Download - makalah komunitas

Transcript

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam undangundang No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Adanya anak dengan asupan gizi tidak baik dan tumbuh kembang yang tidak normal disebabkan karena banyaknya orang tua yang kurang mengerti dan memahami pentingnya asupan gizi. Pada tahun 2007 prevalensi anak balita yang mengalami gizi kurang dan masing-masing 18,4 persen dan 36,8 persen sehingga Indonesia termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90 persen kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nutrition 2008). Walaupun pada tahun 2010 prevalensi gizi kurang dan pendek menurun menjadi masing-masing 17,9 persen dan 35,6 persen, tetapi masih terjadi disparitas antar provinsi yang perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah rawan (Riskesdas, 2010). Data UNICEF tahun 1999 menunjukkan 10-12 juta (50-69,7%) anak balita di Indonesia 4 juta diantaranya di bawah satu tahun berstatus gizi sangat buruk dan mengakibatkan kematian, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian anak. Setiap tahun diperkirakan 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal, ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita dan 170.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buruk. Dari seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempatnya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Asta Qauliyah, 2008). Demikian pula data yang diperoleh dari Jawa Timur menunjukkan bahwa sebanyak 5000 balita dinyatakan mengalami masalah gizi yang disebabkan karena masih tingginya jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur (Siswono, 2008). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 secara tegas telah memberikan arah Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan status kesehatan dan gizi masyarakat. Selanjutnya dalam Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010 tentang Program1

Pembangunan yang berkeadilan yang terkait dengan Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ditegaskan perlunya disusun dokumen Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2011-2015 di 33 provinsi. Keluaran rencana aksi diharapkan dapat menjembatani pencapaian MDGs yang telah disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita menjadi 15,5 persen, menurunnya prevalensi pendek pada anak balita menjadi 32 persen, dan tercapainya konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000 Kkal/orang/hari. Sebagai perawat komunitas menjadi kewajiban untuk mengetahui kondisi sehat sakit warga di dalam area yang kita tangani, dalam makalah ini akan dibahas hal hal yang berkaitan dengan konsep gizi pada balita oleh karena itu kita dituntut mengetahui secara benar dan mampu menjalankan peran kita sebagai perawat di masyarakat. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu : 1. Mengetahui definisi dan karakteristik balita 2. Untuk memahami standar pemenuhan kebutuhan gizi pada balita 3. Faktor faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita 4. Masalah- masalah yang timbul akibat kekurangan gizi pada balita.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2

2.1. Mengenal Balita Balita adalah anak yang berusia di bawah 5 tahun yang masih dalam tahap tumbuh kembang yang merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi (Depkes RI, 1999). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan kemapuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya (Santoso & Ranti, 2004). Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. 2.2 Karakteristik Balita Menurut (Persagi,1992) berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif. Usia dibawah 5 tahun atau balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. a. Konsumen Pasif (Anak usia 1-3 tahun) Anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan3

makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. b. Konsumen Aktif ( Anak usia 4-5 tahun ) Pada usia prasekolah yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai masa keras kepala . Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. 2.3 Konsep Dasar Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentukvariabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu(Supariasa, dkk, 2007). Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir darikeseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya(Sediaoetama, 2010). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan danpenggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005). Gizi berasal dari bahasa Arab Al-Qizzal yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Dapat juga diartikan sari makanan yang bermanfaat bagi Kesehatan (Depkes RI, 1999). Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dan organorgan, serta menghasilkan energi (Supariyasa, 2001).4

2.4 Metode Penilaian Status Gizi Penilaian stutus gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang muncul dari tubuh sebagai akibat dari kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu (Supariyasa, 2001). 1. Metode penilaian status gizi Cara yang paling mudah untuk menilai status gizi, tidak membutuhkan peralatan yang mahal adalah pengukuran antropometri, dengan demikian antropometri dapat diterapkan secara luas dilapangan, pengukuran antropometri mengandung 2 maksud; pertama untuk mendeskrpsikan status gizi (penilaian melihat trenol/perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu). a. Penilaian secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu; antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa, 2001). 1). Antropometri Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Dintinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai indikasi status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain; umur, berat bdan; lingkar lengan atas; lingkar kepala; lingkar dada; lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Berikut uraian parameter tersebut. a). Umur Faktor umur sangat penting dalam penilaian status gizi, kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah, hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat tidak berarti bila tidak diserta dengan penentuan umur yang tepat. b). Berat badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus) untuk mendiagnosa bayi5

normal atau BBLR. Pada bayi balita, berat badan digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelaianan klinis seperti dehidrasi, edema dan adanya tumor. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada orang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh, adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. c). Tinggi badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, Jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang terpenting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac Stick). Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah bias berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikritoa (microtolse) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm d). Lingkar Lengan Atas Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih mudah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, terutama jika ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, terutama jka digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi. Cara mengukur : (1). Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri, pertengahan itu dihtung jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua. (2). Lengan dalam keadan tergantung bebas, tidak tertutup pakaian/kain (3). Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur, keliling lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik/ terlalu longgar. e). Lingkar kepala Standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan6

ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (hydrocephalus) dan kepala kecil (mikrocephalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak menigkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi f). Lingkar dada Biasanya dilakukan pada anak umur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur, tulang kepala tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. g). Jaringan Lunak Otak, hati, jantung dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan, tetapi relative tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. 2). Klinis Pemeriksan klinis adalah metode yang penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukan tubuh seperti kelenjar tiroid.

3). Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dsb 4). Biofisik

7

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fisik (khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari jaringan. Umumnya dapat di gunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of blindnes) cara yang di gunakan adalah tes adaptasi gelap. 5). Pengukuran status Gizi a. WHO-NCHS (National Center for Health Statisic) Buku yang di anjurkan adalah buku NCHS secara internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang di bedakan menurut jender laki-laki dan wanita. Penggunaan kurva pertumbuhan (growth chart) atau table NCHS sebagai baku secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk menilai standar gizi pada pertumbuhan anak (Narendra, 2004). 1. 2. Katagori status gizi menurut BB/U: >+2 SD : Berat badan lebih (Gizi lebih) -2 s/d +2 SD : Berat badan normal (Gizi normal) -3 s/d + 2 SD Gizi baik, bila Z_score terletak dari > -2 SD s/d + 2 SD Kurang gizi, bila Z_score terletak dari < -2 SD sampai > -3 SD10

Gizi buruk, bila Z_score terletak < -3 SD b. Indeks TB/BB Indeks tunggal TB/BB atau BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi masa kini, dan biasanya digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Karena indeks ini dapat menggambarkan proporsi BB relatif terhadap TB, maka indek ini merupakan indikator kekurusan atau yang lebih dikenal dengan wasting. Indeks ini digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi dan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek. Kelebihan indeks ini sebagai berikut: 1. Bebas terhadap pengaruh umur dan ras 2. Dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian berat badan relatif terhadap tinggi badan. Kekurangan indeks ini sebagai berikut: 1. Tidak dapat menggambarkan anak tersebut pendek, cukup tinggi atau kelebihan tinggi badan karena faktor umur sering tidak diperhatikan. 2. Sering terjadi kesalahan membaca angka hasil pengukuran, terutama bila pembacaan dilakukan oleh tenaga yang kurang professional. Kesulitan dalam mengukur panjang badan anak baduta atau tinggi badan balita. Cara menilai Z skor indeks BB/TB sebagai berikut: Normal, bila Z_score terletak > -2 SD s/d + 2 SD Pendek, bila Z_score terletak dari < -2 SD c. Indeks PB/U Indeks PB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks ini erat kaitannya dengan masalah social ekonomi, oleh karena itu indeks ini dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan social ekonomi masyarakat. Indeks ini kuga digunakan dalam pemantauan status gizi jangka panjang, karena indeks ini lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi perubahan status gizi yang sifatnya musiman. Kelebihan yang dimiliki indeks PB/U sebagai berikut: 1. Indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau 2. Peralatan mudah dipindahkan dan dapat dibuat secara lokal 3. Pengukuran lebih objektif 4. Jarang orangtua yang keberatan anaknya diukur11

Kekurangan indeks ini sebagai berikut: Diperlukan indeks lain dalam menilai intervensi karena perubahan TB tidak banyak terjad I dalam waktu yang singkat Membutuhkan beberapa teknik pengukuran seperti: alat ukur panjang badan untuk anak umur kurang dari 2 tahun, dan alat ukur tinggi badan untuk anak lebih dari 2 tahun Memerlukan tenaga terlatih untuk melakukan pengukuran Memerlukan 2 orang untuk mengukur panjang badan anak Umur yang kadang-kadang sulit diperoleh Cara menilai Z skor indeks PB/U sebagai berikut Gemuk, bila Z_score terletak dari > + 2 SD Normal, bila Z_score terletak dari>-2 SD sampai + 2 SD Kurus (Wasted), bila Z_score terletak dari - 3 SD Kurus sekali, bila Z_score terletak < -3 SD d. Ambang Batas (Cut of Points) Dalam antropemteri gizi, median = persentil 50 dan nilai median ini dinyatakan = 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas (Proverawati, 2010). 2.4 Standart kebutuhan gizi untuk masa balita Di Indonesia kelompok anak BALITA menunjukkan prevalansi paling tinggi untuk menderita KKP ( Kekurangan Kalori Protein ) dan devensiasi vitamin A serta anemia devensiasi gizi Fe. Perbaikan gizi kelompok balita melalui program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga). Proyek PMT berupa pemberian makanan bergizi suplemen pada makanan anak balita yang biasa dikomsumsi untuk terapi dan rehabilitasi anak-anak yang kondisi gizinya tidak memuaskan.kegiatan-kegiatan diatas terutama ditujukkan pada masyarakat yang kurang mampu sedangkan progam UPGK merupakan upaya pendidikan terpadu untuk menigkatkan produksi bahan makanan bergizi di lahan pekarangan sekitar rumah dipergunakan untuk konsumsi menigkatkan kondisi kesehatan keluarga. Berikut adalah beberapa alternatif cara penyelenggaraan kegiatan PMTPemulihan yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi setempat :12

1. Masak bersama setiap hari : a. Makanan tambahan pemulihan disiapkan dan dimasak oleh kader bersama ibu sasaran di rumah kader atau tempat lain sesuai kesepakatan. b. Makanan tambahan pemulihan yang dihidangkan dapat berupa 1 porsi makanan lauk atau makanan selingan dan buah. c. Setiap hari kader bersama ibu balita memasak makanan sesuai umur anak di tempat yang disepakati bersama. Masing-masing 1 anak balita sasaran mendapat makanan tambahan yang sudah dimasak tersebut ditambah 1 porsi buah, seperti papaya, semangka atau melon. d. Selama ibu memberikan makanan pada anak, kader memberikan penyuluhan tentang makanan dan manfaatnya. e. Kegiatan serupa berlangsung selama 7 hari dalam seminggu berturut-turut. f. Jika ada ibu dan balita sasaran yang tidak hadir, kader mengantar makanan tambahan pemulihan ke rumah balita tersebut.Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang. g. Jumlah hari makan anak adalah 90 hari (HMA) yang dilakukan berturutturut. 2. Masak bersama 2 kali seminggu : a. Penyelenggaraan masak bersama dapat dilakukan 2 kali seminggu dalam bentuk makanan lokal. b. Setiap 2 kali seminggu kader bersama ibu balita memasak makanan sesuai umur anak di tempat yang disepakati bersama. Masing-masing 1 anak balita sasaran mendapat makanan tambahan yang sudah dimasak tersebut ditambah 1 porsi buah. c. Hari-hari lainnya dapat diberikan bahan makanan yang kering seperti : telur, abon, peyek kacang, teri kering, biskuit, susu UHT, buah-buahan, dll untuk dibawa pulang selama 2 hari berikutnya.(lihat lampiran 4) d. Makanan tambahan pemulihan yang dihidangkan dapat berupa 1 porsi makanan lauk atau makanan selingan dan buah. e. Selama ibu memberikan makanan pada anak, kader memberikan penyuluhan tentang makanan dan manfaatnya. f. Kegiatan serupa berlangsung selama 2 kali dalam seminggu.13

g. Jika ada ibu dan balita sasaran yang tidak hadir, kader mengantar makanan tambahan pemulihan ke rumah balita tersebut. h. Jumlah hari makan anak adalah 90 hari (HMA) yang dilakukan berturutturut. Buah untuk dibawa pulang sebaiknya buah yang kering seperti pisang, jeruk, alpukat dll, sedangkan untuk dimakan ditempat berupa papaya, semangka, melon dan sejenisnya.Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang. 3. Masak bersama 1 kali seminggu : a. PMT Pemulihan berbasis bahan makanan/makanan lokal disiapkan dan dimasak oleh ibu sasaran secara berkelompok bersama para kader. b. Penyelenggaraan masak bersama dapat dilakukan sekali seminggu dalam bentuk makanan lokal. c. Setiap awal minggu atau hari yang disepakati, kader bersama para ibu dari balita sasaran memasak hidangan makanan lengkap berupa bubur, nasi, lauk pauk, sayur dan buah untuk dimakan oleh anak bersama-sama sebagai sarana pembelajaran. Makanan dimasak sesuai menu yang direncanakan semula, kemudian dibagikan hanya kepada balita sasaran. Masing-masing anak balita sasaran mendapat makanan tambahan yang sudah dimasak oleh kader bersama ibu balita. d. Hari-hari lainnya dapat diberikan bahan makanan yang kering untuk dibawa pulang, seperti : telur, abon, peyek kacang, teri kering, biskuit, susu UHT, buah-buahan, dll. e. Selama ibu memberikan makanan pada anak, kader memberikan penyuluhan tentang makanan dan manfaatnya. f. Kegiatan serupa berlangsung selama 1 kali dalam seminggu selama 90 hari. g. Jumlah hari makan anak adalah 90 hari (HMA) yang dilakukan berturutturut. h. Jika ada ibu dan balita sasaran yang tidak hadir, kader mengantar makanan tambahan pemulihan ke rumah balita tersebut. Tabel 2.1 Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak Balita14

Usia ( Bulan ASI ) 0-6* 6-8 9-11 12-23 24-59

Makanan Lumat

Makanan Lembik

Makanan Keluarga

Menurut anjuran makanan satu hari yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI untuk anak usia1-3 tahun membutuhkan : 1. 1,5 mangkok nasi (@ 200g) atau padananya,0,5 ikan (50g) atau padananya,2 tempe (@ 25 g) atau padanannya, semangkok sayur (1000g),seiris buah pepaya (100 g) atau padanannya,dan segelas susu (200 ml) 2.Bagi anak usia 4-6 tahun membutuhkan 2 mangkok nasi (@200g) atau padanannya,1 ikan (50 kg) atau padananya 3 tempe (@25g) atau padanannya ,i,5 mangkok sayur (100 g) ,2 iris buah pepaya(@100g) atau padanannya, dan segelas susu (200 ml). Asupan gizi tersebut akan menjamin tercukupinya kebutuhan kalori untuk balita antara 1360-1830 kalori/anak /hari dan kebutuhan protein untuk balita antara 16-20 g/anak /hari. 2.5 Peran Makanan Bagi Balita a. Makanan sebagai sumber zat gizi Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur. 1) Zat tenaga Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa. 2) Zat Pembangun15

Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak. 3) Zat pengatur Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur. a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ). b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour. c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh. 2.6 Kebutuhan Gizi Balita Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). a. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. b. Kebutuhan zat pembangun Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. c. Kebutuhan zat pengatur Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. 2.7 Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

16

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut: a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita. b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga. c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan Kebiasaan dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging berdasarkan kebiasaan diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999). d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu17

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan. e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadangkadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan. f. Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. g. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999). 2.8 Akibat Gizi yang Tidak Seimbang a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP) Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein. 1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi18

2)Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan 3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu 4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai. Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangan ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus. Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: 1) Marasmus Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.2) Kwashiorkor

Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.3)

Marasmik-kwashiorkor Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

b. Obesitas Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan19

energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut: 1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol. 2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat. 3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi. 4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua. 5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan : a. Faktor penyakit organis b. Faktor gangguan psikologi Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut: 1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis 2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan 3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan 4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan bersama kedua orang tuanya. c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan

tidak

dihabiskan

5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan

menyembuhkan penyakitnya melalui dokter. 2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.

20

(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin. (b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak. (c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan dengan waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua) (d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik. Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini. (a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus (b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi. (c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya. (d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih. (e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. 2.9 Menu Makanan Balita Makanan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak, sehingga pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain

21

pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan. Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :a. Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya

terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut. b. Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah: 1. Pagi hari waktu sarapan. 2. Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu. 3. Pukul 12.00 pada waktu makan siang. 4. Pukul 16.00 sebagai selingan 5. Pukul 18.00 pada waktu makan malam. 6. Sebelum tidur malam, tambahkan susu. 7. Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi. Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh) a) Pukul 06.00 : Susu b) Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim c) Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan d) Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim e) Pukul 14.00 : Susu f) Pukul 16.00 : Makanan selingan g) Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim h) Pukul 20.00 : Susu. Makanan Selingan Balita Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.22

Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya. Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan Fungsi makanan selingan adalah :1.Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan

lain-lain.

makanan selingan. 2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam). 3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita. Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu. 2.10 Menu untuk Balita yang Sedang Sakit Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.1.Untuk balita dengan panas tinggi

Penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi23

menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun. Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat : a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain. b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering. c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya. d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya. e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin. 2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare) Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu: a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak. b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein. c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu. d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak). Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal. Pengaturan makanannya secara umum adalah: a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.24

b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral. c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin. d. Bentuk makanan lunak. 3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan Penyakit saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara. Mengatur makanannya dengan : a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat. b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang. c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding. d. Hindari makanan yang digoreng. 4. Untuk balita dengan gejala muntah Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain. Syarat makanannya: a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan dan susu campur buah supaya segar. c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain. d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual. 5. Untuk balita dengan gejala batuk sering. b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar

25

Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya. Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan : a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum. b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik. c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi. d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya. e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan minuman manis. f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya. 2.11 Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita a) Perhitungan Berat Badan Ideal Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir 2.12 Gizi kurang pada balita 1. Pengertian gizi kurang Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidak seimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan atau ketidak seimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan aktifitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan, kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat, gizi kurang banyak terjadi pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun (Nursari, 2004). 2. Penyebab gizi kurang Penyebab dari gizi kurang antara lain :

26

Kebiasaan makan dimana makanan yang dikonsumsi kurang mengandung kalori dan protein. Faktor social budaya dapat juga menjadi faktor penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan mengkonsumsi makanan tertentu, seperti anak-anak tidak boleh makan ikan karena takut cacingan (Suhardjo, 2003). Menurut Khumaidi (1994) bahwa di luar aspek medik, klasifikasi masalah gizi adalah masalah gizi yang disebabkan; 1). Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga dan ukuran yang dipakai adalah garis kemiskinan 2). Masalah gizi karena sosial budaya indikatornya antara lain adalah stabilitas keluarga dengan ukuran frekuensi nikah cerai rujuk, anak-anak yang dilahirkan dilingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi kurang 3). Masalah gizi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan di bidang memasak, konsumsi anak, keragaman bahan dan kergaman jenis makanan yang mempengaruhi misalnya kebosanan. 4). Masalah pangan, cadagan pangan berupa bahan makanan pokok yang sesuai dengan pola konsumsi pangan setempat harus selalu tersedia sekurang-kurangnya . 2.13 Akibat gizi kurang pada proses tubuh Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang, kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses (Almatsier, 2001): 1. Pertumbuhan Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok, anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas ratarata lebih tinggi dari pada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah. 2. Produksi tenaga

27

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas, orang menjadi malas, merasa lemah dan produktivitas menurun. 3. Pertahanan tubuh Daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menurun, sistim immuntas dan antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang penyakit seperti batuk, pilek dan diare pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian. 4. Struktur dan fungsi otak Kekurangan gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berfikir otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun, kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen. 5. Perilaku Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang, mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis Dari keterangan diatas tampak bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia. 2.14 Faktor-faktor yang mempengaruhi Gizi kurang 1. Status Ekonomi Status ekonomi adalah suatu keadaan keuangan dalam sebuah keluarga berdasarkan jumlah penghasilan dan kemampuan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, keluarga dapat dibedakan dalam keluarga mampu dan keluarga kurang mampu (Wildan, 1999). Rendahnya pendapatan (keadaan miskin) merupakan salah satu sebab, rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta buruknya status ekonomi. Akibat masalah pendapatan rendah, kurang konsumsi, kurang gizi dan redahnya mutu hidup membentuk siklus yang berbahaya (Hardiansyah & Suhardjo,1987). 2. Pendidikan Pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia yang di perlukan untuk mengambarkan diri, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah ia menerima informasi sehingga makin banyak peluang pengetahuan yang di28

miliki,

sebaliknya

pendidikan

yang

rendah

akan

menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang harus di perkenalkan dimana pendidikan yang di maksud adalah pendidikan yang di tempuh atau di capai melalui lembaga formal (Notoamodjo, 2002). Menurut Bery (1997), bahwa latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang lebih tinggi. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Indrawati, 2007). Tingkat pendidikan orang tua di ambil dari pendidikan tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir dan ijazah yang di miliki, terbagi menjadi pendidikan rendah (SD / SMP tamat atau tidak tamat ) menengah (SMP tamat atau tidak) dan tinggi (SMA-PT/ Akademi/ sederajat tamat) (Diknas, 2008). 3. Pengetahuan Pengetahuan adalah pengalaman aktual yang tersimpan kesadaran manusia, pengalaman merupakan bahan yang penting bagi ilmu, tetapi bukan ilmu itu sendiri. Berulang-ulangnya pengalaman dapat membentuk pengetahuan dan fisafat, pengetahuan dapat menjelaskan korelasi antara suatu peristiwa atau gejala dengan peristiwa atau gejala lainnya (Komarudin, 2000). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap prilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak pada asupan gizinya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat penting peranya dalam menentukan asupan makanan. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi masyarakat akan tau bagai mana menyiapkan dan menggunakan pangan, memperbaiki konsumsi pangan merupakan salah satu bantuan terpenting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu hidup (Yupi, 2004). 4.Sosial Kebudayaan Sosial budaya adalah kebudayaan sebagai sesuatu yang merupakan hasil buah daya manusia yang mewujud dalam tingkah laku atau benda (kamus bahasa Indonesia, 1997). Kebudayaan akan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah baik29

lambat maupun cepat sesuai dengan peradaban umat manusia (Notoatmodjo, 1993). Pendapat masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Pantangan dan tabu terhadap jenis-jenis makanan yang tidak boleh dimakan oleh kolompok umur tertentu atau perempuan remaja, ibu hamil dan menyusui. Nilai sosial ini sering bertentangan dengan nilai gizi (nilai kesehatan) nilai sosial suatu makanan dapat berubah dengan wakta dan tempat, disuatu tempat tertentu bernilai sosial rendah, tetapi ditempat lain mempunyai nilai sosial tinggi, gaya hidup keluarga dan masyarakat, sangat berpengaruh pada penerimaan makanan yang dihidangkan (Djaelani, 1999).

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Bagi makhluk hidup tidak terkecuali, makanan yang bergizi sangat penting bagi kesehatannya. Makanan sangat berperan penting dalam proses tumbuh kembang seorang balita terutama pada masa awal awal kehidupannya. Standart kecukupan gizi secara ukuran dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu:a) b)

Ukuran makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein. Ukuran mikro, yaitu kecukupan vitamin dan mineral. Kebutuhan kalori (energi) perhari

a) b)

Orang kurus BB x 40-60 kalori Orang normal BB x 30 kalori30

c) d)

Orang gemuk BB x 20 kalori Orang Obesitas BB x (10 x15) kalori

DAFTAR PUSTAKA Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta. Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92 Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 . Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak,Fakultas Kedokteran UI. Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia.Jakarta. Almasyhuri . 1998 . Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 21 : 15 Krisno, agus, DR. Dasar-dasar ilmu gizi. UMM PRESS.Malang

31


Top Related