Download - MAKALAH toksikologi

Transcript

MAKALAHTOKSIKOLOGI FORENSIK

oleh:Ayunda AlmiradaniPrasillia Ramadhani

ILMU KEDOKTERAN FORENSIKFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2012

I.PENDAHULUAN

Istilah forensik belakang ini sering mampir di telinga kita melalui berbagai berita kriminal. Biasanya menyangkut penyidikan tindak pidana seperti mencari sebab-sebab kematian korban, dan usaha pencarian pelaku kejahatan. Secara garis besar yang dimaksud dengan forensik sains adalah aplikasi atau pemanfatan ilmu pengetahuan untuk penegakan hukum dan peradilan.Tosikologi forensik adalah salah satu cabang forensik sain, yang menekunkan diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut denganSurat Keterangan AhliatauSurat Keterangan.Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu pebegak hukum khususnya dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih jelasnya toksikologi forensik mencangkup terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagai bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis dan akhirnya menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang penyebab keracunan dari suatu kasus. Menurut masyarakat toksikologi forensik amerika society of forensic toxicologist, inc. SOFT bidang kerja toksikologi forensik meliputi:-analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian-analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor dijalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan dopping).-Analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya.Tujuan lain dari analisis toksikologi forensik adalah membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana obat atau racun tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan fatal, atau tindak kekerasan dan kejahatan). (Wirasuta, 2009).

II.TINJAUAN PUSTAKA2.1DefinisiToksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya terhadap tubuh manusia (Prasetya Putri, 2011).Macam-macam toksikologi:-Toksikologi klinis adalah bidang ilmu kedokteran yang memberikan perhatian terhadap penyakit yang disebabkan oleh bahan toksik atau hubungan yang unik dan spesifik dari bahan toksik tersebut. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik(UnSU, 2011).Efek toksisitas yang ditimbulkan oleh keracunanmakanan/minuman dapat bersifat akut atau kronis. Keracunan akut ditimbulkan oleh bahan-bahan beracun yang memiliki toksisitas yang tinggi, dimana dengan kuantitas yang kecil sudah dapat menimbulkan efek fisiologis yang berat. Jenis keracunan ini umumnya mudah diidentifikasi danmenjadi perhatian masyarakat. Sebaliknya keracunan yang bersifat kronis efek toksisitasnya baru dapat terlihat atau teridentifikasi dalam waktu yang lama, umumnya tidak disadari dan tidak mendapat perhatian. Peningkatan yang berarti terhadapjumlahpenderitapenyakityangdapatdipicu oleh pengaruh bahan beracun seperti tumor (kanker), gangguan enzimatik, gangguan metabolisme, gangguan sistem syaraf, mungkin saja merupakan akibat dari penggunaan berbagaijenis bahan kimia yang bersifat toksis dalam makanan yang dikonsumsi masyarakat (Wirasuta, 2007).-Toksikologi lingkungan: mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnnya pada ekosistem, yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.-Toksikologi forensik: mempelajari aspek medikolegal dari bahan kimia yang mempunyai efek membahayakan manusia/hewan sehingga dapat dipakai untuk membantu mencari/menjelaskan penyebab kematian pada penyelidikan seperti kasus pembunuhan (Buchari, 2010).Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil (bukan minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan timbulnya reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian. Menurut Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh, kerugian, bahkan kematian. Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi kimia, yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian (Santoso, 2005).

2.2Macam-macam dosis-Dosis pemakaian: dosis normal yang dipakai seseorang tetapi tujuannya bukan untuk pengobatan. Misalnya untuk menjaga kesehatan tubuh.-Dosis terapi: dosis yang cukup memberikan daya penyembuhan yang optimal-Dosis minimal: dosis terkecil yang masih dapat memberikan efek terapi-Dosis maksimal: dosis terbesar untuk sekali pemakaian atau untuk 24 jam tanpa memperlihatkan efek toksik-Dosis toksik: dosis yang sedemikian besarnya dapat menunjukkan efek toksik-Dosis letal: dosis yang sedemikian besarnya dapat menyebabkan kematian pada hewan percobaan (Aria, 2008).

2.3Cara masuk racun ke dalam tubuhKeracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk lain, berturut-turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat (Kedokteran Forensik, 1997).

2.4Cara kerja racun di dalam tubuh-Racun yang bekerja lokalMisalnya:Racun bersifat korosif: lisol, asam dan basa kuatRacun bersifat iritan: arsen, HgCl2Racun bersifat anastetik: kokain, asam karbolRacun-racun yang bekerja secara setempat ini, biasanya akan menimbulkan sensasi nyeri yang hebat, disertai dengan peradangan, bahkan kematian yang dapat disebabkan oleh syok akibat nyerinya tersebut atau karena peradangan sebagai kelanjutan dari perforasi yang terjadi pada saluran pencernaan.-Racun yang bekerja sistemikWalaupum kerjanya secara sistemik, racun-racun dalam golongan ini biasanya memiliki akibat/afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ tubuh lainnya.Misalnya:Narkotik, barbiturate, dan alkohol terutama berpengaruh pada susunan syaraf pusatDigitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantungStrychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakangCO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasanCantharides dan HgCl2terutama berpengaruh terhadap ginjalInsektisida golongan hidrokarbon yang di-chlor-kan dan phosphorus terutama berpengaruh terhadap hati-Racun yang bekerja lokal dan sistemikMisalnya:Asam oksalatAsam karbolSelain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan depresi pada susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan karena sebagian dari asam karbol tersebut akan diserap dan berpengaruh terhadap otakArsenGaram Pb (Emo, 2010).

2.5Faktor yang mempengaruhi kerja racun-Cara pemberianSetiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tertentu akan memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam tubuh sama besarnya.Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat.-Keadaan tubuhUmurPada umumnya anak-anak dan rang tua lebih sensitif terhadap racun bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan.KesehatanPada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat, walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut, proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian halnya dengan ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan, maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian seseorang karena penyakit tanpa penelitian yang teliti, misalnya pada kasus keracunan arsen (tipe gastrointestinal) dimana disini gejala keracunannya mirip dengan gejala gastrointeritis yang lumrah dijumpai.KebiasaanFaktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada pecandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pecandu tersebut bisa terjadi kematian, walaupun dosis yang digunakan sama besarnya.Hipersensitif (alergi idiosinkrasi)Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparat-preparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian, karena si korban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Dari segi ilmu kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh karena hipersinsitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi preparat tersebut dapat mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang akan dikenakan pada pemberi preparat tersebut.-Racunnya sendiriDosisBesar kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi, dan intoleransi individual. Pada toleransi, gejala keracunan akan tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan/kongenital atau toleransi yang didapat setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang berfungsi melakukan detoksifikasi dan ekskresi.KonsentrasiUntuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-zat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun tersebut.Bentuk dan kombinasi fisikRacun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam keadaan lambung kosong tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam keadaan lambungnya berisi makanan.Adiksi dan sinergismeBarbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol, morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematian, walaupun dosis letal. Dari segi hukum kedokteran kehakiman, kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika menghadapi kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun yang ditemukan), sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena anafilaksi yang fatal atau karena adanya toleransi.Susunan kimiaAda beberap zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal yang sebaliknya.AntagonismeKadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya nalorfin dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan golongan narkotik (Santoso, 2005).

2.6Motif keracunan-Kecelakaan-Bunuh diri-Pembunuhan

2.7Prinsip pengobatan pada keracunan1.Resusitasi (ABC)2.Eliminasi-Tujuan menghambat penyerapan, kalau dapat menghilangkan bahan racun/hasil metabolisme tubuh-Dapat dikerjakan dengan cara:EmesisMenggunakan sirup ipecacmengeluarkan sebagian isi lambung jika diberikan dengan segera setelah keracunan, tapi menghambat kerja karbon aktif, sekarang tidak dipakai lagi.Indikasi: jarang.Kontrindikasi: pasien pusing, tidak sadar, atau kejang atau pada pasien keracunan kerosin atau hidrokarbon yang lain, racun korosif, konfulsan kerja cepat (tricyclic anti depresan, stricnin, kamper).Tehnik: berikan 30 ml sirup diikuti dengan 8 gelas kecil air/800cc, jika diperlukan ulani setiap 20 menit.Katarsis (intestinal lavage)Diberi laksansCara pemberian: magnesium sulfat 10% 2-3 ml/kg atau sorbitol 70% 1-2 ml/kgKumbah lambungEfektif pada racun yang berbentuk cair/pil yang kecil dan sangat efektif jika dilakukan


Top Related