Download - Makalah Sai

Transcript

Judul: Mari Berdayakan MesjidNama: Aan NurhasanahNim: 2119110108Prodi: Biologi

MARI KITA BERDAYAKAN MESJID

Menurut data tahun 2002, jumlah masjid di Indonesia tidak kurang dari 700 ribu buah. Tentunya jumlah tersebut semakin bertambah selama rentang waktu kurang lebih sembilan tahun, sampai tahun 2011 ini. Suatu jumlah yang sangat besar, bahkan yang terbesar di dunia, dan cenderung untuk terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk khususnya kaum muslimin. Tetapi pertumbuhan tersebut baru bersifat fisik, belum sepenuhnya bersifat peran dan fungsinya sebagai sarana untuk melayani masyarakat. Manajemennya atau pengelolaanya masih lemah.Adalah sungguh ironis, kalau kita begitu bersemangat untuk membangun masjid, mushalla, langgar, surau, di sekolah-sekolah, instansi, kantor, mall-mall, dan tempat-tempat keramaian lainnya, namun tidak mengacuhkan bagaimana mengelola atau memenejnya menjadi lebih baik.Besarnya jumlah masjid di negeri kita Indonesia seharusnya semakin mampu meminimalisasi kemiskinan dan meringankan beban kehidupan umat atau ikut memecahkan persoalan ekonomi dan sosial. Kenyataannya masjid selama ini hanya difungsikan sebagai tempat ibadah tanpa adanya gerakan berarti lainnya, karena kita masih memandang masjid dengan sudut "sempit", sehingga ruang gerak dan fungsinya juga menjadi sempit.

PERAN DAN FUNGSI MASJID

Sebagai tempat peribadatan bagi umat Islam, masjid memiliki fungsi yang sangat istimewa yang membedakannya dengan tempat-tempat peribadatan agama lain. Diantara fungsi utama masjid tersebut adalah: Pertama, sebagai pusat peribadatan umat Islam. Terutama dalam melaksanakan sholat lima waktu dan sholat-sholat sunnah lainnya. Kedua, sebagai sekolah, tempat belajar, tempat berkumpul ulama dalam mengajarkan ilmu. Dimana disampaikan tentang hukum-hukum syariat atau arahan-arahan keagamaan kepada masyarakat.Masjid tidak hanya sekedar tempat sholat, lebih dari itu ia mampu berperan sebagai basis perubahan masyarakat yang memicu kebangkitan dan kemajuan umat. Sebagai pusat aktifitas dan kegiatan umat, ia memiliki peran dan fungsi yang sangat penting.Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi untuk kegiatan ilmiah, sosial, pengadilan, pemerintahan, pembinaan masyarakat, militer, mencetak sumber daya manusia yang beriman dan profesional, mengentaskan masalah sosial dan keagamaan, menyehatkan masyarakat, bahkan menjadi mitra dalam membangun negara. Masjid memberikan pelayanan ekstra kepada masyarakat yang tidak bisa diberikan oleh pemerintah.Peran masjid yang begitu besar pernah dicatat dalam sejarah. Masjid Nabawi di Madinah setidaknya memiliki sepuluh fungsi di tengah-tengah masyarakat ketika itu, yaitu:(1). Tempat ibadah (sholat, zikir).(2). Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi, sosial budaya). (3). Tempat pendidikan. (4). Tempat santunan sosial. (5). Tempat latihan perang dan persiapan alat-alatnya.(6). Tempat pengobatan korban perang. (7). Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa. (8). Aula dan tempat menerima tamu.(9). Tempat menawan tahanan perang.(10). Pusat penerangan dan pembelaan agama.Sedemikian besarnya peranan yang dimainkan oleh masjid ketika itu, agaknya disebabkan oleh keadaan masyarakat yang sangat berpegang teguh kepada nilai, norma, dan jiwa agama; dan pembina/pengurus masjid yang memiliki kemampuan menghubungkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat dengan kegiatan masjid. (Shihab, 2007). MEMBANGUN MASJID KARENA ALLAH

Membangun Masjid merupakan perintah agama, Rasulullah SAW menganjurkan ummatnya untuk membangun Masjid dimana saja mereka berada. Sebagaimana pengakuan para sahabatnya : ``Rasulullah SAW telah menyuruh kami membangun Masjid ditempat tinggal kami dan supaya kami menjaga kebersihannya.`` (HR. Ahmad dan Tarmidzi).Dari hadits ini dapat dipahami bahwa membangun Masjid itu bukan hanya sekedar memelihara dan melestarikan warisan, melainkan juga merupakan perintah baik dari Allah maupun dari Rasulnya. Dalam Al Qur`an diisyaratkan betapa pentingnya sebuah Masjid sebagai ajang berfastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan). Firman Allah : `` Hanyalah orang-orang yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, serta tetap mendirikan Shalat, mengeluarkan Zakat dan tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Mereka itulah orang-orang yang diharapkan untuk menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.`` (At Taubah : 18). Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa sebaik-baik shalat ialah shalat yang dikerjakan dirumah kecuali shalat fardu. Shalat fardhu lebih utama dikerjakan di Masjid secara berjamaah. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya Masjid sebagai sarana ibadah. Orang-orang yang terikat hatinya dengan Masjid termasuk golongan yang akan mendapatkan perlindungan Allah dihari kiamat, demikian dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam salah satu sabdanya. Pengadaan Masjid termasuk salah satu investasi amal yang akan mengalirkan pahala terus menerus bagi orang-orang yang membangunnya. Karena hal ini termasuk salah satu dari tiga amal yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW : ``Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu : sedekah jariah (termasuk membangun Masjid), ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya`` (HR. Muslim). Bagi mereka yang membangun Masjid atau menyediakan dana untuk pembangunan/pengadaan Masjid termasuk dalam kategori Firman Allah : ``Perumpamaan (dana yang dikeluarkan) oleh orang-orang yang menghasilkan seratus biji. Allah melipatgandakan pahala siapa saja yang dikehendaki Nya, dan Allah maha luas pemberian Nya lagi Maha Mengetahui`` (Al Baqarah : 261).

KEUTAMAAN MEMBANGUN MESJID

Masjid yang dimaklumi oleh semua umat manusia baik yang muslim ataupun non-muslim adalah merupakan tempat suci untuk melakukan ibadah bagi umat muslim. Bahkan keberadaan masjid dalam suatu wilayah atau kampung merupakan jati diri bahwa perkampungan tersebut merupakan komunitas muslim. Masjid dibangun oleh kaum muslimin merupakan rangkaian dari adanya perintah wajib melaksanakan shalat secara berjamaah. Oleh karena perintah tersebuh hukumnya wajib, maka hukum mendirikan masjid pun menjadi wajib. Karena dalam kaidah ushul fiqih dikatakan :

Artinya :

Sesuatu yang dapat menyempurnakan suatu kewajiban maka hukumnya wajib

Dalil hukum ini dikuatkan dengan pesan Allah dalam beberapa ayat Al-Quran yang menerangkan betapa pentingnya masjid itu dibangun. Lebih jauh Allah menuntut agar bukan sekadar membangun saja melainkan harus memelihara dan memakmurkannya. Di antara dalil Al-Quran yang berhubungan dengan keutamaan masjid adalah :Orang yang memakmurkan masjid merupakan identitas seseorang yang memiliki predikat beriman. Artinya :Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah : 18)Orang-orang yang mendapat pancaran nur Ilahi adalah orang-orang yang berzikir kepada Allah di masjid. Artinya :Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang (QS. An-Nur : 36)Ancaman bagi orang yang berusaha merusak masjid atau berusaha menghalang-halangi orang yang akan beribadah. Artinya :Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. (QS. Al-Baqarah : 114)Masjid-masjid itu diklaim sebagai kepunyaan Allah SWT. Artinya :Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS. Al-Jin : 18)Sebagai etika menghormati masjid, setiap muslim dianjurkan memakai pakaian yang indah-indah. Artinya :Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid (QS. Al-Araf : 31)Dalam beberapa hadis banyak diterangkan tentang jaminan bagi orang yang membangunan masjid, yakni surga.Mengingat beberapa dalil yang menyangkut tentang keutamaan masjid dan bagaimana seorang muslim dituntut untuk memakmurkan, memanfaatkan fungsi masjid sesuai tuntutan agama Islam. Dalam hal ini tentu apabila dihubungan dengan salah satu hadits Nabi yang menerangkan tentang beberapa tanda-tanda kiamat adalah di anataranya adalah di mana banyak masjid yang dibangun dengan arsitektur sangat megah, akan tetapi justru sepi dari aktifitas zikir kepada Allah SWT. Sungguh sangat ironis jika kayakinan muslim begitu mendalam tentang betapa besar pahala bagi orang yang membangun masjid. Sehingga sekuat tenaga orang-orang bergotong royong, mencari dana, mengorbankan harta, tenaga dan pikiran guna mewujudkan sebuah bangunan masjid yang megah, sekaligus sebagai lambang kebanggaan masyarakat muslim di suatu tempat. Akan tetapi pada saat harus mengisi masjid tersebut dengan berbagai bentuk aktifitas ibadah, justru saling mengandalkan, saling menuding, dan saling melempar tanggung jawab.Gejala ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menyelami kualitas ibadah seseorang secara keseluruhan. Bahwa pada saat setiap hamba melakukan rutinitas keagamaan dengan cara simbolisme, tentu belum cukup jika orang itu dinilai sebagai orang yang sempurna ibadahnya. Mengingat bahwa penilaian Allah terhadap ibadah seseorang lebih kepada kuntinuitasnya, di samping kuantitas dan kualitasnya juga penting. Sebagaimana firman Allah :Artinya :Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita (QS. Al-Ahqaf : 13)Dalam bahasa Al-Quran ibadah yang kuntinue itu disebut istiqamah. Di mana dalam ayat di atas dituntut bahwa kalimat iman seseorang harus ditindak-lanjuti dengan karya nyata atau amal yang istiqamah, langgeng dan melahirkan pembiasaan.Masjid adalah tempat suci dan disucikan, setiap muslim yang hendak memasuki masjid terikat dengan tata krama dan aturan-aturan yang harus dijalankan. Misalnya aturan melangkahkan kaki masuk masjid atau keluar masjid. Doa masuk dan keluar masjid, shalat sunnat tahiyatul masjid, niat dan pelaksanaan itikaf, serta menjaga perbuatan-perbuatan yang bersifat senda gurau atau di luar tujuan ibadah selama berada di masjid. Oleh karena itu membangun masjid selain dengan tujuan menggapai ridlo Allah SWT juga sebagai sarana menguji kualitas kesetiaan iman seorang muslim pada saat dituntut untuk mengorbankan hartanya untuk pembangunan masjid.Masjid adalah rumah Allah yang di dalamnya akan ditegakkan syi`ar-syi`ar keagamaan. Selayaknya dalam membangun masjid diawali dengan niat ikhlas yang semata mengharap balasan dari Allah swt. Sebab awal langkah yang suci akan mempengaruhi perjalanan masjid selanjutnya. Sehingga kegiatan apapun yang terlaksana tetap dalam koridor ketaatan kepada Allah.Niat yang baik akan mewarnai corak kegiatan yang ada dalam sebuah masjid. Seolah-olah niat yang ada dalam hati pendiri masjid terefleksi dalam sikap para jamaah dan bangunan fisik masjid. Jika masjid yang dibangun mengharap keridhaan Allah, maka setiap jamaah yang masuk ke dalamnya akan merasakan ketenangan, keamanan, dan kedamaian. Kegelisahan, kegundahan, dan kekhawatiran akan sirna seketika, sekalipun hanya duduk di dalamnya. Kesakralan inilah yang terefleksikan pada Masjid al-Haram seperti yang digambarkan dalam Q. S. Ali Imran (3): 97, " Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Masjid al-Haram), menjadi amanlah ia".Dari maksud yang dikandung dalam ayat-ayat yang berbicara tentang masjid, dapat disimpulkan ciri-ciri masjid yang didirikan karena Allah, yaitu:(1).Menjauhkan masjid dari hal-hal yang mengantarkan penghuninya syirik kepada Allah swt ,dan tidak taat kepada Rasulullah. (2).Adanya sikap pengelola yang baik dari sisi akhlak, ibadah, muamalah, dan perhatian mereka terhadap masjid. (3).Kegiatannya terprogram, yang mendorong semua orang lebih dekat kepada Allah swt dan mencintai Rasulullah saw. (4).Pelaksana dan pengelola/pengurus masjid adalah pihak yang paling dekat hubungannya dengan Allah dan paling senang mengamalkan sunnah Rasulullah. (5).Semua permasalahan yang muncul dan terjadi dalam lingkungan masjid selalu diukur dengan petunjuk Allah dan RasulNya. (6).Mengedepankan syi`ar-syi`r Islam dalam setiap kegiatannya. (7).Tidak memanfaatkan masjid untuk mencari keuntungan dan kepentingan pribadi, baik yang berkaitan dengan urusan bisnis, ataupun popularitas. (Mustofa, 2007).

MEMELIHARA DAN MENJAGA FISIK MASJID

Mengagungkan dan memuliakan masjid merupakan suatu keharusan dan kewajiban. Kita diperintahkan untuk memelihara dan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Allah swt sendiri juga menjaga setiap masjid, karena masjid-masjid tersebut merupakan milik-Nya. Lihat Q. S. Al Jin (72): 18, "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorangpun di dalamnya selain Allah".Memelihara dan menjaga fisik masjid mencakup berbagai aspek, diantaranya: (1).Memelihara keindahan masjid, baik artistik maupun kenyamanannya. (2).Memelihara lingkungan masjid, yaitu daerah sekitar halaman, taman-taman atau jalan menuju kesana. (3).Memelihara suasana masjid, menciptakan suasana tenang dengan meminimalkan segala suara atau gangguan. (4).Memelihara ketertiban masjid, dengan menegakkan tata tertib yang berlaku di dalam masjid. (5).Memelihara masjid di waktu malam atau ketika tidak sedang digunakan. Seperti memelihara harta dan inventaris masjid dari tindak kriminal, pencurian, atau pelecehan. (Ayub, 2001).Disamping itu juga mesti dipastikan ketersediaan perangkat-perangkat utama yang dibutuhkan oleh layaknya sebuah masjid. Perangkat-perangkat tersebut diantaranya: mihrab, mimbar, kubah/menara azan, rak-rak Al-Quran/buku, rak-rak sandal/sepatu, tempat khusus wanita, tempat wudhuk dan bersuci, perangkat lampu/penerangan, perangkat sound system/pengeras suara, pendingin ruangan/kipas angin, karpet/tikar dan kebersihan, petugas-petugas kebersihan masjid dan bangunan pelengkap (ruwaq) tempat tinggal mereka.

PEMBERDAYAAN FUNGSI MASJID

Pemberdayaan masjid dibagi kepada dua aspek, yaitu administrasi dan manajemennya. Pemberdayaan dimulai dari pembenahan administrasi. Setelah administrasi beres, barulah diurus manajemennya, yaitu memberdayakan fungsi masjid untuk melayani masyarakat.Administrasi masjid identik dengan kegiatan fisik (physical management) atau disebut juga idarah bina` al-maddiyyi, yang meliputi kepengurusan, pengaturan dan pembangunan masjid, penjagaan kehormatan, kebersihan, ketertiban dan keindahan masjid, pemeliharaan tata tertib dan ketentraman masjid, pengaturan keuangan dan administrasi, dan pemeliharaan daya tarik masjid bagi jamaah.Sedangkan manajemen masjid identik dengan kegiatan fungsional (functional management) atau disebut juga idarah bina` al-ruhhiyyi, yang meliputi pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat melalui pendidikan dan pengajaran.Masjid adalah sebagai sarana untuk membina umat. Pembinaan tersebut ditujukan kepada pengurus masjid dan jamaahnya baik sebagai pribadi, keluarga, ataupun umat agar selalu terpaut dengan kesucian, kebenaran,dan ketundukan jiwa kepada al-Khalik. Termasuk dalam pemberdayaan masjid yaitu menggerakkan anggota masyarakat yang mampu untuk membangun masjid dengan semangat dakwah, terutama dengan memprioritaskan bantuan kepada daerah terpencil.Pemberdayaan peran dan fungsi masjid dalam membantu menyelesaikan permasalahan umat, secara umum adalah:(1). Sebagai sarana konsultasi keagamaan. (2). Sebagai sarana konsultasi masalah keluarga. (3). Sebagai sarana konsultasi masalah sosial. (4). Sebagai sarana pengembangan pendidikan masyarakat.(5). Sebagai sarana pengembangan bakat dan ketrampilan. (6). Sebagai sarana penghapusan kemiskinan. (7). Sebagai sarana meringankan beban orang tua tidak mampu. (8). Sebagai sarana pembinaan generasi muda. (9). Sebagai sarana mitra pengembangan perekonomian masyarakat. (10). Sebagai sarana menyehatkan masyarakat.Disamping itu, ada beberapa kemungkinan gagasan ke depan masjid yang diharapkan hadir di tengah masyarakat, yaitu: menyediakan tempat tinggal untuk penuntut ilmu (ruwaq), menyediakan perpustakaan dan ruang baca, menampilkan buletin dan papan informasi, menyediakan lapangan olahraga, menyediakan gedung serba guna, menyediakan kantor pengurus harian dan ruang bimbingan konseling keagamaan, membangun lembaga pendidikan dan latihan, membangun klinik kesehatan masjid, membangun koperasi (lembaga pemberdayaan ekonomi umat), membentuk lembaga amil zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF).Sudah saatnya masjid menjadi bagian dari solusi masyarakat untuk ikut serta menyelesaikan dan meringankan problematika hidup umat. Masjid perlu diberdayakan melalui pembinaan pengurus dan jamaahnya, dan melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat.


Top Related