Download - Mengembalikan Kekristenan ke Alkitab
1
KUMPULAN ARTIKEL
Arif Kristanta
Bagian 1
2
DAFTAR ISI
1. Judul ............................................................................................................................. 1 2. Daftar Isi ....................................................................................................................... 2 3. Mengapa Aliran Kharismatik (masih) Menarik ............................................................ 3 4. Kesalahpahaman tentang Mujizat ............................................................................... 6 5. Bahasa Roh : Bagian 1 .................................................................................................. 11 6. Bahasa Roh : Bagian 2 .................................................................................................. 16 7. Menara Doa Jakarta : Gereja dengan Dua Wajah........................................................ 18 8. Tragedi Zakat dan Tragedi Perpuluhan ........................................................................ 22 9. Besar pasti Besar .......................................................................................................... 25 10. Cara Pembaptisan ........................................................................................................ 28
3
Mengapa Aliran Kharismatik (masih) Menarik? Sekalipun pertumbuhan aliran Kharismatik sudah mencapai puncaknya pada tahun 1990‐
an, namun pertanyaan di atas masih sangat relevan pada saat ini. Sekitar dua tahun yang lalu warga kristiani di kota Yogyakarta dihebohkan dengan akan adanya “Yogya Festival” yang akhirnya batal dilaksanakan karena ada ancaman dari ormas tertentu dan juga tidak mendapat ijin dari aparat keamanan setempat. Bahkan sempat keluar fatwa dari ulama setempat bahwa haram hukumnya bagi umat tertentu untuk datang ke kegiatan tersebut.
Saat ini pun umat Kristen di Yogyakarta dibombardir dengan khotbah‐khotbah tentang mujizat, kesembuhan, kemakmuran dan lain‐lain melalui pesawat radio. Tidak sedikit orang kristen yang tidak mau ke gereja karena sudah meresa “dikenyangkan” dengan mendengar khotbah melalui radio.
Sementara itu gereja‐gereja di tetangga kota Yogyakarta banyak yang gerah dengan adanya kegiatan dari sebuah gereja kharismatik (yang mengklaim sebagai gereja dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia, bahkan di dunia) yang suka antar jemput bagi siapa saja yang mau ikut kebaktian di gerejanya, tidak peduli apakah orang itu adalah anggota dari gereja lain atau bukan. Ya, siapa sih yang tidak mau dimanja? Mau ke gereja aja dijemput pakai bus, dan suasana di gereja begitu mewah, dan diberi sajian musik dan khotbah yang meninabobokan?
Nah, mengapa gerakan kharismatik (masih) menarik ? Dari pengalaman kurang lebih 20 tahun menjadi pengikut aliran kharismatik, penulis
menemukan beberapa alasan mengapa orang tertarik dengan aliran ini! 1) Keadaan yang suam‐suam di gerejanya. Inilah hal yang penulis rasakan ketika memutuskan untuk mengikuti kegiatan di aliran
kharismatik, dan yang mungkin juga dirasakan oleh banyak orang yang lainnya. Banyak gereja arus utama yang kurang peduli terhadap pertumbuhan rohani jemaatnya. Banyak gereja yang mirip dengan organisasi sosial semata. Kristus dan kebenaran Alkitab jarang dan hampir tidak pernah diberitakan di atas mimbar, sebaliknya mimbar lebih banyak dipakai untuk kuliah etika dan bagaimana hidup bermasyarakat yang baik.
Jujur saja, itulah yang penulis rasakan di gereja penulis dan mungkin juga dirasakan oleh banyak orang di gerejanya masing‐masing. Nah, kalau ada warga jemaat yang sungguh‐sungguh telah bertobat dan mau mengenal Kristus dan kebenara Alkitab lebih dalam lagi, maka jangan disalahkan ketika mereka lari ke aliran kharismatik yang memang dalam khotbah‐khotbahnya selalu menyebut nama Kristus dan menggunakan banyak ayat‐ayat Alkitab dalam khotbahnya. Hal seperti inilah yang menyebabkan banyak orang yang aktif di gereja arus utama justru yang lebih duluan “lari’ ke aliran kharismatik!
Penulis percaya bahwa sebenarnya gerakan kharismatik dipakai Tuhan untuk menyadarkan pemimpin‐pemimpin gereja arus utama untuk sadar dari keadaannya yang suam‐suam kuku dan kembali menjadi gereja yang mengutamakan Kristus dan memegang ajaran murni dari Alkitab!
Namun apa yang terjadi? Justru banyak pemimpin gereja arus utama yang menyalahkan para pemimpin gerakan kharismatik dan jemaatnya yang “lari” tanpa mau mengakui
4
keadaannya yang suam‐suam dan memperbaikinya sehingga tidak heran kalau saat ini banyak gereja arus utama yang mulai “dicuekin” jemaatnya.
Gereja di mana penulis berjemaat adalah salah satu gereja yang demikian ini. Waktu yang paling ditunggu‐tunggu adalah ketika pengkhotbah berkata “akhirnya ….”, ya, karena khotbah pendeta maupun majelis tidak menarik dan tidak membuat jemaat bisa bertumbuh karena isinya hanya hal‐hal etika dan pratik hidup di tengah‐tengah masyarakat, sehingga waktu khotbah adalah waktu yang paling menyesakkan ketika mengikuti kebaktian …… ya ampun…..
2) Ajaran‐ajaran kharismatik sesuai dengan sifat dasar manusia yang berdosa yaitu suka yang supranatural, maunya dapat banyak dengan cara instan, tanpa kerja keras, dan tetap menjadi manusia yang paling terhormat. a. Mujizat
Siapa sih yang tidak suka mendapatkan mujizat? Siapa sih tidak suka sembuh dengan mujizat dan gratis dari pada keluar uang sangat banyak di RS? Lihat saja puluhan ribu orang yang antri untuk mendapat kesempatan disembuhan oleh dukun cilik Ponari di Jombang! Sekalipun empat orang telah meninggal karena diinjak‐injak pada saat antri berobat mereka tidak peduli.
Pada saat resesi ekonomi global seperti saat ini dimana hidup semakin sulit maka tawaran adanya mujizat untuk melepaskan dari kesulitan hidup merupakan berita yang paling ditunggu‐tunggu banyak orang. Orang‐orang kristen seperti ini sama dengan ribuan orang yang antri di ruman dukun cilik Ponari, sudah tidak mau menggunakan akal sehatnya dan lebih mempercayai sesuatu yang mistik!
Faktanya mujizat memang jadi andalan utama dari gerakan kharsmatik untuk mencari “mangsanya”. Salah satu radio kristen di kota Yogyakarta menyiarkan acara “Mujizat setiap hari”. Mereka punya moto “ Alamilah mujizat setiap hari” . Lho, kalau sesuatu hal itu terjadi setiap hari maka hal itu bukan lagi mujizat namanya, tetapi sesuatu yang sudah biasa.
Ketika ada salah satu anggota gereja ini mengalami mujizat karena pelayanan gereja, jadi pasti dia akan dibawa kemana‐mana untuk bersaksi (dengan sedikit / banyak di besar‐besarkan) dengan maksud supaya banyak orang datang ke gerejanya dan mengalami mujizat yang sama!
b. Janji hidup sukses, selalu menang, dan menjadi anak Raja yang terhormat. Siapa sih yang tidak pingin semua di atas? Kalau ada orang kristen yang pikirannya masih
dikuasi hal‐hal yang duniawi seperti di atas, maka ajaran kharismatik sangat menarik baginya dan dia pasti mengikutinya, termasuk penulis dulu.
Penulis berasal dari keluarga miskin, beli Alkitabpun tidak mampu. Nah ketika ada pengkhotbah yang mengajarkan bahwa orang kristen asal percaya dan banyak berdoa maka Tuhan pasti memberkati dengan harta melimpah, selalu berhasil dan sukses, dan menjadi orang terhormat (kepala) maka penulis langsung punya mimpi yang indah sebagai orang kaya raya tanpa bekerja keras, cukup dengan banyak berdoa dan puasa.
5
Banyak doa banyak berkat (jasmani), begitu moto penulis menirukan salah seorang pengkhotbah terkenal.
Apalagi setelah penulis membaca buku‐buku dan mendengar khotbah‐khotbah dari para pemimpin kharismatik yang sangat terkenal yang semuanya menggambarkan betapa Tuhan memberkati mereka dengan berkat jasmani yang melimpah maka penulis semakin semangat mengikuti ajaran kharismatik. Jika bertahun‐tahun penulis belum mendapatkan mimpi tersebut penulis selalu menyalahkan diri bahwa penulis belum sungguh‐sungguh di dalam berdoa.
Dan orang‐orang seperti penulis dulu, yang miskin, punya utang banyak, punya masalah keluarga yang berat dan sebagainya adalah sasaran empuk bagi gerakan kharismatik ini dan janji‐janji serta mimpi‐mimpi seperti di atas adalah umpan yang sangat menggiurkan untuk langsung dimakan tanpa perlu pikir panjang!
Akan tetapi, kita juga harus jujur bahwa banyak hal yang positif dalam gerakan kharismatik, misalnya semangat dalam berdoa, mendengar firman Tuhan, dan semangat pelayanan kepada Tuhan. Untuk itu kita harus mengambil hal‐hal yang positif dari gerakan kharismatik tersebut. Apabila kita mempunyai semangat yang dimiliki oleh gerakan kharismatik ini dan mempunyai pengetahuan doktrin dan ajaran yang benar‐benar keluar dari firman Tuhan (Alkitab) maka gereja pasti akan tumbuh dan berbuah lebat.
6
KESALAHPAHAMAN TENTANG MUJIZAT
1. Setiap hamba Tuhan yang dalam pelayanannya banyak terjadi mujizat, pastilah hamba Tuhan yang sejati dan diutus oleh Tuhan.
Dalam berbagai debat yang menyangkut seorang hamba Tuhan, walaupun ajarannya telah benar‐benar menyimpang dari Alkitab, tetap saja jemaatnya menyakini bahwa pendeta/pemimpinnya benar‐benar utusan Tuhan yang dibuktikan dengan mujizat‐mujizat yang terjadi di dalam pelayanannya. Benarkah demikian?
Berita Alkitab: Memang benar bahwa salah satu cara Tuhan untuk membuktikan bahwa seseorang adalah
Rasul‐Nya melalui tanda‐tanda ajaib / mujizat yang menyertainya.
2 Korintus 12:12: Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di
tengah‐tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda‐tanda, mujizat‐mujizat dan kuasa‐kuasa.
Ibrani 2:4 Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda‐tanda dan mujizat‐mujizat dan oleh
berbagai‐bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi‐bagikan‐Nya menurut kehendak‐Nya.
Tetapi harus diingat juga, bahwa pada akhir zaman ini, justru nabi‐nabi palsu dan mesias‐mesias palsu‐lah yang paling banyak membuat mujizat dan tanda‐tanda yang dahsyat!
Matius 7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada‐Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi nama‐Mu, dan mengusir setan demi nama‐Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama‐Mu juga?
Matius 24:24 Sebab Mesias‐mesias palsu dan nabi‐nabi palsu akan muncul dan mereka akan
mengadakan tanda‐tanda yang dahsyat dan mujizat‐mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang‐orang pilihan juga.
2 Tesalonika 2:9 ,10 Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa‐rupa
perbuatan ajaib, tanda‐tanda dan mujizat‐mujizat palsu, dengan rupa‐rupa tipu daya jahat terhadap orang‐orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
Wahyu 16:14 Itulah roh‐roh setan yang mengadakan perbuatan‐perbuatan ajaib, dan mereka pergi
mendapatkan raja‐raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa. Beberapa tanda dari akhir zaman adalah: 1) Banyak nabi palsu dan mesias (yang mengaku diurapi oleh Allah) palsu akan
bermunculan dan mengadakan tanda‐tanda ajaib dan mujizat‐mujizat.
7
Kalau kita baca perikop Matius 7: 15 – 23 dan Matius 13: 24 – 30, 36 – 43 sudah jelas bahwa nabi‐nabi palsu dan orang‐orang yang menganggap dirinya diurapi oleh Tuhan ini ada di dalam gereja dan secara kasat mata tidak bisa dibedakan dengan orang Kristen sejati. Sama seperti sulitnya membedakan gandum dan lalang, demikian juga sulit untuk membedakan nabi‐nabi palsu dan mesias‐mesias palsu dengan nabi dan utusan Tuhan yang sejati. Yang jelas diantara hamba‐hamba Tuhan dan orang‐orang yang mengaku diurapi khusus oleh Tuhan dan yang saat ini ada di gereja‐gereja pasti banyak yang palsu.
Yang pasti, kepalsuan mereka akan sangat jelas pada saat penghakiman nanti: Matius 7: 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada‐Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Jadi: meskipun mereka melakukan mujizat dan tanda ajaib demi Nama Tuhan Yesus, Tuhan tidak pernah mengenal mereka, apalagi mengutus mereka. Lalu dari mana mujizat dan tanda ajaib yang mereka buat?
Matius 13: 41‐43 Anak Manusia akan menyuruh malaikat‐malaikat‐Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan‐Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang‐orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Siapakah yang dijadikan sasaran empuk oleh nabi dan mesias palsu tersebut? a. Mereka yang suka akan hal‐hal yang “supranatural’ dan mudah percaya akan setiap
muizat. b. Mereka yang lebih suka cerita‐cerita yang spektakuler dan menggebohkan dari pada
pemberitaan yang Alkitabiah ( 2 Tes 2: 10) Untuk itu, hati‐hatilah terhadap “hamba‐hamba” Tuhan yang lebih banyak mengobral
mujizat dari pada pemberitaan Firman Tuhan yang Alkitabiah. Hati‐hatilah terhadap “hamba‐hamba” Tuhan yang lebih banyak menyampaikan kesaksian‐kesaksian yang hebat‐hebat tetapi sedikit (bahkan tidak pernah) memberitakan kebenaran yang dihasilkan dari penyelidikan Alkitab yang sungguh‐sungguh dan mendalam.
Waspadalah! – waspadalah!. 2) Dengan mujizat‐mujizat dan tanda‐tanda yang dahsyat, nabi‐nabi dan orang‐orang yang
mengaku diurapi ini akan berhasil menggaet para pemimpin dan tokoh‐tokoh yang penting di banyak negara. (Wahyu 16: 14)
Jadi; jangan heran dan bahkan terkagum‐kagum dengan “hamba‐hamba” Tuhan yang berhasil medapatkan jemaat dari kalangan orang penting dan berpengaruh di negara ini, karena kemungkinan besar mereka adalah nabi‐nabi palsu.
Nah, agar Anda terhindar dari tipu daya nabi‐nabi palsu dan orang‐orang yang mengaku mendapat urapan khusus dari Tuhan caranya mudah: a. Jangan percaya setiap “hamba Tuhan” yang mengandalkan muzijat dan mengaku
dirinya diurapi khusus oleh Tuhan. Ujilah mereka dengan melihat apakah berita yang disampaikan Alkitabiah atau ngacau, cuma comot ayat sana‐sini, nah untuk itu;
b. Banyaklah belajar kebenaran Firman Tuhan.
8
2. Untuk mengalami mujizat harus hidup suci dan punya iman yang hebat! Ada seseorang yang sedang sakit dan dan dilayani oleh seorang “hamba Tuhan”. Walaupun
“hamba Tuhan” itu telah berdoa mati‐matian eh, penyakit orang itu tidak juga sembuh‐sembuh. Untuk amannya sang “hamba Tuhan” tadi langsung memvonis: Anda pasti masih nyimpen dosa atau kalau tidak, iman Anda belum beres! Enak sekali….. sang “hamba Tuhan” tersebut ngomong ya!
Dalam beberapa kasus yang terjadi di Alkitab memang Tuha Yesus pernah berkata: “Imanmulah yang meyembuhkan engkau”, tetapi ada beberap kasus lainnya mujizat kesembuhan terjadi justru ketika seseorang masih berdosa dan belum mengenal (apalagi beriman pada) Tuhan Yesus.
Contoh : a. Kasus penyembuhan orang yang sudah 38 tahun sakit di kolam Betesda (Yoh 5: 1 – 18)
Pada ayat 13,14 jelas bahwa ketika orang itu sudah sembuh ia belum mengenal Yesus dan dosanya baru diampuni setelah sembuh.
b. Kasus orang buta yang dicelikkan oleh Tuhan Yesus ( Yoh. 9) Dari ayat 35 – 39 jelas bahwa orang yang disembuhkan tersebut baru percaya kepada Tuhan Yesus setelah sembuh / mengalami mujizat. Dan orang tersebut buta bukan karena dosanya tetapi karena rencana Allah dimana melaluinya Allah akan dimuliakan.
Di sisi lain, ada orang yang beriman dan hidup baik, toh ketika mereka berdoa mohon
mujizat kesembuhan, Tuhan juga tidak mau sembuhkan. ( contoh Paulus dan Timotius)
Jadi, mujizat (misalnya kesembuhan) tidak tergantung pada manusia (baik hamba Tuhan maupun yang sakit), tetapi semata‐mata tergantung pada otoritas / kedaulatan dan kehendak Tuhan! Inilah mujizat / kesembuhan yang sejati.
Kalau seorang hamba Tuhan memang berada di bawah otoritas dan kedaulatan Tuhan, cukup hanya sekali ucap; “sembuhlah engkau!”, maka orang itu pasti sembuh. Jadi tidak usah berteriak‐teriak dan berulang‐ulang mengucap ; ‘sembuh!”….. “sembuh!” …. Dan kalau ternyata tidak sembuh‐sembuh juga, langsung memvonis : pasti masih ada dosa atau iman Anda nggak beres! Kasihan deh lu yang mengikuti “hamba Tuhan” seperti ini!
Waspadalah ….
3. Adanya muzijat dan tanda‐tanda yang dahsyat membuat orang mudah percaya pada Tuhan Yesus.
Ada banyak “hamba Tuhan” yang menjadikan mujizat sebagai “program unggulan” untuk mencari jemaat. Program‐program siaran rohani di Radio dan Televisi banyak yang menjanjikan “mujizat akan terjadi bagi setiap Anda yang mendengarkan siaran ini atu melihat tayangan ini”.
Benarkah dengan menawarkan mujizat lantas banyak orang yang percaya pada Tuhan Yesus?
Memang, ada beberapa kasus yang demikian. Mujizat yang dialami oleh orang sakit selama 38 tahun dan orang buta di atas ( point 2a dan 2b) membuat mereka percaya pada Tuhan Yesus, tetapi pada kasus lain tidak demikian.
Matius 11:20 Lalu Yesus mulai mengecam kota‐kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak
melakukan mujizat‐mujizat‐Nya:
9
Yohanes 12:37 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun
mereka tidak percaya kepada‐Nya, Dari dua ayat di atas saja sudah cukup membuktikan bahwa banyaknya mujizat yang terjadi
(padahal ini mujizat yang sejati) tidak menjamin banyak orang mau percaya kepada Tuhan Yesus.
Saat ini yang terjadi justru sebaliknya, mujizat‐mujizat yang ditawarkan oleh para “hamba Tuhan” membuat banyak orang:
1) Kecewa kepada Tuhan Yesus! Begitu banyaknya tawaran dan nubuatan : Tuhan pasti sembuhkan, Tuhan pasti buat
mujizat, membuat banyak orang punya kepercayaan ikut Tuhan itu enak lho, sakit tinggal perintah Tuhan Yesus sembuhkan saya, saya pasti sembuh. Kesulitan ekonomi? Tinggal doa dalam nama Tuhan Yesus uang datang…. Eh ada orang kasih uang dsb.
Tapi apa yang terjadi? Justru penderitaan demi penderitaan lah yang dialami, sakit bertahun‐tahun tidak sembuh, utang numpuk dimana‐mana. Lalu mereka berteriak : Tuhan dimana Engkau? Dimana Kuasa‐Mu? Mengapa Kau biarkan anak‐ku diperkosa, mengapa Kau biarkan anakku terlantar di jalanan, katanya Engkau pasti buat mujizat dan kuasaMu tidak terbatas!
Ingat! Tuhan sudah peringatkan:
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16:24 )
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang‐orang yang berhak menerima janji‐janji Allah, yang akan menerimanya bersama‐sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama‐sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama‐sama dengan Dia. (Roma 8:17 )
Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, (Filipi 1:29)
Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (2 Timotius 2:3 )
Jadi, hati‐hatilah terhadap “hamba Tuhan” dan gereja yang hanya memberitakan tentang mujizat tanpa sedikitpun memperingatkan kepada jemaatnya untuk tetap setia dan tekun di dalam penderitaan, karena kemungkinan besar hamba Tuhan tersebut nabi palsu seperti pada zaman Yehezkiel: Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umat‐Ku dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera—mereka itu mendirikan tembok dan lihat, mereka mengapurnya—( Yehezkiel 13:10 )
Oh iya … ya… berita tentang mujizat dan penderitaan bukankah bertentangan! Kalau kita tawarkan penderitaan pada jemaat, bukankah gereja kita tidak laku?
2) Lebih membutuhkan mujizat dan mengagungkan hamba Tuhan‐nya dari pada membutuhkan
Tuhan Yesus dan memuliakan‐Nya! Waktu Jogja Festival mau dilaksanakan, panitia telah membuat baliho‐baliha di perempatan
jalan raya, dan memuat iklannya di koran dengan ukuran yang besar. Coba tebak apa yang dituliskan pada baliho dan iklan di koran tersebut? Iya betul…. Tidak ada nama Tuhan Yesus sama sekali. Yang ada nama “hamba Tuhan” dan serangkaian mujizat yang bisa dibuatnya.
10
So, kalau ada orang yang datang ke acara tersebut, mereka butuh Tuhan Yesus atau butuh mujizat? (Tetapi syukurlah acara tersebut dibatalkan karena “kuasa Tuhan” tidak mampu mengatasi kekuatan beberapa orang yang keberatan terhadap acara tersebut! )
Demikian juga sewaktu seorang istri dari salah satu konglomerat Indonesia memberi kesaksian lewat layar kaca TVRI atas mujizat yang terjadi di keluarganya…. Coba tebak lagi nama siapa yang paling banyak disebut dan disanjung …. Yang jelas bukan nama Tuhan Yesus!
3) Menertawakan Kekristenan! Adanya berita‐berita mujizat di kalangan kekristenan akhir‐akhir ini justru menjadi bahan
tertawaan bagi orang‐orang dari agama lain dan aliran kepercayaan lainnya. Metode yang dilakukan oleh “hamba‐hamba” Tuhan ini sudah pernah dipakai oleh para Wali Songo pada jaman dulu dan juga oleh suatu aliran kepercayaan ( Tri Tunggal) sampai saat ini. Bahkan kalau mau jujur. Mujizat‐mujizat yang dilakukan oleh para Wali Songo dan aliran kepercayaan ‘Tri Tunggal’ jauh lebih dahsyat dari mujizat para ‘hamba Tuhan”.
Contoh: Saat ini masih ada siaran langsung “kesembuhan” lewat layar televisi di salah satu TV lokal. Kalau ada orang yang sakit tinggal telepon lalu mengikuti perintah pengisi acara, maka sakitnya akan sembuh. Bahkan iklannya di salah satu media cetak, dalam satu halaman penuh dicantumkan kesaksian dari orang‐orang yang disembuhkan lengkap dengan foto dan alamat rumahnya. Bahkan ada penyakit yang ditransfer ke binatang segala!
Akhirnya Dari semuanya ini bukan berarti penulis tidak percaya mujizat. Penulis percaya mujizat masih terjadi bahkan penulis pernah mendoakan dua orang teman penulis yang sakit dan mereka langsung sembuh seketika. Tetapi bagi penulis mujizat bukan yang utama dan harus ditonjolkan. Kita harus tetap memprioritaskan kebenaran firman Tuhan di atas segala‐galanya. Peringatan Tuhan Yesus tentang banyaknya nabi‐nabi palsu dan orang‐orang yang mengaku diurapi secara khusus oleh Tuhan dan mereka ini akan melakukan banyak mujizat‐mujizat dan tanda‐tanda sedemikian rupa dengan tujuan untuk menyesatkan orang‐orang pilihan Tuhan, membuat kita harus berhati‐hati terhadap berbagai gejala mujizat yang muncul di gereja. Kalau kita belum mampu membedakan mana mujizat dari Tuhan dan mana mujizat dari nabi‐nabi palsu dan mesias‐mesias palsu, bukankah akan lebih bijaksana bila kita menghindari pertemuan‐pertemuan yang mengesploitasi mujizat?
Ingat lho! Iblis paling mudah memalsu mujizat dan Tuhan tidak pernah menjamin bahwa Iblis tidak bisa menabur benihnya di dalam gereja‐Nya. (Matius 13: 30, 39, 41) Jangan mau ditipu kalau mujizat dilakukan dalam nama Tuhan Yesus pasti berasal dari Tuhan! (Matius 7: 15 – 23).
11
Bagian 1: Fakta tentang Bahasa Roh : Di Alkitab dan di Jaman Sekarang
1) Sebagai salah satu tanda dari gereja yang am Mar 16:17, 18 Tanda‐tanda ini akan menyertai orang‐orang yang percaya: 1.mereka akan mengusir setan‐setan demi nama‐Ku, 2.mereka akan berbicara dalam bahasa‐bahasa yang baru bagi mereka, 3.mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;
4.mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Sekalipun banyak ahli teologia meragukan keaslian dari ayat ini (karena ayat ini tidak ada pada manuskrip Injil Markus yang paling awal) baiklah kita lihat apa maksud dari ayat ini. a. Jelas bahwa keempat tanda di atas diperuntukkan untuk orang‐orang percaya (gereja
secara keseluruhan) bukan untuk setiap orang percaya. Kalau tanda‐tanda itu ditujukan untuk setiap orang percaya maka konsekuensinya setiap orang percaya harus memiliki semua tanda‐tanda di atas.
b. Tanda‐tanda di atas ( kecuali minum racun maut) sudah digenapi oleh gereja mula‐mula : ‐Mengusir setan Kis 5: 16, Kis 8:7 dll ‐Berbicara dalam bahasa‐bahasa yang baru Kis 2: 4 – 11 ‐Di gigit ular tidak mati Kis 28: 3,4,5 ‐Penyembuhan orang sakit Kis 5: 16 dll c. Bahasa‐bahasa yang baru” ( Yunani : glossa, Inggris : tongues ) adalah bahasa‐bahasa dari
suku / bangsa lain yang mempunyai struktur kalimat dan pengertian yang jelas dan dapat dimengerti oleh manusia.
Contoh di Kis 2: 4 ‐11. Ketika para murid ber”bahasa roh” maka orang Yahudi mendengar mereka berbicara dalam bahasa Yahudi, orang Kreta mendengar mereka berbahasa Kreta, orang Arab mendengar mereka berbahasa Arab”, dan sebagainya.
Fakta sekarang: 1. Ada beberapa “hamba Tuhan” yang menggunakan ayat ini untuk mengklaim bahwa setiap
orang percaya harus ber”bahasa roh” sebagai tanda orang Kristen sejati, sehingga membuat orang Kristen yang tidak ber”bahasa roh” ragu‐ragu apakah mereka orang Kristen sejati atau tidak! Ada pertanyaan yang harus dijawab oleh para “hamba Tuhan” tersebut: Mengapa hanya tanda ber”bahasa roh” yang ditekankan, bagaimana dengan 4 tanda yang lainnya?
2.“Bahasa roh” saat ini berbeda dengan “bahasa roh” pada Kisah Para Rasul. Jelas bahwa di Kisah Para Rasul, “bahasa roh” adalah bahasa yang mempunyai struktur kalimat dan kata yang jelas dan dapat dimengerti oleh suku/bangsa lain. Tetapi “bahasa roh” saat ini adalah “bahasa” yang struktur kalimat dan kata‐katanya tidak jelas. Biasanya hanya terdiri dari 2 sampai 5 suku kata yang tidak jelas dan diulang‐ulang.
Contoh : tra – la – la, tra – la – la dst , shikara‐kara‐ kara – mande .... dst Apakah ada bahasa dari suatu suku/bangsa yang mempunyai hanya 3 sampai 5 suku kata?
12
2) Sebagai manifestasi Roh Kudus ketika Injil memasuki daerah/wilayah baru. Bahasa roh di Kisah Para Rasul: 1.Di Yerusalem (Kis 2: 5‐11) 2.Di Kaisarea untuk orang non Yahudi (Kis 10: 46) 3.Di Efesus (kota internasional pada saat itu) (Kis 19: 6) Bandingkan dengan amanat agung Tuhan Yesus : Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau
Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi‐Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Jadi, bahasa roh yang terjadi di tiga tempat di atas menunjukkan bahwa Injil telah memasuki wilayah yang telah diamanatkan oleh Tuhan Yesus kepada para rasul, dan hanya terjadi satu kali di setiap tempat dan tidak terulang lagi.
Perlu diingat juga, bahwa peristiwa terjadinya bahasa roh di atas bersifat dipkrispsi (menggambarkan) yang tidak bisa dijadikan sebagai suatu ajaran yang harus diikuti oleh setiap orang Kristen.
Contoh: • Peristiwa pertobatan Saulus yang mengalami kebutaan dan tidak makan selama tiga hari
tidak bisa dijadikan sebagai dasar ajaran bahwa setiap orang Kristen yang bertobat akan mengalami kebutaan dan harus puasa selama tiga hari.
• Peristiwa Tuhan Yesus dibabptis di sungai Yordan tidak dapat dijadikan sebagai dasar ajaran bahwa setiap orang Kristen harus dibaptis di sungai Yordan.
Demikian juga, peristiwa terjadi bahasa roh di tiga tempat di Kisah Para Rasul tidak bisa dijadikan sebagai dasar ajaran bahwa setiap gereja harus ada yang berbahasa roh. Tidak ada bukti di Alkitab bahwa setiap gereja dan orang percaya harus berbahasa roh.
Fakta Sekarang:
Terdapat indikasi adanya pemaksaan bahasa roh di gereja‐gereja yang sudah lama berdiri.
3) Sebagai salah satu karunia dari banyak karunia Dari sekian banyak surat penggembalaan para rasul kepada jemaat, hanya satu surat yang
membahas tentang bahasa roh, itupun bukan berupa pujian tetapi teguran yang keras. Fakta Alkitab: I Kor 12:6 – 11, 27‐30 6. Dan ada berbagai‐bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan
semuanya dalam semua orang. 7 Tetapi kepada tiap‐tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. 8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata‐kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata‐kata dengan pengetahuan. 9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. 10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam‐macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata‐kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. 11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap‐tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki‐Nya.
27 Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing‐masing adalah anggotanya. 28 Dan
13
Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata‐kata dalam bahasa roh. 29 Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, 30 atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata‐kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
Jadi: Bahasa roh merupakan salah satu karunia Roh Kudus yang diberikan kepada beberapa orang percaya secara khusus dan sesuai dengan kehendak Roh Kudus.
Jadi, kalau kita memang tidak dikehendaki oleh Roh Kudus untuk menerima karunia bahasa roh, ya jangan memaksakan diri untuk bisa berbahasa roh, sampai kursus bahasa roh segala! Ya ampun.....
Demikian juga dengan para “hamba Tuhan” jangalah Anda memaksakan setiap orang Kristen untuk berbahasa roh, apalagi menghakimi orang yang tidak berbahasa roh sebagai tidak ada Roh Kudusnya, padahal sangat jelas bahwa tidak semua orang percaya mendapat karunia bahasa roh!
1Kor 14:1,5, 18,19 Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia‐karunia Roh, terutama
karunia untuk bernubuat. Aku suka, supaya kamu semua berkata‐kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu,
supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata‐kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata‐kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu‐ribu kata dengan bahasa roh.
Bagi Anda pemburu ( yang sangat ingin ) bahasa roh : • Kejarlah kasih terlebih dahulu. Tanpa adanya kasih semua karunia tidak ada gunanya /
sia‐sia. • Mengapa Anda tidak memburu karunia bernubuat? Bukankah karunia nubuat lebih
berharga dan lebih bermanfaat bagi jemaat? • Lima kata dengan bahasa biasa (mis bhs Indonesia) lebih baik dan bermanfaat bagi
jemaat bila dibanding dengan ribuan kata dalam bahasa roh ( padahal dalam prakteknya banyak orang Kristen cuma bisa lima kata bahasa roh)
4) Aturan ber”bahasa roh” I Kor 14: 27,28,37,38 27 Jika ada yang berkata‐kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak‐banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. 28 Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata‐kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. 37 Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan. 38 Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia. Aturan berbahasa roh di dalam persekutuan:
14
1. Paling banyak tiga orang secara bergiliran dan harus ada yang menafsirkan /menterjemahkan bahasa roh tersebut;
2. Jika tidak ada yang menafsirkan/menerjemahkannya, mereka harus berdiam diri / tidak mengucapkan bahasa roh.
Aturan ini adalah perintah Tuhan dan kalau ada “hamba Tuhan”/ jemaat yang tidak mengindahkannya, maka kita juga tidak perlu mengindahkan “hamba Tuhan” / jemaat tersebut!
Fakta / praktek berbahasa roh jemaat saat ini:
Hampir semua anggota persekutuan / gereja yang berbahasa roh, baik song leader maupun jemaat yang hadir berlomba‐lomba untuk “berbahasa roh” dan tidak ada satupun yang menafsirkannya. Jadi, persekutuan / gereja seperti ini sudah tidak mengindahkan aturan di atas, sehingga kitapun tidak perlu mengindahkan persekutuan / gereja tersebut!
So: Jangan hadiri persekutuan / gereja yang dalam pertemuan ibadatnya banyak yang berlomba berbahasa roh tanpa satupun orang yang menafsirkannya! Ini perintah Tuhan lho! (ayat 37‐38)
5) Buah “berbahasa roh” Fakta di Alkitab
Apakah karunia bahasa roh di jemaat Korintus dapat membuat jemaat tersebut dewasa? Ternyata jawabannya TIDAK! Jemaat Korintus yang merupakan satu‐satunya jemaat pada PB yang mempraktekkan bahasa roh dalam kebaktiannya, ternyata merupakan manusia duniawi, jemaat yang belum dewasa di dalam Kristus, yang dibuktikan dengan adanya perselisihan, yang seorang merasa lebih hebat dari yang lainnya.( I Korintus 3: 1 – 5)
Fakta sekarang: Saat ini, persekutuan / gereja yang mempraktekkan bahasa roh ternyata sama seperti
jemaat di Korintus, suka berselisih yang berujung pada perpecahan gereja. Bukankah gereja yang paling banyak perpecahannya adalah gereja yang berbahasa roh? Belum genap 20 tahun usia gereja, sudah banyak pendetanya yang memisahkan diri membuat denominasi / gereja baru yang terpisah secara organisasi!
Bandingkan dengan gereja‐geraja yang usianya lebih dari 75 tahun seperti GMIT, GKJ dan sebagainya yang oleh gereja berbahasa roh dianggap sebagai gereja tanpa Roh Kudus; Walaupun di dalam gereja tersebut kadang kala ada “keributan” antar pendeta dan jemaat tetapi dapat diselesaikan dengan baik dan sampai sekarang gereja tetap utuh tidak terpecah. Dan walaupun gereja tersebut mempunyai warga jemaat lebih dari 250.000 orang dan sampai sekarang terus berkembang, tidak pernah menyombongkan diri sebagai gereja yang besar. Coba bandingkan dengan gereja berbahasa roh, walaupun anggotanya baru 20.000 orang sudah berkoar‐koar sebagai gereja terbesar dan tercepat pertumbuhannya, apalagi sudah terbukti bahwa sebagian jemaatnya nyrobot dari gereja yang dikatakan tidak punya Roh Kudus tadi. ( di Solo dan Jogja ada gereja yang menawarkan antar‐jemput secara gratis bagi orang yang mau beribadah di gerejanya).
6) Bahasa roh sudah berhenti? 1 Kor 13:8‐10
15
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Ketika Rasul Paulus menulis ayat‐ayat tersebut, kanon Alkitab belum ditutup sehingga Allah masih menggunakan karunia‐karunia Roh Kudus untuk membimbing dan membangun kehidupan gereja‐Nya. Tetapi setelah kanon Alkitab sudah selesai dan sempurna maka wahyu khusus sudah berhenti dan ditutup (Wahyu 22: 18,19).
Alkitab sudah cukup dan mampu memberi petunjuk dan bimbingan bagi setiap warga gereja. (II Tim 3: 16,17).
Bagi Anda pemburu bahasa roh, apakah Alkitab belum cukup untuk membangun iman Anda?
7) Bahasa roh dan perdukukan & agama primitif Sudah bukan rahasia lagi, bahwa para dukun juga menggunakan “bahasa roh” ketika mereka
membaca mantra, demikian juga suku‐suku primitif juga berbahasa roh ketika mereka memanggil‐manggil dewa mereka.
Tidak ada jaminan bahwa Iblis tidak bekerja di dalam persekutuan / ibadah. Di dalam perumpaan gandum dan lalang ( Mat 13: 24 – 30; 36 – 43) dinyatakan bahwa Iblis juga menaburkan benih di tengah‐tengah gereja dan hal ini sengaja dibiarkan oleh Allah. Bahasa roh dan mujizat adalah dua hal yang paling gampang dipalsu oleh Iblis.
Nah, bagi Anda pemburu bahasa roh, hati‐hatilah terhadap setiap bahasa roh. Bedakan apakah itu benar dari Roh Kudus (harus ada penafsirannya) ataukah dari Iblis. Kalau Anda tidak dapat membedakan (memang sulit,sama sulitnya membedakan gandum dan lalang) lebih baik urungkan niat Anda, dari pada Anda menyesal di kemudian hari karena tertipu oleh Iblis. Kalau Anda berbahasa roh untuk membangun iman Anda, lebih baik Anda banyak membaca Alkitab sambil memohon hikmat pada Tuhan, dan Tuhan pasti akan memberikannya dengan tidak menagguhkannya.
8) Bagi Anda yang tidak berbahasa roh:
• Tetap berbahagialah, jangan ragu‐ragu terhadap iman Anda, karena Tuhan pasti memberi Anda karunia lain yang lebih dan berguna baik bagi Anda pribadi maupun bagi gereja.
• Jangan merasa minder terhadap saudara‐saudara yang berbahasa roh, karena orang‐orang besar yang telah Tuhan pakai untuk membangun gereja‐Nya juga tidak berbahasa roh, seperti Agustinus, Martin Luther, Jhon Calvin, Billy Graham, dan lain‐lainya juga tidak berbahasa roh!
16
Bagian 2: Kesalahpahaman tentang Bahasa Roh
1. Bahasa roh di Kisah Para Rasul berbeda dengan bahasa roh di I Korintus. Bahasa roh di Kisah Para Rasul merupakan mujizat bahasa yang terjadi satu kali di satu
tempat. Sebagai mujizat bahasa roh ini berfungsi meneguhkan Injil yang diberitakan oleh para rasul.
Sedangkan bahasa roh di Korintus merupakan fenomena yang biasa terjadi pada hampir di semua agama, dan Tuhan berkenan menggunakan fenomena ini untuk melengkapi pelayanan di gereja‐Nya. Dengan lengkapnya kanon kitab suci, peranan bahasa roh sudah semakin berkurang dan bahkan mungkin tidak perlu digunakan lagi.
2. Setiap bahasa roh belum tentu berasal dari Roh Kudus. Jangan gegabah meyakini bahwa kalau kita minta bahasa roh, dan bila kita benar‐benar
berbahasa roh, maka bahasa roh itu berasal dari Tuhan. Sekali lagi, fenomena bahasa roh ini bukan hanya ada di kekristenan saja, tetapi juga ada di hampir semua agama. Walaupun kita sudah minta dalam nama Tuhan Yesus, nggak ada jaminan bahwa Iblis terhalangi untuk memberikan bahasa roh yang palsu. Kalau Iblis bisa berada di Firdaus dan di hadapan Allah, masak ia nggak bisa bebas di gereja?
Jangan juga mengira bahwa perasaan damai, tenang, seperti di surga dan sejenisnya itu pasti buah Roh Kudus akibat berbahasa roh. Para ahli psikologi sudah mengadakan penelitian bahwa orang yang berbahasa roh (entah itu orang Kristen atau bukan) akan mengalami perasaan yang sama, yaitu seperti “trance” atau sama dengan orang yang pesta shabu‐shabu, melayang‐melayang ……. Juga ditemukan bahwa orang yang paling mudah berbahasa roh adalah orang yang dalam keadaan stress dan mencari sesuatu untuk melepaskan beban beratnya. Ya, persis, bahasa roh perananannya persis seperti candu, sarana pelampiasan stress dan menikmati “kebebasan” semu.
Itulah sebabnya, biasanya sebelum “upacara” pengucapan bahasa roh dimulai, jemaat diajak untuk menyanyi jingkrak‐jingkrak sampai lelah, dan ketika sudah capai, song leader / pengkhotbah minta agar jemaat mengosongkan pikirannya dan siap untuk menerima “roh”, dan pada saat pikirannya kosong itulah bahasa roh mulai bermunculan…..tanpa dapat dikendalikan, saling berlomba…. Padahal Rasul Paulus sudah melarang pengucapan bahasa roh yang tidak disertai penafsirannya di di depan umum. Kalau bahasa roh itu memang dari Roh Kudus, masak sih Roh Kudus berani berlawanan dengan firman yang diilhamkan Sendiri?
3. Orang yang berbahasa roh punya kecendurungan untuk bersikap anti sosial dan anti logika. Maaf, penulis dapat menyimpulkan demikian karena semua teman penulis yang
berbahasa roh memang demikian, nggak beda dengan orang‐orang di Korintus pada waktu itu.
Penulis mempunyai dua kasus: a. Di suatu daerah ada persekutuan dari gereja A, sering mengadakan acara doa pada jam 12
malam. Ya kalau doa biasa sih nggak apa‐apa dan bagus, tapi ini…. ya ampun.. sudah jam 12 malam mereka berteriak‐teriak dan berbahasa yang aneh – aneh… ya terang saja mereka dilempari dan diusir oleh warga di sekitarnya.
Melihat hal ini penulis jadi ragu kalau penghancuran gereja dan penganiayaan yang terjadi di gereja karena semata‐mata Nama Tuhan Yesus. Mengapa? Karena banyak
17
gereja yang ditutup dan dilempari oleh warga non‐Kristen karena memang sikap jemaatnya yang anti sosial, dan tidak punya kepeduliaan terhadap lingkungan sekitar.
Buktinya, sudah 8 tahun ini penulis mengadakan kebaktian di rumah salah satu warga dimana kepala keluarganya muslim. Kamipun telah mendapatkan jaminan keamanan dari semua RT, Kadus, LPMD yang ada di wilayah kami. Kalau mereka kami undang untuk natalan, pasti datang dan memberi bantuan, padahal di satu kecamatan kami yang beragama Kristen hanya 30 orang.
b. Pada saat gempa bumi Mei 2006 ada seorang yang terkenal dengan pelayanan dunia roh (dan tentu saja fasih berbahasa roh) begitu yakin akan nubuat dari sohibnya bahwa akan ada stunami yang dahsyat sampai daerahnya (padahal jarak dari pantai masih 20 Km dan dengan ketinggian permukaan tanah puluhan meter dari permukaan laut). Maka setelah gempa berhenti, bukanya menolong orangtuanya yang tertimpa tembok, dan tetangga‐tetangganya yang membongkar batu‐bata untuk mencari sanak saudaranya yang tertimbun, eh ia dan keluargannya malah ngungsi ditempat yang aman dengan membawa jemaatnya yang juga sama‐sama meninggalkan anggota keluarganya yang tergeletak tak berdaya … edan! … inikah orang yang dipenuhi Roh Kudus?
Kalau orang‐orang seperti ini ndak percaya nubuatan palsu dari nabi palsu …. pasti banyak jiwa akan tertolong … dan udah pasti nama Tuhan akan dimuliakan …
Makanya, Rasul Paulus menyindir orang‐orang yang keranjingan “dunia roh” ini untuk menggunakan otak / akal budinya, karena itu juga pemberian Tuhan! (I Kor 14:15)
4. Berdoa dalam bahasa roh bukan berarti Roh Kudus yang berdoa! Ini salah kaprah dan sayangnya banyak yang percaya ini. 1 Korintus 14:14 Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku
tidak turut berdoa. Ketika Paulus berdoa dengan bahasa roh, siapa yang berdoa? Roh Kudus? Jelas tidak! Tetapi
roh Rasul Paulus‐lah yang berdoa. Nah, karena Rasul Paulus tahu bahwa “dunia roh” itu nyrimpet‐nyrimpet bahaya dan Iblis suka main disana (ini tafsiran penulis aja lho) maka Rasul Paulus JUGA MENGGUNAKAN AKAL BUDInya.
1 Korintus 14:15 Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa
juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.
Kalau memang doa dengan bahasa roh itu berarti Roh Kudus yang berdoa untuk Rasul Paulus, mengapa ia juga berdoa dengan akal budinya? Apakah doa Roh Kudus nggak manjur gitu?
18
GEREJA DENGAN DUA WAJAH
Pada tanggal 15 April 2004 Menseneg Bambang Kesowo dan Guburnur DKI Sutiyoso
telah meresmikan dimulainya pembangunan Menara Jakarta setinggi 588 (akan menjadi menara tertinggi di dunia) yang sempat terbengkalai selama 9 tahun. Yang menarik adalah dalam pembangunan Menara Jakarta ini, ada keterlibatan seorang pendeta “besar” dari gereja “terbesar” di Indonesia. Pembangun menara ini pada mulanya memerlukan dana Rp. 1,4 triliun, tetapi akhirnya membengkak menjadi Rp. 2,7 triliun. Menara direncanakan selesai pada tahun 2010/2011.
Walaupun bangyak kritikan disana‐sini baik dari kalangan gereja, tokoh‐tokoh Kristen seperti Theo Syafei, dari kalangan DPR dan MPR, serta dari kalangan lainnya, semuanya itu dianggap angin lalu ... bak anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Apalagi kalau bukan “Tuhan” yang dijadikan bampernya. “Toh ini visi dari Tuhan, walaupun banyak tantangannya, “Tuhan” pasti bisa atasi semuanya” kilah sang pendeta.
Nah, karena ini sudah menyangkut kekristenan, maka penulis perlu mengkritisinya. 1. Dua wajah Menara (Doa) Jakarta. Kalau sang pendeta sedang berbicara di dalam gereja, dia selalu mengatakan:” ini adalah proyek orang Kristen, ini adalah Menara Doa orang Kristen, Menara doa ini akan menjadi Christian Center atau Praise and Worship Center”. Tetapi, kalau bpk pendeta ini berbicara di luar gereja, ia akan bilang; “ini akan menjadi menara kebanggaan bangsa dan negara, tempat ini akan menjadi pusat gaya hidup, disana ada mall besar, restoran putar, kafe, taman hiburan, hotel dll, tanpa menyinggung sedikitpun tentang visi dari “Tuhan”nya. Ya sudah pastilah, dua wajah ini diperlukan untuk mengambil hati dari para pejabat negara dan masyarakat non‐Kristen agar mereka memberi ijin dan tidak mengganggu pembangunan menara doanya. Nah, kalau memang ini dari Tuhan, apakah Dia mengajarkan cara munafik seperti ini? Apakah seperti ini yang dimaksud dengan tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular? Tanpa disadari oleh sang pendeta, dua wajah yang ia tampilkan akan menyulut “bom sara” yang sewaktu‐waktu bisa meledak dahsyat! Ungkapan bpk pendeta tentang Menara Jakarta sebagai menara doa, Christian Center dsb, telah termuat di website‐website muslim, seperti KAMMI, Era Muslim, Front Anti Murtad, Hidayattulah dsb. Mereka ini terus mengawasi jalannya pembangunan Menara Jakarta, dan jikalau nanti benar‐benar ada salah satu ruangan akan dijadikan sebagai Tempat Doa, dan sejenisnya .. tidak segan‐segan mereka akan bertindak tegas. Kasus STT SETIA mereka anggap sebagai peringatan bagi akan adanya Menara Doa ini! Kalau ancaman itu nantinya sungguh‐sungguh dilaksanakan, apakah sang pendeta tadi akan berani bertanggung jawab terhadap keamanan orang‐orang Kristen yang tidak tahu apa‐apa tentang hal ini?
19
Ingat kasus Jogja Festival tahun lalu. Walaupun panitia yakin bahwa ini adalah visi dari “Tuhan” dan “Tuhan” pasti menyertai, toh akhirnya mereka menyerah juga ketika Kapolda meminta membatalkan acara itu karena suasananya sudah tidak kondusif lagi. Tolong dong pak pendeta, pikir ulang visi “Tuhan” itu, karena visi itu akan membuat orang Kristen semakin menderita lagi! Penulis ndak yakin “Tuhan”nya bapak akan sanggup melawan orang‐orang nekad tersebut! ( untuk membuktikan bahwa apa yang penulis tulis ini bukan karena ketakutan membabi buta, tolong cek kebenarannya dengan Googling pakai kata kunci “menara doa”, dan jangan heran bila nanti akan banyak ditemukan di website muslim garis keras!)
2. Menara Doa dan Orang Miskin Ketika Bpk. Theo Syafei mengritik rencana pembangunan menara ini dengan alasan dananya dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia Bagian Timur, dengan seenaknya salah satu pendukung sang pendeta tadi menggunakan ayat : “Karena orang‐orang miskin selalu ada padamu” (Matius 26 : 11) untuk menolak kritikan tersebut. Dia menyamakan motivasi sang pendeta dengan motivasi perempuan yang mengurapi Tuhan Yesus.. ya jauhlah. Pencurahan minyak yang sangat mahal memang telah dipakai Tuhan untuk persiapan kematian‐Nya. Dan lagi perkataan “Karena orang‐orang miskin selalu ada padamu” bukan berarti Tuhan tidak suka para murid memberi bantuan pada orang miskin, tetapi itu digunakan untuk menegur Yudas yang menggunakan orang miskin untuk maksud liciknya (menguasi uang hasil penjualan minyak jika tidak jadi digunakan untuk mengurapi Tuhan Yesus). Nah, pada kasus pembangunan menara ini, orang yang pro sang pendeta tadi seharusnya memperhatikan perintah Tuhan lewat Rasul Paulus ini: Bantulah dalam kekurangan orang‐orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (Roma 12:13)
3. Menara doa dan Bait Allah Salah satu pendukung sang pendeta tadi yang adalah juga seorang pendeta yang dulu sering muncul di RCTI, sambil mengutip ayat dari Kitab Yehezkiel mengatakan bahwa kalau Allah menghendaki bangunan Bait Allah harus besar, indah, dan luar biasa, masa sih ada orang Kristen yang nggak suka kalau ada hamba Tuhan yang mau bangun “Bait Allah” seperti itu? Weleh .... weleh udah jaman gini masih punya pikiran seperti itu! Memangnya saat ini Allah masih butuh rumah di bumi untuk kediaman‐Nya, gitu pak pendeta? ] Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (1 Korintus 3:16 )
4. Menara doa dan Kepedulian sosial Kalau seandainya Menara Jakarta benar‐benar terwujud, dan ada ruangan yang diijinkan untuk dijadikan “ruang doa”, penulis punya harapan ketika nantinya sang pendeta cs, naik sampai ke bagian atas menara untuk berdoa, kiranya beliau menyempatkan diri
20
melihat ke bawah, dan dapat melihat masih banyak orang miskin di Jakarta yang hidup di pinggir kali dan di kolong jembatan, di tempat yang tidak layak, yang makan daging eks sampah makanan hotel, yang makan roti kadaluwarsa, dsb. Dan beliau akan tergerak untuk mendoakannya. Tidak berhenti sampai disitu saja, ketika sudah selesai berdoa, beliau berkenan mengunjungi orang‐orang miskin tadi untuk membantu sekedarnya. Hal ini masih merupakan harapan. Kenapa? Dulu, ketika gempa bumi memporakporandakan daerah kami sehingga banyak rumah rata dengan tanah sehingga memaksa banyak orang tidur di tenda‐tenda, termasuk pendeta kami dan sebagian besar jemaatnya, kami pernah mengirim surat untuk memohon bantuan kepada gereja‐gereja dari berbagai denominasi termasuk denominasi sang pendeta tersebut. Tetapi hasilnya, tidak ada satu gerejapun dari denominasi sang pendeta tadi yang memberi bantuan, walaupun sekedar ucapan untuk menyemangati kami. Bantuan justru berasal dari gereja‐gereja yang dianggap kurang Roh Kudusnya seperti GKE, GPIB, GKI, GKJ dan sebagainya. Karena sebagian besar bantuan tersebut untuk membantu pembangunan rumah‐rumah warga, maka dengan terpaksa kami hanya mampu membuat rumah untuk pak pendeta kami dengan ukuran 2m x 5m, bahan dari anyaman bambu. Pendeta kami tinggal di rumah yang sangat‐sangat tidak layak tersebut selama 2, 5 tahun.
5. Menara doa dan kuasa Tuhan. Satu lagi alasan konyol dari para pendukung sang pendeta tadi. Bila menara doa nanti benar‐benar terjadi maka hal itu akan menunjukkan kuasa Tuhannya orang Kristen itu dahsyat karena umat‐Nya dapat membangun membangun menara paling tinggi di dunia... Weleh... weleh ..... ini orang yang kebanyakkan makan kuasa Tuhan kali ya.... Tahun 2008 ini, kalau sesuai dengan rencana “Burj Dubai” atau Menara Dubai akan selesai dibangun. Menara ini akan mempunyai tinggi sekitar 810 meter, selisih 222 meter dengan rencana Menara (Doa) Jakarta. Nah lho, apakah dapat diambil kesimpulan Tuhannya orang Dubai lebih berkuasa dan lebih hebat dari Tuhannya orang Kristen?
6. Menara doa dan doa. Penulis ndak habis pikir, apakah sih istimewanya orang Kristen berdoa di tempat yang tinggi? Apa biar lebih deket sama Tuhan gitu? Kalau begitu orang‐orang di Tibet paling deket sama Tuhan dong! Bukankah Tuhan Yesus tidak membatasi tempat dimana kita dapat berdoa dan menyembah‐Nya? Mengapa sih harus mengeluarkan tirlunan rupiah hanya untuk membangun tempat untuk berdoa? Bagi orang‐orang yang percaya “peta teritorialnya” Iblis yang dibuat oleh Peter Wagner, maka menara doa ini sangat penting. Untuk itulah sebenarnya menara doa yang akan dibuat bukan hanya satu, ada lagi menara doa yang lain, yaitu milik saingan sang pendeta tadi. Orang‐orang ini berkeyakinan dengan berdoa di tempat yang tinggi mereka akan
21
dapat mengklaim seluas mungkin wilayah yang dikuasai oleh Iblis. Semakin tinggi tempat mereka berdoa, semakin luas wilayah yang dapat mereka rebut dan kuasai dari tangan Iblis. Bingungkan Anda dengan teologi doa mereka? Penulis ndak tahu dari mana Peter Wagner tahu wilayah‐wilayah / teritorial mana saja yang dikuasai oleh Iblis dan anak buahnya! Yang jelas, Tuhan tidak pernah mengajarkan hal doa yang demikian itu! Matius 6:6 : Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
7. Menara Doa dan Kemuliaan Allah Akhirnya, penulis tidak melihat hubungan antara rencana pembangunan Menara Jakarta ini dengan Kemuliaan Allah. Mungkin Anda melihatnya?
22
TRAGEDI ZAKAT dan TRAGEDI PERSEPULUHAN Niat mulia berujung petaka. Itulah yang dialami oleh keluarga H. Syaichon, warga Gg.
Pepaya Pasuruan. Sebagai pengusaha sukses, ia ingin memberikan 2,5% dari penghasilannya untuk berzakat kepada kaum duafa, sebagai ketaatan atas perintah Alloh SWT‐nya. Hal ini sudah ia lakukan secara rutin setiap tanggal 15 bulan Romadon. Namun bukannya meringgankan beban hidup kaum duafa (bahasa halus dari orang miskin), tetapi hasilnya justru menewaskan 21 orang dan menyebabkan belasan lainnya luka‐luka. Dalam peristiwa ini Badan Amil Zakat juga mendapat sorotan tajam karena ternyata banyak orang yang tidak mempercayai BAZ ini sehingga mereka melakukan pembagian zakat secara sendiri‐sendiri. Alasanya apalagi kalau BAZ ini dicurigai tidak transparan di dalam mengelola zakat. Benar‐benar sebuah tragedi yang berdasarkan pada niat tulus nan mulia seorang yang mau menaati Alloh‐nya. Apakah tragedi ini juga terjadi di dalam Kekristenan?
Sayang sekali, jawabannya, ya! Tragedi ini juga terjadi di kalangan gereja / Kekristenan, cuma dalam bentuk yang berbeda. Kalau seorang Muslim wajib memberikan 2,5% dari penghasilannya sebagai zakat, maka orang Kristen diminta untuk memberikan persepuluhan kepada TUHAN. Sekali lagi, SEMUA JENIS PERSEMBAHAN (TERMASUK PERSEPULUHAN) yang dipersembahan oleh orang percaya ADALAH MILIK TUHAN (Im. 27: 30), bukan milik gereja apalagi milik hamba Tuhan / pendeta tertentu. Dengan demikian pemanfaatannya juga harus menurut cara yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Pemanfaatan Persembahan Persepuluhan di dalam Perjanjian Lama 1. Untuk Bani Lewi agar mereka dapat menfokuskan diri pada pelayanan di Kemah
Pertemuan (Bil 18: 21). Di sini perlu ditekankan bahwa persepuluhan itu untuk kelompok (Suku Lewi) yang jumlah
orangnya banyak. Jadi persepuluhan BUKAN untuk perorangan / keluarga saja. 2. Disamping untuk Suku Lewi, persembahan persepuluhan juga untuk membantu orang
asing, anak yatim, dan janda agar mereka tidak berkekurangan (Ul 12:6) Jadi, persembahan persepuluhan juga menjadi haknya orang‐orang miskin dan yang
berkekurangan. 3. Untuk perbendaharaan rumah Tuhan agar korban‐korban / ibadah dapat terus berjalan
(Mal 3: 10) 4. Agar pemanfaatan persembahan persepuluhan dapat berjalan susuai yang semestinya
sehingga diperlukan petugas khusus untuk pengumpulannya, pemanfaatannya, dan pengawasannya. (Nehemia 10:27, 12:44)
Jadi, perlu ada lembaga/badan yang mengontrol pengelolaan persembahan/perpuluhan. Pemanfaatan Persembahan (termasuk Persepuluhan) di dalam Perjanjian Baru Walaupun di dalam Perjanjian Baru secara eksplisit tidak ada aturan penggunaan persembahan persepuluhan, namun ada prinsip penting dan contoh penggunaaan persembahan / perpuluhan sebagai berikut: 1. Pemberian dan pengelolaan persembahan persepuluhan harus memperhatikan asas
keadilan, belas kasihan, dan kasih Allah. ( Matius 23:23). 2. Persembahan persepuluhan tidak boleh menelantarkan orang lain ( Matius 15: 4,5)
23
3. Persembahan digunakan untuk pelayanan pemberitaan Firman Tuhan maupun untuk pelayanan diakonia (orang miskin, jompo, janda dsb) (Kis 6:1, I Kor 9: 13, 2 Kor 9: 12, Fil 4:16,17)
4. Sama seperti pada PL, pengelolaan persembahan tersebut juga memerlukan suatu lembaga/ badan. Contoh : Stefanus dkk, orang‐orang yang diutus rasul Paulus dsb.
Pemanfaatan Persembahan (Persepuluhan) pada jaman ini. Memang harus diakui bahwa ada beberapa gereja yang sudah benar di dalam mengelola persembahan jemaatnya. Mereka membentuk lembaga/badan khusus untuk mengelola dan mengawasi persembahann tersebut. Pendeta tidak campur tangan sama sekali di dalam pengelolaan keuangan. Baik pendeta di kota maupun pendeta di pelosok akan mendapat biaya hidup yang sepantasnya (asas keadilan). Gereja‐gereja seperti ini juga memprogramkan bantuan orang miskin, janda, dan yang membutuhan bantuan (diakonia), serta untuk gereja lain (asas kasih). Contohnya adalah gereja‐gereja yang membantu gereja kami sewaktu kena musibah.
TETAPI, ada banyak juga gereja‐gereja yang persembahan (terutama persepuluhan) dikelola sendiri oleh sang pendeta atau koleganya. Walaupun pengelolaan persembahan tersebut tidak transaparan, tetap saja jemaatnya percaya. Soalnya pendetanya kan hamba Tuhan yang sudah pasti benar dan suci! Kan sudah penuh Roh Kudus?
DAN MULAILAH TRAGEDI TERJADI.... Di satu pihak, ada beberapa pendeta yang mempunyai beberapa rumah mewah (baca villa) baik di dalam maupun di luar negeri (biasanya pilih Australia dan AS), deposito milyaran rupiah, dan kalau ada anaknya yang ultah, sekali pesta minimum habis 200 juta rupiah ....dst. Tapi, di pihak lain banyak pendeta (walaupun masih satu denominasi) khususnya yang melayani di daerah / pelosok untuk hidup sehari‐hari saja sangat susah, sehingga harus kerja sampingan. Jangankan untuk pesta, untuk beli sepeda motor agar dapat melayani jemaatnya dengan baik pun baru sekedar mimpi di siang bolong. Hasilnya....bayak jemaat yang terlantar karena kurang dilayani.... Lho, padahal persepuluhan kan seharusnya untuk Suku Lewi ( baca kelompok pendeta) bukan ketua Suku Lewi ( baca pengurus Sinode) ya? Walaupun persembahan gereja ini bisa mencapai milyaran rupiah per bulannya... jangan harap gereja Anda yang kecil akan ditolong jika minta bantuan ke sana! Pendeta segolongannya dan juga jemaatnya sendiri saja nggak pernah diperhatikan, apalagi gereja lain..... Kalau nggak percaya, tanya aja pada anggota jemaatnya.. pernah nggak mereka dikunjungi oleh pendeta besarnya. Kalau sakit, pukan pendetanya yang datang, tapi justru jemaatnya yang diminta datang ke gereja / KKR. Tetapi ada juga yang rajin datang ke rumah warga jemaat ... yaitu kartu tagihan persepuluhan ..he......he....... Pemimpin gereja seperti ini beranggapan bahwa persembahan dari jemaatnya ya untuk gereja dan pemimpinnya saja, enak aja .. gereja lain mau minta bagian....... makanya doa semalam suntuk agar ada konglomerat yang bertobat sehingga nantinya dapat kasih perpuluhan ratusan juta per bulan.... SUNGGUH TRAGIS DAN IRONIS SEKALI ... Walaupun sangat ironis, ada saja orang‐orang yang masih membela para pendeta besar hartanya ini. Katanya; itu bukan karena persembahan saja lho, ada juga karena nulis buku, bikin album, ngisi seminar sampai ke luar negeri dsb......
24
Untuk hamba Tuhan yang demikian ini, kalau memang sungguh‐sungguh penuh Roh Kudus, ikutlah teladan Rasul Paulus: I Kor 9:14,15,18 Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak‐hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini:bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. Ya, kalau memang dari usahanya sendiri sudah dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, ya mbok hak yang yang seharusnya diterima sebagai pendeta (termasuk persepuluhan) dibagikan kepada pendeta‐pendeta di pedesaan yang banyak hidup dengan uang pas‐pasan bahkan kekurangan .. bukankah mereka juga “kaum Lewi” yang juga berhak atas perpuluhan umat Tuhan! Ingat persembahan apapun adalah milik Tuhan, bukan milik satu gereja saja, apalagi milik seorang pendeta! Dan Tuhan sudah mengatur bagaimana agar para pendeta entah di desa atau di kota besar dapat menfokuskan pelayanannya.... tetapi kenyataannya gereja yang katanya dipenuhi Roh Kudus, justru menimbun persembahan itu untuk pendetanya sendiri tanpa memperdulikan pendeta‐pendeta lainnya yang susah payah untuk bertahan hidup dan melayani. Bukannya Tuhan tidak peduli akan hidup mereka dan pelayanannya... Tuhan sudah peduli... hanya pendeta di kota besarlah yang yang sebagian “membutakan” matanya dan “menulikan” telinganya sehingga hak mereka tidak pernah sampai ke mereka ... Untuk para hamba Tuhan sejati yang melayani tanpa mendapatkan persembahan / persepuluhan dari umat Tuhan, penulis salut dengan Anda‐Anda. Di surga Anda akan mendapatkan kemuliaan yang jauh lebih besar dari para hamba Tuhan yang ketika di bumi sudah berlimpah harta benda, berlimpah pujian dari umatnya, dan berlimpah kemuliaan duniawi (Ini kalau mereka jadi ke surga) Teruslah giat melayani Tuhan dan jangan sampai iri hati dan terpengaruh dengan mereka! HIMBAUAN PADA “SYAICHON‐SYAICHON” KRISTEN WAHAI para penggusaha dan konglomerat, kalau Anda tidak ingin seperti H. Syaikon....... jangan persembahkan perpuluhan Anda pada gereja seperti itu. Sebab secara tidak langsung Anda telah turut Andil di dalam “mematikan” pelayanan‐pelayanan hamba‐hamba Tuhan sejati di daerah‐daerah terpencil / pelosok / pedesaan. Contohlah konglomerat HJK yang telah memberikan persembahan puluhan milyar rupiah kepada suatu Yayasan / Badan untuk membantu gereja‐gereja yang lemah, jemaat yang kekurangan, anak‐anak koster dan anak‐anak pendeta yang kesulitan biaya pendidikannya, untuk membantu biaya kuliah pendeta, dan untuk membantu pensiunan pendeta yang hidup dalam kekurangan.... dan tentu saja semuanya itu dipantau dan dikontrol oleh akuntan publik yang terpecaya! ITU KALAU ANDA MEMANG BENAR‐BENAR INGIN JADI BERKAT! Akhirnya, Yakobus 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda‐janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
25
BELAJAR DARI FENOMENA NII Ada satu ormas Islam yang tumbuh dengan sangat pesat bahkan spektakuler, yaitu Negara Islam Indonesia (NII) faksi al Zaytun yang dipimpin oleh Panji Gumilang. Gerakan ini merupakan kelanjutan dari Darul Islam. Nama “Negara” dipakai karena struktur organisasi ini sama persis dengan struktur pemerintahan suatu negara. Disana ada jabatan presiden, menteri, gubernur, bupati dst (bandingkan dengan struktur organisasi Bala Keselamatan yang sama dengan struktur militer).
Nah, apa yang menarik dari NII Alzaytun ini? 1) mampu menarik simpati para pejabat negara dan artis sehingga hal ini dijadikan sarana
untuk perekrutan anggota baru sehingga pada tahun 2004 jumlah anggota dewasanya sekitar 25.000 orang
2) mampu membangun pusat kegiatan yang besar dan megah yaitu Al‐Zaytun dan diresmikan oleh presiden Habibi.
3) mampu membentuk jaringan yang luas, hampir di seluruh Indonesia dalam waktu yang singkat pula! Apa yang membuat NII bisa sedemikian besar?
1) Mempunyai seorang pemimpin yang kharismatik yaitu Panji Gumilang. Ketika ia “khotbah” kata‐katanya mampu mempesona pendengar seolah‐olah mereka terhinoptis sehingga mudah percaya kepada setiap yang diucapkan oleh sang pemimpin. Kaum intelektualpun (baca mahasiswa) mudah percaya kepada pemimpin ini sehingga merelakan diri menjadi anggota kelompok ini.
2) Kelompok ini menggunakan kejayaan Islam sebagai sarana untuk mencari anggota. Agar kejayaan itu (pasti ada unsur kemakmuran dan kesejahteraan) dapat tercapai maka setiap anggota baru wajib memberikan “upeti”. Di tengah‐tengah krisis ekonomi dan banyak masyarakat yang hidup susah, maka janji ini sangat ampuh untuk merekrut anggota.
3) Dari kesaksian mantan anggota NII, orang yang sudah menjadi anggota akan mengalami “cuci otak” melalui indoktrinisasi ajaran‐ajaran Islam (tentu saja yang sudah disesuaikan dengan tujuan kelompok ini) sedemikian rupa sehingga tidak bisa menggunakan akal sehatnya lagi. Mereka menjadi orang yang lupa keluarga dan masyarakat di sekelilingnya (ekslusif) bahkan tidak segan menghalkan darah orang tuanya sendiri dan merampok. Kontroversi NII
1. Kelompok ini telah menggelembungkan hasil pilpres 2004 untuk capres tertentu karena capres tersebut telah membantu kelompok ini.
2. Karena anggota cuma punyak kewajiban untuk memberi dan tidak punya hak untuk diberi maka para pengurus kelompok ini banyak yang hidup mewah dan berkelimpahan di tengah‐tengah anggotanya yang banyak hidup dengan berkekurangan. 3. Banyak orang tua yang sungguh‐sungguh menderita karena anak‐anak mereka telah benar‐benar melupakan orang tuanya. Ya, para orangtua ini benar‐benar merasa kehilangan anak mereka.
Sumber : Acara “Secret Operation” Metro TV, Rabu, 17 September jam 22.00 – 22.30 WIB http://nii‐
alzaytun.blogspot.com/ (3 September 2008) http://swaramuslim.net/more.php?id=2254_0_1_0_M http://www.mail‐
archive.com/keluarga‐[email protected]/msg03413.html
26
Sekarang, mari kita lihat di dunia kekristenan Fenomena cepat tumbuh besar juga ada di kalangan gereja. Ada beberapa gereja yang tumbuh sangat pesat dan mampu membangun pusat kegiatan yang besar dan megah seperti NII. Dan kalau mau jujur, sebenarnya cara‐cara yang dipakai oleh gereja‐gereja tersebut mirip sekali bahkan boleh dikataka sema dengan cara NII: 1) Gereja‐gereja seperti itu biasanya mengandalkan seorang pendeta/pemimpin yang
kharismatik. Kata‐katanya mampu menghinoptis jemaatnya sehingga mereka akan percaya mentah‐mentah apa saja yang dikatakan sang pendeta walaupun sering tidak masuk akal dan tidak Alkitabiah sama sekali. Pendeta ini begitu mempesona jemaatnya sehingga dianggap tidak bisa salah. Kalau sang pendeta diusik dan kikritik oleh pihak lain, maka pengusik dan pengritik langsung dikatai: awas jangan mengakimi, apalagi menghakimi orang yang diurapi Tuhan, nanti Tuhan akan menghukum kamu, dsb. Nah, orang‐orang kristen yang tidak kuat dalam memahami doktrin‐doktrin yang benar, akan mudah terbujuk dan terpengaruh dengan tokoh‐tokoh yang berkharisma seperti itu!
2) Gereja‐gereja seperti itu bisanya juga memberi janji yang menggiurkan kepada jemaatnya: misalnya kemakmuran (hidup berkelimpahan) dan mujizat. Kalau beriman kepada Tuhan pasti akan diberkati: sakit disembuhkan, utang dilunaskan, miskin jadi kaya, yang bodoh jadi pinter, staff jadi manager dst. Siapa yang tidak tergiur dengan janji‐janji manis seperti itu? Ayat‐ayat seperti ini :
Luk 9:23 Kata‐Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku, tidak pernah diberitakan. Apalagi yang seperti ini: Luk 6:24 Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
Ayat favorit dari gereja‐gereja seperti ini adalah: Mat 11:28 Marilah kepada‐Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Berbeban berat = hutang, sakit penyakit, seret jodoh, seret rejeki, seret karier, dsb Kelegaan = kemakmuran, naik pangkat, mujizat, gampang jodoh, dsb Tetapi ayat berikutnya sering diabaikan... Mat 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada‐Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
3) Tanpa disadari, jemaat dari gereja‐gereja seperti ini otaknya sudah “dicuci” dengan pengalaman‐pengelaman sang pendeta yang spektakuler dan supranatural. Saat khotbah sang pendeta hanya mengutip ayat firman Tuhan sebentar saja dan sisanya diisi kesaksian‐kesaksian sang pendeta yang luar biasa, sering bolak balik ke surga, jalan‐jalan di neraka, diajar langsung sama Tuhan Yesus, bertemu Abraham dan sebagainya. Hasilnya adalah jemaat yang nggak tahu apa‐apa tentang firman Tuhan. Kalau diajak membahas tentang ayat‐ayat firman Tuhan dan sudah mentok maka jawaban dari jemaat seperti ini adalah: karena Tuhan sudah bilang sama pendeta ... maka pasti benar .....buktinya ..... pendeta bisa buat mujizat ini dan itu ..... Pendeta sudah “diberkati” ini dan itu dst. Jangan coba debat pakai akal sehat dengan jemaat dari gereja seperti itu ... karena nggak ada gunanya... otaknya sudah diisi penuh dengan kata‐kata pendetanya yang dianggap pasti benar!
4) Sama seperti anggota NII yang hanya punya kewajiban untuk memberi tetapi tidak punya hak untuk diberi, maka gereja‐gereja seperti ini juga sangat menekankan persepuluhan tetapi mengesampingkan pelayanan diakonia kepada jemaatnya. Bayangkan kalau gereja seperti ini punya 1.000 jemaat dewasa dan masing‐masing memberi persepeluhan Rp. 100 ribu / bln maka rata‐rata setiap bulannya jemaat ini mendapat pemasukan Rp. 100 jt. Nah kalau punya 10.000 jemaat? Berapa juta pemasukannya? (Bandingkan dengan NII yang konon
27
perbulannya dapat mengumpulkan Rp. 10 Milyar dari anggotanya) Hasilnya luar biasa bukan? Untuk itu gereja‐gereja seperti ini akan mudah membangun gedung gereja yang besar dan megah, tidak lupa full AC sehingga jemaat yang hadir akan merasa nyaman, apalagi dengar khotbah yang lucu, dan dongeng‐dongeng yang indah ... membuat stress jadi hilang dan pikiran plong – plong. Firman Tuhan? Ah, itu urusan nanti saja yang penting Tuhan sudah “menjamah” hidupku!
5) Sama seperti NII, gereja‐gereja seperti ini juga bersifat ekslusif. Nggak mau bergaul dengan masyarakat di sekitarnya. Mereka menganggap sebagai gereja yang dipenuhi Roh Kudus dan dibangun sendiri oleh Tuhan Yesus. Gereja yang lain kurang Roh Kudus dan dibangun oleh manusia. Kalau mengadakan KKR mereka mengajak gereja‐gereja yang lainnya untuk ikut bergabung, tetapi kalau gantian gereja lain ngajak kegiatan, gereja seperti ini menolak bergabung! Nah, dengan cara seperti inilah banyak warga yang lemah doktrinnya akan mudah “dicaplok” sama gereja yang serba “wah” tersebut. Tetapi kalau dikatakan “mencuri domba” gereja seperti itu berkilah:”Siapa yang mencuri? Lha wong mereka datang dengan sukarela... salah sendiri mengapa nggak mau kasih “makan” domba dengan makanan yang “lezat‐lezat”! Nah, kalau demikian apa bedanya antara gereja yang pesat pertumbuhannya seperti di atas dengan fenomena NII?. Benarkah gereja itu tumbuh karena Tuhan bekerja dibelakangnya? Silahkan pembaca menyimpulkan sendiri!
28
CARA BAPTISAN: DISELAMKAN DALAM AIR ATAU
DICURAHKAN/DIPERCIKAN DENGAN AIR?
Cara pembaptisan menjadi pro dan kontra yang tidak habis‐habisnya dikalangan orang Kristen. Ada gereja yang begitu fanatik terhadap cara baptisan selam sehingga mereka menganggap baptisan dengan curah/percik tidak sah sehingga wajib diulang, bahkan ada pendeta yang berani bersumpah bahwa satu‐satunya cara baptisan yang diperintahkan langsung oleh Tuhan Yesus adalah diselamkan! Benarkah klaim‐klaim yang demikian itu? Mari kita kupas tuntas apakah benar baptisan harus dilakukan secara diselamkan! Ada dua hal yang akan kita lakukan, yaitu membongkar dasar/alasan baptis selam, dan menunjukkan ketidakmungkinan baptisan selam.
Alasan mereka yang menyakini pembaptisan harus diselam. Berikut ini adalah beberapa dasar / alasan orang yang menyakini baptisan selam: 1. Baptisan berasal dari kata “baptisma” yang berarti membenamkan / menyelamkan /
mencelupkan. 2. Yesus dibabtis secara selam dengan indikasi ada kalimat “ ..... keluar dari air” (Matius 3:16,
Markus 1:10) 3. Baptisan selam sesuai dengan simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus (Roma
6:4) Sekarang mari kita bahas dasar / alasan tersebut, apakah benar‐benar sesuai dengan fakta dan apa yang dimaksudkan oleh berita Alkitab?
1) Benarkah dibaptis harus berarti diselamkan? Setiap kata dalam bahasa tertentu sangat dimungkinkan untuk mengalami perluaskan arti /
makna sehingga sebuah kata dapat mempunyai lebih dari satu arti atau makna, bahkan arti yang baru bisa tidak sesuai dengan arti yang semula.
Sebagai contoh kata berlayar. Pada mulanya berlayar hanya mempunyai satu arti yaitu mengarungi lautan / sungai dengan menggunakan layar. Tetapi saat ini mengarungi lautan dengan menggunakan kapal bermesin (tanpa layar) bisa juga disebut dengan berlayar. Jadi berlayar tidak harus menggunakan layar!
Demikian juga dengan kata baptis. Dalam tata bahasa Yunani, kata baptis telah mengalami perluasan arti sehingga tidak hanya berari diselamkan saja, tetapi juga dapat diartikan sebagai membasuh dengan air, mencuci, membersihkan diri sendiri, dan mandi. Baptis juga berarti tindakan / upa cara yang melambangkan suatu hal.
Mari kita lihat di dalam Alkitab. ‐ Mar 7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu
membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas‐perkakas tembaga (dan peralatan untuk tidur, duduk, atau makan – tambahan sesuai bahasa aslinya)
Kata membersihkan pada ayat di atas dalam bahasa aslinya adalah “baptizō” , sedangkan kata mencuci bahasa aslinya adalah “baptismos”
29
Kalau kata membersihkan dan mencuci di atas diartikan dengan menyelamkan, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa di setiap rumah / keluarga orang Israel pada waktu itu harus mempunyai kolam yang besar dan penuh dengan air karena akan digunakan untuk menyelamkan diri sebelum makan, dan menyelamkan perkakas rumah tangga seperi meja, tempat tidur, dan sebagainya. Apakah ini yang terjadi? Tidak bukan?
Untuk membersihkan diri mereka tidak perlua menyelamkan dirinya dalam air, dan untuk mencuci perkakas rumah tangga tidak harus menyelamkan barang‐barang tersebut ke dalam air. Semuanya itu dapat dilakukan (bahkan umum dilakukan) dengan cara mencurahkan air ke tubuh, dan barang‐barang rumah tangga lainnya. ‐ Ibrani 9:10 karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam
pembasuhan, hanyalah peraturan‐peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.
Kata asli dari “pembasuhan” di atas adalah “baptismos”. Sudah jelas bahwa penulis kitab Ibrani mengartikan kata baptis bukan sebagai menyelam,
tetapi membasuh, dan membasuh tidak harus dan tidak perlu diselamkan. ‐ 1 Kor 10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (baptizō) dalam
awan dan dalam laut. Apakah ketika bangsa Israel keluar dari Mesir mereka menyelam ke dalam awan dan ke dalam laut? Tidak bukan? Kata “dibaptis” disini menunjukkan suatu “upacara” dimana seseorang / sekelompok orang dinyatakan menjadi anggota suatu kelompok dalam hal ini menjadi pengikut Musa! ‐ Kisah 22:16 Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu‐ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa‐dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan! Kata dibaptis disini dipakai sebagai simbol penyucian dosa Kesimpulan : Kata baptis mempunyai perluasan arti sehingga tidak boleh hanya diartikan dengan menyelam, tetapi dapat juga diartikan dengan membasuh, mencuci, membersihkan, suatu upacara penyucian, pembasuhan / pembersihan, dan upacara untuk menghormati orang yang masuk menjadi anggota suatu kelompok. Mengartikan baptis semata‐mata hanya sebagai menyelam saja adalah tindakan main paksa dan tidak sesuai dengan Alkitab.
2) Apakah “keluar dari air” berarti keluar dari dalam air setelah menyelam? Kata “keluar dari air” tidak harus (bahkan tidak biasa) diartikan sebagai keluar dari dalam air
setelah menyelam. Kata yang tepat dipakai seharusnya adalah “muncul dari dalam air”. Kata “keluar dari air” lebih umum digunakan untuk menggambarkan orang yang keluar dari genangan air. Sebelumnya orang tersebut berada di dalam genangan air ( genangan air bisa setinggi lutut atau diatas lutut, bahkan bisa di bawah lutut).
Kata ini juga dipakai oleh Lukas untuk menggambarkan bahwa setelah Filipus membaptis orang Etiopia, mereka keluar dari (genangan) air.
Kisah Para Rasul 8:36, 39 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada (sedikit) air. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba‐tiba melarikan Filipus dan sida‐sida itu
tidak melihatnya lagi. Kalau “keluar dari air” diartikan sebagai “muncul dari dalam air” maka hal yang aneh akan
terjadi, yaitu mereka bisa menyelam di tempat yang sedikit air, dan ketika baptisan terjadi, Filipus dan orang Etiopia sama‐sama menyelam! Aneh Bukan?
30
Jadi, “keluar dari air” tidak bisa diartikan “keluar dari dalam air setelah menyelam”, tetapi lebih tepat diartikan sebagai keluar dari genangan air.
Demikian juga yang terjadi pada peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus Mari kita lihat peristiwa baptisan Tuhan Yesus secara utuh biar lebih gamblang
memahaminya. Matius 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas‐Nya, Mar 1:9, 10 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di
sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas‐Nya.
Luk 3:21, 22 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas‐Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak‐Ku yang Kukasihi, kepada‐Mulah Aku berkenan."
Dari penggambaran ketiga penulis Injil tentang peristiwa pembatisan Tuhan Yesus dapat dijelaskan sebagai berikut: ‐ Peristiwa “Tuhan Yesus keluar dari air” merupakan peristiwa yang terjadi setelah proses
pembaptisan selesai(Matius 3:16). Dengan kata lain, “keluar dari air” bukanlah bagian dari proses pembaptisan sehingga “Tuhan Yesus keluar dari air” tidak mengindikasikan apa‐apa bahwa Tuhan Yesus dibaptis secara selam.
‐ Pada saat Tuhan Yesus keluar dari air, ada dua peristiwa yang terjadi, Tuhan Yesus dalam posisi sedang berdoa dan Roh seperti merpati turun ke atas‐Nya (Mat. 3:16, Mar 1:10, Lukas 3:21).
Kalau “keluar dari air” sama dengan keluar dari dalam air setelah menyelam, bagaimana mungkin Lukas dapat melihat Tuhan Yesus sedang berdoa di dalam air? Atau, apakah wajar jika orang berdoa di dalam air?
‐ Ada dua kemungkinan proses pembatisan Tuhan Yesus: Kemungkinan pertama, Tuhan Yesus dibabtis di genangan sungai Yordan persis di bagian
pinggir sungai (dekat dengan daratan). Pada saat Tuhan Yesus dibaptis (dengan mencurahkan air ke atas kepala‐Nya) Ia dalam posisi berdoa. Setelah proses pembaptisan selesai, dalam posisi masih berdoa, Tuhan Yesus keluar dari genangan air, dan tepat ketika menginjakkan kaki‐Nya ke tanah (daratan) turunlah Roh ke atas‐Nya dan terdengar suara dari langit.
Kemungkinan kedua, begitu keluar dari air dan menginjakkan kaki‐Nya ke tanah, Tuhan Yesus langsung berlutut (Lukas melaporkan Tuhan Yesus sedang berdoa) dan pada waktu itulah Roh turun ke atas‐Nya
Jadi, kalimat “Tuhan Yesus keluar dari air” tidak mengindikasikan apa‐apa tentang cara pembaptisan Tuhan Yesus, karena peristiwa tersebut terjadi setelah proses pembatisan selesai.
3) Apakah baptisan selam sesuai dengan simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus?
Sebenarnya kunci dari jawaban di atas adalah bagaiamana cara Tuhan Yesus dikuburkan. Orang yang pro baptisan selam kemungkinan membayangkan Tuhan Yesus dikuburkan dengan cara dimasukkan ke dalam tanah dan ditimbun dengan tanah. Dengan kata lain, waktu dikubur Tuhan Yesus berada di bawah permukaan tanah sama dengan orang yang menyelam yang berada di bawah permukaan air. Benarkah demikian?
31
Lukas 23: 53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. Joh 19:42 Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.
Ternyata, mayat Tuhan Yesus tidak dikubur di dalam tanah, tetapi diletakkan /dibaringkan di atas permukaan tanah / batu. Yang jelas, sebelum dan setelah Tuhan Yesus bangkit, posisi‐Nya tetap berada di atas permukaan tanah. Lalu, bagian mana yang sesuai dengan baptisan selam? Kalau Tuhan Yesus dikuburkan sesuai dengan tatacara orang Indonesia menguburkan mayat, itu baru sesuai! Ketika orang diselamkan, itu menggambarkan Tuhan Yesus dimasukkan ke dalam tanah, dan ketika orang itu muncul dari dalam air menggambarkan ketika Tuhan Yesus bangkit dari kubur. TETAPI TUHAN YESUS TIDAK DIKUBUR DENGAN CARA SEPERTI ITU, dengan demikian baptisan secara selam tidak dapat dipakai sebagai simbol dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus. Setelah membongkar habis dasar‐dasar yang dipakai oleh saudara‐saudara yang mereka sangat yakin bahwa baptisan yang benar adalah hanya dengan cara selam, sekarang waktunya untuk menunjukkan ketikdakmungkinan baptisan dilakukan secara selam. 1). Berdasarkan tata bahasa.
Yohanes 1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah‐tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
Yohanes 1:31 Dan aku sendiripun mula‐mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."
Kalau benar, bahwa pembatisan dilakukan dengan cara selam, maka kata di depan kata air seharusnya bukan kata “dengan” tetapi “di dalam “.
Kalimat “membaptis dengan air” menunjukkan bahwa air adalah sarana untuk pembaptisan, sedangkan kalau benar bahwa baptisan dilakukan dengan selam, maka air bukan sekedar sarana tetapi tempat untuk menyelamkan orang yang dibabtis.
“Membaptis dengan air” juga menunjukkan bahwa ada pembaptisan yang bukan dengan air, yaitu pembaptisan dengan darah binatang dan dengan abu. Baik pada zaman perjanjian lama maupun pada zaman Tuhan Yesus, sudah dikenal secara umum bahwa darah binatang sering digunakan dalam upacara‐upacara penyucian orang / benda, dan juga untuk pentahbisan seseorang menjadi anggota suatu kelompok. ‐ Ibrani 9:10 karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam
pembasuhan / (upacara penyucian – BIS) (dalam bahasa aslinya pembatissan) hanyalah peraturan‐peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.
‐ brani 9:13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
Yang menjadi persoalan adalah, jikalau pembaptisan pada waktu itu dilakukan secara selam, apakah mungkin ada orang diselamkan di dalam darah? Dan lagi, apakah ada media lain selain air, dimana orang dapat diselamkan di dalamnya? Jadi jelaslah, dengan adanya kalimat “membaptis dengan air” menunjukkan bahwa pembaptisan tidak mungkin dilakukan dengan cara diselamkan dalam air, tetapi bisa dilakukan dengan mencurahkan air, mengoleskan air, atau memercikkan air pada orang
32
yang dibaptis. Sekali lagi dalam peristiwa baptisan, air adalah alat, bukan tempat baptisan dilangsungkan.
2) Peristiwa orang‐orang dibaptis Yohanes Matius 3:6 Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
and they were baptized of him in the river Jordan, confessing their sins. (ASV)
Pada saat baptisan berlangsung , ada dua peristiwa yang terjadi secara bersamaan, yaitu orang yang dibaptis mengaku dosa, dan Yohanes membaptisnya. Nah, kalau benar mereka dibaptis secara selam, bagaimana mungkin mereka bisa mengaku dosa di dalam air, dan dengan waktu yang sangat singkat pula?
Mungkin ada yang membatah, bisa saja pengakuan dosa itu dilakukan di dalam hati! Ini adalah bantahan yang tidak bisa diterima karena bahasa asli yang dipakai Matius adalah “exomologeo” yang bearti berkata‐kata sesuatu kepada orang lain , atau bisa juga diartikan upacara ucapan syukur. Jelas pengakuan dosa disini adalah sesuatu yang terlihat!
Atau bantahan lainnya, bisa saja setelah selesai mengaku, kemudian Yohanes membaptis mereka. Ini juga tidak sesuai dengan laporan Matius. Matius melaporkan bahwa pengakuan dosa dan baptisan terjadi bersama‐sama.
Jadi, Yohanes tidak mungkin membaptis selam! 3) Pembaptisan Tuhan Yesus
Luk 3:21, 22 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas‐Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak‐Ku yang Kukasihi, kepada‐Mulah Aku berkenan."
Kalau kita menggabungkan laporan Lukas dengan laporan Matius dan Markus, jelas bahwa pada saat dibaptis, Tuhan Yesus dalam keadaan sedang berdoa (tidak sama dengan orang‐orang Yahudi, Tuhan Yesus tidak mengaku dosa, karena memang tidak pernah berbuat dosa). Kalau Tuhan Yesus dibaptis secara selam, Pertanyaannya adalah, apakah mungkin Lukas dapat melihat Tuhan Yesus berdoa di dalam air? Yang sangat mungkin adalah pada saat pembaptisan, Tuhan Yesus dalam sikap berdoa dan Yohanes mencurahkan / mengolesi / memercikkan air ke Tuhan Yesus. Segera setelah Yohanes selesai mencurahkan air, Tuhan Yesus keluar dari genangan air dan tepat pada saat kaki Tuhan Yesus berada di tanah, Roh seperti burung merpati turun ke atas‐Nya.
Sekali lagi, kalau Tuhan Yesus dibaptis selam, maka kita akan kesulitan menjelaskan bagaimana dan kapan Tuhan Yesus berdoa pada saat pembatisan‐Nya!
4) Baptisan Jemaat pertama ( Kis 2: 41) Ada kira‐kira tiga ribu orang yang dibaptis dalam waktu sehari dan di tengah‐tengah kota.
Untuk baptisan dengan cara selam, maka para murid harus mencari mata air atau sungai di tengah kota, atau kalau tidak demikian, mereka membuat kolam dan mencari air yang sangat banyak sehingga cukup untuk menyelamkam 3000 ribu orang.
Tetapi bukan seperti itu yang terjadi. Pada saat 3000 orang itu menerima perkataan Rasul Petrus, mereka langsung dibaptis. Dan dalam hal ini, yang sangat mungkin adalah baptisan dengan curah/percik, karena untuk membaptis 3000 orang dengan cara curah/percik tidak diperlukan air yang sangat banyak, apalagi sember air / kolam / sungai, sehingga mereka tidak perlu pergi ke tempat lain.
33
5) Baptisan Saulus ( Kis 9 : 18) Salulus atau Paulus dibaptis oleh Ananias di dalam rumah milik Yudas dari Tarsus. Setelah
dibaptis Saulus makan (karena tiga hari tidak makan / minum). Kesimpulannya adalah bahwa pada saat dibaptis Saulus tidak kemana‐mana. Ia tetap berada di tempat dimana Ananias menumpangkan tangan ke atasnya, sehingga tidak mungkin Saulus dibaptis secara selam. Kalau Saulus dibaptis secara selam, maka Saulud dab Ananias harus keluar ruangan untuk mencari kolam yang besar atau ke luar kota untuk mencari sungai! Tetapi hal itu tidak dilakukan! Jadi, pastilah pastilah Saulus dibaptis bukan dengan cara diselamkan!
Dan pada baptisan yang lain seperi baptisan keluarga Kornelius, baptisan keluarga Kepala Penjara, dan lainnya, dimana pada umumnya terjadi di dalam rumah, maka hampir mustahil bila dilakukan secara selam, mengingat pada zaman itu rumah‐rumah tidak dilengkapi dengan kolam yang besar!
6) “Baptisan” orang Israel Perjanjian Lama 1 Kor 10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (baptizō) dalam
awan dan dalam laut. Apakah ketika bangsa Israel keluar dari Mesir mereka menyelam ke dalam awan dan ke
dalam laut? Tidak bukan? Yang terjadi adalah kemungkinan mereka terkena curahan air dari awan (gerimis / hujan) dan juga percikan air laut yang. Yang jelas pada waktu itu orang Israel tidak tenggelam / menyelam di dalam air laut dan di dalam awan, sebaliknya justru orang Mesir‐lah yang dipaksa menyelam di dalam air laut! Nah, sekarang tinggal pilih, mau menerima baptisan cara orang Israel, atau dengan cara orang Mesir .. he.....he...
7) Baptisan air dikaitkan dengan baptisan Roh Kudus Baik Yohanes Pembaptis maupun Rasul Petrus mengaitkan baptisan air dengan baptisan Roh
Kudus. Baptisan air dimaksudkan sebagai tanda yang kelihatan dari karya Roh Kudus (yang tidak kelihatan) pada orang‐orang percaya. Bagaimanakah baptisan Roh Kudus pada gereja mula‐mula digambarkan?
Kisah 1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi‐Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
Kis 2: 1‐3 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba‐tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah‐lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing‐masing.
Kisah 10:45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang‐cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa‐bangsa lain juga,
Dalam baptisan Roh Kudus di atas jelaslah bahwa Roh Kudus digambarkan sebagai turun
(dicurahkan) dan seperti lidah api hinggap pada masing‐masing orang percaya. Apakah baptisan selam dapat melambangkan baptisan Roh Kudus tersebut? Jelas tidak! Karena orang‐orang tersebut tidak masuk ke dalam Roh Kudus, dan mereka tidak berada di dalam nyala api!
34
Justru baptisan curah/percik‐lah yang secara tepat digunakan sebagai lambang dari baptisan Roh Kudus. Ketika dalam baptisan curah/percik, air dicurahkan (turun) ke atas kepala orang percaya, dan bukankah tetesan air itu bentuknya mirip seperti lidah api?
Penulis percaya tujuh point di atas sudah cukup untuk membuktikan bahwa sesungguhnya cara
baptisan yang lebih tepat dan masuk akal serta sesuai dengan penggambaran Alkitab adalah dilakukan secara curah / percik.
Kalau saudara‐saudara kita tepat yakin bahwa baptisan yang sah dan benar adalah secara selam, coba baca baik‐baik artikel uraian dengan didasari akal sehat, dan juga perhatikan hal‐hal berikut ini juga! a. Kalau baptisan harus dilakukan secara selam, bagaimanakah kita membaptis orang yang
sakit parah dan terbaring di tempat tidur serta tidak bisa kemana‐mana? Apakah kita menolak pembaptisan orang itu karena tidak mungkin orang tersebut diselamkan?
b. Bagaimanakah juga kita membaptis seseorang di daerah kutub utara atau di daerah dataran tinggi dimana sebagian besar air membeku?
c. Adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi bahwa pada suatu saat nanti sebagian penduduk bumi ini akan tinggal di bulan atau planet lain atau di luar angkasa (sekarang saja sudah ada beberapa orang yang tinggal di ruang angkasa, dan ada lembaga yang sedang menyiapkan untuk mengadakan tour ke bulan). Nah, apabila ada orang yang bertobat di tempat‐tempat tersebut dan minta dibaptis, dari mana kita dapatkan air untuk meyelamkan mereka? Penulis percaya bahwa baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus adalah baptisan yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (dimana seseorang sudah benar‐benar bertobat dan lahir baru), dan untuk hal ini baptisan secara selam tidak dapat menenuhi syarat, karena ada beberapa kasus dimana baptisan secara selam tidak mungkin dilakukan. Nah, sekarang kesimpulan ada di tangan Anda! Yang jelas cara baptisan bukanlah hal yang terpenting dan juga tidak menyelamatkan. Dalam hal baptisan Tuhan hanya memberi rambu‐rambu dimana air sebagai sarananya dan dilakukan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus! Sehingga kalau ada sebagian pihak yang mementingkan suatu cara (selam) dan memaksakan cara itu pada pihak lain, maka itu namanya TER – LA ‐ LU ..... (apa ya?)