Transcript
Page 1: Menggapai Puncak Anjani

Menggapai Puncak AnjaniCerita Perjalanan Pendakian Gunung Rinjani Palasigma 2013

ARCHYUDA FARCHAN

Page 2: Menggapai Puncak Anjani

Dipersembahkan Dipersembahkan untuk PALASIGMA dengan semangat berbagi dan saling mengingatkan...

Page 3: Menggapai Puncak Anjani

egitu kira-kira kalimat sakti dari masing. Begitu juga dalam mendaki bersyukur atas segala hal yang telah sebuah perjalanan, pendakian gunung sang legenda, Sir Edmund gunung. Setiap orang bisa saja mendaki diberikan pada Tuhan Yang Maha Esa. seharusnya mendewasakan. Sayang BHillary, manusia pertama yang gunung, namun tujuan serta alasannya rasanya kalau pulang mendaki tidak

menginjakkan kakinya di puncak belum tentu sama. Ada yang sekedar Bagiku, pendakian gunung itu seperti membawa perubahan berarti pada diri tertinggi planet bumi. Kalimat yang hobi, ada yang untuk keperluan miniatur perjalanan kehidupan. sendiri. selalu aku pegang setiap kali mendaki penelitian, ada yang sekedar Perjalanan menuju tujuan yang kita gunung, atau bahkan dalam menjalani berolahraga. Bahkan, tidak sedikit juga inginkan, melewati berbagai rintangan Cerita dalam buku ini tentunya masih hidup ini. yang mendaki gunung untuk pamer dan dan cobaan, berjuang menahan dingin jauh dari sempurna. Maka dari itu, Aku

supaya meraih prestige tertentu (supaya dan berat beban, untuk terus mohon maaf sebesar-besarnya apabila Mendaki gunung adalah kegiatan yang dibilang keren begitu). Duh! melangkahkan kaki. Sampai semua lelah ada sesuatu yang keliru dan tidak memiliki resiko tinggi. Kalau tidak hati- dan letih itu terbayar lunas saat lautan berkenan di benak pembaca. Buku ini hati, nyawa bisa saja jadi taruhannya. Mendaki gunung itu menghadapi alam. awan dan sinar mentari terbit bukan petunjuk, pun bukan panduan. Ini Butuh persiapan fisik dan mental yang Dengan kata lain, kita menghadapi terpampang hangat di depan mata kita. hanya menceritakan kisah-kisah matang serta teknik yang baik untuk Tuhan sebagai penciptanya. Sombong Buah keringat yang menetes di setiap pengalaman Aku dan teman-teman memperkecil resiko tersebut. Dari sekali apabila ada seorang manusia yang langkah kita. Mirip seperti menjalani selama di perjalanan.zaman dulu sampai sekarang, teknik menyatakan bahwa dirinya telah kehidupan ini, bukan? Singkatnya mendaki gunung telah berkembang jauh. menaklukkan sebuah gunung. Padahal seperti kata pepatah, “Berakit-rakit ke Cerita dan tulisan dalam buku ini Aku Namun, makna dan hakikat dari dirinya hanya menapakkan kedua hulu berenang-renang ke tepian. susun bukan untuk pamer dan

kakinya di puncak gunung tersebut. pendakian gunung itu sendiri tidak Bersakit-sakit dahulu, bersenang- menyombongkan diri. Kalaupun Apakah gunung sudah takluk?pernah berubah. senang kemudian”. Bukankah setiap hal demikian, Aku minta maaf sebesar-

di dunia ini butuh perjuangan? besarnya. Ini semua murni semata-mata Mendaki gunung itu mengenali diri Lantas tak jarang timbul pertanyaan, Aku persembahkan untuk mereka yang sendiri. Di sini kita akan belajar “ngapain sih susah-susah mendaki Maka, alangkah baiknya dalam mendaki mencintai keindahan alam dan berbagai macam hal. Tentang gunung?”. Setiap orang pasti memiliki gunung setiap pendaki meluruskan niat menjunjung tinggi persahabatan. kerendahan hati, persahabatan, kegemaran yang berbeda-beda. Namun dan tujuannya terlebih dahulu. Jangan Dengan semangat berbagi dan saling manajemen diri, dan lain-lain. Yang dalam melakukan sesuatu, setiap orang sampai kegiatan pendakian gunung mengingatkan. Selamat membaca! paling penting, di sini kita akan belajar pasti punya tujuan dan alasan masing- menjadi sia-sia semata. Layaknya Semoga bermanfaat :-)

PROLOG It’s Not The Mountain We Conquer,

But Ourself

Page 4: Menggapai Puncak Anjani

Sembalun LawangLombok

St. LempuyanganYogyakarta

50 km

The Route

Meet The Team

M. Fahmi “Inyong”PLSG. 11. 147

Fery “Ucok” HarahapPLSG. 11. 155

Kristian “Kecap”TrianggoroTMPL

Adi Firman “Kuzu”TMPL

Archyuda “Arcky”FarchanPLSG. 12.151

Eros AinurrahmanPLSG. 10. 139

Sagarasenja“Ipong” KartikaPLSG. 12. 156

Jalur Bus / Engkel

Jalur Kapal Fery

Jalur Kereta Api

Bali

Page 5: Menggapai Puncak Anjani

ari akhir tahun 2012 yang lalu, dalam tenda saat pendakian Gunung Merapi dan kawan-kawannya dari Tasik untuk Persiapan alat dan latihan fisik pun wacana untuk melakukan waktu itu, Aku dan beberapa teman iseng bergabung juga dengan tim Palasigma dipersiapkan seminggu sebelum Dpendakian ke Gunung Rinjani berbincang-bincang tentang rencana nantinya. keberangkatan. Tiket kereta juga harus

sudah simpang siur tersebar di antara rekan- pendakian Gunung Rinjani yang hampir segera dipesan dari jauh-jauh hari supaya rekan Palasigma di kampus. Cukup banyak

tenggelam itu. Di tengah perbincangan, Sepulang dari Merapi, Aku ajak rekan-rekan tidak kehabisan. Teman-teman Inyong yang yang antusias dan mulai mempersiapkan

Inyong nyeletuk, “Aku kayaknya jadi Palasigma dan teman-teman di kampus yang dari Tasik pun ternyata tidak jadi ikut dalam dana pada waktu itu. Namun seiring berangkat ke Rinjani tanggal 30 nanti. Tapi masih bersemangat untuk ikut dalam pendakian. Entah itu tipu muslihat Inyong berjalannya waktu, wacana dan rencana bareng temen-temen aku dari Tasik.”. Wah, pendakian ini. Terkumpullah beberapa nama supaya rencana ini jadi terlaksana atau tersebut kian menghilang dikarenakan

kesibukan mahasiswa tingkat akhir rekan- pucuk dicinta ulam pun tiba ini namanya. yang pada akhirnya mengembang dan bukan, atau memang kenyataannya begitu. rekan Palasigma. Maklum, ada beberapa Ternyata masih ada semangat dari beberapa menyusut mendekati hari keberangkatan. Ah, sudahlah... Maka pada akhirnya, 7 rekan Palasigma yang sudah dipinang oleh rekan semacam Inyong ini untuk Yan yang membatalkan keberangkatan orang yang tersisa pun siap untuk berangkat perusahaan, jadi harus 'kejar setoran'.

melaksanakan wacana yang hampir karena harus menemani adiknya yang dalam pendakian ini. Semenjak itu, beberapa kawan sudah tidak

tenggelam itu. Saat itu juga Aku langsung datang dari Bali, Ryan yang juga bersemangat lagi untuk merencanakan bersemangat untuk mengajak rekan-rekan membatalkan keberangkatan saat H-1 pendakian ini.yg lain yang masih ingin mewujudkan keberangkatan karena ada panggilan kerja.

rencana pendakian ini. Aku minta Inyong Barulah, sekitar awal Juni 2013, tepatnya di

The Beginning : Wacana

Page 6: Menggapai Puncak Anjani

POS 3

POS 1

POS 2

G. Baru

G. Rinjani3726 mdpl

POS 2

POS 1

Plawangan Sembalun(Areal Perkemahan)

Danau Segara Anak

2,5 jam

1 jam

1 jam

3,5 jam

3 jam

2 jam

Plawangan Senaru

2 jam

2 jam

1 jam1 jam

Sekilas Rinjaniunung Rinjani merupakan gunung berapi aktif tertinggi nomer dua di Indonesia. Tingginya Gmencapai 3726 meter di atas permukaan laut. Secara

geografis, gunung ini berada di bagian timur laut pulau Lombok, Indonesia (8??°25''LU 116°28'BT). Gunung Rinjani merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas 41.330 Ha.

Gunung Rinjani yang sekarang merupakan hasil letusan dan peleburan jutaan tahun yang lalu. Diperkirakan sebelumnya gunung Rinjani memiliki ketinggian mencapai 5000 mdpl. Pada fase letusan dan penghancuran tersebut, terbentuklah kawah yang seiring berjalannya waktu terisi air dan membentuk sebuah danau yang dikenal dengan danau Segara Anak saat ini. Luas danau sekitar 1.100 Ha dan dikelilingi oleh kaldera. Akibat aktivitas vulkanik yang terus menerus, di tengah-tengah kawah danau muncul gunung baru yang dinamakan Gunung Baru Jari (2376 m dpl). Sejarah letusannya dimulai sejak tahun 1847 sampai yang terakhir pada tahun 2009 lalu.

Pos PendakianSembalun Lawang

Areal Perkemahandan Mata Air Panas

Rute

Pendakian

3726 mdpl8??°25''LU 116°28'BT

Pulau Lombok

Page 7: Menggapai Puncak Anjani

Tanjung masih dapat menjadi alternatif bagi

Low Cost Traveler yang ingin mencumbu

Indonesia, khususnya bagian timur.

Sementara itu, kami mulai bosan dengan

aktifitas di dalam kereta. Ngobrol, ngemil,

tidur, dengerin musik, twitter-an dan

sebagainya menjadi kegiatan kami selama

di dalam kereta Sri Tanjung ini. Kalau

melihat di jadwal, kami akan tiba di

Banyuwangi dalam waktu 13 jam. Selama

itu pula kami melakukan kegiatan yang Aku

sebutkan barusan. Untungnya kami tidak

perlu takut kehabisan batere handphone

selama perjalanan di kereta, karena

sekarang Sri Tanjung sudah dipasangi port

listrik, alias colokan listrik, atau kalau

orang Jogja bilang, cop-copan.

Pecel Ayam Banyuwangi

Sekitar jam 22.00 WIB kami sudah sampai

di Stasiun Banyuwangi Baru. Itu artinya

kita sudah menempuh kurang lebih 15 jam berjumpa dengan kereta Sri Tanjung ini. Sekarang semua penumpang pasti dapat --- Senin, 1 Agustus 2013 ---

perjalanan darat dengan berbagai macam Sekarang penampilannya tampak lebih tempat duduk. Pedagang asongan dan

posisi tidur di dalam kereta. Dari Stasiun ukul 06.30 WIB Aku tiba di Stasiun gagah dan mulus. Tampaknya sudah banyak pengamen sudah jarang seliweran di dalam

Banyuwangi Baru, kita langsung menuju Lempuyangan. Rupanya di sana yang dilakukan PT. KAI pada kereta ini. kereta. Interior dan toilet pun juga tampak

Pelabuhan Ketapang yang jaraknya kurang Psudah ada Eros, Kecap dan Fery Mesin loko dinyalakan, The Mighty Sri siap lebih bersih. lebih 100 meter dari Stasiun Banyuwangi

dengan carrier-nya masing-masing. Tak melaju menyusuri rel sampai ujung timur Yang paling keren, setiap gerbong sekarang Baru. Sebelum itu, kami semua mampir

lama kemudian, Ipong datang kemudian pulau jawa sana. dipasangi AC! Dengan demikian, harga dulu ke mesjid untuk shalat dan bersih-

disusul Inyong dan Adi. Dengan ini, tim tiketnya pun naik sekitar 2 kali lipat dari bersih. Rupanya nasi bungkus 5000-an

sudah lengkap. Rupanya kami tidak sendiri. Dari dulu yang aku tahu, kereta Sri Tanjung sebelumnya menjadi 90.000 (jauh-dekat). siang tadi sudah tidak mampu mengganjal

Beberapa rombongan lain bergaya pendaki ini memang selalu tepat jadwal kalau Untuk jarak sejauh itu dan fasilitas seperti perut ini. Dari mesjid, kami semua mampir

sambil memikul carrier juga terlihat di berangkat. Lihat saja, 07.15 kereta ini sudah itu, harga itu masih termasuk kelas ekonomi lagi ke warung pecel ayam di pinggir jalan.

stasiun pada waktu itu. Entah hendak pergi mulai melaju sesuai dengan yang tertera di bagiku. Entah, bagi mereka yang tidak Karena kondisi warung yang tampak

kemana. dalam tiket. Tapi, untuk urusan sampai peduli masalah fasilitas dan lain sederhana, kami mengira kalau makanannya

tujuan, tidak selalu tepat jadwal. Entahlah, sebagainya. Kasian juga kalau harganya pun harganya juga sederhana. Maklum,

Setelah sarapan sebungkus nasi rames, kami banyak yang berubah dari kereta jagoan naik 2 kali lipat begini, padahal harus naik budget terbatas. Pengeluaran harus bisa

semua bergegas ke tempat pengecekan tiket yang menapaki rangkaian besi rel dari kereta ini setiap hari. Tapi semua kebijakan ditahan di awal-awal begini.

dan langsung masuk ke dalam gerbong Stasiun Lempuyangan Yogyakarta sampai yang diambil pastinya sudah dipikirkan dan kereta. Ah, sudah lama rasanya tidak Stasiun Banyuwangi Baru ini setiap hari. ditimbang dengan baik. Semoga Sri

Pie’ Kabare Awakmu, Sri?

Page 8: Menggapai Puncak Anjani

Tidak lama dari kejadian itu, kami semua pernah dibaca, bis jurusan Gilimanuk – halal. Biasanya yang jual adalah perantau-sudah berada di atas kapal ferry untuk Padang Bai memang beroperasi di tengah Sekitar jam 2 pagi waktu setempat, bis kami perantau dari pulau jawa sana yang pergi menyeberang ke pulau Bali. Penyeberangan malam begini. Harganya 45.000 per orang pun mulai melaju menembus gelapnya mengadu nasib. Kami mampir ke salah satu ferry Jawa-Bali ini beroperasi 24 jam. Jadi dengan jarak tempuh kurang lebih 4 – 5 jam malam. Kami akan menempuh jarak kurang warung tersebut yg terletak di dekat tidak perlu khawatir sampai di pelabuhan

perjalanan darat. lebih 300km dari ujung barat sampai ujung musholla setempat, sekalian bersih-bersih jam berapapun, pasti masih ada kapal ferry

timur membelah Bali. Enjoy! badan sebelum akhirnya menyebrang ke yang beroperasi. Karena naiknya harga Di sana sudah ada 1 bis yang siap Pulau Lombok.BBM beberapa waktu lalu, tiket ferry pun berangkat. Kami semua langsung Kira-kira pukul 06.00 WITA, kami sudah ikut naik dari 6000 menjadi 7500 per orang.menaikkan barang ke dalam bagasi. Kami sampai di Pelabuhan Padang Bai. Setelah

Dari Pelabuhan Ketapang sampai Pelabuhan bertemu dengan beberapa pendaki dari semua carrier diturunkan, kami langsung Gilimanuk Bali, dapat ditempuh 45 menit Mapala Mayestik Fakultas Hukum UGM. bergegas cari tempat makan karena tidak sampai 1 jam perjalanan, tergantung kondisi Ternyata sebelumnya kami satu kereta juga kuat menahan lapar. Harus hati-hati cari gelombang. Waktu itu, gelombangnya dengan mereka. Mungkin mereka adalah makan di sini. Biasakan tanya terlebih lumayan membuat kapal kami oleng kesana rombongan yang kami lihat sewaktu di dahulu sebelum memutuskan untuk kemari. Rasanya seperti naik wahana Kora- stasiun Lempuyangan sebelumnya. Kami membeli makanan. Menu seperti B1 dan B2 Kora. Supaya tidak mabuk, kami semua berbincang sebentar sekedar menyapa dan sudah umum dijajakan disini. Tapi, tidak tidur saja di dalam kapal. Karena akan basa-basi. Ternyata tujuan mereka juga perlu khawatir. Banyak juga warung-warung memasuki Bali, jangan lupa jam tangan sama dengan kami. masakan jawa yang menyajikan masakan diatur dalam Waktu Indonesia Tengah.

--- Selasa, 2 Agustus 2013 ---

Membelah Bali

ari Pelabuhan Gilimanuk Bali,

kami langsung berjalan kaki Dmenuju terminal Gilimanuk yang

jaraknya tidak jauh dari pelabuhan itu.

Namun saat hendak keluar dari pelabuhan,

kami harus masuk ke pemeriksaan KTP

dulu. Sialnya, aku baru ingat kalau KTP ku

sudah habis masa berlakunya. Kecap pun

bernasib sama, KTP dia belum kunjung

ketemu semenjak dompetnya hilang

beberapa waktu lalu. Alhasil, kami berdua

harus memelas di depan petugas. Sementara

yang lain sudah menunggu di luar.

Setelah kami berdua dibuatkan surat

keterangan, kami langsung bergabung

dengan yang lainnya untuk menuju terminal

Gilimanuk. Menurut jurnal-jurnal yang

Sialnya, aku baru ingat kalau KTP-ku sudah habis masa berlakunya...

Page 9: Menggapai Puncak Anjani

Penyebrangan Fery dan Fasilitasnya penyebrangan Bali-Lombok. Sejauh yang traveler dalam negeri maupun luar negeri.

Penyebrangan kapal ferry antara Pulau Bali aku tahu, semua kapal fery dari PT. Dharma Selamat datang di Lombok! Dari bawah laut sampai puncak gunung,

(Pel. Padang Bai) dan Pulau Lombok (Pel. Lautan Utama fasilitasnya selalu oke Sesampainya di Pelabuhan Lembar, kami pesona alamnya membius semua orang.

Lembar) ini dilayani oleh beberapa punya. Kalau mau mudahnya, cari saja langsung dijemput oleh Pak Kemat, Beberapa rute penerbangan baru dengan

perusahaan. Setiap perusahaan memiliki kapal yang bertuliskan we serve the nation, temannya Pak Uri. Mereka adalah supir tujuan Lombok mulai dibuka. Bahkan, kira2

beberapa kapal ferry dan jadwal itu semboyan mereka. Selain itu, karena mobil sewaan yang sudah biasa bawa tamu 2 tahun yang lalu Bandara Internasional

keberangkatannya sendiri-sendiri. Kalau perjalanannya yang memakan waktu yang keliling pulau Lombok ini. Sebenarnya Aku Lombok (BIL) resmi dibuka. Dengan ini,

beruntung, kita bisa dapat kapal ferry yang lama, jangan lupa isi perut dan minum obat hanya kenal Pak Uri saja, sedangkan Pak akses untuk menuju Lombok akan semakin

fasilitasnya bagus. Ada AC, kursinya supaya tidak mabuk laut selama di kapal. Kemat baru pertama kali bertatap muka hari mudah. Sayangnya, saat sampai di Lombok,

empuk, ada tempat untuk selonjoran, itu. Pak Uri sedang mengantar tamu lain, kebanyakan pengunjung/traveler sering kali

bahkan ada yang bingung mencari

menyediakan transportasi untuk

taman bermain menuju destinasi

untuk anak. Tapi wisata ataupun

sebaliknya, ada mengeksplor pulau

juga kapal ferry Lombok. Jangan

yang fasilitasnya samakan seperti di

buruk. Tanpa AC, Bali atau di pulau

kursinya keras, Jawa. Di sini,

kalau mau pake cukup sulit

tempat selonjoran mencari tempat

harus sewa, dsb. penyewaan motor.

Padahal untuk Angkutan umum

semua kapal, tarif pun jumlahnya

yang diberlakukan masih sedikit dan

sama, tapi fasilitas rutenya terkadang

yang didapatkan tidak menjangkau

bisa berbeda. destinasi yang kita

Masalahnya, jarak inginkan. Aku

tempuh antara pernah menunggu

Padang Bai dan angkutan umum di

Lembar ini pinggir jalan Kerjaan kami selama di kapal tidak jauh maka diutus lah Pak Kemat sebagai memakan waktu 4 – 6 jam perjalanan. Maka hampir setengah jam lamanya. Maka dari beda dengan kegiatan kami selama di kereta penggantinya. Perkara Aku dan Pak Uri fasilitas disini menjadi penting. Jangan itu, pilihan terbaik untuk mengeksplor pulau Sri Tanjung kemarin hari. Ngobrol dan tidur kenalnya dari mana, itu ceritanya panjang. disamakan dengan penyebrangan antara Lombok adalah dengan kendaraan pribadi lebih mendominasi. Kami memang tidak Tidak perlu dibahas disini. Kalau nanti Banyuwangi (Pel. Ketapang) dan Bali (Pel. atau menyewa kendaraan umum. Karena dapat kapal fery PT. Dharma yang memang perlu bantuan beliau, Aku dengan Gilimanuk) yang hanya memakan waktu 45 lebih fleksibel, jadi kita bisa mengunjungi fasilitasnya bagus itu. Tapi kapal yang kami senang hati akan memberikan nomer menit sampai 1 jam, fasilitas yang baik dan beberapa destinasi tanpa harus ganti-ganti tumpangi ini fasilitasnya sudah cukup baik kontaknya.buruk tidak akan terasa. Jadi saranku, ada kendaraan.dan cukup nyaman. Rasanya cukup untuk baiknya untuk mengecek jadwal istirahat dan jaga stamina sebelum Pulau Lombok memang beberapa tahun keberangkatan kapal fery untuk pendakian. terakhir menjadi primadona di kalangan

Page 10: Menggapai Puncak Anjani

Dari Lembar kami akan menuju Pos menahan berat beban. Seperti yang sudah Pendakian Gunung Rinjani di Desa Kurang lebih 45 menit setelahnya, mobil Kami dapat 1 kamar tak jauh dari pos dikatakan Sir Edmund Hillary di awal, “It's Sembalun. Kira-kira waktu tempuh kami mulai menanjak menapaki pendakian tersebut. Harganya 200.000 per not the mountain we conquer, but ourself”.perjalanan dari Lembar ke Sembalun kurang punggungan bukit. Pemandangan berganti malam kalau diisi 7 orang. Di dalamnya lebih 3 jam. Waktu itu sudah pukul 14.30

bukit-bukit batu yang tertutup hijau sudah ada 2 kasur dan kamar mandi. Malam itu kami habiskan untuk recharge WITA saat mobil APV yang kami tumpangi

rerumputan. Indah nian. Sesekali Ipong dan Rencana kami, 2 kasur tadi akan di tempel energi yang telah terkuras akibat perjalanan melaju menuju Aikmel, sebelum kita ganti Inyong mengeluarkan 'senjata'-nya masing- supaya luas dan bisa menampung 5 orang. panjang dari Yogyakarta sebelumnya. kendaraan. Jadi, dengan harga 450.000 masing untuk mengambil gambar. Sisanya, harus rela untuk tidur di lantai Rencananya besok pagi kami akan mulai dibagi 7 orang, Pak Uri akan membantu

untuk mengantar kami dari Pelabuhan beralaskan tikar dan sleeping bag. Baru mendaki dari pos awal pendakian sampai Lembar ke Desa Sembalun. Awalnya dia Dibalik bukit yang kami tapaki, ternyata sampai sini saja, rasa egoisme kami masing- Plawangan Sembalun. Menurut informasi pasang harga 600.000, dengan alasan pemandangan jauh lebih menakjubkan. Di masing sudah mulai diuji. Rasa-rasanya yang sudah kami himpun, dari pos naiknya harga BBM. Setelah tawar

kejauhan terlihat dataran yang dikelilingi tidak adil saja kalau salah satu dari kami pendakian pertama sampai Plawangan menawar, akhirnya kami setuju dengan

oleh bukit-bukit tinggi. Di dataran tersebut ada yang merasakan kenyamanan, namun Sembalun dapat ditempuh dalam waktu 8 – harga 450.000. Dengan catatan, sampai di terlihat rumah-rumah yang tidak lain adalah yang lainnya tidak. Hanya masalah tempat 9 jam perjalanan. It's gonna be a looong day Aikmel, kita akan 'di-oper' ke kendaraan Desa Sembalun tujuan kami. Karena tidur saja, kalau dirimu tidak memiliki hati and very tired day! Keputusan untuk lain. Tidak masalah buat kami.dikelilingi oleh bukit-bukit yang tinggi, yang cukup besar, bisa saja sebuah menginap di penginapan ini agaknya cukup

membuatnya seakan seperti tempat rahasia perselisihan akan terjadi. Beruntunglah baik untuk mengembalikan tenaga kami. Sesampainya di Aikmel, barulah kami yang letaknya tersembunyi. Seketika Aku kami dapat melewati ini. Karena ujian yang Setelah mandi, makan malam, dan sholat, mengerti. Disana sudah menunggu mobil merasa seperti di antah berantah. Sinar lebih besar akan menanti di hari-hari esok. kami semua beranjak tidur malam itu bak terbuka (pick-up) yang biasa digunakan matahari yang mulai terbenam menambah Biar kukatakan padamu, kawan. Naik sambil berdoa, semoga cuaca cukup baik untuk mengangkut sayur mayur dari Aikmel dramatis pemandangan sore itu. gunung tidak melulu soal mendaki dan untuk beberapa hari ke depan.ke Sembalun ataupun sebaliknya. Dari

mobil APV, kami semua melompat menuju Tepat di depan pos pendakian kami bak mobil tersebut. Berteman dengan 2 diturunkan oleh Pak supir. Di sana ada orang ibu dan barang belanjaannya yang beberapa pemuda lokal yang sedang juga menumpang mobil tersebut. Sesaat berkumpul dan sekedar ngobrol-ngobrol kemudian, mobil bak kami pun melaju menghangatkan badan. Mereka menuju Sembalun. Aku hanya berharap menyarankan kami untuk singgah di semoga tidak hujan selama di perjalanan...pendopo yang ada di depan kantor

pendakian tersebut. “Kalau mau buka tenda Sekitar 15 menit lepas dari Aikmel, mobil juga gak apa-apa, mas... Di sekitar sini berbelok dari jalan utama memasuki juga bisa.”, kata salah seorang pemuda kawasan pedesaan. Pemandangan sawah yang kami temui. Ah, rasanya malas sekali dan rumah penduduk terpampang di kiri dan kalau harus buka tenda dan packing lagi kanan jalan. Jalur aspal mulai menanjak saat esok harinya. Akhirnya kami sepakat untuk pemandangan persawahan berganti hutan mencari penginapan murah di sekitar pos rindang. Kami mulai memasuki kawasan pendakian. Aku dan Eros berkeliling Taman Nasional Gunung Rinjani. Sesekali sebentar untuk survey penginapan sebelum terlihat monyet dan lutung bergelantungan hari semakin gelap, sedangkan yang lainnya di pohon-pohon. Suara burung juga belanja bahan makanan dan perlengkapan menemani selama perjalanan di dalam hutan yang masih kurang. tersebut.

Foto : Inyong

Page 11: Menggapai Puncak Anjani

sarapan. Susah juga mencari warung yang Selepas sarapan, kami langsung menuju pos tenaga...tidak boleh manja...--- Rabu, 3 Agustus 2013 ---menjual nasi. Rata-rata warung makan pendakian untuk mendaftarkan diri. Per

agi itu dingin sekali. Jam di tangan belum ada yang buka pagi itu. Kalaupun orang diwajibkan membayar 2.500 untuk Setelah sarapan dan mengurus administrasi menunjukkan pukul 04.30 WITA. ada, mereka tidak menjual nasi, adanya roti. retribusi dan asuransi. Kalau wisatawan pendakian, kami kembali ke penginapan PKami mulai bangun sambil Lantas kami cari warung lain. Maklum, mancanegara, beda lagi harganya. Biasanya untuk packing terakhir dan memulai

bergantian untuk sholat subuh dan packing. kalau belum ketemu nasi rasanya belum mereka sudah dikoordinir oleh travel agent pendakian, tentunya setelah mengurus Yang tahan dingin, menyempatkan diri

kenyang Berbekal petunjuk dari orang setempat. Aku pribadi kurang mengerti administrasi penginapan. Sedikit stretching untuk mandi. Rupanya banyak lintah di

sekitar, akhirnya kami menemukan warung bagaimana peraturannya. Tapi, sejauh yang agar otot-otot tidak kram selama pendakian, kamar kami ini. Untunglah tidak ada nasi yang sudah buka. Nasi ayam dan kami lihat, semua turis asing yang mendaki tidak lupa kami semua mengolesi diri satupun dari kami yang dihisap darahnya. rendang dibanderol 15.000 per porsi. gunung Rinjani pasti menggunakan jasa dengan sun-block untuk menangkal terik Semalam sebelum tidur, kami semua

membuat perangkap anti lintah dengan Waduh, mahal juga kubilang. Tapi sudahlah, porter dan guide lokal. Masalah wajib atau matahari. Karena menurut informasi, sangat menebar serbuk garam di tempat-tempat daripada kami semua kelaparan di tidaknya, aku kurang begitu tahu. Kami juga jarang dijumpai pepohonan untuk berteduh tertentu agar lintah-lintah tidak mengganggu perjalanan nanti. Alhasil, kami hanya ditawari untuk menumpang mobil bak di jalur Sembalun ini. Jangan lupa berdoa kami selama tidur. Lumayan ampuh juga.

membeli 4 porsi. Jadi, satu piring untuk terbuka dari pos pendaftaran ini sampai setiap sebelum mendaki, all we are is dust

berdua. Selain irit, juga lebih romantis. akhir jalan beraspal. Kami lebih memilih in the wind di hadapan Tuhan YME. Sebelum memulai pendakian, kami

berjalan kaki saja. Maklum, baru isi Rendahkan hatimu, mari mulai mendaki!berkeliling sebentar mencari tempat

Mulai Mendaki Foto : Inyong

Page 12: Menggapai Puncak Anjani

kami bertemu dengan turis asing yang seorang dari mereka adalah seorang kakek

hendak turun. Karena penasaran sudah tua yang kira-kira berumur 70 tahun. Dia

hampir 2,5 jam berjalan belum bertemu juga menggunakan sendal jepit! You're rock, Sir!

dengan pos 1, Ucok lantas bertanya pada Aku tidak mau berkomentar banyak soal ini.

turis tersebut berapa lama lagi untuk Dengar boleh dengar, rombongan mereka ini

mencapai pos 1. Si turis menjawab dengan hendak melakukan ritual di salah satu lokasi

semangat, “After the bridge!”. Tak lama dari di Gunung Rinjani ini. Gunung Rinjani bagi

pertemuan itu, kami menjumpai sebuah suku Sasak asli Lombok memang dianggap

jembatan yang dimaksud. Seketika sakral. Tidak jarang dari mereka yang

semangat langsung bertambah dan bolak-balik naik turun gunung untuk

kecepatan berjalan pun ikut bertambah melakukan ritual atau hal semacamnya di

mengetahui bahwa pos 1 berada tidak jauh Gunung Rinjani ini. Aku sempat ngobrol Jalur Sapi bingung pada waktu itu karena dari awal dari jembatan yang baru saja kami lewati. dengan seorang penduduk Lombok waktu di Dari awal pendakian kami sudah disuguhi pos pendakian sampai percabangan itu, Sudah 15 menit kami berjalan setelah kapal ferry tempo hari. Sudah 30 tahun dia puncak gunung Rinjani yang menjulang kami tidak sekalipun berjumpa dengan jembatan dengan kecepatan penuh, tidak tumbuh dan besar di Lombok, namun tinggi di hadapan kami. Meskipun terlihat pendaki lain. Akhirnya kami memutuskan juga kami temui pos 1 tersebut. Kami sudah sekalipun belum pernah menginjakkan dekat, namun jalur pendakian yang akan untuk mengambil salah satu jalur yang jauh meninggalkan jembatan itu, namun kakinya di Gunung Rinjani. Menurutnya, kami tempuh nantinya adalah memutar membawa kami menaiki punggungan bukit. tidak ada satupun bangunan yang kalau kita tidak memiliki hati dan niat yang mengitari punggungan bagian utara. Begitu Kami terus mengikuti jalur yang menanjak menunjukkan pos 1. Kami semua habis betul-betul bersih, jangan sekali-sekali kira-kira yang tergambar di peta. ini sampai atas bukit. Kami malah bertemu termakan panas terik matahari dan harapan mendaki Rinjani. “...saya masih menyimpan Pada 60 menit pertama pendakian, kami sapi-sapi yang sedang mencari makan. Kami palsu dari si bule lewat tadi. 15 menit dendam dengan orang tua saya, makanya masih menapaki jalan aspal. Kalau naik terus mendaki bukit sampai jalurnya mulai berikutnya, barulah kami merebahkan diri di saya belum berani kesana...”. mobil bak terbuka tadi, kami bisa ngawur. Sampai di atas bukit kami merebah pendopo pos 1 yang sudah kami cari selama menghemat 45 menit. Lumayan juga. sebentar, berteduh di bawah sebuah pohon ini. Sementara matahari kian meninggi dan di atas bukit tersebut. Menenangkan pikiran

semakin terik, tenggorokan kami mulai yang ikut ngawur. Agaknya kami salah Total kami sudah mengering. ambil jalan. Sia-sia juga 30 menit mendaki menempuh 3,5 Setelah jalan aspal habis, kami mulai ke atas bukit ini. Ah, tidak ada yang sia-sia. jam untuk menapaki jalan setapak di antara padang Seandainya tidak kami coba, kami tidak mencapai pos 1 rumput yang berbukit-bukit. Sebenarnya akan pernah tahu, kan? Kami bergegas ini. Wuh, rasanya jalurnya cukup jelas dan relatif datar kembali ke percabangan, sambil seperti kami sudah meskipun terkadang agak naik-turun bukit, mengumpulkan mood yang menguap akibat berjalan lebih namun jaraknya yang jauh membuat kami teriknya sinar matahari. Belakangan kami lama dari itu. Di juga harus tahan berlama-lama diterpa terik ketahui bahwa jalur yang kami lewati pos 1 kami tidak sinar matahari. Menurut peta dan informasi tersebut tercipta spesial untuk sapi-sapi sendirian. Ada yang kami baca, jarak tempuh sampai pos 1 yang ingin mencari makan. Owalaaaaah... rombongan orang kurang lebih 2,5 jam perjalanan. Lumayan lokal (Lombok) juga... After The Bridge! yang juga sedang Meskipun jalurnya cukup jelas, di tengah Setelah mengambil jalur yang lainnya, kami beristirahat. Yang perjalanan kami sempat menemui tidak menemui kendala lagi. Mood kami membuat kami percabangan tanpa petunjuk. Kami sempat kembali. Sekitar setengah jam kemudian, takjub, salah

Foto : Inyong

Foto : Ucok

Page 13: Menggapai Puncak Anjani

Lantas salah seorang guide yang kami temui Pos 1 dan pos 2 jaraknya lebih dekat. Tidak Teman-teman yang lain pun mulai ikut-di Pos 1, bercerita kalau kondisi jalur terasa 1 jam berjalan kami sudah sampai di ikutan. Lalu kami jadi keasyikan berlama- Satu jam berjalan dari tempat kami berleha-Sembalun ini tidak sebaik waktu jaman pos 2. Pos 2 ini letaknya agak menjorok ke lama di kubangan ini. Kami masih dongkol leha, kami sudah sampai di pos 3. Jalur Soeharto dulu. Menurutnya, pemerintah dalam di kiri jalan. Di sana terdapat sama “After the bridge!”-nya si bule tadi. pendakian mulai terasa curam. Di sana sekarang kurang begitu care dengan kondisi

jembatan yang di bawahnya terdapat sungai Rasanya badan ini sudah lemas sekali. Ucok dan Kecap sudah berleha-leha lebih jalur dan fasilitas yang kurang baik ini.

yang mengering. Saat kami sampai disana, Tenggorokan pun kering rasanya meskipun dulu. Ternyata mereka juga setuju dan Kami memang melihat beberapa jembatan ternyata sudah banyak rombongan turis sudah dibilas dengan nutrisari berkali-kali. sepakat dengan perubahan schedule kami yang kami lewati sudah rusak dan tidak asing yang sedang beristirahat makan siang. hari ini. Setelah merebah sebentar, sambil terurus. Pendopo yang kami singgahi di Pos

1 ini saja adalah hasil sumbangan dari PT. Si turis merebahkan badan sambil berleha- Kami masih berleha-leha, sedangkan waktu menunggu yang lain, kami bertiga mulai Pertamina. Lalu toilet-toilet portable yang leha menunggu makanan, sementara porter terus berjalan dan hari semakin sore. mendirikan tenda. Rupanya di dekat sini ada ada di beberapa pos, adalah hasil mereka menyiapkan makan siang. Rasanya target untuk sampai Plawangan sumber air seperti di pos 2 sebelumnya. sumbangan LSM luar negeri. Padahal,

Pemandangan yang sungguh membuat kami Sembalun sore ini tidak akan terkejar. Bedanya airnya lebih jernih. Kami harus setiap hari pendakian Gunung Rinjani tidak

iri. Menurut cerita, kami masih harus melewati menyusuri sungai kering ke arah hulu yang pernah sepi pengunjung, baik wisatawan 'bukit peneyesalan' yang legendaris itu berada di sebuah lembah dekat pos 3 ini lokal maupun mancanegara. Dari mulutnya

Di pos 2 terdapat sumber air yang berupa setelah melewati pos 3, sebelum akhirnya untuk mendapatkan air. Tidak jauh dari sana jugalah kami tahu alasan mengapa jembatan-jembatan yang kami temui di kubangan di sungai yang mengering itu, sampai di Plawangan Sembalun. Jam ada kubangan air yang bisa kita manfaatkan. sepanjang jalur, lebarnya cukup besar. namun airnya sedikit keruh. Waktu menunjukkan pukul 15.00 WITA, “Jaman Soeharto dulu, mobil bisa sampai menunjukkan pukul 13.00 WITA. Kami sedangkan pos 3 tidak kunjung tampak. pos 3, Mas...”, cerita orang itu. istirahat dan menunaikan sholat dzuhur plus Kami enggan untuk mendaki saat hari sudah

ashar di sini. Setelah itu, langsung gelap, terlalu riskan. Lagipula otot-otot di Cukup lama kami beristirahat di pos 1 ini melanjutkan perjalanan kembali. Hati-hati sekujur tubuh rasanya sudah overstressed. sebelum kami melanjutkan perjalanan dengan barang bawaan kalian. Di sini kembali menuju pos 2. Selepas dari pos 1, banyak monyet-monyet jahil yang doyan “Ora usah ngoyo... Gimana kalau kita kami mulai sering menjumpai pendaki lain mencuri makanan. camping di pos 3 aja? Biar kita gak yang turun gunung. Kebanyakan dari menyesal besok pas ngelewatin bukit mereka adalah turis asing. Rata-rata dari Sepakat! penyesalan...”, Aku memulai pembicaraan mereka hanya mengenakan daypack dan tas Aku mulai merasa kalau carrier kami ini. Teman-teman yang lain tampak setuju, kecil, sementara barang lainnya dan semakin berat. Ini terlihat dari wajah teman- kecuali Ucok dan Kecap yang persediaan makanan mereka dibawakan teman yang tampak begitu ngos-ngosan, sudah melaju duluan meninggalkan oleh porter. Setiap sebelum berpapasan padahal baru hari pertama mendaki. kami. “Terus gimana si Kecap sama dengan rombongan turis asing, pasti kami Rasanya kami membawa terlalu banyak Ucok? Mereka mau gak camp di akan berpapasan dengan porter-nya terlebih bahan makanan. Pantas saja tenaga cepat pos 3? Jangan-jangan mereka dahulu. Mereka memanggul barang-barang terkuras. Kami mulai sering berhenti di bablas lewatin pos 3”, tanyaku bawaan rombongan dengan mengikatkannya jalan untuk beristirahat dan mengatur pada yang lain. Ah, 5 lawan 2. pada sebilah bambu yang ia panggul. pernafasan. Padahal hari sudah beranjak Mereka pasti setuju. “Yasudah kita Perkiraanku beratnya bisa sampai 30 atau sore, sedangkan target kami hari ini adalah kejar mereka sekarang, pokoknya 40 kilogram. Mereka semua berjalan lebih bermalam di Plawangan Sembalun. sebelum gelap kita harus udah cepat daripada turis-turis yang tidak sampai di pos 3 yah? Sepakat?”. Obrolan membawa carrier. Tidak jarang dari mereka Kami beristirahat di samping kubangan air tadi diakhiri dengan acara saling salam-yang hanya menggunakan sendal jepit. Gila! di pinggir jalan. Rasanya nikmat sekali salaman yang berarti semuanya setuju kalau

merendamkan tangan di kubangan air ini. target hari itu kita majukan.

Pak Bilal

Setelah teman-teman yang lain sampai,

kami semua langsung masak untuk makan

malam. Hari sudah semakin gelap. Udara

yang tadinya sangat panas dan terik,

berganti menjadi dingin menusuk tulang.

Jaket, sarung tangan, kupluk dan amunisi

lain mulai dikenakan untuk menghangatkan

badan.

Page 14: Menggapai Puncak Anjani

Di sela-sela kami memasak, beberapa Kami lalu mengajaknya untuk makan Dengan nada dan intonasi suaranya yang daypack 40 liter, sedangkan pendaki dalam pendaki juga ikut beristirahat di pos 3 ini, bersama. Setelah itu, kami ajak juga untuk khas, kalimat tersebut sukses membuatku negeri, carrier-nya tinggi-tinggi dan berat. sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke shalat maghrib bersama-sama. Hari semakin tertawa sejadi-jadinya. Tidak tahu kenapa, Yah, meskipun ada juga pendaki dalam bawah. Ada juga rombongan lokal lain yang gelap, dan udara semakin dingin. Memaksa lucu saja aku dibuatnya... negeri yang menggunakan jasa porter. Tidak bermalam di pos 3 bersama kami. Bedanya

kami untuk masuk ke dalam tenda dan Pak Bilal pamit melanjutkan perjalanan masalah...mereka tidak menginap di tenda. Mereka

beristirahat. Pak Bilal pun kami ajak untuk lebih dulu, sedangkan aku belum beranjak Seperti biasa, setiap pendakian harus menginap di lubang semacam goa yang tidur di dalam tenda. Tidak banyak kegiatan dari sleeping bag. Semangat sekali Pak diawali dengan menundukkan kepala dan terbentuk di dinding tebing lembah tempat yang kami lakukan malam itu. Hanya Bilal ini. Hati-hati di jalan ya, Pak! Sampai berdoa kepada Tuhan YME. Dia lah yang aliran sungai yang mengering. Mereka

hanya menutup lubang goa dengan terpal sedikit gojek-gojek picisan khas kampus dan bertemu kembali... berkehendak atas segala sesuatu. Kembali agar terlindung dari angin. Hanya satu thermos coklat hangat sebelum Rencananya, hari ini kami akan kami merendahkan hati di hadapan ciptaan-rombongan kami dan rombongan itu yang akhirnya kami menutup malam. melanjutkan perjalanan jam 9 pagi. Setelah Nya. “All we are is dust in the wind...” Let's bermalam di pos 3 ini pada waktu itu.

bangun, kami langsung menyiapkan go!

sarapan. Eros tidak berhenti mengeluh soal Meninggalkan pos 3 Pada Bolong, kami Saat hari semakin gelap, tiba-tiba datang

--- Kamis, 4 Agustus 2013 --- Ubi (Ketelo alias Telo) yang dibawanya. langsung dihadapkan dengan tanjakan yang pendaki lain dari bawah. Tampaknya orang

Menurutnya, ubi yang dibawanya selama ini aduhai. Selamat datang di 'Bukit lokal, namun perawakannya seperti orang

Bukit Penyesalan adalah penyebab utama beratnya carrier Penyesalan'. Tanjakan tiada henti, ditambah timur tengah. Dia lantas merebahkan diri di

Udara dingin dan pegal-pegal sisa kemarin yang dia gendong. Untuk mengurangi berat terik sinar matahari. Untung saja kami pendopo. Anehnya, dia tidak membawa

membuatku cukup malas untuk bangun. Di beban dan mengurangi keluhan Eros, pagi memutuskan untuk bermalam di pos 3 dan carrier berat seperti kami. Dia hanya

luar terdengar suara Ipong, Eros dan Pak itu kami rebus sebagian telo yang dia bawa tidak melanjutkan ke Plawangan. Bisa-bisa, menjinjing kresek yang entah isinya apa

Bilal samar-samar. Entah mereka untuk sarapan. Enak juga rasanya. Mudah- kami benar-benar menyesal sejadi-jadinya. saja. Kami berkenalan. Pak Bilal namanya.

membicarakan apa, yang kuingat hanya mudahan bisa memberikan cukup energi Mungkin itu alasannya kenapa rangkaian Tinggal di Aikmel, Lombok Timur.

cletukan Pak Bilal, “Oh, suara kera!”. untuk melewati 'bukit penyesalan' hari ini. bukit-bukit yang seakan tiada habisnya ini Keturunan arab, makanya wajahnya khas.

Saat kami dijuluki demikian. Dia bilang datang bersama satu kawannya,

packing, Pada tahap ini mulai dijumpai pohon tapi kawannya tersebut tertinggal di

beberapa cemara gunung di kiri dan kanan jalan. belakang. Tidak jelas juga maksud dan

rombongan Lumayan untuk berteduh. Kalau sudah tujuan Pak Bilal ini mendaki gunung. Dia

pendaki lain berbaring di bawah bayang-bayang pohon hanya bilang ingin olahraga. Naik dan

lewat dari bawah cemara begini, rasanya malas sekali untuk turun, itu saja...

hendak mendaki. bangun. Angin sepoi-sepoi membuat badan

Mudah saja segar dan membawa kantuk. Apalagi Akhirnya kami tahu isi kresek yang

membedakan ditambah pemandangan desa Sembalun di dibawanya itu. Dia mengeluarkan sehelai

rombongan kejauhan sana, rasanya ingin bermalam jaket yang langsung dikenakannya. Lalu dia

pendaki dalam disini saja. Hihihi...keluarkan juga sepotong roti yang langsung

negeri dan Satu bukit terlampaui, kami merebahkan dia makan. Awalnya kukira dia

pendaki luar diri. Satu bukit lagi terlampaui, kami menggunakan jasa porter untuk membawa

negeri. Lihat saja merebahkan diri kembali. Begitu seterusnya barang-barangnya, namun ternyata Aku

dari besarnya sampai 3,5 jam berikutnya kami telah salah. Hebat juga orang ini kubilang. Benar-

carrier yang sampai di Plawangan Sembalun.benar ultralight hiking! Hihihihi... Jangan

dibawa. Pendaki ditiru ya, teman-teman :-)

luar negeri paling

banter bawa Foto : Eros

Page 15: Menggapai Puncak Anjani

Minuman Tingkat Tinggi

Gila! Setelah jatuh bangun menapaki bukit

penyesalan, sampai di Plawangan , kami

disodorin satu krat bir dingin. Amboiiii....

Rasanya ingin langsung kuteguk dan

kubiarkan mengalir di kerongkongan yang

kering ini. Tapi itu hanya mimpi.

Kuurungkan niatku setelah tahu kalau

harganya 70 ribu per botol. Bisa untuk beli

nasi ayam Banyuwangi 4 kali.

“Sampai kapan abang jualan disini?”,

tanyaku pada pedagang minuman 'tingkat

tinggi' itu. “Yaaa kalau sudah laku kejual

semua, Mas...”, balasnya. Tidak hanya bir

botol, dia juga menjual minuman ringan

lainnya di dalam cooler box (yang sungguh

menggoda) dengan harga 3 kali lipat dari

harga normal. Betul-betul minuman 'tingkat

tinggi'. Sudah harganya tinggi, dijualnya Di sini mulai terasa ramainya pendaki yang keluarga Inyong, tersaji di piring kami

pun di tempat yang tinggi begini. Lain kali berkunjung. Kira-kira lebih dari 15 tenda masing-masing. Kami semua

saja...yang berdiri di sepanjang pelataran camping menyantap dengan lahap semua menu

ground ini. Pengunjung didominasi oleh makan siang itu. Kami tidak henti-Ada Sinyal

pendaki mancanegara dengan porter hentinya membicarakan mustopa yang Plawangan adalah tempat berkemah terakhir

masing-masing. tidak jelas asal usulnya, bagaimana sebelum melakukan summit attack besok

sampai dinamakan demikian. Yang pagi. Dari sini, kita bisa melihat puncak

Kami lantas menyiapkan makan siang, jelas, rasanya enak! Rinjani tempat Dewi Anjani bersemayam

karena energi dari ketelo tadi pagi sudah sekaligus melihat langsung kawahnya yang

hampir habis. Sebagian teman yang lain Setelah makan, tidak ada kegiatan membentuk Danau Segara Anak. Sayang,

bertugas untuk mengambil air ke bawah. khusus yang kami lakukan. Hanya waktu kami sampai pemandangan ke arah

Siang itu kami makan dengan menu yang beristirahat dan bersantai menunggu danau tertutupi kabut.

tidak jauh beda dengan kemarin. Sang matahari terbenam. Ternyata di

kepala dapur, Inyong, mulai meramu nasi Plawangan ada sinyal! Mereka yang Kami sengaja mendirikan tenda di dekat

liwet andalannya. Sang asisten, Ipong, kebelet kangen, langsung memberi persimpangan menuju sumber mata air.

dengan sigap mengambil alih kompor dan kabar pada orang terkasih. Ada juga Alasannya jelas, supaya tidak perlu jauh-

misting lainnya untuk memasak kentang yang sempat-sempatnya nge-tweet. jauh untuk mengambil air. Kebetulan sekali

plus tuna bumbu balado. Cukup mewah. Duh...ada lahan yang masih kosong di dekat situ.

Tidak lupa sebagai tambahan, kentang Tanpa pikir panjang, Aku, Kecap dan Fery

kering alias 'mustofa' (baca: mustopa) khas langsung mendirikan tenda.

Tasikmalaya yang spesial dibawakan

Foto : Adi

Foto : Kecap

Page 16: Menggapai Puncak Anjani

Jangan pernah melewatkan untuk menikmati matahari terbenam di Plawangan Sembalun ini.

Beautiful Sunset & Billion Stars

Indahnya bukan main! Saat kabut mulai penghangat badan, Tuhan masih melukis malam itu tidak lain adalah mustopa malam, kami duduk melingkar sambil surut, danau Segara Anak tampak jelas di keindahan di atas langit sana. Kali ini Ia ditambah abon sapi dan kering tempe menikmati makan malam waktu itu. bawah sana. Dikelilingi oleh rangkaian taburkan milyaran bintang di seluruh buatan simbok-nya Eros. Di bawah kerlap- Suasana seperti ini bagiku mahal harganya. tebing-tebing kawah yang membentuk penjuru langit. Sulit rasanya untuk kerlip bintang dan di antara dinginnya Harganya akan melonjak lebih tinggi bila siluet. Di kejauhan, tampak Gunung Agung diungkapkan dengan kata-kata. Sejenak

'dirimu' ada di sini... ^_^dan Gunung Batur menyembul di antara kami padamkan sinar lampu dari headlamp awan. Cahaya matahari yang terbenam, agar semua keindahan itu dapat terlihat membias membentuk rona-rona jingga di jelas. Subhanallah... berkali-kali kalimat itu langit, menambah dramatis suasana sore itu. Aku ucapkan saking tidak tahu lagi harus Tuhan memang Maha Kuasa. Andai saja berkomentar apa. Very stunning! bisa kunikmati ini dengan sang pujaan hati...

Sementara itu, sang kepala dapur Ketakjuban kami belum berakhir. menyiapkan makan malam untuk kami. Malamnya, saat udara dingin memaksa

Nasi liwet menjadi sajian utama. Menu kami untuk mengenakan perlengkapan

“Harganya akan

melonjak lebih tinggi, bila ‘dirimu’ ada di sini...

Page 17: Menggapai Puncak Anjani

--- Jumat, 5 Juli 2013 (01.30 WITA) --- yang kuat dan keras. Tidak lama setelah itu, aku berjalan sendirian. Eros, Fery, Kecap melihat hampir 360 derajat panorama pulau

medan berupa tanah pasir berdebu dan dan Ipong di depan, sedangkan Adi dan Lombok di malam hari. Dimana kerlip The Summit Attack! berkerikil. Jalurnya berupa puncak tebing Inyong di belakang. lampu kota berpadu dengan milyaran Kami terbangun dari tidur lelap. Beberapa selebar 2 – 3 meter yang kiri dan kanannya bintang gemintang sisa semalam. Aku pendaki sudah memulai pendakian menuju adalah jurang. Kanan menuju kawah Sesekali saat istirahat, aku bertemu dengan seperti memiliki separuh belahan bumi. Aku puncak. Ada juga beberapa pendaki lain (danau), kiri menuju Desa Sembalun rombongan lain. Sepertinya baru ada 3 merenung sejenak. Betapa kecilnya diriku di yang baru datang di camping ground Lawang. Mirip seperti jalur puncak rombongan yang melakukan summit attack antara kemegahan alam ini. Plawangan Sembalun. Lantas kami juga Mahameru, namun agaknya lebih landai. pagi itu. Semuanya pendaki dalam negeri. mulai mempersiapkan diri. Dingin sekali Jangan lupa membawa masker dan Tidak lama kemudian, saat aku mulai Waktu itu, seakan hanya ada Aku dan pagi itu. Kami hanya menyeduh Energen kacamata untuk menangkal debu yang melanjutkan pendakian, tiba-tiba seorang Tuhanku. Lalu bintang mulai berjatuhan. dan makan beberapa roti kecil untuk beterbangan. Meskipun sudah memakai pendaki bule melntasiku setengah berlari. Satu kali, 2 kali, 3 kali dan seterusnya sarapan. Headlamp, windbreaker, sarung masker dan kacamata, tetap saja debu Sementara aku tertatih-tatih meniti jalan sampai aku lupa sudah berapa kali aku tangan dan alat anti dingin lainnya sudah terkadang masuk ke mata dan hidung. pasir berbatu ini, dia berjalan dengan melihat bintang jatuh waktu itu. Melihat dikenakan. Beberapa barang seperti Berjalan di belakang orang-orang membuat mudahnya seperti melayang. Gila! keindahan ini, tanpa sadar air mataku raincoat, kamera, air minum, snack, tabung debu yang beterbangan tidak karuan. Aku menetes. Kupanjatkan doa-doa dan oksigen, P3K, dan barang-barang berharga lebih memilih mempersilahkan yang lain Di tengah perjalanan, aku merebahkan diri kusampaikan mimpi-mimpiku yang belum kami bawa naik. Sisanya kami tinggal di jalan terlebih dahulu dan menunggunya sebentar di pinggir batu besar. Sendirian. tergapai ke langit. Rasanya langit dekat dalam tenda. hingga jauh. Setelah jauh dan tidak ada debu Sambil mengambil jarak dengan orang di sekali, padahal aku belum sampai di puncak.

yang beterbangan, baru lah aku melanjutkan depan. Seperti biasa, aku tunggu sampai Seperti biasa, kami mulai Tuhan memiliki cara dengan membuat lingkaran sendiri untuk memberikan dan berdoa kepada Yang petunjuk agar kita sadar Maha Kuasa agar akan keberadaan-Nya. senantiasa diberi kekuatan Tugas kita sebagai dan dilindungi dari manusia hanyalah marabahaya. Agar tidak membaca petunjuk-terjadi hal-hal yang tidak petunjuk itu. Bagi mereka diinginkan dan dapat yang mengerti, mereka pulang ke rumah masing- akan menemukan-Nya di masing dengan selamat. manapun. Aku Stretching sedikit agar otot- menemukannya di titik otot tidak keram, headlamp itu, di hadapan angkasa dinyalakan...and here we dan gunung-gunung yang go, summit attack! berukir. Belum genap

puncak kugapai, aku Bintang Jatuh dan sudah bersujud syukur.

pendakian. Yang jalannya lambat aku mereka jauh. Aku bersantai sejenak, Sejumput Doa Berterimakasih pada Tuhan atas semua tinggal sekalian agak jauh, supaya debu berlindung di balik batu besar dari terpaan Pendakian dimulai dengan menapaki nikmat yang telah diberikan-Nya selama ini. akibat ulahku tidak mengganggu pendaki angin yang kencang. Kupadamkan nyala punggungan lereng yang masih sedikit Aku berdiri, sejurus kemudian pendakian yang di belakang. Dengan begitu, posisiku headlamp. Seketika, pemandangan jadi ditumbuhi pohon-pohon cemara khas kulanjutkan kembali.berada di tengah-tengah rombongan, namun berubah beda. Pada ketinggian ini aku dapat pegunungan. Kami menapaki akar-akarnya

Page 18: Menggapai Puncak Anjani

Bertemu Dewi Anjani Pendaki-pendaki lain pun mulai

Entah berapa kecepatan angin waktu itu, berdatangan. Kebanyakan turis asing.

yang pasti kencangnya bukan main. Aku Puncak yang luasnya kira-kira hanya sekitar

harus membungkuk, bahkan sampai 150 m persegi itu dijejali belasan bahkan

merayap supaya tetap stabil meniti tanjakan puluhan pendaki. Kami semua menanti

berpasir itu. Saat angin berhembus, aku datangnya matahari.

merangkak, tanganku menggenggam pasir. Dari sini, panorama pulau Lombok bisa kita Setelah angin lewat, aku mempercepat laju nikmati 360 derajat full! Di timur, tampak langkahku. Angin berhembus lagi, aku Gunung Tambora yang legendaris itu dan kembali merangkak. Begitu seterusnya sebagian pulau Sumbawa. Putar 180 derajat

sampai Aku menyusul Ipong Kecap dan ke arah barat, kita bisa menikmati panorama

Fery yang sedang beristirahat. Eros sudah Danau Sagara Anak, Kawah Gunung jauh mlengos di depan, sementara Inyong Rinjani, Gunung Baru Jari, ditambah dan Adi belum kelihatan di belakang. Gunung Agung dan Gunung Batur di

kejauhan dalam satu scene. Dari sini kita juga bisa melihat lautan yang mengelilingi Jam tanganku menunjukkan pukul 04.00 pulau Lombok. Bahkan,The Gilis bisa WITA. Rupanya mereka bertiga masih ingin terlihat dari sini. Amboiiiii... cantik nian

beristirahat. Aku yang sedang bersemangat, bukan main.

pamit jalan lebih dulu pada mereka.

Kembali meniti dan merangkak di antara Para pendaki mulai mengambil gambar, dua jurang. Terus merangkak dan tidak terkecuali kami. Meskipun kedinginan, merangkak melawan hembusan angin, kalau hanya untuk berpose, badan rela untuk

digerakkan. Sayang sekali kalau seluruh sampai akhirnya Aku tiba di pelataran pemandangan indah ini tidak diabadikan. puncak Gunung Rinjani ini. Tepat pukul

04.30 WITA kujejakkan kakiku di titik Inyong dan Adi akhirnya menyusul kami

tertinggi pulau Lombok, 3676 m di atas saat matahari sudah menerangi isi bumi.

permukaan laut. Kami lantas menyambutnya dan memberikan pelukan hangat. Setelah

Disana kutemui Eros sudah meringkuk beristirahat sebentar, kami meminta salah seorang turis untuk mengambil gambar kedinginan ditemani seorang bule yang kami dengan personil lengkap. Satu-dua sebelumnya melewatiku dengan cepat. pose cukup kiranya.Kami bersalaman saling memberi selamat.

Setelah itu Aku dan Eros menunaikan shalat Dari seluruh turis asing yang kami temui di

shubuh di atas batu-batu keras. Tidak lama puncak, sebagian besar dari mereka adalah kemudian, Ipong, Kecap dan Fery menyusul gadis-gadis muda yang kece-kece. Fery dan seiring terbitnya matahari di ufuk timur. Ipong yang kesemsem dengan turis-turis Kami saling bersalaman dan berpelukan. asing yang cantik dan gagah itu, akhirnya

minta untuk diambilkan gambar bersama-Dingin sekali. Hembusan angin di puncak sama. Tidak bertemu dengan Dewi Anjani semakin menggila. Semoga matahari lekas juga tidak mengapa. Setidaknya bertemu membawa kehangatan pada kami.dengan dewi-dewi dari negara lain ini.

Page 19: Menggapai Puncak Anjani

Titik Balik sekarang berserakan tidak karuan. Selidik menuruni tebing menuju danau Segara berjalan melipir tebing, zig-zag untuk

Kurang lebih pukul 06.30 WITA kami mulai punya selidik, ternyata semua itu akibat ulah Anak. Medannya berupa batu-batu seperti mengurangi kecuraman jalur. Kalau begini

meninggalkan puncak dan bergegas kembali monyet-monyet yang berkeliaran di sekitar kalau kita mendaki Gunung Lawu lewat ceritanya, betul kata pendaki yang kami

ke perkemahan di Plawangan Sembalun. perkemahan. Mereka banyak sekali. Dari jalur Cemoro Sewu, tapi ini lebih curam. temui di Plawangan Sembalun sebelumnya.

Literally, kami sudah berhasil mencapai yang dewasa sampai yang anak-anak Undakannya saja ada yang sampai 1 meter

tujuan kami dalam perjalanan ini. Namun, berkeliaran mengintai makanan para tingginya. Kami harus ber-manuver Kami terpisah menjadi 2 kelompok secara

tujuan paling utama dari setiap perjalanan pendaki. Seharusnya semua barang, sedemikian rupa untuk menuruninya. Belum tidak sengaja. Ipong, Fery dan Kecap

tentunya adalah pulang dengan selamat, termasuk sampah kami masukkan ke dalam lagi kami harus menahan gaya berat beban melenggang jauh di depan. Aku dan Eros di

kembali ke dalam pelukan keluarga. So, tenda. Monyet-monyet ini cukup agresif dan yang bisa sampai 10 kali lipatnya kalau tengah, lalu tidak jauh di belakang disusul

perjalanan belum berakhir, kawan! pandai. Seorang pendaki bercerita padaku turun gunung begini karena gaya gravitasi, Inyong dan Adi. Eros tiada henti bicara soal

soal monyet yang pernah mengobrak-abrik padahal kaki kami juga harus menahan jalur batu-batu yang kejam tak ada habisnya

Saat turun, kita akan disuguhi pemandangan isi tendanya, padahal tenda yang ia tinggal reaksi dari batu keras yang kami injak. itu. Aku hanya tertawa melihat ulahnya

alam yang luar biasa. Melihat bumi dari sudah ditutup rapat. Artinya si monyet tanpa yang terus-terusan mengoceh. Kaki terus

ketinggian. Kaldera yang meliuk-liuk, segan berhasil membuka tenda pendaki Di tengah jalan, sering sekali kami berjalan, mulut terus mengoceh, tapi kami

lereng-lereng yang curam, langit dan tersebut. berpapasan dengan porter-porter yang semua tak kunjung sampai...

cakrawala. Lagi-lagi Aku merasa kecil hendak naik ke Plawangan Sembalun.

sekali di hadapan ini semua. Tidak ada apa- Saat kami menyiapkan makan siang, Sementara kami pontang-

apanya. Aku masih tidak habis pikir, kenapa segerombolan monyet mengelilingi tenda panting menuruni undakan

masih banyak manusia yang sombong di kami. Kami berjaga-jaga supaya tidak ada berbatu yang tiada berujung ini,

dunia ini. bahan makanan yang dicuri. Mereka para porter itu dengan lincah

dimana-mana, kami seperti dikepung 5 menapaki undakan-undakan

Menuruni jalur berpasir juga harus tetap kelompok geng motor. Rupanya kami batu yang keras itu. Sebagian

berhati-hati. Jangan sampai keasyikan dan lengah sedikit. Satu bungkus roti tawar yang dari mereka hanya

malah melenceng ke arah jurang. Waktu rencananya akan kita bakar untuk besok menggunakan sendal jepit,

kami turun, kami masih bertemu dengan pagi, berhasil disita oleh segerombolan sebagian lagi... tanpa alas kaki!

pendaki yang baru naik. Kalau kita turun monyet tersebut. Kurang ajar... Gila!

dengan berlari, kasihan juga mereka yang

baru naik. Sudah kecapekan, malah disuguhi It's like neverending, buddy... ”Mereka ini jangan-jangan

debu-debu yang beterbangan gak karuan. Rencananya hari itu juga kami akan pake jimat kali yah?”, candaku

Jadi lihat-lihat juga kalau ada pendaki lain melanjutkan perjalanan menuju danau pada Eros. Lalu kami berdua

yang baru naik di depan. Kalau tidak ada, Segara Anak. Perkiraan waktu tempuh hanya tertawa kecil sambil

baru kita naikkan kecepatan. Cukup menurut informasi adalah 3,5 - 4 jam dari menahan kaki yang mulai

mengasyikkan menuruni jalan berpasir tempat kami berkemah di Plawangan bergetar kesakitan. Sudah

dengan berlari. Rasanya seperti monster Sembalun. 3,5 – 4 jam? Rasa-rasanya kok hampir 2 jam kami menuruni

raksasa yang berjalan di air. Tapi tetap harus lama sekali. Padahal danaunya kelihatan tebing dan menahan rasa sakit,

berhati-hati... dekat sekali di bawah sana. Pikirku kami tapi bibir danau belum juga

tinggal turuni saja tebing ini. terlihat. Rupanya ekspektasiku

Rombongan Monyet Nakal salah. Awalnya kukira kami

Kami cukup dikagetkan saat tiba di tenda. Semua barang sudah kami packing kembali hanya menuruni tebing saja

Sampah-sampah sisa makanan yang sudah dan kami bersiap untuk turun pada waktu langsung menuju danau,

kami bungkus di plastik dan dirapikan, itu. Kira-kira jam 14.00 kami mulai prediksiku 2 jam. Ternyata kita

Page 20: Menggapai Puncak Anjani

Danau Segara Anak tanah dan baik untuk dikonsumsi secara kenikmatan mandi di kolam air panas alami. Menurut guide sekitar yang Aku temui,

Akhirnya, sekitar pukul 17.30 WITA kami langsung. Untuk menuju lokasi mata air, Hanya Aku dan Fery yang tidak mencoba. ikan-ikan tersebut adalah hasil pembibitan

tiba di bibir danau Segara Anak. Penderitaan kita harus berjalan menyusuri lembah Besok saja kubilang, lagipula hari sudah yang dilakukan pemerintah pada jaman orde

(kaki) kami berakhir sudah. Melihat sungai dari aliran danau Segara Anak, mulai gelap. Sementara yang lain mandi air baru dulu. Bibit-bibit ikan tersebut

beberapa pendaki lain yang sedang kurang lebih 250 meter. DI tepi danau dekat panas, Aku dan Fery menggoreng ikan hasil berkembang biak seiring berjalannya waktu,

mancing, Fery tidak bisa menahan persimpangan jalan menuju mata air itulah, tangkapan. Meskipun kecil-kecil, tapi sampai sekarang bisa dinikmati oleh

gairahnya untuk ikut melemparkan kail dan kami mendirikan tenda. rasanya nikmat juga. Lumayan, untuk pendaki-pendaki yang singgah di tepi danau.

benang. Padahal kami belum mendirikan menghangatkan badan. Termasuk aku dan Fery...nyam...nyam...

tenda sama sekali. Saking bersemangatnya, Di dekat kami ada satu tenda prisma

Fery sampai tercebur ke dalam danau. berisikan 6 orang pendaki. Aku berkenalan Danau Segara Anak awalnya berupa kawah “Nyesel lo gak mandi tadi! Ada ciwik

Alhasil, sepatu dan kaos kakinya basah dengan salah satu diantaranya. Mereka yang terbentuk akibat letusan Gunung tsaaakeep,booosss.. Bandung punya!”,

semua. orang asli Lombok dan rencananya akan Rinjani dan aktifitas vulkanik bertahun- celoteh Ipong sambil berjalan menuju tenda

dari mata air panas. “Ah, yang bener lo?!”,

balasku sambil agak menyesal sedikit. Lalu

teman-teman yang lain mulai kembali ke

tenda, setelah puas berendam air panas.

Semua berkomentar “mantap” soal kolam

air panas alaminya. Aku tidak bergeming.

Biar kutahan diri ini untuk mencoba air

panas tersebut besok hari.

Malamnya, kami makan malam dan

langsung beristirahat di dalam tenda.

Seharian ini badan sudah rontok dibawa ke

puncak sampai turun ke danau. Bintang

gemintang kembali tumpah ruah di langit.

Indah sekali. Lantas Aku membayangkan

diriku telentang menghadap langit, ditemani

sang pujaan hati. Lalu kita menghitung

bintang bersama-sama, sambil saling

menghabiskan waktu 2 bulan disini. tahun yang lalu. Kawah yang terbentuk bercanda. Sampai kita berdua terlelap, Kami sedikit berjalan menyusuri tepian Tujuannya untuk ritual mandi air panas. Dia seiring berjalannya waktu terisi air dan dibawah naungan bintang-bintag. danau untuk mencari lokasi mendirikan cerita kalau kita menyusuri sungai aliran menjadikannya sebuah danau yang selama Uuuuhhh...tenda yang nyaman dan masih kosong. danau Segara Anak itu, kita akan ini kita kenal dengan nama danau Segara Seperti biasa, kami cari lokasi yang dekat menemukan 9 mata air panas yang Anak. Luas danau mencapai sekitar 11 ribu dengan sumber mata air. Sebagai informasi, dikeramatkan oleh penduduk lokal. Kami hektar, dengan kedalaman 100 – 200 meter. air dari danau Segara Anak konon tidak baik tidak punya waktu untuk mencobanya. Lain untuk dikonsumsi karena mengandung kali mungkin... Tidak jelas informasi tentang bagaimana belerang. Namun, para pendaki tidak perlu awalnya bisa lahir banyak ikan di dalam khawatir karena di sekitar danau juga Setelah tenda kami berdiri, sebagian besar danau yang ketinggiannya di atas 2000 terdapat mata air alami yang berasal dari air personil tim langsung ingin mencoba meter di atas permukaan laut tersebut.

“Lalu kita menghitung bintang bersama-sama,sambil saling bercanda...

Page 21: Menggapai Puncak Anjani

Recovery Day!--- Sabtu, 6 Juli 2013 ---

ari ini tidak akan ada acara daki mendaki dan gendong-menggendong carrier. Kami Hakan menghabiskan seharian penuh untuk

beristirahat dan bersantai di tepi danau ini. Sepertinya tubuh ini layak untuk dimanjakan sejenak, setelah 3 hari terakhir tenaganya dikuras habis-habisan.

Foto : Kecap

Page 22: Menggapai Puncak Anjani

dan tidak bukan adalah Kolonel Fery 'Ucok' waktu itu adalah nasi liwet, ikan goreng,

Harahap. Sedangkan Ipong, Kecap dan mustopa, abon, ditambah kerupuk udang

Inyong sebagai pengikutnya. Aku, Eros dan dan bumbu pecel. Dinikmati bersama-sama.

Adi tinggal di tenda. Aku lebih memilih Nikmat!

membaca buku sambil bersantai dan

menikmati semua yang ada disekitarku.

Sedangkan Eros dan Adi asyik tertidur di

dalam tenda.

Kolonel Ucok dan para pasukan tidak

pulang dengan tangan kosong. Hasil

tangkapan mereka lumayan banyak,

meskipun kecil-kecil ukurannya. Walau

begitu, tetap saja masih kalah dengan mas

Hasbullah, tetangga sebelah tenda kami,

yang berhasil menangkap ikan sebesar

lengan.Pagi ini tentunya dimulai dengan berendam, hati dan pikiran seperti orang Hasil tangkapan Kolonel Ucok dkk merendamkan diri di kolam air panas yang mati saat melakukan ritual. langsung kami goreng. Menu makan siang selepas sholat subuh. Luar biasa rasanya. Bayangkan saja berendam air panas di Di sekitar kolam juga sering kami jumpai lingkungan yang udaranya dingin sekali.

celana dalam yang dibiarkan begitu saja Otot-otot terasa mengendur semua. Aku

oleh pemiliknya. Awalnya kami kira untuk sampai tidak habis pikir, bisa-bisanya ada dijemur, ternyata kami salah. Mereka yang pemandian air panas disini. Tuhan memang meninggalkan celana dalam selepas Maha Mengerti. Andai saja uap panas bumi

yang keluar dari celah-celah batu itu tidak berendam di kolam air panas percaya, ada, air yang mengalir dari danau Segara bahwa nasib buruk yang menimpanya akan Anak ini hanya akan menjadi kolam biasa tertinggal bersama celana dalam yang yang airnya dingin sekali. Uap panas bumi

mereka tinggalkan di sekitar kolam itu. dari celah bebatuan ini lah yang akhirnya

Wah, yang benar saja?!memanaskan aliran air yang terperangkap di Setelah puas berendam, kami kembali ke antara celah batu-batu yang membentuk tenda dan menyiapkan sarapan. Adi masih kolam. tertidur di dalam tenda. Masuk angin

katanya. Pagi itu kami sarapan krim sup dan Kami berendam bersama beberapa orang beberapa gelas teh hangat. Nikmat sekali yang sedang melakukan ritual. Mereka rasanya, menyeruput krim sup setelah hanya mengenakan kain putih yang berendam air panas, ditambah pemandangan dikenakan untuk menutup bagian pusar danau dengan gunung Barujari-nya yang sampai lutut, dan sebagai ikat kepala. menawan. Waktu seakan berjalan lambat Ternyata kain putih yang dikenakannya itu disini.adalah kain kafan yang biasa digunakan Setelah sarapan, acara bebas. Beberapa ada untuk membungkus mayat di liang lahat. yang pergi memancing, ketuanya tidak lain Konon maksudnya adalah agar saat

“Nasi liwet, ikangoreng, mustopa,abon, ditambahkerupuk udangdan bumbu pecel...Foto : Inyong

Page 23: Menggapai Puncak Anjani

Malam Minggu terlelap. Salah satu kebiasaan pendaki

Seharian penuh kami habiskan waktu untuk gunung yang Aku suka, bercanda dan

bersantai dan menikmati sekitar. Sore hari, tertawa. Cara menghangatkan tubuh yang

kami habiskan waktu dengan menikmati paling sehat. Selama tidak berlebihan...

pemandangan dari tepi danau sambil

meneguk segelas teh hangat. Air danau --- Minggu, 7 Juli 2013 ---

beriak-riak kecil memantulkan cahaya

matahari yang hampir tenggelam. Sungguh Perpisahan

syahdu. eskipun baru kenal sebentar, tapi

kami tidak bisa melupakan

Malamnya, kami membuat telur dadar Mkebaikan-kebaikan dari

sebagai menu makan malam. Bermodalkan rombongan mas Hasbullah dkk. Kebaikan

sisa telur yang kami bawa, ditambah yang tanpa pamrih. Meskipun terlihat

sepotong kol pemberian rombongan sederhana, apapun itu, bila disampaikan

sebelah, kami sulap bahan tersebut jadi dengan hati, akan sampai ke hati juga.

beberapa potong telur. Lagi-lagi ditemani Pagi itu, kami semua harus berpisah dengan

dengan mustopa yang tidak kunjung habis, rombongan mas Hasbullah. Kami semua

kami nikmati menu makan malam itu berkemas, begitu juga rombongan mas

dengan siraman bumbu pecel yang Hasbullah. Kami akan melanjutkan

menawan. perjalanan menuju Basecamp pendakian di

desa Senaru, sedangkan rombongan mas

Sehabis makan, kami berbincang-bincang Hasbullah akan melanjutkan perjalanan

sebentar sambil menyeduh teh hangat dan ritual menuju mata air sembilan. Sebelum

menikmati pemandangan langit yang luar berpisah, kami sempat membuat beberapa

biasa. Aku tidak pernah berhenti takjub foto kenangan. Kira-kira pukul 09.00

melihat langit yang ditaburi milyaran WITA, kami berpamitan untuk melanjutkan

bintang itu. Tapi sayangnya, ketakjubanku perjalanan. Terimakasih atas ikan bakarnya,

selalu berakhir perih. Perih rasanya melihat terima kasih atas tembakau dan papirnya,

kenyataan bahwa lagi-lagi Aku terimakasih atas air minumnya, terima kasih

menikmatinya tanpa sang pujaan hati. atas cerita, canda dan tawanya. Sampai

Perihnya semakin terasa saat Aku bertemu kembali!

menyadari kalau malam itu adalah malam

minggu. Ah, lagipula malam minggu bagiku, Curam

tidak ada bedanya dengan malam-malam Perjalanan kami kemudian dilanjutkan

yang lain. dengan menyusuri tepi danau ke arah barat.

Pada tebing kaldera bagian utara, kami

Dingin memaksa kami untuk masuk ke mulai mendaki kembali. Kami harus

dalam tenda dan beristirahat mempersiapkan mendaki punggungan kaldera ini sampai ke

tenaga untuk esok hari. Rombongan mas puncaknya, sebelum kemudian menuruni

Hasbullah dkk masih sempat-sempatnya punggungan bukit menuju desa Senaru

menghibur kami sebelum kami semua selama 6 jam. Foto : Ipong

Page 24: Menggapai Puncak Anjani

Selama 1 jam pertama, medan berupa jalan Ipong dan Fery sudah bersantai duluan selama kurang lebih 6 jam ke depan. Stay tanah yang ditumbuhi pohon-pohon cemara. sambil bercanda dan saling mengejek strong, guys! Berbeda dengan kami, kami hanya duduk-Sisanya, medan berupa batu-batu keras yang dengan monyet-monyet hutan sekitar. Saat duduk saja sambil melinting tembakau dan undakannya bisa mencapai 1 meter bahkan semua sudah berkumpul, kami beristirahat Si Cewek Kece sedikit meneguk minuman di sela waktu 1 setengah meter. Semi wall climbing.

sejenak sambil menyantap agar-agar yang Dari Plawangan Senaru sampai Rinjani istirahat kami di pos 3. Kalau mau makan Cukup membuat energi terkuras. Meskipun

sudah kami siapkan sejak semalam. Trekking Center (RTC / basecamp desa siang, ya harus masak sendiri. Ibaratnya, begitu, lelah tidak akan terasa, karena kita Senaru) terdapat 3 pos peristirahatan dan mereka kelas eksekutif, sedangkan kami akan disuguhi pemandangan danau Segara

Di sini juga biasanya dijadikan tempat beberapa pos bayangan yang Aku lupa kelas ekonomi. Jalur sama, fasilitasnya anak dan Puncak Rinjani dari ketinggian tempat kita berada. Kita akan melihat berkemah bagi pendaki yang memulai jumlahnya. Dua jam pertama kami sudah berbeda.pemandangan danau dari sisi yang berbeda perjalanan dari jalur Senaru, sebelum sampai di pos 3. Rupanya sudah banyak dari sebelum-sebelumnya. melanjutkan perjalanan ke danau Segara rombongan pendaki dan porter yang sedang Dari danau Segara Anak, sebenarnya kami

Anak. Beberapa tenda kami temui di sana, berisitrahat di sana. Porter-porter sibuk sudah membuntuti sepasang pemuda dan Setelah memanjati batu-batu besar di akhir namun tidak seramai di Plawangan memasak untuk makan siang, sedangkan pemudi dalam negeri yang mendaki pendakian, akhirnya kami sampai di puncak Sembalun. para wisatawan asing tinggal terima jadi bersama, ditemani seorang porter. Kebetulan Plawangan Senaru. Di sini adalah titik sambil leyeh-leyeh di atas matras. Sekali si pemudi cukup cantik alias kece. Maklum, terakhir kita mendaki. Dari sini kita bisa Pukul 13.00 WITA kami melanjutkan waktu Aku mencuri pandang pada makanan di gunung begini agak susah menemukan melihat pemandangan danau dan puncak perjalanan kembali. Kami mulai menuruni yang disiapkan untuk wisatawan asing itu. wanita kece. Ternyata kami bertemu Rinjani di sisi barat daya, dan pemandangan bukit dan menahan berat beban kami Ada appetizer (roti kecil), main course (nasi kembali dengan si kece itu di pos 3 ini. Lombok Utara di sisi sebaliknya. Rasanya sendiri. Perjalanan turun tidak lebih goreng + telur mata sapi), dan dessert Sayang rombongan mereka ini terkesan keindahan alam sepanjang perjalanan ini menyenangkan dari perjalanan naik. Kaki (potongan buah segar). Bahkan di piringnya jutek dan sedikit sombong. Kami agak tidak ada habisnya. kami harus menahan berat beban sampai 10 ditambahkan garnish yang tidak begitu malas juga untuk mengajak ngobrol.

kali lipatnya, dan ini akan berlangsung berpengaruh. Duh, macam di hotel saja...

Foto : Ipong

Page 25: Menggapai Puncak Anjani

Perjalanan kami lanjutkan kembali menuju sampai di pos 1 dan hanya duduk-duduk beristirahat. Namun saat kami sampai di menambah lagi. Ditambah nasi panas dan pos 2. Kami mulai memasuki hutan yang sebentar, lalu melanjutkan perjalanan RTC, seorang tukang ojek menawarkan kerupuk, sudah cukup untuk sampai di teduh. Sesekali terdengar suara monyet- kembali. Dari pos 1, sekitar 30 menit kami untuk bermalam di rumahnya. “Gratis, tapi surga.monyet dan lutung-lutung. Kalau beruntung, sudah sampai di gapura gerbang jalur situ tinggal bayar makannya saja...”, bisa bertemu dengan babi hutan. Kami

pendakian Senaru. Di sini terdapat warung katanya. Sekali makan dibanderol 15 ribu. Sehabis makan malam, kami berbincang-berjalan dan terus berjalan menembus

dan toilet umum, ada juga pendopo tempat bincang dengan Pak Saad. Kamar kami ini hutan-hutan ini. Seakan tiada habisnya, kami beristirahat. Cukup lama kami Setelah rapat kecil, kami akhirnya memang dia bangun untuk menampung padahal kecepatan melangkah sudah beristirahat di sini. Aku menunaikan sholat memutuskan untuk bermalam di tempat pendaki-pendaki yang butuh istirahat. dinaikkan. 2 jam berlalu, kami sampai di

pos 2. ashar di warung milik warga sekitar. Yang orang ini. Dia mengenalkan dirinya dengan Namun, dia sengaja tidak memasang tarif

lain masih bersantai menikmati pisang nama Saad. Lalu kami diantar ke rumahnya pada kamar ini. Karena kalau dia pasang Di pos 2 ini kami beristirahat sebentar. goreng. Ada juga yang sekedar melihat-lihat yang tidak jauh dari RTC. Kami diberikan tarif, kamar kami tersebut akan masuk Ipong dan Fery menunaikan ibadah sholat. suvenir yang dijual warung tersebut. kamar yang cukup besar untuk 7 orang. Ada bangunan komersil dan Pak Saad wajib Terdapat sumber air yang letaknya tidak TV dan kasur spring bed. Kalau mau mandi, untuk membayar pajak usaha setiap jauh dari pendopo pos 2 ini. Kami menemui Aku, Ipong, Fery bulannya pada pemerintah rombongan wisatawan asing dan porter- dan Kecap masih setempat. Sedangkan pendaki porternya yang juga sedang beristirahat. menunggu Eros, yang bermalam di rumah Pak Sinyal handphone dapat dicapai di sini Inyong dan Adi Saad tersebut belum tentu setiap untuk beberapa provider. Aku melihat yang masih di bulan ada. Sebagai pengganti seorang porter yang sepertinya sedang belakang. Dari modal untuk membangun kamar menelpon bosnya. Lalu Aku tiba-tiba fokus gapura tersebut, inap tersebut, Pak Saad menjual pada pundak si porter ini. Pundaknya ternyata kami Nasi Plecing Kangkung ini menonjol keluar seperti punuk unta. masih harus kepada kami. Baginya, memiliki Mungkin akibat terlalu sering mengantar berjalan lagi banyak teman dari pendaki-tamu dan membawakan beban yang berat. sekitar 30 menit pendaki yang datang bermalam di Seorang porter cerita padaku, “Hari ini untuk mencapai rumahnya, sudah seperti rezeki pulang mengantar tamu, besok istirahat, RTC. Hari sudah tersendiri. besok lusa bisa berangkat antar tamu lagi, beranjak gelap saat mas...”. Keras sekali kehidupan ini ya, Pak? kami berada di Sebelum tidur, beberapa teman

akhir perjalanan masih meributkan soal kasur dan Perjalanan turun ini memang sungguh turun ini. Jam siapa yang mendapat bantal. Duh, membosankan. Lelah dan pegal-pegal di menunjukkan setelah apa yang kita lewati sekujur tubuh bercampur dengan perasaan pukul 18.30 WITA bersama, kok masih ada saja hal

kamar mandi ada di belakang. Saat kami rindu yang menggebu. Rindu akan rumah, saat kami akhirnya sampai di RTC. sepele seperti itu dipermasalahkan? Di sini,

bergantian mandi dan menunggu giliran, rindu akan keluarga, rindu pisang goreng, Alhamdulillah... sifat asli kita akan keluar. Kita bisa lihat dan

istri Pak Saad datang membawakan bahkan rindu es teh manis. Ditambah lagi, bedakan, mana yang masih kekanak-

makanan. Plecing kangkung! Tanpa pikir pemandangan selama perjalanan turun di Pak Saad dan Plecing Kangkung kanakan, mana yang tidak. Terkadang,

panjang, Aku dan teman-teman yang lain dalam hutan ini, itu-itu saja. Membuat Awalnya kami berencana untuk mendirikan esensi dari sebuah perjalanan itu adalah dari

langsung menyantapnya dengan lahap. perasaan ini campur aduk tidak karuan dan tenda dan bermalam di RTC ini, sebelum hal kecil semacam ini. Bagaimana mengatur

Mungkin itu adalah plecing kangkung ter-ingin cepat-cepat sampai di desa Senaru. besoknya melanjutkan perjalanan ke Gili ego, demi kepentingan bersama, bukan

enak sepanjang sejarah. Pedasnya sampai ke Trawangan. Di RTC, memang terdapat kepentingan sendiri. Like I said before, It's

ubun-ubun, tapi kami tidak berhenti untuk Kira-kira 1 jam berikutnya kami telah pendopo yang bisa kami jadikan tempat about : How to conquer ourself...

Foto : Eros

Page 26: Menggapai Puncak Anjani

--- temui selama pendakian. Mereka sampai tiket penyebrangan perahu ke Gili Sunset Cafe

RTC jam 9 malam dan bermalam di Trawangan. Tarifnya 10.000 untuk sekali Sesampainya di Gili Trawangan, kami Gili Trawangan pendopo RTC tersebut. perjalanan, ditambah 2.000 untuk biaya bingung mau kemana. Restoran dan cottage

agi itu kami bangun dan bersiap rekreasi pulau. Dari Pelabuhan Bangsal kita mengisi kiri dan kanan jalan. Lantas kami untuk melanjutkan perjalanan Perjalanan dari Senaru menuju Pelabuhan juga bisa menyeberang ke Gili Meno dan menyusuri jalan ke arah selatan, berharap Pkembali. Beberapa teman ada yang Bangsal memakan waktu kurang lebih 3 Gili Air. Tiketnya lebih murah, 8.000 dan menemukan pantai yang belum ada

mandi. Udara dingin membuatku malas jam. Mobil engkel akan berjalan menyusuri 7.000 rupiah. Kami hanya akan mampir ke pemiliknya. Karena beberapa pantai ada untuk mandi. Kemudian istri Pak Saad pesisir utara pulau Lombok dan berhenti di Gili Trawangan saja, meskipun menurut yang dipagari oleh restoran dan cottage membawakan nasi pecel untuk kami sisi barat. Sepanjang perjalanan kami hanya kabar, Gili Meno dan Gili Air lebih sepi –cottage. sarapan. Seketika kegiatan terfokus pada tidur-tiduran saja di dalam mobil engkel. pengunjung.nasi pecel tersebut. Setelah nasi pecel habis, Syukurlah kami menemukan lokasi yang baru kami melanjutkan untuk mengemasi Cuaca sangat terik sekali saat kami sampai Sambil menunggu keberangkatan perahu, masih kosong. Kami bersantai sejenak, barang-barang. di Pelabuhan Bangsal. Kami harus berpisah kami belanja perbekalan di warung duduk di atas pasir putih dan berteduh di

dengan Ipong dan rombongan Fakultas setempat. Dengar-dengar kalau sudah bawah pohon. Menikmati pemandangan Hari ini kami akan pergi liburan sedikit ke Hukum di sini. Ipong melanjutkan sampai Gili Trawangan, harganya bisa naik pantai yang indah. Orang-orang bilang kalau Gili Trawangan sebelum pulang ke Jogja. perjalanan ke Mataram bersama rombongan semua. Terdapat ATM di sekitar pelabuhan di Gili Trawangan banyak sumur ('susu' Pak Saad sudah menyiapkan angkutan untuk Fakultas Hukum, lalu menyeberang ke Bali ini, jadi tidak perlu jauh-jauh ke kota jika dijemur) di sepanjang pantai. Kecap siap kami. Kami akan diantar sampai Pelabuhan karena harus mengejar keberangkatan persediaan uang menipis. Kemudian, suara dengan kameranya, siapa tahu dapat gambar Bangsal dengan tarif 50.000/org. pesawat besok harinya. pengumuman memanggil rombongan yang bagus.Sebenarnya bisa lebih murah kalau kami berikutnya untuk segera naik ke perahu mau ngeteng dan sambung-menyambung Aku dan Eros menuju loket untuk membeli karena perahu akan segera diberangkatkan. Default Paragraph Font;Gili Trawangan angkutan umum. Dari sudah terkenal sejak dulu. Pulau kecil ini Senaru naik ojek ke Perahu kayu yang lebarnya bisa kita kelilingi dengan berjalan kaki terminal Bayah, dari kurang lebih 10 meter ini dalam waktu satu jam. Kendaraan bermotor Bayah baru naik angkot dapat menampung sekitar 30 tidak digunakan di sini. Alat transportasi ke Pelabuhan Bangsal. penumpang. Penggeraknya hanyalah sepeda dan cidomo (semacam Harganya tidak beda jauh, sudah pakai baling-baling dokar/delman) untuk berkeliling pulau. tapi kami malas untuk motor milik speedboat. Pesona alamnya dan keasriannya membuat ganti-ganti kendaraan. Penumpang yang menaiki pulau ini dikunjungi banyak turis dari Hehehehe... perahu ini bermacam- seluruh dunia. Bahkan tidak sedikit yang

macam. Ada yang memang menanam modal usaha di pulau ini. Rata-Setelah berpamitan ingin berlibur , ada yang rata pemilik travel agent, provider scuba dengan Pak Saad, kami kerja di salah satu cottage di diving, restoran, dan penginapan adalah langsung menaiki pulau, ada juga yang warga negara asing.Berjalan-jalan di sini angkutan umum yang berdagang. Perjalanan rasanya seperti sedang berjalan-jalan di dimaksud (orang lokal memakan waktu 15-45 negara lain. Turis asing mendominasi. menyebutnya : engkel). menit dari Pelabuhan Jarang sekali turis lokal dan warga lokal Ternyata di dalamnya Bangsal ke Gili Trawangan. yang kami temui. Kata orang, kita bisa sudah terdapat rombongan melakukan apa saja di pulau ini, kecuali Fakultas Hukum UGM berkelahi.yang sebelumnya kami

Senin, 8 Juli 2013 ---

Page 27: Menggapai Puncak Anjani

Night Life

Saat hari menjelang gelap, kami kembali ke

tenda kami untuk shalat maghrib dan

memeriksa barang lainnya. Setelah itu kami

berjalan menyusuri jalan utama untuk

mencari makan malam. Suasana malam hari

di sini cukup berbeda dengan pada saat

siang hari. Semua orang sibuk mencari

makan malam, dan setiap restoran juga

sibuk berlomba-lomba melayani pelanggan.

Turis-turis asing yang siang hari

menggunakan bikini, malamnya berganti

kostum menggunakan dress anggun.

Beberapa restoran menyediakan suasana

candle light dinner di tepi pantai. Romantis

sekali. Andai saja kami punya uang banyak,

pasti kami akan kembali lagi ke sini

membawa pasangan masing-masing dan

menikmati makan malam yang romantis di

salah satu restoran di sini.

Setelah survei tempat makan, akhirnya kami

berhenti di kawasan pasar tradisional. Di

sana banyak warung makan khas Jawa. Lha

wong pedagangnya saja orang Jawa. Nasi

pecel ayam, pecel lele, nasi goreng dan

sebagainya bisa kita temui di sini dengan

range harga 10.000 – 20.000 rupiah. Banyak

juga turis-turis asing yang makan di

kawasan ini, mungkin harganya cocok untuk

para low cost traveler.

Saat sore menjelang, kami jalan-jalan beberapa cafe yang menaruh meja makan di anak pantai diputar keras-keras oleh si menyusuri pantai ke arah barat. Barang- atas pasir pantai. Cafe-cafe ini pasti ada pemilik cafe. Lalu turis-turis yang lain barang kami tinggal di dalam tenda. embel-embel 'sunset'-nya di setiap namanya. mulai berdatangan seiring matahari yang Seingatku, hanya tenda kami saja yang Mungkin karena posisinya di sisi barat mulai terbenam. Aih, syahdu juga berdiri di pantai itu. Agak segan awalnya

pulau, dan cocok untuk menikmati sunset. menikmati sunset setelah apa yang telah untuk mendirikan tenda di sini. Pasalnya,

Sepertinya menikmati matahari terbenam kami lalui ini. Beberapa turis yang kami dikelilingi oleh cottage-cottage sambil duduk-duduk di sana asyik juga. berpasangan duduk bermesraan di atas pasir mewah. Jangan-jangan, pantai tempat kami

sambil menikmati minuman mereka. Andai berkemah sudah dibeli oleh mereka...Kami berhenti di salah satu cafe tersebut saja... Ah, sudahlah...

dan memesan minuman. Musik reggae khas Di sepanjang pesisir barat, terdapat

Andai saja... Ah, sudahlah...

Page 28: Menggapai Puncak Anjani

Setelah menikmati makan malam, kami langsung pulang ke tenda. Di jalan, kami tertarik untuk nongkrong sebentar di salah satu cafe. Akhirnya kami berhenti di salah satu cafe yang menyediakan shisa. Si pelayan kurang bersahabat sekali, mungkin karena kami satu-satunya orang lokal di cafe-nya. Kami ditraktir Kecap 1 shisa untuk bersama dan beberapa minuman hangat. Ditemani debur ombak dan angin sepoi-sepoi, kami menghabiskan malam itu dengan berbincang-bincang sambil menikmati minuman kami masing-masing.

Palasigma Cottage

Malam semakin larut dan kami

mulai mengantuk. Kami berharap

bisa tidur di spring bed salah satu

cottage di sana. Kenyataannya,

kami masih harus kembali ke tenda

kami. Welcome to Palasigma

Cottage! Untuk saat ini, cukuplah

kami tidur di atas matras dan pasir

ditemani angin pantai dan debur

ombak. Lain kali, kalau sudah

cukup rejeki, bolehlah kami coba

salah satu cottage asli yang ada di

pulau ini. Entah masih sendiri, atau

sudah sama anak dan istri... Foto : Kecap

Page 29: Menggapai Puncak Anjani

besok pagi. Dari Bangsal, kami akan diantar --- Selasa, 9 Juli 2013 ---Pak Uri ke daerah Sukarara (baca : Musik ber-genre Love Song yang mendayu- Setelah puas belanja, kami langsung menuju

Nge-Rush! Sukerare) untuk membeli oleh-oleh kain dayu, ditambah AC yang sejuk di dalam pelabuhan Lembar. Sekitar 1 jam perjalanan Kalau cuaca bagus, dari tempat kami tenun khas Lombok dan sebagainya mobil, membuat kami mengantuk selama dari Sukarara. Waktu menunjukkan pukul berkemah, kita bisa melihat puncak Gunung sebelum akhirnya kami diantar ke perjalanan. Di tengah jalan di atas bukit 14.00 WITA saat kami tiba di pelabuhan Rinjani di kejauhan sana. Pagi itu kami pelabuhan Lembar. yang kami lewati, kami berhenti sebentar Lembar. Cuaca terik sekali. Kami sudah disambut pemandangan yang aduhai. untuk membeli tuak manis. Harganya 6000 menyempatkan diri untuk menunaikan Kami cukup takjub saat menyadari kalau Sudah lama Aku tidak bertemu Pak Uri. per botol 1,5 liter. Rasanya nikmat sekali sholat di musholla setempat dan membeli beberapa hari yang lalu kami berada di Satu-satunya yang tidak berubah adalah kalau disajikan dingin-dingin, apalagi kalau makan siang di warung sebelum naik ke pucuk gunung itu, dan sekarang sudah perutnya yang masih buncit. Maklum, dinikmati saat cuaca terik seperti ini. kapal fery. Lantas kami berpamitan dengan berada di bibir pantai memandanginya dari mantan preman pelabuhan. Sekarang, gaya Rasanya manis, sedikit mirip gula merah. Pak Uri, sementara dia bernostalgia dengan kejauhan. Selama manusia mau berusaha, bicaranya sudah sedikit berubah, agak lebih Namun ini merupakan hasil olahan dari teman-teman masa lalunya di pelabuhan ini.impian setinggi gunung pun dapat diraih. religius. Entah kejadian apa yang pohon lontar yang tumbuh di sepanjang Tentunya atas izin Tuhan Yang Maha Esa. merubahnya. Apapun itu, semoga hal yang jalan yang kami lalui. Sayang sekali, kapal fery yang kami

baik. Sekarang dia sedang menyicil mobil tumpangi ini tidak lebih baik fasilitasnya Setelah packing, kami bergegas ke yang dia gunakan untuk mengantar kami ini. Di Sukarara, beberapa teman membeli kain dengan yang kami tumpangi sebelumnya. pelabuhan. Setelah membeli tiket, kami Jam 11.00 WITA kami meninggalkan tenun ikat khas Lombok sebagai oleh-oleh. Malah lebih buruk, tidak ada AC, dan duduk menunggu keberangkatan. pelabuhan Bangsal. Kami sempat bertemu Di sini kita juga bisa melihat proses kursinya keras. Aku masih rindu dengan Penyebrangan ke pelabuhan Bangsal tidak dengan Iqmal dan Prama yang sedang pembuatan kain tenun tersebut yang masih fasilitas kapal fery PT. Dharma Lautan memiliki jadwal keberangkatan. Hanya saja melakukan program KKN (Kuliah Kerja menggunakan alat tradisional. Di teras toko, Utama itu. Yah, apapun itu, kami harus ada keberangkatan awal (07.00) dan Nyata). Kebetulan desa mereka lokasinya tampak beberapa ibu-ibu yang sedang bersyukur. Jam 14.30 WITA kapal kami keberangkatan akhir (jam 16.00). Di antara dekat dengan pelabuhan Bangsal ini. menenun. berangkat membelah selat Lombok.itu, tidak ada jadwal keberangkatan.

Sistemnya kalau perahu

sudah penuh, maka perahu

diberangkatkan. Kami

masih harus menunggu 8

penumpang lagi untuk

memberangkatkan perahu.

Sesampainya di Pelabuhan

Bangsal, kami langsung

mencari makan untuk

sarapan sambil menunggu

Pak Uri, supir yang akan

mengantar kami ke

Pelabuhan Lembar.

Rencananya hari ini kami

akan nge-rush sampai

pulau Jawa untuk mengejar

keberangkatan Sri Tanjung Foto : Eros

Page 30: Menggapai Puncak Anjani

Tidak banyak aktifitas yang kami lakukan di waktu itu, situasinya tidak karuan. Aku Tidak lama kemudian mereka menarik kami kapal fery. Tiduran, baca buku, semakin bingung saat Fery bilang tasnya lagi, mereka coba menawar harga. Cukup Aku masih tawar menawar harga. “Kalau mendengarkan musik, makan dan sesekali tertinggal di mobil Hijet. Syukurlah mobil lihai juga orang ini bicara. Mereka tidak cocok harganya kan bisa kita omongin meneguk tuak manis. Jam 18.30 WITA kami Hijet itu belum pergi jauh. Kami kembali memohon kami naik bus supaya bis nya baik-baik. Ini kok malah pergi begitu saja sampai di Pelabuhan Padang Bai Bali. Hari

dikerumuni calo. cukup penumpang dan dapat segera tidak menghargai orang ngomong. Kita sudah gelap waktu itu. Menurut polisi

diberangkatkan. Suasana agak memanas omongin baik-baik, Mas... biar tidak terjadi setempat, tidak ada kendaraan umum dari Yang benar saja, dari terminal Ubung saat 3 orang pendaki yang kami ajak tadi sesuatu...”, si Calo masih kesal. Fery pelabuhan Padang Bai ini, kecuali bus sampai Stasiun Ketapang dia tawar 140.000. mencoba melarikan diri. Para calo ini mencoba mencairkan suasana dengan jurusan Gilimanuk yang hanya beroperasi

jam 7 pagi. Lalu seorang pria berbadan Dalam kondisi seperti ini emosi tidak boleh merasa tidak dihargai sambil mengumpat menyanyi sambil berjoget, “Sesuatu..yang kekar khas polisi Brimob menghampiri terpancing. Aku menolaknya secara halus, tidak karuan dan melontarkan sumpah ada di hatiku, sesuatu..yang ada di kami. Rupanya dia menawarkan mobilnya lantas kami pergi mencari bus lainnya. serapah. Calo yang lain ikut-ikutan. hatimu...”. Lalu mereka berjoget bersama. untuk mengantar kami

Suasana sedikit mencair... Akhirnya sampai terminal Ubung

kami berakhir di harga 40.000, Denpasar. Awalnya dia lebih mahal 5.000 dari harga menawar 400ribu. Tawar normal. Semua carrier kami angkut boleh tawar, akhirnya kami

sepakat di harga 350 ribu. ke dalam bis. Namun ternyata bis Kami mengajak 3 orang tidak kunjung berangkat sesuai pendaki lain yang kami janji si calo tadi. Lama sekali. temui di kapal fery supaya Sampai satu jam kemudian, barulah biaya sharing-nya jadi lebih

bis kami melaju meninggalkan murah. Lalu kami

terminal Ubung itu.menaikkan barang-barang ke dalam mobil Hijet

Penderitaan belum berakhir, 3 jam miliknya. Kontras juga. Badan kekar dan tato perjalanan dari terminal Ubung dimana-mana, mobilnya sampai pelabuhan Gilimanuk harus Hijet. kami jalani. Bermacam posisi tidur

sudah kami lakukan. Rasanya Sesuatu... perjalanan ini tiada akhirnya. Sudah Kira-kira 2 jam kemudian tidak peduli lagi dengan bau badan kami sudah sampai terminal dan keringat yang menempel di Ubung. Sial, saat kami sekujur tubuh. Bis berkelok-kelok, turun dari mobil kami kami pun terbanting ke kiri dan ke dikerumuni puluhan kanan. Tidak ada gunanya calo.Seharusnya kami turun mengeluh. Sometimes, shit happens di luar terminal. Calo di sini along the way. Satu-satunya hal cukup agresif dan sedikit yang bisa kami lakukan adalah : berbahaya. Tanpa disuruh, menikmati perjalanan ini. Siapa carrier kami langsung bilang yang namanya traveling diangkat. Padahal kami selalu enak dan nyaman? Kalau belum tentu naik bis mau enak dan nyaman ya di rumah mereka. Aku bingung sekali saja.

Page 31: Menggapai Puncak Anjani

cerita, dan pulang tidak Banyaknya gunung dan tingginya gunung

dengan tangan hampa. yang telah digapai bukanlah sebuah takaran

untuk menentukan siapa yang terbaik.

Seperti yang Aku bilang Pendakian gunung soal pertarungan

sejak awal, pendakian terhadap diri sendiri. Pertarungan terhadap

gunung layaknya sebuah rasa sombong dan rasa tinggi hati,

miniatur kehidupan. pertarungan terhadap rasa manja dan

Sayang rasanya kalau egoisme semata. Yang pada akhirnya,

kita mengakhiri membuka hati kita, bahwa tiada yang lebih

kehidupan ini tanpa berkuasa dari Tuhan Yang Maha Esa.

perubahan yang berarti

pada diri sendiri. Alhamdulillah, kami masih dapat tiket KA

Begitupun pendakian ini, Sri Tanjung jurusan Jogja pagi ini. Seperti

sayang rasanya kalau kita biasa, Sri Tanjung selalu tepat waktu dalam

pulang ke rumah tanpa berangkat. Untunglah Sri Tanjung kali ini

perubahan yang berarti sudah memasang AC, jadi puasa hari

pada diri sendiri, pertama waktu itu tidak terlalu berat bagi

meskipun hanya 10 hari. kami. Tidak terbayang bagaimana rasanya

Sekarang, tinggal puasa saat kondisi Sri Tanjung masih seperti

evaluasi, apa yang telah yang dulu...

kami dapat dari semua

ini?

Masing-masing dari kami

pasti memiliki cerita dan kami masih harus berjuang menahan hawa pengalamannya sendiri-sendiri. Ibarat di nafsu sebulan penuh ke depan. Perjuangan --- Rabu, 10 Juli 2013 ---dalam sebuah kelas, kami diajarkan oleh yang tiada henti. Bukankah seumur hidup guru yang sama dan diberikan materi yang kita harus berjuang, kawan?Hari ini adalah hari pertama di bulan sama, namun apa yang kami tangkap, belum Ramadhan menurut pemerintah. Artinya, tentu sama. Apapun itu, semoga 10 hari ini Kami sedang menikmati santap sahur di umat muslim diwajibkan untuk berpuasa dapat menjadi perlajaran yang sangat sebuah restoran cepat saji dekat pelabuhan sebulan penuh mulai hari ini, tidak berharga bagi kami semua. waktu itu, sambil berbincang-bincang dan terkecuali kami. Kami baru saja sampai di

bercerita tentang apa yang telah kami lalui pelabuhan Ketapang waktu itu, setelah Terakhir, sebelum cerita ini berakhir, Aku bersama 10 hari ke belakang. Kalau sudah melewati perjalanan panjang seharian dari ingin menyampaikan pada kawan-kawan sampai di bagian akhir perjalanan seperti pulau Lombok. Pagi hari kami masih para pembaca semua. Pendakian gunung ini, waktu terasa cepat sekali berlalu. Tidak berbaring di atas pantai Gili Trawangan, bukanlah sebuah perlombaan antara sesama terasa 10 hari yang lalu berangkat tengah malamnya kami sudah terbaring di pendaki ataupun sesama organisasi dimana meninggalkan Jogja dengan semangat masjid dekat pelabuhan Ketapang, setelah ada yang menang dan ada yang kalah. membara, hari ini sudah pulang kembali terombang-ambing di dalam bus dan kapal Kalaupun memang sebuah perlombaan, menuju Jogja dengan berbagai cerita. Ya, fery. Hari yang penuh dengan perjuangan. manusia tidak pantas untuk menilainya. setidaknya dalam 10 hari ini kami punya Perjuangan tidak berhenti sampai di sini,

Pulang

Foto : Kecap

Page 32: Menggapai Puncak Anjani

Galeri Foto

Taman FirdausAir dari danau Segara Anak melimpah dan mengalir membentuk sungai di antara lembah-lembah yang bertingkat-tingkat. Pada beberapa bagian aliran air, terdapat uap panas bumi yang menjadikannya air panas.

Page 33: Menggapai Puncak Anjani

Let’s Rock!Siapkan topi, kacamata, dan sunblock untuk menghadapi teriknya matahari, karena sepanjang jalur Sembalun ini tidak ada tempat untuk berteduh.

Page 34: Menggapai Puncak Anjani

Fight & Pray

Page 35: Menggapai Puncak Anjani

Eat & Rest

Page 36: Menggapai Puncak Anjani

Smile & Pride

Page 37: Menggapai Puncak Anjani

Warm & Beauty

Page 38: Menggapai Puncak Anjani

Kepada rumput dan jalan setapak

Kepada bukit dan jurang-jurang

Kepada bintang gemintang di langit yang membentang

Kepada dingin yang menusuk ke dalam tulang

Atas nama alas kaki dan pundak yang terbebani,

Terima kasih telah memberi arti dalam perjalanan ini

Mereka yang bersenandung di dalam sepi

dan berdendang melipur lara hati

Mereka yang berzikir tiada henti,

kepada Sang Ilahi

Page 39: Menggapai Puncak Anjani

the author

Archyuda FarchanAlso known as : Arcky.Mulai mengenal kegiatan alam bebas dan mendaki gunung semenjak SMA kelas 1, saat tergabung dalam PPRPG Satya Soedirman. Lahir dari pasangan kontras; Batak dan Solo, sedangkan dibesarkan di ranah Sunda; Bogor, membuatnya cukup mengerti tentang semboyan Bhinneka Tunggal Ika.Pria yang mengaku tidak terikat pada suatu genre musik tertentu ini menikmati waktu luangnya dengan bersepeda dan bersendagurau bersama teman-teman.Saat ini sedang (sok) sibuk berkutat menyelesaikan ‘masa-masa akhirnya’ di salah satu Universitas di Yogyakarta. Masih banyak mimpi-mimpinya yang belum tercapai, salah satunya nge-date dengan ibunda tersayang ke Turki.

Kalau naksir atau ada pertanyaan lebih jauh, Arcky dapat ditemui di :Email : [email protected] | Twitter : @arckymoon | Blogger : arckylife.blogspot.com

Pendakian gunung seharusnya merendahkan hati, bukan sebaliknya... AUTH

OR

Page 40: Menggapai Puncak Anjani

Menggapai Puncak Anjani - Palasigma | 2013


Top Related