Transcript
Page 1: Manajemen Limbah Padat Domestik

BAB 1PENDAHULUAN

Limbah padat atau sampah (solid waste) secara umum dapat diartikan

sebagai semua buangan yangdihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang

tidak diinginkan ataudigunakan lagi, baik berbentuk padat atau setengah

padat.Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia selalu menghasilkan sampah

danhampir setiap hari manusia menghasilkan sampah. Jika sampah tersebut

tidakdikelola dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai masalah

sepertimasalah estetika karena bau yang ditimbulkannya, menjadi vektor

penyakitdan dapat menganggu kualitas tanah dan air tanah sekitarnya.

Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan

kesehatanmanusia maka perlu dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan

yang baikmulai dari sumber, pengumpulan, transportasi hingga ke

TempatPembuangan Akhir (TPA). Dalam perancangan sistem

pengelolaanpersampahan suatu daerah diperlukan data mengenai timbulan

sampah, komposisi dankarakteristik sampah yang dihasilkan di daerah yang

direncanakan.

Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-

hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan

sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia

dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan menurut ilmu kesehatan

lingkungan adalah sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak siap

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa

sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.

Keberadaan jumlah sampah di perkotaan dari waktu ke waktu kian banyak,

jika tidak dikelola secara baik dan benar, dapat menimbulkan berbagai dampak

terhadap kualitas kehidupan lingkungan, utamanya kualitas air, polusi udara,

tanah, biologi, sosial ekonomi serta budaya. Karena demikian maka cara

Page 2: Manajemen Limbah Padat Domestik

memandang dan mengelola sampah harus diubah dari kebiasaan membuang

sampah secara sembarangan menjadi mengola sampah.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan

serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah

tangga terdiri atas: (a) pengurangan sampah; dan (b) penanganan sampah. Di

mana pengurangan sampah yang dimaksud meliputi kegiatan: (a) pembatasan

timbulan sampah; (b) pendauran ulang sampah; dan/atau (c) pemanfaatan kembali

sampah.

Penanganan sampah atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang

dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran

dan lain sebagainya yang meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir secara sistematis, menyeluruh

dan berkesinambungan melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA).

Penanganan persampahan merupakan bagian untuk mendukung

terwujudnya lingkungan yang berkualitas dan lestari, lingkungan perumahan

layak huni serta pengurangan timbulan sampah dari sumbernya dengan

penanganan sampah berwawasan lingkungan. Namun berbagai tantangan yang

dihadapi pada sub sektor persampahan, maka secara non teknis strategi yang akan

ditempuh kedepan dalam pengelolaan limbah domestik adalah meningkatkan

kapasitas kelembagaan, peraturan, koordinasi lintas sektor, berupaya mendapatkan

dukungan pendanaan dari berbagai pihak, memaksimalkan sosialisasi dan

advokasi, dan secara teknis mengoptimalkan sarana dan prasarana pengelolaan

persampahan yang sudah ada sesuai standar, serta menambah fasilitas pendukung

untuk meningkatkan cakupan pelayanan.

Page 3: Manajemen Limbah Padat Domestik

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

A.      PENGERTIAN LIMBAH ATAU SAMPAH

Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan

karenapembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau

sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi

kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan

bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa

berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka

menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu

lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah

secara benar maka bias menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.

B.      DEFINISI LIMBAH PADAT

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur

atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari

kegiatan industri dan domestik.

Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga,

limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari

tempat-tempat umum.Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit

tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll.

Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula,

pulp, kertas, rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging.

Secara garis besar limbah padat terdiri dari :

1)      Limbah padat yang mudah terbakar.

2)      Limbah padat yang sukar terbakar.

3)      Limbah padat yang mudah membusuk.

4)      Limbah yang dapat di daur ulang.

5)      Limbah radioaktif.

6)      Bongkaran bangunan.

7)      Lumpur.

Page 4: Manajemen Limbah Padat Domestik

C. PENGGOLONGAN SAMPAH MENURUT SUMBERNYA

Sampah yang ada dapat berasal dari beberapa sumber berikut:

1. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang

terdapat di desa atau dikota. Jenis samp[ah yang dihasilkan biasanya

sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah

basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu atau sampah sisa

tumbuhan.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat

perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu

dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-

sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara alain, tempat

hiburan dan umum, jalan umum, tempat parker, tempat layanan

kesehatan (missal : rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer,

gedung pertemuaan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang

lain. Temapt ini biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah

kering.

4. Industry berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,

industry kayu, industry kimia, industry logam, tempat pengolahan air

kotor dan air minum, dan kegiatan industry lainnya, baik yang sifatnya

distributive atau memproses bahan mentah saja. Samapah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya samah basah, sampah kering, sisa-

sisa bangunan, sampah khusus, dan sangat berbahaya.

Page 5: Manajemen Limbah Padat Domestik

5. Pertanian

Sampah berasal dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti

kebun, lading, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-

bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk,

maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

D. JENIS SAMPAH PADAT

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut :

a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya

1) Organic, missal : sisa makanan, daun, sayur dan buah

2) Anorganik, misalnya : logam, pecah belah, abu dan lain-lain.

b) Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

1) Mudah dibakar, missal : kertas plastic, daun kering, kayu

2) Tidak mudah dibakar, missal : kaleng, besi, gelas dan lain-lain

c) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

1) Mudah membusuk, missal : sisa makanan, potongam daging,

dan sebagainya

2) Sulit membusuk, missal : plastic, karet, kaleng, dan sebagainya

d) Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

1) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat

terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses

pembususkan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah

jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan,

rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

2) Rubbish, terbagi menjadi dua :

a. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organic,

missal: kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.

b. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat

anorganik, missal: kaca, kaleng, dan sebagainya.

3) Ashes, semua sisa pembakaran dari industry

4) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas

mesin atau manusia

Page 6: Manajemen Limbah Padat Domestik

5) Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan

sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami

6) House hold refuse, atau sampah campuran (missal, garbage,

ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan

7) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan

8) Demolision waste, berasal dari dan hasil sisa-sisa pembangunan

gedung

Contructions waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan

gedung, seperti tanah, batu dan kayu

9) Sampah industri, bersal dari pertanian, perkebunan dan

industry

10) Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang

biasanya berupa zat organic, pada pintu masuk pusat

pengolahan limbah cair

11) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan

khusus seperti kaleng dan zat radioaktif

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH SAMPAH

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sampah, yaitu:

a) Jumlah Penduduk

Jumalah penduduk begantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.

Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau

ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas

penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada

aktivitas pembangunan, perdagangan, industry, dan sebagainya.

b) System pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika

dibandingkan dengan truk

c) Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali

Page 7: Manajemen Limbah Padat Domestik

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memilki nilai ekonomi

bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan,

jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

d) Faktor Geografis

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai

atau di dataran rendah

e) Faktor Waktu

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Jumlah

sampah perhari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada

siang hari lebih banyak daripada jumlah dipagi hari, sedangkan sampah di

daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu

f) Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

g) Faktor Musim

Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu

air, atau penyaringan air limbah

h) Kebiasaan Masyarakat

Contoh, jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau

tanaman sampah makanan itu akan meningkat

i) Kemajuan Teknologi

Akibat kemajuan teknologi, jumalah sampah dapat meningkat.

Contoh,plastic, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas dan sebagainya

j) Jenis Sampah

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula

macam dan jenis sampahnya

F. KOMPOSISI SAMPAH PADAT

Komposisi sampah padat sangat bervariasi tergantung dari sumbernya,

dari yang terbentuk sangat padat (seperti besi) hingga yang berbentuk

busa/gabus. Selain itu, volume sampah juga bervariasi dari yang besar seperti

bangkai kendaraan hingga yang berbentuk abu.

Page 8: Manajemen Limbah Padat Domestik

Komposisi sampah suatu daerah yang ingin diketahui bergantung pada

rencana pengolahan sampah yang akan dipakai. Atau sebaliknya, komposis

sampah suatu daerah harus diketahui lebih dahulu untuk perencanaan

pengolahan sampah selanjutnya.

Para ahli mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menentukan komposisi

sampah suatu daerah. Salah satunya ialah dengan menghitung jumlah

bahan/materi sampah dalam dalam gram/ % dari sampah yang terdiri atas

bahan-bahan berikut :

a. Logam : kaleng-kaleng, besi, paku dan sejenisnya

b. Benda terbuat dari bahan kertas : kertas, Koran, majalah, karton, dan

lain-lain

c. Benda terbuat dari bahan plastic : plastic pembungkus, bekas alat-alat

rumah tangga dan lain-lain

d. Benda terbuat dari bahan karet : ban, sandal, dan lain-lain

e. Benda terbuat dari bahan kain : sobekan-sobekan kain, gorden, dan

lain-lain

f. Benda terbuat dari kaca/beling : pecahan gelas, lampu, botol dan lain-

lain

g. Benda terbuat dari bahan kayu : kayu, ranting, kursi, meja dan lain-lain

h. Garbage : sisa-sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dan lain-lain

i. Bahan-bahan dari batu, tanah, abu, dan lain-lain

Komposisi dari bahan-bahan tersebut penting untuk diketahui dalam

perencanaan pengolahan sampah, mulai dari cara pengangkutan,

pengumpulan, dan pembuangan/pemusnahan sampah suatu daerah. Selain itu,

dengan diketahuinya komposisi sampah tersebut, dapat diupayakan daur

ulang dari bahan-bahan sampah yang masih dapat terpakai, misalnya besi,

kaca, kertas, plastic, dan lainnya.

Page 9: Manajemen Limbah Padat Domestik

G. PENGOLAHAN SAMPAH PADAT

Ada beberapa tahapan di dalam pengolahan sampah padat yang baik, di

antara tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber, tahap

oengangkutan dan tahap pemusnahan.

1. Tahap pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber

Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan

sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam

hal ini tempat. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan

dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya.

Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat basah) yang

digunakan harus memenuhi persyaratan berikut :

1) Kontruksi harus kuat dan tidak mudah bocor

2) Memiliki tutp dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan

3) Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang

Dari tempat penyimpanan, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan

ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang

digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya

dapat diserahkan pada pihak pemerintah.

Untuk pembangunan suatu dipo, ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, diantaranya :

1) Dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan

setinggi kendaraan pengangkut sampah

2) Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah

3) Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah

lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo

4) Ada keran air untuk membersihkan

5) Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus

6) Mudah dijangkau masyarakat

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :

a) System duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah

b) System trio : tempat sampah basah, sampah kering, dan tidak

mudah terbakar

Page 10: Manajemen Limbah Padat Domestik

2. Tahap Pengangkutan

Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau

pemusnahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah

yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota.

3. Tahap Pemusnahan

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode

yang dapat digunakan, antara lain :

1) Sanitary Landfill

Sanitary Landfill adalah system pemusnahan yang paling baik.

Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara

menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi

selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang

terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi

sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus

memenuhi persyaratan berikut :

a) Tersedai tempat yang luas

b) Tersedia tanah untuk menimbun

c) Tersedia alat-alat besar

Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi

dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran,

dan sebagainya.

2) Incineration

Inceneration atau insenerasi merupakan suatu metode

pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara

besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat

system ini, antara lain:

a) Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya

b) Tidak memerlukan ruang yang luas

c) Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap

d) Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal

jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Page 11: Manajemen Limbah Padat Domestik

Adapun kerugaian yang ditimbulkan akibat penerapan metode

ini :

a) Biaya besar

b) Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena

keberatan penduduk

Peralatan yang digunakan dalan insenerasi, antara lain :

1. Charging apparatus

Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah

yang berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Ditempat

ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.

2. Furnace

Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang

dilengkapi dengan jeruji, besi yang berguna untuk mengatur

jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan

sampah yang belum terbakar. Dengan demikian, tungku

tidak terlalu penuh.

3. Combustion

Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala

apai yang lebih panas dan berfungsi untuk membakar

benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.

4. Chimney atau stalk

Chimnet atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan

asap keluar dan mengalirkan udara kedalam.

5. Miscellaneous features

Miscellaneous features adalah tempat penampungan

semntara dari debu yang terbentuk, yang kemudian diambil

dan dibuang.

3) Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses

dekomposisi zat organic oleh kuman-kuman pembusuk pada

kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos

atau pupuk. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos :

Page 12: Manajemen Limbah Padat Domestik

a) Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai

pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya

b) Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih

kecil (minimal berukuran 5cm)

c) Pencampuran sampah dengan mmerhatikan kadar karbon

dan nitrogen yang paling baik (C:N = 1:30)

d) Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu

dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses

aerobic.

e) Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 4-5 kali selama

15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik. Perlu

diingat bahwa galian tersebut jangan sampai menjadi

tempat bersarang hewan pengerat atau serangga.

4) Hot feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (missal babi).

Perlu doongat bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih

dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan

penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.

5) Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam system

pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan

system pembuangan air limbah memang baik.

6) Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan,

jurang, atau tempat sampah

7) Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungat atau laut. Akibatnya,

terjadi pencemaran pada air dan pandangkalan yang dapat

menimbulkan bahaya banjir.

8) Individual incineration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakuakn oleh

penduduk terutama di daerah perdesaan.

Page 13: Manajemen Limbah Padat Domestik

9) Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih

dapat dipakai atau di daur ulang. Contoh bagian sampah yang

dapat di daur ulang antara lain, plastic, gelas, kaleng, besi dan

sebagainya.

10) Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara mengahncurkan sampah

(biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih

kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.

11) Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali, misalnya,

kertas bekas. Bahasanya adalah bahwa metode ini dapat

menularkan penyakit.

H. MANAJEMEN SAMPAH

Untuk pengelolaan sampah dibutuhkan sejumlah tenaga. Jumlah dan

kualitas tenaga tersebut tergantung dari besar kecilnya permasalahan sampah

yang dikelola. Sebagai contoh dapat dilihat pada struktur organisasi dibawah

ini.

GUBERNUR

DINAS DINAS KEBERSIHAN

WALI KOTA

SUKU DINAS SUKU DINAS KEBERSIHAN

KECAMATAN

PENILIK KEBERSIHAN

Page 14: Manajemen Limbah Padat Domestik

1. Peralatan

Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah padat antara

lain, sapupengki atau ica, cangkul/cangkrang, skop, truk, truk pemadat,

crane hopper, dragline traktor, bullodozer,dan lain-lain. Di samping itu,

dibutuhkan juga alat pelindung diri seperti topi, masker, tutup telinga,

pakaian kerja, sarung tangan, sepatu, dan kacamata bila perlu.

2. Biaya

Setiap pelaksanaan suatu program tidak luput dari rencana anggaran

biaya. Alokasi biaya pada pengelolaan sampah meliputi :

1) Honor/gaji petugas

2) Pembelian alat-alat

3) Biaya operasi/bahan bakar dan pemeliharaan alat-alat

4) Pembelian tanah untuk lokasi kantor, tempat penampungan

sementara, dipo, serta tempat pembuangan

5) Biaya alain, seperti listrik, air, telepon, dan lainnya.

I. DAMPAK NEGATIF SAMPAH

Sampah padat yang bertumpuk dan tidak dapat teruraikan dalam waktu yang

lama akan mencemarkan tanah dan lingkungan. Yang dikategorikan sampah padat

adalah bahan yang tidak dipakai lagi (re-use) karena telah diambil bagian-bagian

utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara

ekonomi tidak ada harganya.

Ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan, yaitu :

a.Dampak terhadap kesehatan

Page 15: Manajemen Limbah Padat Domestik

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai atau pembuangan

sampah yang tidak terkontrol merupakan tempat ( habitat ) yang cocok bagi

kehidupan beberapa organisme dan menarik bagi berbagai jenis hewan/ binatang

seperti, lalat, nyamuk, tikus dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah;

– Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal

dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat, bercampur air minum.

– Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat meningkat dengan cepat di

daerah yang pengelolaan sampahnya kurang baik.

– Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)

– Penyakit cacingan menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya

adalah penyakit cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam

pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/

sampah.

b.Dampak terhadap lingkungan

Rembesan cairan sampah yang membawa zat kimia berbahaya jika tanpa

dikelola masuk ke dalam saluran air (drainase) atau sungai akan mencemari air.

Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati, hal tersebut mengakibatkan

berubahnya ekosistem biologis. Penguraian sampah yang di buang ke dalam air

akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain

berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.

c.Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi

Dampak-dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi tersebut adalah

sebagai berikut:

– Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya derajat

kesehatan masyarakat. Hal yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah resiko

meningkatnya beban pembiayaan bagi warga yang sakit ketika si pasien berobat

atau dirawat di rumah sakit.

Page 16: Manajemen Limbah Padat Domestik

– Infrastruktur jalan dan got/saluran air juga dipengaruhi oleh pengelolaan

sampah yang tidak memadai, jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak

efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya ke jalan atau got/saluran air.

Hal ini mengakibatkan jalan dan got/ saluran air kotor atau rusak hingga perlu

lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

Page 17: Manajemen Limbah Padat Domestik

BAB 3TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH

A. TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH

Pembuangan sampah akhir merupakan suatu upaya yang tidak mungkin

dicarikan alternatifnya, kecuali harus dimusnahkan atau dimanfaatkan. Hal ini

mengingat pengaruh yang dapat ditimbulkan jika perencanaan pemusnahan dan

pemanfaatan sampah tidak dilakukan dengan baik.

Teknologi pemanfaatan dan pembuangan akhir sampah dapat dibagi seperti

berikut :

a) Pemanfaatan sampah dengan teknik pengolahan yang dapat

menjadikan sampah sebagai bahan yang berguna, misalnyapembuatan

kompos dan biogas

b) Pemusnahan atau reduksi sampah dengan insenerator dan metode

sanitary landfill.

1. Teknologi Pengolahan dengan Kompos

Pengolahan sampah garbage dilakukan secara biologis dan

berlangsung dalam keadaaan aerobic dan anaerobic. Proses dekomposisi

sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau humus.

Proses dekomposisi yang sifatnya anaerobic berlangsung dengan sangat

lambat dan mengahsilkan bau, tetapi dekomposisi aerobik berlangsung

relatif lebih cepat dari dekomposisi anaerobic dan kurang menimbulkan

bau.

Ada beberapa metode pembuatan kompos, antara lain :

a) Secara alami

Proses pembuatan kompos secara alami dapat dilakukan baik

secara tradisional (anaerobik) maupun secara sederhana (aerobic).

Metode tradisional banyak digunakan oleh petani. Pada metode ini,

bahan organic dihancurkan tanpa bantuan udara, yaitu dengan

meletakkan tumpukan sampah di dalam lubang tanpa udara di

tanah dan dibiarkan beberapa saat. Pembuatan kompos dengan

metode ini memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan

kompos selain dapat menimbulkan bau akibat pembentukan gas

Page 18: Manajemen Limbah Padat Domestik

H2S dan NH3. Pembuatan kompos dengan metode sederhana

dilakukan dengan cara mengaduk atau mebolak-balikkan sampah

atau dengan menambahkan nutrient yang berupa lumpur atau

kotoran binatang ke dalam sampah.

b) Mekanis

Pembuatan kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk

menghasilkan kompos dalam waktu yang singkat. Sampah organic

yang telah dipisahkan dari sampah anorganik (karet, plastic,

logam) dipotong kecil-kecil dengan alat pemotong. Potongan

sampah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

digesterstabilizator agar terjadi dekomposisi. Dalam digester ini

perlu dilakuakn pengaturan suhu, udara, dan pengadukan sampah.

Setelah 3-5 hari, kompos sudah dapat dihasilkan dank e dalamnya

dapat pula dialiri zat kimia tertentu untuk keperluan tanaman

(missal, karbon, nitrogen, fosfor, sulphur dan sebagainya).

2. Teknologi Pengolahan dengan Gas Bio

Gas bio merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari proses

fermentasi dan proses pembususkan oleh bakteri anaerobic terhadap

bahan-bahan organic termasuk kotoran manusia, kotoran hewan, sisa-sisa

pertanian, ataupun campurannya pada alat yang dinamakan penghasil gas

bio. Agar efektif, proses tersebut harus berlangsung dalam kondisi baik,

misalnya, pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu yang tetap dan pH

yang netral. Karena termasuk bahan bakar, gas bio memilki nilai ekonomis

tinggi sebagai sumber energy alternative, disamping dapat mengurangi

dampak akibat pembuangan kotoran yang tidak diolah.

Komposisi gas bio terdiri atas gas metan, karbon dioksida, nitrogen,

monoksida, oksigen dan hydrogen sulfida. Konsentrasi gas metan cukup

tinggi dan bila bercampur dengan udara akan menghasilkan gas bakar.

Karakteristik gas metan murni, antara lain, tidak berwarna, tidak berbau,

dan tidak berasa. Nilai kalor panasnya cukup tinggi, antara 4.000-6.700

kcal/m atau hamper sama dengan energy yang diperlukan untuk

Page 19: Manajemen Limbah Padat Domestik

mendidihkan 130 kg air pada suhu 20oC atau energy yang diperlukan

untuk menyalakan lampu ukuran sekitar 60-100 watt selama 5-6 jam.

3. Teknologi Pengolahan dengan Insenerator

Insenerator (incinerator) adalah alat untuk membakar sampah secara

terkendali melaui pembakaran suhu tinggi. Insenerator merupakan salah

satu metode pembuangan sampah yang dapat diterapkan di daerah

perkotaan atau didaerah yang sulit mendapatkan lahan untuk membuang

sampah. Keuntungan metode ini adalah bahwa pembakaran dapat

dilakukan pada semua jenis sampah kecuali batu atau logam dan

pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi iklim. Suhu yang masih tinggi

dalam insenerator dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan generator atau

mengeringkan lumpur pada pengolahan air kotor.

Residu pe,bakaran berupa abu dapat dimanfaatkan untuk menimbun

tanah. Abu yang dihasilkan kurang lebih 20-25% total berat sampah yang

dibakar atau sekitar 5-10% total volume sampah yang dibakar.

Kerugiannya, tidak semua jenis sampah dimusnahkan, terutama sampah

dari logam, selain dapat mengakibatkan pencemaran udara jika insenerator

tidak dilengkapi dengan air pollution control.

Negara maju telah banyak dibangun insenerator modem dengan panas

yang tinggi dan rancangan sedemikian ruapa sehingga dapat membakar

relative semua jenis sampah menjadi abu dan tetap menjaga lingkungan

dari pencemaran. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa abu sisa

pembakaran secara berkala harus diambil dan dibuang. Dengan demikian,

perlu disediakan tempat khusus untuk pembuangan abu sisa pembakaran.

4. Teknologi Pengolahan dengan Sanitary Landfill

Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh

dari lokasi pemukiman. Di tempat tersebut, tumpukan sampah diratakan

dan dipadatkan kemudian ditimbun dengan tanah selapis demi selapis.

Ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik

sanitary landfill ini, yaitu :

a) Metode galian parit (trench method)

Page 20: Manajemen Limbah Padat Domestik

Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah

bekas galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah

yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan diratakan

kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di

sebelah parit terdahulu.

b) Metode area

Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-

rawa atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan

tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.

c) Metode Ramp

Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di

atas. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan

setiap[ hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm diatas tumpuka

sampah.

Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau

(pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parker,

dan sebagainya.

Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi

masyarakat maupunlingkungan daerah sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada

yang positif da nada yang negatif.

a) Pengaruh yang baik

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang

positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikutb :

1) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam

rawa-rawa dan dataran rendah

2) Sampah dimanfaatkan untuk pupuk

3) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah

menjalani proses pengolahan yang telah ditentukan lebih

dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut

terhadap ternak

Page 21: Manajemen Limbah Padat Domestik

4) Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembang biak serangga atau binatang pengerat

5) Menurunkan insiden kasus penyakit menular yang erat

hubungannya dengan sampah

6) Keadaaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan

kegairahan hidup masyarakat

7) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan

budaya masyarakat

8) Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran

dana kesehatan suatu Negara sehingga dana itu dapat

digunakan untuk keperluan lain

b) Pengaruh negatif

Pengolahan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh

negative bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan

social ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut :

1) Pengaruh terhadap kesehatan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan

sampah sebagai tempat perkembangbiakan vector penyakit,

seperti lalat atau tikus

b) Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat

karena vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam

sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan

c) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara

sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi,

kaca dan sebagainya

d) Gangguan psikomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress

dan lain-lain

2) Pengaruh terhadap lingkungan

a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata

b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan

menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk

Page 22: Manajemen Limbah Padat Domestik

c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara

dan bahaya kebakaran yang lebih luas

d) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan

menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi

dangkal

e) Apabila musim hujan dating, sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada

sumber air permukaan atau sumur dangkal

f) Air banjir mengakibatkan kerusakan pada fasilitas

masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air

3) Terhadap social ekonomi dan budaya masyarakat

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan

keadaan social budaya masyarakat setempat

b) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan

menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk dating

berkunjung ke daerah tersebut

c) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk

setempat dan pihak pengelola (misal, kasus TPA

Bantargebang, Bekasi)

d) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja

sehingga produktivitas masyarakat menurun

e) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana

yang besar sehingga dana untuk sector lain berkurang

f) Penurunan pemasukam daerah (devisa) akibat penurunan

jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan

pengahasilan masyarakat setempat

g) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu

produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis

h) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan

kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan

transportasi barang dan jasa

Page 23: Manajemen Limbah Padat Domestik

B. UKURAN PENGELOLAAN SAMPAH

Dalam pengelolaan sampah padat ukuran-ukuran yang sering dipakai

adalah ukuran berat, berat jenis/kepadatan, dan volume.

1. Ukuran Berat

Ukuran berat yang sering dipakai adalah :

1) Ton per hari untuk jumlah produksi sampah dari suatu daerah

2) Kilogram per orang per hari atau gram per orang per hari untuk

produksi sampah per orang atau per kapita

Ukuran berat baik digunakan karena hasil perhitungan produksi

sampah dengan ukuran berat dapat dibandingkan antara satu daerah

dan daerah lain, atau antara satu kota/Negara dengan kota/Negara

lain. Adapun kekurangan adalah dengan menggunakan ukuran berat,

maka diperlukan alat timbangan sehingga dibutuhkan modal cukup

besar. Untuk kota atau Negara yang sedang berkembang, kebutuhan

akan alat tersebut kadang menjadi hambatan dalam pengelolaan

sampah padat.

2. Ukuran Berat Jenis/Kepadatan

Ukuran berat jenis digunakan bila pemakaian ukuran berat belum

dapat terpenuhi. Untuk itu dibutuhkan suatu penelitian pendahuluan

(dengan menggunakan alat timbangan) guna mengetahui berat

sampah setiap volume sampah tertentu. Dengan demikian, diperoleh

berat jenis atau kepadatan dari sampah tersebut. Ukuran jenis

dipengaruhi oleh :

1) Jenis sampah dan komposisinya

2) Cara pengisisan alat ukur volume sampah, apakah dipadatkan

atau tidak

Membandingkan produksi sampah suatu daerah dengan daerah lain

dengan menggunakan ukuran ini relative lebih sulit karena

dipengaruhi oleh jenis dan komposisi sampah masing-masing daerah,

serta cara pengisian container sampah dari masing-masing daerah

tersebut. Bila akan melakukan perbandingan dengan menggunakan

Page 24: Manajemen Limbah Padat Domestik

ukuran ini, maka faktor-faktor yang berpengaruh tersebut harus di

control atau disamakan lebih dahulu

3. Ukuran Volume

Ukuran ini sering digunakan terutama di Negara berkembang di mana

masih terdapat kesulitan biaya untuk pengadaan alat timbangan.

Satuan ukuran yang dipakai adalah m3/hari atau liter/orang/hari.

Dalam pelaksanaan sehari-hari, sering alat ukuran volume diterapkan

langsung pada alat-alat pengumpul dan pengangkut sampah, misalnya

bak penampung sampah dengan volume 60 liter, atau volume truk 12

m3. Dengan mengetahui volume sampah per angkut dan jumlah rate

angkutan, maka volume produksi sampah keseluruhan dapat

diketahui. Akan tetapi, perbandingan produksi sampah antardaerah

sulit dilakukan karena faktor-faktor berikut ini :

a. Jenis dan komposisi sampah yang berbeda antara daerah yang

satu dan daerah yang lain

b. Cara pengisian alat ukur/alat penampung dan alat pengangkut

sampah yang berbeda, apakah dengan dipadatkan atau tidak

Jadi dalam membandingkan produksi sampah antara daerah dan

menggunakan ukuran ini, harus diperhatikan satuan yang dipakai dan

cara pengukuran yang dilakukan.

Page 25: Manajemen Limbah Padat Domestik

BAB 4PEMBAHASAN

A. DAMPAK SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN

Sampah dapat menimbulkan bahaya atau gangguan terhadap lingkungan

jika tidak dikelola dengan baik. Adapun berbagai dampak yang dapat ditimbulkan

oleh sampah antara lain sebagai berikut:

1. Pencemaran Udara.

Sampah dapat menyebabkan pencemaran udara, misalnya bau busuk, asap,

dan sebagainya. Sampah menimbulkan biogas yang mengandung banyak metan

dan karbondioksida serta bahan berbahaya lainnya. Menurut California Waste

Management Board (1988), biogas mengandung karbon dioksida, dan bahan-

bahan lain seperti karbon disulfida, merkaptan, dan bahan lainnya. Biogas tersebut

dihasilkan oleh dekomposisi anaerobik dari bahan organik.

Biogas dapat lepas ke udara ambien dan dapat bermigrasi secara lateral melalui

tanah dan batu.Biogas juga dapat mengalami infiltrasi ke dalam bangunan-

bangunan dan mengalami akumulasi metan sehingga dapat menimbulkan ledakan

yang berbahaya.

Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa beberapa bahan dalam biogas

dapat mengganggu perkembangan embrio, fetus, dan dapat menyebabkan

kemandulan, kematian, berat badan kelahiran rendah, dan kelainan bawaan. Ibu-

ibu, yang tinggal di sekitar TPA, yang terkontaminasi biogas memiliki fisiko

tinggi kelahiran bayi dengan berat badan rendah dan mempengaruhi umur

kehamilan. Individu yang terpapar biogas berhubungan dengan gangguan

hipertensi pada saat kehamilan, “stillbirths”” (kematian janin pada kehamilan tua),

cacat bawaan. Dampak tersebut tergantung pada sifat, waktu , dan tingkat

kontaminasinya.

Menurut Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui “sanitary

landfill”. dihasilkan substansi kimia dalam bentuk gas seperti CH4, CO2, NH3,

dan H2S. Perhatian khusus diberikan pada CH4 karena dapat diubah menjadi

Page 26: Manajemen Limbah Padat Domestik

bahan berbahaya (HCHO) kemudian dihasilkan CO2. jalur perubahan CH4

menjadi CO2 mengikuti jalur-jalur reaksi tertentu. Gugus OH dapat terbentuk

oleh pelepasan NH3 di udara. Gas CO2, NH3, dan H2S dapat diubah menjadi

H2CO3, HNO3, dan H2SO4 berturut-turut dalam sehari.Diperkirakan hal tersebut

akan berpengaruh terhadap terjadinya hujan asam.

Bau busuk sampah memiliki dampak emosional terhadap penduduk yang

tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah . Bau digunakan sebagai

alasan penduduk untuk mencegah dibangunnya TPA. Bau busuk yang

ditimbulkan sampah organik terjadi tatkala proses penguraian ( dekomposisi)

berlangsung dalam kondisi tanpa oksigen atau intensitas aerasi rendah (anaerob) ,

atau kadar air atau kelembaban rendah maupun terlalu kering serta suhu yang

tidak kondusif bagi bekerjanya bakteri pengurai. Pada kondisi prasyarat bagi

berlangsungnya penguraian (dekomposisi) material organik tidak terpenuhi,

bakteri akan diam dan tidur (dorman) , saat sama akan terjadi reaksi anaerobik dan

menimbulkan gas H2S maupun methana ( CH4) . Kedua jenis gas inilah yang

dirasakan sebagai bau busuk.

Efek fisik gas H2S pada tingkat rendah dapat menyebabkan terjadinya gejala-

gejala sebagai berikut : Sakit kepala atau pusing badan terasa lesu, hilangnya

nafsu makan, rasa kering pada hidung, tenggorokan dan dada, batuk–batuk, kulit

terasa perih.

2.Pencemaran air akibat sampah.

Sampah juga dapat menimbulkan pencemaran air permukaan dan air tanah

karena “pembasuhan” sampah oleh air hujan. Selain itu sampah dapat menyumbat

saluran air dan got sehingga menimbulkan banjir.Lindi (“leachate”) merupakan

cairan yang dihasilkan oleh penguraian sampah yang terbilas oleh adanya air,baik

yang terkandung dalam sampah itu sendiri maupun dari luar (rembesan air hujan

atau air tanah). Dampak negatif secara signifikan terhadap air permukaan dan

kualitas air tanah merupakan polusi yang disebabkan oleh lindi.Karakteristik

pencemar yang dimiliki lindi sangat tergantung pada karakteristik sampah yang

dibuang. Karakteristik utama lindi adalah COD, N, dan P yaitu secara berturut-

Page 27: Manajemen Limbah Padat Domestik

turut sekitar 30,000 mgi1, 20 mg/l, dan 60 mg/l (Japan International Cooperation

Agency). Untuk kondisi di Indonesia yang sampahnya didominasi oleh sampah

organik sampai di atas 70%, karakteristik lindi didominasi oleh besarnya BOD

yang menurut penelitian dapat mencapai 50.000 ppm atau lebih.Hal ini

menyebabkan sangat potensial menimbulkan masalah pencemaran air secara

serius dan dampaknya terhadap polusi air permukaan sulit untuk dikontrol.

Kuantitas lindi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kadar air dalam sampah,

evaporasi, curah hujan, dan rembesan air tanah, sedangkan kualitas lindi

berhubungan erat dengan kadar BOD dan COD.Karakteristik pencemar yang

dimiliki lindi sangat tergantung pada karakteristik sampah yang dibuang.

Karakteristik utama lindi adalah COD, N, dan P yaitu secara berturut-turut sekitar

30,000 mg/l, 20 mg/l, dan 60 mg/l. Untuk kondisi di Indonesia yang sampahnya

didominasi oleh sampah organik sampai di atas 70%, karakteristik lindi

didominasi oleh besarnya BOD yang menurut penelitian dapat mencapai 50.000

ppm atau lebih.

Hal ini menyebabkan sampah sangat potensial menimbulkan masalah pencemaran

air secara serius dan dampaknya terhadap polusi air permukaan sulit untuk

dikontrol. Kuantitas lindi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kadar air dalam

sampah, evaporasi, curah hujan, dan rembesan air tanah.

3. Penurunan Derajat Kesehatan Masyarakat.

Dampak sampah terhadap penurunan tingkat kesehatan penduduk akan

semakin tinggi jika sampah tidak dikelola dengan baik. Keadaan kesehatan di

daerah pemukiman dapat diukur dengan jumlah kasus penyakit kolera dan

penyakit menular lainnya. Dinyatakan oleh WHO dan Bank Dunia bahwa kolera

adalah penyakit endemik, pada tahun 1974 terdapat 51.399 kasus atau “case

fatality rate” 8,8%. Tingkat laju angka kematian di Indonesia pada tahun tersebut

adalah 14,4 permil. Selanjutnya dinyatakan bahwa sebagian besar dari kematian

tersebut disebabkan oleh penyakit menular. Penyakit menular itu disebabkan

keadaan yang sangat buruk, pada saat itu dalam bidang sanitasi dan kesehatan

lingkungan, seperti kurangnya sarana penyediaan air minum dan sistem air

buangan yang tidak baik, masalah sampah yang belum terpecahkan, dan

kurangnya kesadaran sebagian besar penduduk tentang pemeliharaan kesehatan

Page 28: Manajemen Limbah Padat Domestik

lingkungan. Akibat dari keadaan lingkungan pemukiman yang buruk tidak saja

merugikan dari segi kesehatan, tetapi juga memiliki dampak yang merugikan

secara tidak langsung terhadap aspek-aspek sosial ekonomi pada umumnya.

Sampah dapat menjadi sarang lalat, tikus, kecoak, dan jasad renik yang

dapat menjadi pembawa ataupun sumber penyakit. Selain itu, populasi pembawa

penyakit (“vector”) dapat meningkat oleh aktifitas pengangkutan dan pembuangan

sampah.

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan

sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa

organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat

menjangkitkan penyakit.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari

sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit

demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di

daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Penyakit jamur dapat juga

menyebar (misalnya jamur kulit). Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai

makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh

cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang

ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

B. PERAN SERTA MASYARAKAT

Pengumpulan dan pengangkutan sampah tidak dapat berjalan dengan baik,

tanpa adanya peran serta masyarakat, sebagaimana yang dilakukan di berbagai

kota di Indonesia. Masyarakat selalu dilibatkan dalam pengumpulan sampah.

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan kesediaan

masyarakat untuk membantu berhasilnya program pengelolaan sampah sesuai

dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri

sendiri. Tanpa adanya peran serta masyarakat semua program pengelolaan

persampahan yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan masyarakat

Page 29: Manajemen Limbah Padat Domestik

agar dapat membantu program pemerintah dalam keberhasilan adalah

membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program

persampahan yaitu mengubah paradigma masyarakat terhadap pengelolaan

sampah yang tertib, lancar dan merata, mengubah kebiasaan masyarakat dalam

pengelolaan sampah yang kurang baik dan faktor-faktor sosial, struktur dan

budaya setempat.

Peran serta masyarakat yang utama dalam sistem pengumpulan sampah adalah

kesadaran masyarakat sendiri untuk membawa sampahnya ke TPS (Tempat

Penampungan Sementara) terdekat. Organisasi rukun tetangga (RT) dan rukun

warga (RW) merupakan organisasi penting yang mengkoordinir pengumpulan

sampah di permukiman yang tidak memiliki akses ke jalan utama. Berdasarkan

hal tersebut, sistem pengumpulan sampah khususnya sampah rumah tangga yang

saat ini dilakukan didasarkan pada kondisi dan kultur masyarakat.

Selain itu, peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, menurut Pasal 28

ayat 1 UUPengolahan Sampah dapat dilakukan melalui:

1) Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah;

2) Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau

3) Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa

persampahan

Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program

pemerintah dalam penanganan kebersihan adalah bagaimana membiasakan

masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program tersebut,

yang menyangkut:

Bagaimana mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan

sampah yang tertib, lancar, dan merata.

Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat.

Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.

Tanpa adanya partisipasi masyarakat, semua program pengelolaan sampah

Page 30: Manajemen Limbah Padat Domestik

(kebersihan) yang direncanakan akan sia-sia. Partisipasi masyarakat akan

membangkitkan semangat kemandirian dan kerjasama diantara masyarakat akan

meningkatkan swadaya masyarakat.

C. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA BERBASIS

MASYARAKAT

Undang-undang Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997 padaPasal 16,

menetapkan; tanggung jawab pengelolaan lingkungan ada pada masyarakat

sebagai produsen timbulan limbah sejalan dengan hal tersebut, masyarakat

sebagai produsen timbulan sampah diharapkan terlibat secara total dalam lima sub

sisitem pengelolaan sampah, yang meliputi sub sistem kelembagaan, sub sistem

teknis operasional, sub sistem finansial, sub sistem hukum dan peraturan serta sub

sistem peran serta masyarakat.

Contoh pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dalam skala

rumah tangga berbasis masyarakat di Indonesia, contohnya adalah sebagai

berikut :

1) Pengelolaan sampah mandiri di Surabaya banyak menggunakan keranjang ”

Sakti ” Takakura.

Keranjang sakti Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik

untuk skala rumah tangga. Hal menarik dari keranjang Takakura adalah

bentuknya yang praktis, bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman

digunakan di rumah. Keranjang ini di sebut masyarakat sebagai keranjang

sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik sangat baik.

2) Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang dilakukan di

sebuah kawasan di Permata Cimahi telah memakai peralatan yang disebut

”insinerator”. Insinerator adalah alat pembakar sampah yang rendah kadar

polusi asapnya. Masyarakat di area ini mengelola sampahnya dengan bantuan

insinerator. Warga tak lagi terbebani biaya angkot sampah atau mencium bau

busuk dan menyaksikan gunungan sampah. Tiap warga tinggal menyimpan

Page 31: Manajemen Limbah Padat Domestik

sampah yang dikemas kantong plastik di depan pagar rumah. Petugas sampah

akan mengangkutnya dengan grobak, lantas mengirimkannya ke tempat

pembuangan yang telah ditentukan. Di tempat pembuangan, seorang petugas

akan memasukkannya ke bak insinerator. Sampah itu dibakar. Sampah pun tak

mengusik ketenangan dan kenyamanan hidup warga.

Perencanaan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat.

Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan,

peran serta masyarakat adalah melibatkan masyarakat dalam tindak-tindak

administrator yang mempunyai pengaruh langsung terhadap mereka. Peran serta

masyarakat sangat erat kaitannya dengan kekuatan atau hak masyarakat, terutama

dalam pengambilan keputusan, dalam tahap identifikasi masalah, mencari

pemecahan masalah sampai dengan pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat diartikan sebagai

keikutsertaan, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah baik

langsung maupun tidak langsung.

Perencanaan merupakan suatu proses yang mempersiapkan seperangkat

keputusan untuk melakukan tindakan dimasa depan. Tahap perencanaan

merupakan tahapan awal dalam proses pelaksanaan program pembangunan

pengelolaan sampah. Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan akan memberikan

arah, langkah atau pedoman dalam proses pembangunan dimaksud. Pada tahapan

ini akan ditelusuri aktivitas atau kegiatan yang dilakukan masyarakat, dimulai dari

keterlibatan mereka dalam menyusun rencana program yang diaktualisasikan

melalui keaktifannya pada setiap rapat dan inisiatif diadakannya rapat, dan

keterlibatan dalam memberikan pendapat, tanggapan masyarakat serta

pengembangan terhadap upaya pengelolaan sampah, sampai dengan keterlibatan

mereka dalam pengambilan keputusan terhadap program yang direncanakan.

Secara umum, pelaksanaan pekerjaan berdasarkan perencanaan teknis

pengelolaan sampah terpadu 3R(reuse, reduce, recycle) yaitu kegiatan

penggunaan kembali sampah secara langsung, mengurangi segala sesuatu yang

menyebabkan timbulnya sampah, memanfaatkan kembali sampah setelah

Page 32: Manajemen Limbah Padat Domestik

mengalami proses pengolahan, maka 5 tahap pelaksanaan pekerjaaan, yaitu :

tahap persiapan, tahap pemilihan lokasi, tahap pengorganisasian dan

pemberdayaan masyarakat, tahap uji coba pelaksanaan pengelolaan sampah 3R

(Reuse, Reduce, Recycle).

D. PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KONSEP 3R

Kegiatan Penyusunan Program Sampah 3R (reuse, reduce, recycle) adalah

proses penyusunan rencana pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat

dengan pola 3R adalah: membuat identifikasi permasalahan dan menentukan

rumusan permasalahan serta menentukan kebutuhan yang dilakukan dengan

metode penyerapan aspirasi masyarakat dan melakukan survei

kampung/pemukiman sendiri dan menyusun analisis permasalahan untuk

menentukan skala perioritas kebutuhan serta menentukan potensi sumber daya

setempat.

Menurut Departemen Pekerjaan, pengertian pengelolaan sampah 3R secara

umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui program

menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang

(Recycle).Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah

secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.Reduce

(mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya

sampah.Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah

mengalami proses pengolahan. Mengurangi sampah dari sumber timbulan, di

perlukan upaya untuk mengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-

upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi sampah dari sumber sampah (dari

hulu ) adalah menerapkan prinsip 3R .

Kegiatan menyusun indentifikasi kebutuhan peralatan prasarana dan

sarana persampahan 3R (reuse, reduce, recycle) yaitu menentukan jenis dan

jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah rumah tangga

berbasis masyarakat, pewadahan, pengangkutan dan alat pengolahan sampah

untuk menjadi kompos. Juga melakukan identifikasi lokasi yang dapat

Page 33: Manajemen Limbah Padat Domestik

dimanfaatkan.

E. ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH

Sistem Pengelolaan sampah adalah proses yang meliputi lima aspek,yaitu :

1.Aspek Teknis Operasional

Aspek teknis operasional pengelolaan sampah meliputi kegiatan-kegiatan

pewadahan sampah, pengumpulan dan pengangkutan sampah, pengangkutan

sampah, pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir. Keterkaitan antar sub

sistim dalam pengelolaan sampah .Tata cara pengelolaan sampah bersifat integral

dan terpadu secara berantai dengan urutan yang berkesinambungan yaitu :

penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,

pembuangan/ pengolahan.

2. Penampungan Sampah dan Pewadahan

Proses awal dalam penampungan sampah terkait langsung dengan sumber

sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara

penampungan sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA.

Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak

mengganggu lingkungan (SNI 19-2454-2002). Bahan wadah yang dipersyaratkan

sesuai Standart Nasional Indonesia adalah tidak mudah rusak, ekonomis, mudah

diperoleh dan dibuat oleh masyarakat dan mudah dikosongkan, persyaratan bahan

wadah adalah awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat

serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat.

3. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari

tempat penampungan / pewadahan sampai ke TPS (Tempat Pembuangan

Sementara).

Page 34: Manajemen Limbah Padat Domestik

Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam dua

kelompok yaitu(SNI 19-2454-2002) :

Pola Individual adalah proses pengumpulan sampah dimulai dari

sumber sampah kemudian diangkut ketempat pembuangan

sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.

Pola Komunal adalah pengumpulan sampah dilakukan oleh

penghasil sampah ketempat penampungan sampah komunal yang

telah disediakan/ ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan

kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.

4. Pemindahan Sampah

Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan

ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat

yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang

dilengkapi dengan container pengangkut (SNI 19-2454- 2002).

5. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan

di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat

pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada

sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah

dengan truk kontainer.

E. PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

Terdapat paling tidak 5 cara yang dikenal secara umum dalam

penanggulangan sampah di TPA yaitu;

1) Open Dumps, yang mengacu pada cara pembuangan sampah pada area

terbuka tanpa dilakukan proses apapun.

2) Landfills, adalah lokasi pembuangan sampah yang relatif lebih mbaik

daripada open dumping dengan cara yaitu sampah yang ada di tutup

Page 35: Manajemen Limbah Padat Domestik

dengan tanah kemudian dipadatkan dan setelah lokasi penuh maka lokasi

landfill akan ditutup tanah tebal dan kemudian lokasi tersebut dijadikan

tempat parkir.

3) Sanitary Landfils, yaitu menggunakan material yang kedap air sehingga

rembesan air dari sampah tidak akan mencemari lingkungan sekitar,

namun biaya sanitary landfill relatif lebih mahal.

4) Incenerator, yaitu dilakukan pembakaran sampah dengan terlebih dahulu

dengan memisahkan sampah daur ulang, biasanya proses pembakaran

sampah dilakukan alternatif terakhir atau lebih difouskan pada penanganan

sampah medis.

5) Pengomposan, yaitu proses biologis yang kemudian organisme kecil

mengubah sampah organik menjadi pupuk.

Dalam pengelolaan sampah, diketahui beberapa cara pengolahan sebagai

berikut:

1) Pemanfaatan Ulang atau Daur Ulang (Recycling)

Daur ulang adalah proses pengambilan dan pengumbulan barang yang

masih memiliki nilai ekonomis dari sampah untuk digunakan kembali.

Sampah yang biasanya dikelola dengan cara daur ulang adalah sampah-

sampah anorganik.

Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah mengambil bahan sampah

untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar

untuk membangkitkan listik dan sebagainya. Pengumpulan bisa dilakukan

dari sampah yang sudah dipisahkan sejak awal misalnya dengan kotak

sampah/kendaraan sampah khusus, atau dapat juga dari sampah yang

sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng

baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton,

koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan

PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk seperti komputer atau

Page 36: Manajemen Limbah Padat Domestik

mobil lebih susah, karena terlebih dulu bagian-bagiannya harus diurai, lalu

dikelompokan kembali menurut jenis bahannya.

Cara yang digunakan agar membuat sampah yang ada menjadi memiliki

nilai ekonomis setelah dikelola, memiliki kelebihan dan kekurangan

pengelolaan sampah dengan cara daur ulang adalah sebagai berikut :

• Kelebihannya adalah 1)Tidak membutuhkan lahan yangbesar; 2) Bahan

yang telah didaur ulang dapat digunakan lagi; 3) Metode ini memberikan

kesempatan kerja bagi para pemulung.

• Kekurangannya adalah 1) Memerlukan biaya investasi yang besar serta

biaya operasional yang juga lumayan tinggi; 2) Pasokan sampah harus

memiliki jumlah yang besar dan selalu konstan; 3) Tidak semua jenis

sampah dapat di daur ulang; 4) Sampah yang tidak dapat didaur ulang

terpaksa tetap menjadi sampah dan harus dikelola dengan cara yang

lainnya atau dibuang; 5) Tidak cocok untuk kebutuhan jangka panjang,

karena jumlah sampah yang tidak dapat didaur ulang akan bertambah

banyak.

2) Pengolahan Biologis

Material sampah organik, seperti sisa tanaman, sisa makanan atau kertas,

dapat diolah dengan menggunakan proses biologis untuk dibuat kompos,

atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang

bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang digunakan untuk

membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan

adalah Green Bin Program ( program tong hijau) di Toronto, Kanada,

dimana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan

tanaman dikumpulkan dikantong khusus untuk dibuat kompos.

3) Pemulihan Energi

Page 37: Manajemen Limbah Padat Domestik

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah dapat diambil langsung

dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung

dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Ini adalah salah

satu metode memanfaatkan sampah dalam pemulihan energi. Daur ulang

melalui cara ‘pemanasan’ bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai

bahan bakar memasak atau untuk memanaskan boiler guna menghasilkan

uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua

bentuk ‘pemanasan’, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan

keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup

bertekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi

produk berzat padat, gas, dan zat cair. Produk zat cair dan gas bisa dibakar

untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain.

4) Penimbunan Darat

Penimbunan darat adalah cara pembuangan sampah dengan cara

menguburnya. Metode ini adalah metode paling populer di dunia.

Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan,

ditelantarkan, atau lubang bekas pertambangan, atau lubang lubang atau

ceruk yang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di

kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang

hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan

tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah

lingkungan, diantaranya angin berbau busuk sampah yang akan menarik

berkumpulnya hama juga terjadinya genangan air sampah. Efek samping

lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang sangat

berbahaya karena rawan meledak. (peristiwa demikian pernah terjadi di

Bandung akibat kandungan gas methan di TPA tiba-tiba meledak dan

melongsorkan gunung sampah di tempat itu)

Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah

metode pengumpulan air sampah dengan menggunakan bahan tanah liat

atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan, untuk menambah

kepadatan dan kestabilannya lalu ditutup untuk tidak menarik hama

Page 38: Manajemen Limbah Padat Domestik

(biasanya tikus). Banyaknya penimbunan sampah mempunyai sistem

pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas

yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar

di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk

membangkitkan listrik yang bermanfaat bagi warga perkotaan.

5) Pembakaran/pengkremasian

Pembakaran sampah atau pengkremasian sampah memanfaatkan

temperatur tinggi bisa disebut “Perlakuan panas”. Kremasi mengubah

sampah menjadi panas, gas, uap dan abu. Pengkremasian dilakukan oleh

perorangan atau oleh industri untuk skala besar. Hal ini bisa dilakukan

untuk sampah padat , cair maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai

cara praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya,

contohnya sampah medis (sampah biologis). Pengkremasian adalah

metode yang kontroversial karena dampaknya menghasilkan polusi udara.

Pengkremasian dilakukan di negara seperti Jepang karena lahan yang

begitu terbatas. Metode ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan

darat. Sampah diubah menjadi energi (Waste-to-energy=WtE) atau energi

dari sampah (Energy-from-Waste = EfW) adalah terminologi untuk

menjelaskan sampah yang dibakar dalam tungku dan boiler guna

menghasilkan panas/uap/listrik. Pembakaran pada alat kremasi tidaklah

selalu sempurna, bahkan sering ada keluhan adanya polusi mikro dari

emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat

dioxin yang kemungkinan dihasilkan didalam pembakaran dan mencemari

lingkungan sekitar pembakaran. Dilain pihak, pengkremasian seperti ini

dianggap positif karena menghasilkan listrik , contoh penerapannya di

Indonesia adalah rencana PLTSa Gede Bage di sekitar kota Bandung.

6) Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah perkotaan adalah

pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan “pengurangan

Page 39: Manajemen Limbah Padat Domestik

sampah”. Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas

pakai , memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk secara kreativ

supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja

katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk menghindari

penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue), dan mendesain

produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang

sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).

7) Pembuatan Kompos (Composting)

Pengertian pengomposan (Composting) adalah sistem pengolahan sampah

organik dengan bantuan mikroorganisme sehingga membentuk pupuk organis

(pupuk kompos). Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat

dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang sederhana hingga memerlukan

mesin (skala industri atau komersial). Membuat kompos dapat dilakukan

dengan metode aerob dan anaerob. Pada pengomposan secara aerob, proses

dekomposisi bahan baku menjadi kompos akan berlangsung optimal jika ada

oksigen. Sementara pada pengomposan anearob dekomposisi bahan baku

menjadi kompos tidak memerlukan oksigen.

Dampak dan Manfaat Pengelolaan sampah secara mandiri

Pengelolaan sampah secara mandiri yang dilakukan oleh masyarakat perkotaan

dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:

1) Meningkatnya Nilai-nilai Sosial

Meningkatnya nilai-nilai kerekatan sosial ditandai dengan meningkatnya

nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan tentunya menjadi

sebuah tujuan utama adanya pengelolaan sampah secara mandiri.

Masyarakat dilatih bekerjasama untuk menentukan program-program

rencana kegiatan bagi pembangunan di pemukimannya tanpa

ketergantungan terhadap pihak-pihak lain. Adanya kemandirian tersebut

membuat masyarakat lebih memahami apa yang mereka butuhkan dan

bersama-sama memikirkan apa yang akan mereka lakukan untuk

Page 40: Manajemen Limbah Padat Domestik

membangun lingkungan tempat tinggal mereka, agar selalu bersih dan

ramah lingkungan.

2) Meningkatnya Nilai-nilai Ekonomi

Sampah-sampah yang didaur ulang oleh masyarakat dapat menjadi

berbagai kerajinan bisa dijual dan tentunya akan memberikan penghasilan

tambahan bagi masyarakat. Walaupun jumlah keuntungan dari penjualan

barang daur ulang tersebut tidak signifikan, setidaknya itu dapat terus

momotivasi masyarakat untuk berkreasi dan sekaligus peduli dengan

lingkungannya.

Page 41: Manajemen Limbah Padat Domestik

BAB 5PENUTUP

Pada dasarnya limbah adalah sejenis kotoran yang berasal dari hasil

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi

sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak

yang dihasilkan oleh limbah, meskipun demikian pada kenyataannya cara atau

solusi tersebut tidak ada hasilnya karena masih banyak pula kita jumpai limbah

atau sampah disungai dan didarat yang dapat pula menimbulkan banjir serta

kerusakan lingkungan lainnya.

Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan

manusia maka perlu dirancang suatu sistem pengelolaan limbah yang baik mulai

dari sumber, pengumpulan, transportasi hingga ke Tempat Pembuangan Akhir

(TPA). Dalam perancangan sistem pengelolaan limbah suatu daerah diperlukan

data mengenai timbulan sampah, komposisi dan karakteristik sampah yang

dihasilkan di daerah yang direncanakan.

Page 42: Manajemen Limbah Padat Domestik

DAFTAR PUSTAKA

Abdoli, S. 2009. RFID Application in Municipal Solid Waste Management System. Int. J. Environ. Res., 3(3):447-454, Summer 2009.

Al Ansari, M.S. 2012. Improving Solid Waste Management in Gulf Co-operation Council States: Developing Integrated Plans to Achieve Reduction in Greenhouse Gases. Modern Applied Science Vol. 6, No. 2; February 2012

Dolfina, I.O. 2015. Effective Solid Waste Management: A Panacea to Disease Prevention and Healthy Environment in Bayelsa State, Nigeria. Inter. J. Acad. Res. Educ. Rev. Vol. 3(3), pp. 65-75, April 2015

Firdaus, G . and Ahmad , A . 2009. Management of Urban Solid Waste Pollution in Developing Countries. Int. J. Environ. Res., 4(4):795-806, Autumn 2010.

Ghiasinejad, H. and Abduli, S. 2007. Technical and Economical Selection of Optimum Transfer-Transport Method in Solid Waste Management in Metropolitan Cities. Int. J. Environ. Res., 1(2): 179-187, Spring 2007.

Hadi, Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan : Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu. Jakarta.

Suyoto, B. 2008. Rumah Tangga Peduli Lingkungan. Prima Media, Jakarta.

Hyun , P., Borinara, P. and Hong, K. D. 2011. Geotechnical Considerations for End-Use of Old Municipal Solid Waste Landfills. Int. J. Environ. Res., 5(3):573-584, Summer 2011

Monney, I., B.M. Tiimub and H.C. Baga. 2013. Characteristics and management of household solid waste in urban areas in Ghana: the case of WA. Civil and Environmental Research. Vol.3, No.9, 2013.

Nyakaana, J.B. 2000. Solid Waste Management in Urban Centers: the Case of Kampala City - Uganda.East African Geographical Review, 19:1

Omran, A., Mahmood, A., Abdul Aziz, H. and Robinson, G.M. 2009. Investigating Households Attitude Toward Recycling of Solid Waste in Malaysia: A Case Study. Int. J. Environ. Res., 3(2):275-288, Spring 2009

Oyoo, R., Leemans, R. and Mol, A. P. J. 2011. Future Projections of Urban Waste Flows aand their Impacts in African Metropolises Cities. Int. J. Environ. Res., 5(3):705-724, Summer 2011

Perda Prov Sumsel no. 20, 2014. Tentang Pengelolaan Sampah. Palembang.

Page 43: Manajemen Limbah Padat Domestik

Perda Kota Palembang no. 27, 2011. Tentang Pengelolaan dan Distribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Penyediaan/Penyedotan Kakus. Palembang.

PP no. 16, 2005. Tentang perlindungan air baku. Jakarta.

PP no. 38, 2007. Tentang kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kab/Kota. Jakarta.

Permen PU no. 21, 2006. Tentang Kebijakan & Strategi Nasional Persampahan) NSPM (SNI) bidang persampahan. Jakarta.

Ruslinda, Y., S. Indah dan W. Laylani. 2012. Studi Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah Domestik Kota Bukittinggi. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 1-12 (Januari 2012)

SNI -T-12-1991-03. Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman. Badan Standar Nasional. Jakarta.

SNI T-13-1990-F.Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan. Badan Standar Nasional. Jakarta.

SNI -T-11-1991-03. Tata cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Badan Standar Nasional. Jakarta.

State of Hawai‘i Department of HealthOffice. 2000. Hawai‘i D 2000 Plan for Inegrated Solid Waste Management. Hawai’i Oegon.

Swapan, Das and B.Kr. Bhattacharyya. 2013. Municipal Solid Waste Characteristics and Management in Kolkata, India. International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, Volume 3, Issue 2, February 2013.

UNEP. 2009.Waste Characterization and Quantification withProjections for Future. Volume 1. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.

UNEP. 2009.Assessment of Current Waste Management System andGaps therein. Volume 2. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.

UNEP. 2009.Targets and Issues of Concern for ISWM. Volume 3. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and

Page 44: Manajemen Limbah Padat Domestik

Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.

UNEP. 2009.ISWM Plan. Volume 4. Developing Integrated Solid Waste Management Plan, Training Manual. United Nations Environmental Programme Division of Technology, Industry and Economics, International Environmental Technology Centre, Osaka/Shiga, Japan.

UU no. 8, 2008.Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta.

UU no. 23, 1997. Tentang Lingkungan Hidup. Jakarta.

UU no 7, 2004. Tentang SDA. Jakarta.

UU no 32, 2004. Tentang otonomi daerah. Jakarta.

Yoada, R.M., D. Chirawurah and P.B. Adongo. 2014. Domestic waste disposal practice and perceptionsof private sector waste management in urbanAccra. BMC Public Health 2014, 14:697.


Top Related