus mengawalinya dengan membawa meteran
untuk mengukur luas kerusakan secara langsung pada setiap bagian 100 m sebagai suatu
latihan. Sebagai pedoman, kisaran persentase luas di atas memiliki ukuran dalam meter
persegi per kilometer dengan asumsi lebar perkerasan 4 meter; untuk suatu bagian 100 m
angka-angka tersebut harus dibagi dengan 10; sebagai contoh : suatu bagian jalan beraspal
dengan lubang-lubang seluas 4 - 20 m2 , akan masuk dalam kategori sedang.
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 11
Jalan Tingkat Kerusakan ( m2 / km )
Beraspal Baik (1) Sedang (2) Rusak (3) Rusak Berat (4)
B Lubang-lubang
C Legokan / amblas
D Retak-retak
E Alur bekas roda
0 - 40
0 - 200
0 - 100
0 - 100
40 - 200
200 - 400
100 - 500
100 - 200
200 - 600
400 - 2000
500 - 1000
200 - 1000
> 600
> 2000
> 1000
> 1000
Jalan Tak Beraspal Baik (1) Sedang (2) Rusak (3) Rusak Berat (4)
F Lubang-lubang
G Titik-titik lembek
H Erosi permukaan
I Alur bekas roda
J Bergelombang
0 - 100
0 - 100
0 - 100
0 - 200
0 - 100
100 - 400
100 - 400
100 - 400
200 - 600
100 - 400
400 - 1000
400 - 1000
400 - 1000
600 - 1000
400 - 2000
> 1000
> 1000
> 1000
> 1000
> 1000
Drainase
Cukup tidaknya drainase/parit samping secara umum diberi penilaian untuk setiap jarak 1 km
dengan memberi tanda pada kotak (berkode `M') yang terdapat pada bagian tengah formulir
dan menggunakan kriteria yang serupa dengan formulir MS2 , yaitu :
0 Tidak ada, tidak perlu
1 Baik
2 Sedang (pembersihan saja)
3 Rusak (perbaiki)
4 Rusak Berat
5 Tidak ada, tapi perlu
Hasil penilaian secara umum, diberikan juga pada segmen yang sesuai di bagian bawah
formulir. Catatan mengenai kebutuhan pekerjaan drainase juga perlu dibuat untuk bagian yang
bersangkutan di S1.
Pekerjaan Darurat
Catatan dan foto harus dilakukan untuk kebutuhan pekerjaan darurat yang memungkinkan
seperti kerusakan akibat banjir, longsor pada tebing atau jalan. Kebutuhan akan pekerjaan
darurat ini harus segera dilaporkan kepada kepala DPUK.
Pemotretan
Pemotretan diperlukan untuk membantu menaksir jenis pemeliharaan yang diperlukan pada
saat pengolahan di kantor nantinya, dan sebagai bukti bahwa survai telah dilakukan.
Pemotretan terutama dilakukan pada saat sampel survai berjalan kaki, tetapi juga pada tempat-
tempat dimana suatu bagian jalan atau jembatan memerlukan penanganan khusus. Paling tidak
harus ada satu foto yang mewakili untuk setiap jarak 5 km dan seharusnya jarang sekali lebih
dari satu foto per kilometer. Gunakan papan penunjuk lokasi foto seperti halnya pada survai S2
; catat nomer foto pada kolom `no. foto' di baris yang sesuai dengan pal km-nya dan jika perlu
beri catatan dan arah pemotretan. Lampirkan foto yang telah dicetak bersama-sama formulir
S1 untuk ruas yang sama.
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 12
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 13
Mengakhiri Survai di Ujung Ruas
Di ujung ruas, buat garis melintang pada formulir jika survai di ruas tersebut sudah selesai,
kemudian gunakan formulir S1 baru untuk ruas yang berikutnya.
Kembali ke halaman pertama untuk ruas yang sama dan isi titik pengenal ujung ruas dan
periksa apakah data sudah lengkap.
Hitung perbedaan angka bacaan odometer di pangkal dan ujung ruas dan masukkan pada
kotak di bagian kanan atas halaman pertama. Kalikan angka tersebut dengan Faktor Penyesuai
Odometer (FPO) untuk mendapatkan panjang ruas yang sudah disesuaikan, kemudian
masukkan pada kotak yang tersedia di bawahnya (KM YSD). Periksa hasilnya dengan panjang
ruas di daftar K1 dan jika ada perbedaan yang berarti ( > 10% ), periksa apakah survai berakhir
di tempat yang benar ; jika terjadi keraguan lakukan survai ulang.
Lengkapi kotak penilaian pemeliharaan di bagian bawah formulir untuk setiap bagian 2 km.
Tentukan, segmen yang homogen dengan pal km; penilaian untuk drainase; gabungkan
penilaian rata-rata untuk kerusakan permukaan; dan jenis pekerjaan pemeliharaan yang
kemungkinan diperlukan dengan cara memberikan kode 'X' pada satu atau beberapa kotak
isian yang sesuai (lihat penjelasan di bawah untuk petunjuk lebih lanjut). Berikan komentar
mengenai pekerjaan yang disarankan pada bagian bawah dari formulir S1 sebagai catatan
untuk analisa di kantor nantinya.
Jika untuk kembali harus melalui ruas yang sama, periksa kembali hasil penilaian kerusakan
permukaan yang telah dibuat dan perbaiki dimana perlu penilaian kerusakan permukaan.
Periksa kebenaran penomeran halaman, jika urutannya telah sesuai, satukan dengan stapler.
DOKUMENTASI SETELAH SURVAI
Segmentasi
Gunakan FPO (Faktor Penyesuai Odometer) untuk menyesuaikan hasil bacaan odometer.
Masukkan ke dalam km YSD di formulir S1. Seluruh titik-titik penting di sepanjang ruas dimulai
dari titik 0,0.
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 14
CONTOH :
Odometer Km Odom FPO Km YSD
Titik pangkal ruas
Perubahan kondisi jalan
Simpangan jalan
Titik ujung ruas
74367,1
68,7
69,5
71,5
0,0
1,1
1,9
3,9
0,94
0,94
0,94
0,94
0,0
1,0
1,8
3,7
Kaji ulang data di formulir S1 untuk membagi ruas dalam segmen-segmen yang homogen
dalam hal tipe permukaan, kondisi dan kerusakan untuk keperluan penilaian pemeliharaan.
Buat segmen seperlunya, hindari untuk membuat banyak segmen dengan jarak pendek
(ratusan meter saja), beberapa pengambilan rata-rata mungkin diperlukan.
Kaji kembali dan perbaiki ringkasan dari segmen, penilaian dan usulan kategori pekerjaan
pemeliharaan di dalam kotak isian penilaian pemeliharaan pada bagian bawah formulir S1.
Suatu penilaian pendahuluan harus sudah dibuat selama survai lapangan.
Masukkan dalam kolom 14/15 dari format P1 yang baru (lihat tugas 5B), pal km awal dan akhir
segmen yang telah diperbaiki. Pastikan kesemuanya mencakup keseluruhan ruas secara
lengkap dan konsisten dengan total panjang ruas; bisa saja hasilnya berbeda dengan yang
sudah ada di P1. Format baru hasil komputer akan menyediakan tempat/ruang untuk
memasukkan hasil rata-rata segmen sepanjang 2 km yang diperlukan.
Penilaian umum tipe dan kondisi permukaan yang sudah ada pada kolom 8/9 harus sesuai atau
diperbaiki. Catat bahwa ini adalah penilaian umum dari kondisi yang mencerminkan kekasaran
permukaan dan kualitas pengendaraan. Hal ini biasanya berkaitan dengan kerusakan
permukaan tetapi mungkin juga tidak. Suatu penilaian umum pemeliharaan dari segmen dibuat
dengan menjumlahkan dan merata-ratakan kode tingkat kerusakan permukaan untuk masing-
masing segmen 100 m. Jika pengisian kode yang menggambarkan untuk segmen 100 m
terlupa atau terlewat, jangan sampai pengisiannya lalu rancu dengan kondisi kerusakan yang
ditemui pada tempat-tempat lainnya. Sebagai alternatif, penilaian yang mewakili mungkin sudah
dapat ditentukan untuk setiap bagian kilometer dalam bagian sampel berjalan kaki.
Masukkan kode tingkat penilaian pemeliharaan S1 (6 - 24) untuk setiap segmen yang telah
ditentukan pada kolom 16 pada P1. Angka-angka penilaian yang sama seperti pada MS2 (6 -
24) harus diisikan nantinya pada kolom 17 jika survai MS2 juga dilakukan untuk segmen
tersebut.
Pemilihan Usulan Pekerjaan Pemeliharaan
Kategori pekerjaan pemeliharaan harus ditentukan dalam kotak isian penilaian pemeliharaan di
bagian bawah formulir S1, dan juga dalam daftar P1 pada kolom ringkasan, seperti berikut :
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 15
- Pemeliharaan Rutin (nilai 6 - 10)
R Ringan
S Sedang
B Berat
- Pemeliharaan Periodik dan Rutin (nilai 11 - 22)
Pengaspalan tipis ulang
Pelapisan aspal atau pengkerikilan ulang
Pekerjaan drainase
Pekerjaan jembatan
Pekerjaan campuran
- Pekerjaan/penanganan lainnya (nilai >22)
Pekerjaan Penyangga (H)
Pekerjaan Berat (PK) : rehabilitasi/rekonstruksi
Harus dicatat bahwa pemilihan pekerjaan pemeliharaan pada tahap ini hanyalah untuk tujuan
penyaringan saja. Nantinya survai penegasan yang lebih rinci (MS2) akan diperlukan untuk
seluruh segmen kalau memungkinkan sesuai untuk pemeliharaan periodik.
Pertimbangan teknis berdasarkan pengalaman diperlukan untuk melakukan pemilihan ini.
Dalam Petunjuk Teknis untuk Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten, telah
tersedia pedoman bagaimana melakukan pertimbangan ini dan harus dipelajari dengan
seksama oleh survaior S1. Beberapa `aturan umum' mungkin dapat diikuti dengan hati-hati
pada tahap perencanaan, didasarkan atas penaksiran dari hasil penilaian ;
1. Engineer harus selalu berupaya untuk menentukan penyebab dari kerusakan sebagai
dasar untuk menyarankan pekerjaan, daripada hanya menangani gejalanya. Sebagai
contoh, tidak seharusnya untuk selalu menambal lubang-lubang jika itu terus terjadi,
karena disebabkan oleh drainase atau kemiringan jalan yang buruk. Pada banyak
kasus, kerusakan permukaan dapat mencerminkan masalah struktur yang lebih jauh,
yang memerlukan pekerjaan berat untuk mengatasinya.
2. Segmen yang dinilai antara 6 - 10 biasanya akan memerlukan pemeliharaan rutin saja,
hal ini mungkin mencakup umumnya jalan pada 2-3 tahun pertama setelah pekerjaan
berat terakhir, pelapisan aspal atau pengaspalan ulang.
3. Perbedaan antara kebutuhan pemeliharaan ringan, sedang, berat ditentukan (terutama)
pada luas dari penambalan lubang/legokan yang diperlukan ( baik : 1, sedang : 2, atau
rusak 3, secara berurutan), dengan total penilaian tidak lebih dari 10. Pemeliharaan
ringan mungkin hanya diperlukan pada jalan baik (1) untuk lubang/legokan dan harus
mencakup jalan-jalan pada tahun pertama sejak mendapat pekerjaan berat, pelapisan
aspal atau pengaspalan ulang.
4. Pekerjaan periodik mungkin diperlukan pada segmen dengan penilaian antara 11-16.
Pelapisan aspal dan pengaspalan ulang biasanya tidak diperlukan pada tiga tahun
pertama sejak mendapat pekerjaan berat, pelapisan aspal atau pengaspalan ulang.
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 16
5. Pengaspalan ulang mungkin sesuai dimana tampak permukaan dinilai `sedang' (luas
terkelupas dangkal antara 10% - 50% ) dan satu atau beberapa kerusakan dinilai
'sedang' (2) tapi tidak satupun `rusak' (3).
6. Pelapisan aspal mungkin sesuai dimana tampak permukaan dinilai `rusak' dengan
lapisan yang terkelupas cukup luas atau dalam, satu atau beberapa kerusakan dinilai
berat, tetapi lubang-lubang tidak melebihi 15-20% dari luas.
7. Beberapa segmen mungkin memerlukan pekerjaan periodik yang lain seperti drainase
atau perbaikan jembatan yang mana harus ditentukan lebih lanjut.
8. Beberapa segmen mungkin memerlukan suatu campuran pekerjaan yang tidak tertentu
antara pengaspalan ulang di suatu tempat dengan pekerjaan lain, tetapi pengaspalan
ulang secara penuh atau pelapisan aspal tidak sesuai. Hal ini bisa ditentukan sebagai
pekerjaan campuran. Catat bahwa, segmen-segmen yang ditentukan untuk pekerjaan
periodik harus selalu mencakup pekerjaan rutin pada segmen yang sama dan pada
tahun yang sama.
9. Beberapa segmen akan terlalu rusak untuk pekerjaan pemeliharaan secara konvensional
dan idealnya harus tercakup oleh prosedur S2 / A1 untuk dinilai kemungkinannya
mendapat pekerjaan berat, tetapi biasanya pekerjaan penyangga (H) termasuk
penambalan lubang yang luas dengan agregat, mungkin merupakan pilihan alternatif.
Segmen- segmen tersebut mungkin memiliki penilaian lebih dari 16. Bagimanapun, pada
kasus dimana bahu jalan yang rusak berat memiliki penilaian di atas ambang pekerjaan
pemeliharaan, pelapisan aspal dan perbaikan bahu jalan mungkin tetap sesuai.
Pekerjaan pemeliharaan mungkin berguna dimana lubang dalam/tampak pondasi tidak
melebihi 20% dari luas.
PENYELESAIAN P1 (Bagian Kanan)
Kolom 18 :
1. Panjang segmen yang akan dipelihara harus dimasukkan ke dalam kolom 18 dalam km
(ketelitian satu angka di belakang koma), dan harus cocok dengan panjang segmen yang
ditentukan dalam kolom 15-14 (km akhir - km awal).
2. Biasanya hanya satu tipe pemeliharaan yang dipilih untuk setiap segmen; ini harus
mencerminkan kebutuhan pemeliharaan yang dominan untuk bagian ruas jalan tersebut
(catat bahwa pemeliharaan periodik juga mencakup biaya yang diperlukan untuk
pemeliharaan rutin).
3. Jika dipertimbangkan bahwa suatu segmen memerlukan dua atau lebih tipe
pemeliharaan yang dominan, maka terdapat dua pilihan yaitu :
i. Bagi segmen tersebut ke dalam dua atau lebih sub-segmen dengan menentukan km
awal/akhir dikolom 14/15 dan kemudian tentukan pilihan tipe pemeliharaan untuk tiap
segmen; atau
-
Survai Kondisi Jalan 4 - 17
ii. Masukkan panjang km yang terpisah untuk dua atau lebih pemilihan tipe
pemeliharaan untuk segmen yang sama, pastikan bahwa total panjang yang terpisah
tadi cocok dengan total panjang segmen sebagaimana ditentukan pada kolom 15-14.
4. Panjang km hanya akan dimasukkan ke dalam kolom drainase, jika terdapat bagian jalan
dimana tipe pemeliharaan drainase merupakan pekerjaan yang dominan, dan tidak
terdapat usulan pekerjaan tipe pemeliharaan lainnya yang cukup berarti.
5. Jika pemeliharaan jembatan dibutuhkan, jangan memasukkan panjang km kedalam
kolom jembatan; tetapi masukkan jumlah panjang jembatan yang memerlukan
pemeliharaan berkala dalam `meter', atau bertanda `x' untuk menunjukkan bahwa
terdapat kebutuhan perbaikan yang berarti namun belum diukur.
6. Pilihan tipe pemeliharaan berkala ` campuran' dapat dipilih jika tidak terdapat suatu tipe
pemeliharaan yang dominan. Sebagai contoh : suatu pekerjaan campuran yang tidak
pasti antara penambalan lubang dan bagian 'overlay' yang pendek dengan perbaikan
gorong-gorong dan bahu jalan.
Kolom 19 / 20 (Perkiraan Biaya) :
Biaya/km dan total biaya yang telah diperhitungkan (misalnya dari MS2), dapat dimasukkan ke
dalam kolom 19/20 pada tahap perencanaan untuk tujuan perkiraan biaya. Jika tidak terdapat
dasar yang memadai (dari MS2 /lainnya) untuk perkiraan biaya pemeliharaan bagi segmen
tersebut, biarkan kolom 19 dan 20 kosong. Program komputer akan memberikan perkiraan
biaya secara umum untuk setiap tipe pekerjaan pemeliharan yang didasarkan atas : tipe
permukaan, lebar jalan, tingkat lalu-lintas, dan kabupatennya. Hal itu harus diperbaiki setelah
dilakukannya MS2, dan kemudian DURP akan dilengkapi berdasarkan pada pekerjaan
sebenarnya yang diperlukan dan sudah diukur pada saat penyusunan anggaran terakhir.
Pada segmen-segmen yang disarankan untuk pemeliharaan rutin, alokasi dananya hanya
ditentukan secara umum saja dan biasanya tidak akan dilakukan survai tertentu sampai
pekerjaan pemeliharaannya sendiri siap untuk dimulai. Bagaimanapun ruas-ruas ini harus sudah
dalam pengawasan dan pemeliharaan secara teratur.
Ruas-ruas yang disarankan untuk pemeliharaan periodik memerlukan survai MS2 untuk
menentukan pekerjaan yang dibutuhkan, volume serta biayanya secara lebih rinci.
Kolom 21 / 22 :
Bandingkan data K1 dan peta dengan data S1 untuk nomer ruas, nama ruas, titik pengenal,
panjang ruas, lebar perkerasan dan KRLL. Jika data K1 benar-benar dianggap salah, maka
perbaiki data tersebut secara manual pada P1 dan beri tanda pada K1 kolom revisi (21) untuk
mengingatkan bagian perencanaan supaya merubah database K1.
Periksa juga (dari K3 atau RPPIP) apakah riwayat pekerjaan jalan sudah benar dan pebaiki
kode M1-M10 pada kolom 12 jika perlu.
Akhirnya masukkan data bulan dan tahun dari survai S1 yang baru dilengkapi pada kolom 22.
-
Survai Kecepatan 5 - 1
5. SURVAI KECEPATAN
PENANGGUNG JAWAB : Planning Engineer atau
Koordinator Survai Lalu Lintas
FORMULIR : S4
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Suatu perkiraan atas kecepatan yang normal dari beroperasinya kendaraan bermotor pada
masing-masing ruas jalan, diperlukan untuk memberikan petunjuk mengenai kondisi jalan itu
untuk menghitung biaya operasi kendaraan.
PROSEDUR
Survai kecepatan dilakukan tersendiri pada tiap ruas jalan, dengan menggunakan formulir S4,
yang dikoordinasikan dengan pelaksanaan survai kondisi jalan (S2) pada saat perjalanan
kembali di ruas jalan yang sama.
Suatu perkiraan kecepatan dengan memakai satu kendaraan dianggap sudah cukup memadai.
Yang diperlukan dalam survai ini adalah sebuah jam-tangan atau stop-watch dan sebuah
kendaraan roda-4 dengan odometer yang dapat dibaca untuk untuk setiap interval 100 meter,
seperti yang digunakan pada survai lainnya. Tempuh panjang ruas jalan itu sekali saja pada
setiap arah, dengan kecepatan normal yang nyaman sesuai kondisi jalannya. Usahakan untuk
mengikuti kecepatan rata-rata kendaraan lain pada ruas jalan itu. Bila ini tidak memungkinkan,
pilih kecepatan tertentu yang mendekati kecepatan maximum yang nyaman dan aman untuk
melintasi ruas itu. Jangan mengurangi kecepatan yang sudah dipilih atau berhenti untuk
melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan survai.
Catat secara rinci perjalanan yang dijumpai pada ke dua arah di formulir S4. Catat angka
bacaan odometer kendaraan dan waktunya, untuk hal-hal berikut :
- pada titik pangkal dan titik ujung perjalanan (catat juga namanya)
- pada titik-titik dimana terdapat perubahan tipe perkerasan atau kondisi ruas jalan, yang
harus dicatat dalam formulir.
- pada titik-titik dimana kendaraan bergerak kembali, terpaksa harus berhenti; catat lama
waktu setiap kali berhenti, serta alasannya mengapa berhenti.
- sementara, pada ruas jalan yang panjang, catat paling tidak setiap 5 kilometer sekali.
Jika titik pangkal atau titik ujung ruas jalan terletak di daerah perkotaan, dimana kecepatan
kendaraan terhambat oleh kepadatan lalu- lintas atau faktor lain, mulai dan akhiri survai pada
titik batas daerah perkotaan, sehingga kecepatan yang tercatat mewakili kondisi yang serupa
dari sebagian besar panjang ruas jalan itu. Catat pada formulir bila hal ini terjadi. Catat pula
bila kepadatan lalu lintas atau faktor penyebab lain di luar kondisi jalan menjadi penghambat
kecepatan laju kendaraan survai di ruas jalan tersebut.
-
Survai Kecepatan 5 - 2
-
Survai LaluLintas 6 - 1
6. SURVAI LALU LINTAS
PENANGGUNG JAWAB : Koordinator Survai Lalu Lintas
FORMULIR : S5A, S5B dan S5C
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Penghitungan Lalu lintas (PLL) dilakukan untuk menentukan:
- Lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada tiap ruas jalan.
- Sebaran tipe pemakai jalan pada tiap ruas jalan.
Informasi ini mempunyai dua kegunaan, yaitu:
- Pemilihan standar disain yang cocok untuk tiap ruas jalan.
- Penentuan prioritas untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan.
Pencakupan
(i) Pendekatan yang biasa dilakukan adalah penghitungan selama dua hari penuh (masing-
masing 12 jam), dilaksanakan paling tidak pada satu pos penghitungan di setiap ruas
jalan kabupaten dalam wilayah survai. Secara umum dapat diasumsikan; diperlukan
rata-rata 1 pos penghitungan untuk tiap 5 km dari ruas yang disurvai.
(ii) PLL harus dilakukan pada semua ruas jalan, tidak termasuk ruas jalan yang secara jelas
tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda-4. Walaupun demikian, apabila ruas jalan
tersebut tidak dapat dilalui kendaraan roda-4 karena suatu masalah yang sifatnya
sementara, tangguhkan pelaksanaan PLL sampai jalan tersebut dapat dilewati lalu lintas
(bila hal itu dapat diharapkan terjadi dalam periode survai).
(iii) Bila ruas tersebut terdiri dari beberapa bagian jalan yang tipe permukaannya berbeda,
misalnya sebagian aspal dan sebagian lagi batu/telford, maka pada masing-masing
bagian ruas itu diperlukan PLL selama 2 hari untuk tiap pos. (Tetapi bila ada bagian tipe
ruas yang kurang dari 500 meter maka harus digabung dengan bagian lainnya).
(iv) Kalau suatu ruas mempunyai tipe permukaan yang sama dan panjangnya 10 km atau
lebih, paling tidak harus ada 2 pos PLL masing-masing untuk 2 hari penghitungan.
Demikian pula, bila suatu ruas terbagi ke dalam beberapa bagian sesuai dengan tipe
permukaannya dan salah satu bagian mempunyai panjang 10 km atau lebih, maka harus
diadakan paling tidak dua pos penghitungan pada bagian tersebut.
ORGANISASI
(i) Di tiap kabupaten, seorang staf dari DPUK harus ditunjuk sebagai koordinator survai
lalu lintas untuk mengawasi program survai ini serta bertanggung jawab penuh untuk
seluruh tahapan pelaksanaan survai.
-
Survai LaluLintas 6 - 2
-
Survai LaluLintas 6 - 3
(ii) Survai penghitungan lalu lintas harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal waktu studi
perencanaan. Pelaksanaan survai penghitungan lalu lintas beserta analisanya, umumnya
memerlukan waktu antara 2 sampai 3 bulan.
(iii) PLL dilaksanakan di tiap pos secara manual. Sebaiknya dua orang harus ditempatkan
pada setiap pos. Namun demikian satu orangpun cukup bila lalu lintasnya rendah atau
jarak antar pos cukup dekat. Orang tersebut dapat diambil dari staf DPUK atau tenaga
setempat. Paling tidak 1 orang harus