Transcript

Hardanti Kartika Putri20141030016=Manajemen Penunjang Farmasi=Sistem Peresepan OnlineManajemen adalah suatu proses bekerja dengan orang-orang dan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jadi, dapat ditarik suatu pengertian umum bahwa pengelolaan merupakan suatu proses pengkoordinasian, pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. (Bateman & Snell,2008)Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. (Depkes RI, 2007).Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian. (Siregar ,2004)Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya bagian di rumah sakit yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan obat, hal ini diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Tujuan dari manajemen obat di rumah sakit yaitu agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan serta memberikan manfaat bagi pasien dan rumah sakit.Tujuan pelayanan farmasi ialah :a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersediab. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesic. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obatd. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlakue. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayananf. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanang. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

Untuk meningkatkan sistem pelayanan farmasi, dapat dilaksanakan pada satu instalasi farmasi terpadu yang melayani rawat jalan, rawat inap, sekaligus sebagai penyimpanan sediaan farmasi. Sistem pelayanan resep menggunakan sistem online, dimana resep obat tidak dibawa oleh pasien, tetapi dikirimkan secara online oleh dokter dari tempat pelayanan ke instalasi farmasi. Hal ini dapat meningkatkan kualitas penulisan resep dan mengurangi kesalahan pengobatan dibandingkan dengan sistem kertas dan dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengurangi kesalahan medis dan jaminan kualitas dukungan dari resep obat dan administrasi di rumah sakit. ( Fowlie, Bennie, 2000)Volume pelayanan yang besar terutama pada jamjam sibuk (12.00-14.00) menyebabkan keterlambatan pelayanan dan terjadinya resiko kesalahan pembacaan resep, terutama akibat tulisan dokter yang tidak jelas, tidak lengkap dan kesalahan penulisan resep, hal tersebut dikhawatirkan menyebabkan terjadinya medication error, serta ketidak sesuaian resep dokter terhadap formularium dan kecepatan dispensing obat yang masih rendah akan berakibat pada kualitas pelayanan obat. (Ulfah,2008)Diharapkan dengan sistem peresepan online/komputerisasi penulisan resep dari bangsal rawat inap langsung terkirim ke Instalasi Farmasi, akan bisa mengatasi masalah-masalah tersebut diatas. Meningkatkan akurasi penulisan resep dokter, meningkatkan kesesuaian resep dokter terhadap formularium, mempercepat waktu pelayanan obat, mengamati penerimaan dan kesiapan petugas terhadap teknologi informasi. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen untuk membandingkan pre testpost test design tanpa kontrol. Yaitu pada penelitian untuk membandingkan akurasi resep dokter, kesesuaian resep dokter terhadap formularium dan kecepatan waktu pelayanan obat.

Referensi :Bateman, Thomas S. Dan Snell, Scott A. (2008). Manajemen Kepemimpinan dan Kolanorasi dalam Dunia yang Kompetitif. Salemba Empat. Jakarta hal. 20.

Siregar, Charles. JP., (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I, Penerbit EGC, Jakarta.

Departeman Kesehatan RI. (2007). Pelayanan Kefarmasian di Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Fowlie et al. (2000). Evaluation of an electronic prescribing and administration system in a British hospital. The Pharmaceutical JournalVol 265 No 7114Ulfah, H. (2008) Evaluasi sistem peresepan Online di Bangsal rawat inap RSU Muhammadiyah Purworejo. Electronic theses and Dissertation Universitas Gajah Mada.


Top Related