Download - Manajemen Nyeri Jwdbvkenfvhjw
PENDAHULUAN
Pain : peone (Yunani) hukuman Pada jaman dulu : nyeri dikaitkan dengan
hukuman, setan, atau magic penghilangan nyeri merupakan tanggung-jawab dari pendeta, dukun, atau pengusir setan, menggunakan tanaman, atau ritual dan upacara tertentu
DEFENISI NYERI
Menurut The Internasional Assosiation for The Study of Pain (IASP) Nyeri adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berorientasi rusak atau tergambar sebagai adanya kerusakan itu.
MEKANISME NYERI
Reseptor untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor.
Terdapat 4 proses : Transduksi Transmisi Modulasi Persepsi
TRANSDUKSI
Kerusakan dikeluarkannya senyawa biokimiawi antara lain ion H, K, prostaglandin dari sel yang rusak + bradikinin dari plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi P dari ujung saraf
TRANSMISI
Transmisi neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak.
melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar.
MODULASI
Proses aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur transmisi nociceptor tersebut.
impuls nyeri sampai di pusat saraf dikontrol oleh system saraf pusat mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari system saraf seperti bagian cortex ditransmisikan melalui saraf-saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.
PERSEPSI
Persepsi adalah proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan
dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory (mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional,dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut.
Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf aferen (serabut nociceptor), yang terdiri dari dua macam:
SELF REPORTED
Visual analog scale
Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7 = nyeri sedang dan 7-10 = nyeri berat
MANAJEMEN NYERI
Tujuan Penatalaksanaan Nyeri Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri
akut menjadi gejala nyeri kronis yang persisten Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan
akibat nyeri Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau
intoleransi terhadap terapi nyeri Meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
STRATEGI TERAPI
Terapi non-farmakologi Intervensi psikologis: Relaksasi, hipnosis, dll. Transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS) utk nyeri bedah, traumatik Terapi farmakologiAnalgesik : non-opiat dan opiat
Step 1: untuk nyeri ringan. Terapi pada step ini menggunakan obat pilihan non - opioid, meliputi paracetamol, NSAID ditambah dengan adjuvant (Tricyclic antidepressant atau anticonvulsant therapy)
Step 2 : untuk nyeri sedang. Terapi pada step ini menggunakan kombinasi opioid potensi ringan atau sedang dengan analgesik non opioid ditambah dengan adjuvant
Step 3 : untuk nyeri Berat. Terapi ini menggunakan NSAID, opioid kuat dan adjuvant
PARACETAMOL
analgetik dan antipiretik yang baik Menghambat pembentukan prostaglandin secara
sentral, namun tidak di jaringan, tidak berefek sebagai anti-inflamasi
Tidak memiliki efek antiplatelet Efek samping ringan dan jarang, relatif tidak
menyebabkan gangguan lambung Dosis 650-1000 mg, tiap 6-8 jam Pada dosis terapinya aman bagi banyak kondisi
kesehatan, anak-anak dan ibu hamil/menyusui.
ASETOSAL
Memiliki aktivitas analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi
Memiliki efek antiplatelet mencegah pembekuan darah tidak digunakan pada pasien dengan gangguan pembekuan darah, sirosis hati, trombositopenia,
Disis 650-1000 mg, tiap 4-6 jam Bersifat asam iritasi mukosa lambung.
jangan diminum ketika lambung kosong. Tidak direkomendasikan bagi pasien yang memiliki riwayat gangguan lambung.
ASAM MEFENAMAT
analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi yang cukup, tapi tidak lebih kuat daripada asetosal.
Bersifat asam gangguan lambung. Banyak menyebabkan efek samping :
trombositopenia, dan ruam kulit Sebaiknya tidak digunakan dalam jangka
waktu lama
ANALGESIK OPIAT
Bekerja pada reseptor opiat di SSP reseptor yang memodulasi
transmisi nyeri menurunkan persepsi nyeri dg cara menyekat nyeri pada berbagai tingkat, terutama di otak tengah dan medulla spinalis
Reseptor opiat ada 3 : Reseptor μ (mu) : Berperan dalam Analgesia
supraspinal, Depresi respirasi, Euforia, Ketergantungan
Reseptor κ (kappa) : Berperan dalam analgesia spinal, miosis, sedasi
Reseptor δ (delta) : disforia, halusinasi, stimulasi pusat vasomotor
ObatReseptor
Dosis Tipe Nyeriµ (mu) δ (delta) K (kappa)
Agonis :
Kodein, tramadol. Agonis lemah Agonis lemah
Dapat diberikan secara oral, i.m, atau i,v 50-100mg dan dapat diulang setiap 4-6
jam. Dosis max 400mg/hari.Nyeri ringan sampai
sedang
Morfin Agonis Agonis lemah Agonis lemah
- Nyeri sedang : 0,1-0,2 mg/kgBB. Subkutan, I.M, dan dapat diulang tiap 4 jam.
- Nyeri hebat : 1-2 mg I.V. Dapat diulang sesuai keperluan
- Nyeri pasca bedah/nyeri persalinan : 2-4 mg epidural atau 0,05-0,2 mg intratekal. Dapat diulang 6-12 jam
Nyeri sedang sampai berat
Fentanil Agonis
1-3 µg/kgBB.50-150 µg/kgBB, untuk induksi dan pemeliharaan anastesi
Meperidine Agonis i.m 1-2mg/kgBB, dapat diulang 3-4 jam.i.v 0,2-0,5 mg/kgBB
Agonis parsial :Buprenorphine,
PentazosinAgonis parsial Agonis
Dosis analgesi 0,3 mg i.v/i.m tiap 6 jam/0,4-0,8 mg sublingual.
Antagonis :
Nalbuphine Antagonis Agonis
Butorphanol Antagonis Dosis dewasa 1-4 mg i.m/0,5-2 mg i.v dapat diulang 3-4 jam.
Nalokson Antagonis Antagonis Antagonis
lawan depresi napas, dosisi dicicil 1-2µg/kgBB i.v dapat diulang tiap 3-5 menit, -ventilasi dianggap baik. Pada keracunan opioid, perinfus 3-10µg/kgBB.
ADJUVAN
Terapi lain tetapi efektif pada pengobatan nyeri. Contoh : Relaksasi otot Antidepresan Anti konvulsan Kortikoteroid
TERAPI NYERI PASCA BEDAH
Analgesik preemtif intervensi sebelum operasi untuk mencegah/mengurangi nyeri pasca operasi
Epidural analgesik, opioid, NSAID, Ketamin
Balance anestesi Pilihan Analgesik untuk nyeri pasca bedah
Non-opioid analgetik
Paracetamol, NSAIDs, Including COX-2 inhibitors, gabapentin, pregabalin.
Opioid lemah
Codein, Tramadol, Paracetamol dikombinasikan dengan codein atau tramadol.
Opioid kuat Morphine, fentanil, petidin.
Adjuvant Ketamin, klonidin