Membentuk Kepribadian Seseorang
Disusun untuk memenuhi: Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Dakwah
Dosen Pengampu: Mas’udi S.Fil.I., M.A
Disusun Oleh :
Sella Septia Anggia Bhinta 1740410048
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ISLAM KUDUS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM- B3
TAHUN PELAJARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan moral seseorang merupakan bagian dari keseluruhan wujud
kepribadiannya. mengkaji moral seseorang bearrti mengkaji bagian kepribadian orang.
Membentuk cara-cara berpikir moral seseorang merupakan bagian dari upaya
pembentukan kepribadiannya.
Masyarakat dan lingkungan sekitar sangat penting untuk mengembangkan cara
berpikir moral menuju kea rah pembentukan perilaku moral yang lebih baik. Peningkatan
cara berpikir moral dapat dilakukan melalui tahap-tahap pertimbangan moralnya. Cara
berpikir moral menuju kea rah perilaku moralitas meallui peningkatan pertimbangan
moral dikembangakn berdasarkan pendekatan perkembangan kognitif. Pendekatan ini
dilakukan dan dipraktikan sejak dini.
Penciptaan kondisi untuk mengembangkan cara berpikir masyarakat kea rah
terwujudnya perilaku moral bukan hal yang mudah. Kebiasaan-kebiasaan yang salah
akan menjadi pola berpikir yang menyesatkan dan merugikan bagi terbentuknya
kepribadian yang baik. Persepsi dan usaha yang saling mendukung akan sangat
membantu bagi pembentukan cara berpikir moral dan perilaku moralitas masyarakat
sebagai wujud pembentukan kepribadiannya.
Cara berpikir masyarakat kea rah oerilaku moral melalui pertimbangan moralnya
adalah upaya bagaimana masyarakat bertahap dan pasti menuju terbentuknya
kemampuan dasar cara-cara berpikir moral sehingga mengarah pada pengakuan nilai-
nilai kemerdekaan, nilai-nilai kesamaan, dan nilai-nilai kesalinterimaan (liberty, equality,
dan reciprocity).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan bentuk kepribadian ?
2. Apa faktor yang mempengaruhi kepribadian ?
3. Bagaimana struktur kepribadian dan tindakan moral ?
4. Apa yang dimaksud dengan etika, moral, norma, nilai, akhlak, dan estetika dalam
budi pekerti ?
5. Bagaimana hubungan kepribadian dengan etika, moral, norma, nilai, akhlak, dan
estetika dalam budi pekerti ?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dan bentuk kepribadian
2. Mengetahui factor yang mempengaruhi kepribadian
3. Mengetahui struktur kepribadian dan tindakan moral
4. Mengetahui pengertian etika, moral, norma, nilai, akhlak, dan estetika dalam budi
pekerti
5. Mengetahui hubungan kepribadian denagn etika, moral, nilai, akhlak, dan estetika
dalam budi pekerti.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Bentuk Kepribadian
Kepribadian adalah sifat khas dari diri seseorang melalui ciri, karakteristik, dan gaya
yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya
keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.1 Menurut Paul Gunadi
(2005) pada umumnya terdapat lima penggolongan kepribadian yang sering dikenal
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1. Tipe Sanguin
Tipe sanguin memiliki cirri-ciri yaitu, memiliki banyak kekuatan, bersemangat,
mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan
tetapi, tipe ini memilki kelemahan yaitu, cenderung implusif, dan bertindak sesuai
emosinya atau keinginannya. Orang dengan kepribadian sanguin sangat mudah
dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya seperti kurang bisa
menguasai diri atau penguasaan diri lemah dan cenderung mudah jatuh ke dalam
percobaan karena godaan dari luar mudah memikatnya dan bisa terperosok ke
dalamnya.2 Oleh karena itu, kelompok ini perlu ditingkatkan secara terus menerus
perkembangan moral kognitifnya melalui tingkat pertimbangan moral sehingga dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain lebih menggunakan pikirannya dari
pada menggunakan perasaan emosinya. Peningkatan moral kognitifnya akan
menjadikan pikiran mereka lebih tajam dan lebih kritis dalam menghadapi persoalan
yang berkaitan dengan orang lain.
2. Tipe Flegmatik
Tipe ini memiliki cirri cenderung tenang, gejala emosinya tidak tampak. Misalnya
dalam kondisi senang atau sedih, turundan naiknya emosi tidak terlihat secara jelas.
1 Wawancara oleh Ibu Lina Maesaroh
2 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Peran moral intelektual, emosional, dan sosial sebagai wujud
integritas membangun jati diri), Jakarta: PT Bumi Aksara, hlm 11.
Orang yang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan
lebih intropespektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap, dan
memikirkan masalah yang terjadi di sekitarnya. Dan mereka seorang pengamat yang
kuat, penonton yang tajam, dan pengkritik yang berbobot. Kelemahannya yaitu ada
kecenderungan untuk mengambil mudahnya dan tidak mau susahnya. Oleh karena itu.
Perlu mendapatkan bimbingan yang mengarah pada meningkatnya pertimbangan
moralnya guna peningkatan rasa kasih sayang sehingga menjadi orang yang lebih
bermurah hati.
3. Tipe Melankolik
Tipe ini memiliki cirri-ciri yaitu terobsesi dengan karyanya yang paling bagus,
mengerti estetika keindahan hidup, sangat sensitive, dan perasaannya sangat kuat.
Kelemahannya adalah sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan
yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung. Dari hasil
penelitian, termasuk orang yang bertipe ini karena tidak mudah untuk terangkat,
senang, atau tertawa terbahak-bahak. Pembentukan kepribadian melalui peningkatan
moral dapat membantu untuk mengatasi perasaannya yang kuat dan sensitifnya. Dan
kekuatan emosionalnya dapat berkembang secara seimbang dengan perkembangan
moral kognitifnya.3
4. Tipe Kolerik
Tipe ini memiliki ciri yaitu cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas,
mempunyai kedisiplinan yang tinggi, dan mampu melaksanakan tugas yang
dihadapinya dengan bertanggungjawab. Kelemahannya yaitu kurang bisa merasakan
perasaan orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang
sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. Kelompok tipe ini perlu
ditingkatkan kepekaan sosialnya melalui pengembangan emosional yang seimbang
dengan moral kognitifnya sehingga menjadi lebih peka terhadap masalah yang
dihadapi orang lain.4
3 Wawancara Ibu Lina Maesaroh
4 Ibid, hlm 12
5. Tipe Asertif
Tipe ini memiliki ciri yaitu mampu menyatakan pendapat, ide, dan gaagsan secara
kritis dan tegas tetapi perasannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain.
Tetapi mereka berjuang mempertahankan hak sendiri, tetapi tidak sampai
mengabaikan atau mengancam hak orang lain, melibatkan perasaan dan kepercayaan
orang lain sebagai bagian dari interaksi, mengekspresikan perasaan dan kepercayaan
sendiri dengan cara yang terbuka, langsung, jujur, dan tepat. Tipe ini adalah tipe yang
ideal maka tidak banyak ditemukan orang kelemahannya. Oleh karena itu,
peningkatan pertimbangan moral kognitif secara sadar dan terencana diniatkan untuk
mencapai model kepribadian tipe sertif ini.
Menurut Browner (2005) kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak
ketakutan, dorongan dan keinginan, opini, dan sikap. Tingkah laku itu terkadang
kelihatan (overt) dan kadang tidak kelihatan (covert). 5Tingkah laku manusia adalah
gerak-gerik suatu badan sehingga kepribadian dapat dikatakan corak gerak-gerik
badan manusia. Tingkah laku yang disebut kepribadian bersifat sadar dan tidak sadar.
Hal itu dapat dilihat dari sudut diri manusia dan dari sudut lingkungannya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam tingkah laku manusia antara lain :
1. Konflik
Kepribadian seseorang berkembang dalam hubungannya dengan
lingkungan, dan berhubungan dengan perasaan juga. Pembentukan kepribadian
melalui peningkatan pertimbangan moral adalah upaya peningkatan moral
seseorang sehingga membentuk kepribadiannya. Peningkatan pertimbangan moral
dialakukan dengan penerapan diskusi dilema moral. Pada dasarnya diskusi
dilemma moral dikembangkan berdasarkan konflik moral, baik yang diangkat dari
peristiwa nyata maupun dilemma moral yang direkayasa. Dengan penerapan
strategi diskusi dilema moral yang dikembangkan dalam pembelajaran moral
adalah sejalan dan didukung oleh teori ini.
5 Ibid, hlm 18
2. Bakat
Kepribadian adalah bentuk suatu badan. Bakat kepribadian mempunyai
segi jasmaniah yang sering disebut temperamen. Intelegasi juga berdasar pada
perkembangan badan (otak), dan sering dilihat bahwa orang orang dengan badan
yang sehat juga mempunyai kepandaian yang besar. Temperamen seseorang
sebaiknya dilengkapi dengan kemampuan cara berpikir moral dengan tingkat
pertimbangan moral yang tinggi sehingga kepandaian yang dimiliki juga sejajar
dengan perilaku moralitasnya yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu,
pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral perlu dimiliki
oleh kelompok orang yang kepribadiannya lahir dari dukungan bentuk badan yang
ideal ini. Dari hasil penelitian, kepribadian yang dimiliki adalah pandai menari.
Setiap orang memiliki kepribadian bakat berbeda-beda. Karena fator bakat yang
dimilki disebabkan karena kehendak Allah atau kesukaan pada sesuatu dan dilatih
terus menerus. Maka terjadilah kepribadian bakat seseorang.6
3. Adaptasi Sosial
Orang yang kepribadiannya cukup fleksibel bisa menyesuaikan diri jika
dalam lingkungannya ada orang yang melawan, menfitnah, mengejek, atau
memusuhi. Dalam hasil penelitian, melalui respon yang ditunjukkan oleh
seseorang atas stimulus yang diterimanya, amak akan tampak perilaku atau
kepribadiannya. Dalam suasana aman (tanpa adanya tantangan), terkadang
kepribadian orang tidak tampak aslinya. Selanjutnya, ketika seseorang dihadapkna
pada suatu tantangan seperti fitnahan., ejekan, ajakan bermusuhan, dan
sejenisnya, maka kepribadian yang sebenarnya akan muncul menjadi sesuatu yang
dapat dilihat dan dibaca orang. Dengan pembetukan kepribadian melalui
peningkatan pertimbangan moral dapat membantu seseorang dalam menetapkan
respon yang bermoral ketika mereka menghadapi tantangan yang dihadapi dengan
cara berpikir moral yang dilandasi oleh pertimbangan moral yang benar dan
berkualitas baik.
6 Wawancara oleh Ibu Lina Maesaroh
B. Faktor yang memengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan
dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah factor yang
berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor ini merupakan faktor genetis atau
bawaan. Faktor genetis yaitu faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan
pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya
atau gabungan dan kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Dari hasil penelitian, faktor
internal yang dimiliki adalah sifat yang tidak mudah marah. Faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini merupakan pengaruh yang berasal
dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman,
tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV, dan
media cetak seperti koran, majalah, dan lainnya. Misalnya, ujian tidak boleh menyontek
buku. Tetapi yang dilakukan adalah menyontek buku dan termasuk melanggar larangan.
Perilaku tersebut sama saja berbohong kepada orang lain, dan merugikan diri kita sendiri.
Dan akibatnya orang lain mencontoh hal yang tidak baik tersebut.7
C. Struktur Kepribadian dan Tindakan Moral
Tindakan moral sebagai penafsiran dapat dilihat dari segi struktur kepribadian,
perkembangan kepribadian, masalah konformitas, perbedaan individual dalam
kepribadian dan perilaku moral. untuk menempatkan perkembangan moral dalam konteks
perkembangan pribadi sebagai suatu keseluruhan.
Masalah perkembangan moral dapat dipahami dari sudut pandang teori
kepribadian, yaitu:
1. Struktur Kepribadian
Manusia mengembangkan kebudayaannya melalui proses evolusi, karena dapat
meletakkan moralitas sebagai pengatur kehidupan berkelompok. Dengan moralitas dapat
kecenderungan batin manusia yang sangat menentukan kepribadian manusia perbuatan
sosialnya.
7 Wawancara oleh Ibu Lina Maesaroh
Cara bergaul manusia juga memerlukan moralitas agar terbina keteraturan. Dan
moralitas juga dipandang dari sudut pandangan sosial yaitu suatu aturan yang
memfertivikasi hak dan kewajiban, dan dari sudut pandangan individual yaitu orientasi
pribadi terhadap aturan dan nilai yang berlaku dalam lingkungan budaya.8
2. Perkembangan Kepribadian
Dalam perkembangan kepribadian melalui tiga fase yaitu mulai fase sekitar umur
5 tahun karena berkaitan dengan kewibawaan dan kekuasaan. Dalam fase ini mengenai
sikap aturan yang diterjemahkan dalam bentuk gambaran diri dan diarahkan pada tokoh-
tokoh terdekat yang dapat mengerti dan menguasainya. Dalam fase anak-anak dan
remaja, diarahkan pada persoalan hubungan dengan teman sebayanya. Yang dapat
menaruh perhatian seperti, perilaku jujur, adil, dan membalas jasa orang lain. Fase
memasuki dunia kerja dan dimulai dari berkeluarga. Persoalan pama masa lalu yang
bergaul dengan teman berpadu dengan persoaln indentitas disri. Pada masa ini seseorang
menentukan corak kepribadian yang diharapkan mengembangkan suatu pola umum
gambaran dirinya dengan tujuan hidupnya serta merencanakan strategis untuk
menempuhnya. Fase ini termasuk memantapkan suatu gaya hidup tertentu yang hendak
direalisasikannya.9
Perkembangan kepribadian dilihat melalui gambaran diri seseorang, metode interaksi,
dan pandangan serta harapan terhadap orang lain yang berkaitan dengan perilaku
sosialnya dan terbentuk melalui riwayat perkembangan hidupnya.
3. Masalah konformitas
Jika dihubungkan dengan masalah konformitas maka mereka berbuat sama dengan
aturan sosial yang umum berlaku yang dianggap sebagai orang yang tidak terlalu cerdas.
Karena menuruti saja harapan-harapan atasannya, yang kemungkinan melakukan
kejahatan terhadap orang yang tidak dikenalnya. Konformitas menyerupai imoralitas dan
tidak konformitas dengan kedewasaan. Sedangkan mereka yang menolak konformitas
8 Ibid, hlm 22
9 Wawancara oleh Ibu Lina Maesaroh
dipandang bisa menyesuaikan diri, cermat dan tidak mau mengikuti orang lain. Konsep
otonomi digunakan untuk menjelaskan kasus-kasus yang menunjukkan orang melakukan
perbuatan yang sebagai perbuatan moral.10
Dalam hal ini, ketidakpatuhan seseorang
dipandang sebagai contoh perbuatan yang otonom. Perilaku otonom merupakan corak
yang khas dan konformitasnya merujuk pada sekelompok evaluator yang internal.
4. Perbedaan Individual, Kepribadian, dan Perilaku Moral
Banyak perbedaan pada diri seseorang dari segi corak pengalaman yang dialami,
perbedaan dalam fenomenologi moralnya, kelompok referensinya, perbedaan dalam cara
dan corak penafsiran dirinya. Teori tipe kepribadian dikembangkan oleh Holland ( dalam
Kutines dan Gerwitz, 1984)menegaskan bahwa seluruh ranah kepribadian dapat
diklasifikasikan ke dalam enam tipe, yaitu. Pertama, tipe realistis yaitu mereka yang
bersikap praktis, bebas. Kedua, tipe penyelidik atau investigative yang bersifat teoretis,
bebas, berorientasi ilmiah. Ketiga, tipe artistic yang bersifat principal (berpegang pada
prinsip), kreatif, suka membantu. Keempat, tipe sosial yang bersifat idealis dan suka
menolong. Kelima, tipe perintis yang bersifat beorientasi pada status dan berhaluan
politik. Keenam, tipe konvensioanal yaitu pandai menyesuaikan diri, cermat pada hal-hal
yang kecil atau detail dan berorientasi pada keuangan.11
Dengan tipe tersebut dapat ditemukan seperangkat gambaran diri, cara penafsiran
diri, dari kelompok referensi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Dengan
tipe tersebut ada pandangan yang berkaitan denagn masalah moral, yaitu manusia
diklasifikasikan beradasarkan persamaannya dan masing-masing tipe tersebut dapat
ditentukan karakteristiknya yang khas atas adsar moral yang dapat dibedakan dari yang
lainnya, serta dapat selaras dan memiliki orientasi moral yang berbeda.
D. Etika, Moral, Norma, Nilai, Akhlak, dan Estetika dalam Budi Pekerti
Etika merupakan perilaku manusia dalam hidupnya yang mengenai nilai dan
norma dan menentukan terwujudnya sikap serta pola perilaku hidup manusia, baik
10
Ibid, hlm 24 11
Ibid, hlm 24
sebagai pribadi maupun sebagai anggota kelompok. Etika mempelajari manusia untuk
berperilaku yang baik dengan didasari nilai dan norma sebagai pegangan untuk mengatur
tingkah lakunya dan mengetahui baik dan buruknya.
Moral merupakan nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga sebagai sarana mengukur
benar dan tidaknya atau baik dan tidaknya tindakan manusia. Menanamkan moral
dilakukan secara individu dan kelompok. Dan sebagai keyakinan dalam suatu
masyarakat yang berhubungan dengan karakter atau kelakuan apa yang harus dilakukan
oleh masyarakat.12
Norma berarti ukuran, garis penengah, atau aturan, kaidah bagi pertimbangan dan
penilaian. Nilai menjadi milik bersama dalam satu masyarakat yang telah tertanam
sehingga menjadi norma yang tersepakati bersama. Segala hal yang diberi nilai, indah,
baik, atau berguna, diusahakan untuk diwujudkan dalam perbuatan. Norma tindakan telah
diterima masyarakat yang mengandung sanksi serta penguatan yaitu jika tidak dilakukan
sesuai dengan norma maka hukumannya adalah celaan dan sejenisnya, sedangkan jika
dilakukan sesuai dengan norma maka mendapat balas jasa, pujian, dan lainnya.
Nilai merupakan berlaku, berguna, kuat. Dan nilai adalah kualitas sesuatu hal
yang disukai, diingan, dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai bersifat relative karena
bersangkutan dengan preferensi (sikap, keinginan, kecenderungan, dan sebagainya. Nilai
berbeda dari suatu kebudayaan ke budayaan lainnya, dan bisa menilai dari yang benar-
salah, tepat-tidak tepat, dan baik-buruk.13
Nilai seperti kebaikan, kebenaran, keindahan,
dan tidak ada dalam dunia nyata secara objektif, tetapi merupakan perasaan, sikap
pribadi, dan merupakan penafsiran atas kenyataan. Nilai dianggap sebagai “keharusan”
yang dijadikan dasar untuk keputusan yang diambil oleh seseorang. Nilai bagian
kenyataan yang tidak bisa dipisahkan atau diabaikan. Setiap orang bertingkah laku sesuai
dengan seperangkat nilai, baik nilai yang sudah diterapkan atau yang belum. Nilai yang
berkembang dalam masyarakat, yaitu nilai moral, nilai undang-undang, nilai sosial, dan
nilai agama.
12
DOAJ, Bp. Mas’udi 13
Ibid, 29
Akhlak merupakan sama dengan budi pekerti. Pada dasarnya, akhlak mengajarkan
bagaimana seseorang yang seharusnya berhubungan dengan Tuhan Penciptanya, dan
sekaligus seseorang berhubungan dengan sesame manusia. Ajaran akhlak adalah
berlandas pada niat dan itikad untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dan mencari ridha
Allah. Nilai-nilai yang diterapkan yaitu kebenaran, kasih saying, kejujuran, amanah, dan
sebagainya.
Estetika merupakan hal yang mengutamakan keindahan. Keindahan ini
diwujudkan dalam niat, keindahan dalam proses, dan keindahan dalam hasil. Jika
keindahan dirasakan bersama-sama melalui lima indra, maka bisa disebut dengan
“nikmat”.
E. Hubungan Kepribadian dengan Etika, Moral, Norma, Nilai, Akhlak, Estetika dalam Budi
Pekerti
Kepribadian merupakan karakteristik yang khas dan merujuk bagaimana individu
tersebut tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya. Kepribadian yang dimiliki
seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak, moral, budi pekerti, etika, dan estetika
orang tersebut ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari. Perilaku yang baik harus melakukan etika, moral, norma, nilai, akhlak, dan
estetika untuk mewujudkan kepribadian yang baik.14
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat
pada sekelompok manusia. Moral akan mengarahkan kepada kebaikan manusia, yang
mengandung nilai-nilai universal tentang kemanusiaan. Moral juga berkaitan dengan
moralitas yaitu segala hal yang berkaitan dengan sopan santun. Moralitas berasal dari
sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi, dan gabungan dari beberapa
sumber. Kepribadian yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi oleh cara berpikir moral
seseorang. Moral yang baik, berasal dari cara berpikir moralnya yang tinggi berdasarkan
pertimbangan moral yang bersumber dari perkembangan moral kognitifnya. Dengan
pendidikan moral dapat membantu untuk membentuk moral yang baik dalam
pembentukan kepribadian yang baik juga.
14
Wawancara oleh Ibu Lina Maesaroh
Pendidikan budi pekerti adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi
pekerti luhur. Nilai positif dari budi pekerti adalah beriman, bijaksana, ikhlas, jujur,
pemaaf, rajin, ramah, dan sebagainya. Dan nilai negatifnya seharusnya dihindari atau
tidak dimiliki seseorang yaitu bohong, boros, kasar, malas, pendendam, putus asa,
sombong, perusak, dan sebagainya.
Etika merupakan tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan merpersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Kepribadian yang
merupakan cerminan watak dan tingkah laku seseorang dapat berpengaruh terhadap etika
orang tersebut di masyarakat. Artinya nilai-nilai yang telah diterima oleh seseorang akan
menentukan corak kepribadian tersebut. Etika tidak langsung membuat manusia menjadi
lebih baik, melainkan etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis
berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan. Etika ingin menampilkan
keterampilan intelektual, yaitu keterampilan untuk beragumentasi secara rasional dan
kritis. Dengan etika juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk membentuk kepribadian
yang baik, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur.
Selain etika, konsep estetika berkembang lebih luas. Estetika bukan berkualifikasi
atas penilaian atau evaluasi belaka tentang rasa indah, melainkan juga menyangkut
penelusuran sifat dan manfaat kegunaan, ragam penyikapan, pengalaman, dan
penikmatan atas nilai keindahan tersebut. Kepribadian yang dimiliki sesorang akan
mempengaruhi cara pandang orang tersebut terhadap esteika lingkungannya. Kepribadian
erat kaitannya dengan estetika karena kepribadian yang peka pada kebaikan, pada
umumnya akan lebih peduli terhadap estetika dalam kehidupannya. Menanamkan moral
juga penting karena akan mengarahkan kepada kebaikan manusia, yang mengandung
nilai-nilai universal tentang kemanusiaan.15
15
Wawancara oleh Ibu Lina Maesaroh
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepribadian adalah sifat khas dari diri seseorang melalui ciri, karakteristik, dan
gaya yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya
keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Menurut Paul Gunadi
(2005) pada umumnya terdapat lima penggolongan kepribadian yang sering dikenal
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tipe sanguin, tipe flegmatik, tipe melankolik, tipe
kolerik, tipe asertif. Unsur-unsur yang terdapat dalam tingkah laku manusia yaitu konflik,
bakat, dan adaptasi sosial. Faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat
dikelompokkan dalam dua faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Tindakan
moral sebagai penafsiran dapat dilihat dari segi struktur kepribadian, perkembangan
kepribadian, masalah konformitas, perbedaan individual dalam kepribadian dan perilaku
moral. untuk menempatkan perkembangan moral dalam konteks perkembangan pribadi
sebagai suatu keseluruhan. Masalah perkembangan moral dapat dipahami dari sudut
pandang teori kepribadian yaitu, struktur kepribadian, perkembangan kepribadian,
masalah konformitas. Dan perbedaan individual, kepribadian, dan perilaku moral.
Kepribadian merupakan karakteristik yang khas dan merujuk bagaimana individu
tersebut tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya. Kepribadian yang dimiliki
seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak, moral, budi pekerti, etika, dan estetika
orang tersebut ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari. Perilaku yang baik harus melakukan etika, moral, norma, nilai, akhlak, dan
estetika untuk mewujudkan kepribadian yang baik. Menanamkan moral juga penting
karena akan mengarahkan kepada kebaikan manusia, yang mengandung nilai-nilai
universal tentang kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Wawancara oleh Ibu Lina Maesaroh
DOAJ Bp. Mas’udi S.Fil.I., M.A
Dr. Sjarkawi, M.Pd. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak (Peran moral intelektual, emosional,
dan sosial, sebagai wujud integritas membangun jati diri). Jakarta: PT Bumi Aksara.