Download - MATERI KULIAH KEP JIWA
![Page 1: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/1.jpg)
MATERI KULIAHKEPERAWATAN JIWA
RESIKO BUNUH DIRI(SUICIDE: RISK)
disammpaikan oleh :D. Eka Harsanto, S.Kp, M.Kes
![Page 2: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
Bunuh diri bukan merupakan diagnosis atau gangguan tetapi merupakan perilaku
mencederai diri langsung. Perilaku menecederai diri langsung adalah setiap aktivitas yang jika
tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart, 2007).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4
pengertian, antara lain:
1) Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2) Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3) Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4) Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya
dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja
berada di rel kereta api.
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan
upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Untuk itu semua
perilaku bunuh diri adalah serius, apapun tujaunnya. Sehingga diperlukan pengetauan dan
keterampilan yang tinggi bagi perawat untuk dapat merawat klien dengan perilaku bunuh diri agar
klien tidak melakukan upaya bunuh diri.
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana
individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri
dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan,
individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi
isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau
menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995).
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja (DSH =
deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam psikiatri. Di dunia, lebih
dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang
peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan
pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.
Kasus kejadian bunuh diri semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut WHO Kejadian Bunuh
diri di Indonesia tahun 2005 sebesar 50.000/th. 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per
harinya. Ditambah kematian akibat overdosis yang jumlahnya mencapai 50.000/th.
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 2
![Page 3: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/3.jpg)
Jika tidak dilakukan penaganan dan tindakan diperkirawan pada tahun 2010, angka bunuh diri di
Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa diperkirakan pada 2020 angka bunuh diri di
Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa.
ETIOLOGI
Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang
siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai
riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk
melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah
antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis,
perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat
menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat
kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat
tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan
bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
1. Perilaku Koping
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 3
![Page 4: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/4.jpg)
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun
budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong
klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri.
Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
2. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan
dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical
thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan
koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
RENTANG RESPON PROTEKTIF DIRI
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung. Perilaku
destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian,
dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka pendek,
(Stuart,2006).
Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut :
1. Merokok
2. Mengebut
3. Berjudi
4. Tindakan kriminal
5. Penyalahgunaan zat
6. Perilaku yang menyimpang secara sosial
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 4
RENTANG RESPON PROTEKTIF DIRI
![Page 5: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/5.jpg)
7. Prilaku yang menimbulkan stress.
8. Ketidakpatuhan pada tindakan medis
Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif,
sementara perilaku destruktif-diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon
maladaptif.
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah
2. Ancaman bunuh diri Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 5
![Page 6: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/6.jpg)
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diriPercobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi.
Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri diatas dapat dilihat data-data yang harus dikaji pada tiap
jenisnya.
DATA YANG PERLU DIKUMPULKAN SAAT PENGKAJIAN :
1. Riwayat masa lalu :
a. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
d. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial
f. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4. Riwayat pengobatan.
5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan
mood.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
a. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
b. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-cara
melaksanakan rencana tersebut.
c. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan
gangguan mood
d. Sistem pendukung yang ada.
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun
medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.
f. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau keluarga
tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda
kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
8. Kaji Symptom yang menyertainya
Tanyakan apakah klien mengalami :
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 6
![Page 7: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/7.jpg)
a. Ide bunuh diri
b. Ancaman bunuh diri
c. Percobaan bunuh diri
d. Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
Kaji juga derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia
dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri.
Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
a. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
b. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk
melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
c. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan
mengagas akan suicide
d. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan
mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
I. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
II. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
III. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi
terbuka
IV. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti klien
V. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
VI. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
VII. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
VIII. Peroleh riwayat penyakit fisik klien
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila menunjukkan
perilaku sebagai berikut :
1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi
dan secara bersamaan
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat, racun
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 7
![Page 8: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/8.jpg)
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami petunjuk
dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang akurat.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah :
1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan
diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya wawancara yang fokus
pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari
komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap
kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari
atau diabaikan.
3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini akan
mempengaruhi penilaian profesional
4. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu membangun
hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank lien.
5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi
emosional klien
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat kabur
penilaian profesional.
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah
keperawatan yang mungkin muncul diantaranya adalah: Risiko bunuh diri, Keputus asaan,
Ketidak berdayaan, Gangguan konsep diri : HDR, Gangguan konsep diri : Gangguan citra
tubuh, Kecemasaan, Berduka disfungsional, Koping individu tak efektif, Penatalaksanaan
regimen therapeutik in efektif, Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan
Masalah tersebut kemudian dapat dituangkan dalam suatu pohon masalah sebagai
prioritas diagnosa keperawatan :
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 8
Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)
Resiko Bunuh Diri
Gangguan interaksi sosial (Menarik Diri)
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
CORE PROBLEM
EFFECT
CAUSA
![Page 9: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/9.jpg)
B. Diagnosa Keperawatan
Jika ditemukan data bahwa pasien memberikan ancaman atau mencoba bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul :
Bila telah merumuskan masalah ini, maka perawat perlu segera melakukan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien.
C. IntervensiPerawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap obyektif.
1. Proteksi (mencegah menyakiti diri).
Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien untuk mencoba
bunuh diri.
1. Verbal
2. Nonverbal : Menghilangkan benda – benda berbahaya seperti : Ikat pinggang, benda
tajam.
3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)
4. Perhatikan verbal & nonverbal klien.
5. Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan
6. Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai Dia dapat
dipindahkan ketempat yang aman)
7. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
8. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
9. Intervensi krisis klien tetap waspada.
10. Kadang – kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi
Pada klien yang anoreksia, awasi klien pada saat makan, agar banyak yang dimakan.
2. Meningkatkan harga dir
Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.
Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkanS
Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting
Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negatif, beri reinforcement
Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil
Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai
3. Menguatkan koping yang sehat.
Membuat klien bertanggung jawab terhadap perilakunya
a. Modifikasi Prilaku
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 9
Risiko bunuh diri
![Page 10: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/10.jpg)
Dibutuhkan dengan prilaku yg responsif.. Misal : Pada anoreksia boleh dikunjungi
keluarga bila berat badan naik ½ Kg atau Bila tidak mau makan, pasang NGT
4. Eksplorasi perasaan.
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.
Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.
Mengikuti terapi kelompok.
Mengarah pada masalahnya.
Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif.
5. Mengatur batasan dan kontrol
Membuat daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.
Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas
Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada usaha meerusak diri.
6. Mengarahkan dukungan sosial
Karena Klien tidak punya sumberdaya internal dan eksternal, maka :
Melibatkan keluarga & teman.M
Mengajarkan tentang pola – pola suicide & cara mengatasinya
Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.
Kalau perlu terapi keluarga.
Buat pusat penanganan krisis.
7. Pendidikan mental
Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
Pentingnya patuh pada program pengobatan.
Penyakit kronis yang diderita.
INTERVENSI MPKP
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut:
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan
obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri
SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 10
![Page 11: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/11.jpg)
a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri
b. Tindakan:
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien
3. Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien agar tidak sering
melamun sendiri
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur
SP 1 Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh diri.
Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b.Tindakan keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
SP 3 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pada pasien isyarat bunuh diri
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 11
![Page 12: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/12.jpg)
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
1. Tindakan keperawatan:
2. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
3. Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah muncul pada
pasien.
4. Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien berisiko
bunuh diri.
5. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
a. Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b. Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
1. Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang mudah
diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan
meninggalkan pasien sendirian di rumah
2. Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali,
bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang
berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga.
3. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila
tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk
bunuh diri.
6. Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
7. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan
percobaan bunuh diri, antara lain :
a. Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b. Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan bantuan
medis
8. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
9. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
10. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara teratur
untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
11. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima
benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunakannya, benar waktu penggunaannya
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 12
![Page 13: MATERI KULIAH KEP JIWA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022072109/563dba7b550346aa9aa603de/html5/thumbnails/13.jpg)
SP 2 Keluarga: Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota
keluarga berisiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)
SP 3 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri
SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan Pulang bersama keluarga dengan pasien risiko bunuh
diri
D. Evaluasi Perhatikan hari – demi hari.
Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.
1. Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang ?
2. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari ?
3. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
4. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
5. Apakah sudah memakai koping positif ?
6. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
7. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?
PUSTAKA
1. Stuart-Sundeen : Pocket Guide to Psychiatric Nursing, 20012. Stuart – Laraia : Principle and Pactice of Psychiatric Nusing, 20013. Kaplan, H.I. dan Saddock, B.J. Pocket book of Emergency Psychiatric Medicine Baltimore:
Williams and Wilkins., 1998.4. Maramis : Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, 19985. Keliat, B. A. Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, EGC. 20066. Keliat A. Budi, Akemat. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC 2009.7. Frisch, N.C. & Frisch, L.E. (2006). Psychiatric mental health nursing. (3rd ed). Canada.
Thomson Delmar Learning
keperawatan jiwa 1 – RBD P a g e | 13