Transcript
  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    1/10

    Membangun Indonesia dari Perbatasan

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan

    Disusun oleh:

    Alfonsus Andaru Widya Svara

    12/331570/PA/14771

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2014

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    2/10

    PENDAHULUAN

    Latar BelakangNegara Indonesia adalah negara yang sangat besar. Sudah berulang kali kita mendengar

    folklor yang sangat dibanggakan tentang sebutan Nusantara sebagai pulau di antara lautan

    yang sangat luas. Kita mesti ingat juga bagaimana para pelopor negara ini memperjuangkan

    wilayah yang disebut sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Wilayah yang sangat luas

    ini menjadi seperti pedang bermata dua. Di satu sisi Indonesia menjadi kaya. Sudah tak

    terhitung banyaknya penelitian dan riset yang menunjukkan bagaimana Indonesia kaya akan

    sumber daya mulai dari minyak bumi, gas alam, ikan, tumbuhan, sampai sumber dayamanusia. Tapi ada sisi lain yang masih menjadi kendala Indonesia sampai 69 tahun negara ini

    berdiri: pengelolaan sumber daya. Pengelolaan sumber daya ini menjadi krusial karena tanpa

    pengelolaan yang tepat, Indonesia tidak akan mampu menjadi negara yang maju. Dan luasnya

    negara ini menjadi sebuah tantangan besar yang belum terselesaikan. Kunci untuk melewati

    tantangan ini adalah kebijakan yang tepat. Kota-kota besar mungkin sudah berkembang

    sesuai (atau bahkan melewati) target yang dicanangkan. Tetapi tidak demikian di banyak

    wilayah lain, seperti di pedesaan, luar pulau Jawa, sampai perbatasan.

    Sudah lazim kita mendengar berita tentang tidak meratanya distribusi pembangunan antara

    ibukota dan kota-kota besar dengan wilayah di luar Jawa-Bali. Jangankan merata, adil saja

    tidak. Kita tahu bagaimana wilayah-wilayah industri dan wisata yang sudah terkenal terus

    melaju pembangunannya. Sekolah-sekolah berlabel internasional tumbuh di sana,

    infrastruktur modern dibangun dengan cepat, dan pasokan bahan pokok mengalir seolah

    tanpa henti. Cukup banyak penulis dengar dari saudara dan teman mengenai ukuran prestasi

    kerja ikatan dinasnya dimulai dari wilayah antah berantah lalu mendekat ke Jawa.

    Pandangan ini sudah melekat bertahun-tahun. Pandangan inilah yang mengantar kita pada

    kenyataan yang menunjukkan bahwa hampir separuh warga negara Indonesia tinggal di pulau

    Jawa, juga fakta yang menunjukkan betapa ibukota Jakarta selalu menjadi sasaran para

    perantau yang membuat kepadatan penduduknya sangat tinggi sampai meluber ke kota-kota

    penyangga seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Akan tetapi, Indonesia bukan hanya Jawa,

    Bali, dan sebagian Sumatera. Ada juga Ternate, Nias, juga yang tidak pernah luput dari

    perhatian tetapi kerap diabaikan: daerah perbatasan.

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    3/10

    Persoalan perbatasan bukan hanya sekali dua kali muncul ke permukaan. Banyak sekali

    program televisi baik tanah air maupun mancanegara meliput kisah perbatasan. Akan tetapi

    ini biasanya hanya terjadi sekali setahun, yaitu menjelang peringatan kemerdekaan Indonesia.

    Setelah itu, tidak ada lagi pemberitaan, kecuali ada hal spesial seperti negara tetangga yang

    berusaha mencaplok perbatasan kita. Permasalahan perbatasan lebih dari sekadar penyedap

    peringatan kemerdekaan, atau unjuk kemegahan negara. Lebih dari itu, negara yang maju

    mesti memajukan seluruh elemen negaranya, termasuk perbatasan. Seperti tujuan negara

    Indonesia yang melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, warga negara Indonesia di

    perbatasan mesti dilindungi juga.

    Rumusan Masalah

    Dalam makalah ini, penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

    1.

    Mengapa pembangunan perbatasan menjadi hal yang penting?

    2. Apa saja kendala pembangunan perbatasan Indonesia?

    3. Bagaimana membangun perbatasan Indonesia berbasis kewarganegaraan?

    Tujuan Penulisan

    Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut.

    1. Menganalisis urgensi pembangunan perbatasan.

    2. Menganalisis kendala pembangunan perbatasan Indonesia.

    3. Menganalisis cara membangun perbatasan Indonesia berbasis kewarganegaraan.

    Batasan Masalah

    Makalah ini hanya akan mengulas perbatasan-perbatasan Indonesia dari sisi

    kewarganegaraan. Penulis membatasi fokus penulisan pada warga negara Indonesia dan

    pembangunan dari sisi ekonomi, sosial, keamanan dan kesejahteraan.

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    4/10

    PEMBAHASAN

    Urgensi Pembangunan Perbatasan IndonesiaJika kita membangun rumah tentu saja kita ingin seluruh rumah kita tampak indah bahkan

    mulai dari jalan di depan rumah. Selain keindahan yang kita perhatikan, ada satu faktor lagi

    yang selalu kita perhatikan: keamanan. Keamanan ini bisa berarti banyak hal: aman dari

    pencuri, aman dari bencana alam, dan segala macam indikator keamanan yang dibutuhkan

    sebuah rumah. Banyak hal yang bisa dilakukan, membangun tembok yang kokoh, memasang

    kamera pengawas, dan semacamnya. Semua demi satu tujuan: agar rumah tidak ditembus

    pencuri. Begitu juga dengan membangun negara.

    Membangun negara bisa kita andaikan seperti membangun rumah. Kita ingin agar negara ini

    kuat, kokoh, dan mampu bertahan dari ancaman. Perbatasan negara bisa diandaikan sebagai

    pagar rumah. Pagar itu menjadi pembatas dan juga pengaman kita. Selayaknya pengaman,

    mestinya perbatasan mampu memberikan rasa aman bagi penghuninya, yaitu warga negara.

    Perbatasan yang dibangun dengan baik akan membawa keamanan juga ke bagian tengah

    negara, serta bisa juga memberi manfaat bahkan warga negara lain yang berbatasan dengan

    negara. Perbatasan adalah penjaga kedaulatan terdepan wilayah negara.

    Perbatasan umumnya terletak cukup jauh dari ibukota negara atau pusat bisnisnya (Amerika

    Serikat contohnya yang terkenal terpisah antara pusat pemerintahan di Washington DC dan

    pusat bisnis di New York). Hal ini dikhawatirkan menimbulkan kesenjangan dalam berbagai

    aspek mulai dari ilmu pengetahuan sampai sosial-ekonomi. Kita sudah mengetahui bersama

    di Indonesia perbedaan antara daerah bisnis dan perbatasannya sangat besar terlihat dari citra

    malam hari yang menunjukkan nyala lampu di daerah Jawa jauh lebih terang daripada

    katakanlah Maluku. Jauhnya perbatasan dari pusat negara, dipadukan dengan kedekatan

    dengan daerah negara lain, apalagi yang lebih maju perbatasannya, memicu kecemburuan

    sosial. Lebih jauh lagi, bisa saja warga negara perbatasan lebih memilih pindah ke negara

    sebelah yang lebih makmur, seperti yang diancamkan beberapa warga Mahakam Ulu. Inilah

    yang jadi faktor lain penegas pentingnya pembangunan perbatasan: memastikan seluruh

    warga negara memperoleh kesejahteraan.

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    5/10

    Dalam konteks Indonesia, dua faktor ini menjadi penting. Sebagai penjaga terdepan,

    selayaknya perbatasan memiliki bekal yang cukup untuk menjaga negara dari ancaman luar.

    Masih segar ingatan masyarakat tentang sengketa Sipadan dan Ligitan yang akhirnya jatuh ke

    tangan Malaysia. Indonesia dinilai tidak melakukan langkah apapun dalam mengelola kedua

    pulau tersebut, sedangkan Malaysia sudah menerbitkan peraturan konservasi alam di sana

    sejak 1930 ketika masih dijajah Inggris dan operasi mercusuar sejak 1960an. Hal ini tentu

    memengaruhi kedaulatan negara secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin ancaman pindah

    yang dilancarkan beberapa warga Mahakam Ulu diikuti dengan langkah nyata karena

    pemerintah Malaysia justru lebih peduli pada mereka dibandingkan Indonesia selama ini.

    Tidak cuma Malaysia saja, kita juga perlu ingat bahwa Indonesia berbatasan dengan banyak

    sekali negara. Ada Papua Nugini, Timor Leste, Singapura, Filipina, India, Australia, Republik

    Palau, Thailand, juga Vietnam yang menjadi tetangga kita di wilayah darat ataupun laut.

    Menariknya, wilayah yang jadi objek sengketa di perbatasan mengandung nilai strategis,

    misalnya Natuna. Wilayah yang sempat jadi berita karena muncul dalam peta Tiongkok ini

    memiliki salah satu sumber gas alam terbesar di Asia. Nilai strategis itu pula yang makin

    menekankan pembangunan perbatasan di Indonesia.

    Kendala Pembangunan Perbatasan Indonesia

    Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaran

    Pembangunan perbatasan memang bukan pekerjaan yang bisa selesai dalam semalam. Ada

    kendala yang dialami untuk mewujudkan pembangunan perbatasan Indonesia. Sony Sudiar

    dalam makalahnya Kebijakan Pembangunan Perbatasan dan Kesejahteraan Masyarakat di

    Wilayah Perbatasan Pulau Sebatik, Indonesia menganalisis kendala di wilayah perbatasan

    Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:

    Garis perbatasan wilayah negara kabur akibat rusaknya patok-patok pembatas.

    Kebijakan yang tidak sinkron antara instansi pemerintah baik pusat maupun daerah

    menghasilkan tumpang tindih kebijakan yang kontraproduktif.

    Kesenjangan ekonomi dengan kawasan perbatasan negara lain yaitu Serawak dan

    Sabah.

    Sarana dan prasarana dasar yang terbatas mengisolasi warga dari daerah sekitarnya.

    Komitmen pembangunan yang rendah dari masyarakat, pemerintah pusat, dan

    pemerintah daerah.

    Tingkat kesehatan, pendidikan dan keterampilan rendah.

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    6/10

    Kemiskinan akibat terisolasi dari wilayah Indonesia di sekitarnya memicu

    penyeberangan ke negara tetangga untuk memperbaiki ekonomi.

    Produk-produk Kalimantan Timur diklaim sebagai produk Malaysia.

    Pengelolaan sumber daya alam lintas negara belum terintegrasi memicu perbedaanpenggunaan lahan.

    Gangguan keamanan dan politis terkait pengelolaan sumber daya lintas negara.

    Pemekaran wilayah yang tidak didukung kesiapan sarana dan prasarana.

    Kendala yang dikemukakan oleh Sony Sudiar ini sebagian besar dialami oleh masyarakat

    perbatasan pada umumnya. Ketimpangan yang serupa bisa kita lihat di negara tetangga yang

    lepas dari Republik Indonesia: Timor Leste. Pos perbatasan Timor Leste dengan Indonesia

    bahkan jauh lebih baik daripada pos milik Indonesia. Hal ini sangat memprihatinkan, apalagi

    ditambah kenyataan bahwa Indonesia penah menjadi induk dari negara ini.

    Kendala ini bukan tidak disadari oleh Pemerintah. Badan Nasional Pengelola Perbatasan

    (BNPP) sudah dibentuk untuk mengatasi persoalan di perbatasan termasuk untuk membangun

    wilayah perbatasan sebagaimana mestinya. Tapi BNPP juga mengakui bahwa pembangunan

    perbatasan memiliki kendala yang menjadikannya lambat. Setidaknya ada 4 (empat) kendala

    yang disampaikan Pemerintah melalui BNPP dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo:

    Izin yang lambat terbit.

    Lokasi perbatasan umumnya dekat dengan hutan.

    Perbatasan jauh dari ibukota menyebabkan kontraktor enggan.

    Alokasi dana yang kurang dalam Dana Alokasi Khusus (DAK) Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Negara

    BNPP juga menyampaikan fakta bahwa alokasi dana yang sudah kurang ini masih juga

    berkurang karena penyaluran anggaran hanya sampai ke kabupaten/kota perbatasan, tidak

    sampai kecamatan tempat perbatasan. Oleh pemerintah daerah setempat, penyaluran

    anggaran dilakukan melalui musyawarah rencana pembangunan. Dalam musyawarah ini

    usulan daerah perbatasan selalu kalah dengan daerah yang lebih dekat dengan ibukota

    kabupaten/kota, sehingga alokasi yang seharusnya untuk daerah perbatasan menjadi semakin

    berkurang. Kendala ini masih ditambah persoalan geografis seperti jarak tempuh dan

    infrastruktur yang tidak memadai.

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    7/10

    Kendala-kendala di atas menunjukkan lemahnya posisi Indonesia di perbatasan. Seperti

    sudah disebutkan sebelumnya, daerah perbatasan sebetulnya memiliki potensi yang sangat

    besar. Namun kurangnya keseriusan seluruh pihak dalam mengeksplorasi potensi yang ada di

    sana demi kemajuan warga negara di perbatasan. Kendala di atas baru meliputi kendala

    kebijakan. Kita juga perlu melihat konteks masyarakat Indonesia.

    Paradigma Masyarakat Indonesia dan Kondisi Masyarakat Sekitar

    Problema kebijakan perbatasan tidak lahir begitu saja. Ada latar belakang masyarakat yang

    memengaruhi lahirnya kebijakan yang menyebabkan pembangunan perbatasan Indonesia,

    salah satunya paradigma masyarakat Indonesia tentang kesejahteraan. Latar belakang

    makalah ini telah menyebutkan bahwa ada sebuah paradigma yang keliru tentang

    kesejahteraan, terutama karir. Ketimpangan pembangunan yang menahun mengakibatkan

    kontras sosial ekonomi yang besar. Kota-kota besar, terutama di Jawa dan Bali terus

    berkembang secara cepat, menggoda masyarakat di luar kedua pulau ini untuk merantau demi

    nasib yang lebih baik. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh kebijakan Pemerintah yang tidak

    berimbang bertahun-tahun. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jawa-Bali mendorong

    perpindahan masyarakat secara masif, sementara warga Jawa-Bali yang sudah tinggal jauh

    lebih dulu (untuk tidak mengatakan asli) sudah kadung nyaman ada di wilayah ini.

    Diperkirakan pada 2035, 54,7 persen warga penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau

    Jawa, yang wilayahnya tidak sampai sepertiga negara ini.

    Apakah paradigma karir berpuncak di Jawa-Bali salah? Tidak sepenuhnya demikian.

    Paradigma ini benar karena mayoritas puncak karir ada di Jawa, terutama karena pusat-pusat

    perusahaan juga instansi pemerintah terletak di Jawa, khususnya Jakarta. Tapi Indonesia

    bukan hanya Jawa-Bali, tetapi ada Kalimantan, Natuna, dan wilayah-wilayah lain. Paradigma

    ini saling bertaut dengan kebijakan sehingga daerah di luar Jawa-Bali semakin tertinggal.

    Negara bukan tidak abai. Kita tentu ingat sebuah program bernama transmigrasi yang

    sekarang tidak terlalu terdengar gaungnya. Kebijakan ini berusaha mendorong warga negara

    di Jawa untuk berpindah ke wilayah luar untuk tinggal di sana dan mengembangkan wilayah

    tersebut. Namun hal ini tidak dipadukan dengan jaminan infrastruktur dan birokrasi sehingga

    banyak keluhan yang disampaikan. Ada juga kebijakan pemerintah untuk menyalurkan

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    8/10

    tenaga profesi ke daerah-daerah tertinggal juga perbatasan untuk memajukan daerah, tetapi

    hal yang sama terjadi. Para tenaga kerja pun protes.

    Di sisi lain, masyarakat perbatasan terus ditinggal, dengan perhatian seadanya yang baru

    meningkat ketika ada konflik, sengketa, kunjungan pejabat, atau bencana alam. Masyarakat

    perbatasan tidak menuntut pembangunan mall, mereka hanya menuntut infrastruktur yang

    baik, harga bahan pokok yang terjangkau, pendidikan yang baik. Mereka tidak

    mendapatkannya dari Indonesia, sayangnya. Semua hal yang dibutuhkan masyarakat

    perbatasan tersedia di negara tetangga. Dan kedekatan sosio-kultural membuat warga

    perbatasan tidak ragu untuk melintas negara untuk mengupayakan kebutuhan mereka.

    Nyatanya, negara sebelah pun lebih peduli, apapun motifnya, terhadap warga Indonesia di

    perbatasan. Bukan mereka tidak nasionalis, tetapi mereka membutuhkan, dan harus

    diupayakan.

    Membangun Perbatasan Indonesia Berbasis Kewarganegaraan

    Ada sebuah fakta bahwa beberapa ratus warga negara Indonesia di perbatasan dengan

    Malaysia memiliki Kartu Tanda Penduduk Malaysia. KTP Malaysia memudahkan mereka

    untuk mengakses kebutuhan pokok di sana yang lebih murah dan lebih berkualitas daripada

    produk dalam negeri. Fakta ini menunjukkan betapa mendesaknya pembangunan perbatasan

    Indonesia karena problem ini sudah menyangkut kewarganegaraan. Indonesia menganut

    kewarganegaraan tunggal dengan perlakuan khusus untuk anak di bawah 18 tahun yang

    kelahirannya meyebabkan munculnya kewarganegaraan ganda serta orang yang mendapatkan

    kewarganegaraan karena pemberian seperti Presiden Indonesia ketiga, B.J. Habibie. KTP

    Malaysia adalah bukti lemahnya Negara dalam merawat, melindungi, dan mengawasi

    warganya. Untuk itu ada beberapa langkah yang diusulkan untuk membangun perbatasan.

    Kebijakan Tepat Sasaran

    Ulasan tentang penyaluran anggaran menunjukkan pembentukan kebijakan yang tidak tepat

    sasaran. Kebijakan pemerintah ke depan haruslah benar-benar tepat pada lokasi yang tepat.

    Daerah perbatasan harus menjadi subjek, bukan objek kebijakan. Penempatan sudut pandang

    subjek akan memberikan pandangan lebih rinci tentang kebutuhan daerah. Selain itu, perlu

    persiapan yang matang namun cepat karena sebetulnya problem perbatasan sangat mendesak.

    Pendidikan, tenaga kerja, bahan pokok, dan infrastruktur menjadi poin-poin utama.

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    9/10

    Perubahan Paradigma Kebijakan Pembangunan

    Sudah cukup pembangunan di kawasan Jawa-Bali. Negara maju harus mampu memajukan

    seluruh wilayahnya terutama perbatasan. Maka kebijakan-kebijakan sebaiknya lebih

    diprioritaskan pada pembangunan kawasan perbatasan, termasuk dalam hal penyaluran

    tenaga kerja dan tenaga pendidik. Hal ini juga mesti didukung oleh kebijakan yang ramah

    investor, seperti tax holiday, atau insentif pajak, pengurusan izin yang tidak berbelit dan

    cepat, serta infrastruktur yang mendukung.

    SIMPULAN

    Berdasarkan paparan pada bagian sebelumnya, penulis mengambil beberapa simpulan:

    1.

    Pembangunan kawasan perbatasan Indonesia sangat penting mengingat posisinya

    yang strategis terkait potensi sumber daya juga kondisi masyarakat sekitar.

    2. Kendala pembangunan perbatasan meliputi kebijakan yang tidak tepat sasarna serta

    tidak matang dan juga paradigma masyarakat yang memandang pusat pembangunan

    karir dan kesejahteraan ada di Jawa-Bali.

    3. Perlu dirumuskan pembangunan perbatasan berbasis kewarganegaraan yang

    dijabarkan dalam kebijakan yang tepat sasaran dengan persiapan yang matang, juga

    perubahan paradigma kebijakan pembangunan di Indonesia.

  • 8/10/2019 Membangun Indonesia Dari Perbatasan

    10/10

    REFERENSI

    http://karimansyahputra.wordpress.com/2014/09/29/keadilan/http://news.metrotvnews.com/read/2014/11/09/316102/kelaparan-warga-perbatasan-ancam-

    pindah-kewarganegaraan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna#Potensi

    http://www.dw.de/indonesia-dan-filipina-akhiri-kisruh-perbatasan/a-17655530

    http://sipildankewarganegaraan.wordpress.com/2013/02/11/pembangunan-infrastruktur-di-

    daerah-perbatasan-kalimantan-malaysia/

    http://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-kependudukan/dinamika-kependudukan/125-

    menuju-politik-kependudukan-yang-berbasis-kewarganegaraan-dan-keindonesiaan

    http://www.antarababel.com/berita/14899/mengapa-warga-perbatasan-ingin-pindah-

    kewarganegaraan

    http://economy.okezone.com/read/2014/05/23/20/989007/pos-perbatasan-indonesia-kalah-

    dari-timor-leste

    http://www.tempo.co/read/news/2014/11/14/078621984/Pembangunan-di-Perbatasan-

    Lambat-Ini-Penyebabnya

    http://www.tempo.co/read/news/2014/02/07/092552083/Sebanyak-547-Persen-Penduduk-

    Terpusat-di-Jawa

    http://www.antarakaltim.com/print/7501/bnpp--pembangunan-infrastruktur-di-perbatasan-

    alami-masalah

    Sudiar, Sony. Kebijakan Pembangunan Perbatasan dan Kesejahteraan Masyarakat diWilayah

    Perbatasan Pulau Sebatik, Indonesia


Top Related