Download - Makalah Titi Astuti 2003
ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI: MENSTRUASI
Disusun Oleh :
Edy Riawan (11200016)Tesi Noviana (1120034)
TINGKAT II REGULER
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan kehendak-
Nyalah makalah yang berjudul “Askep Ibu dengan Gangguan Reproduksi: menstruasi” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak menemukan kesulitan yang disebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat dorongan dan bimbingan berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Koordinator Mata Ajar Keperawatan Maternitas I, Ibu Titi Astuti, M.Kep., Sp.Mat
2. Teman-temanku dan semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan
masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah ini, bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
positif dan bersifat membangun agar makalah ini memiliki daya guna di masa yang akan
datang.
Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan rekan
mahasiswa.
Bandarlampung, 19 Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDUHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 3
1.4 Manfaat............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Menstruasi..........................................................................................5
2.2 Siklus Menstruasi.............................................................................................5
2.3 Gangguan dalam Menstruasi............................................................................4
2.3.1 Definisi............................................................................................. 7
2.3.2 Macam Gangguan Menstruasi.......................................................... 7
2.3.2.1 Premenstrual Tension (ketegangan prahaid)......................7
2.3.2.2 Disminorea........................................................................ 9
2.3.2.3 Perdarahan Uterus Abnormal............................................ 12
1). Hipermenore (menorraghia)......................................... 12
2). Amenore....................................................................... 15
3). Hipermenorhoe (kriptomenorrhea)............................... 21
4). Polimenorea (epimenoragia)......................................... 21
5). Oligomenorrhoe ........................................................... 21
6). Metroragia .....................................................................22
7). Mestodinia atau Mastalgia..............................................22
BAB III PEMBAHASAN KASUS
PROSES KEPERAWATAN......................................................................23
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 29
3.2 Saran.................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh
dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin
faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai
antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita,
status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-
kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada
kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga
40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda
dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan
oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan,
dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita
tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai
berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan
mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma
pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah
dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung
selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya
akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda
(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi menstruasi ?
2. Bagaimana siklus menstruasi ?
3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi dari menstruasi
2. Menjelaskan siklus menstruasi
3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi
8. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi
1.4. Manfaat
1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan
medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
gangguan dalam menstruasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung
secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang
terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi
biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya
terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.
2.2. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,
namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi
adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana
pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan
hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000
hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau
beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum
menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan
dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian
dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut
Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur
tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh
lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai
memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah.
Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan
tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri
untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir
yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah
berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut
dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan
memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba
falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel
telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi,
mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur
tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin
(HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan
meluruh dan terjadilah proses menstruasi.
2.3. Gangguan dalam menstruasi
2.3.1. Definisi
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat
berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.
2.3.2. Macam – macam gangguan menstruasi
2.3.2.1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
a. Definisi
Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
b. Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan
hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
c. Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang
akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan
mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai
vitamin antidepresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting
sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup
dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin.
Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah
esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang
terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol
produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi
tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA).
Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon
esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
d. Manifestasi klinis
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri
kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada
kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan
gejala-gejal fisik tersebut diatas.
e. Terapi
- Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari sebelum
haid
- Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
- Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum
haid
- Psikoterapi suportif
2.3.2.2. Disminorea
a. Definisi
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita
tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual,
sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan
sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :
Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya
setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan
melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor
psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang
menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak
membahayakan kesehatan.
Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap
seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim
yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
b. Etiologi
Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan
terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus
haid berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi
kronik genitalia interna.
c. Patofisiologi
Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan
kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan
menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea
primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang
akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi
uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan
sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi
uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri
d. Manifestasi klinis
Disminore Primer
Usia lebih muda
Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
Sering pada nulipara
Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
Nyeri timbul mendahului haid
Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
Pemeriksaan pelvik normal
Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
Disminore Sekunder
Usia lebih tua
Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
Tidak berhubungan dengan paritas
Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
Berhubungan dengan kelainan pelvik
Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
Seringkali memerlikan tindakan operatif
Terdapat kelainan pelvik
e. Terapi
Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya
untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan
psikoterapi.
Pemberian obat analgesik
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi
simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres
panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan
kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen
dan sebagainya.
Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan
maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi.
Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini
indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat
disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan
sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.
2.3.2.3. Perdarahan Uterus Abnormal
1) Hipermenore (Menorraghia)
a. Definisi
Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi
teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari,
ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.
Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan
kehilangan darah lebih dari 80ml
b. Etiologi
40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada
patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus
disfungsional.
Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first
menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di
ovarium.
Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan
meningkatkan aliran menstruasi.
Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe
(uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).
Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga
karena tonus otot kurang.
Hypertensi.
Decompensatio cordis.
Infeksi : endometriosis, salphingitis.
Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
Penyakit darah : Hemofili
c. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon
(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone
(FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada
pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah
kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan
mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi
berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen
dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada
beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH,
tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus
luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium
berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun
dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan
pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung
tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
d. Manifestasi klinis
Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
1) Sakit kepala
2) Kelemahan
3) Kelelahan
4) Kesemutan pada kaki dan tangan
5) Meriang
6) Penurunan konsentrasi
e. Terapi
Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :
1) Umur dan riwayat kesehatan
2) Kondisi sebelumnya
3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang
disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.
3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4) Progesteron (terapi hormon)
5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
2) Amenore
a. Definisi
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya
haid selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :
1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi
dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche
3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama
menyusui dan setelah menapause.
b. Etiologi
1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau
vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi
vagina terlalu sempit / himen imperforata )
3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia
nervosa, bulimia, dan lain – lain )
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer ) dimana sel
hanya mengandung 1 kromosom X )
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. hiperplasia adrenal kongenital
Penyebab amenore sekunder :
1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
9. Menopause
10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar
hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
11. Obat–obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )
12. Prosedur dilatasi kuratesa
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom
Asherman ( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan )
c. Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom
hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer.
Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer
yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya
sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada
atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai
kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis
berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore
yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit
sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini
menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak
menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,
seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.
Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen
dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur
menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis
gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang
dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-
ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara
fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap
aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut
jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta
tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
Sakit kepala
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
d. Terapi
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah
penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani
diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan
untuk menguranginya.
Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore
primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6
bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.
3). Hypomenorhoe (kriptomenorrhea)
Definisi
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya.
Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama
dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.
Etiologi
1.Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
2.kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal.
Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya
berupa spotting.
4).Polimenorea (Epimenoragia)
Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Manifestasi klinis
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).
5). Oligomenorrhoe
Definisi
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari
Etiologi
Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi )
Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.
Manifestasi klinis
Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
Perdarahan haid biasanya berkurang
6). Metroragia
Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Klasifikasi
1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.
Etiologi
1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;
carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis
(seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.
2. Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis,
neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan
gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat
korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan
darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan
ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
Terapi : kuretase dan hormonal.
7).Mastodinia atau Mastalgia
Definisi
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Etiologi
Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang
disertai hiperemia didaerah payudara.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Contoh Kasus
Nn.N berumur 19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada
hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan darah 90/60
mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat
pucat dan lemas.
3.2 Pengkajian
3.2.1 Keluhan utama: nyeri abdomen
3.2.2 Riwayat penyakit saat ini:
Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, pasien
mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
3.2.3 Riwayat menstruasi:
Menarche usia: 12 th Siklus: 28 hari
Banyaknya: normal Lamanya: 7 hari
HPHT: 2 hari yg lalu Keluhan: disminore
3.2.4 Pemeriksaan fisik
Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum, kesadaran, TTV:
TD, nadi, suhu badan, RR.
Breath
Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.
Blood
Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan dingin
Brain
Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia
Bladder
Warna kuning dan volume 1,5 L/hari
Bowel
Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari), Kebersihan mulut: bersih,
Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB (1x/hari),
Konsistensi: padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.
Bone
Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.
3.3. Analisis Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1
2
DS:
Penyebab timbulnya
nyeri: disminore.
Nyeri dirasakan
meningkat saat
aktivitas
Lokasi nyeri abdomen
Skala nyeri
menunjukkan lebih
dari
Nyeri sering dan terus
– menerus
DO:
Wajah tampak
menahan nyeri
DS:
Pasien menyatakan
mudah lelah
DO:
Nadi lemah (TD 90/60
mmHg)
Px. terlihat pucat
Sclera/ konjungtiva
anemi
DS:
Px. menyatakan
Menstruasi
↓
Regresi korpus luteum
↓
progesteron↓
↓
Miometrium terangsang
↓
Kontraksi&disritmia
uterus↑
↓
Aliran darah ke uterus↓
↓
Iskemia
↓
Nyeri haid
Menstruasi
↓
Nyeri akut
Intoleran aktivitas
3
merasa gelisah
DO:
Pucat
Memperlihatkan kurang
inisiatif
Pendarahan
↓
Anemia
↓
Kelemahan
↓
Intoleran aktivitas
Menstruasi
↓
Nyeri haid
↓
Kurang pengetahuan
↓
Ansietas
Ansietas
3.4 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
3.5 Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
Tujuan:
Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
Skala nyeri 0-1
Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan kurangi
rangsangan penuh stress
2. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya
nafas berirama lambat, nafas dalam,
bimbingan imajinasi
3. Evaluasi dan dukung mekanisme
koping px
5. Kompres hangat
1. Meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kemampuan koping
2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
3. Memudahkan relaksasi, terapi non
farmakologi tambahan
4. Penggunaan persepsi sendiri atau
prilaku untuk menghilangkan nyeri
dapat membantu mengatasinya lebih
efektif
5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen
Tujuan:
Pasien dapat beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan memperingan
intoleran aktivitas
Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode
istirahat tanpa gangguan, dorong
istirahat sebelum makan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
1. Menghemat energi untuk aktivitas
dan regenerasi seluler/ penyembuhan
jaringan
2. Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen
4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
Tujuan:
Pasien bisa kembali
Kriteria hasil:
Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
Pasien menunjukkan relaksasi
Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres
INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat
dalam rencana perawatan
2. Berikan lingkungan tenang dan
istirahat
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/
memerlukan perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu
4. Bantu pasien belajar mekanisme
koping baru, misalnya teknik
mengatasi stres
1. Keterlibatan akan membantu pasien
merasa stres
berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada penyembuhan
2. Memindahkan pasien dari stress luar
meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas
3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan
pada penerimaan masalah stress saat
ini, meningkatkan rasa control diri
pasien
4. Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi.
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat
berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.
Macam – macam gangguan menstruasi :
Menurut gangguan siklusnya :
1. polimenore (sering)
2. oligomenore (jarang)
3. tidak teratur
4. amenore (tidak haid)
Menurut gangguan perdarahan :
1. hypermenore (banyak)
2. hypomenore (sedikit)
3. spotting (perdarahan bercak)
Perdarahan diluar haid (metroragia)
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:
a) Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya, untuk
menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan dengan haid.
b) Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan dianjurkan untuk
melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur pola makan seperti yang telah
dijelaskan pada bab pembahasan.
c) Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat menjelaskan tentang
haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk mengurangi rasa takut yang sering
dialami oleh anak-anak ketika menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).
d) Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal yang
berhubungan dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama haid.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yayasan
Essentia Medica: Yogyakarta.
Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks. Bumi
Aksara: Jakarta.
Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum: Jakarta.
Tan, Anthony. 2002. Wanita dan Nutrisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Werner, David, dkk. 1999. Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter. Yayasan
Essentia Medica dan Andi Offset: Yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta.
Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja Mengatasi Dirinya.
Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.
Zein, Asmar Yetty, dkk. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Fitramaya: Yogyakarta
http://elfriana.wordpress.com/2012/12/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-menstruasi/