Transcript

MENGUKUR TATA KELOLAEKONOMI DAERAH Meningkatkan daya saing daerah merupakan salah satutujuan desentralisasi dan otonomi daerah yang mulaidilaksanakan di Indonesia pada tahun 2001.Pertanyaannya adalah bagaimana melakukannya sehinggaperekonomian daerah bisa tumbuh, menyerap tenaga kerjadan mengurangi kemiskinan? Tata kelola ekonomi (eco-nomic governance) merupakan salah satu faktor pentingyang dipercaya dapat menciptakan iklim usaha yang sehatdan meningkatkan daya saing daerah.

Otonomi memberikan kewenangan yang sangat besarkepada pemerintah daerah (pemda) untuk menciptakantata kelola ekonomi daerah yang baik. Beberapa pemdamenggunakan kesempatan ini untuk berinteraksi denganpelaku usaha dan pemangku kepentingan (stakeholders)lainnya di daerah untuk dapat mengerti kebutuhan merekadan mengambil kebijakan yang mendukung pengemban-gan sektor swasta. Namun demikian, cukup banyak jugapemda yang berorientasi pada kepentingan jangka pendekuntuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sebe-sar-besarnya yang membebani pelaku usaha, utamanyausaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

KPPOD DAN SURVEI TATA KELOLA EKONOMI DAERAH

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah(KPPOD) dibentuk tahun 2000 oleh kalangan pelaku usaha,jurnalis, dan peneliti untuk memantau dampak otonomidaerah terhadap perekonomian. Dengan dukungan AsiaFoundation, KPPOD telah melakukan pemeringkatan dayasaing daerah sejak 2001 hingga 2005, memadukan persepsipelaku usaha dengan data-data sekunder untuk menilaiberbagai faktor yang mendukung iklim usaha di daerah danmeningkatkan kompetisi antardaerah yang sehat.

Mulai tahun 2007, Asia Foundation bekerja sama denganKPPOD untuk mengembangkan metodologi baru untukmengukur dan membandingkan kinerja daerah. Sembilandimensi tata kelola ekonomi daerah (TKED) dipilih untukmerefleksikan kualitas tata kelola ekonomi satu daerahrelatif terhadap daerah lain yang disurvei. Berbagai variabelyang dipilih merupakan indikator proses atau keluaranlangsung dari suatu kebijakan, bukan dampak jangka pan-jang, sehingga dapat diperbaiki dalam waktu yang singkat.Indikator yang merupakan faktor anugrah (endowment) –adanya sumberdaya alam, lokasi yang strategis, adanyainfrastruktur yang baik, dan ketersediaan tenaga kerja –dihindari untuk digunakan. Indeks akhir dihitung denganmenggunakan bobot yang merupakan persepsi respondenatas pentingnya satu dimensi TKED dibandingkan denganyang lainnya.

Berdasarkan pengalaman di Indonesia, Asia Foundationmengembangkan metodologi Indeks Tata Kelola Ekonomi(Economic Governance Index, EGI) di beberapa negara laindi Asia, yaitu Bangladesh, Vietnam, Sri Lanka, danCambodia.

BEBERAPA TEMUAN SURVEI

Asia Foundation dan KPPOD, dengan bantuan perusa-haan survei profesional, telah melakukan survei TKEDpada tahun 2007 yang mencakup 243 kabupaten/kota di15 provinsi di Indonesia, 2008 untuk 23 kabupaten/kotadi Aceh, dan 2010 mencakup 25 kabupaten/kota di Acehdan Kepulauan Nias (Sumatera Utara). Tidak kurang dari14.649 responden diwawancarai pada ketiga survei terse-but dengan metodologi yang sama. Pada tahun 2010-2011survei TKED dilaksanakan pada 267 kabupaten/kota di 19provinsi lain di Indonesia.

Dengan demikian, data dari seluruh kabupaten/kota diIndonesia akan tersedia pada tahun 2011, walau denganwaktu survei yang berbeda. Hal ini menjadikan TKEDmerupakan survei iklim usaha terbesar di Indonesia (dansalah satu yang terbesar di dunia).

Ketiga survei yang sudah dilaksanakan menunjukkanbahwa pengelolaan infrastruktur merupakan dimensiTKED terpenting untuk mendukung iklim usaha di daer-ah menurut persepsi pelaku usaha. Kualitas prasarana jalan,air bersih, listrik, dan lampu penerangan jalan yang baikdan handal, serta cepat diperbaiki jika ada kerusakan,merupakan harapan utama pelaku usaha. Selain itu, pro-gram pengembangan usaha swasta (PPUS) yang dilak-sanakan pemda untuk membantu meningkatkan kapasitasdan jejaring pelaku usaha, utamanya UMKM, merupakanprioritas kedua. Hal ini menunjukkan bahwa peranpemerintah secara langsung untuk membantu UMKM

Dimensi Survei Tata Kelola Ekonomi Daerah1. Akses Lahan2. Perizinan Usaha3. Interaksi Pemda dan Pelaku Usaha4. Program Pengembangan Usaha Swasta (PPUS)

5. Kapasitas dan Integritas Bupati/Walikota

6. Keamanan dan Penyelesaian Konflik Dunia Usaha

7. Biaya Transaksi8. Infrastruktur Daerah

HEADQUARTERS465 California Street, 9th FloorSan Francisco, CA 94104 USATel: (415) 982-4640Fax: (415) [email protected]

WASHINGTON, DC1779 Massachusetts Ave., NWSuite 815Washington, D.C. 20036 USATel: (202) 588-9420Fax: (202) [email protected]

INDONESIAPO BOX 6793 JKSRBJakarta 12067IndonesiaTel: +62 (21)7278-8424Fax: +62 (21)[email protected]

www.asiafoundation.org

masih diharapkan pelaku usaha. Dimensi TKEDlain yang dianggap penting adalah akses padalahan –waktu pengurusan sertifikat yang cepat,serta risiko penggusuran dan konflik lahan yangrendah.

Ada perbedaan yang cukup tajam antara kualitasTKED satu kabupaten/kota dengan yang lainnyadan hal ini tidak diakibatkan oleh lokasi suatudaerah, karakteristiknya (perkotaan atau perde-saan), usianya (daerah hasil pemekaran pascaotonomi daerah atau kabupaten/kota induk). Halini memberikan indikasi kuat mengenai potensiyang sangat besar bagi satu daerah untuk mem-perbaiki kualitas TKED-nya. Berdasarkan tigasurvei TKED yang telah dilaksanakan, daerahyang menempati peringkat teratas adalah KotaBlitar (Jawa Timur) dari 243 kabupaten/kota(2007), Kabupaten Aceh Jaya dari 23 daerah diAceh (2008), dan Kota Sabang dari 25 lokasi diAceh dan Nias (2010).

PENGGUNAAN HASIL SURVEI

Hasil survei ini diharapkan dapat digunakan uta-manya oleh pemda kabupaten/kota untuk mem-perbaiki TKED. Indeks dan pemeringkatanmemudahkan untuk melihat posisi kualitasTKED suatu daerah relatif terhadap yang lainnya,sehingga mendorong iklim kompetisi antardaerah.Hasil dari masing-masing dimensi dan variabelpenting untuk mengidentifikasi dan mempriori-taskan reformasi yang paling penting dilakukanberdasarkan persepsi pelaku usaha.

Bagi pemerintah pusat dan provinsi, hasil surveiini dapat menjadi bagian dari pemantauan danevaluasi kinerja pemerintah kabupaten/kota yangbisa digunakan untuk memberikan fasilitasi dandukungan teknis bagi pemda kabupaten/kotauntuk memperbaiki kinerjanya. Selain itu, hasilsurvei ini juga bisa dijadikan basis pemberianinsentif – fiskal dan non-fiskal – kepada pemda.Sementara pelaku usaha dapat menggunakan hasilsurvei TKED sebagai bagian dari proses pengam-bilan keputusan investasi dan pengembangan usa-hanya.

Program survei tata kelola ekonomi daerah Asia Foundation mendapatkandukungan dana dari United States Agency for International Development(USAID), Department for International Development (DFID) Pemerintah InggrisRaya, Australian Agency for International Development (AusAID), dan MultiDonor Fund for Aceh and North Sumatra (MDF).

10/2010

The Asia Foundation

adalah organisasi swasta,

nirlaba, dan nonpemer-

intah. Melalui program-

programnya, The Asia

Foundation membangun

kepemimpinan, menyem-

purnakan kebijakan,

dan memperkuat kelem-

bagaan untuk men-

dorong keterbukaan yang

lebih luas dan pemer-

ataan kesejahteraan di

kawasan Asia Pasifik.

Lembaga ini dibiayai

oleh kontribusi perusa-

haan, yayasan, dan lem-

baga pemerintah

Amerika Serikat, Eropa,

Kanada, Australia, dan

Asia, serta pemberian

dana dari Kongres

Amerika Serikat.

Sepuluh Daerah Terbaik TKED 2007

1. Kota Blitar (Jatim) 6. Tuban (Jatim)2. Magetan (Jatim) 7. Lumajang (Jatim)3. Kota Prabumulih (Sumsel) 8. Madiun (Jatim)4. Musi Banyuasin (Sumsel) 9. Kota Probolinggo (Jatim)5. Jembrana (Bali) 10. Gianyar (Bali)

Lima Daerah TerbaikTKED Aceh 20081. Aceh Jaya2. Aceh Barat3. Kota Sabang4. Kota Langsa5. Nagan Raya

Lima Daerah TerbaikTKED Aceh-Nias 20101. Kota Sabang 2. Aceh Barat3. Aceh Tengah4. Gayo Lues5. Aceh Besar


Top Related