Transcript
Page 1: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG SISWA TK B TAHUN PELAJARAN 2011-2012 TKK KARITAS III SURABAYA DENGAN ALAT PERAGA POHON HITUNG

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

TK Katolik Karitas III pada tahun pelajaran 2011-2012 mempunyai 5 rombongan belajar yaitu TK AP (1 kelas), TK A (2 kelas) dan TK B (2 kelas); dengan jumlah siswa 62 orang. TK B pada tahun pelajaran 2011-2012 jumlah siswanya 24 orang, dengan pembagian TK B-1 jumlahnya 13 siswa dan TK B-2 jumlahnya 11 siswa. Berdasarkan raport semester 2 TK A lalu, siswa yang sekarang duduk di TK B ini, kemampuan bidang kognitif terutama dalam membilang, mengurutkan angka 1-10 atau mengurutkan benda 1-5 sangat kurang. Siswa yang mendapatkan bintang 2 dicapai oleh 9 orang (37,5%), bintang 3 dicapai oleh 12 orang (50%), dan siswa yang memperoleh bintang 4 ada 3 orang (12,5%). Hasil yang diperoleh ini masih jauh dari harapan sekolah akan kemampuan kognitifnya setelah siswa menyelesaikan TK A yaitu kemampuan kognitifnya mencapai 90% untuk bintang 4.

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan tersebut di atas, disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini yaitu siswa masih sering rancu antara menghitung penjumlahan dan pengurangan, kurang latihan di rumah, kemampuan membilangnya rendah. Dipandang dari sudut guru tidak ada inovasi dalam pembelajaran berhitung sehingga siswa bosan, kurang maksimal dalam menggunakan alat peraga yang dapat membantu siswa, dan guru kurang dapat menjelaskan cara termudah dalam proses berhitung. Dari sisi keadaan kelas tidak ada pembagian kelompok dalam bekerja (klasikal).

Proses kegiatan di tahun pelajaran 2010/2011, dalam pembelajaran berhitung dan membilang guru menggunakan alat peraga kartu bilangan tetapi hasil yang dicapai kurang maksimal. Kartu bilangan hanya dapat membantu siswa dalam membilang, maka dalam penelitian ini kartu bilangan dimodifikasikan dengan pemakaian alat peraga pohon hitung. Pohon hitung ini dapat membantu siswa untuk belajar penjumlahan dan pengurangan, memahami proses dalam berhitung.

Pohon hitung adalah alat peraga yang digunakan bersama dengan kartu bilangan, kartu gambar dan tanda operasional hitung (+ dan -). Siswa dapat secara bergantian atau berlomba untuk menghitung soal yang diberikan guru dan meletakkan angka yang benar di pohon hitung. Dengan pohon hitung siswa dapat pula belajar sendiri untuk membuat soal, menyelesaikannya dan memahami proses penghitungan. Dengan memahami proses berhitung kerancuan siswa akan penjumlahan dan pengurangan akan berkurang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa TK B Tahun Pelajaran 2011-2012 TKK Karitas III Surabaya dengan Alat Peraga Pohon Hitung.

Page 2: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diangkat peneliti dalam laporan penelitian tindakan kelas ini adalah:

Bagaimanakah peningkatan kemampuan berhitung siswa TK B tahun pelajaran 2011-2012 TKK Karitas III Surabaya dengan alat peraga pohon hitung?

C. Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran kemampuan bidang kognitif menggunakan alat peraga pohon hitung maka kemampuan berhitung siswa TK B tahun pelajaran 2011-2012 TKK Karitas III dapat meningkat.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk peningkatan kemampuan berhitung siswa TK B tahun pelajaran 2011-2012 TKK Karitas III Surabaya dengan alat peraga pohon hitung.

E. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikasi bahwa tujuan penelitian tercapai adalah 80% siswa mempunyai kemampuan berhitung dengan baik, dan rata-rata pencapaian bintang 4 dalam berhitung dan membilang 80%.

F. Manfaat penelitian

Bagi siswa, siswa memahami proses dalam berhitung penjumlahan dan pengurangan, dan termotivasi untuk senang belajar berhitung.

Bagi guru, memudahkan guru dalam mengenalkan proses berhitung penjumlahan dan pengurangan pada siswa dan tumbuh kebiasaan untuk selalu melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

Bagi sekolah, tercipta atmosfir yang baik dalam bidang penelitian tindakan kelas, sehingga mutu pendidikan di sekolah dapat meningkat.

Page 3: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian-kajian Teori

1. Mengajarkan Konsep Prabilangan

Dulu sebelum kalkulator saku ditemukan, manusia memerlukan keterampilan menghitung secara akurat dan efesien. Lain halnya dengan sekarang ini, orang tidak begitu penting lagi memiliki keterampilan menghitung seperti itu. Pekerjaan hitung-menghitung sudah tidak perlu lagi dibebankan kepada kepala manusia, pekerjaan seperti itu sudah dapat ditangani oleh produk teknologi seperti kalkulator dan komputer. Oleh karena itu manusia yang diperlukan pada era milenium ini adalah orang yang secara kreatif dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

Page 4: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Untuk membekali para siswa terjun di kancah kehidupan, program pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan yang sentral untuk mengkader manusia tangguh, mampu berpikir logis, sistematis , dan kreatif. Oleh karena itu pembelajaran matematika di sekolah tidak lagi sekedar terampil berhitung dan menghafal fakta-fakta, tetapi selain ketrampilan yang mendasari keperluan hidup yang masih harus diberikan, yang lebih penting lagi adalah pengembangan nalar siswa. Disamping itu program pembelajaran matematika di sekolah harus mampu mendasari pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan mampu menghadapi perkembangan sosial dan teknologi dalam kehidupannya kelak.

Sejak puluhan tahun yang lalu perubahan secara substansial baik dalam strategi mengajar maupun dalam kurikulum matematika sekolah telah mengalami perubahan yang banyak. Teori belajar seperti yang dikemukakan oleh Gagne, Jerome Bruner, Jean Piaget, dan Zoltan Dienes, telah mengubah paradigma baru bagaimana seharusnya matematika diajarkan. Dulu konsentrasi matematika sekolah, terletak pada proses melakukan kalkulasi sehingga tertumpu pada latihan berhitung dan menghafal fakta-fakta. Sekarang pembelajaran matematika di sekolah dasar menekankan pada pemahaman konsep dasar matematika dan hubungan antar berbagai sistem bilangan. Bukanlah berarti ketrampilan berhitung sudah tidak diperlukan lagi, namun latihan dan hapalan itu akan lebih baik apabila dilandasi dengan pemahaman. Tanpa pemahaman ini, siswa akan kecil kemungkinannya dapat mengikuti perkembangan matematika dan kesulitan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kontektual. Jika sekarang kita mulai berpikir program pembelajaran matematika yang bagaimana yang semestinya dikembangkan? Untuk menjawabnya paling tidak kita harus dapat menjawab tiga pertanyaan: Apakah matematika itu? Bagaimana anak belajar matematika? Matematika apa yang harus dipelajari anak?

Apakah matematika itu? Seringkali orang mempertukarkan matematika dan aritmetika (berhitung). Padahal aritmetika itu hanyalah bagian dari matematika yang berkaitan dengan bilangan, termasuk di dalamnya berhitung (komputasi). Oleh karena itu tidak sedikit orang bahkan guru yang berpandangan bahwa matematika itu sama dengan ketrampilan berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari bilangan bulat, pecahan, dan desimal. Matematika itu pada dasarnya bukan hanya sekedar berhitung, namun lebih luas daripada itu. Matematika dapat dipandang sebagai ilmu tentang pola dan hubungan. Siswa perlu menjadi sadar bahwa diantara ide-ide matematika terdapat saling keterkaitan. Siswa harus mampu melihat apakah suatu ide atau konsep matematika identik atau berbeda dengan konsep-konsep yang pernah dipelajarinya. Misalnya, menjelang kelas satu siswa dapat memahami bahwa fakta dasar penjumlahan 2 + 3 = 5 adalah berkaitan dengan fakta dasar lain 5 – 2 = 3. Ditinjau dari karakteristik keterurutan dari ide-ide yang terstruktur dengan rapi dan konsisten, matematika dinyatakan juga sebagai seni. Oleh karena itu siswa jangan memandang matematika sebagai ilmu yang rumit, memusingkan, dan sukar tetapi siswa perlu memaklumi bahwa di balik itu terdapat suatu keterurutan yang runtut dan konsisten.

Matematika diartikan juga sebagai cara berpikir sebab dalam matematika tersaji strategi untuk mengorganisasi, menganalisis, dan mensintesis informasi dalam memecahkan permasalahan. Seperti orang menulis sistem persamaan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 5: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Selain itu matematika dapat dipandang sebagai bahasa dan sebagai alat. Sebagai bahasa matematika menggunakan definisi-definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus dan sebagai alat matematika digunakan setiap orang dalam kehidupannya.

Bagaimana anak belajar matematika? Perlu diketahui guru bahwa kebanyakan anak pada awal-awal masuk sekolah akan belajar mulai dari situasi-situasi nyata atau daricontoh-contoh yang spesifik bergerak ke hal-hal yang lebih bersifat umum. Sebagai contoh, adalah kurang tepat jika guru memulai konsep “bundar” melalui definisi. Namun akan lebih menguntungkan apabila guru memulai dengan memperkenalkan benda-benda yang sering dilihat anak seperti kelereng, bola pingpong, bola sepak, balon, dan sejenisnya. Melalui benda-benda itu anak akan mencoba mengklasifikasi benda yang disebut bundar. Kegiatan mengklasifikasi seperti ini dapat membiasakan anak mengamati dan memaknainya sehingga sampai pada pemahaman tentang bundar. Tentu saja matematika dapat diajarkan melalui: melihat, mendengar, membaca, mengikuti perintah, mengimitasi, mempraktekkan, dan menyelesaikan latihan. Perlu diingat, bahwa itu semua mengundang peran-serta guru yang seimbang dalam membimbing dan mengarahkannya. Pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur adalah, apakah dengan cara seperti ini anak benar-benar dapat memahami konsep yang diberikan dan memaknainya dengan baik? Memang, bagaimanapun kegiatan belajar siswa akan dipengaruhi banyak faktor, seperti pengalaman, kemampuan, kematangan, dan motivasi, sehingga teori belajar yang mana pun belum tentu cocok untuk anak pada level dan topik tertentu. Namun secara umum bagaimana siswa belajar matematika telah banyak dikaji dan dikembangkan.

Pengalaman akan benda-benda kongkrit yang dimiliki anak sangat membantu dalam mendasari pemahaman konsep-konsep yang abstrak. Guru harus trampil membangun jembatan penghubung antara pengalaman kongkrit dengan konsep-konsep matematika. Oleh karena itu benda-benda nyata dan benda-benda yang dimanifulasi akan sangat membantu anak di Taman Kanak-kanak dalam belajar matematika. Oleh karena itu peranan media pembelajaran, terutama alat peraga, memiliki peranan yang penting untuk kegiatan pembelajaran matematika di Taman Kanak-kanak.

Memupuk konsep pra-bilangan pada diri anak. Umumnya anak yang baru Taman Kanak-kanak sudah bisa menyebut satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Namun seringkali mereka belum bisa membandingkan kumpulan benda yang mana yang lebih banyak, lebih sedikit, atau sama banyak. Mereka umumnya dapat menyebut bilangan melalui ingatan dan meniru ucapan dari lingkungan mereka seperti keluarga. Seringkali anak perlu mengemukakan kata-kata yang mengandung makna kuantitas dalam kehidupannya, seperti: kakak saya lebih tinggi daripada saya, kelereng kakak lebih banyak daripada kelerengku. Pernyataan-pernyataan anak seperti itu dikemukakannya secara spontan. Selain itu selain konsep bilangan, pada awal perkembangannya mereka menggunakan konsep pengukuran seperti lebih panjang, lebih tinggi, atau lebih tinggi. Pengalaman anak seperti yang dikemukakan di atas disebut pengalaman pra-bilangan. Kita sebagai guru harus terampil memanfaatkan momen-momen

Page 6: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

yang ada seperti itu. Sebelum memperkenalkan konsep bilangan, beberapa hal yang perlu dikuasai terlebih dahulu adalah: (1) mengklasifikasi, (2) membandingkan, dan (3) kekekalan bilangan.

Mengklasifikasi. Mengklasifikasi adalah ketrampilan mendasar yang diperlukan dalam kehidupan, baik itu menyangkut atau tanpa bilangan. Misalnya, memisahkan kelompok anak laki-laki dan perempuan dalam kelas tanpa mengetahui jumlahnya adalah sudah merupakan kegiatan mengklasifikasi. Jika seorang anak ditanya berapa orang jumlah perempuan di kelas, maka langkah pertama ia harus mampu membedakan perempuan dengan laki-laki. Kemudian ketika akan mulai menghitung, anak itu harus tahu apa yang mesti dihitung. Jadi kegiatan mengklasifikasi akan membantu mengidentifikasi apa yang semestinya dihitung. Seringnya memberi latihan seperti ini kepada anak akan mempertajam daya mengklasifikasi dan daya pikir anak itu. Perhatikan kartu kegiatan pada Gambar 1 dan berapa banyak benda yang tampak?

Gambar 1. Contoh Kartu Gambar

Jawabannya tentu sebuah bilangan yang menyatakan berapa banyak. Bilangan yang digunakan dalam kontek seperti ini disebut bilangan kardinal. Sebelum dapat menemukan bilangan kardinal yang dimaksud, terlebih dahulu kita harus memutuskan yang mana yang termasuk buah-buahan. Ini berarti kita harus mengklasifikasi buah-buahan dari benda-benda lainnya. Kadangkala kita dapat mengklasifikasi dengan mudah sebab kita bisa membedakan benda-benda itu dengan mudah. Bahan untuk kegiatan mengklasifikasi sangat banyak di sekitar kita, misalnya botol plastik kecil, bekas tutup minuman, bekas tutup odol, kancing, dll. Atau kita bisa membuat dengan sederhana, misalnya bangun-bangun geometri dari kertas warna seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Bentuk-bentuk Geometri

Dengan menggunakan bangun-bangun geometri di bagian atas, bangun manakah yang harus kita letakan pada sisi kanan?

Membandingkan. Membandingkan suatu kuantitas dengan yang lainnya, juga termasuk langkah yang penting sebelum anak bisa membilang selain itu memiliki kontribusi yang baik dalam penguasaan

Page 7: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

bilangan. Kegiatan membandingkan bisa dimulai di kelas melalui menggunakan benda atau barang milik siswa masing-masing. Misalnya guru menanyakan kepada siswa dan teman sebangkunya, “Coba siapa di antara masing-masing teman sebangkumu yang membawa buku lebih banyak?”. Atau guru bertanya, “Apakah semuanya telah mendapatkan kertas?” Ketika proses membandingkan dilakukan terhadap beberapa kumpulan benda yang berbeda, maka kita telah mengurutkan. Misalnya, tiga anak menuliskan masing-masing nama panggilannya, seperti di bawah ini.

A N I T I N A S A L I M

Siapa yang nama panggilannya paling panjang? Siapa yang nama panggilannya paling pendek? Dapatkah kamu menemukan yang nama panggilannya sama panjang denganmu? Dapatkah kamu menemukan yang nama panggilannya lehih pendek denganmu?

Kekekalan Bilangan. Konsep kekekalan bilangan yang dimiliki anak menunjukkan bagaimana anak itu berpikir. Untuk mengetahui apakah anak telah memiliki konsep kekekalan bilangan atau belum dapat dilakukan melalui peragaan seperti pada Gambar 3. Dua baris kubus yang berbeda warna jika berbeda baris disusun saling berdampingan, kemudian guru dan anak melihatnya bersama-sama. Guru bertanya kepada anak untuk membandingkan.

Page 8: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011
Page 9: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Gambar 3. Balok berwarna yang berdampingan

Guru: “Ada berapa balok biru?”

Setelah menghitung anak menjawab, “Enam”

Guru: “Ada berapa balok merah?”

Anak itu menghitung lagi dan menjawab, “Enam”

Guru: “Apakah balok merah sama banyaknya dengan balok biru?”

Anak: “Betul, sama!”

Kemudian guru mengubah posisi letak kedua baris balok menjadi seperti pada Gambar 4.

Page 10: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Gambar 4. Balok berwarna yang letaknya acak

“Berapa banyak balok biru?”

“Enam.”

“Berapa banyak balok merah?”

“Enam.”

“Mana yang lebih banyak, balok biru atau merah?”

“Banyak yang merah.”

Page 11: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

“Katanya balok biru enam, dan balok merah enam.”

“Ya, tapi balok merah lebih banyak.” Dari percakapan di atas menunjukkan bahwa anak masih berpikir bahwa bilangan dapat berubah-ubah banyaknya tergantung dari letak susunannya atau konfigurasinya. Anak seperti ini belum memahami konsep kekekalan bilangan.

Membilang. Pertama kali anak mencoba membilang dengan mengingat dan meniru dari orang tua atau anak yang lebih tua darinya. Sering terdengar anak kecil membilang seperti, “satu”, “dua”, “empat”, “sembilan”, “sepuluh”. Kedengarannya asing, tapi hal seperti ini suatu yang biasa. Anak berusaha mengingat nama bilangan dan urutannya namun belum benar. Keterampilan anak membilang mengalami beberapa tahapan perkembangan. Berikut ini adalah beberapa tahap cara anak membilang yang umumnya ditemukan pada anak usia empat sampai enam tahun.

Membilang karena hafal (rote counting). Pada tahap ini anak dapat membilang karena ia sudah hafal. Ia melakukannya tanpa pemikiran atau pemahaman tentang bilangan. Pada tahap ini anak belum bisa memasangkan banyaknya objek yang dibilang dengan bilangan yang disebutnya.

Membilang dengan menunjuk (point counting). Anak pada tahap ini dapat melakukan membilang dengan menunjuk objek yang dihitung dan menyebutkan bilangan yang benar setelah menunjuk objeknya, namun penunjukkan yang dilakukan dapat keliru jika lebih dari satu objek, seperti diilustrasikan di bawah ini:

Page 12: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

satu dua tiga

Gambar 5. Ilustrasi membilang dengan menunjuk

Pada tahap ini pula anak sudah bisa membilang dengan benar, tetapi masih belum tahu berapa banyak benda yang telah dihitungnya. Misalnya ketika ditanya, “Berapa banyak mainanmu dalam dus?” Anak bisa membilangnya dengan benar seperti, “satu, dua, tiga, empat, lima, enam”, namun tidak bisa menjawab pertanyaan. Anak belum menyadari bahwa bilangan terakhir yang disebutkannya menunjukkan jumlah mainan miliknya.

Membilang secara rasional (rational counting). Pada tahap ini anak sudah mampu membilang dengan benar. Anak sudah bisa menyebutkan jumlah bilangan sesuai dengan hasil membilang yang dilakukannya. Kemampuan membilang secara rasional merupakan ketrampilan yang sangat penting untuk anak usia lima sampai enam tahun. Pada awal masuk TK B umumnya siswa telah dapat membilang sampai 10, 20, atau bahkan lebih.

Membilang dengan melanjutkan (counting on). Anak yang memasuki tahap ini sudah bisa membilang dari berapa pun awalnya. Misalnya, anak sudah bisa meneruskan membilang mulai dari tujuh dan meneruskannya, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dan seterusnya.

Membilang mundur (counting back). Pada tahap ini anak sudah mampu melakukan membilang mundur dari berapa pun awalnya. Misalnya, anak sudah bisa menyelesaikan persoalan: “Ali memiliki 19 coklat, kemudian 3 coklat diberikan kepada Budi”, dengan cara membilang mundur seperti: delapanbelas, tujuhbelas, enambelas, dan menyimpulkan bahwa sisanya adalah 16. Jadi kerampilan membilang mundur ini sangat membantu dalam memahami konsep pengurangan.

Membilang dengan meloncat (skip counting). Anak yang sudah terampil dengan membilang meloncat bukan hanya terampil membilang dengan satuan, tetapi juga terampil membilang dengan duaan, tigaan, atau dengan nilai tertentu dari berapapun awalnya. Misalnya membilang limaan dari sepuluh: limabelas, duapuluh, duapuluh lima, dan seterusnya. Anak yang sudah terampil membilang mundur sebenarnya ia sudah siap menerima konsep perkalian dan pembagian.

Page 13: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Awal Pemahaman Konsep Bilangan. Pengalaman membandingkan dan membilang turut membantu dalam pemahaman awal anak mengenai konsep bilangan. Pengalaman ini pula yang melandasi penguasaan anak terhadap bilangan. Mengestimasi langsung (memperkirakan) juga termasuk cara yang efektif untuk mengembangkan penguasaan anak terhadap bilangan.

Gambar 6. My Hands

(sumber: http://www. Alat peraga TK)

Bilangan lima dan sepuluh (bilangan yang menunjukkan jumlah jemari dari satu dan dua tangan), merupakan dua tonggak bilangan yang sangat baik dikenal anak sebab kedua bilangan itu merupakan internalisasi dari berbagai pengalaman kongkrit yang terakumulasi dalam beberapa tahun. Kebanyakan anak mengalami perkembangan ketrampilan membilang pada saat mereka memasuki taman kanak-kanak. Pemahaman bilangan dari satu sampai lima biasanya diperoleh dari pengenalan pola banyak benda, bersamaan dengan mengingat nama bilangannya, kemudian cara menuliskannya. Misalnya, mengilustrasikan sepeda dengan tiga roda dan pertanyaan, “Berapa banyak roda sepeda?” dapat digunakan untuk memahami bilangan tiga.

Menghubungkan jumlah roda, menyebutkan nama bilangan, dan menulis lambang bilangan sangatlah berarti bagi anak. Banyak cara yang menguntungkan dalam menanamkan konsep bilangan antara satu sampai lima, namun yang paling baik adalah melalui hubungan lebih satu dan kurang satu. Cara ini merupakan hal yang mendasar pada saat siswa baru bisa membilang dan juga nilai tempat untuk bilangan yang lebih besar lagi. Konsep lebih satu dan kurang satu dapat disajikan dalam banyak cara. Ilustrasi serupa untuk bilangan enam sampai sepuluh dapat kita lakukan.

Menyatakan kelompok yang menunjukkan enam sampai sembilan dapat dilakukan melalui pengamatan benda-benda sekitar atau benda-benda yang kita siapkan. Misalnya, banyaknya hari dalam satu minggu untuk menyatakan tujuh sebagai pengelompokan yang alami. Banyaknya bulatan dalam kartu domino juga dapat digunakan untuk bilangan lainnya.

Page 14: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Gambar 7. Kartu Domino

Page 15: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Sepuluh adalah bilangan yang sangat spesial, biasanya anak telah mengetahui hal ini melalui pengamatan banyaknya dan penulisan symbol, karena sepuluh adalah bilangan pertama yang dinyatakan dengan dua digit, menggunakan simbol 1 dan 0. Bingkai sepuluh (susunan 2 baris x 5 kolom) merupakan model yang efektif untuk memfasilitasi anak mengamati pola, pemahaman banyaknya dari suatu bilangan, dan pemahaman nilai tempat. Bingkai ini sangat bermanfaat dalam pemahaman dan penguasaan bilangan oleh anak, misalnya dapat digunakan untuk membantu anak berpikir dengan banyak strategi dalam mencongak pada waktu mereka duduk di sekolah dasar.

Bilangan Kardinal dan Bilangan Ordinal. Maksud utama penyajian banyak objek dari suatu grup dalam menanamkan konsep bilangan adalah agar menemukan dan menyebutkan bilangan yang bertepatan dengan banyaknya objek. Bilangan yang digunakan untuk menyatakan banyaknya suatu objek disebut bilangan kardinal. Dengan demikian ciri bilangan kardinal adalah digunakan dalam menjawab pertanyaan, “berapa banyak?”

Aspek penting lainnya dari bilangan adalah digunakan untuk menyatakan urutan dari suatu objek. Bilangan yang demikian disebut bilangan ordinal. Bilangan ordinal biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan, “yang mana?” Pengurutan dan penyusunan suatu objek akan membawa kita pada bilangan ordinal. Aturan pengurutan suatu objek dapat diatur berdasar kriteria tertentu, seperti: ukurannya, usianya, warnanya, dan bentuknya. Ketika anak dihadapkan dengan urutan dari suatu benda dan diminta untuk menunjukkan benda pada urutan tertentu, maka ia akan mencoba menghitungnya. Selain menyebutkan nama bilangan ia juga biasanya menunjuk benda sesuai dengan urutannya.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada awal pemahaman konsep bilangan, anak harus diberi kesempatan untuk belajar kedua bilangan ordinal dan kardinal secara bersamaan. Jangan khawatir dengan pertanyaan, mana dulu yang mesti diberikan? Yang penting adalah keduanya mendapat perhatian dari guru. Misalnya, melalui peraga tangga. Anak bisa menuliskan bilangan 1 pada anak tangga yang pertama, 2 pada anak tangga yang kedua, dan seterusnya. Ketika siswa menggunakan bilangan ordinal dan kardinal, yang penting mereka jangan sampai tertukar menggunakannya. Secara informal guru bisa bertanya, “Berapa banyaknya siswa perempuan di kelas ini?”, “Pada baris yang mana Udin duduk?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan menyadarkan siswa, kapan urutan diperlukan dan kapan tidak diperlukan. Selain itu, pertanyaan seperti ini juga akan membantu siswa berpikir dari mana mereka mulai.

2. Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-kanak

Hasil belajar yang ingin dicapai dalam bidang pengembangan kognitif dengan sub pokok bahasan konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf adalah menyebutkan lambang bilangan 1-10; mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan; dan mengenal berbagai macam lambang, huruf vokal dan konsonan.

Page 16: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Indikator-indikator yang tercantum dalam bidang pengembangan kognitif yaitu: membilang/menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 10; membilang (mengenal konsep bilangan, dengan benda-benda) sampai 20; menunjuk lambang bilangan 1-10; membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda-benda; meniru lambang bilangan 1-10; menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10; mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan; pengenalan huruf vokal dan konsonan; mengenal lambang bilangan 1-20; dan meniru berbagai lambang huruf vokal dan konsonan.

3. Pengertian Angka, Membilang, dan Berhitung

Menurut kamus Bahasa Indonesia, angka adalah tanda atau tanda sebagai pengganti bilangan. Angka yang kita pakai sekarang disebut angka Arab, karena berasal dari Arab dan sekarang menjadi angka internasional. Angka tersebut dilambangkan dengan 1,2,3,4,...dst.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, membilang adalah menghitung (dengan menyebutkan satu persatu) atau hendak mengetahui jumlahnya. Contoh: guru menunjukkan pinsil berjumlah 5, siswa menghitung pinsil yang dipegang guru tersebut satu persatu dengan bersuara keras “satu, dua, tiga, empat, lima”.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, berhitung adalah mengerjakan hitungan (penjumlahan, pengurangan, dsb). Dalam berhitung anak belajar proses dalam operasi hitung terutama penjumlahan dan pengurangan.

4. Pohon Hitung

Pohon hitung adalah alat peraga pembelajaran yang berbentuk seperti pohon dengan kartu angka yang dibentuk seperti buah-buahan/bujur sangkar/lingkaran. Pohon hitung ini biasanya terbuat dari triplek, tetapi tidak menutup kemungkinan guru untuk membuat sendiri dari bahan yang lain.

Gambar 8. Pohon Hitung

(sumber: http://www. Alat peraga TK)

Alat bantu dalam permainan pohon hitung adalah kartu angka yang bertuliskan bilangan 1-10 atau lebih, kartu gambar untuk kegiatan membilang dan kartu operasional hitung (+,-,x,:).

Page 17: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

1

Page 18: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

2

3

4

5

12

13

14

15

16

17

18

Page 19: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Gambar 9. Contoh Kartu Bilangan 1-20

Bermain dengan pohon hitung yang dilakukan dengan cara bermain dan memasangkan benda yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga pada akhirnya mampu menyebutkan bilangan 1-10 secara urut dan benar, terampil dalam membilang dan mengoperasikan penjumlahan dan pengurangan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan penelitian Esti Palupi (2006) di TK Nasional KPS Balikpapan, 54% siswa TK B yang berjumlah 24 mampu dalam berhitung permulaan melalui kegiatan bermain di 7 sentra terutama sentra persiapan dan sentra balok. Pada sentra persiapan anak disiapkan untuk calistung (membaca, menulis dan berhitung). Maka di sentra ini disiapkan berbagai alat peraga yang menunjang seperti kartu huruf, kartu angka, buku-buku cerita, alat tulis, angka-angka pohon hitung, dan bahan-bahan lain yang merangsang anak mencoba konsep aksara dan matematika. Pada sentra balok, berisi balok-balok bentuk geometri dengan berbagai ukuran dan warna, yang berjumlah paling sedikit 100 balok. Di sentra ini, setiap anak dirangsang untuk menciptakan bentuk bangunan yang bervariasi dan terstruktur sesuai dengan ide atau gagasannya. Anak tanpa sadar belajar menghitung jumlah balok yang diperlukan dalam konstruksi bangunan yang diciptakannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Halimah (2009) di TK Ihsaniyah – Tegal, kemampuan TK B dalam membedakan bilangan genap dan ganjil menggunakan alat peraga pohon hitung, mengalami peningkatan ≤ 24,06%. Tujuan penelitian ini siswa memiliki kemampuan berhitung dan membedakan bilangan genap dan ganjil serta menambah perbendaharaan berbahasa matematika permulaan.

C. Kerangka Berpikir

Siswa TK dalam kegiatan pembelajarannya selalu menuntut keobyektifan, karena kognisi mereka belum mencapai untuk berpikir yang subyektif. Dengan segala sesuatu yang obyektif, siswa dapat lebih memahami struktur, detail dan bentuk dari apa yang diajarkan atau ditunjukkan guru. Seperti yang dijelaskan oleh Piaget, untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke arah yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak melalui pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental anak melalui pengalaman-pengalaman aktif melalui benda-benda di sekitar anak.

Page 20: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Begitu pula halnya dalam kegiatan berhitung, apabila guru tidak memakai alat peraga, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami proses berhitungnya. Kemampuan siswa dalam membilang yang sangat rendah, akan menyulitkan mereka untuk memahami proses penjumlahan dan pengurangan. Seperti yang dikemukakan oleh Sophia (1995) dalam PTK Halimah, anak pada usia 5 tahun mengembangkan pengertian tentang bilangan dan nama bilangan. Kemampuan ini disebut kelestarian jumlah, dimana kelestarian jumlah ini yang menguat pada usia 6 tahun akan membantu anak untuk memahami konsep matematika yang lebih rumit.

Alat peraga yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran berhitung sangat banyak, tergantung pada materi yang disampaikan. Tetapi untuk pembelajaran penjumlahan dan pengurangan, alat peraga pohon hitung kiranya dapat membantu. Dalam pohon hitung, kita menggunakan kartu bilangan, tanda operasional hitung dan kartu gambar. Menurut Mirna Sari, B.A dalam PTK Halimah, ditegaskan bahwa pohon hitung adalah alat untuk memperjelas anak dalam belajar mengenal angka, membilang dan berhitung.

Dengan mempertimbangkan hasil refleksi, keadaan siswa dan kelebihan dari pembelajaran berhitung dengan menggunakan alat peraga pohon hitung serta hasil kajian empiris terhadap penelitian terdahulu yang relevan, maka akan dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diberi judul Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa TK B Tahun Pelajaran 2011-2012 TKK Karitas III Surabaya dengan Alat Peraga Pohon Hitung.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis dan Mc Taggart. Metode ini terdiri dari siklus-siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi (pengamatan) dan refleksi.

B. Bagan Penelitian

Page 21: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

observasi awal

merumuskan masalah yang akan diteliti

merumuskan hipotesis tindakan

perencanaan tindakan

siklus I

posttest siklus I

siklus II

posttest siklus II

analisis data

membuat kesimpulan penelitian

menyusun laporan penelitian

presentasi

C. Setting Penelitian

1. Tempat

Ruang kelas TK B TK Katolik Karitas III Surabaya.

2. Waktu Penelitian

Tanggal 25 Juli – 10 September 2011.

3. Karakteristik Subyek

a) Subyek berusia rata-rata 4,5-5.5 tahun’

b) Subyek berjumlah 24 orang yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 12 anak perempuan.

c) 95% siswa TK B adalah WNI keturunan.

d) Siswa 95% berasal dari keluarga menengah ke atas.

D. Siklus Penelitian

Page 22: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

1. Perencanaan

Rencana tindakan:

a) Menyusun rubrik pedoman penskoran posttest.

b) Menyusun lembar pengamatan kegiatan.

c) Menyusun lembar daftar nilai posttest tiap siklus.

d) Membuat silabus dan RKH untuk pertemuan pada siklus pertama dan kedua.

e) Membuat soal posttest yang diberikan pada akhir siklus pertama dan kedua.

f) Pembuatan alat peraga kartu bilangan, kartu gambar dan pohon hitung.

g) Menyusun LKS pada siklus pertama dan kedua

h) Mempersiapkan alat pengamatan handycam dan kamera.

2. Pelaksanaan tindakan

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan RKH yang telah disusun.

3. Observasi

Observasi (pengamatan) dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar data pengamatan kegiatan murid, handycam, atau kamera.

4. Refleksi

Data yang diperoleh pada lembar observasi (pengamatan), dan hasil posttest dianalisis kemudian dilakukan refleksi bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Kemudian mencari masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat rencana perbaikan pada siklus II.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa TK B TK Katolik Karitas III dan pendukung pelaksana kegiatan.

Page 23: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

2. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

a) Rangkuman penilaian kemampuan membilang dan berhitung.

b) Grafik peningkatan kemampuan siswa.

c) Hasil observasi aktivitas siswa selama PBM.

d) Hasil observasi pengelolaan pembelajaran.

3. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a) Rangkuman penilaian diambil pada posttest di akhir tiap siklus.

b) Grafik peningkatan kemampuan siswa.

c) Hasil observasi aktivitas siswa terdiri dari konsentrasi siswa dalam PBM, keaktifan dalam bertanya dan kegiatan, memanfaatkan media belajar, melaksanakan tugas yang diberikan, semangat dalam belajar, bahasa yang dipakai selama kegiatan.

d) Hasil observasi pengelolaan pembelajaran terdiri dari kemampuan guru dalam menjelaskan materi, memberikan umpan balik, memotivasi siswa, memanfaatkan alat peraga, bahasa yang digunakan, menunjuk dan memberi kesempatan pada siswa, melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP, melibatkan siswa untuk aktif.

F. Metode Analisis Data

http://lelyokvi.blogspot.com/2012/09/meningkatkan-kemampuan-berhitung-siswa.html

Pohon hitung adalah mainan edukasi untuk melatih berhitung anak-anak melalui media permainan edukatif. Media ini adalah alat permainan edukasi (APE) untuk kelompok pendidikan anak usia dini (PAUD) seperti TK, Kelompok Bermain, RA, Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu.

Fisik mainan; berbahan kayu dan mdf. Papan bergambar pohon mangga. Buah mangga dari papan yang dibuat terpisah yang berfungsi sebagai kartu buah. Bilangan angka dari 1 sampai 10 yang berfungsi sebagai kartu angka.

Page 24: Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Tk b Tahun Pelajaran 2011

Cara edukasinya; pasang sejumlah buah di papan bergambar pohon, gantungkan pada paku kecil yang sudah dipasang di gambar dahann.

Misalnya, jumlah buah 7. Maka buah mangga yang menggantung di pohon berjumlah 7 buah. Nah.. dari sini anak disuruh menghitung berapa jumlah buahnya.

Setelah itu, anak diperintahkan untuk mengambil angka 7 dan menempatkannya di batang pohon, yang sudah ada paku kecilnya. di situlah angka 7 digantungkan. n pondokedukatif.com

Manfaat :

- Berlatih berhitung

- Mengenal angka

- Pengenalan aneka benda

- Melatih kreatifitas, motorik halus dan emosi

http://pondokedukatif.com/t-100_pohon_hitung.shtml


Top Related