Download - MAKALAH PEMATAHAN DORMANSI
MAKALAH DORMANSI
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal.
Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu.
Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.Banyak biji
tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak
menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu
dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang
kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku
dorman adalah kuncup.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Dormansi pada benih dapat berlangsung beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa
tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi
selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus
terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari
benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya,
baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi sehingga secara tidak langsung benih
dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam.
2.1 Tipe Dormansi
Dormansi fisik: yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan, seperti kulit
biji yang eras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas
pada beberapa jenis benih tanaman.
1) Impermeabilitas kulit biji terhadap air
2) Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
3) Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Dormansi fisiologi: dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, umumnya dapat juga
disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh.
1) Immaturity embrio
Beberapa jenis tanaman mempunyai biji dimana perkembangan embrio tidak secepat jaringan
sekelilingnya.Sehingga perkecambahan dari benih-benih demikian perlu ditunda, sebaiknya
benih ditempaykan pada kondisi temperatur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap
terjaga samapi embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.
2) After ripening
Peristiwa dimana benih tidak mau berkecambah pada waktu dikecambahkan meskipun telah
diberi rangsangan yang biasa dipakai untuk mematahkan dormansi dan benih baru dapat
berkecambah setelah disimpan selama jangka waktu tertentu.
3) Dormansi sekunder
Benih-benih yang pada keadaan normal mampu berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada
suatu keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi
kehilanagan kemampuan untuk berkecambah.
4) Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme pada embrio
Banyak dari jenis-jenis benih tanaman diketahui peka terhadap cahaya.
2.2 Cara-cara untuk memecahkan dormansi
1. Perlakuan mekanis
Skirifikasi: mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas
ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih
yang memiliki sumbat gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras
sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas.
Tekanan: benih-benih dari jenis tanaman tertentu (swee clover dan alfalfa) diberi perlakuan
tekanan.
2. Perlakuan kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan
dormansi pada benih. Seperti contoh: asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
3. Perlakuan perendaman dengan air
Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas atau di air
dingin dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
4. Perlakuan dengan cahaya
Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju
perkecambahan.Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima
tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
BAB III. PEMBAHASAN
PEMATAHAN DORMANSI
Benih dari spesies tanaman,mempunyai sifat dapat menunda perkecambahannya sampai
benih tersebut menemukan kondisi lingkungan yang optimum untuk berkecambah. Akan tetapi
tidak semua benih yang ditanamn dalam kondisi tumbuh optimum akan berkecambah, meskipun
sebenarnya benih tidak mati. Benih hidup yang mempunyai sifat demikian disebut benih dorman.
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu impermiabilitas kulit
biji terhadap air atau gas ataupun resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio,
embrio yang rudimenter, after ripening, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat
perkecambahan. Benih yang mengalami dormansi ini dapat distimuluskan untuk berkecambah
dengan suatu perlakuan mekanis, fisis, maupun kimia.
Benih yang berkulit keras seperti mengkudu atau famili Leguminoceae umumnya
memiliki sifat dormansi disebabkan karena kulit biji keras sehingga impermiabel terhadap air
atau gas atau embrio tidak dapat menembus kulit biji. Kadang benih diselimuti oleh lapisan lilin
sehingga pengambilan air untuk proses perkecambahan terhalang. Perlakuan fisik dengan
perusakan kulit (skarifikasi) misalnya pelukaan, goresan pada kulit benih merupakan salah satu
cara meningkatkan permiabilitas benih dalam air maupun bahan kimia ditujukan untuk
menghilangkan senyawa penghambat perkecambahan yang terdapat dalam kulit benih.
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari dan mengenal penyebab dormansi benih sreta melakukan dan
membandingkan berbagai metode pemecahan dormansi benih.
PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
Proses respirasi tertekan / terhambat.
Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada
tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya.
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis
dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
Innate dormansi (dormansi primer)
Induced dormansi (dormansi sekunder)
Enforced dormansi
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
Dormansi Fisik, dan
Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti
kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air
atau gas-gas ke dalam biji.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras"
karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa
palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai
lapisan lilin dan bahan kutikula.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji
dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan
oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh
keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi
apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya
disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang
tumbuh
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya
sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih
ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai
embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu
agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After
Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan
yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-
beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun
berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama
beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang
dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk
berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang
membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji
yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat
imbibisi menjadi lebih terbatas.
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio.
Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain :
Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.
Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa
dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe
dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah
dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang
membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
Cara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan.
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat
berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang
dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana
cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
Dengan perlakuan mekanis.
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas,
melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan
untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih
permeabel terhadap air atau gas.
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada
waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi
pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit
sebelum tanam.
Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit,
potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain:
Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh
benih.
Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan
dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam
air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat
menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan
yang merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu
famili.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan.
Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas
cahaya dan panjang hari.
PERKECAMBAHAN BIJI DAN DORMANSI
Posted by axingeniusboyz ⋅ June 8, 2011 ⋅ 4 Comments
Biji merupakan komponen vital dari diet dunia. Biji gandum sendiri, yang mana terdiri
dari 90% semua biji yang dibudidayakan. Perkecambahan termasuk proses dimana dimulainya
dengan proses imbibisi air oleh dorman, biasanya kering, biji dan berakhir dengan proses
elongasi dari axis embrionik (H. Lambers et al., 2008). Biji memiliki cadangan makanan yang
membuatnya independen secara luas dari sumber daya lingkungan untuk bertahan hidup.
Perubahan drastis tersebut dalam proses autotropik yang bergantung kepada suplai cahaya, CO2,
air dan nutrisi anorganik dari sekelilingnya untuk pertumbuhan autotropik. Perkecambahan
adalah proses ketika bagian dari embrio, biasanya radikula, memasuki kulit biji dan mungkin
berproses dengan air dan O2 dan pada temperatur yang stabil. Dormansi didefinisikan sebagai
keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan terjadinya perkecambahan, walaupun kondisi
untuk berkecambah sudah terpenuhi (Tempertur, air dan O2). Dormansi secar efektif menunda
proses perkecambahan. Keadaan diperlukan untuk memecah dormansi dan mengijinkan
permintaan akan perkecambahan sering agak berbeda dari yang keadaan yang menguntungkan
untuk tumbuh atau bertahan hidup dari tingkat kehidupan autotropik dari tanaman (H. Lambers
et al., 2008). Proses Perkecambahan Biji (Jann dan Amen dalam Khan, 1934)
1. Penyerapan air * Masuk air secara imbibisi dan osmosis * Kulit biji * Pengembangan embrio
dan endosperm * Kulit biji pecah, radikal keluar
2. Pencernaan Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa bermolekul besar dan
kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut
melalui membran dan dinding sel. Makanan cadangan utama pada biji yaitu pati, hemiselulosa,
lemak, protein: * tidak larut dalam air atau berupa senyawa koloid * terdapat dalam jumlah besar
pada endosperm dan kotiledon * merupakan senyawa kompleks bermolekul besar * tidak dapat
diangkut (immobile) ke daerah yang memerlukan embrionikaksis Proses pencenaan dibantu oleh
enzim * senyawa organik yang diproduksi oleh sel hidup * berupa protein * merupakan
katalisator organik * fungsi pokok: * enzim amilase merubah pati dan hemiselulosa menjadi gula
* enzim protease merubah protein menjadi asam amino * enzim lipase merubah lemak menjadi
asam lemak dan gliserin * aktivasi enzim dilakukan oleh air setelah terjadinya imbibisi * enzim
yang telah diaktivasi masuk ke dalam endosperm atau kotiledon untuk mencerna cadangan
makanan
3. Pengangkutan zat makanan Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makanan
menuju titik-titik tumbuh pada embrionik axis, radicle dan plumulae. Biji belum punya jaringan
pengangkut, sehingga pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke
sel hidup lainnya
4. Asimilasi Merupakan tahapan terakhir dalam penggunaan cadangan makanan. Merupakan
proses pembangunan kembali, misalnya protein yang sudah dirombak menjadi asam amino
disusun kembali menjadi protein baru. Tenaga atau energi berasal dari proses pernapasan
5. Pernafasan (Respirasi) Merupakan proses perombakan makanan (karbohidrat) menjadi
senyawa lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah tenaga. Pertama kali terjadi pada
embrionik axis setelah cadangan habis baru beralih ke endosperm atau kotiledon. Aktivasi
respirasi tertinggi adalah pada saat radicle menembus kulit.
6. Pertumbuhan Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis: Pembesaran sel-sel yang sudah
ada, Pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh Dormansi benih berhubungan dengan
usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji
maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji,
sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Dormansi diklasifikasikan
menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya. a.
Berdasarkan faktor penyebab dormansi * Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya
pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. * Imnate dormancy
(rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ biji itu sendiri. b.
Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang
mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi: * Mekanis:
embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik * Fisik: penyerapan air terganggu karena
kulit biji yang impermeabel * Kimia: bagian biji atau buah yang mengandung zat kimia
penghambat Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya
hambatan dalam proses fisiologis, terbagi menjadi: * Photodormancy: proses fisiologis dalam
biji terhambat oleh keberadaan cahaya * Immature embryo: proses fisiologis dalam biji
terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang * Termodormancy: proses fisiologis
dalam biji terhambat oleh suhu c. Berdasarkan bentuk dormansi Kulit biji immpermeabel
terhadap air (O2) * Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nukleos, pericarp,
endocarp. * Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi
(misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran. * Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh
pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan
skrifikasi mekanisme. * Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit
biji, raphe/hilum, strophiole, adapun mekanisme higroskopinya diatur oleh hilum. * Keluar
masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan
keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi
dan pemberian larutan kuat. Dalam bergbagai program produksi, kesiapan dari biji untuk
berkecambah. Dormansi biji adalah fenomena alami untuk bertahan hidup pada semak di dalam
ekosistem yang tak terganggu.Biji mungkin memerlukan tipe berbeda dari perlakuan untuk
merusak dormansi biji dan membuat biji lebih siap berkecambah dalam musim mendatang.
Dormansi biji merusak perlakuan dapat diberikan pada biji yang berdasar tipe dan empat dari
dormansi biji (Shanmugavalli, M; Renganayaki, PR; Menaka, C,).
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari eksternal dan internal.
Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi
lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan
menghasilkan benih. Perubahan tanaman dari fase vegetative (terutama ketika tanaman
menghasilkan daun-daun) menjadi fase reproduktif (ketika tanaman menghasilkan kuncup
bunga, bunga dan benih) tergantung pada rangsangan eksternal. Kebanyakan spesies tidak akan
memasuki fase reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai
tahapan yang matang untuk berbunga. Oleh karena itu terdapat beberapa rangsangan eksternal
untuk menyebabkan perubahan itu terjadi. Berikut adalah unsur-unsur eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Iklim
a. Cahaya
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses fotosintesis dan
pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan
fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji
sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu
dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang
terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam
kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang
berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini
secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi
terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi
penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan
untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan.
Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian
daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari
jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang (Heru, 2009).
Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting,
yaitu :
1. Intensitasnya
Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari ketinggian temapt tersebut, semakin
tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas
matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya kan digunakan untuk
menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.
Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan
dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Sedangkan dalam perkeambahan cahaya berperan
sebagai faktor pengontrol perkecambahan. Secara alami suatu biji yang sudah masak makan
terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda.
Kebanyakan biji-biji atau benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya.
Pemberian cahaya pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi Fim
dan benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas radiasi yang
terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting karena di dalam kualitas
radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang menentukan sifat morfogenetik tanaman.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah
jika kanopi tanaman menutupi sempurna.
2. Kualitasnya
Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat
dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan
dipantulkan kembali. Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang
gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke
musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di atmosfer.
Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya
sebagian kecil saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua,
yaitu yang bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (short
wave radiation). Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet,
sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar inframerah. Radiasi dengan
panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan untuk proses fotosintesis.
Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut
tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya
matahari gelombang pendek tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer,
sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang
panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas
permukaan bumi.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak
diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan
berkembang secara normal, namun batangnya akan menunjukkan tanda-tanda terhambat
pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya
akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecil-
kecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang
peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
3. Fotoperiodesitasnya
Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu ber-
cahaya. Di daerah tropis dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di
daerah sedang karena itu foto respirasinya cepat. Hal ini mengakibatkan sintesis protein
berkurang (Campbell, NA. 2002).
Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda. Pada pagi hari
kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore panjang gelombang pendek
berkurang dan panjang gelombang panjang bertambah. Oleh karena itu fotosintesis paling
efektif sesudah siang hari (Anonimb, 2010).
Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah
tropik semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini kita
mengenal tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
a. Tanaman hari panjang : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke
fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
b. Tanaman hari pendek : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke
fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
Kini terdapat penggolongan tambahan sebanyak empat jebi, yaitu tanaman yang berhari
panjang-pendek (long short-day, yang memerlukan hari panjang sebelum hari pendek), tanaman
berhari pendek-panjang (short long day, yang memerlukan hari pendek sebelum hai panjang),
stenofotoperiodik (yang memerlukan panjang hari medium) dan amfifotoperiodik (yang
memerlukan hari panjang atau hari pendek tetapi bukan hari medium) (Mugnisjah, 2004).
Kelompok Tnm hari pendek Tnm hari panjang Tnm hari netral
Sayuran kentang, ketela rambat kacang-kacangan bayam, lobak, selada tomat, lombok, okra
Buah strawberry – strawberry
Bunga chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia poinsetia China aster, gardenia, delphinium
Carnation, dianthus, Violet cyclamen
Sumber:http://justminehortikulture.blogspot.com
Meskipun sejumlah spesies terbukti tidak peka terhadap faktor panjang penyinaran tetapi hal ini
menentukan apakah tanaman-tanaman tersebut hanya dapat membentuk bagian-bagian vegetatif
saja. Di dalam tanaman hari pendek panjnagnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang
berakibat membentuk bagian-bagian vegetatif yang bersifat gigas (besar) sedang
pembungaannya dikekang. Tanaman hari panjang jika tanaman pada daerah yang panjang
penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodia yang lebih pendek dan
cenderung membentuk roset dan pembungaan tanaman hari panjang ini akan dikekang
(Anonimb, 2010).
Cahaya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan tanaman dapat mempunyai beberapa
macam kegunaan antara lain :
a. Fotosintesis
b. Cahaya dalam hubungannya dengan klasifikasi tanaman
c. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam tubuh tanaman. Misalnya, sintesis khlorofil, kelakuan
stomata dan sebagainya
d. Transpirasi
Tanaman-tanaman dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan cahaya di dalam proses hidupnya
menjadi :
a. Heliophytes
Tanaman yang termasuk Heliophytes adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada
keadaan yang penuh dengan sinar matahari.
b. Sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas cahaya yang lebih rendah.
1) Fakultatif Sciophytes
Adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada keadaan penuh sinar matahari maupun pada
keadaan teduh.
2) Obligativ sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik tanpa sinar matahari yang intensif.
Kebanyakan tanaman yang termasuk tanaman air, Ipomea repens, terate dan sebagainya, faktor
cahaya tidak merupakan faktor yang membatasi dalam proses hidupnya. Tetapi pada tanaman-
tanaman darat adanya faktor-faktor lain selain cahaya, misalnya temperatur dan lembab relatif
dapat mengadakan suatu pengaruh bersamaan terhadap proses hidupnya. Dengan demikian
pengaruh tunggal cahaya tak dapat diketahui dengan pasti. Dengan penyelidikan didapat
kenyataan bahwa kerusakan seedlings biasanya disebabkan karena faktor keteduhan dan lebih
sedikit disebabkan oleh faktor cahaya. Pada tanaman aciophytes membutuhkan cahaya yang
lebih rendah daripada heliophytes. Sebagai perbandingan adalah jika pada situasi yang sama
heliophytes tahan pada intensitas 4.200 lux dan pada sciophytes pada 27 lux (Anonimb, 2010).
Panjang hari dilaporkan berkorelasi positif dengan nisbah bunga jantan/betina dalam tanaman
berhari pendek Heteropogon contortus. Hal ini sehubungan dengan sistem pemuliaan tanaman
yang bersangkutan menurut pergeseran latitude dari tempat menumbuhkannya. Lamanya
fotoperiode kritikal dapat berubah oleh kondisi suhu. Dalam tanaman berhari pendek, suhu
rendah dapat memperpanjang fotoperiode kritikal sehingga membatasi pembungaan(Mugnisjah,
2004).
b. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan
differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan
benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum
rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap
induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap
fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan
dalam beberapa tanaman (Anonimb, 2010).
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Tidak ada batas suhu terendah bagi
kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi
kering. Batas suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat
tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es.
Tumbuhan yang sedang tumbuh aktif sering dapat bertahan hidup hanya pada beberapa derajat
di bawah 0°C, sedangkan banyak yang dapat bertahan pada sekitar – 40°C. Beberapa tumbuhan
tinggi dapat tumbuh dan berbunga di bawah salju.
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran tumbuhan. Tumbuhan
mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal es memasuki ruang udara di luar sel
dan di dalam sel hidup dapat terjadi pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada
suhu rendah terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel.
Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan pemutusan asam
nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi
fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian,
faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb, 2010).
Sebagai contoh, padi hirida memerlukan suhu harian 20-30oC untuk proses produksinya. Tomat
tumbuh baik pada temperatur 20-27°C, pembentukan buah terhambat pada temperatur >30°C
atau <10°C (Anonima, 2010).
c. Curah Hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang
dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis. Kepentingan tanaman terhadap
besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat
pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan
terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat
busuk karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).
Tipe Iklim
(jumlah bulan basah) Jumlah bulan kering Jenis bebuahan yang sesuai
9,10-12,11, 11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek 9
8
7
6 3
0-3
0-4
4-5 Duku,durian,mundu,papaya,pisang
Rambutan
Lebih dari 4 bulan Jambu biji,jambu monyet,nangka pepaya.
Sumber: Ashari,S.1998
Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.apabila terjadi
kerusakan pada tepung sari dan kepala puti berarti penyerbukan telah gagal. Hal ini juga
berarti bahwa pembuahan dan selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun
berikutnya. Pada tanaman padi tidak memerlukan hujan selama masa berbunga. Sehingga
terjadi produksi benih pada tanaman padi.
d. Kelembaban Nisbi
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban
nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau
apda kapasitas udara untuk menampung uap air
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah uap air yang
sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung pada suhu dan tekanan
itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%) (Anonimc, 2010). RH mempengaruhi kadar air
benih, dan kadar air benih mempengaruhi mempengaruhi respirasi benih
�� RH lingkungan dipengaruhi oleh suhu (T) lingkungan
��RH dan T saling berkaitan dan mempengaruhi kemunduran benih:
a. Setiap penurunan kadar air 1% menggandakan masa hidup dua kali, dan
b. Setiap penurunan suhu ruang simpan 5oC akan menggandakan masa hidup benih dua kali.
Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu terhadap
perkecambahan serbuk sari. Kelembaban nisbi atmosfer juga berpengaruh juga terhadap
populasi serangga dan pathogen. Disamping itu, rontok benih berkorelasi negative dengan
kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah dapat menyebabkan kehilangan
benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai contoh, padi hirida memerlukan kelembaban
relatif 80% untuk proses produksinya. Interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan,
kelemababan nisbi dan periode simpan berpengaruh pada tumbuh serempak benih tersebut.
e. Angin
Angin sebenarnya dapat bersifat menguntungkan serta merugikan dalam usaha produksi benih
yang dihasilkan, hal ini tergantung pada kencang tidaknya angin. Angin yang terlalu kencang
dalam peredarannya akan mengakibatkan beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang
hilang baik pada tanaman maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang
akan bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang
dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang telah
terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu, agar air yang
terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang dihasilkan.
Pada saat penyebaran serbuk sari dengan adanya bantuan angin sangat diharapkan akan
menghasilkan produksi benih yang lebih bervariasai sehingga akan mendapatkan varietas
tanaman yang lebih beraneka ragam. Agar dalam penyebaranya pun tidak akan merugikan
sehingga menghasilkan benih yang kurang baik maka dalam menghasilkan benih yang bermutu
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu memperhatikan cuaca yang terjadi, suhu udara
karena jika suhu udara lembab dengan angin yang ada maka akan mengakibatkan angin
membawa kandungan air di dalamnya. Sehingga jika terdapat kandungan air dalam angin akan
mengakibatkan benih yang dihasilkan juga terdapat kandungan airnya dan itu akan
mengakibatkan kualitas benih menurun karena benih tidak murni.
2. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan produksi benih yang tergantung
pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai contoh, produksi benih Desmodium uncinatum
sangat tergantung pada aktivitas lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam
pertanaman yang memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari
pada hari yang sangat cerah adalah rendah. Perhatian harus diberikan untuk mengurangi
kompetisi pasokan makanan, misalnya dengan memindahkan atau menghilangkan bunga dari
pohon, perdu atau tanaman lainnya yang berbunga puncak pada waktu yang sama dengan
pertanaman untuk menghasilkan benih. Sebaliknya, untuk mempertahankan populasi lebah yang
tinggi, pasokan makanan alternative juga perlu ditingkatkan jika pertanaman untuk
menghasilkan benih tidak berbunga lebat (Mugnisjah, 2004).
Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat
basah (Sanusi, 2009). Tempat untuk pertanaman benih karenanya harus dipilih yang dapat
menjamin penyerbukan berlangsung dengan optimum. angin yang terlalu cepat tidak disenangi
lebah penyerbuk sehingga dapat berakibat pada rendahnya hasil pula.
Resistensi terhadap hama merupakan faktor umum untuk dapat menghasilkan produksi yang
maksimum. Jika tanaman memiliki kemampuan berproduksi tinggi, namun tidak disertai dengan
mekanisme resistensi terhadap hama, maka jika terjadi serangan hama, tanaman tersebut tidak
mampu berproduksi secara maksimum. Kualitas produksi juga yang diserang juga dapat
diserang oleh bermacam-macam hama
.
3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur. Tanah yang subur
disini diartikan sebagai tanah yang memiliki sifat fisika, kimia maupun biologi yang mendukung
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menghasilkan benih yang bermutu
dan optimum. Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki
drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak
kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial. Pokok-pokok dari faktor
tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak yang ditempuh
pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang
tersedia didalam tanah.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim, dan hal ini
dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya berikutnya. Sebagai contoh, tomat
baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik, dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi
pengapuran. Persiapan tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau
lebih tinggi terutama kandungan phosfor. Pemberian N biasanya setengah dari pemberian
kalium untuk memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetative
(Anonima, 2010).
Faktor internal meliputi:
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi,
tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik.
Genetik pada kali ini yang akan dibahas adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Hal ini
disebabkan, dengan mengetahui kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas
yang diinginkan. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili
keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih. Keragaman genetik mungkin lebar ataupun
sempit tergantung pada tujuan penanaman.
Pada biji, biasanya embrio terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel jantan. Sel
jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom atau inti DNA. Betina dan
jantan masing-masing memberikan sitoplasma yang mengandung organel yang memiliki sistim
genetiknya sendiri khususnya mitokondria dan plastida. Kloroplast (Chloroplast) DNA pada
tanaman angiosperma biasanya diturunkan melalui sel induknya, sementara dalam jenis
tanaman daun jarum (coniferous) khususnya diturunkan oleh sel jantan.
Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan tidak terjadi sampai
benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang paling penting berkembang sesuai
dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan. Pada kebanyakan biji angiosperma dimana
embrio berkembang bersamaan dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan
berpengaruh. Sebagai contoh pada tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri
menghasilkan buah yang lebih kecil daripada pembuahan silang (crossing). Pada angiosperm
kemungkinan keadaannya lebih rumit dari pada conifers.
Adanya perbedaan masa hidup benih yang diturunkan pada turunannya tidak terbatas hanya
pada tingkat spesies saja, namun juga dijumpai pada tingkat kultivar. Pada penelitian yang
membandingkan masa hidup beberapa kultivar dari spesies yang sama menunjukkan adanya
perbedaan masa hidup yang nyata. Pada penelitian terhadap delapan kultivar kedelai, Burgess
(1938) menemukan adanya perbedaan pada daya kecambah setelah empat tahun disimpan,
yakni dari 21 hingga 99 %, padahal sewaktu disimpan lima bulan daya kecambahnya berkisar
antara 95 sampai 99 %.
2. Vigor dan Viabilitas
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur
simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan terutama pada lot-lot yang
mengalami kemunduran cepat. Terlepas dari masalah tersebut,beberapa peneliti menunjukkan
bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat mengandung benih yang bervigor
rendah dan benih yang masih bervigor. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan
semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan
vigor mempunyai daya simpan lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang
mungkin sedang mengalami proses kemunduran secara cepat. Semakin lama benih di simpan,
maka benih mengalami penurunan viabilitas dan vigornya.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor,diantaranya faktor
genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot
benih serta cendawan gudang, biar kondisi penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya.
Penurunan vigor dan viabilitas kadang digambarkan dengan suatu kurva kelansungan hidup
sigmoid. Kurva kelansungan hidup benih kering yang disimpan pada kondisi yang
menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian yang berbeda. Bagian pertama mewakili
benih pada waktu masih vigor dan kemunduran fungsi kehidupannya berlangsung lambat.
Bagian ini berakhir pada tingkat daya kecambah 90-75%. Bagian kedua yang kemundurannya
berlangsung dengan cepat,bagian kedua ini berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%.
Akhirnya bagian ketiga yang proses kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung
terus sampai semua benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas hanya saja
kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman induknya. Pada saat
kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor benih yang maksimal, demikian
pula dengan berat keringnya. Pertumbuhan tanaman induk yang baik merupakan syarat yang
mantap sewaktu kematangan benihnya. Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor
benih tersebut. Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik
pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada waktu pematangan
fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh terhadap tingginya viabilitas dan vigor
benih (Kartasapoetra, 2003)
.
Viabilitas
Daya kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai
maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum tercapai. Sampai
masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang
sesuai dengan keadaan jelek dilapangan (Jurnalis Kamil, 1979).
Vigor dihubungkan dengan bobot benih . Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan
kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang
tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di tanam bila
benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih
saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang rendah
(Oren L.Justice dan Louis N.Bass).
Uji kedalaman tanam tergolong uji kekuatan benih dengan lingkungan sub optimal. Hasil
pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami
pemadatan tanah akibat hujan atau traktor. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian
viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai
(favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable).
Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian
vigor benih.
Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih kedelai
selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah,
benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan
panas, dan kerusakan beniholeh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara
mekanis (Purwantoro, 2009).
C. PENUTUP
Berdasarkan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi benih adalah
1. Faktor Eksternal terdiri dari:
a. Iklim, meliputi
1) Cahaya
2) Suhu
3) Curah Hujan
4) Kelembaban Nisbi
5) Angin
b. Biologis
c. Tanah
2. Faktor Internal terdiri dari
a. Genetika
b. Vigor dan Viabilitas Benih
BAB 6. Kesimpulan
Dormansi dan perkecambahan merupakan cara untuk memperbanyak tanaman. Dalam
proses perbanyakan tanaman akan berhasil jika melakukannya dengan cara yang baik dan benar,
disamping cara kita merawatnya faktor iklim, pemilihan bibit, pemilihan media tanam juga
mempengaruhi hasil dari perbanyakan tanaman tersebut. Disamping itu perlukaan dan perlakuan
biji pada dormansi benih sangat mempengaruhi perkecambahan.
Daftar pustaka
Heddy, S., Susanto, H. W., dan Kurniati, metty.1994.Pengantar produksi Tanaman dan
Penanganan Pasca Panen.Jakarta: PT Raja Grafindo persada.
Sutopo, Lita. Tanpa Tahun. Teknologi Benih. Jakarta: CV Rajawali.
Prawiranata, W., Harran, Said., dan Tjodronegoro, Pin. 1981.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Bogor: Fakultas pertanian IPB
Sutopo, L. Tanpa tahun.Teknologi benih.Jakarta: CV Rajawali.
Prawiranata, Harran, dan Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid II. Bogor:
Fakultas Pertanian IPB.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan sertifikasi benih. Yogyakarta: Andi.