Download - Membaca Kebijakan Konvergensi Indonesia-Megi
-
Margiyono
Divisi Advokasi
Aliansi Jurnalis Independen
08161370180
Disampaikan pada Diskusi di SatuDunia
-
Situasi Media Digitalisasi penyiaran, dengan segala
problematikanya (peminggiran radio/TV komunitas, pertarungan TV nasional vs lokal, pemisahan usaha secara horisontal, problem hilangnya self-tregulating society)
Pertumbuhan Konvergensi Media, dengan segala persoalannya (UU yang tak lagi memadahi, tarik-menarik kepentingan dunia bisnis, kecenderungan meninggalkan konsep self-regulatory society)
-
Beberapa Pola KebijakanKonvergensi Media Legislasi: mengatur new media dengan pembuatan undang-
undang (pembahasan pemerintah dan parlemen)
Regulasi: mengatur berdasarkan produk legislasi konvensional, dibuat penyesuian dengan pengaturan oleh badan-badanpemerintah (departemen, komisi-komisi negara, dan lain-lain)
Self-regulatory Process: pengaturan oleh para stake-holders(entitas bisnis, user, masyarakat, dan lain-lain) secarapartisipatoris, dengan keterlibatan negara yang minim (negarasebagai fasilitator) internet governance forum
-
Prolegnas 2010-2014 terkait Media (Inisiatif Pemerintah) RUU Konvergensi Telematika (2010):
menggabungkan UU Penyiaran, UU Telekomunikasi, UU ITE dan UU KIP.
Revisi RUU Penyiaran: ?
RUU Tindak Pidana TI (2010): untuk mengatasi jenis-jenis kejahatan baru di internet yang belum diatur undang-undang.
-
Prolegnas 2010-2014 di Bidang Media(Insiatif DPR) Revisi UU ITE (respon terhadap keresahan
masyarakat)
RUU Penggunaan Frekuensi
-
Paradigma Regulasi Konvergensi
Konvergensi teknoogi
Konvergensi Media
Konvergensi Hukum
Konvergensi badan regulasi
-
Badan Regulator yang AkanDikonvergensikan (Kominfo) KPI BRTI Dewan Pers KI Badan Pengawas Sistem elektronik (belum terbentuk) KPPU Badan Perlindungan Konsumen
(Dewan Pers?)
Alt 1: melebur jadi satu badan konvergensi (semua bubar, jadisatu)
Alt 2: Dibentuk komisi payung konvergensi (masing-masing SRO tetap eksis)
-
Bidang-bidang yang diregulasiBidang Hak Publik Isu Terkait
Konten Kebebasan berekspresiHak atas informasiKebebsan berkomunikasi
PornografiDefamasiBlasphemyCyberbullyingHatespeaks
Aplikasi Akses publikKebebasanberkomunikasi
Hak CiptaOpen sourenetralitas aplikasi
Idustri Persaingan usaha(kebebasan memasukisuatu bisnis)Perlindungan konusmenKebebasanberkomunikasi
Monomopli/kartelTanggungjawab sosialHak pengguna
Infrastruktur Keterbukaan aksesKebebasanberkomunikasiDigital divide/digtal
Digital devideDigital exclusionKeadilan bandwitchNetralitas jaringan
-
Pola-pola Kebijakan Media selamaini Kecendeerungan untuk over-regulation, negara terlalu
banyak mengatur, bukan memfasilitasi.
Kecenderungan over-criminalization: pemidanaan yang berat, bukan ke arah mediasi
Kecenderungan untuk over-limitation: pembatasan konten melalui pelarangan, blokir, dan filtering.
-
Derajat Regulasi Masing-masing Bidang(Standar Universal, dikutip dari APG)
Content
Infrastruktur
Less regulated
Highly Regulated
Industry
Apllication
-
Dampak-Dampak Kebijakan Demokrasi yang seharusnya lebih maju berkat pertumbuhan new
media (digital democracy, cyber-democracy) menjadi terhambat, bahkan dihadapkan pada kriminalisasi.
Pemanfaat ICT masih berat untuk kepentingan dunia bisnis, belum banyak berfungsi untuk edukasi, pembukaan kesempatanusaha baru (pemberantasan kemiskinan), dan peningkatankualitas layanan pemerintah (e-government)
Hal ini membuat usaha mencapa Information Society, yang salahsatu cirinya adalah self-regulating society, menjadi terhambat(oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa).