Download - Masalah Perilaku
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Di antara faktor–faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap
status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar.
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi
demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan
gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks.
Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan
dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku
yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.
Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau
“Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan
masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar
kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Untuk melihat keberhasilan dalam pembudayaan PHBS diukur dengan pencapaian indikator
rumah tangga sehat.
Adapun indikator PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai berikut: 1) Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan; 2) ASI eksklusif; 3) penimbangan bayi dan balita; 4)
Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari; 5) mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun; 6) menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik nyamuk di rumah; 8) makan buah
dan sayur tiap hari; 9) melakukan aktivitas fisik/ olahraga; 10) tidak merokok di dalam rumah.
1
Berdasarkan data diatas mengingat pentingnya masalah perilaku dalam mempengaruhi
kesehatan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan mengidentifikasi masalah perilaku
di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi masalah perilaku yang
mempengaruhi kesehatan dan pengelolaannya di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara identifikasi masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan.
b. Mengetahui indikator yang digunakan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
c. Mengetahui cara pengelolaan masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan.
d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah perilaku di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai cara mengidentifikasi masalah perilaku yang
mempengaruhi kesehatan dan pengelolaanya di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literature, laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2012, dan diskusi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Bahkan kegiatan internal
seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prilaku pada manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati langsung dari pihak luar.
Perilaku dipengaruhi oleh genetik yang merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan
prilaku dan lingkungan yang merupakan kondisi untuk perkembangan prilaku tersebut.
Mekanisme pertemuan keduanya dalam rangka terbentuknya prilaku disebut proses belajar
(learning process).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku sebagai respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan tertentu dari luar subyek (teori S-O-R atau
teori stimulus-organisme-respon) dan membedakannya:
1. Respondent response atau reflexife response
: Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut
elicting stimuli karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup , menangis
karena sedih, muka merah karena marah dan lain sebagainya.
2. Operant response atau instrumental response
: respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu . Perangsang
semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang tersebut
memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang ini
mengikuti atau memperkuat perilaku yang sudah dilakukan. Sebagai contoh apabila
seorang anak belajar atau sudah melakukan suatu perbuatan kemudian dia memperoleh
hadiah maka dia akan lebih giat belajar atau lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kata lain respon yang diberikannya akan lebih intensif dan kuat.
3
Dalam kehidupan sehari-hari responden respons sangat terbatas keberadaannya pada
manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya kecil. Sedangkan operant respons merupakan
bagian terbesar dari prilaku manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya besar.
Menurut Respon terhadap stimulus, prilaku dibedakan kepada dua macam yaitu : 5,6
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Respon masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/ kesadaran. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu
dapat mencegah penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke
puskesmas untuk diimunisasi.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Adalah perilaku yang jelas dapat di observasi atau diamati secara langsung dari luar
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuk misalnya dari contoh tadi si ibu membawa
anaknya ke puskemas untuk imunisasi
2.2. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman , serta
lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan
sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat
pencegahan penyakit
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya
makann makanan bergizi, dan olahraga.
Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria,
pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit
kepada orang lain.
4
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati
penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas
kesehatan tradisional.
Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit
misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas
kesehatan dan obat–obat yang terwujud dalam bentuk sikap, persepsi, pengetahuan
ataupun penggunaan yankes.
3. Perilaku terhadap makanan.
Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta
unsur–unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan lain sebagainya
sehubungan dengan tubuh kita.
4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai
salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan.itu sendiri.
2.3. Faktor Penentu (Determinan) Perilaku
Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor.
Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal
pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh
3 faktor yaitu :
• Faktor pembawa (predisposing factor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai–nilai dan lain sebagainya.
• Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
• Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Sebagai contoh, Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan
karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi (predisposing factor),.atau karena jarak
5
posyandu dan puskesmas yang jauh dari rumahnya (enabling factor) sebab lain bisa jadi karena
tokoh masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya (reinforcing factor)
Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum
tergantung faktor internal (dari dalam individu ) dan faktor eksternal (dari luar individu) yang
saling memperkuat. Maka sudah selayaknya kalau kita ingin mengubah perilaku kita harus
memperhatikan faktor–faktor tersebut di atas.
2.4. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud
bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program–program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai
dengan norma–norma kesehatan diperlukan usaha–usaha yang konkrit dan positif. Beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku seperti:
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan–peraturan/undang–undang yang
harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi
biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran
sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan
membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba/penilaian
selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan
bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
6
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi
kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa
masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam
diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebihlama
dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih
mantap.
Ketiga faktor ini tidak berjalan jika tidak didukung oleh pendidikan kesehatan seseorang
itu sendiri. Hal ini dapat dilihat di diagram sebagai berikut:
Bagan 1.Modifikasi skema dari Blum dan Green
7
Reinforcing Factors (sikap dan perilaku
petugas)
Keturunan
Status kesehatan
Perilaku
LingkunganPelayanan kesehatan
Enabling Factors
(ketersediaan sumber daya) /fasilitas)
Pendidikan Kesehatan
Pem. Sosial
Predisposing Factors ( pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)
Keturunan
Status kesehatan
Perilaku
Reinforcing Factors (sikap dan perilaku
petugas)
komunikasi
Predisposing Factors ( pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)
training
Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas,toma,toga)
2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud
keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada
program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup.
Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan salah satu wujud dari perilaku kesehatan
yang dilakukan dalam ruang lingkup rumah tangga. Indikator PHBS rumah tangga terdiri dari
indikator perilaku dan lingkungan, yaitu:
Persalinan ditolong tenaga kesehatan
Pemberian ASI eksklusif
Penimbangan bayi dan balita
Penggunakan air bersih
Mencuci tangan dengan air dan sabun
Menggunakan jamban sehat
Memberantas jentik nyamuk di rumah
Makan sayur dan buah setiap hari
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Tidak merokok di dalam rumah
Manfaat pelaksanaan PHBS di rumah tangga, di antaranya:
1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2) Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga.
8
3) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
4) Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang
kesehatan.
5) Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan.
2.6 Cara Identifikasi Masalah Perilaku Kesehatan yang Mempengaruhi Kesehatan
Masyarakat
2.6.1 Diagram Identifikasi Masalah Perilaku
Bagan 2. Diagram Identifikasi Masalah Perilaku
Penjelasan Masalah: Dalam melakukan identifikasi masalah perilaku langkah pertama
yang harus dilakukan adalah melakukan survey mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) kemudian lakukan pengumpulan data lalu lakukan pengolahan dan analisa data dan
disesuaikan dengan indikator, dalam identifikasi masalah perilaku yang digunakan sebagai
indikator adalah point-point mengenai PHBS kemudian bisa ditentukan sebagai masalah perilaku
apabila tidak mencapai indikator.
2.6.2 Merumuskan masalah PHBS
Indikator PHBS ini digunakan untuk menilai Rumah Tangga Sehat, yaitu rumah tangga
yang telah melaksanakan seluruh indikator PHBS tersebut. Penilaian dilakukan dengan
9
Survey PHBS Pengumpulan Data
Indikator PHBS
Masalah Perilaku
Pengolahan dan Analisa Data
pengambilan 210 sampel rumah tangga di setiap kelurahan. Jumlah ini didapat berdasarkan
rekomendasi WHO dengan perhitungan sederhana:
Dari sejumlah sampel tersebut, diharapkan dapat menggambarkan secara keseluruhan
bagaimana penerapan PHBS rumah tangga di suatu kelurahan atau wilayah.
Hasil pemetaan PHBS direkapitulasi secara berurutan dari KK nomor urut 1 s/d KK
nomor urut 210 ke dalam format rekapitulasi. Setelah itu lakukan prosedur sebagai berikut:
1. Jumlahkan jawaban (Ya) ke bawah untuk mengetahui persentasi besar-kecilnya masalah tiap
indikator dari 10 indikator PHBS.
2. Makin kecil persentasi cakupan program indikator PHBS makin besar masalah dari indikator
tersebut.
3. Berikan nomor urut masalah mulai dari persentasi indikator PHBS yang paling kecil sampai
persentasi yang paling besar.
4. Tentukan maksimal dua masalah perioritas yang akan diintervensi oleh lintas program dan
lintas sektor terkait tingkat puskesmas dan kabupaten/kota.
5. Jumlahkan jawaban (Ya) ke kanan untuk mengetahui klasifikasi PHBS tiap KK
- Klasifikasi I jika jawaban Ya banyaknya antara 1 s/d 3 (warnah merah)
- Klasifikasi II jika jawaban Ya banyaknya antara 4 s/d 6 (warnah kuning)
- Klasifikasi III jika jawaban Ya banyaknya antara 7 s/d 9 (warnah hijau)
- Klasifikasi IV jika klasifikasi III + dana sehat (JPKM) (warnah biru)
2.7 Pengelolaan Masalah Perilaku
Perilaku menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat
(reinforcing factors). Oleh sebab itu perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu
melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki
perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
10
30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga perkluster)
Perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural
yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang
mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan
strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu:
1. Gerakan Pemberdayaan Pemberdayaan
Gerakan Pemberdayaan Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan,
boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan
adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community
organisation) atau pembangunan masyarakat (community development).
Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok
untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun
masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan).
Di sinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan
program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat
oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan
sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
2. Bina suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di
11
manapun ia berada (keluarga di rumah, orang- orang yang menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui
atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase
tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina
Suasana, yaitu:
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana. Juga dapat
berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-
lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) di
bidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa
komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam
waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu:
(1) mengetahui atau menyadari adanya masalah,
(2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
(3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah,
(4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah, dan
(5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan
tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
12
- Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
- Dikemas secara menarik dan jelas
- Sesuai dengan waktu yang tersedia.
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan
KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri
didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 , pada tahun itu juga Puskesmas
mempunyai 1 buah Pustu Baringin.
Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan
saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu
sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas
sebanyak 15 kali.
Pada Tahun 1997 telah dilakukan renovasi Puskesmas secara maksimal, karena
adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor
dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.
Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen
terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi
13
dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian
bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang
obat, gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus Pelayanan Lansia.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Upaya
Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan
(Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berancana (KB), Program
Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan
Pengobatan (BP) juga ada Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan
Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya
Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).
3.2 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah
Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan
dengan luas:
a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2
b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2
c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2
d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2
e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2
f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2
g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2
3.3 Kondisi Demografi
14
Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50032 Jiwa yang terdiri
dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Bandar Buat : 14.359 jiwa dan 2.743 KK
b. Kelurahan Padang Besi : 6.797 jiwa dan 1.610 KK
c. Kelurahan Indarung : 11.069 jiwa dan 2.632 KK
d. Kelurahan Koto Lalang : 6.563 jiwa dan 1.550 KK
e. Kelurahan Batu Gadang : 6.480 jiwa dan 1.489 KK
f. Kelurahan Baringin : 2.277 jiwa dan 244 KK
g. Kelurahan Tarantang : 2.460 jiwa dan 439 KK
Dengan jumlah 44 RW. Dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Batu Gadang : 5 RW/ 21 RT
b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT
c. Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT
d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 43 RT
e. Kelurahan Koto Lalang : 8 RW/ 31 RT
f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT
g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT
15
3.4 Cara Identifikasi Masalah Perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan
Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan, dilakukan survey perilaku dengan indikator yang digunakan adalah
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Indikator PHBS rumah tangga yang dapat dinilai
adalah:
1. Persalinan ditolong tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif
3. Penimbangan bayi dan balita
4. Penggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tabel 1 Data Rumah Tangga Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Tahun 2012
NO KelurahanLinakes
%
ASI Ekslusif
%
Menimbang Balita
Air Bersih
CTPS JambanMemberantas
Jentik
Makan Buah Dan
Sayur
Aktifitas Fisik
Tdk Merokok
Rata2
1 Bandar Buat 97 63 59.2 72 48 74 45 52 65 46 62.12
16
2Padang Besi 98.2 66.1 78.7 89.6 47.1 72.4 38.5 91.3 63.2 40.2 68.53
3 Indarung 97.6 72.1 73.6 98.6 73.9 85.5 75 80 77.8 72.8 80.69
4 Koto Lalang 90 43 60 74 23 43 36 32 45 51 49.7
5Batu Gadang 97.6 64.5 66.3 88.2 51.2 76.3 40 71.1 65.4 50.8 67.14
6 Baringin 98 11.9 63.8 68.2 35.3 26.7 20.5 48 53 49.3 47.47
7 Tarantang 81.8 65.2 60.9 72.1 39.5 44 39.9 57.6 56 68 58.5
Puskesmas 94.3 55.1 66 80.3 45.2 60.2 45.2 60.7 60.7 54 62.17
Berdasarkan tabel diatas, tampak pencapaian indikator terendah adalah tidak mencuci
tangan dengan sabun, memberantas jentik dan tidak merokok di dalam rumah. Dan kelurahan
yang terbanyak PHBS yaitu Kelurahan Indarung (80.69%). Dan Kelurahan yang terendah PHBS
yaitu Kelurahan Baringin (47,47 %).
Masih kurangnya penerapan PHBS di rumah tangga sebagai salah satu perilaku
pencegahan penyakit tentunya menyebabkan berkurangnya kualitas kesehatan masyarakat. Hal
ini dapat dilihat dari kejadian penyakit yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan. Berikut
beberapa penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan
sehubungan dengan PHBS.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Cara identifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Cara identifikasi masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan telah mengikuti
tata cara yang seharusnya di mana langkah pertama dalam identifikasi masalah adalah dengan
melakukan survey PHBS. Survey PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan terakhir dilakukan tahun
18
2012. Dari survey tersebut didapatkan data pencapaian PHBS rumah tangga di wilayah kerja
Puskesmas lubuk Kilangan, yang digunakan sebagai landasan untuk mengidentifikasi masalah.
Berdasarkan tabel diatas, tampak pencapaian indikator terendah adalah tidak mencuci tangan
dengan sabun, memberantas jentik dan tidak merokok di dalam rumah. Dan kelurahan yang
terbanyak PHBS yaitu Kelurahan Indarung (80.69%). Dan Kelurahan yang terendah PHBS yaitu
Kelurahan Baringin (47,47 %).
Beberapa faktor penyebab rendahnya PHBS di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
adalah :
1. Faktor pendidikan / pengetahuan
Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap PHBS menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya pelaksanaan PHBS di rumah tangga. Meskipun berbagai
sosialisasi telah dilakukan, namun tidak mencapai seluruh kalangan masyarakat,
sehingga masih ada sejumlah masyarakat yang tidak tahu mengenai PHBS dan tidak
melaksanakannya.
2. Faktor sikap dan kebiasaan
Sikap sebagai salah satu domain perilaku juga menjadi faktor yang menentukan
keberhasilan pelaksanaan PHBS. Masih banyak masyarakat yang tertutup terhadap
informasi mengenai PHBS, dan juga masih ada masyarakat yang sudah tahu mengenai
PHBS tapi masih tidak melaksanakannya. Hal ini juga terkait kebiasaan yang sudah
sejak lama dilakukan seperti merokok, jarang olahraga, mencuci tangan hanya saat
akan makan dan tidak pakai sabun dan jarang makan buah dan sayur yang sulit
diubah.
3. Faktor sosial ekonomi
Faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat, khususnya
golongan masyarakat ekonomi rendah. Salah satu pengaruhnya adalah terhadap
19
kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari. Perekonomian keluarga yang kurang
menyebabkan mereka tidak bisa menyediakan buah dan sayur setiap hari di rumah.
4.2 Pengelolaan Masalah Perilaku di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
Setelah dilakukan pendataan dan identifikasi dan disimpulkan masalahnya, maka
dilakukan penyusunan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut. Dilakukan lokakarya
mini dengan mengundang tokoh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
Setelah itu, dilakukan pengolahan masalah. Pengelolahan masalah perilaku di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan dengan cara melakukan advokasi ke camat untuk
menggerakkan PKK dan kader, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, kemitraan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat dengan pihak lain dan DKK.
1. Advokasi ke camat untuk menggerakkan PKK dan kader.
Dengan adanya advokasi ke camat ini, diharapkan camat bisa menggerakkan PKK
yang sebagian besar anggotanya adalah kader untuk memberikan pengetahuan pada
masyarakat akan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2. Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat
Bina suasana dan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan pada daerah yang cakupan
PHBSnya masih rendah. Pembinaan dilakukan melalui dua cara yaitu:
a. Penyuluhan Perorangan
Penyuluhan perorangan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas bekerja
sama dengan kader setempat dengan mendatangi langsung rumah di wilayah yang
cakupannya masih rendah itu dan memberikan penyuluhan langsung.
b. Penyuluhan Kelompok
Penyuluhan kelompok ini dilakukan oleh petugas promosi kesehatan dari
Puskesmas Lubuk Kilangan kepada masyarakat secara berkelompok. Berdasarkan
data Laporan Tahunan Promosi Kesehatan, terdapat 10 kali penyuluhan dengan
tema PHBS dengan jumlah yang disuluh sebanyak 330 orang.
Pemberdayaan dilakukan dengan:
20
- Memberikan informasi pentingnya PHBS kepada kader agar kader tersebut dapat
menyampaikan informasi itu ke masyarakat.
- Mendorong kader agar menjadi contoh/role model bagi masyarakat untuk ber-
PHBS. Setelah dilakukan pembinaan dan pemberdayaan, untuk pemantauan
perilaku pasca pembinaan diberikan kepada masing-masing pembina wilayah.
Setiap bulannya pembina wilayah akan melaporkan mengenai perkembangan
perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.
3. Kemitraan
Kemitraan/kerja sama dilakukan Puskesmas Lubuk Kilangan dengan beberapa elemen
seperti:
- Dinas Kesehatan Kota; di mana DKK memberikan poster-poster dan spanduk
tentang PHBS kepada Puskesmas Lubuk Kilangan.
- Mahasiswa STIKES/koas; di mana mereka memberikan penyuluhan mengenai
PHBS terhadap masyarakat dan membuat leaflet PHBS untuk masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Identifikasi masalah di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan melalui
survey PHBS.
21
2. Cara menilai perilaku masyarakat adalah menilai sejauh mana masyarakat menerapkan 10
indikator PHBS.
3. Pengelolaan masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan melalui 3 cara:
advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah
faktor pendidikan/pengetahuan, sikap dan kebiasaan, dan sosial ekonomi..
5.2 Saran
1. Diteruskan dan ditingkatkan kegiatan sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai
PHBS dan rumah tangga sehat, baik melalui penyuluhan, media informasi (poster,
pamflet, leaflet).
2. Melakukan pemberdayaan kader untuk program bina suasana dan kegiatan advokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program PHBS, Makasar, 2006.
Lasma Rohani. Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Desa Medan. Medan, 2007.
Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2012
Nengah Adnyana, Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Bali, 2012.
22
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat-Prinsip Dasar. Jakarta, 2003.2.5.
23