Download - Menyanyikan misa newest
Menyanyikan MisaC. H. Suryanugraha, OSC
Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia (ILSKI), Bandung
Pengantar
- Aneka ragam pola musik boleh dalam liturgi. Pemusik harus tanggapi secara kreatif dan bertanggung jawab untuk kembangkan musik baru dalam liturgi masa kini.
- Dua pola lama (1. Misa Latin: “misa meriah”= ordinarium + proprium, atau “misa seder-hana” = 4 nyanyian [Ins. 1958]; 2. Misa tanpa atau dengan penuh nyanyian) tak cukup membantu untuk liturgi masa kini.
- Kini banyak bagian Misa yang boleh dinya-nyikan, baik oleh pemimpin ataupun jemaat. Maka, setiap bagian harus dimengerti hakikat dan fungsi khasnya.
I. Menghidupkan Ritual Misa
1. Melihat struktur
• Ada dua bagian utama: Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi, dan dua bagian pendamping: Ritus Pembuka dan Ritus Penutup.
• Dalam Misa yang normal, bagian utama tak boleh ditiadakan atau dipisahkan, sementara bagian pendamping menyertai mereka.
• Dalam hal Misa yang digabung dengan unsur liturgis lain (mis. Ibadat Harian, Misa Arwah dan Pemakaman, dsb) dua bagian utama tetap dipertahankan, sementara bagian pendamping dapat diganti, dikurangi atau ditambah dengan unsur liturgis lainnya itu sesuai dengan kaidah yang berlaku.
• Jika dijumlah, Liturgi Ekaristi mengandung paling banyak ritus, kemudian Liturgi Sabda, baru Ritus Pembuka, dan Ritus Penutup yang paling miskin. Ritual dalam Liturgi Ekaristi amat dominan, karena di situlah puncak perayaan Ekaristi terjadi.
2. Mencermati ritual
Satu per satu ritus perlu diperhatikan. Untuk mudahnya, kita pahami di sini bahwa ritual adalah rangkaian ritus-ritus. Jadi, satuan ritus tertentu mempunyai nama sebagai ritual tersendiri.
Misalnya, Ritual Perarakan Masuk:Ritus-ritusnya: berdiri, berarak, menyanyi, mendupai, membungkuk/berlutut, mengecup
DINAMIKA MENUJU PUNCAK PERAYAAN EKARISTI
1 2 3
Biasanya ritual yang penting atau punya bobot lebih, diberi perhatian khusus. Ritual itu diberi sejumlah unsur atau ritusyang tidak sekedar satu-dua. Dengan demikian, durasi waktu yang dibutuhkan juga bisa menggambarkan bagaimana seharusnya ritual itu diperlakukan.
Misalnya, Ritual Bacaan Injil:
untuk menampilkan bahwa bacaan Injil lebih penting daripada bacaan pertama atau kedua, maka sebelum, ketika, dan setelah membawakan Injil ada sejumlah ritus mengisinya (ada Bait Pengantar Injil, ajakan, tanda salib, pendupaan, dibacakan/dinyanyikan, dikecup).
Hal-hal ini akan mudah dilakukan jika kita pun me-mahami makna dan tujuan setiap ritualnya. Ada beberapa ritual yang mempunyai alternatif atau bisa diganti, yang tentunya punya makna dan maksud yang sama dan selaras (mis. ritus tobat bisa diganti percikan air suci, DSA tematis, ritus damai, dsb).
3. Membedakan jenis-jenis Misa
Setiap jenis Misa mensyaratkan aturan-aturan yang bisa berbeda, tidak selalu sama pada setiap bagiannya. Kita perlu membedakannya berdasarkan beberapa hal:
1. Berdasarkan masa liturgi: Adven, Natal, Prapaskah, Paskah, Biasa.
2. Berdasarkan tingkat perayaan: Hari Raya (Solemnitas, 1.cl.), Pesta (Festum, 2.cl.), Peringatan Wajib (Memoria obligatoria, Pw), Peringatan Fakultatif (Memoria ad libitum, PFak), Hari Biasa (De ea).
3. Berdasarkan bentuk atau rumus Misa: Misa ritual (= dengan sakramen lain), misa arwah, misa konselebrasi, misa hanya dengan satu pelayan.
4. Bagaimana Menyanyikan Misa?
• Ini sekedar upaya untuk memperlakukan segala aturan, makna, maksud yang terkandung dalam Misa. Kita mau keluar dari kebiasaan memperlakukan Misa yang hanya dibaca, tanpa nyanyian sama-sekali, bahkan tanpa usaha sedikit pun untuk membuat Misa terasa hidup, menarik, terpetik buah-buahnya.
• Mengubah kebiasaan singing at Massmenjadi singing the Mass (= liturgy).
Pertama, ungkapan menyanyikan Misa jangan dimengerti secara hurufiah, sehingga semua bagian dianggap harus dinyanyikan dengan aturan-aturan musikal segala. Menyanyikan Misa berarti membuat Misa ibaratnya suatu nyanyian, mungkin malah semacam “opera” atau pentas musikal yang tidak 100 % melulu nyanyian, di mana ada bagian yang dinyanyikan ada pula yang diucapkan, bahkan diperagakan atau malah diam, hening. Atau, lebih baik, Tata perayaan Misa kita lihat dulu sebagai layaknya suatu partitur atau teks nyanyian. Kunci atau nada dasarnya adalah berdasarkan jenis-jenis Misanya (Adven, Hari Raya, dsb).
Word -------------------- Music
ChantVerbo-melodism
Meditation ------------- HymnPsalmody Lied/Song
Proclamation ------------------- AcclamationCantillation
Ordinary ------------------------------------- Vocalize, speech Jubilus,
Instruments
Kedua, agak hurufiah, tapi tetap tidak lantas setiap bagian harus dinyanyikan. Prinsipnya, bagian-bagian yang maksudnya memang harus dinyanyikan, sebaiknya juga diperlakukan dengan semestinya. Hal ini tentu saja harus melirik makna dan fungsi nyanyian itu sendiri dalam Misa. Harus juga diketahui makna dan maksud ritualnya. Jadi, teks harus selaras dengan konteks. Nyanyian harus seiring dengan maksud ritualnya. Jika ritualnya menuntut perlakuan yang khusus, mungkin tak cukup hanya diiringi atau dibawakan dalam nyanyian, tapi juga dihiasi tata gerak atau bahkan tarian (mis. doksologi DSA, prosesi Kitab Injil, dsb).
Dua dokumen utama:
• SC : Sacrosanctum Concilium4 Desember 1963
Paus Paulus VI
• MS : Musicam Sacram5 Maret 1967
Kongregasi untuk Ibadat Ilahi
Musik Liturgi Gereja Katolik Roma ?
Apa itu
Tujuan dan fungsi
Kriteria mutu
Peran serta umat
Alat musik
MS 4
Musik liturgi:
Musik yang digubah untuk perayaan liturgi suci
Dari segi bentuknya memiliki suatu bobot kudus tertentu
Kategori: Gregorian, polifoni suci, musik liturgi untuk organ/alat musik yang sah, musik liturgi rakyat.
1. Apa itu musik liturgi Gereja Katolik Roma?
Nyanyian Yunani
Nyanyian Gregorian
Ciri khas musik liturgi sejati:
Bisa untuk paduan suara besar atau ke-lompok koor kecil
Peluang untuk partisipasi aktif jemaat
Syair harus selaras dengan ajaran Katolik; ditimba dari Alkitab dan sumber-sumber liturgi. (~ SC 121)
MS 5
Doa diungkapkan secara lebih menarik (dekoratif)
Misteri liturgi, yang sedari hakikatnya bersifat hirarkis dan jemaat, dinyatakan secara lebih jelas (diferensiatif)
2. Tujuan dan fungsi musik liturgi
Kesatuan hati dapat dicapai secara lebih berkat perpaduan suara (unitatif)
Hati lebih mudah dibang-kitkan ke arah hal-hal surgawi berkat keindahan upacara kudus (transen-dental)
Seluruh perayaan dengan lebih jelas mempralam-bangkan liturgi surgawi yang dilaksanakan di kota suci Yerusalem baru (eskatologis).
Contoh doa Latin
• Collecta
Fac nos, omnipotens Deus,
sanctis exultare gaudiis,
et pia gratiarum actione laetari,
quia Christi Filii tui ascensio est nostra provectio,
et quo processit gloria capitis,
eo spes vocatur et corporis.
Per Dominum nostrum Iesum Christum Filiuum tuum,
qui tecum vivit et regnat in unitate Spiritus Sancti,
Deus, per omnia saecula saeculorum.
MS 6[[
Pengaturan perayaan liturgis secara tepat menuntut pembagian yang tepat dan penampilan fungsi-fungsi tertentu
Bagian-bagian yang sedari hakikatnya menuntut nyanyian, hendaknya dinyanyikan dengan mempergunakan jenis serta bentuk musik yang selaras dengan corak khasnya.
3. Kriteria mutu untuk musik liturgi
MS 9
Diperhitungkan kemampuan mereka yang harus menyanyikannya
Sesuai dengan jiwa perayaan liturgis itu sendiri
Selaras dengan hakikat bagian setiap bagian dan tidak menghalangi partisipasi aktif dari umat.
MS 10
Selayaknya bentuk perayaan dan tingkat partisipasinya bervariasi sebanyak mungkin
Sesuai dengan kemeriahan pesta dan keadaan umat yang hadir.
MS 11[
Kemeriahan sejati liturgi:
Tidak tergantung semata-mata pada indahnya nyanyian atau bagusnya upacara
Tapi pada makna dan perayaan yang memperhitungkan keterpaduan perayaan liturgis dan pelaksanaan setiap bagian sesuai ciri-ciri khasnya
Bertentangan jika ada bagian yang dihilangkan, diubah, atau dibawakan dengan tidak semestinya.
4. Peran serta umat dalam musik liturgi
MS 13
Perayaan-perayaan liturgis adalah perayaan seluruh Gereja: umat yang disatukan oleh uskup atau imam (= mereka memegang peranan khusus).
MS 15
Umat menunaikan peranan liturgisnya dengan partisipasi penuh, sadar, dan aktif:
Secara batiniah
Secara lahiriah
Diajar juga untuk memadukan diri secara batin dengan apa yang dinyanyikan oleh petugas atau koor (= mendengarkan).
MS 16
Partisipasi aktif digalakkan lewat:
Aklamasi, jawaban terhadap salam imam/pembantunya, doa-doa litani, antifon, mazmur, ayat ulangan, madah, kidung
Bagian-bagian nyanyian yang menjadi hak mereka
Beberapa nyanyian umat dapat diserahkan pada koor saja asal umat tidak merasa dikucilkan.
MS 17
Umat perlu saat-saat hening:
Bukan sebagai orang asing atau penonton yang bisu
Disatukan secara lebih intim dalam misteri yang sedang dirayakan
Hayati keterbukaan hati yang mendalam (akan Sabda, doa, lagu).
MS 19
Koor perlu mendapat perhatian khusus
Bertugas membawakan secara tepat bagian-bagian yang dipercayakan kepadanya.
MS 24
Pembinaan musik, liturgi, dan rohani yang memadai bagi anggota koor.
5. Alat musik liturgi
MS 62
Manfaat:
Mengiringi lagu-lagu
Permainan instrumental tunggal.
SC 120 (~ MS 62) Dalam Gereja Latin
orgel pipa hendaknya dijunjung tinggi seba-gai alat musik tradisional.
Alat musik lain dapat juga dipakai asal sesuai dan dapat disesuaikan dengan:
Fungsi kudusnya
Keanggunan gedung gereja, dan
membantu memantapkan liturgi.
MS 63
Untuk izin penggunaan perhitungkan:
Kebudayaan dan tradisi masing-masing bangsa
Alat musik yang menurut pendapat umum hanya cocok untuk musik sekular haruslah sama sekali dilarang penggunaannya untuk perayaan liturgis dan devosi umat
Memenuhi tuntutan perayaan liturgis
Menyemarakkan liturgi
Memantapkan jemaat.
MS 64
Pengunaan alat musik:
Dapat merupakan dukungan kepada para penyanyi
Memudahkan partisipasi umat
Menciptakan kesatuan hati yang Mendalam antar jemaat
Bunyinya tak menenggelamkan suara para penyanyi (kata-kata harus bisa ditangkap)
Tak mengiringi bagian yang dibawakan imam/petugas (~ doa).
MS 65
Dimainkan secara instrumental untuk Misa pada bagian: awal, sebelum imam sampai di altar, pada persiapan persembahan, pada komuni dan akhir perayaan.
MS 66
Permainan secara instrumental tidak diizinkan dalam masa: Adven, Prapaskah, Trihari Suci, dan dalam Ofisi/Misa Arwah.
II. Unsur-unsur Musikal dalam Misa
1. Perarakan Masuk
2. Pernyataan Tobat - Kyrie
3. Gloria/Kemuliaan
4. Doa Pembuka
5. Bacaan-bacaan dari Alkitab
6. Mazmur Tanggapan
7. Bait Pengantar Injil
8. Pernyataan Iman
9. Doa Umat
10. Persiapan Persembahan
11. Doa Persiapan Persembahan
12. Prefasi - Sanctus
13. Doa Syukur Agung
14. Bapa Kami
15. Ritus Damai
16. Pemecahan Roti - Agnus Dei
17. Perarakan Komuni
18. Doa Sesudah Komuni
19. Berkat - Pengutusan
20. Perarakan Keluar
5. Memilih Nyanyian untuk Misa
Nyanyian perlu dipilih dan disertakan untuk mengiringi Misa. Fungsi nyanyian itu sendiri dimengerti secara benar, tidak sekedar mengisi kekosongan atau menghiasi antara bagian Misa.
Musik melayani liturgi(Music in Catholic Worship, dokumen diterbitkan oleh
Konferensi para Uskup Amerika Serikat, no. 23-41)
• fungsi musik adalah melayani liturgi, bukan mendominasi
• membantu jemaat untuk mengungkapkan dan membagikan karunia iman yang terkandung di dalam musik
• memupuk dan memantapkan iman jemaat
• menunjang syair sehingga setiap kata bisa berbicara lebih penuh dan menyentuh
• meningkatkan mutu suka cita dan gairah jemaat
• membangkitkan rasa kebersamaan
• menciptakan suasana yang cocok untuk perayaan tertentu (23);
• mampu menyingkap makna dan rasa, ide dan intuisi, yang tidak dapat diungkap melulu oleh kata-kata (24).
Tiga pertimbangan untuk perencanaan liturgi
1. Musik: Baik tidaknya dilihat dari segi teknik, estetik, dan ekspresi (penilaian dasarnya oleh para pemusik yang berwe-nang; indah = berpengaruh mendalam dan tahan lama, murahan/enteng/klise = memerosotkan dan mencemooh liturgi!); harus bermutu tinggi untuk ibadat (corak musik baru ~ teks liturgi baru, cara baru dalam gunakan musik lama, menggali khazanah musik yang bagus, melestarikan warisan nyanyian Latin); harus bagus, tapi tidak semua yang bagus cocok untuk liturgi.
2. Liturgi: Bagian prioritas (tuntutan tata perayaan), jenis musik yang dibutuhkan(tuntutan teks), siapa yang menyanyikan (pembedaan peran: jemaat, solis, kor, organis/pemain alat musik).
3. Pastoral: Apakah musik dapat membantu umat mengungkapkan imannya? Sesuaikah dengan situasi dan suasanasetempat, usia dan kebudayaan jemaat, kebutuhan umat yang akan melagukannya? Harus dapat diterima dan ditangkap oleh jemaat sebagai tanda yang penuh makna untuk mengungkapkan pengalaman iman mereka secara tulus. (25-41)
[A] Jenis-jenis nyanyian Misa
1. Aklamasi
= seruan atau pekik sukacita seluruh jemaat sebagai tanggapan atas sabda dan karya Allah.
a. Bait Pengantar Injil (Alleluia)
b. Sanctus (Kudus) [ + prefasi oleh Imam ]
c. Aklamasi Anamnesis [ + seruan/ajakan Imam ]
d. Amin Meriah [ + doksologi DSA oleh Imam ]
e. Doksologi “Bapa Kami “ [ + Doa Tuhan ]
2. Nyanyian Perarakan
= berkaitan dengan “menyambut” simbol kehadiran Kristus, meningkatkan kesadaran akan persekutuan, ada antifon khusus dalam Misale Romawi.
a. Perarakan Masuk
b. Perarakan Komuni
3. Mazmur Tanggapan
= menanggapi sabda Allah, selaras dengan tema bacaan Misa.
4. Nyanyian “Ordinarium (Baru)”
= pilihan lepas, kadang boleh diucapkan saja.
a. Kyrie (Tuhan, Kasihanilah Kami)
b. Gloria (Kemuliaan)
c. Doa Tuhan “Bapa Kami” [ + ajakan dan embolisme Imam serta doksologi Jemaat atau + tanpa embolisme ]
d. Agnus Dei (Anak Domba Allah): Pemecahan Roti
e. Credo (Aku Percaya)
5. Nyanyian Tambahan
= tanpa tuntutan teks/ritus khusus boleh koor saja.
a. Persiapan Persembahan
b. Madah/Doa Syukur sesudah Komuni
c. Penutup/Perarakan keluar
d. Litani
[B] Memilih nyanyian menurut tingkat perayaan
1. Hari Minggu/Hari Raya: 1, 2, 3, 4, 5 (semua dinyanyikan)
2. Pesta: 1, 2, 3, 4 (kecuali 4 e), 5 (kecuali 5 b, d)
3. Peringatan (Wajib/Fakultatif): 1, 2, 3, 5 (kecuali 5 c,d)
4. Hari Biasa: 1 (kecuali 1 a), 3
Terima kasih, c u ….
CHS @ ILSKI 2007