i
METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Veronica Mayang Sari
NIM: 121134011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Allah Bapa, Tuhan Yesus, serta Bunda Maria yang selalu mengarahkan
dan menuntun langkah dengan berkatNya.
2. Kedua orangtua, Bp. Antonius Suparmadi dan Ibu Angela Winanti Wulan
Asri, serta Kakak Albertus Widiawan Prasetya yang selalu memberikan
semangat, dorongan, dan mendoakan.
3. Almh. kakak tercinta Theresia Rolis Krismawati.
4. Hendrikus Listyarto yang selalu memberikan motivasi.
5. Keluarga Bp. A.M Soepoyo yang selalu mendoakan.
6. Seluruh keluarga besar Bp. FX. Samijono yang selalu memotivasi.
7. Sahabatku Yohana Puji Asri yang selalu membantu setiap kesulitan.
8. Teman-teman penelitian kolaboratif yang selalu memotivasi: Lisara, Eka,
Ayu, dan Laurent.
9. Teman-teman PGSD E angkatan 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“By just a little kindness, say thankyou sincerely, and you will see
a big happiness from a small smile.”
(Veronica)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Agustus 2016
Peneliti,
Veronica Mayang Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Veronica Mayang Sari
NIM : 121134011
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memnta izin dari
saya atau memberikan royalti, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 11 Agustus 2016
Yang menyatakan
Veronica Mayang Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
METODE PENGAJARAN YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA
Veronica Mayang Sari
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
Pemerintah saat ini mulai merencanakan program sekolah inklusi.
Tujuannya agar siswa berkebutuhan khusus dapat mengenyam pendidikan yang
sama dengan siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus. Guru perlu
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
siswa supaya mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing
siswa. Ada empat metode pengajaran yaitu metode pengajaran langsung,
pengajaran tidak langsung, pengajaran scaffolding, dan pengajaran latihan
mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan metode pengajaran yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Data diperoleh
dengan membagikan instrumen berupa kuesioner kepada 42 guru sekolah dasar
inklusi se-kota Yogyakarta. Kuesioner divalidasi oleh dua orang validator dan
memperoleh nilai rata-rata 4, sehingga layak dibagikan kepada responden. Ada 27
instrumen yang kembali sebab tidak semua guru mengampu siswa berkebutuhan
khusus di kelasnya.
Dari hasil olah data 27 kuesioner, metode pengajaran yang digunakan guru
di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta adalah 26.1% guru menggunakan
metode pengajaran langsung, 24.9% guru menggunakan pengajaran tidak
langsung, 24.9% guru menggunakan pengajaran scaffolding, dan 24.1% guru
menggunakan pengajaran latihan mandiri. Jadi, metode pengajaran yang lebih
banyak digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta adalah
metode pengajaran langsung. Metode pengajaran langsung adalah proses
pengajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa berkebutuhan khusus
maupun siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus; melalui interaksi langsung
dengan sumber belajar yang dirancang guru dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: sekolah dasar inklusi, metode pengajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
TEACHING METHOD WHO USE THE TEACHER ON INCLUSION OF
PRIMARY SCHOOL AT YOGYAKARTA CITY
Veronica Mayang Sari
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
The government is currently have a planning about inclusion school. The
aim is that the student can get an equal education with the students who have no
disabilities specifically. Teachers need to use teaching methods appropriate to the
conditions and the ability of students to be able to develop the potential of each
student. There are four teaching methods, direct teaching method, indirectly
teaching method, scaffolding teaching method, and independently practice
teaching method. The aim of this research to map the teaching methods who used
the teachers in inclusion of primary schools at Yogyakarta city.
This research is quantitative descriptive. Data obtained by distributing
42 instruments questionnaires to the teacher in inclusion of primary schools at
Yogyakarta city. The questionnaire was validated by two people validator and get
average score of 4, so it's worth distributed to respondents. There are 27
instruments were returned because not all teachers have students with special
needs in their class.
From the results of processing 27 questionnaires data, teaching methods
who used the teachers in inclusion of primary schools at Yogyakarta city is 26.1%
of teachers use direct teaching method, 24.9% of teachers use indirectly teaching
method, 24.9% of teachers use scaffolding teaching method, and 24.1% of
teachers use independently practice teaching method. Thus, the teaching methods
who used more in inclusion of primary schools at Yogyakarta city is direct
teaching methods. Direct teaching method is the process of teach by the teachers
to help students develop the ability of cognitive, affective, and psychomotor
special needs students and students with disabilities who are not specifically;
through direct interaction with learning resources are designed the teachers in the
learning process.
Keywords: inclusion of primary school, teaching methods.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul “Metode Pengajaran yang digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi
se-kota Yogyakarta” ini dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD),
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari beberapa pihak
dalam penyusunan skripsi ini. Perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan motivasi, saran, dan kritik yang sangat
berguna selama penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah membimbing dan memberikan motivasi, saran, dan kritik yang
sangat berguna selama penelitian.
6. Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
7. Kepala Sekolah Dasar inklusi se-kota Yogyakarta yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian di SD yang bersangkutan.
8. Bapak dan Ibu wali kelas I – VI SD inklusi se-kota Yogyakarta yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk mengisi instrumen kuesioner yang telah
peneliti buat.
9. Validator instrumen penelitian yang memberikan kritik dan saran dalam
penyusunan instrumen penelitian.
10. Kedua orangtua, Bp. Antonius Suparmadi dan Ibu Angela Winanti Wulan
Asri, serta Kakak Albertus Widiawan Prasetya yang selalu memberikan
semangat, dorongan, dan mendoakan.
11. Almh. kakak Theresia Rolis Krismawati.
12. Hendrikus Listyarto yang selalu memberikan motivasi.
13. Keluarga Bp. A.M Soepoyo yang selalu mendoakan.
14. Seluruh keluarga besar Bp. FX. Samijono yang selalu memotivasi.
15. Sahabatku Yohana Puji Asri yang selalu membantu setiap kesulitan.
16. Teman-teman penelitian kolaboratif yang selalu berjuang dan saling
memotivasi: Lisara, Eka, Ayu, dan Laurent.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
17. Teman-teman PGSD E angkatan 2012 yang telah memberi dukungan dan
doa selama pelaksanaan penelitian.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan
senang hati membantu, memotivasi, dan mendoakan.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber
belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan memperkembangkan pendidikan
inklusi.
Yogyakarta, 11 Agustus 2016
Peneliti
Veronica Mayang Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.6 Definisi Operasional .................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 8
2.1.1 Pendidikan Inklusi ............................................................................. 8
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi...................................................................... 19
2.1.3 Metode Pengajaran ......................................................................... 20
2.1.4 Sekolah dasar Inklusi se-kota Yogyakarta ...................................... 29
2.1.5 Kecerdasan Ganda .......................................................................... 30
2.1.6 Christy Brown: ABK yang Sukses ................................................. 31
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................... 33
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 37
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 39
3.2 Setting Penelitian ........................................................................................ 40
3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................... 41
3.4.1 Populasi ........................................................................................... 41
3.4.2 Sampel ............................................................................................. 41
3.4.3 Teknik Sampling ............................................................................. 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 42
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................... 43
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ........................................................................ 45
1. Validitas ........................................................................................... 46
2. Reliabilitas ........................................................................................ 49
3.8 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 51
3.9 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Penelitian .................................................................................... 54
4.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner .............................................................. 55
4.3 Hasil Penelitian ........................................................................................... 55
4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 55
4.3.2 Pemetaan Metode Pengajaran ........................................................ 57
4.4 Pembahasan ................................................................................................. 58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 63
5.2 Keterbatasan Pengembangan ..................................................................... 64
5.3 Saran .......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN ..................................................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar SD Negeri inklusi se-kota Yogyakarta.................................. 29
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner .......................................................................... 44
Tabel 3.2 Kriteria Revisi Pernyataan .............................................................. 47
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk ...................................... 48
Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas ...................................................................... 50
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen Kuesioner........................................... 50
Tabel 3.6 Contoh Coding ................................................................................ 52
Tabel 3.7 Jadwal Penelitian ............................................................................. 53
Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Metode Pengajaran .................................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Kuesioner ................................................................. 69
Lampiran 2a. Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Kuesioner.................... 71
Lampiran 2b. Hasil Reliabilitas Instrumen Kuesioner ..................................... 72
Lampiran 3. Rincian Persentase Penggunaan Metode Pengajaran ................. 73
Lampiran 4. Rincian Skoring Item Jawaban Responden ................................. 77
Lampiran 5a. Lembar Validasi dari Dosen Validator 1 .................................... 78
Lampiran 5b. Lembar Validasi dari Dosen Validator 2 .................................... 80
Lampiran 6a. Sampel Instrumen Kuesioner yang diisi oleh Responden .......... 82
Lampiran 6b. Sampel Instrumen Kuesioner yang diisi oleh Responden .......... 84
Lampiran 6c. Sampel Instrumen Kuesioner yang diisi oleh Responden .......... 86
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian
dari Universitas Sanata Dharma ................................................. 88
Lampiran 8. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta .................................................................................. 89
Biodata Penulis ................................................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Literatur map dari Penelitian yang Relevan ............................... 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Persentase Metode Pengajaran ........................................................58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian Bab I, peneliti membahas tentang latar belakang yang menjadi
landasan diadakannya penelitian ini, identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan inklusi adalah pendidikan khusus bagi siswa-siswa yang
mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Siswa-
siswa tersebut disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Menurut Kirk
dan Gallagher (2000), ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan
pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak yang tidak berkebutuhan secara
khusus. Perbedaan dari anak lainnya dalam perihal karakteristik mental,
kemampuan sensori, kemampuan komunikasi, perilaku sosial, serta karakterisitik
fisik. Itu sebabnya mereka memerlukan pendidikan khusus, karena anak tersebut
memiliki perbedaan yang sangat mencolok dari anak pada umumnya. Pemerintah
memfasilitasi pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dengan
mengadakan sekolah-sekolah inklusi.
Sekolah inklusi adalah sekolah yang melayani siswa berkebutuhan khusus
untuk dapat belajar bersama siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga memiliki sekolah inklusi. Ada 27 sekolah dasar
yang dianggap mampu untuk menerapkan pendidikan inklusi bagi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berkebutuhan khusus. Sekolah dasar inklusi tersebut, masing-masing tersebar di
beberapa kecamatan di Kota Yogyakarta, antara lain di Kecamatan
Gondokusuman, Wirobrajan, Umbulharjo, Mantrijeron, Kotagede, dan
Mergangsan. Guru di sekolah inklusi perlu mengetahui metode pengajaran yang
sesuai sehingga siswa berkebutuhan khusus mampu menerima ilmu pengetahuan
sama halnya dengan siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus. Sekolah
inklusi melayani anak-anak berkebutuhan khusus dengan kategori slow learner,
hiperaktif, disgrafia, dan disleksia.
Guru perlu memiliki kemampuan menggunakan metode pengajaran agar
dapat mengembangkan potensi siswanya. Siregar (2010) memaparkan bahwa
metode pengajaran adalah cara yang digunakan guru untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada empat metode pengajaran yaitu metode
pengajaran langsung, pengajaran tidak langsung, pengajaran scaffolding, dan
pengajaran latihan mandiri. Metode pengajaran langsung adalah proses pengajaran
yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa berkebutuhan khusus maupun siswa
yang tidak berkebutuhan secara khusus; melalui interaksi langsung dengan
sumber belajar yang dirancang guru dalam proses pembelajaran. Dalam metode
pengajaran langsung, guru berperan sebagai penyampai materi, menyediakan
latihan dengan bimbingan dan memberikan umpan balik.
Berbeda dengan metode pengajaran langsung. Metode pengajaran tidak
langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai
fasilitator. Menurut Jarolimek (dalam Friend, 2015), metode pengajaran tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
langsung disebut juga sebagai pengajaran inkuiri atau pengajaran penemuan. Guru
harus mampu mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran agar siswa dapat menggali ide-ide atau gagasan tentang
kehidupannya, lingkungan sekolah, dan hubungannya dengan orang-orang lain.
Metode scaffolding, menurut Rosenshine & Meister (dalam Friend, 2015)
adalah suatu teknik pemberian dukungan/bimbingan yang dilakukan oleh guru
kepada siswa supaya dapat belajar secara terstruktur. Bimbingan dilakukan
dengan memberikan dorongan bagi siswa agar dapat belajar secara mandiri.
Pemberian dukungan belajar tersebut dapat berupa nasihat, peringatan, petunjuk,
dan menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga
memungkinkan siswa untuk mampu mengembangkan potensinya. Guru perlu
mengatur tingkat kesulitan pembelajaran untuk membantu siswa
memperkembangkan kemampuannya. Guru perlu mendampingi siswa untuk dapat
bertanggungjawab.
Metode pengajaran yang selanjutnya adalah metode pengajaran latihan
mandiri. Metode pengajaran latihan mandiri adalah metode yang digunakan guru
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam belajar tanpa
bergantung pada bantuan guru ataupun siswa lain (Friend, 2015). Metode
pengajaran latihan mandiri, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
sejumlah kecil keterampilan, sehingga siswa dapat memperkembangkan
kemampuannya. Guru perlu memberikan tugas-tugas kepada siswa agar siswa
dapat bekerja secara mandiri dengan melibatkan berbagai macam sumber belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Peneliti tertarik untuk memperoleh data mengenai metode pengajaran yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Oleh karena itu
peneliti menyusun instrumen berkaitan dengan metode pengajaran, aspek pertama
adalah pengajaran langsung, indikatornya (1) memberikan latihan dengan
bimbingan, (2) penyampaian materi, dan (3) memberikan umpan balik. Aspek
kedua yaitu pengajaran tidak langsung, indikatornya (1) guru sebagai fasilitator,
dan (2) berpusat pada siswa. Pengajaran scaffolding, indikatornya (1) mengatur
tingkat kesulitan materi pelajaran, (2) memanfaatkan model pembelajaran yang
beragam, dan (3) melatih tanggung jawab. Aspek keempat, pengajaran latihan
mandiri, indikatornya (1) memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri, (2)
melatih siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan, dan (3) memberi latihan
agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan.
Instrumen tersebut peneliti berikan kepada 42 guru di SD inklusi se-kota
Yogyakarta agar peneliti memperoleh data untuk dapat memetakan metode
pengajaran yang digunakan oleh guru-guru tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini
berjudul “Metode Pengajaran yang digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi
se-kota Yogyakarta”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah yang ada, yaitu:
1.2.1 Menemukan metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
1.2.2 Memetakan metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.3.1 Metode pengajaran apa yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi
se-kota Yogyakarta?
1.3.2 Bagaimana hasil pemetaan metode pengajaran dari setiap sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1.4.1 Untuk mengetahui metode pengajaran yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
1.4.2 Untuk mengetahui hasil pemetaan metode pengajaran dari setiap
sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5 Manfaat Penelitian
A. Manfaat Praktis
1.5.1 Bagi Sekolah
Sekolah memperoleh data mengenai metode pengajaran yang khas
digunakan oleh guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
1.5.2 Bagi Guru
Guru mendapatkan informasi mengenai metode pengajaran yang
diberikan pada siswa berkebutuhan khusus.
1.5.3 Bagi peneliti
Peneliti dapat melakukan penelitian kuantitatif di sekolah dasar
inklusi se-kota Yogyakarta untuk dapat memetakan tentang metode
pengajaran yang digunakan guru.
B. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru di
sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta tentang metode pengajaran.
1.6 Definisi Operasional
Pada penelitian ini, peneliti memberikan pengertian-pengertian agar
memudahkan pembaca dan tidak menimbulkan kesalahpahaman pembaca.
Pengertian-pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
1.7.1 Pendidikan inklusi merupakan bagian dari pendidikan khusus yang
diperuntukkan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran karena kondisi dan kebutuhan masing-masing siswa
berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.7.2 Sekolah Dasar inklusi adalah sekolah yang melayani siswa
berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama siswa yang tidak
berkebutuhan secara khusus.
1.7.3 Metode pengajaran adalah cara yang digunakan guru untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada Bab II ini membahas empat subbab yaitu landasan teori, hasil penelitian
yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah pendidikan khusus bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan
inklusi merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus. Pandangan layanan pendidikan bagi para penyandang cacat
adalah layanan pendidikan dengan menggunakan pendekatan humanis (Garnida,
2015). Pandangan ini sangat menghargai manusia sebagai manusia yang sama dan
memiliki kesempatan yang sama besarnya dengan manusia lainnya untuk
mendapatkan pendidikan. Pendidikan inklusi sebagai wadah ideal yang
diharapkan dapat mengakomodasi pendidikan bagi semua, terutama anak yang
memiliki kebutuhan pendidikan khusus selama ini masih belum terpenuhi haknya
untuk memperoleh pendidikan layaknya seperti anak yang tidak berkebutuhan
secara khusus. Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan Direktorat Pembinaan
SLB, 2007 (dalam Garnida, 2015), sebagai wadah yang ideal pendidikan inklusi
memiliki empat karakteristik makna, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Pendidikan inklusi adalah proses yang berjalan terus dalam usahanya
menemukan cara-cara merespon keragaman individu anak.
2. Pendidikan inklusi berarti memperoleh cara-cara untuk mengatasi
hambatan-hambatan anak dalam belajar.
3. Pendidikan inklusi membawa makna bahwa anak mendapat
kesempatan untuk hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan
hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.
Pendidikan inklusi secara formal ditegaskan dalam pernyataan
Salamanca (dalam Garnida, 2015) pada konferensi dunia tentang pendidikan
khusus tahun 1994 yang menyatakan bahwa “prinsip mendasar dari pendidikan
inklusi adalah: selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar
bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin
ada pada mereka”.
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan pada
anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-
permainan yang umum.
b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
makhluk yang sedang tumbuh.
c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca,
menulis, dan berhitung.
f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan
tingkatan nilai.
h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
i) Mencapai kebebasan individu.
Dari beberapa pendapat tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan
khusus tanpa memandang kondisi fisik, emosi, intelektual, dan kondisi lainnya,
untuk bersama-sama siswa yang tidak berkebutuhan khusus dalam memperoleh
pelayanan pendidikan di sekolah reguler.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan sebagai
berikut (Garnida, 2015):
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua siswa
(termasuk siswa berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang
layak sesuai dengan kebutuhannya.
2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar.
3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
dengan menekankan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman,
tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran.
5. Memenuhi amanat UUD 1945, khususnya pasal 32 ayat 1 yang
berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, dan ayat
2 yang berbunyi “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. UU nomor 20 tahun 2003
tentang SPN, khususnya pasal 5 ayat1 yang berbunyi “setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”. UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
khususnya pasal 51 yang berbunyi “anak yang menyandang cacat fisik
dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas
untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”.
2.1.1.3 Karakteristik Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi menempatkan siswa berkebutuhan khusus tingkat
ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Menurut Sunardi
(dalam Ilahi, 2013), tujuan dari inklusi sendiri adalah layanan pendidikan bagi
siswa berkebutuhan khusus pada waktu yang sama dengan siswa yang tidak
berkebutuhan secara khusus. Karakter pendidikan inklusi yakni terbuka dan
menerima tanpa syarat anak Indonesia yang berkeinginan kuat untuk
mengembangkan kreativitas dan keterampilan mereka dalam satu wadah yang
sudah direncanakan dengan matang. Pendidikan inklusi memiliki empat
karakter makna menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004 (dalam
Garnida, 2015), antara lain: (a) proses yang berjalan terus dalam usahanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menemukan cara merespon keragaman individu; (b) memperdulikan cara-cara
untuk meruntuhkan hambatan-hambatan siswa dalam belajar; (c) siswa yang
hadir di sekolah, berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna
dalam hidupnya; dan (d) diperuntukkan utamanya bagi siswa yang tergolong
marginal, eksklusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam
belajar.
2.1.1.4 Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi
Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi adalah sebagai
berikut (Suparno, 2010):
1. Humanisme artinya bahwa sistem pendidikan inklusi mengutamakan nilai
kemanusiaan, menempatkan siswa sebagai manusia yang merupakan
makhluk kodrati, bagian dari alam dan makhluk sosial dengan berbagai
potensinya masing-masing.
2. Uniberalisme artinya bahwa sistem pendidikan inklusi menempatkan
setiap siswa sebagai makhluk yang unik, sehingga setiap siswa diakui
keberadaannya dengan segala kondisi dan potensinya, dan hal ini
merupakan kesempurnaan mereka masing-masing, sehingga mereka harus
mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kondisi dan potensinya.
3. Pluralisme dan non diskriminatif artinya bahwa setiap individu adalah
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Pendidikan inklusi
menyelenggarakan proses pembelajaran bersama tanpa
mendiskriminasikan individu atas dasar suku/etnis/ras, agama, latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
belakang sosial, ekonomi, politik, jenis kelamin, kemampuan fisik dan
atau mental.
4. Demokratis artinya sistem pendidikan inklusi menempatkan siswa sebagai
partisipan pendidikan yaitu bahwa siswa menjadi pelaku aktif dan ikut
dalam proses pengambilan keputusan tentang hal yang akan mereka
lakukan. Proses pembelajaran juga merupakan implementasi dari
partisipasi dan keputusan bersama antara guru, administrator sekolah,
siswa, orang tua, serta masyarakat lingkungan sekitar.
5. Menghormati hak asasi manusia artinya sistem pendidikan inklusi
memberikan kesempatan kepada semua anak bangsa tanpa membedakan
dan bahkan memfasilitasi setiap individu dengan memperhatikan
perbedaan kondisi dan potensinya.
6. Pendidikan untuk semua artinya setiap anak berhak untuk mengakses dan
mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak.
7. Belajar hidup bersama dan bersosialisasi setiap anak berhak untuk
mendapatkan perhatian yang sama sebagai peserta didik.
8. Integrasi pada lingkungan artinya setiap anak berhak menyatu dengan
lingkungannya dan menjalin kehidupan sosial yang harmonis.
9. Penerimaan terhadap perbedaan artinya setiap anak berhak dipandang
sama dan tidak mendapatkan diskriminasi dalam pendidikan.
2.1.1.5 Fungsi Pendidikan Inklusi
Layanan pendidikan inklusi membantu untuk memastikan bahwa anak-
anak dengan dan tanpa mengalami hambatan dapat hidup dan tumbuh bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sesuai disiplin ilmu, fungsi pendidikan khusus dibagi menjadi 3 menurut
Alimin (dalam Garnida, 2015), yaitu:
1. Fungsi Preventif
Melalui pendidikan inklusif guru melakukan upaya pencegahan agar
tidak muncul hambatan-hambatan yang lainnya pada siswa
berkebutuhan khusus.
2. Fungsi Intervensi
Pendidikan inklusif menangani siswa berkebutuhan khusus agar dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Fungsi Kompensasi
Pendidikan inklusif membantu siswa berkebutuhan khusus untuk
menangani kekurangan yang ada pada dirinya dengan menggantikan
dengan fungsi lainnya.
Guru menjadi subjek dalam penerapan fungsi pendidikan inklusi bagi
siswa berkebutuhan khusus. Oleh sebab itu, guru diharapkan untuk benar-benar
mamahami dan mampu menerapkan fungsi pendidikan inklusi dalam proses
pembelajaran sehingga guru di sekolah inklusi dapat membantu siswa
berkebutuhan khusus untuk tumbuh dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
2.1.1.6 Anak berkebutuhan khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memerlukan
pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak yang tidak berkebutuhan secara
khusus. Kirk dan Gallagher (2000) berpendapat bahwa anak berkebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
khusus (the exceptional child) ialah anak yang memiliki perbedaan dari anak
lainnya dalam perihal; karakteristik mental, kemampuan sensori, kemampuan
komunikasi, perilaku sosial, serta karakterisitik fisik. Sedangkan Hallan (2001)
mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memerlukan pendidikan khusus, disebabkan karena anak tersebut memiliki
perbedaan yang sangat mencolok dari anak pada umumnya. Dari beberapa
pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak yang
tidak berkebutuhan secara khusus, baik dari segi fisik maupun mental, dimana
anak-anak tersebut membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus untuk
dapat mengembangkan potensinya. Setiap anak berkebutuhan khusus
mengalami perkembangan hambatan belajar yang berbeda-beda. Hambatan
belajar yang dialami oleh setiap anak disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Faktor lingkungan
2. Faktor dalam diri anak sendiri
3. Kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak
Menurut Garnida (2015), anak berkebutuhan khusus dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra)
a. Anak kurang awas (low vision)
b. Anak tunanetra total (totally blind)
2. Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (tunarungu/wicara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
a. Anak kurang dengar (hard of hearing)
b. Anak tuli (deaf)
3. Anak dengan gangguan kecerdasan (tunagrahita)
a. Anak dengan gangguan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata
(tunagrahita)
1) Anak tunagrahita ringan (IQ 50 - 70)
2) Anak tunagrahita sedang (IQ 25 - 49)
3) Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah)
b. Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
1) Giffted, yaitu anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-
rata
2) Talented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus
4. Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa)
a. Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
b. Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy)
5. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras)
a. Anak dengan gangguan perilaku
1) Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan
2) Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang
3) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat
b. Anak dengan gangguan emosi
1) Anak dengan gangguan emosi taraf ringan
2) Anak dengan gangguan emosi taraf sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3) Anak dengan gangguan emosi taraf berat
6. Anak gangguan belajar spesifik
a. Anak yang mengalami gangguan perkembangan (developmental
learning disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi,
bahasa dan komunikasi, memori, dan perilaku sosial.
b. Anak yang mengalami gangguan akademik (membaca, menulis,
dan berhitung).
7. Anak lamban belajar (slow learner)
a. Anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak
normal.
b. Anak yang menyelesaikan tugas-tugas akademik terlambat
dibandingkan teman-teman seusianya (memerlukan waktu lebih
lama).
8. Anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (CIBI)
a. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap
meragukan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
b. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru,
bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau cepat bosan
terhadap tugas-tugas rutin.
c. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke
keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.
d. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah
tersinggung atau peka terhadap kritik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
e. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat
membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang
sedang berlangsung.
f. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka
membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki
dan mengembangkan minatnya.
g. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta
kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena
tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari
orang tua, sekolah, atau teman-temannya. Ia juga bisa merasa
ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
h. Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran
yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.
9. Anak Autis
a. Autistic Disorder, hambatan verbal dan non verbal yang sangat
parah; perilaku yang tidak biasa, yang biasanya disebut “autisme”.
b. Asperger Syndrome, secara relatif memiliki bahasa verbal yang
bagus, dengan masalah bahasa non verbal yang agak ringan; minat
dan keterkaitan yang terbatas.
c. Rett’s Disorder, kelainan syaraf yang bersifat degeneratif
(mengalami kemunduran) yang sangat langka pada anak
perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
d. Childhood Disintegrative Disorder, kelainan yang sangat langka
yang perlu kehati-hatian dalam membedakannya dengan kondisi
degeneratif syaraf.
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi
Pendidikan inklusi mulai diterapkan di sekolah umum. Menurut
Thompson (2010), pendidikan yang efektif bergantung pada lingkungan tempat
siswa tersebut belajar dan memenuhi kebutuhan sosial, emosional, dan
pembelajaran mereka. Hal ini sesuai dengan pasal 32 UUD 1945 ayat 1, yang
berbunyi “Pendidikan inklusi merupakan pendidikan bagi siswa yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa” (dalam Wiyani, 2014). Pemerintah memberikan salah satu
pelayanan pendidikan khusus yaitu berupa sekolah inklusi.
Menurut Ilahi (2013), sekolah dasar inklusi adalah sekolah reguler yang
mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang
cacat dalam program yang sama. Sekolah Dasar inklusi adalah sekolah yang
melayani siswa berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama siswa yang
tidak berkebutuhan secara khusus. Tujuan didirikannya sekolah inklusi adalah
membantu siswa berkebutuhan khusus agar dapat menerima materi dengan
maksimal dalam proses pembelajaran, seperti halnya siswa yang tidak
berkebutuhan secara khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.1.3 Metode Pengajaran
Guru di sekolah inklusi perlu memahami metode pengajaran yang
sesuai bagi siswanya. Metode pengajaran digunakan guru untuk
mempersiapkan metode apa dan bagaimana agar siswa tertarik mengikuti
pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Siregar (2010), metode
pengajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djamarah bahwa metode
pengajaran adalah salah satu alat untuk mencapai suatu tujuan (dalam Zain,
2010). Pendapat ini sama halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh
Bahri bahwa metode pengajaran sebagai cara yang digunakan guru sehingga
dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran (dalam Siregar, 2010). Raharjo menambahkan bahwa tujuan
pembelajaran akan tercapai secara maksimal apabila seorang guru
menggunakan metode pengajaran dengan tepat (dalam Siregar, 2010). Metode
pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Dari
beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pengajaran adalah cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pengajaran dirancang dengan
tujuan melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Guru menggunakan empat metode pengajaran di kelas yang meliputi
pengajaran langsung, pengajaran tidak langsung, pengajaran latihan mandiri,
dan pengajaran scaffolding. Secara umum, di sekolah inklusi lebih menekankan
penggunaan metode pengajaran scaffolding untuk membantu siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berkebutuhan khusus dalam menerima dan menyerap materi ajar (Friend,
2015).
a. Pengajaran Langsung
Rosenshine & Steven (dalam Friend, 2015) mengungkapkan salah
satu macam metode pengajaran yaitu metode pengajaran langsung.
Menurutnya, pengajaran langsung terdiri dari enam elemen kunci, yaitu:
1. Mengulas dan memeriksa kembali hasil pekerjaan kemarin: dalam
tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa.
2. Menampilkan muatan atau keterampilan baru: pada tahap ini guru
meyampaikan materi, menyajikan informasi, mendemonstrasikan
konsep pembelajaran dengan menggunakan ilustrasi dan contoh
konkret untuk menyoroti poin-poin penting.
3. Menyediakan latihan dengan bimbingan: bimbingan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman
siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
4. Memberikan umpan balik dan koreksi: guru mereview terhadap hal-hal
yang dilakukan siswa serta memberikan umpan balik terhadap respon
siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
5. Menyediakan latihan mandiri: dalam tahap ini, guru dapat memberikan
tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang sudah dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
6. Sering-sering mengulas kembali: guru memberikan ulasan mengenai
materi yang sebelumnya sudah dipelajari, baik ulasan mengenai tugas
pekerjaan rumah maupun ulangan.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung
cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran seperti berikut ini:
1. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep
kunci.
2. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang
memiliki struktur yang jelas dan pasti.
3. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan yang berpusat pada
siswa, seperti memecahkan masalah (problem solving).
4. Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa pada suatu topik.
5. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur tertentu sebelum
siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
6. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat
pada siswa.
Metode pengajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
untuk dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaiki pembelajaran yang
diberikan bagi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
b. Pengajaran Tidak Langsung
Metode pengajaran tidak langsung merupakan hasil pemikiran Carl
Roger dan tokoh lain yang mengembangkan konseling indirect. Roger (dalam
Sholeh, 2014) mengaplikasikan strategi konseling tersebut dalam
pembelajaran. Pembelajaran tidak langsung lebih banyak berpusat pada siswa,
dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Dalam kegiatan pembelajaran,
guru membantu siswa menggali ide-ide atau gagasan tentang kehidupannya,
lingkungan sekolah, dan hubungannya dengan orang-orang lain. Metode
pengajaran tidak langsung ini sangat cocok ketika berada dalam keadaan
seperti berikut:
1. Pembelajaran yang menitikberatkan pada hasil, akibat dan efek
pembelajaran terhadap siswa, baik menyangkut pemikiran, tingkah laku,
nilai dan karakter.
2. Siswa membutuhkan penyelidikan atau penemuan sesuatu untuk
kebaikan dari pembelajaran yang akan datang.
3. Ada lebih dari satu jawaban yang tepat.
4. Ingatan yang lebih tajam dari konsep.
5. Pengembangan ego dan motivasi intrinsik dapat diharapkan.
6. Keputusan harus dibuat atau masalah-masalah harus dipecahkan.
Agar siswa mendapatkan hasil yang maksimal selama proses
pembelajaran tidak langsung, maka penting bagi seorang guru untuk terlebih
dahulu mengajarkan keterampilan dan proses penting yang dibutuhkan siswa
untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. Scaffolding
Metode pengajaran yang selanjutnya ialah scaffolding. Archer (dalam
Friend, 2015) berpendapat bahwa scaffolding adalah pendekatan yang telah
lama digunakan dan berhasil membantu siswa dalam mengembangkan
bermacam-macam kemampuan, mulai dari kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Menurut pendapat Rosenshine & Meister, scaffolding
merupakan “bentuk dukungan yang disediakan guru atau siswa lain untuk
membantu siswa menjembatani jarak antara kemampuan mereka yang sekarang
dengan target yang dituju” (dalam Friend, 2015). Sebelum menggunakan
scaffolding, guru mula-mula mencari tahu apakah siswa-siswinya memiliki
pengetahuan dasar yang diperlukan untuk mempelajari keterampilan yang akan
diajarkan, dengan cara sebagai berikut:
a. Memberikan strategi kognitif yang baru: guru memperkenalkan strategi
yang konkret. Pertama-tama guru memperkenalkan strategi pemecahan
masalah dengan mendefinisikan masalah, mengajukan hipotesis untuk
menjelaskan masalah, mengumpulkan data untuk mengevaluasi hipotesis,
mengevaluasi bukti, dan membuatkesimpulan.
b. Mengatur tingkat kesulitan selama latihan terbimbing: siswa mulai melatih
strategi baru dengan materi pelajaran yang sudah disederhanakan sehingga
mudah untuk mempelajarinya.
c. Menyediakan konteks yang beraneka ragam untuk latihan siswa: proses
pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan di luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kelas atau dibuat kelompok kooperatif sehingga masing-masing siswa
dapat membantu teman lain yang belum paham.
d. Menyediakan umpan balik: guru membuat daftar ceklist evaluasi
berdasarkan pada pemecahan masalah. Siswa mengajukan pertanyaan
kepada dirinya sendiri untuk mengevaluasi kemampuan diri siswa.
e. Meningkatkan tanggung jawab siswa: siswa diberikan tugas mandiri,
namun dengan meminimalisir bantuan dari guru atau teman lain.
f. Menyediakan latihan mandiri: guru memberikan tugas individu kepada
siswa untuk membantu mereka dalam menerapkan hal yang telah mereka
pahami tehadap situasi baru.
Menurut Archer & Hughes, scaffolding sangat membantu bagi siswa
berkebutuhan khusus yang cenderung mengalami permasalahan dalam
memperhatikan, mengingat, dan mengatur informasi secara berarti (dalam
Friend, 2015). Adinegara (dalam Mardiyan, 2013) mengemukakan scaffolding
sebagai pemberian bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal
pembelajaran kemudian siswa tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar, segera setelah ia dapat melakukannya sendiri. Bantuan tersebut
dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, dan menguraikan masalah ke
dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga memungkinkan siswa tumbuh
mandiri dan mengembangkan potensinya. Scaffolding sebagai suatu teknik
bantuan belajar yang dilakukan pada saat siswa merencanakan, melaksanakan,
dan merefleksikan tugas-tugas belajarnya. Pembelajaran scaffolding dapat
ditempuh melalui tahapan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1. Melaksanakan asesmen kemampuan awal dan taraf perkembangan setiap
siswa untuk menentukan Zone of Proximal Developmental (ZPD), yakni
wilayah perkembangan siswa yang masih berpotensi dan berpeluang untuk
ditingkatkan serta dioptimalkan melalui bantuan guru, teman, atau
lingkungan pembelajaran tertentu, termasuk di dalamnya pemanfaatan
teknologi.
2. Menjabarkan tugas-tugas dan aktivitas belajar secara rinci sehingga dapat
membantu siswa melihat zona yang perlu di-scaffold.
3. Menyajikan struktur atau tugas belajar secara jelas dan bertahap sesuai
taraf perkembangan siswa, yang dapat dilakukan melalui: penjelasan,
dorongan (motivasi), dan pemberian contoh (modelling).
4. Mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri.
Dari beberapa pendapat tokoh tersebut, disimpulkan bahwa scaffolding
adalah dukungan/bimbingan belajar yang diberikan guru kepada siswa agar
dapat belajar secara mandiri. Pemberian dukungan belajar ini tidak dilakukan
secara terus menerus tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan
siswa berkebutuhan khusus, secara berangsur-angsur guru harus mengurangi
dan melepaskan siswa untuk belajar secara mandiri. Jika siswa belum mampu
mencapai kemandirian dalam belajarnya, maka guru kembali ke sistem
dukungan awal untuk membantu siswa memperoleh kemajuan sampai mereka
benar-benar mampu mencapai kemandirian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Pengajaran Latihan Mandiri
Metode pengajaran berikutnya adalah metode pengajaran latihan
mandiri. Metode pengajaran latihan mandiri adalah cara digunakan guru untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam belajar tanpa
bantuan orang lain, sehingga siswa tidak bergantung pada guru ataupun siswa
lain untuk dapat belajar. Tujuan utama dari latihan adalah membantu siswa
untuk memperhalus atau memperkuat keterampilan mereka pada sejumlah
bidang (Friend, 2015). Berikut tujuh garis pedoman untuk menerapkan
kegiatan latihan secara efektif di kelas:
1. Siswa sebaiknya hanya melatih keterampilan atau bahasan yang telah
dipelajari sebelumnya, tugas yang terlalu sulit dapat berujung pada
tingginya perilaku siswa untuk mengabaikan tugas.
2. Latihan akan lebih efektif ketika siswa mempunyai hasrat untuk
mempelajari apa yang mereka latih.
3. Latihan harus bersifat individual, dalam hal ini latihan diatur sedemikian
rupa agar setiap siswa mampu bekerja secara mandiri.
4. Latihan harus spesifik dan tersistem, hal ini khususnya penting bagi siswa
berkebutuhan khusus yang memerlukan lebih banyak latihan agar dapat
menguasai keterampilan akademis.
5. Siswa harus lebih banyak berlatih untuk sejumlah kecil keterampilan
dibandingkan sedikit berlatih untuk banyak keterampilan.
6. Latihan harus diatur sedemikian rupa agar siswa mencapai tingkat
keberhasilan yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
7. Latihan harus diatur agar siswa maupun guru sama-sama segera
memperoleh umpan balik.
Latihan mandiri berupaya untuk mengembangkan kebebasan pada
siswa dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tidak dikendalikan
guru maupun siswa lain. Terlebih dahulu siswa akan memahami isi pelajaran
yang dibaca atau dilihatnya melalui media cetak dan non cetak. Siswa yang
melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan
aktivitas, seperti membaca sendiri, belajar secara individu, dan latihan-latihan
individu.
Berdasarkan keempat metode pengajaran tersebut, diperoleh beberapa
indikator yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan
item pernyataan. Keempat metode pengajaran tersebut dijadikan acuan sebagai
aspek dalam penyusunan instrumen penelitian ini. Aspek pertama yaitu
pengajaran langsung, indikatornya (1) memberikan latihan dengan bimbingan,
(2) penyampaian materi, dan (3) memberikan umpan balik. Aspek kedua yaitu
pengajaran tidak langsung, indikatornya (1) guru sebagai fasilitator, dan (2)
berpusat pada siswa. Metode pengajaran scaffolding, indikatornya (1) mengatur
tingkat kesulitan materi pelajaran, (2) memanfaatkan model pembelajaran yang
beragam, dan (3) melatih tanggung jawab. Aspek keempat, pengajaran latihan
mandiri, indikatornya (1) memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri, (2)
melatih siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan, dan (3) memberi
latihan agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.1.4 Sekolah Dasar Inklusi se-kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta adalah kota yang menjadi objek penelitian metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi. Data yang didapat
dari UPTD Kota Yogyakarta terdapat 27 SD, baik berstatus negeri maupun
swasta yang tergolong dalam sekolah dasar inklusi. Dari 27 SD tersebut, hanya
7 SD yang berkenan untuk memberikan data kaitannya dengan pendidikan
inklusi, dengan alasan beberapa sekolah dasar yang tercatat sebagai sekolah
dasar inklusi belum mendapat surat keputusan dari Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta bahwa sekolahnya masuk ke dalam kategori sekolah dasar inklusi
di Kota Yogyakarta. Ketujuh sekolah dasar tersebut terbagi di beberapa
kecamatan se-kota Yogyakarta.
No. Sekolah Dasar Inklusi Jumlah dan Kategori Siswa ABK
1. SD Negeri Giwangan 3 siswa slow learner
2. SD Negeri Wirosaban 12 siswa slow learner
3. SD Negeri Pakel 1 siswa hiperaktif
4. SD Negeri Tamansari I 7 siswa slow learner
5. SD Negeri Juara 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner
6. SD Negeri Baciro 6 siswa slow learner
7. SD Negeri Karanganyar 27 siswa slow learner
Tabel 2.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta
Di kecamatan Umbulharjo terdapat 3 SD inklusi, yaitu 1) SD Negeri
Giwangan Yogyakarta, terletak di Jl. Tegalturi No.45 Umbulharjo, 2) SD
Negeri Wirosaban yang terletak di Jl. Wiroyudo II, Sorosutan, Umbulharjo,
dan 3) SD Negeri Pakel yang terletak di Jl. Tritunggal No.27 Umbulharjo. Di
kecamatan Wirobrajan hanya terdapat satu SD inklusi yaitu SD Negeri
Tamansari I, yang terletak di Jl. Kapt. Piere Tendean No.43 Yogyakarta. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kecamatan Gondokusuman terdapat pula dua SD inklusi yaitu SD Negeri Juara
yang terletak di Jl. Gayam No. 9 Yogyakarta dan SD Negeri Baciro yang
terletak di Jl. Mawar 17A Yogyakarta. SD inklusi yang selanjutnya berada di
kecamatan Mergangsan, SD inklusi tersebut ialah SD Negeri Karanganyar
yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No.29A Yogyakarta. Sekolah dasar
tersebut ditetapkan sebagai sekolah dasar inklusi oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta, di mana sekolah tersebut dianggap mampu memberikan
penanganan pada siswa berkebutuhan khusus (tanpa memandang suku, fisik,
dan mental) yang ingin mengenyam bangku pendidikan di sekolah dasar pada
umumnya bersama siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus. Guru dari
ketujuh SD tersebut berjumlah 42 orang. Sebagian besar siswa berkebutuhan
khusus yang ada di sekolah dasar inklusi tersebut, meliputi kategori siswa slow
learner, hiperaktif, disleksia, dan disgrafia dengan jumlah siswa yang berbeda-
beda. Di SD Negeri Giwangan terdapat 3 siswa slow learner, SD Negeri
Wirosaban terdapat 12 siswa slow learner, SD Negeri Pakel terdapat 1 siswa
hiperaktif, SD Negeri Tamansari I terdapat 7 siswa slow learner, SD Negeri
Juara terdapat 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner, SD Negeri Baciro
terdapat 6 siswa slow learner, dan di SD Negeri Karanganyar terdapat 27 siswa
slow learner.
2.1.5 Kecerdasan Ganda
Setiap anak yang terlahir di dunia ini memiliki berbagai potensi di
dalam dirinya. Gardner (2003) mengidentifikasi adanya sembilan macam
potensi kecerdasan di dalam otak manusia. Jika diberi kesempatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kebebasan, serta difasilitasi untuk berkembang, maka potensi-potensi tersebut
dapat muncul menjadi bakat-bakat yang nyata. Apabila hal ini dipupuk terus
menerus maka akan berkembang menjadi kecerdasan. Melalui kecerdasan
inilah seseorang dapat menjadi profesional. Dalam kenyataannya, tidak semua
potensi di dalam diri seseorang sama kuatnya dan tidak semuanya dapat
dikembangkan menjadi kecerdasan. Hanya satu atau beberapa di antaranya
yang dapat benar-benar berkembang optimal.
Howard Gardner, seorang profesor di bidang pendidikan dari Harvard
University, Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul Multiple
Intelligences, yang lazim diterjemahkan menjadi kecerdasan ganda,
mengartikan inteligensi (kecerdasan) sebagai kemampuan untuk memecahkan
persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-
macam dan dalam situasi yang nyata (Widya Dharma, 2004). Kesembilan
inteligensi yang dikemukakan oleh Gardner (2003) adalah kecerdasan bahasa,
kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang-visual, kecerdasan kinestetik-
badani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal atau kecerdasan antar
pribadi, kecerdasan intrapersonal atau kecerdasan diri pribadi, kecerdasan
lingkungan, dan kecerdasan eksistensial.
2.1.6 Christy Brown: ABK yang Sukses
Setiap anak memiliki potensi dalam dirinya masing-masing tidak
terkecuali anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus pun berhak
mendapat pendidikan dan peluang untuk menjadi sukses apabila potensi yang
ada dalam dirinya mampu diperkembangkan seoptimal mungkin, baik dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dukungan dari orangtua, lingkungan, maupun dengan bantuan tenaga pendidik
yang ahli dalam bidangnya. Salah satu contoh anak berkebutuhan khusus yang
mampu membuktikan kesuksesannya yaitu Christy Brown. Christy Brown
ialah seorang pengarang, pelukis, dan penyair yang berasal dari Irlandia. Ia
lahir pada 5 Juni 1932 di Crumlin, Dublin, Irlandia. Brown, panggilan
akrabnya, terlahir di tengah keluarga yang berprofesi sebagai tukang batu.
Sejak lahir, Brown menderita cerebral palsy yaitu kerusakan otak yang
membuatnya tidak mampu bergerak dan berbicara secara normal, hanya kaki
kirinya saja yang dapat bergerak.
Beruntung Brown memiliki ibu yang selalu memotivasi dan melatihnya
untuk menulis dengan kaki kirinya. Pada usia 5 tahun, Brown mulai belajar
menulis dengan kaki kirinya. Hingga ia berusia 17 tahun, ia tidak hanya
mampu menulis tetapi juga dapat menciptakan lukisan. Brown tidak pernah
belajar di kelas pendidikan formal. Hanya sesekali ia datang ke Santa Brendan,
sekolah klinik di Sandymount untuk belajar. Di sana ia bertemu dengan
seorang dokter yaitu dokter Robert Collis, beliau juga seorang penulis. Dokter
Collis melihat bahwa Brown memiliki bakat menulis alami. Dokter Collis
menyebut Brown sebagai novelis alami. Perlahan namun pasti, dengan tekun
Brown menulis riwayat hidupnya yang berjudul “My Left Foot”. Dokter Coliis
membantu Brown mempublikasikan autobiografinya tersebut dalam bentuk
novel. Brown kemudian menjadi terkenal dan menikah dengan Mary Carr.
Kehidupannya berubah menjadi bahagia dan lebih baik daripada masa
kecilnya. Brown meninggal di usia 49 tahun, pada tanggal 6 September 1981.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Biografi Brown sempat diadaptasikan ke dalam film layar lebar yang dirilis
pada tahun 1989.
Brown membuktikan bahwa dengan bimbingan dari ibunya dan Dokter
Collis, tidak menyurutkan semangatnya untuk menjadi sukses dengan terus
menggali potensi yang ia miliki. Sekalipun Brown mengalami kerusakan otak,
namun Brown berhasil membuktikan dan mengembangkan kecerdasan ganda
yang ada pada dirinya. Berkat pendampingan, Brown dapat mengembangkan
kecerdasan lingusitik, ruang visual, serta interpersonal yang membuatnya
berkembang dengan menjadi seorang pengarang, penyair, dan pelukis.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut tiga hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
berjudul “Metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
kota Yogyakarta”.
1. Penelitian pertama yaitu penelitian yang dilakukan Alfrina pada tahun
2012 dalam penelitian yang berjudul “Pendidikan Inklusif Di Sekolah
Dasar Kota Padang”.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
pendidikan inklusif di sekolah dasar kota Padang. Metodologi dalam
penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang
terkumpul dianalisis menggunakan rumus statistik persentase. Dari hasil
penelitian, diperoleh gambaran bahwa 97,6% sekolah telah memiliki visi
dan misi tentang pendidikan inklusif, 92,7% sekolah yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
lingkungan bersih, sehat dan terbuka, 68,2% guru yang memiliki
keterampilan dan mengetahui penyakit pada anak, 51,2% guru telah
memiliki kompetensi dengan mengikuti lokakarya pendidikan inklusif,
96,3% sekolah menerima peserta didik tanpa diskriminatif, 92,7% sekolah
menggunakan kurikulum yang diadaptasikan, 59,8% sekolah
menggunakan penilaian yang diadaptasikan dan 50% masyarakat yang
siap mendukung pelaksanaan pendidikan inklusif. Ini berarti, jalannya
pendidikan inklusif untuk Sekolah Dasar Kota Padang belum berjalan
semaksimal mungkin.
2. Penelitian kedua ialah penelitian yang dilakukan Fahrurrozi pada tahun
2012 dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Kognitif
Terhadap Kemampuan Menulis”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan
faktorial 2 x 2. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi stage
cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan kemampuan menulis antara kelompok yang belajar dengan
metode quantum teaching dan kelompok yang belajar dengan metode
ekspositori.
3. Penelitian ketiga ialah penelitian yang dilakukan Purwatiningtyas pada
tahun 2014 dengan judul “Strategi pembelajaran anak lamban belajar
(slow learners) di SD Negeri Giwangan Yogyakarta”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi pembelajaran
anak lamban belajar di SD Negeri Giwangan, ditinjau dari lima komponen
strategi pembelajaran, meliputi: 1) kegiatan pembelajaran pendahuluan; 2)
penyampaian informasi; 3) partisipasi siswa; 4) penilaian pembelajaran;
dan 5) kegiatan lanjutan. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini
menggunakan metode studi kasus atau case-studies. Berdasarkan
penelitian yang sudah peneliti lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
guru kelas melaksanakan strategi pembelajaran anak lamban belajar sesuai
kondisi di kelas masing-masing.
Berdasarkan fakta yang ditemukan dalam penelitian lain, relevansi dari
ketiga penelitian tersebut adalah metode pengajaran yang digunakan di SD
inklusi sangat menentukan hasil dari proses pembelajaran serta menunjukkan
tercapai atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pembelajaran.
Peneliti berupaya untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui
metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(Alf
rina,
2012)
“Pen
did
ikan
Inklu
sif
Di
Sek
ola
h D
asar
Kota
Pad
ang”.
(Purw
atin
ingty
as, 2014
)
“Str
ateg
i P
embel
ajar
an A
nak
Lam
ban
Bel
ajar
(S
low
L
earn
ers)
D
i S
ekola
h
Inklu
si
SD
N
eger
i G
iwan
gan
Yo
gyak
arta
”.
(Fah
rurr
ozi
, 2012)
“Pen
gar
uh M
etode
Pem
bel
ajar
an D
an
Gaya
Ko
gnit
if T
erh
adap
Kem
ampuan
Men
uli
s”.
Guru
se
bai
kn
ya
mem
per
hat
ikan
d
an
mem
ilah
st
rate
gi
pem
bel
ajar
an
yan
g
dig
unak
an d
i kel
as,
den
gan
kem
ampuan
mas
ing-m
asin
g s
isw
a.
Guru
per
lu
mem
ilik
i kem
ampuan
men
gu
asai
met
ode
pen
gaj
aran
.
Pen
elit
ian te
rseb
ut
mem
ber
i in
spir
asi
tenta
ng p
enti
ngn
ya
gu
ru m
emper
ole
h
lokak
arya
men
gen
ai
pen
did
ikan
inklu
si.
Pen
elit
i te
rtar
ik
untu
k
mel
akukan
pen
elit
ian
den
gan
ju
dul
“Met
ode
Pen
gaj
aran
yan
g
dig
un
akan
G
uru
di
Sek
ola
h
Das
ar
Inklu
si S
e-K
ota
Yo
gyak
arta
”.
Gam
bar
2.1
Lit
erat
ure
Map
Pen
elit
ian y
ang R
elev
an
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.3 Kerangka Berpikir
Guru perlu menguasai metode pengajaran yang digunakan untuk
menyampaikan materi ajar kepada siswa. Metode pengajaran yang digunakan
harus mampu mengoptimalkan cara berpikir dan kemampuan psikomotorik
siswa berkebutuhan khusus untuk terus mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Melalui metode pengajaran, guru dapat menerangkan konsep dari
pembelajaran yang akan dipelajari bersama. Oleh sebab itu, perlu diadakannya
lokakarya bagi guru untuk mengetahui metode pengajaran yang bagaimana
dalam menangani siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi sehingga
tujuan dari pendidikan inklusi untuk mengembangkan potensi siswa dapat
tercapai.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti tersebut, mengarahkan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota
Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif
deskriptif. Peneliti membagikan instrumen pernyataan kepada guru sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta untuk diisi. Instrumen pernyataan dibuat
berdasarkan aspek-aspek metode pengajaran.
Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner kepada guru sekolah
dasar inklusi. Data yang didapat, diolah untuk dapat memetakan penggunaan
metode pengajaran di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Pemetaan yang
diperoleh menjadi bahan masukkan bagi guru bahwa perlu adanya lokakarya
kaitannya dengan pendidikan inklusi guna mengembangkan potensi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
berkebutuhan khusus yang ada di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
Guru perlu benar untuk mengetahui metode pengajaran yang khas dari sekolah
inklusi. Metode pengajaran yang khas diterapkan di sekolah inklusi yaitu
metode pengajaran scaffolding. Menurut Archer & Hughes , scaffolding sangat
membantu bagi siswa berkebutuhan khusus yang cenderung mengalami
permasalahan dalam memperhatikan, mengingat, dan mengatur informasi
secara berarti (dalam Friend, 2015).
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini ialah metode pengajaran yang digunakan oleh guru di sekolah dasar inklusi
se-kota Yogyakarta yaitu metode pengajaran langsung, pengajaran tidak
langsung, pengajaran latihan mandiri, dan pengajaran scaffolding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III, dibahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang
digunakan, setting penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik
analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “Metode Pengajaran yang digunakan Guru di
Sekolah Dasar Inklusi se-kota Yogyakarta” merupakan penelitian survei. Menurut
Cohen dan Nomion (dalam Sukardi, 2003) menyatakan bahwa penelitian survei
sebenarnya masih lebih tepat merupakan salah satu dari jenis penelitian kuantitatif
deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan
cross sectional design melalui metode survei. Menurut Singarimbun (1985) dalam
survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Tukiran (2012) mengungkapkan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.
Dari beberapa pendapat tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian survei
ialah pengumpulan data menggunakan kuesioner yang didapat dari responden
untuk mengetahui dan menjelaskan peristiwa yang sudah atau tengah terjadi dan
menjadi bahan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.2 Setting Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di sekolah dasar inklusi yang ada di Kota
Yogyakarta sebanyak 7 SD. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2016 sampai
dengan bulan Juni 2016. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Karanganyar, SD
Tamansari I, SD Negeri Wirosaban, SD Negeri Pakel, SD Negeri Juara, SD
Negeri Baciro, dan SD Negeri Giwangan.
3.3 Variabel Penelitian
Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2014) menjelaskan bahwa variabel
penelitian dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang
mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan
obyek yang lain. Variabel juga diartikan sebagai gejala yang menjadi fokus
peneliti untuk diamati. Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang
individu atau suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi. Variabel
biasanya bervariasi dalam dua atau lebih kategori atau dalam kontinuum skala
yang dapat diukur atau dinilai berdasarkan satu skala (Creswell, 2007). Dari
pendapat yang dipaparkan kedua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian adalah karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu organisasi
yang dapat diukur atau diobservasi berdasarkan satu skala.
Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen
dan variabel dependen:
1. Variabel bebas
Variabel bebas (independent variable), atau disebut juga variabel prediktor,
merupakan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dan mempunyai hubungan yang positif atau negatif (Suharso, 2009). Pada
penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu guru sekolah dasar inklusi.
2. Variabel terikat
Variabel terikat (dependent variable), atau disebut variabel kriteria, menjadi
perhatian utama (sebagai faktor yang berlaku dalam pengamatan) dan sekaligus
menjadi sasaran dalam penelitian (Suharso, 2009). Pada penelitian ini, variabel
terikatnya yaitu bentuk metode pengajaran.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Pendapat yang sama juga diungkapkan Nawawi (dalam Mahdi &
Mujahidin, 2003), bahwa populasi adalah semua objek penelitian yang bisa
berwujud manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai tes atau
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian.
Dari beberapa pendapat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
semua objek dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
sekolah dasar inklusi yang ada di Kota Yogyakarta yang berjumlah 27 SD.
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2012) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Arikunto (dalam Taniredja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2011) berpendapat bahwa sampel dapat diartikan sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
sampel ialah sebagian dari jumlah populasi yang ada. Sampel dari penelitian ini
adalah sekolah dasar inklusi yang ada di Kota Yogyakarta sebanyak 7 SD, dengan
guru yang berjumlah 27 orang, terkhusus sekolah dasar negeri. Sekolah dasar
tersebut antara lain: SD Negeri Karanganyar, SD Tamansari I, SD Negeri
Wirosaban, SD Negeri Pakel, SD Negeri Juara, SD Negeri Baciro, dan SD Negeri
Giwangan.
3.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
random sampling. Menurut Martono (dalam Sugiyono, 2012) purposive random
sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu. Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan dengan kesediaan
masing-masing sekolah dasar inklusi untuk bersedia ataukah tidak dalam
memberikan informasi mengenai pendidikan inklusi di sekolah dasar tersebut,
kaitannya dengan metode pengajaran yang digunakan guru.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012) teknik pengumpulan data merupakan “langkah yang
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data”. Untuk mendapatkan data mengenai metode pengajaran yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi, peneliti menggunakan kuesioner yang
dibagikan kepada guru sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Kuesioner berisi
mengenai variabel-variabel indikator metode pengajaran di sekolah inklusi. Guru-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
guru diminta untuk bersedia mengisi kuesioner dengan jangka waktu yang
diberikan oleh peneliti selama 2 hari setelah penyebaran kuesioner.
Menurut Sugiyono (2012), teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Penelitian ini menggunakan kuesioner pernyataan tertutup. Tukiran
(2012), mengungkapkan karakteristik pernyataan tertutup adalah semua pilihan
jawaban dari pernyataan ini telah ditentukan oleh peneliti. Alasan peneliti
menggunakan kuesioner pernyataan tertutup adalah untuk menghindari adanya
pernyataan ragu-ragu dari responden atas pilihan jawaban yang disediakan.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam sebuah
penelitian (Sugiyono, 2010). Secara umum instrumen penelitian ada tiga macam,
yaitu tes, kuesioner, dan skala (Suharsaputra, 2014). Kuesioner digunakan untuk
mengetahui metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
kota Yogyakarta. Lembar kuesioner bentuk metode pengajaran yang digunakan
guru dalam penelitian ini memiliki empat indikator. Berikut tabel 3.1 menjelaskan
kisi-kisi kuesioner bentuk metode pengajaran di sekolah dasar inklusi (item
pernyataan kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
No. Aspek Indikator Pernyataan No. Item
1.
Metode
pengajaran
langsung
Memberikan latihan
dengan bimbingan.
1. Saya mengajukan
pertanyaan untuk
mengetahui tingkat
pemahaman siswa.
2. Saya mengkoreksi
kesalahan konsep yang
dipahami siswa.
1, 2
Penyampaian materi
3. Saya memberikan
contoh konkret untuk
menyoroti poin-poin
penting dalam
pembelajaran.
4. Saya menggunakan
metode demonstrasi
saat menyampaikan
materi pembelajaran.
3, 4
Memberikan umpan
balik
5. Saya memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
mengenai materi
yang telah
disampaikan.
5
2.
Metode
pengajaran
tidak
langsung
Guru sebagai
fasilitator.
6. Saya membimbing
siswa memecahkan
masalah yang
ditemukan siswa
dalam pembelajaran.
6
Berpusat pada siswa
7. Saya mengajak siswa
untuk berpartisipasi
aktif dalam proses
pembelajaran.
7
3.
Metode
latihan
mandiri
Memfasilitasi siswa
untuk dapat bekerja
mandiri.
8. Saya memberikan
latihan di setiap akhir
pelajaran yang harus
dikerjakan siswa
secara mandiri.
9. Saya mendorong
siswa untuk
bersemangat
mengerjakan tugas
tanpa bantuan guru/
teman.
8, 9
Melatih siswa untuk 10. Saya memberikan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Sebelum diberikan kepada responden, instrumen penelitian perlu diuji
coba terlebih dahulu, untuk menghindari isi pernyataan-pernyataan yang kurang
jelas. Sugiyono (2014) memaparkan bahwa validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh peneliti.
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas
eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian
berlatih sejumlah
kecil keterampilan.
latihan sederhana
sesuai dengan
keterampilan siswa.
Memberi latihan
agar siswa dapat
memperkembangkan
kemampuan.
11. Saya memberi tugas
kepada siswa untuk
memperkembangkan
kemampuannya.
12. Saya memberikan
latihan tambahan
kepada siswa agar
mereka dapat
meningkatkan
kemampuannya.
11, 12
4. Metode
scaffolding
Mengatur tingkat
kesulitan materi
pelajaran.
13. Saya menyusun
materi pembelajaran
sesuai dengan
kemampuan siswa
berkebutuhan khusus.
13
Memanfaatkan
model pembelajaran
yang beragam.
14. Saya menggunakan
model pembelajaran
yang cocok dengan
kemampuan siswa.
14
Melatih tanggung
jawab.
15. Saya membantu
siswa agar dapat
mengumpulkan tugas
tepat waktu.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dengan hasil yang dicapai. Validitas eksternal berhubungan dengan derajad
akurasi apakah hasil penelitian dapat diterapkan dalam populasi dimana sampel
diambil. Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa instrumen dikatakan valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan
reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi
valid dan reliabel. Jadi, instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu validitas
konstruk, dan validitas isi. Dalam penelitian ini, validitas isi dalam penelitian
dilakukan dengan menyerahkan kisi-kisi instrumen kepada para ahli untuk
dimintakan pendapat tentang kesesuaian kisi-kisi, indikator, dan pernyataan yang
telah dibuat.
1. Validitas Isi
Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen. Kuesioner yang
telah dikembalikan kemudian diolah untuk mengetahui perlu atau tidaknya
dilakukan revisi. Validitas isi dilakukan dengan expert judgement pada orang
yang ahli dalam mengukur konsep ini. Revisi pada instrument kuesioner perlu
dilakukan untuk memperoleh kuesioner yang benar-benar sesuai dengan indikator.
Kriteria revisi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan
kelompok studi. Skala penilaian terhadap metode pengajaran yaitu: 4 (sudah
baik), 3 (sudah baik, perlu perbaikan), 2 (tidak layak), dan 1 (sangat tidak layak).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kriteria Revisi/Tidak Revisi
< 3 Revisi
≥ 3 Tidak Revisi
Tabel 3.2 Kriteria Revisi Pernyataan
Tabel 3.2 menjelaskan bahwa apabila rata-rata skor yang diperoleh dari
masing-masing nomor item pada setiap indikator ≥ 3, berarti pernyataan tersebut
tidak perlu untuk dilakukan revisi. Rata-rata skor < 3, maka pernyataan tersebut
perlu dilakukan revisi.
Validasi pertama adalah validasi dari MM. Beliau sebagai dosen PGSD di
Universitas Sanata Dharma. Hasil validasi dari beliau menunjukkan pada
indikator nomor satu mengenai penggunaan bahasa diberi nilai 5 dan tidak diberi
komentar. Pada indikator komponen kedua mengenai isi dari butir pernyataan
diberi nilai 5 dan tidak diberi komentar. Validasi kedua adalah validasi dari SS.
Beliau sebagai dosen PGSD di Universitas Sanata Dharma. Hasil validasi dari
beliau menunjukkan pada indikator nomor satu yaitu mengenai penggunaan
bahasa diberi nilai 4 dan tidak diberi komentar. Pada indikator komponen kedua
mengenai isi dari butir pernyataan kuesioner diberi nilai 4 dengan komentar
“sudah baik, perlu perbaikan”.
2. Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah kerangka dari suatu konsep dan yang berkaitan
dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep
yang diukurnya (Suharsaputra, 2014). Validitas konstruk adalah validitas yang
bertitik tolak dari konstruksi teoritik tentang faktor-faktor yang hendak diukur
oleh suatu alat pengukur (Hadi, 2004). Secara sederhana dapat dikemukakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
bahwa validitas konstruk merupakan adanya kesesuaian antara teori dengan
instrumen yang digunakan. Hadi (dalam Sugiyono, 2010) mengungkapkan bahwa
jika bangunan teorinya sudah benar maka hasil pengukuran dengan alat ukur
(instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.
Jika ada kecocokan yang logik antara item dengan definisi, item itu dipandang
valid. Jika sebaliknya akan dipandang tidak valid (Hadi, 2004). Instrumen
kuesioner bentuk metode pengajaran dalam penelitian ini memiliki 15 item
dengan jumlah sampel sebanyak 27 responden. Penentuan sampel dilakukan
secara acak.
Pencarian kriteria butir soal yang dinyatakan valid atau tidak valid
dilakukan dengan bantuan program Statistical Packages for Social Science (SPSS)
20 for windows melalui Bivariate Correlations Pearson Product Moment. Jika
dilihat dari perhitungan SPSS Statistic 20 for windows, butir valid dapat diketahui
dengan nilai sig (2.tailed) < 0,05 dan ada tanda bintang dalam hasil Pearson
Correlations. Item yang dinyatakan valid dan memiliki tanda bintang (*), artinya
memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%, sedangkan aitem yang memiliki tanda
(**) artinya memiliki taraf kepercayaan 99%.
Berikut ini adalah hasil validitas konstruk yang dapat dilihat pada tabel
3.3.
No. Item Correlation r tabel Sig. (2-tailed) Valid/Tidak Valid
Item 1 .481* 0,254 .011 Valid
Item 2 .692** 0,254 .000 Valid
Item 3 .189 0,254 .344 Tidak Valid
Item 4 .725** 0,254 .000 Valid
Item 5 .725** 0,254 .000 Valid
Item 6 .057 0,254 .776 Tidak Valid
Item 7 .345 0,254 .078 Tidak Valid
Item 8 .397* 0,254 .040 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Item 9 .335 0,254 .088 Tidak Valid
Item 10 .501** 0,254 .008 Valid
Item 11 .657** 0,254 .000 Valid
Item 12 .340 0,254 .083 Tidak Valid
Item 13 .345 0,254 .078 Tidak Valid
Item 14 .725** 0,254 .000 Valid
Item 15 .553** 0,254 .003 Valid
Tabel 3.3 RekapitulasiHasil Uji Validitas Konstruk
Berdasarkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan output SPSS 20
for windows untuk uji validitas 15 item pernyataan terhadap 27 responden,
diperoleh 9 item pernyataan dinyatakan valid. Item yang dinyatakan valid dan
memiliki tanda (*), yaitu item 1 dan 8. Item yang dinyatakan valid dan memiliki
tanda (**), yaitu item 2, 4, 5, 10, 11, 14, dan 15. Sementara item yang tidak valid
berjumlah enam item, yaitu item 3, 6, 7, 9, 12, dan 13. Peneliti mengganti 6 item
pernyataan tidak valid sehingga 6 item pernyataan tersebut menjadi valid.
3. Reliabilitas
Siregar (2012) menjelaskan reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama
juga. Instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat
dipergunakan secara berulang dan memberikan hasil ukur yang sama
(Suharsaputra, 2014). Uji reliabilitas alat ukur dapat dilakukan secara eksternal
maupun internal. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach.
Berikut rumus koefisien Alpha Croncbach.
⍺ =𝑘
𝑘 − 1(1 −
∑𝑂2𝑥𝑖
𝑂2𝑥)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Keterangan :
⍺ = Cronbach coofficient alpha
k = jumlah pecahan
∑𝑂2𝑥𝑖 = total dari varian masing-masing pecahan
𝑂2𝑥 = varian dari total skor
Masidjo (1995: 209) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas dinyatakan
pada bilangan koefisien antara negatif sampai dengan 1,00. Koefisien suatu
reliabilitas dapat dilihat dari tabel 3.4.
Reliabilitas Interpretasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif- 0,20 Sangat Rendah
Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono (2012)
Tabel 3.4 adalah tabel yang berisi interval koefisien reliabilitas dan
keterangan kualitatifnya. Interval koefisien negatif – 0,20 memiliki hubungan
yang sangat rendah. Skor interval 0,21 – 0.40 dinyatakan memiliki hubungan yang
rendah. Skor interval 0.41 – 0.70 memiliki hubungan yang cukup. Skor interval
0.1 – 0.90 memiliki hubungan yang tinggi. Skor interval 0,91 – 1.00 memiliki
hubungan yang sangat tinggi.
Hasil uji reliabilitas instrumen kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.5.
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha
.797
N of items
15
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen Kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas pada instrumen kuesioner
dengan jumlah item 15 pernyataan, dengan Cronbach’s Alpha yaitu .797,
dikategorikan tinggi dan dinyatakan reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data statistik
deskriptif. Statistik deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat
digambarkan (dideskripsikan) atau disimpulkan baik secara numerik (misalnya
menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel
atau grafik), untuk mendapat gambaran sekilas mengenai data tersebut sehingga
mudah dibaca dan lebih bermakna (Darmawan, 2013). Data yang dikumpulkan,
diolah menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang berjumlah 15 item pernyataan.
Data metode pengajaran diperoleh berdasarkan penyebaran kuesioner kepada
guru-guru di SD inklusi se-kota Yogyakarta.
Martono (2012) menjelaskan bahwa pengolahan data dalam penelitian ini
ada 5, yaitu coding, entering, cleaning, output, dan analyzing. Coding adalah
proses penyusunan data mentah secara sistematis ke dalam bentuk yang mudah
dibaca oleh mesin pengolah data (komputer). Kode bisa berupa angka maupun
huruf yang bertujuan untuk membedakan antara data atau identitas data yang akan
dianalisis. Coding dalam penelitian ini berupa pemberian kode pada kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tujuannya untuk membedakan data antara guru satu dengan yang lainnya. Tabel
3.6 merupakan contoh coding data dalam penelitian ini.
Nama
Sekolah
Kode
Sekolah
Kode
Guru I
Kode
Guru II
Kode
Guru III
Kode
Guru
IV
Kode
Guru V
Kode
Guru
VI
SD N X 1 1.1.1 1.2.1 1.3.1 1.4.1 1.5.1 1.6.1
SD N Y 2 1.1.2 1.2.2 1.3.2 1.4.2 1.5.2 1.6.2
Tabel 3.6 Contoh Coding
Tabel 3.6 menjelaskan bahwa untuk SD N X menggunakan Kode 1. Kode
untuk guru pengampu kelas I adalah 1.1.1, berarti bahwa kuesioner tersebut
berasal dari SD N X yang telah diisi oleh guru pengampu kelas I. Kode 1.2.1
digunakan untuk kuesioner dari SD X guru pengampu kelas II. Kode 1.3.1
diberikan untuk kuesioner dari SD X yang diisi oleh guru pengampu kelas III.
Kode 1.4.1 diberikan untuk kuesioner dari SD X yang diisi oleh guru pengampu
kelas IV. Kode 1.5.1 diberikan untuk kuesioner dari SD X yang diisi oleh guru
pengampu kelas V. Kode 1.6.1 diberikan untuk kuesioner dari SD X yang diisi
oleh guru pengampu kelas VI.
Data entering merupakan proses pemindahan data yang telah diubah
kedalam kode angka ke dalam komputer. Data dimasukkan ke dalam Microsoft
Excel 2010 kemudian dicek kelengkapannya. Selanjutnya ialah melakukan data
cleaning, yaitu pengecekan untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah
dimasukkan ke komputer sesuai dengan yang sebenarnya. Setelah melakukan data
cleaning yaitu untuk menghilangkan item kuesioner yang tidak valid, maka
dilakukan data analyzing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Data Output atau penyajian data adalah tahap penyajian hasil pengolahan
data dalam bentuk data yang mudah dibaca dan lebih menarik. Data Output adalah
tahap akhir dalam analisis data. Penyajian data pada penelitian ini menggunakan
grafik. Tujuan pemilihan grafik adalah agar data yang disajikan mudah dibaca dan
dipahami.
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2015 hingga Agustus
2016, dengan agenda sebagai berikut:
No. Kegiatan Agt
Sep
t
Ok
to
Nov
Des
Jan
Feb
Ap
r
Mei
Ju
ni
Ju
li
Agst
1.
Penyusunan proposal
dan perangkat
penelitian
2. Permohonan ijin
penelitian ke Sekolah
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan data
hasil penelitian
5. Penyusunan laporan
6. Pengajuan laporan
7. Revisi
8. Ujian skripsi
9.
Pengesahan
Dokumen Skripsi
oleh Dekan
Tabel 3.7 Jadwal Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam penelitian ini membahas tentang deskripsi penelitian,
tingkat pengembalian kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan.
4.1 Deskripsi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian non-eksperimen dengan judul “Metode
Pengajaran yang digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-kota Yogyakarta”
yang dilaksanakan mulai bulan Agustus tahun 2015 sampai dengan bulan Agustus
tahun 2016. Peneliti meminta surat izin penelitian ke Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta untuk melakukan penelitian pada wilayah Kota Yogyakarta. Pada
bulan Mei peneliti mulai menyebarkan blue print kepada dua dosen Universitas
Sanata Dharma yang bersedia untuk memvalidasi (validator konstruk).
Kuesioner disebarkan pada tanggal 20 Juni 2016 – 22 Juni 2016 kepada 42
guru yang mewakili 7 SD Negeri se-kota Yogyakarta. Teknis pembagian
kuesioner dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada guru kelas sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta, dan peneliti menjelaskan cara pengisian
kuesioner. Pengumpulan hasil kuesioner diterima oleh peneliti sesuai dengan
deadline yang telah diberikan oleh peneliti. Guru-guru bersedia untuk mengisi
kuesioner dan mengembalikan kuesioner sesuai dengan deadline yang telah
diberikan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Jumlah guru kelas sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta sebanyak 42
guru dari 7 SD inklusi yang menjadi sampel penelitian. Guru kelas sekolah dasar
inklusi se-kota Yogyakarta bersedia mengisi kuesioner yang peneliti bagikan.
Peneliti menyediakan instrumen berupa kuesioner yang berjumlah 42 buah.
Kuesioner yang kembali sebanyak 27 instrumen, hal ini terjadi karena beberapa
guru tidak bersedia mengisi kuesioner dengan alasan tidak semua kelas yang
diampu terdapat siswa berkebutuhan khusus. Hal tersebut menjelaskan bahwa
kuesioner yang kembali hanya 64%.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Peneliti menyebarkan kuesioner kepada 42 guru di 7 SD inklusi yang ada
di Kota Yogyakarta. Kuesioner tersebut berisi 15 item pernyataan. Kuesioner
yang kembali berjumlah 27 instrumen.
Hasil penelitian menjelaskan persentase penggunaan metode pengajaran
yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Data metode
pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta,
dihitung melalui empat tahap. Tahap pertama yaitu menghitung total dari setiap
item metode pengajaran. Tahap kedua yaitu mencari rata-rata nilai total benar
setiap item metode pengajaran. Rata-rata nilai total dihitung dengan menjumlah
skor total masing-masing item. Tahap ketiga yaitu menghitung presentase
penggunaan metode pengajaran. Persentase dihitung dengan membagi rata-rata
nilai total dengan jumlah responden dikali dengan 100 %. Tahap keempat yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
memasukkan hasil persentase ke dalam tabel. Adapun deskripsi metode
pengajaran yang digunakan oleh 27 guru tersebut, akan diuraikan sebagai berikut:
a. Metode pengajaran langsung memiliki tiga indikator yaitu: indikator satu
(memberikan latihan dengan bimbingan) meliputi item nomor 1 dengan
jawaban “ya” sebanyak 25 responden dan item nomor 2 dengan jawaban
“ya” sebanyak 25 responden; indikator kedua (penyampaian materi)
meliputi item nomor 3 (memberikan umpan balik ) dengan jawaban “ya”
sebanyak 24 responden; dan indikator ketiga, meliputi item nomor 4
dengan jawaban “ya” sebanyak 26 responden dan item nomor 5 dengan
jawaban “ya” sebanyak 26 responden.
b. Metode pengajaran tidak langsung memiliki dua indikator yaitu: indikator
satu (guru sebagai fasilitator) meliputi item nomor 6 dengan jawaban “ya”
sebanyak 25 responden, dan indikator kedua (berpusat pasa siswa)
meliputi item nomor 7 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden.
c. Metode pengajaran latihan mandiri memiliki tiga indikator yaitu: indikator
satu (memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri) meliputi item
nomor 8 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden dan item nomor 9
dengan jawaban “ya” sebanyak 22 responden; indikator kedua (melatih
siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan) meliputi item nomor 10
dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden; dan indikator ketiga
(memberi latihan agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan)
meliputi item nomor 11 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden dan
item nomor 12 dengan jawaban “ya” sebanyak 25 responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
d. Metode pengajaran scaffolding memiliki tiga indikator yaitu: indikator
satu (mengatur tingkat kesulitan materi pelajaran) meliputi item nomor 13
dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden; indikator kedua
(memanfaatkan model pembelajaran yang beragam) meliputi item nomor
14 dengan jawaban “ya” sebanyak 26 responden; dan indikator ketiga
(melatih tanggung jawab) meliputi item nomor 15 dengan jawaban “ya”
sebanyak 23 responden.
Guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta menggunakan metode
pengajaran langsung, pengajaran tidak langsung, dan pengajaran scaffolding.
Seperti yang diungkap Archer & Hughes (dalam Friend, 2015) bahwa scaffolding
sangat membantu bagi siswa berkebutuhan khusus yang cenderung mengalami
permasalahan dalam memperhatikan, mengingat, dan mengatur informasi secara
berarti. Namun, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa beberapa guru di sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta belum secara maksimal dalam menggunakan
metode pengajaran, terlebih pada metode pengajaran scaffolding yang menjadi ciri
khas dari pendidikan inklusi.
4.3.2 Pemetaan Metode Pengajaran
Dari hasil deskripsi yang telah diuraikan oleh peneliti, peneliti dapat
memetakan persentase metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar
inklusi se-kota Yogyakarta. Adapun hasil pemetaannya sebagai berikut (rincian
persentase penggunaan metode pengajaran dapat dilihat pada lampiran 3):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
No. Metode Persentase
1. Metode pengajaran langsung 26.1%
2. Metode pengajaran tidak langsung 24.9%
3. Metode pengajaran latihan mandiri 24.1%
4. Metode pengajaran scaffolding 24.9%
Jumlah 100 %
Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Metode Pengajaran
Berdasarkan tabel 4.1, maka diperoleh jumlah persentase penggunaan
metode pengajaran yang digunakan gurusekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta
sebagai berikut: pengajaran langsung sebanyak 26.1%, pengajaran tidak langsung
sebanyak 24.9%, pengajaran latihan mandiri sebanyak 24.1%, dan pengajaran
scaffolding sebanyak 24.9%. Untuk memudahkan pembaca, maka data tersebut
diolah ke dalam grafik lingkaran yang dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut:
Grafik 4.1 Persentase Metode Pengajaran
4.4 Pembahasan
Dari hasil olah data diketahui bahwa guru-guru SD inklusi se-kota
Yogyakarta lebih banyak menggunakan metode pengajaran langsung (26.1%),
pengajaran tidak langsung (24.9%) dan pengajaran scaffolding (24.9%). Guru
26.1 %
24.9 %
24.1 %
24.9 %
Metode Pengajaran
Langsung
Tidak Langsung
Latihan Mandiri
Scaffolding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
perlu menguasai metode pengajaran langsung sebab metode tersebut dapat
dijadikan acuan bagi guru untuk dapat mengetahui perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik siswa berkebutuhan khusus maupun yang tidak
berkebutuhan secara khusus. Selain itu, guru juga memiliki keterampilan
menyampaikan pembelajaran dalam bentuk demonstrasi agar memudahkan siswa
memahami konsep pembelajaran.
Guru perlu menguasai metode pengajaran tidak langsung, sebab metode
tersebut mengarahkan siswa untuk mampu menggali ide-ide atau gagasan tentang
kehidupannya, lingkungan sekolah, dan hubungannya dengan orang-orang lain.
Dalam metode pengajaran tidak langsung, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Guru hanya memberikan umpan dan bimbingan kepada siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan begitu siswa akan terdorong untuk mendapatkan informasi
melalui berbagai macam sumber belajar, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
Guru perlu menguasai metode scaffolding karena melalui scaffolding, guru
dapat membantu siswa untuk mengoptimalkan taraf kemampuan masing-masing
siswa berkebutuhan khusus maupun siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus.
Pengoptimalan kemampuan tersebut dapat dilakukan guru kepada siswa dengan
memberikan pujian, nasihat, maupun motivasi sehingga siswa merasa terdorong
untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu, guru perlu melatih rasa tanggung
jawab siswa terhadap tugas yang dikerjakannya.
Pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pengajaran langsung sebagai berikut: (1) guru mengajukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, (2) guru perlu menyoroti
poin-poin penting dengan menggunakan contoh konkret, dan (3) guru harus
mampu menyampaikan materi pembelajaran baik berupa konsep maupun
keterampilan, serta memberikan umpan balik kepada siswa.
Dalam metode pengajaran tidak langsung, proses pembelajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus dapat dilakukan guru dengan cara sebagai berikut: (1) tidak
membatasi siswa untuk mencari sumber belajar lainnya sehingga siswa dapat terus
mengembangkan pemikirannya, (2) memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
dengan memberikan tugas yang memungkinkan siswa menggali ide-ide yang
dimilikinya.
Pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pengajaran scaffolding sebagai berikut: (1) menyajikan
tugas belajar secara jelas dan bertahap sesuai taraf perkembangan siswa, (2)
pemberian bantuan difokuskan pada aspek-aspek yang belum dikuasai siswa
secara maksimal, (3) memberikan contoh melalui proses berfikir ataupun
melakukan tindakan agar siswa dapat belajar dari contoh yang ditampilkan, dan
(4) memberikan respon terhadap tugas yang diberikan kepada siswa.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan lokakarya bagi guru
tentang pentingnya mengetahui dan menguasai metode pengajaran yang
digunakan di sekolah dasar inklusi, khususnya metode pengajaran scaffolding
yang menjadi ciri khas dalam metode pengajaran di sekolah inklusi. Dalam
penggunaan metode pengajaran scaffolding, guru perlu mengetahui dan
memahami tingkat kemampuan siswa. Guru juga perlu memahami kecerdasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ganda agar dapat memadukan metode pengajaran dengan kecerdasan ganda setiap
siswa secara maksimal di sekolah inklusi, sehingga guru benar-benar membantu
siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Dari uraian di atas, maka peneliti menganalisis hasil penelitian yang dapat
digunakan guru serta orangtua sebagai acuan menggunakan metode pengajaran,
sebagai berikut:
1. Guru sekolah dasar inklusi perlu menguasai metode pengajaran yang
digunakan sebab metode pengajaran diharapkan dapat membantu siswa
berkebutuhan khusus untuk memperkembangkan potensinya.
2. Guru perlu mengembangkan kemampuan mengajar yang dimilikinya agar
dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa berkebutuhan khusus.
3. Guru perlu mengaitkan metode pengajaran dengan kecerdasan ganda,
sebab kecerdasan ganda yang dimiliki masing-masing siswa berbeda.
Memadukan kecerdasan ganda yang dimiliki siswa dengan metode
pengajaran yang digunakan, tentu saja dapat membantu siswa untuk
menggali potensi yang dimilikinya.
4. Guru harus mampu mengembangkan kecerdasan ganda yang dimiliki
masing-masing siswa agar siswa berkebutuhan khusus mendapatkan
kesempatan pula untuk menjadi sukses terlepas dari kekurangan yang
dimilikinya.
5. Orangtua tidak perlu merasa berkecil hati atau bahkan malu ketika
memiliki seorang anak dengan kebutuhan khusus, sebab apabila dibimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dengan menggunakan metode pengajaran yang sesuai, maka anak
berkebutuhan khusus mampu menyamakan dirinya dengan anak yang
tidak berkebutuhan secara khusus.
6. Orangtua anak berkebutuhan khusus juga perlu belajar lebih banyak
tentang bagaimana mendidik dan membimbing anaknya di rumah, dengan
menggunakan metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah.
7. Orangtua sebaiknya dengan sadar dan mengetahui bahwa setiap anak
berkebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan secara khusus,
mendapatkan porsi pendidikan yang sesuai dengan kemampuan masing-
masing pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB V
PENUTUP
Bab V berisi tiga hal yang diuraikan oleh peneliti. Tiga hal yang diuraikan
dalam bagian penutup adalah kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sekolah dasar inklusi se-
kota Yogyakarta, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta menggunakan metode
pengajaran langsung, pengajaran tidak langsung, pengajaran latihan
mandiri, dan pengajaran scaffolding.
2. Metode pengajaran tersebut mendapatkan persentase penggunaan yang
bervariasi. Metode pengajaran langsung 26,1 %, pengajaran tidak
langsung 24,9 %, metode pengajaran latihan mandiri 24,1 %, dan
metode pengajaran scaffolding 24,9 %. Jadi, guru-guru di sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta lebih banyak menggunakan metode
pengajaran langsung, metode pengajaran tidak langsung, dan metode
pengajaran scaffolding untuk menangani siswa berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dialami oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Instrumen yang peneliti kembangkan, baru ditujukan untuk
memperoleh data awal sehingga instrumen yang dikembangkan belum
mencakup metode pengajaran secara keseluruhan.
2. Instrumen yang peneliti susun, masih berupa instrumen kuesioner
dengan pernyataan tertutup.
5.3 Saran
Saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, perlu menyusun instrumen yang
mencakup seluruh metode pengajaran untuk memperoleh data yang
lebih akurat.
2. Bagi peneliti selanjutnya, lebih baik untuk dapat membuat pernyataan
secara terbuka sehingga data yang didapatkan bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
DAFTAR PUSTAKA
Cresswell, J.W. (2012). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
mixed method (edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danim, Sudarwan. (2002). Inovasi pendidikan dalam upaya peningkatan
profesionalisme tenaga kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Darmawan. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Dewantara, K. H. (1961). Bagian pertama: pendidikan. Yogyakarta: Taman
Siswa.
Driyarkara, N. (1991). Tentang manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Fitriani. (2012). Menggali potensi di sekolah inklusif. Bandung: Lentera Insan.
Freire, P. (1985). Pendidikan kaum tertindas. Jakarta: LP3ES.
Gardner, H. (2003). Multiple intelligences, kecerdasan majemuk, teori dalam
praktek. Batam Centre: Interaksara.
Garnida, Dadang. (2015). Pengantar pendidikan inklusif. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi research jilid 2.Yogyakarta: Andi.
Hallan, Daniel P. (2001). Exceptional children: introduction to special education.
USA: Prentice Hall International.
Hamdayana, J. (2016). Metodologi pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ilahi, M. Takdir. (2013). Pendidikan inklusif, konsep, dan aplikasinya.
Yogyakarta: arr-Ruzz Media.
Kirk & JJ. Gallager. (2000). Educating exceptional children. USA: Houghton
Miffin Company.
Majid, Abdul. (2013). Strategi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Marilyn Friend dan William D. Bursuck. (2015). Menuju pendidikan inklusi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Morrisan. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: PT. Kencana Prenadamedia.
Mujahidin. (2014). Panduan penelitian praktis untuk menyusun skripsi, tesis, dan
sisertasi. Bandung: Alfabeta.
Raharjo, M. (2012). Model pembelajaran inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada.
Sholeh, M. (2014). Metodologi pembelajaran kontemporer. Yogyakarta: Kaukaba
Dipantara.
Siregar, E. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Siregar, Effendi dan Tukiran. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra. (2014). Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Suparno. (2010). Pendidikan inklusif untuk anak usia dini di taman kanak-kanak.
Yogyakarta: UNY.
Thompson, J. (2010). Memahami anak berkebutuhan khusus. Jakarta: Erlangga.
Triwiyanto. (2014). Pengantar pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tukiran, Effendi Siregar. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES.
Zain, A. (2010). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Sumber online:
Wagiman, Bambang. (2010). Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 17
tahun 2010. http://inklusif.blogdetik.com/. Diakses pada 8 Juni 2016.
(Metode Pembelajaran Scaffolding). http://rirymardiyan04.wordpress.com.2013.
Diakses pada 8 Juni 2016.
(Info Seputar Yogyakarta). http://www.berkuliah.com/2014. Diakses pada 8 Juni
2016.
(Biografi Christy Brown). http://merdeka.com/2015. Diakses pada 13 Juli 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 1. Instrumen Kuesioner
Bacalah pernyataan di bawah ini dan berilah tanda ceklis (√) sesuai dengan jawaban
pilihan anda, pada kolom yang telah disediakan!
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Saya mengajukan pertanyaan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa.
2 Saya mengkoreksi kesalahan konsep
yang dipahami siswa.
3
Saya memberikan contoh konkret
untuk menyoroti poin-poin penting
dalam pembelajaran.
4
Saya menggunakan metode
demonstrasi saat menyampaikan
materi pembelajaran.
5
Saya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi
yang telah disampaikan.
6
Saya membimbing siswa memecahkan
masalah yang ditemukan siswa dalam
pembelajaran.
7
Saya mengajak siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
8
Saya memberikan latihan di setiap
akhir pelajaran yang harus dikerjakan
siswa secara mandiri.
9
Saya mendorong siswa untuk
bersemangat mengerjakan tugas tanpa
bantuan guru atau teman.
10 Saya memberikan latihan sederhana
sesuai dengan keterampilan siswa.
11
Saya memberi tugas kepada siswa
untuk memperkembangkan
kemampuannya.
12
Saya memberikan latihan tambahan
kepada siswa agar mereka dapat
meningkatkan kemampuannya.
13
Saya menyusun materi pembelajaran
sesuai dengan kemampuan siswa
berkebutuhan khusus.
14 Saya menggunakan model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pembelajaran yang cocok dengan
kemampuan siswa.
15 Saya membantu siswa agar dapat
mengumpulkan tugas tepat waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 2a. Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner
Total
total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 27
item1 Pearson Correlation ,481*
Sig. (2-tailed) ,011
N 27
item2 Pearson Correlation ,692**
Sig. (2-tailed) ,000
N 27
item3 Pearson Correlation ,189
Sig. (2-tailed) ,344
N 27
item4 Pearson Correlation ,725**
Sig. (2-tailed) ,000
N 27
item5 Pearson Correlation ,725**
Sig. (2-tailed) ,000
N 27
item6 Pearson Correlation ,057
Sig. (2-tailed) ,776
N 27
item7 Pearson Correlation ,345
Sig. (2-tailed) ,078
N 27
item8 Pearson Correlation ,397*
Sig. (2-tailed) ,040
N 27
item9 Pearson Correlation ,335
Sig. (2-tailed) ,088
N 27
item10 Pearson Correlation ,501**
Sig. (2-tailed) ,008
N 27
item11 Pearson Correlation ,657**
Sig. (2-tailed) ,000
N 27
item12 Pearson Correlation ,340
Sig. (2-tailed) ,083
N 27
item13 Pearson Correlation ,345
Sig. (2-tailed) ,078
N 27
item14 Pearson Correlation ,725**
Sig. (2-tailed) ,000
N 27
item15 Pearson Correlation ,553**
Sig. (2-tailed) ,003
N 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 2b. Hasil Reliabilitas Instrumen Kuesioner
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 27 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 27 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha
.797
N of items
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 3. Rincian Persentase Penggunaan Metode Pengajaran
a. Metode Pengajaran Langsung
Jumlah item 1 (X1) = 25
Jumlah item 2 (X2) = 25
Jumlah item 3 (X3) = 24
Jumlah item 4 (X4) = 26
Jumlah item 5 (X5) = 26
Rata-rata penggunaan metode (M) = ∑𝑋
𝑁
= 25+25+24+26+26
5
= 25,2
= 93,3 %
= 26,1 %
hasil penggunaan metode (%) =rata − rata
jumlah responden𝑥 100
=
25,2
27𝑥 100
Persentase penggunaan metode (%) =hasil
jumlah total𝑥 100
=
93,3
356,8𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
b. Metode Pengajaran Tidak Langsung
Jumlah item 1 (X1) = 25
Jumlah item 2 (X2) = 23
Rata-rata penggunaan metode (M) = ∑𝑋
𝑁
= 25+23
2
= 24
= 88,8 %
= 24,8 %
c. Metode Pengajaran Latihan Mandiri
Jumlah item 1 (X1) = 23
Jumlah item 2 (X2) = 22
Jumlah item 3 (X3) = 23
Jumlah item 4 (X4) = 23
Jumlah item 5 (X5) = 25
hasil penggunaan metode (%) =rata − rata
jumlah responden𝑥 100
=
24
27𝑥 100
Persentase penggunaan metode (%) =hasil
jumlah total𝑥 100
=88,8
356,8𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Rata-rata penggunaan metode (M) = ∑𝑋
𝑁
= 23+22+23+23+25
5
= 23,2
= 85,9 %
= 24,1%
d. Metode Pengajaran Scaffolding
Jumlah item 1 (X1) = 23
Jumlah item 2 (X2) = 26
Jumlah item 3 (X3) = 23
Rata-rata penggunaan metode (M) = ∑𝑋
𝑁
= 23+26+23
3
= 24
hasil penggunaan metode (%) =rata − rata
jumlah responden𝑥 100
=
23,2
27𝑥 100
Persentase penggunaan metode (%) =hasil
jumlah total𝑥 100
=
85,9
356,8𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
= 88,8 %
= 24,8 %
Jumlah total penggunaan bnetuk metode = 93,3 + 88,8 + 85,9 + 88,8
= 356,8%
No. Bentuk Metode Pengajaran Hasil
1 Langsung 26,1 %
2 Tidak Langsung 24,9 %
3 Latihan Mandiri 24,1 %
4 Scaffolding 24,9 %
Jumlah 100 %
Hasil Persentase Penggunaan Bentuk Metode Pengajaran
Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh jumlah persentase penggunaan
metode pengajaran langsung sebanyak 26,1 %, pengajaran tidak langsung
sebanyak 24,9 %, pengajaran latihan mandiri sebanyak 24,1 %, dan pengajaran
scaffolding sebanyak 24,9 %.
hasil penggunaan metode (%) =rata − rata
jumlah responden𝑥 100
=
24
27𝑥 100
Persentase penggunaan metode (%) =hasil
jumlah total𝑥 100
=88,8
356,8𝑥 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 4. Rincian Skoring Item Jawaban Responden
Resp. Langsung Tidak
Langsung Latihan Mandiri Scaffolding
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1.1.1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1.1.2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1.1.3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
1.1.4 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1.2.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1.2.2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1.2.3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.2.4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.3.1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.3.2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.3.3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.3.4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1.4.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1.4.2 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0
1.4.3 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
1.5.1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.5.2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
1.5.3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0
1.6.1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
1.6.2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
1.6.3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.6.4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.6.5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.6.6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1.7.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1.7.2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1.7.3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 25 25 24 26 26 25 23 23 22 23 23 25 23 26 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 5a. Lembar Validasi dari Dosen Validator 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 5b. Lembar Validasi dari Dosen Validator 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 6a. Sampel Instrumen Kuesioner yang diisi oleh Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 6b. Sampel Instrumen Kuesioner yang diisi oleh Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 6c. Sampel Instrumen Kuesioner yang diisi oleh Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian dari Universitas
Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 8. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Biodata Penulis
Penulis bernama Veronica Mayang Sari, lahir di
Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 18 Mei 1994. Penulis
adalah putri ketiga, tiga bersaudara dari pasangan Bp.
Antonius Suparmadi dengan Ibu Angela Winanti Wulan
Asri.
Penulis menyelesaikan pendidikan awal di TK Indriyasana II Klaten, pada tahun
2000. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Pangudi Luhur
Soegijapranata Klaten, pada tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dan lulus
pada tahun 2009. Setelah menempuh pendidikan SMP, penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Padmawijaya Klaten dan lulus pada
tahun 2012. Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang
Perguruan Tinggi dengan mengambil Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Ketika menjadi mahasiswi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
penulis juga mengembangkan kemampuannya baik di bidang akademik maupun
non akademik dengan mengikuti beberapa kegiatan kepanitian yang
diselenggarakan pihak universitas. Beberapa kegiatan tersebut antara lain:
Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II, Kursus Mahir
Dasar Pramuka (KMD), English Club, Co-fasilitator PPKM II, mengikuti seminar
diseminasi hasil magang IB-PYP, dan seminar pendidikan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI