Transcript
Page 1: Makalah Titi Astuti 2003

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI: MENSTRUASI

Disusun Oleh :

Edy Riawan (11200016)Tesi Noviana (1120034)

TINGKAT II REGULER

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN 2013

Page 2: Makalah Titi Astuti 2003

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan kehendak-

Nyalah makalah yang berjudul “Askep Ibu dengan Gangguan Reproduksi: menstruasi” ini

dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak menemukan kesulitan yang disebabkan oleh

kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat dorongan dan bimbingan berbagai pihak,

akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Koordinator Mata Ajar Keperawatan Maternitas I, Ibu Titi Astuti, M.Kep., Sp.Mat

2. Teman-temanku dan semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan

masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah ini, bahwa makalah ini masih banyak

memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang

positif dan bersifat membangun agar makalah ini memiliki daya guna di masa yang akan

datang.

Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan rekan

mahasiswa.

Bandarlampung, 19 Maret 2013

Penyusun

Page 3: Makalah Titi Astuti 2003

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDUHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 3

1.4 Manfaat............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Menstruasi..........................................................................................5

2.2 Siklus Menstruasi.............................................................................................5

2.3 Gangguan dalam Menstruasi............................................................................4

2.3.1 Definisi............................................................................................. 7

2.3.2 Macam Gangguan Menstruasi.......................................................... 7

2.3.2.1 Premenstrual Tension (ketegangan prahaid)......................7

2.3.2.2 Disminorea........................................................................ 9

2.3.2.3 Perdarahan Uterus Abnormal............................................ 12

1). Hipermenore (menorraghia)......................................... 12

2). Amenore....................................................................... 15

3). Hipermenorhoe (kriptomenorrhea)............................... 21

4). Polimenorea (epimenoragia)......................................... 21

5). Oligomenorrhoe ........................................................... 21

6). Metroragia .....................................................................22

7). Mestodinia atau Mastalgia..............................................22

BAB III PEMBAHASAN KASUS

PROSES KEPERAWATAN......................................................................23

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 29

3.2 Saran.................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Titi Astuti 2003

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh

dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan

menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin

faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai

antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita,

status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-

kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada

kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk

bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang

wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga

40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda

dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk

kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita

setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan

oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan,

dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.

Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita

tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai

berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan

mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma

pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah

dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode

pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung

selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya

akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda

(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di

konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

Page 5: Makalah Titi Astuti 2003

 

1.2.  Rumusan Masalah

1. Apakah definisi menstruasi ?

2. Bagaimana siklus menstruasi ?

3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?

4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?

5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?

6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?

7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam

mentruasi ?

8. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?

 

1.3.  Tujuan

1.3.1.      Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.

1.3.2.      Tujuan khusus

1. Menjelaskan definisi dari menstruasi

2. Menjelaskan siklus menstruasi

3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi

4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi

5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi

6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi

7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam

mentruasi

8. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi

Page 6: Makalah Titi Astuti 2003

1.4.  Manfaat

1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan

medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.

2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan

keperawatan  pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.

3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan

gangguan dalam menstruasi.

Page 7: Makalah Titi Astuti 2003

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada

saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena

tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun

lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).

Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung

secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan

pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang

terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi

biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya

terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.

2.2. Siklus menstruasi

                        Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita

memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,

namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi

adanya masalah kesuburan.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana

pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan

hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000

hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau

beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum

Page 8: Makalah Titi Astuti 2003

menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan

dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian

dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut

Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur

tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh

lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai

memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah.

Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan

tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri

untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir

yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah

berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut

dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan

memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba

falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel

telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi,

mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur

tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin

(HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.

Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan

meluruh dan terjadilah proses menstruasi.

Page 9: Makalah Titi Astuti 2003

2.3. Gangguan dalam menstruasi

2.3.1. Definisi

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat

berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya

perdarahan.

 

2.3.2. Macam – macam gangguan menstruasi

2.3.2.1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)

a. Definisi

Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai

beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun

kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

b. Etiologi

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah

ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,

penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan

hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi

progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan

penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka

terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

c. Patofisiologi

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang

akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan

mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai

Page 10: Makalah Titi Astuti 2003

vitamin antidepresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting

sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup

dapat mengakibatkan depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin.

Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah

esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang

terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol

produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi

tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA).

Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon

esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

d. Manifestasi klinis

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri

kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada

kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan

gejala-gejal fisik tersebut diatas.

e. Terapi

- Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari      sebelum

haid

- Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari

- Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat

- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum

haid

- Psikoterapi suportif

Page 11: Makalah Titi Astuti 2003

2.3.2.2. Disminorea

            a. Definisi

Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita

tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual,

sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan

sekunder. 

Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

Nyeri haid primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya

setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan

melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor

psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang

menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak

membahayakan kesehatan.

Nyeri haid sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap

seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim

yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.

b. Etiologi

Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan

terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus

haid berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi

kronik genitalia interna.

Page 12: Makalah Titi Astuti 2003

c. Patofisiologi

Pada disminorea primer :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan

mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi

membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.

Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel

endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan

kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan

menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea

primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang

akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi

uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan

mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan

sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen

nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.

Pada disminorea sekunder :

Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi

uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

d. Manifestasi klinis

Disminore Primer

Usia lebih muda

Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

Sering pada nulipara

Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

Nyeri timbul mendahului haid

Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid

Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik

Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa

Page 13: Makalah Titi Astuti 2003

Pemeriksaan pelvik normal

Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

Disminore Sekunder

Usia lebih tua

Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

Tidak berhubungan dengan paritas

Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul

Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah

Berhubungan dengan kelainan pelvik

Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

Seringkali memerlikan tindakan operatif

Terdapat kelainan pelvik

e. Terapi

Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya

untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,

pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,

istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan

psikoterapi.

Pemberian obat analgesik

Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi

simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres

panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan

kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen

dan sebagainya.

Page 14: Makalah Titi Astuti 2003

Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan

maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk

memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa

gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi

kontrasepsi.

Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini

indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat

disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan

sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.

2.3.2.3. Perdarahan Uterus Abnormal

 1) Hipermenore (Menorraghia)

a. Definisi

Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi

teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan  haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari,

ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.

Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan

kehilangan darah lebih dari 80ml

b. Etiologi

40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada

patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus

disfungsional.

Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first

menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di

ovarium.

Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.

Page 15: Makalah Titi Astuti 2003

Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan

meningkatkan aliran menstruasi.

Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe

(uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).

Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.

Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga

karena tonus otot kurang.

Hypertensi.

Decompensatio cordis.

Infeksi : endometriosis, salphingitis.

Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.

Penyakit darah : Hemofili

c. Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon

(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone

(FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada

pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.

Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium

agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah

kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan

mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk

berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi

berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen

dan progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang

disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada

beberapa kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH,

tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus

luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium

berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun

Page 16: Makalah Titi Astuti 2003

dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan

pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung

tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

d. Manifestasi klinis

Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.

Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :

1)      Sakit kepala

2)      Kelemahan

3)      Kelelahan

4)      Kesemutan pada kaki dan tangan

5)      Meriang

6)      Penurunan konsentrasi

 

e. Terapi

Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :

1)      Umur dan riwayat kesehatan

2)      Kondisi sebelumnya

3)      Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

 

Page 17: Makalah Titi Astuti 2003

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

1)      Suplemen zat besi (jika  kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang

disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).

2)      Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.

3)      Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)

4)      Progesteron (terapi hormon)

5)      Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

 

2)  Amenore

a. Definisi

Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya

haid selama 3 bulan atau lebih.     Klasifikasi amenore :

1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi

dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun

2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche

3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama

menyusui dan setelah menapause.

b. Etiologi

1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )

2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau

vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi

vagina terlalu sempit / himen imperforata )

Page 18: Makalah Titi Astuti 2003

3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia

nervosa, bulimia, dan lain – lain )

4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin

5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma    Swyer ) dimana sel

hanya mengandung 1 kromosom X )

6. Obesitas yang ekstrim

7. Hipoglikemia

8. Disgenesis gonad

9. Hipogonadisme hipogonadotropik

10. Sindroma feminisasi testis

11. Hermafrodit sejati

12. Penyakit menahun

13. Kekurangan gizi

14. Penyakit Cushing

15. Fibrosis kistik

16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )

17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal

18. Hipotiroidisme

19. Sindroma adrenogenital

20. Sindroma Prader-willi

21. Penyakit ovarium polikista

Page 19: Makalah Titi Astuti 2003

22. hiperplasia adrenal kongenital

 

Penyebab amenore sekunder :

1. Kehamilan

2. Kecemasan akan kehamilan

3. Penurunan berat badan yang drastis

4. Olah raga yang berlebihan

5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme

6. Mengkonsumsi hormon tambahan

7. Obesitas

8. Stres emosional

9. Menopause

10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar

hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )

11. Obat–obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid,  pil KB, fenotiazid )

12. Prosedur dilatasi kuratesa

13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom

Asherman ( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau

pembedahan )

c. Patofisiologi

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom

hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer.

Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer

yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya

sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada

atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai

kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis

berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore

yang permanen.

Page 20: Makalah Titi Astuti 2003

Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-

ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit

sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini

menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan

progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak

menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini

adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,

seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.

Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang

cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen

dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap

rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur

menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang

masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis

gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak

memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang

dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-

ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara

fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap

aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi

ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

Page 22: Makalah Titi Astuti 2003

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya. Jika penyebabnya adalah

kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti

pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan

bentuk tubuh. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan

pembesaran perut.

Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut

jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta

tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

Sakit kepala

Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang

menyusui )

Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )

Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

Vagina yang kering

Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),

perubahan suara dan perubahan ukuran payudara

d. Terapi

Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah

penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani

diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan

untuk menguranginya.

Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore

primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6

bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.

Page 23: Makalah Titi Astuti 2003

3). Hypomenorhoe (kriptomenorrhea)

Definisi

Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya.

Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama

dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.

Etiologi

1.Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin

2.kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun

gangguan hormonal.

Manifestasi klinis

Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya

berupa spotting.

4).Polimenorea (Epimenoragia)

Definisi

Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan

jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.

Etiologi

Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek

sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium

proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.

Manifestasi klinis

Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).

5). Oligomenorrhoe

Definisi

Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari

Etiologi

         Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi )

         Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )

         Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.

Page 24: Makalah Titi Astuti 2003

Manifestasi klinis

         Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali

         Perdarahan haid biasanya berkurang

6). Metroragia

Definisi

Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.

Klasifikasi

1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.

2. Metroragia diluar kehamilan.

Etiologi

1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;

carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis

(seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.

2. Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis,

neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan

gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat

korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan

darah dan penyakit akut ataupun kronis.

Manifestasi klinis

Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan

ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.

Terapi : kuretase dan hormonal.

7).Mastodinia atau Mastalgia

Definisi

Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.

Etiologi

Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang

disertai hiperemia didaerah payudara.

BAB III

Page 25: Makalah Titi Astuti 2003

PROSES KEPERAWATAN

3.1 Contoh Kasus

Nn.N  berumur  19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada

hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah,  tekanan darah 90/60

mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat

pucat dan lemas.

3.2 Pengkajian

3.2.1 Keluhan utama: nyeri abdomen

3.2.2 Riwayat penyakit saat ini:

Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai ketiga, pasien

mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.

3.2.3 Riwayat menstruasi:

Menarche usia: 12 th                           Siklus: 28 hari

Banyaknya: normal                             Lamanya: 7 hari

HPHT: 2 hari yg lalu                           Keluhan: disminore

3.2.4 Pemeriksaan fisik

Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum, kesadaran, TTV:

TD, nadi, suhu badan, RR.

Breath

Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak nafas.

Page 26: Makalah Titi Astuti 2003

Blood

Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan dingin

Brain

Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia

Bladder

Warna kuning dan volume 1,5 L/hari

Bowel

Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari),  Kebersihan mulut: bersih,

Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit), BAB (1x/hari),

Konsistensi: padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.

Bone

Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.

3.3.            Analisis Data

Page 27: Makalah Titi Astuti 2003

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

DS:

Penyebab timbulnya

nyeri: disminore.

Nyeri dirasakan

meningkat saat

aktivitas

Lokasi nyeri abdomen

Skala nyeri

menunjukkan lebih

dari

Nyeri sering dan terus

– menerus

DO:

Wajah tampak

menahan nyeri

DS:

Pasien menyatakan

mudah lelah

DO:

Nadi lemah (TD 90/60

mmHg)

Px. terlihat pucat

Sclera/ konjungtiva

anemi

DS:

Px. menyatakan

Menstruasi

Regresi korpus luteum

progesteron↓

Miometrium terangsang

Kontraksi&disritmia

uterus↑

Aliran darah ke uterus↓

Iskemia

Nyeri haid

 

Menstruasi

Nyeri akut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Intoleran aktivitas

Page 28: Makalah Titi Astuti 2003

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

merasa gelisah

DO:

Pucat

Memperlihatkan kurang

inisiatif

 

 

Pendarahan

Anemia

Kelemahan

Intoleran aktivitas

 

 

Menstruasi

Nyeri haid

Kurang pengetahuan

Ansietas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ansietas

 

 

3.4 Diagnosa keperawatan

Page 29: Makalah Titi Astuti 2003

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia

3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

3.5 Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

Tujuan:

Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

Kriteria hasil:

Skala nyeri 0-1

Pasien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL

1. Beri lingkungan tenang dan kurangi

rangsangan penuh stress

2. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya

nafas berirama lambat, nafas dalam,

bimbingan imajinasi

3. Evaluasi dan dukung mekanisme

koping px

 

5. Kompres hangat

1. Meningkatkan istirahat dan

meningkatkan kemampuan koping

2. Analgesik dapat menurunkan nyeri

 

3. Memudahkan relaksasi, terapi non

farmakologi tambahan

4. Penggunaan persepsi sendiri atau

prilaku untuk menghilangkan nyeri

dapat membantu mengatasinya lebih

efektif

5. Mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar aliran darah

 

Page 30: Makalah Titi Astuti 2003

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

Tujuan:

Pasien dapat beraktivitas seperti semula

Kriteria hasil:

Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan memperingan

intoleran aktivitas

Pasien mampu beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL

1. Beri lingkungan tenang dan perode

istirahat tanpa gangguan, dorong

istirahat sebelum makan

2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

 

3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

 

 

1. Menghemat energi untuk aktivitas

dan regenerasi seluler/ penyembuhan

jaringan

2. Tirah baring lama dapat menurunkan

kemampuan

3. Menurunkan penggunaan energi dan

membantu keseimbangan supply dan

kebutuhan oksigen

4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

Tujuan:

Pasien bisa kembali

Kriteria hasil:

Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas

Pasien menunjukkan relaksasi

Page 31: Makalah Titi Astuti 2003

Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL

1. Libatkan pasien/ orang terdekat

dalam rencana perawatan

 

 

2. Berikan lingkungan tenang dan

istirahat

 

 

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/

memerlukan perilaku koping yang

digunakan pada masa lalu

4. Bantu pasien belajar mekanisme

koping baru, misalnya teknik

mengatasi stres

1. Keterlibatan akan membantu pasien

merasa stres

berkurang,memungkinkan energi

untuk ditujukan pada penyembuhan

 

2. Memindahkan pasien dari stress luar

meningkatkan relaksasi; membantu

menurunkan ansietas

3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan

pada penerimaan masalah stress saat

ini, meningkatkan rasa control diri

pasien

4. Belajar cara baru untuk mengatasi

masalah dapat membantu dalam

menurunkan stress dan ansietas

 

Page 32: Makalah Titi Astuti 2003

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada

saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena

tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun

lama siklus menstruasi.

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat

berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya

perdarahan.

Macam – macam gangguan menstruasi :

Menurut gangguan siklusnya :

1. polimenore (sering)

2. oligomenore (jarang)

3. tidak teratur

4. amenore (tidak haid)

Menurut gangguan perdarahan :

1. hypermenore (banyak)

2. hypomenore (sedikit)

3. spotting (perdarahan bercak)

Perdarahan diluar haid (metroragia)

4.2 Saran

Page 33: Makalah Titi Astuti 2003

Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:

a) Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya, untuk

menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan dengan haid.

b) Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan dianjurkan untuk

melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur pola makan seperti yang telah

dijelaskan pada bab pembahasan.

c) Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat menjelaskan tentang

haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk mengurangi rasa takut yang sering

dialami oleh anak-anak ketika menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).

d) Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal yang

berhubungan dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama haid.

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: Makalah Titi Astuti 2003

Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta.

Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yayasan

Essentia Medica: Yogyakarta.

Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks. Bumi

Aksara: Jakarta.

Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum: Jakarta.

Tan, Anthony. 2002. Wanita dan Nutrisi. Bumi Aksara: Jakarta.

Werner, David, dkk. 1999. Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter. Yayasan

Essentia Medica dan Andi Offset: Yogyakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo: Jakarta.

Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja Mengatasi Dirinya.

Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.

Zein, Asmar Yetty, dkk. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Fitramaya: Yogyakarta

http://elfriana.wordpress.com/2012/12/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-menstruasi/


Top Related