• Sekitar 45-75% pasien henti jantung (cardiac arrest) terjadi di rumah
• 95% pasien henti jantung meninggal sebelum tiba di RS
• Kematian dapat dihindarkan, jika makin banyak orang mampu melakukan RJP
• Kemungkinan hidup akan berkurang 10% setiap menit
(CPR Fact & Statistics, AHA)
RJP
Tdk RJP 10%
Peluang Hidup
• Mencegah berhentinya sirkulasi dan/atau pernapasan
• Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi
Henti Jantung
Henti Napas
D • Danger
R • Response
C • Circulation
A • Airway
B • Breathing
Pastikan keamanan
Cek respon pasien
• Cek nadi karotis
• Kompresi 30 x/menit
Bersihkan & buka jalan napas
Bantuan napas 2x
Menilai Respon Pasien Tepuk bahu dan teriak “Bangun
Pak/Bu!” atau “Buka mata Pak/Bu!”
Hati-hati kemungkinan trauma leher !!!
Memeriksa respon pasien dengan menepuk bahu
pasien atau dengan rangsang nyeri
A • Alert
V • Verbal
P • Pain
U • Unresponsive
Jika pasien tidak
memberikan respon,
segera panggil bantuan
dengan cara berteriak
“Tolong!, ada orang tidak sadar”
untuk mengaktifkan
emergency medical service
(EMS).
Berteriak meminta bantuan
Pastikan ada tidaknya nadi karotis
Raba nadi karotis, 2-3 cm di samping trakhea
Jika tidak ada nadi Mulai lakukan siklus 30 kompresi
dan 2 ventilasi
Jika ada nadi Beri 1 ventilasi tiap 6 detik (10
x/mnt)
Meraba nadi karotis, 2-3 cm dari
samping trakhea
Atur Posisi Pasien dan Penolong • Posisi pasien supine di atas
permukaan yang keras & datar • Posisi penolong berlutut disamping
pasien (di luar RS) atau berdiri disamping tempat tidur pasien (di RS)
Penolong meletakkan tumit telapak tangan pada midsternum, diantara 2 papilla mamae dengan telapak tangan menumpuk dengan jari ditautkan.
Posisi tangan pada midsternum
Dengan posisi badan tegak lurus,
penolong mengkompresi dada
lurus ke bawah secara teratur
dengan kecepatan 100 – 120
x/menit
Kedalaman adekuat:
Kompresi pada midsternum
Kedalaman Rasio
Dewasa 2 inchi (5 cm) 30:2 (1 atau 2 penolong)
Anak 1/3 AP 30:2 (1 penolong)
15:2 (2 penolong)
Bayi 1/3 AP 30:2 (1 penolong)
15:2 (2 penolong)
Terdiri atas 2 tahap:
1. Membersihkan jalan napas
2. Membuka jalan napas
Head tilt
Tidak boleh dilakukan pada trauma
servikal !!!
Head tilt dan Chin Lift
Chin Lift
Rekomendasi AHA 2010 :
Pada pasien suspek cedera
servikal gunakan jaw thrust
• Sekitar 0,12 - 3,7% pasien
henti jantung mengalami
cedera servikal
• Risiko cedera servikal
meningkat jika pasien
mengalami cedera pada kepala
dan muka atau GCS <8 Jaw thrust
Beri napas 2 kali dengan volume
tidal, dengan teknik: 1. Mouth to Mouth
2. Mouth to Nose
3. Mouth to Mask
4. Mouth to Stoma
Mouth to Mouth
Mouth to Mask Pocket Mask Mouth to Stoma
Teknik EC Clamp
BAG VALVE MASK Pegang BVM dengan teknik
“EC Clamp” : • Ibu jari & telunjuk membentuk huruf C,
memegang masker
• Tiga jari lainnya membentuk huruf E,
ekstensi kepala
Dua orang penolong
• Sesudah 5 siklus evaluasi – Jika tidak ada nadi karotis, lakukan kembali kompresi
dan ventilasi 30 : 2.
– Jika nadi teraba dan napas tidak ada, berikan bantuan napas sebanyak 10x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit.
– Jika nadi teraba dan napas ada, beri posisi mantap (recovery position)
– Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti napas kembali, jika terjadi segera terlentangkan pasien dan lakukan napas buatan kembali.
Dapat diberi kejut listrik (shockable)
Tidak boleh diberi kejut listrik (unshockable)
Ventricular Tachicardia
(VT) yang tanpa nadi
Ventricular Fibrillation
(VF)
Asystole
Pulseless Electrical
Activity ( PEA )
Sirkulasi & Ventilasi Spontan
Penolong kelelahan
DNR (Do Not Resuscitation)
Tanda Kematian
STOP !!! 1
• Kaku Mayat
2 • Lebam Mayat
3 • Pupil Lebar
4 • Refleks Cahaya (-)
Akibat Bantuan Napas
Inflasi gaster
Regurgitasi
Akibat Kompresi
Fraktur iga
Pneumothorak
Hemothoraks
Kontusio Paru
Laserasi hati & limpa
Emboli lemak