Download - makalah susu.doc
MAKALAH TEKNOLOGI BERSIH
PRODUKSI BERSIH PADA INDISTRI SUSU
PT. GRENNFIELD INDONESIA MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Susu merupakan produk minuman yang cukup berkembang dalam dunia
pangan. Sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang mempunyai
nilai gizi tinggi. Nilai gizi susu yang tinggi mempunyai sifat yang baik untuk
kesehatan tubuh pengkonsumsinya. Namun, susu juga rentan sekali dengan
pertumbuhan bakteri, sehingga dalam pengolahannya harus dapat
mempertahankan kualitas susu.
Susu sebagai salah satu produk hasil pertanian merupakan bahan pangan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Susu juga disebut sebagai
makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap.
Selain air, susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral dan enzim-
enzim gas serta vitamin dalam jumlah memadai.
Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung
dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan
susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan
bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin
kualitas produk dari pengaruh zat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan
dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol atau dioperasikan dari
ruangan khusus.
Mutu pada industri manufaktur, selain menekankan pada produk yang
dihasilkan, juga perlu diperhatikan mutu pada proses produksi. Hal yang lebih
baik adalah apabila perhatian pada mutu bukan pada produk akhir, namun pada
proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work in process),
sehingga bila ada kesalahan masih dapat diperbaiki. Dengan demikian, produk
akhir yang dihasilkan adalah produk bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan
karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang (rework).
Penerapan Good Housekeeping dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan melalui perbaikan kinerja lingkungan, penyempurnaan operasional
dan penghematan biaya produksi. Good Housekeeping merupakan upaya-upaya
produksi bersih berupa tindakan sederhana untuk mengurangi pemakaian air,
energi dan bahan-bahan kimia. Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan langkah
praktis yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan.
PT. Greenfields Indonesia merupakan perusahaan yang berarah bisnis
sebagai produsen dan pengolah susu yang berlokasi di Desa Babadan, Kecamatan
Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang-Jawa Timur. Produk-produk yang
dihasilkan saat ini adalah susu ESL (Extended Shelf Life), susu UHT, dan
whipping cream yang dikemas dalam kemasan TBA (Tetra Brik Aseptic) dan
TFA (Tetra Fino Aseptic).
Kunjungan Lapang merupakan salah satu langkah penerapan mata kuliah
Teknologi Bersih. Kunjungan Lapang teknologi bersih ini dilaksanakan untuk
mengamati secara menyeluruh proses yang ada dilokasi kunjungan yang berkaitan
dengan Good Housekeeping. Pelaksanaan Kunjungan Lapang ini diharapkan
dapat membantu mahasiswa dalam memperluas ilmu pengetahuan tentang Good
Housekeeping, membandingkan teori yang didapat pada saat perkuliahan dengan
praktek di lapangan.
Berdasarkan penjelasan tentang produksi susu diatas, penulis akan
melaksanakan Kunjungan Lapang bekerjasama dengan PT. Greenfields Indonesia.
Hal ini sebagai salah satu langkah awal dalam pembelajaran industri susu secara
umum yang dapat memberikan bekal ilmu di bidang industri. Sehingga
diharapkan setelah menempuh Kunjungan Lapang ini, mahasiswa akan
mendapatkan pemahaman ilmu yang lebih spesifik tentang industri susu, dimulai
dari proses produksi, pengendalian mutu, sanitasi, pengolahan limbah, dan lain-
lain yang semuanya berkaitan erat dengan teori-teori yang didapat mahasiswa di
bangku kuliah.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah;
1. Bagaimana proses produksi susu di PT. Greenfield Indonesia?
2. Apa saja limbah yang dihasilkan dan penanganan limbah di PT.
Greenfield Indonesia?
3. Bagaimana penerapan produksi bersih di PT. Greenfield Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah wajib Teknologi Bersih
Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.
2. Mampu memahami dan mengkorelasikan ilmu pengetahuan yang
diterima selama perkuliahan dengan realitas yang ada di lapangan.
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa mengenai
kondisi yang sebenarnya dalam suatu pabrik, serta mengalami
pengalaman praktis dan alternatif penyelesaian.
4. Mempersiapkan mental mahasiswa yang profesional dan berkompeten
dalam menghadapi dunia kerja.
1.3.2 Tujuan khusus
1.Mengetahui gambaran umum kondisi perusahaan di PT. Greenfields
Indonesia.
2.Memahami lebih jauh aspek penerapan Good Housekeeping pada
industri, yang meliputi bahan baku, mesin dan peralatan yang
digunakan, proses produksi, pengawasan mutu di PT. Greenfields
Indonesia.
3.Mempelajari sistem produksi susu sehingga dihasilkan produk dengan
spesifikasi tertentu.
4.Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman spesifik dalam hal Industri
pengolahan susu di Indonesia yang dapat menjadi bekal yang baik
bagi mahasiswa nantinya pada dunia kerja.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Menambah informasi dan ilmu dari mahasiswa
2. Dapat mengetahui produksi bersih yang diterapkan di pabrik
3. Sebagai bahan evaluasi di pabrikBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teknologi Proses Industri Susu dan Limbahnya
2.1.1. Tinjauan teknologi proses
Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung
dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi
pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan
baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan.
Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruhzat-zat pengotor, proses
pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang
dikontrol/dioperasikan dari ruangan khusus. Tahapan produksi susu sebagai
berikut:
a. Pengujian mutu
Uji mutu adalah kegiatan pertama yang dilakukan sebelum susu
diproses. Pengujian bertujuan untuk memeriksa kualitas bahan baku meliputi
rasa,kandungan bakteri dan komposisi protein dan lemak. Setelah susu
dinyatakan memenuhi kualitas yang disyaratkan, proses selanjutnya adalah
penyaringan.
b. Penyaringan (penjernihan)
Proses penyaringan susu bertujuan memisahkan benda-benda pengotor
susu yang terbawa saat proses pemerahan. Penyaringan juga bertujuan untuk
menghilangkan sebagian leukosit dan bakteri yang dapat menyebabkan
kerusakan susu selama penyimpanan. Limbah yang dihasilkan berasal dari
tumpahan bahan baku.
c. Pasteurisasi
Dari tangki penampungan, susu dipasteurisasi dengan cara dipanaskan
untuk membunuh bakteri pathogen. Teknis pasteurisasi dapat dilakukan
melalui 2 (dua) cara yaitu : High Temperature Short Time (HTST) adalah
pasteurisasi yang dilakukan pada suhu tinggi dengan waktu yang sangat
pendek dan pasteurisasi yang dilakukan pada suhu rendah dengan waktu yang
cukup lama.
d. Evaporasi
Evaporasi dilakukan untuk mengurangi kandungan air dengan failing
film yangterdapat pada alat evaporasi, sehingga penguapan dapat dilakukan
dengan tepatdan waktu kontak dengan media pemanas singkat. Alat pemanas
yang digunakan adalah steam yang bekerja pada tekanan vakum, agar
penguapan air dalam susu dapat berlangsung pada temperatur yang tidak
terlalu tinggi sehingga tidak merusak susu. Hasil yang diperoleh dari
evaporasi adalah susu kental yangmengandung TS 47 ± 50% merupakan
produk intermediate dalam prosespembuatan susu bubuk.
e. Pencampuran
Dari tangki penyimpanan susu dipanaskan sebelum dialirkan ke tangki
pencampur yang berisi bahan-bahan tambahan seperti protein, mineral,
vitamin dan lain-lain. Tujuan pemanasan adalah menurunkan viskositas susu
sehingga mempermudah proses pencampuran. Limbah yang dihasilkan berasal
dari tumpahan bahan bakudan bahan pendukung seperti protein, mineral,
vitamin, dsb.
f. Homogenisasi
Homogenisasi adalah perlakuan mekanik (mechanical treatment) pada
butiran lemak dalam susu dengan tekanan tinggi melalui sebuah lubang kecil.
Homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan ukuran globula-globula
lemak susu menjadi rata-rata 2 mikron, menggunakan sistem High Presure
Pump (HPP) yang melewati sebuah lubang kecil dengan alat homogenizer.
g. Pengeringan
Susu yang telah dihomogenisasi dipanaskan dalam preheater pada suhu
70oC -80oC. Setelah itu, dialirkan kedalam pompa bertekanan tinggi dan
disemprotkan kedalam dryer melalui nozzle. Hasil dari proses ini adalah susu
bubuk siap kemas.
h. Finishing dan Pengemasan
Pada proses ini inti bubuk susu yang dihasilkan kemudian
dicampurkan dengan bahan lain sesuai dengan formula yang diinginkan.
Selanjutnya susu tersebut masuk dalam tahap pengemasan (dalam kaleng atau
aluminium foil) menggunakan mesin filling hooper.
Gb. 1 Diagram Proses Produksi Susu
2.1.2. Tinjauan limbah cair industri susu
2.1.2.1. Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya
terhadap lingkungan
Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian
besar berasal dari produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian
dan dihasilkan dari tumpahan atau kebocoran selama proses produksi.
Produk yang hilang selama proses produksi diperkirakan mencapai 0.1%-
3%. Kehilangan produk juga disebabkan oleh manajemen house keeping
dan sistem operasional yang kurang baik terjadi saat pemindahan pipa
saluran produksi, mesin evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku
yang rusak. Pada proses klarifikasi atau penyaringan dihasilkan limbah
padatan yang mengandung zat tersuspensi dan bahan organik yang tinggi.
Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin dan
kondensat. Namun penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya
dapat diatasi dengan melakukan recycle melalui sistem tertutup sehingga
dapat digunakan kembali.
Berikut tabel yang memperlihatkan limbah yang dihasilkan dari
proses produksi susu
Tabel 1. Limbah Hasil Produksi
Karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh berbeda dengan
limbah cair industri pangan lainnya. Tetapi limbah cair yang berasal dari
industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap
bakteri pengurai sehingga mudah terjadi pembusukan
Air limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup
tinggi tetapi mudah terurai. Kadar BOD pada air limbah susu (400-9.440
mg/l) dan COD (360-15.300 mg/l). Perbandingan BOD dan COD setiap
pabrik bervariasi namun secara umum adalah 1.75:1. Karaktersitik limbah
cair industri susu
a. Fisik
Total padatan (1.210-11.990 mg/l)
Padatan tersuspensi volatil (TSV) = 200-1.840 mg/l
Padatan tersuspensi (TSS) = 270-1.980 mg/l.b.
b. Kimia
pH = 4,2 ± 9,5
Amonia (1-76 mg/l)
Nitrogen organik (9-250 mg/l)
Alkalinitas (0-1.080 mg/l)c.
c. Biologis
Kandungan kadar organik seperti vitamin dan mineral yang tinggi.
Limbah industri dapat menimbulkan masalah dalam
penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein,
lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan
dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya, limbah cair susu
yang menimbulkan bau tidak diinginkan dan polusi berat pada perairan
bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
Air buangan (effluent) atau limbah buangan dari pengolahan susu
dengan Biological Oxygen Demand ( BOD). Apabila effluent dibuang
langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan
ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan
lainnya.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam limbah cair susu
dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba.
Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan
berkembangbiak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang
terdapat dalam air. Secara normal, air mengandung kira-kira 8 ppm
oksigen terlarut. Standar minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan
adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan menyebabkan kematian ikan
dan biota perairan lainnya.
2.1.2.2. Baku mutu limbah cair industri Susu
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51
Tahun 1995 mengenai baku mutu limbah cair yang diperbolehkan untuk
pabrik susu adalah
Catatan:
1. Pabrik Susu Dasar : menghasilkan susu cair, susu kental manis dan atau
susu bubuk.
2. Pabrik Terpadu : menghasilkan produk susu, keju, mentega dan atau es
krim.
3. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah.
4. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton total padatan susu atau produk
susu.
2.2. Tinjauan Produksi Bersih dan Penerapannya di Industri Susu
2.2.1. Pengertian produksi bersih
Produksi Bersih didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif dan integrasi yang dilaksanakan secara
berkesinambungan terhadap proses dan jasa, untuk meningkatkan eko-
efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Reduksi pada sumbernya merupakan bagian dari strategi Produksi Bersih.
Untuk kegiatan proses, Produksi Bersih mencakup upaya konservasi
bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun
(B3), mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang
dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.
Menurut Soeriatmadja dalam Paradigma Produksi Bersih (20:1999)
Produksi Bersih merupakan jalan menuju pembangunan ekonomi dan
pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan hidup sebelumnya. Program
Produksi Bersih merupakan upaya proaktif dalam sistem produksi.
2.2.2. Prinsip-prinsip pokok produksi bersih
Produk Bersih didasarkan pada empat strategi, yaitu:
1. Merupakan upaya penerapan strategi pencegahan yang berkelanjutan
terhadap proses dan produk untuk mengurangi resiko terhadap manusia
dan lingkungan hidup serta sumber daya alamnya.
2. Merupakan upaya untuk menggarap proses produksi dengan strategi yang
meliputi pelestarian bahan baku dan energi, penghilangan pemakaian B3,
dan pengurangan kadar racun dari semua bentuk buangan dan limbah
sebelum meninggalkan proses produksi.
3. Dalam proses menghasilkan produk, strategi produksi bersih memusatkan
perhatian pada upaya pengurangan dampak lingkungan di seluruh daur
suatu produk, mulai dari ekstraksi bahan mentah sampai ke pembuangan
limbah produk tersebut.
4. Meliputi upaya penguasaan teknik pelaksanaan, penyempurnaan teknik
yang sudah ada, dan pengubahan sikap, pandangan dan perilaku produsen.
Ada tiga lingkup kegiatan yang dapat memperoleh keuntungan melalui
kegiatan Produksi Bersih yaitu :
Kegiatan proses, Produksi Bersih mencakup upaya konservasi bahan baku
dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3),
mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang
dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.
Untuk produk, Produksi Bersih memfokuskan pada upaya pengurangan
dampak di keseluruhan daur hidup, mulai dari ekstraksi bahan baku
sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.
Untuk jasa, Produksi Bersih menitikberatkan pada upaya
mengintegrasikan aspek lingkungan sejak perancangan sampai dengan
pemberian jasa.
Secara garis besar konsep Produksi Bersih melibatkan beberapa faktor, yaitu :
1. Teknologi, yang meliputi desain produk (eco product design), dan tenologi
proses.
2. Sistem manajemen, yang meliputi sistem pembelian ramah lingkungan.
3. Sumber daya manusia
4. Kondisi operasi yang sedang berlangsung.
Keuntungan penerapan produksi bersih, yaitu :
1. Memberi keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih terdapat
strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya dan penggunaan kembali
limbah di dalam proses. Penerapan produksi bersih secara dini mungkin
akan dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk
pengolahan dan pembuangan limbah atau perbaikan lingkungan.
2. Mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang melalui konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.
4. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan
pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan.
5. Memelihara ekosistem lingkungan.
6. Memperkuat daya saing produk pasar.
2.2.3. Good Housekeeping
Sesuai dengan buku pedoman pengelolaan internal yang baik, disusun
oleh P3U-GTZ pengertian Good Housekeeping (pengelolaan Internal yang
baik) berkaitan dengan sejumlah langkah praktis, sederhana, tidak
memerlukan investasi (no investment) atau sedikit investasi (low investment)
yang dapat segera diambil oleh badan usaha dan atas inisiatif mereka sendiri
untuk meningkatkan operasi mereka, dan keselamatan tempat kerja sehingga
merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengeloaan
lingkungan hidup, dan perubahan organisasional.
Penerapan GHK dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan
melalui perbaikan kinerja lingkungan, penyempurnaan operasional dan
penghematan biaya produksi. GHK dapat dilaksanakan dengan cara
memperhatikan tata cara penyimpanan bahan yang baik, penanganan dan
pengangkutan bahan yang baik.
2.2.4. Penerapan produksi bersih pada industri susu
Contoh penerapan teknologi bersih pada pengolahan susu antara lain:
1. Kotoran ternak digunakan sebagai pupuk organik, untuk memupuk
rumput yang digunakan untuk makanan ternak
2. Kotoran ternak digunakan untuk energi alternatif seperti biogas dan
bioarang
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan kesatuan sistem dalam penelitian yang
terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam penelitian. Pada bab
ini akan diuraikan beberapa aspek yang terkait dengan metode penelitian yang
meliputi rancangan penelitian, ruang lingkup penelitian, lokasi penelitian, jenis
dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, dan
waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode study
literatur dikarenakan kunjungan lapang belum dilaksanakan.
3.1. Rancangan penelitian
Dikarenakan proposal yang diajukan belum diterima, kami menggunakan
studi pustaka sebagai bahan dalam menyelesaikan penelitian ini.
3.2. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kondisi PT. Greenfields Indonesia,
sistem produksi susu Real Good Strawberry dan penerapan Good Housekeeping
pada industri yang meliputi bahan baku, mesin peralatan yang digunakan, proses
produksi dan pengawasan mutu.
3.3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Greenfields Indonesia yang terletak di Desa
Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang-Jawa Timur.
3.4. Jenis dan sumber data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Sumber data ini diperoleh dengan pencarian melalui
komputer secara online. Sumber kepustakaan yang digunakan diantaranya abstrak
hasil penelitian dan jurnal.
3.5. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam studi pustaka ini adalah abstrak hasil
penelitian, buku, dan jurnal yang diperoleh dari pencarian secara online.
3.6. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan studi kepustakaan.
3.7. Analisa data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan dibuat dalam bentuk narasi.
3.8. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari minggu, 7 Oktober 2012 pukul 09.00 –
12.00 WIB.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data umum perusahaan
4.1.1 Sejarah PT Greenfields Indonesia
PT Greenfields Indonesia didirikan pada tanggal 14 Maret 1997.
Ketika pertama kali berdiri, PT Greenfields Indonesia bernama PT Prima
Japfa Jaya. PT Prima Japfa Jaya ialah perusahaan yang berdiri dari hasil kerja
sama koperasi Bina Sentosa dan PT Santosa Agrindo. Ketika awal berdirinya,
PT Prima Japfa Jaya mendatangkan 97 ekor sapi perah yang diimpor dari
Australia. Lokasi peternakan berada di ketinggian 1,100-1,200 m dpl (di atas
permukaan laut). Wilayah tersebut memiliki suhu udara rata-rata 18 derajat
Celcius dan curah hujan sekitar 2,750-3,200 mm/tahun dengan kelembaban
sebesar 45%. Daerah tersebut dipilih dengan pertimbangan memiliki udara
yang segar, bersih, dan berangin lembut, yang sangat menunjang pemeliharaan
sapi impor agar dapat hidup optimal seperti habitat asalnya di Australia. PT
Prima Japfa Jaya terbagi menjadi 2 divisi, yaitu peternakan (dairy farm) dan
industri susu dibawah manajemen yang terpisah. Pada tahun 1998, PT Prima
Japfa Jaya membangun sistem pemerahan milking parlour dengan kapasitas
24 ekor/pemerahan. Sejak sistem pemerahan tersebut beroperasi, PT Prima
Japfa Jaya mulai menjual susu hasil perahannya ke koperasi-koperasi yang
berada di Jawa Timur dan kepada private brand.
Pada pertengahan tahun 2000, PT Prima Japfa Jaya yang merubah
namanya menjadi PT Greenfields Indonesia mulai mengoperasikan fasilitas
pengolahan susu pribadinya yang mulai dibangun sejak April 1999. Pabrik
pengolahan susu modern ini dihubungkan langsung dengan ruang mesin
pemerahan susu sapi di peternakan, yang lokasinya berdekatan. Dengan
demikian susu yang dihasilkan dalam proses ini langsung dapat didinginkan
untuk diolah, tanpa tersentuh tangan manusia secara langsung. Hal ini
menjamin higienitas yang tinggi bagi produk yang dihasilkan perusahaan.
Susu segar yang dihasilkan dari peternakan ini, sesuai dengan standar
internasional yang paling ketat. Pada saat ini, sapi perah yang diimpor dari
Australia telah berjumlah 1700 ekor.
4.1.2 Lokasi dan Topografi
Sejak pertama didirikan, PT. Geenfields Indonesia bertempat di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang-Jawa Timur. Perusahaan terletak di atas lahan dengan luas areal 25,2 ha (hektar) pada ketinggian 1200 m dpl (dari permukaan laut). Lokasi perusahaan dikelilingi oleh persawahan penduduk disekitarnya. Alasan pemilihan lokasi diantaranya adalah : 1) memiliki kondisi ideal untuk pemeliharaan sapi, 2) dekat dengan bahan baku dan sumber air, dan 3) kemudahan penanganan limbah. Pengaturan ruang untuk penempatan fasilitas produksi dan fasilitas lainnya ditata sedemikian rupa agar memudahkan proses produksi. Pengaturan fasilitas-fasilitas tersebut menggunakan tipe product layout, yaitu penempatan fasilitas produksi sesuai dengan alur proses produksi. Hal ini dilakukan untuk efisiensi proses produksi dan agar tercipta ruang yang terlihat rapi. Selain itu, juga terdapat tiga buah bis untuk mengantar jemput karyawan dan staf setiap harinya. Bangunan penunjang terdiri atas kantin dan musola di setiap divisi, dormitori sebagai tempat tinggal di lingkungan perusahaan untuk level manajer, single man untuk staf, mess
barak untuk karyawan, dan sebuah multi purpose hall sebagai aula berbagai acara dan pertemuan.
4.1.3 Produk yang Dihasilkan
1. ESL
Susu Greenfields ESL (Extended Shelf Life) adalah susu yang mengalami
proses pasteurisasi dan dipanaskan pada suhu 130 derajat Celcius selama
empat detik untuk membunuh bakteri patogen namun tetap menjaga
kesegarannya. Dikemas dalam kemasan Tetra Rex 1000 ml untuk menjamin
kualitas susu tetap terjaga. Selama disimpan dalam suhu dingin (0-4 derajat
Celcius), kesegaran susu segar Greenfileds mampu bertahan hingga 40 hari.
Mengandung vitamin dan mineral seperti kalsium, protein, dan fosfor yang
baik bagi kesehatan, dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia dalam
4 varian: Full Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk.
2. UHT
Susu Greenfields UHT (Ultra High Temperature) diolah dengan
teknologi mutakhir. Dipanaskan pada suhu 137 derajat Celcius selama empat
detik untuk membunuh bakteri patogen namun tetap menjaga kesegarannya.
Dengan kemasan Tetra Pak 1000 ml yang praktis terbuat dari karton aseptis
yang higienis mampu menjaga kandungan dan kualitas susu selama sembilan
bulan. Setelah dikonsumsi, sebaiknya disimpan dalam keadaan dingin.
Mengandung vitamin dan mineral alami seperti kalsium, protein, dan fosfor
yang baik bagi kesehatan, dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia
dalam empat varian: Full Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk.
3. Whipping Cream
Susu Krim Greenfields terbuat dari susu segar dengan kualitas premium
dengan rasa yang istimewa, dan diproduksi dengan metode dan peralatan yang
modern demi menjaga kesegaran dan menjamin kualitasnya. Cocok untuk
membuat kue dan topping makanan penutup. Dikemas dalam Tetra Pak 1000
ml.
4.1.3 Penggunaan Listrik dan Generator
Sumber listrik diperoleh dari PLN dan generator/genset. Listrik yang dihasilkan dari PLN memiliki kapasitas sebesar 865 kVA (efektif 450 kVA) dengan frekuensi 50 Hz. Listrik dari PLN disimpan di dalam gardu induk, kemudian dialirkan melalui travo untuk diturunkan tegangan listriknya baru kemudian didistribusikan untuk berbagai keperluan umum seperti lampu, komputer, kulkas, dan lain-lain. Listrik dari PLN tidak digunakan untuk keperluan proses karena dapat mengganggu proses seandainya terjadi down/mati listrik.
Listrik untuk kebutuhan proses dijalankan dengan menggunakan tiga buah genset dengan kapasitas masing-masing 500 kVA (dua buah) dan 750 kVA. Akan tetapi, dalam kebutuhan proses produksi, tegangan yang digunakan juga efektif 450 kVA. Jumlah tegangan efektif dapat dihasilkan dari dua buah genset, sedangkan genset sisanya stand by untuk mengantisipasi terjadinya down/mati listrik dari PLN. Genset yang akan digunakan untuk menyuplai listrik harus disinkronisasi terlebih dahulu antara satu dan yang lainnya jika akan digunakan secara bersamaan. Setelah tegangan listrik stabil, listrik baru dapat didistribusikan untuk keperluan proses produksi.
4.2. Proses produksi dan limbah
4.2.1. Proses produksi
Susu UHT Real Good sereal strawberry merupakan jenis susu cair UHT yang paling sering diproduksi oleh PT. Greenfields Indonesia. Proses pengolahan susu UHT Real Good sereal strawberry meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1) penerimaan susu segar dan termisasi, 2) separasi dan
termisasi, 3) mixing dan blending, 4) sterilisasi, serta 5) filling dan packaging.
1. Penerimaan Susu Segar dan Termisasi
Susu segar yang digunakan dalam proses pengolahan susu di PT. Greenfields Indonesia berasal dari tiga sumber, yaitu susu segar yang dihasilkan dari peternakan sendiri (Dairy Farm), susu segar yang berasal dari koperasi (KUD), dan susu segar kemitraan dari peternak-peternak daerah sekitar pabrik. Susu segar diperiksa terlebih dahulu oleh Departemen QC (Quality Control) untuk disesuaikan kualitasnya dengan spesifikasi perusahaan. Sebelum memasuki tahap pengolahan, susu-susu tersebut akan disimpan terlebih dahulu di dalam tiga buah reception tank dengan suhu maksimum 40C. Susu yang berasal dari peternakan sendiri akan disimpan di dalamreception tank 1 dan 2 dengan kapasitas masing-masing 15.000 L, sedangkan susu segar dari koperasi dan kemitraan disimpan di dalam reception tank 3 dengan kapasitas 20.000 L. Sebelumnya, untuk susu segar dari farm dimasukkan terlebih dahulu ke dalam balance tank. Namun, untuk susu segar dari kemitraan, terlebih dahulu disaring dengan filter berukuran 200 mikron lalu dimasukkan dalam cooling tank dengan suhu maksimum 40C yang dilengkapi dengan cooling jacket untuk penyesuaian suhu. Susu segar yang berasal dari peternakan sendiri boleh disimpan di dalam reception tank maksimum selama 72 jam, sedangkan susu segar yang berasal dari koperasi dan kemitraan hanya boleh disimpan maksimum selama 36 jam. Susu segar dari reception tank kemudian disaring menggunakan slot filter berukuran 105 mikron agar kotoran-kotoran yang terlarut di dalam susu segar dapat dipisahkan kemudian susu dialirkan menuju balance tank. Selanjutnya
sebagian susu segar akan melalui proses preheating pada suhu 75 0C dan dilakukan proses homogenisasi dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Lalu dilakukan proses termisasi pada suhu 850C selama 20 detik, kemudian dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 4 0C. Setelah itu, dilakukan penyimpanan di dalam storage tank dengan suhu maksimum 4 0C. Termisasi merupakan istilah yang digunakan oleh PT. Greenfields Indonesia terhadap pemanasan susu dengan suhu pasteurisasi.
2. Separasi dan Termisasi
Sebagian susu segar lainnya akan mengalami proses preheating dengan suhu 55-60 0C dan dilakukan separasi untuk dipisahkan antara bagian skim dan krimnya menggunakan separator. Pemisahan dengan separator menggunakan gaya sentrifugal, sehingga bagian dengan berat jenis yang lebih besar akan berada pada bagian yang paling luar. Bagian krim akan berada di tengah-tengah pusat rotasi karena memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada skim, sedangkan bagian skim akan berada di luar pusat rotasi. Selanjutnya, skim dan krim yang telah terpisah tersebut akan memasuki tahap termisasi. Untuk krim, sebelum dilakukan termisasi, akan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam cream tank yang dilengkapi dengan agitator scrapper untuk mengatur aliran krim dan agar krim tidak menempel pada dinding tanki. Proses termisasi diawali dengan proses pemanasan pada suhu 85 0C (75 0C untuk krim) selama 20 detik lalu dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 4 0C. Setelah itu, dilakukan penyimpanan di dalam storage tank dengan suhu maksimum 4 0C. Skim dapat disimpan di dalam storage tank
maksimum selama 72 jam, sedangkan krim disimpan maksimum selama 168 jam.
3. Mixing dan Blending
Pencampuran bahan (mixing) dilakukan di ruangan dengan tangki yang terpisah dengan susu (bredo mixer), sedangkan untuk mencampurkan bahan dalam jumlah kecil digunakan mixer module. Bahan-bahan dimasukkan dalam tangki pencampur lalu ditambah air panas dengan suhu 90 0C. Setelah itu bahan-bahan tersebut dialirkan ke dalam blending tank. Susu termisasi dari storage tank juga dialirkan ke dalam blending tank. Seandainya digunakan susu skim, maka dalam bahan digunakan minyak sawit. Seandainya digunakan susu segar, maka minyak sawit tidak perlu ditambahkan. Bahan-bahan dan susu kemudian diaduk (blending) di dalam blending/storage tank dan disimpan sementara pada suhu 4 0C. Susu ini hanya boleh disimpan maksimum selama 12 jam sebelum selanjutnya dilakukan proses sterilisasi.
4. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan untuk membunuh semua mikroba, terutama bakteri-bakteri tahan panas pembentuk spora seperti Bacillus stearothermophillus. Sterilisasi susu dapat dilakukan menggunakan VTIS (Vacuum Thermal Instant Sterilizer) maupun TA-Flex.VTIS merupakan teknik sterilisasi secara langsung (direct system), yaitu dengan menginjeksikan uap panas (steam) sehingga bersentuhan secara langsung dengan susu/produk. Tahapan sterilisasi VTIS diawali dengan penyaringan susu menggunakan slot filter berukuran 177 mikron lalu susu dialirkan menuju balance tank. Selanjutnya susu disterilisasi dengan injeksi uap panas dengan suhu 138 0C selama 5 detik. Uap panas yang dialirkan sebelum
diinjeksikan memiliki suhu sekitar 85-110 0C. Setelah itu, dilakukan flash cooling untuk menurunkan suhu susu sampai 90 0C. Kemudian susu dihomogenisasi dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Kebutuhan steam barrier dalam proses homogenisasi sebesar 85 0C. Selanjutnya dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 25-30 0C.
Sterilisasi dengan TA-Flex merupakan teknik sterilisasi secara tidak langsung (indirect system), yaitu menggunakan THE (Tubular Heat Exchanger) yang dipanaskan dengan air sehingga susu/produk tidak bersinggungan secara langsung dengan sumber panas. Tahapan sterilisasi TA-Flex diawali dengan penyaringan susu menggunakan slot filter berukuran 200 mikron lalu susu dialirkan menuju balance tank. Berbeda dengan sterilisasi VTIS, tahap homogenisasi TA-Flex dilakukan sebelum proses sterilisasi. Homogenisasi susu dilakukan secara dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Selanjutnya susu disterilisasi di dalam THE pada suhu 133 0C selama 5 detik. Setelah itu dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 25-30 0C. Setelah dilakukan proses sterilisasi, susu akan ditampung di dalam aseptic tank. Aseptic tank yang terdapat berjumlah dua buah, masingmasing dengan kapasitas 10.000 L dan 30.000 L Produk susu UHT Real Good akan ditampung dan diturunkan suhunya hingga 25-30 0C sebelum dilakukan proses pengisian (filling) dan pengemasan (packaging).
5. Filling dan Packaging
Susu yang disimpan di dalam aseptic tank kemudian dialirkan menuju AFM (Aseptic Filling Machine) untuk dilakukan proses pengisian dan pengemasan produk. AFM selalu dibersihkan setiap sebelum dan setelah digunakan.
Proses pembersihan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada proses pengolahan susu yaitu dengan teknik CIP. CIP yang dilakukan meliputi CIP intermediate dan CIP final. CIP intermediate berlangsung selama 45 menit dan dilakukan apabila produk masih berada di dalam valve produk, sedangkan CIP final berlangsung selama 1,5 jam dan dilakukan setiap sebelum dan setelah proses filling. Mesin filling untuk produk UHT Real Good terdiri atas dua jenis, yaitu A1 Fino dan TFA (Tetra Fino Aseptic). A1 Fino terdapat sebanyak tiga unit dengan kapasitas masing-masing 10.700 pak/jam, sedangkan TFA terdapat sebanyak dua unit dengan kapasitas 4.500 pak/jam. Sebelum dilakukan proses pengisian produk, kemasan primer (paper) produk akan disterilisasi terlebih dahulu. Untuk mesin TFA, salah satu sisi paper akan ditempelkan dengan strip khusus melalui elemen SA (Strip Aplicator) pada suhu 170 0C dengan tekanan 1,6 kPa. Selanjutnya paper disterilisasi dengan cara dilewatkan pada rol yang setengah bagiannya tercelup larutan H2O2 35 % lalu dikeringkan dengan squee gee roller (steam barrier 130 0C). Kemudian paper dilewatkan pada elemen LS (Longitudinal Sealing) pada suhu dan tekanan yang sama dengan elemen SA, sehingga paper berbentuk silinder. Setelah itu baru dilakukan proses pengisian melalui pipa produk yang dilengkapi dengan tube heater pada suhu 460 0C. Untuk mesin A1 Fino, pemanasan elemen SA dengan pemanas suhu 240 0C agar strip menempel sebagian pada paper setelah dilewatkan pada rol pengepres. Selanjutnya paper dicelupkan ke dalam larutan H2O2 35 % lalu dikeringkan di dalam heating chamber dengan suhu 93-200 0C. Sebelum menuju aseptic chamber, sisa-sisa larutan H2O2 yang mungkin masih menempel dikeringkan juga dengan squee gee roller. Aseptic chamber disterilisasi dengan menggunakan udara steril
bersuhu 130-150 0C dan larutan H2O2 yang disemprotkan. Kemudian paper dilewatkan pada elemen LS dengan suhu 270 0C dan tekanan 0,1 bar sehingga paper berbentuk silinder. Setelah itu baru dilakukan proses pengisian secara aseptik dan dilakukan transversal sealing pada bagian atas dan bawah paper. Produk dari AFM kemudian disalurkan melalui belt conveyor menuju ruang packaging sekaligus diberikan waktu kadaluwarsa dengan menggunakan mesin domino. Waktu kadaluwarsa yang diberikan meliputi tanggal, bulan, dan tahun. Produk UHT Real Good memiliki masa kadaluwarsa 6 bulan setelah diproduksi. Produk dikemas dengan kemasan sekunder berupa karton dengan jumlah 36 pak/karton. Karton-karton kemudian ditumpuk dengan tumpukan maksimal 7 karton diatas palet dengan jumlah 112 karton/palet. Hal ini dilakukan agar produk tidak bersentuhan secara langsung dengan lantai dan memudahkan penanganan produk untuk penyimpanan dan pengangkutan.
Diagram proses pengolahan susu realgood sereal strobery
4.2.2. Tinjauan limbah
Waste Water Treatment
Limbah cair dihasilkan dari proses produksi, terutama yang berasal dari proses CIP. Limbah cair yang dihasilkan dialirkan menuju lagoon sebagai tempat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah cair mula-mula akan mengalami proses screening/penyaringan kemudian dialirkan menuju inlet somp. Setelah itu akan dilakukan proses flokulasi dengan penambahan tawas 18 % di dalam equalization tank. Hal ini menyebabkan lemak yang terkandung akan mengalami koagulasi agar mudah dipisahkan setelah melewati fat trap. Selanjutnya air ditambahkan HCl dan NaOH agar diperoleh
nilai pH antara 6,5-8,5. Jika pH kurang dari 6,0 maka ditambahkan NaOH 1 % w/v, sedangkan jika pH melebihi 9,0 ditambahkan HCl 2 % w/v.
Setelah keluar dari equalization tank, air dialirkan menuju SBR (Sequencing Batch Reactor). SBR menggunakan proses aerobik dengan mekanisme lumpur aktif (active sludge) dan penambahan bakteri aerob BOD 5. Lumpur aktif dihasilkan dengan kecepatan 2 m3/jam. Setelah tanki SBR terisi 80 %, terjadi proses aerasi selama 16 jam dan penambahan TSP/urea sebagai nutrisi bagi bakteri. Aerasi dilakukan dengan mengalirkan 7,69 kg O2/jam. TSP yang ditambahkan sebanyak 3,5 kg/hari, sedangkan urea sebanyak 2,3 kg/hari. Namun jika laju aliran mencapai maksimum, nutrisi ditambahkan sebanyak 10 kg/m3. Selanjutnya dilakukan proses sedimentasi selama 2-3 jam sehingga dihasilkan air dengan kondisi 50 % jernih. Air yang dihasilkan dari IPAL digunakan untuk flushing kandang sapi di peternakan (Dairy Farm).
4.3. Produksi bersih
4.3.1. Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan
1. CIP (Clean In Place)
CIP (Clean In Place) merupakan proses pembersihan mesin-mesin dan peralatan yang digunakan di dalam proses pengolahan susu tanpa harus memindahkan atau membongkar mesin atau peralatan yang digunakan. CIP dilakukan setiap sebelum dan setelah melakukan proses produksi. CIP yang ada di PT. Greenfields Indonesia memiliki tiga buah line pembersihan, yaitu : 1) CIP processing line, 2) CIP storage line, dan 3) CIP aseptic line. Selain itu juga terdapat lini CIP sendiri yang terintegrasi dengan mesin untuk
bagian sterilisasi VTIS dan TA-flex. CIP yang dilakukan terdiri atas dua jenis, yaitu CIP intermediate dan CIP final. CIP intermediate berlangsung selama 45 menit dan dilakukan ketika mesin mengalami masalah/trouble. CIP final berlangsung selama 1,5 jam dan dilakukan pada saat awal dan akhir proses produksi. CIP dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1) pencucian dengan air suhu 50 0C, 2) pencucian dengan soda kaustik (NaOH) 2-2,5 % suhu 85 0C, 3) pembilasan dengan air suhu 60 0C, 4) pencucian dengan asam nitrit (HNO3) 1-1,5 % suhu 70 0C, 5) pembilasan dengan air suhu 60 0C, 6) sirkulasi dengan air panas suhu 85 0C, dan 7) pembilasan dengan air suhu 30 0C. CIP intermediate dilakukan hanya sampai tahap pencucian dengan soda kaustik kemudian dibilas dengan air.
2. Improvement (perbaikan)
Improvement biasanya terkait dengan project, tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan fungsi bangunan yang sudah adaSalah satu contohnya adalah improvement yang dilakukan pada ruang packaging material. Ruangan tersebut dulunya masih berupa ruangan terbuka, sehingga rentan terkena cahaya matahari, hujan, atau debu secara langsung yang dapat menyebabkan barang di dalamnya lebih cepat rusak. Sekarang ruangan tersebut sudah dilengkapi dengan dinding untuk melindungi barang yang disimpan di dalamnya.
Improvement lainnya dilakukan terhadap lantai dan dinding di ruang produksi.Lantai ruang proses produksi harus dilengkapi dengan epoksi agar lebih tahan terhadap beban dan bahan-bahan kimia. Dinding ruang produksi dulunya juga dilapisi dengan menggunakan epoksi. Namun, karena epoksi merupakan senyawa kimia dari minyak (solvent base) dan dapat menimbulkan bau, maka dinding ruang produksi
sekarang dilapisi dengan cat elastomeric (water base) agar lebih mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan bau yang dapat mengontaminasi produk.
3. Maintenance
Maintenance adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga bangunan dan peralatan yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Maintenance dilakukan terhadap bangunan dan peralatan seperti dinding, lantai, forklift, AC, lampu, cold storage, dan sebagainya. Maintenance forklift dilakukan setiap 6 bulan sekali dari kontraktor yang bersangkutan. Akan tetapi, sebagai upaya pencegahan, juga dilakukan maintenance mandiri setiap bulannya. Maintenance cold storage dan lampu di ruang proses produksi dilakukan setiap 3 bulan. Lampu di ruang proses produksi dilengkapi dengan cover akrilik yang biasanya diganti setiap 3 bulan.
4.3.2. Hambatan dalam penerapan produksi
Proses produksi susu Real Good PT. Greenfields Indonesia belum
ditemukan hambatan pada penerapan produksi bersihnya. Produksi bersih
yang diterapkan pada PT. Greenfields Indonesia sudah cukup memenuhi
standart internasional.
4.3.3. Peluang-peluang Produksi Bersih
Perbaikan tempat sampah untuk pembuangan limbah padat seperti bahan pengemas, karton, maupun plastik. Selain itu, juga sedang direncanakan pembuatan coving antara lantai dan dinding yang ada di ruang produksi sehingga menjadi tidak bersudut. Hal ini dilakukan agar ruang produksi lebih mudah dibersihkan dan dapat meminimumkan residu kotoran yang kemungkinan dapat tertinggal di dalam ruangan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
PT. Greenfields Indonesia merupakan perusahaan bisnis sebagai produsen
di bidang pengolah susu berteknologi tinggi yang menghasilkan produk
susu ESL (Extended Shelf Life), susu UHT, dan whipping cream yang
dikemas dalam kemasan TBA (Tetra Brik Aseptic) dan TFA (Tetra Fino
Aseptic).
Good Housekeeping adalah pengelolaan Internal yang baik untuk
meningkatkan operasi mereka, dan keselamatan tempat kerja sehingga
merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengeloaan
lingkungan hidup, dan perubahan organisasional.
Penerapan Good Housekeeping pada PT. Greenfields dilakukan sbb.
a) Bahan Baku : Susu yang berasal dari peternakan dan KUD disimpan
pada reception tank agar tidak terkontaminasi udara luar. Selain itu,
susu dari KUD sebelum dimasukkan dalam reception tank di uji
mutunya agar memiliki kualitas yang sesuai dengan susu dari
peternakan
b) Mesin dan Peralatan : Diterapkan biosekuriti sebelum memasuki
kawasan produksi susu. Pada peternakan, sapi dan lingkungannya
dilakukan pembersihan secara berkala sedangkan untuk mesin dan
peralatan yang digunakan selama proses produksi dilakukan
perawatan berupa pencucian menggunakan zat kimia, pembilasan dan
sterilisasi alat dengan susu tinggi.
c) Proses Produksi : Proses Produksi dengan menggunakan sistem
Pasteurisasi Ultra High Temperature (UHT) yaitu pemanasan pada
suhu tinggi dan segera didinginkan pada suhu 10°C (suhu minimal
pertumbuhan bakteri susu)
d) Pengawasan Mutu : Pengawasan mutu dilakukan pada saat kedatangan
susu dari KUD, Reception Tank, Balance Tank, Storage Tank,
Blending Tank, Aseptic Tank, Filling, Chlorine Water, dan Air test.
Pengawasan tersebut berupa menganalisis kandungan susu secara
kimia dan mikrobiologi sesuai standart
e) Pengolahan Limbah : Penanganan limbah dilakukan dengan membuat
kolam penampungan limbah (lagoon). Limbah cair yang terpisah dari
hasil endapan akan digunakan kembali untuk proses cleaning kandang
secara flushing.
5.2. SARAN
Diharapkan sebelum melakukan kunjungan lapang untuk melakukan
briefing tentang good Housekeeping terlebih dahulu agar saat pelaksanaan
kunjungan lapang ke industri peserta dapat menganalisis secara langsung
penerapan sistem tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah
Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta:
Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta,
Jakarta
Soeriatmodjo, RE, 1999 : Teknologi Bersih untuk menghasilkan produk
ramah lingkungan, Nuansa, Bandung