Download - Makalah Keypad
KEYPAD
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah mikrokontroler
kelas C
Oleh :
Cries Avian
NIM 121910201033
Kelas C
PROGRAM STUDI S1
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2013
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Penguasa
Semesta Alam yang menganugerahi cinta, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah
mikrokontroler dengan judul Keypad DTMF dengan baik dan lancar. Shalawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada revolusi akbar, kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan ummat Rasulullah
SAW, serta orang-orang yang telah mengikuti jejak langkah Beliau sampai akhir
zaman.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas perkuliahan
mikrokontroler sebagai wujud dari partisipasi saya dalam mengembangkan serta
mengaktualisasikan ilmu yang telah kami peroleh di perkuliahan, sehingga dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri, dan juga masyarakat pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan, tidak ada
sesuatu yang sempurna selain-NYA, untuk itu saran dan kritik dari semua pihak
penulis butuhkan sehingga menjadikan tugas ini menuju yang lebih baik lagi.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna baik bagi penulis sendiri maupun berbagai pihak yang
mempelajarinya.
Jember, 17 Desember 2013
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi
masyarakat. Hubungan komunikasi dapat dengan mudah dilakukan dengan jarak
yang hampir tidak terbatas, baik dengan menggunakan telepon, mobile phone
ataupun internet. Karena secara praktis teknologi ini sudah menjadi konsumsi atau
kebutuhan sekunder masyarakat secara universal.
Tidak hanya sebagai media komunikasi, teknologi yang berada dalam ruang
lingkup teknik telekomunikasi ini dapat pula diaplikasikan sebagai suatu media
yang dapat mempermudah aktivitas sehari-hari. Teknologi ini menggunakan
sinyal DTMF (Dual Tone Multi Frequency) yang merupakan sinyal informasi
berupa nada pada frequency tertentu yang dikirim.
Kemajuan teknologi dibidang elektronika juga membawa dampak yang besar,
dimana salah satunya pada alat hardware masukan terutama. Selain DTMF,
penghematan penggunaan keypad juga diakali dengan menggunakan matrix
keypad yang sering digunakan pada peralatan elektronika.
1.2 Rumusan masalah
Pada makalah keypad DTMF ini dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan keypad ?
2. Apakah yang dimaksud DTMF?
3. Bagaimana cara kerja keypad DTMF?
4. Apakah yang dimaksud Matrix Keypad ?
5. Bagaimana cara kerja Matrix Keypad?
6. Bagaimana pengaplikasian keypad pada mikrokontroller?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui apa yang maksud dengan keypad.
4
2. Mengetahui pengertian keypad dan DTMF.
3. Mengetahui cara kerja keypad DTMF.
4. Mengetahui pengertian Matrix Keypad.
5. Mengetahui cara kerja Matrix Keypad.
6. Mengetahui keypad pengaplikasian pada mikrokontroller.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keypad
Keypad berarti Sebuah keyboard miniatur atau set tombol untuk operasi
portabel perangkat elektronik, telepon, atau peralatan lainnya. Keypad merupakan
sebuah rangkaian tombol yang tersusun atau dapat disebut "pad" yang biasanya
terdiri dari huruf alfabet (A—Z) untuk mengetikkan kalimat, juga
terdapat angka serta simbol-simbol khusus lainnya. Keypad yang tersusun dari
angka-angka biasanya disebut sebagai numeric keypad. Keypad juga banyak
dijumpai pada alphanumeric keyboard dan alat lainnya seperti kalkulator, telepon,
kunci kombinasi, serta kunci pintu digital, dimana diperlukannya nomor untuk
dimasukkan.
2.2 DTMF
Sistem Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) adalah Piranti
Semikonduktor yang dirancang untuk digunakan pada sistem dial pada pesawat
telepon. DTMF membangkitkan suatu sinyal nada yang merupakan kombinasi
dari 2 buah nada yang memiliki frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Kelompok
frekuensi rendah meliputi 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, dan 941 Hz. Sedangkan
kelompok frekuensi tinggi meliputi frekuensi 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz, dan
1633 Hz. Kombinasi dari kelompok frekuensi rendah dengan frekuensi tinggi
yang saling berpasang pasangan membentuk 16 macam kombinasi pasangan nada
sinyal DTMF yang standard.
Alat pengirim kode DTMF merupakan 8 rangkaian oscilator yang masing
– masing membangkitkan frekuensi pada tabel diatas. Selain itu ada rangkaian
pencampur frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih. Sedangkan untuk
penerima kode DTMF lebih rumit. Penerima dibentuk dari 8 buah filter yang tidak
sederhana dan rangkaian tambahan lainnya.
Pada penelitian sebelumnya (Sunarno, 2003) DTMF dapat dinyatakan
langsung dalam data biner. DTMF dapat mengirimkan sinyal per 4 bit yang
dikirimkan dalam bentuk kombinasi 2 nada. Sebagai contoh jika men-dial angka 4
6
maka keluar kombinasi frekuensi dari dua buah kelompok frekuensi, rendah dan
tinggi yaitu frekuensi 770 Hz dan 1209 Hz. Dari kombinasi frekuensi tersebut
akan membangkitkan kombinasi biner 0100.
2.2.1 Prinsip Kerja DTMF
Setelah beralih ke Teknologi Digital, cara meminta nomor sambungan
telepon tidak lagi dengan cara memutar piringan angka tapi dengan cara
memencet tombol-tombol angka. Cara ini dikenal sebagai Touch Tone Dialing,
sering juga disebut sebagai DTMF (Dual Tone Multiple Frequency).
Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) adalah teknik mengirimkan
angka-angka pembentuk nomor telpon yang di-kode-kan dengan 2 nada yang
dipilih dari 8 buah frekuensi yang sudah ditentukan. 8 frekuensi tersebut adalah
697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, 941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz dan 1633 Hz,
seperti terlihat dalam Gambar 1 angka 1 di-kode-kan dengan 697 Hz dan 1209 Hz,
angka 9 di-kode-kan dengan 852 Hz dan 1477 Hz. Kombinasi dari 8 frekuensi
tersebut bisa dipakai untuk meng-kode-kan 16 tanda, tapi pada pesawat telepon
biasanya tombol 'A' 'B' 'C' dan 'D' tidak dipakai.
Gambar 1. Kombinasi nada DTMF
7
2.2.2 Kombinasi Nada DTMF
Teknik DTMF meskipun mempunyai banyak keunggulan dibanding
dengan cara memutar piringan angka, tapi secara tehnis lebih sulit diselesaikan.
Alat pengirim kode DTMF merupakan 8 rangkaian oscilator yang masing-masing
membangkitkan frekuensi "aneh" di atas, ditambah dengan rangkaian pencampur
frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih. Sedangkan penerima kode
DTMF lebih rumit lagi, dibentuk dari 8 buah filter yang tidak sederhana dan
rangkaian tambahan lainnya.
Beberapa pabrik membuat IC khusus untuk keperluan DTMF, diantaranya
yang banyak dijumpai adalah MC145436 buatan Motorola, MT8870, MT8880
dan MT8888 buatan Mitel Semiconductor. MC145436 dan MT8870 merupakan
penerima DTMF, menerima sinyal dari saluran telepon kalau ternyata sinyal yang
diterima tadi merupakan kombinasi nada yang sesuai dengan ketentuan DTMF,
mengeluarkan kode biner sesuai dengan kombinasi nada tersebut. MT8880 dan
MT8888 merupakan penerima dan pengirim DTMF, selain bisa berfungsi sebagai
penerima DTMF, bisa pula dipakai untuk membangkitkan nada DTMF sesuai
dengan angka biner yang diterimanya.
Saluran data (Data bus) dan sinyal-sinyal kontrol MT8880 dirancang
sesuai dengan karakteristik mikrokontroler buatan Motorola (misalnya
MC68HC11), sedangkan MT8888 disesuaikan dengan mikrokontroler buatan
Intel (termasuk AT80C51). Tapi untuk AT89C2051 yang memang tidak punya
saluran data (data bus) perbedaan kedua IC itu tidak ada artinya, mengingat
saluran data dan sinyal kontrolnya disimulasikan lewat program yang diterimanya.
Teknik DTMF meskipun mempunyai banyak keunggulan dibanding
dengan cara memutar piringan angka, tapi secara tehnis lebih sulit diselesaikan.
Alat pengirim kode DTMF merupakan 8 rangkaian oscilator yang masing-masing
membangkitkan frekuensi ‘aneh’ di atas, ditambah dengan rangkaian pencampur
frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih.
Teknik DTMF meskipun mempunyai banyak keunggulan dibanding
dengan cara memutar piringan angka, tapi secara tehnis lebih sulit diselesaikan.
Alat pengirim kode DTMF merupakan 8 rangkaian oscilator yang masing-masing
8
membangkitkan frekuensi ‘aneh’ di atas, ditambah dengan rangkaian pencampur
frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih.
Gambar 2. Frekuesi pada tombol-tombol DTMF
Dari gambar di atas terlihat bahwa di dalam DTMF ada 16 nada berbeda.
Masing-masing nada merupakani penjumlahan dari dua buah frekuensi, satu dari
suatu rendah dan satu dari frekuensi tinggi. Ada empat frekuensi berbeda pada
setiap kelompok. Pada telepon hanya menggunakan 12 nada dari 16 nada yang
ada, terdiri dari 4 baris (R1, R2, R3 dan R4) dan 3 kolom (C1, C2 dan C3). kolom
dan Baris memilih frekuensi dari yang rendah dan frekuensi tinggi
menggolongkan berturut - turut. Masing-Masing tombol ditetapkan oleh
penempatan kolom dan baris nya. Sebagai contoh tombol “5″ terdapat pada baris
1 (R2) dan kolom 1 (C2) sehingg mempunyai frekuensi 770+ 1336= 2106 Hz .
9
Tombol “9″ terdapat pada baris 2 (R3) dan kolom 2 (C3) dan mempunyai suatu
frekuensi 852+ 1477= 2329 Hz.
IC DTMF MT8870 dan beberapa komponen-komponen pendukung
lainnya seperti relay sebagai switch untuk ke tegangan jala-jala PLN, sehingga
komponen-komponen kendali terpisah dari tegangan listrik yang lebih besar, pada
dasarnya hanya menggunakan MT8870 saja sudah dapat dipergunakan untuk
mengendalikan beberapa peralatan elektronika, sedangkan penggunaan
mikrokontroler diatas untuk memodifikasi kendali dan dapat juga untuk
memperbanyak peralatan yang hendak dikendalikan, hal tersebut tergantung dari
pemrograman yang di buatpada mikrokontroler tersebut, untuk pemrograman
mikrokontroler ATMega 8535 dapat menggunakan AVR
MT8870D adalah sebuah IC decoder DTMF yang berfungsi sebagai
pengubah sekaligus filter frekuensi sinyal DTMF menjadi data digital, jadi dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa IC ini merupakan DTMF dengan mikrokontroler.
Adapun prinsip kerja dari IC ini adalah dengan cara membaca setiap input yang
ada kemudian input tersebut difilter dalam blok penyaring frekuensi rendah dan
blok penyaring frekuensi tinggi, hal tersebut dilakukan karena DTMF adalah
perpaduan dua frekuensi, yaitu frekuensi rendah dan frekuensi tinggi, maka itu
diperlukanlah dua blok penyaring tersebut. Sehingga apabila yang menjadi input
adalah DTMF maka otomatis blok penyaring akan bekerja keduanya pada waktu
bersamaan. Kemudian output-output dari dua blok penyaring ini akan dimasukkan
pada sebuah blok berkomponen dasar gerbang and, dengan maksud agar blok
selanjutnya yang berupa blok pembaca rekuensi hanya akan dapat input apabila
dua blok penyaring menghasilkan output dalam waktu bersamaan, dengan kata
lain hasil dari peng’and’an output-output ini adalah input bagi blok pembaca
frekuensi. Pada blok pembaca frekuensi ini, frekuensi-frekuensi yang masuk akan
di konversi menjadi data digital.
10
Gambar 3. Rangkaian DTMF 8870
Diagram waktu proses pengambilan/pengiriman data dari/ke DTMF MT8870
terlihat di Gambar berikut :
Gambar 4. Diagram waktu pengambilan/pengiriman data dari/ke DTMF MT8870
11
2.2.3 Register Kontrol
Kapasitas Register MT8888 hanya 4 bit, namun ada 7 hal yang diatur
melalui Register Kontrol, dengan demikian Register Kontrol dibagi menjadi dua
bagian, seperti terlihat dalam Tabel 3.1. Saat pertama kali menyimpan data ke
Register Kontrol selalu diterima oleh Bagian I Register Kontrol, jika RSEL (bit 3)
= ‘1’ maka pengiriman data berikutnya akan diterima oleh Bagian II Register
Kontrol.
Kegunaan dari masing-masing bit dalam Register Kontrol dibahas di bawah.
Gambar 5. Susunan bit dalam Register Kontrol
2.2.4 Register Status
Register Status dipakai untuk memantau keadaan dari MT8888, kegunaan
dari masing-masing bit dalam Register Kontrol dibahas di bawah.
Gambar 6. Susunan bit dalam Register Status
12
2.2.5 Pembangkit nada DTMF
MT8888 membangkitkan nada DTMF sesuai dengan data yang diisikan ke
Transmit Data Register. Selama TOUT (bit 0 di Register Kontrol bagian I)
bernilai ‘1’ nada DTMF yang dibangkitkan MT8888 disalurkan lewat kaki TONE
(kaki 8).
Ada 2 cara untuk mengirimkan nada DTMF:
1. Nada DTMF dibangkitkan dan dihentikan secara manual.
2. Nada DTMF dibangkitkan secara mode burst.
Mode burst adalah mode yang dipakai dalam peralatan telepon tertentu, dalam
pemakaian umum yang dipakai adalah mode manual.
Gambar 7. Nada DTMF dalam mode burst
2.2.6 Penerima nada DTMF
Rangkaian penerima nada DTMF MT8888 selalu memantau sinyal yang
masuk, jika sinyal tersebut mengandung nada DTMF dan nada itu lamanya
melebihi konstanta waktu yang ditentukan, maka RDRF (bit 2 di Register Status)
akan menjadi ‘1’. Keadaan di RDRF bisa diteruskan ke kaki IRQ/CP (kaki 15)
sebagai sinyal permintaan interupsi ke mikrokontroler, hal ini dilakukan dengan
cara men-‘satu’-kan IRQ (bit 2 di Register Kontrol bagian I). Dalam keadaan ini
kaki IRQ/CP=’0’ kalau RDRF bernilai ‘1’ dan IRQ/CP=’1’ kalau RDRF
bernilai ‘0’. RDRF kembali menjadi ‘0’ dengan sendirinya setelah isi Register
Status dibaca.
13
2.2.7 Menentukan keadaan awal
Sebelum dipakai, dalam waktu 100 mili-detik setelah dihidupkan, keadaan awal
dari MT8888 harus diatur dulu dengan me-‘nol’-kan isi semua register, termasuk
Register Kontrol Bagian I dan Bagian II serta Register Status.
2.3 Matrix Keypad
Keypad Matrix memang sangat akrab digunakan dalam aplikasi-aplikasi
mikrokontroler karena aritekturnya yang sederhana dan mudah untuk
digabungkan dengan segala macam mikrokontroler. Keypad dengan metode
matrix memiliki berbagai jenis tipe, ada yang 4 x 4, ada yang 3 x 4 dan lain – lain
tipe tergantung dari kebutuhan pengguna.
Pembuatan sebuah keypad matrix umumnya sangat mudah. Seperti yang
ditunjukkan oleh gambar dibawah dimana kita mempunyai empat baris serta
empat kolom sebagai tahapan awalnya. Diantara setiap persimpangan baris dan
kolom disana kita tempatkan sebuah tombol.
Gambar 8. Konfigurasi Matrix Keypad 4 x 4.
14
2.3.1 Cara Kerja Matrix Keypad
Pada pembahasan kali ini, akan dibahasa cara kerja keypad dengan
menggunakan metode matrix. Prinsip kerja keypad dengan menggunakan metode
matrix antara 4 x 4 dan 3 x 4 sama saja, hanya saja yang membedakan hanyalah
total pin yang digunakan dan jumlah tombol yang akan digunakan, namun pada
pembahasan kali ini akan dibahas mengenai keypad dengan matrix 4 x 4.
Konstruksi matrix keypad 4×4 cukup sederhana, yaitu terdiri dari 4 baris dan 4
kolom dengan keypad berupas saklar push buton yang diletakan disetiap
persilangan kolom dan barisnya. Rangkaian matrix keypad diatas terdiri dari 16
saklar push buton dengan konfigurasi 4 baris dan 4 kolom. 8 line yang terdiri dari
4 baris dan 4 kolom tersebut dihubungkan dengan port mikrokontrol 8 bit. Sisi
baris dari matrix keypad ditandai dengan nama Row1, Row2, Row3 dan Row4
kemudian sisi kolom ditandai dengan nama Col1, Col2, Col3 dan Col4. Sisi input
atau output dari matrix keypad 4×4 ini tidak mengikat, dapat dikonfigurasikan
kolom sebagi input dan baris sebagai output atau sebaliknya tergantung
programernya.
Gambar 9. Proses Scanning Tombol pada Matrix Keypad 4 x 4
Proses Scaning Matrix Keypad 4×4 Untuk Mikrokontroler Proses scaning
untuk membaca penekanan tombol pada matrix keypad 4×4 untuk mikrokontroler
diatas dilakukan secara bertahap kolom demi kolom dari kolom pertama sampai
15
kolom ke 4 dan baris pertama hingga baris ke 4. Program untuk scaning matrix
keypad 4×4 dapat bermacam-macam, tapi pada intinya sama. Misal kita
asumsikan keyapad aktif LOW (semua line kolom dan baris dipasang resistor
pull-up) dan dihubungkan ke port mikrokontrol dengan jalur kolom adalah jalur
input dan jalur baris adalah jalur output maka proses scaning matrix keypad 4×4
diatas dapat dituliskan sebagai berikut. Mengirimkan logika Low untuk kolom 1
(Col1) dan logika HIGH untuk kolom yang lain kemudian membaca data baris,
misal tombol SW1 ditekan maka data baris pertama (Row1) akan LOW sehingga
data baris yang dibaca adalah 0111, atau tombol yang ditekan tombol SW5 maka
data pada baris ke 2 akan LOW sehingga data yang terbaca 1011, atau tombol
SW9 yang ditekan sehingga data yang terbaca 1101, atau tombol SW13 yang
ditekan maka data yang dibaca adalah 1110 dan atau tidak ada tombol pada kolom
pertama yang di tekan maka data pembacaan baris akan 1111. Mengirimkan
logika Low untuk kolom 2 (Col2) dan logika HIGH untuk kolom yang lain
kemudian membaca data baris, misal tombol SW1 ditekan maka data baris
pertama (Row1) akan LOW sehingga data baris yang dibaca adalah 0111, atau
tombol yang ditekan tombol SW5 maka data pada baris ke 2 akan LOW sehingga
data yang terbaca 1011, atau tombol SW9 yang ditekan sehingga data yang
terbaca 1101, atau tombol SW13 yang ditekan maka data yang dibaca adalah 1110
dan atau tidak ada tombol pada kolom pertama yang di tekan maka data
pembacaan baris akan 1111. Mengirimkan logika Low untuk kolom 3 (Col3) dan
logika HIGH untuk kolom yang lain kemudian membaca data baris, misal tombol
SW1 ditekan maka data baris pertama (Row1) akan LOW sehingga data baris
yang dibaca adalah 0111, atau tombol yang ditekan tombol SW5 maka data pada
baris ke 2 akan LOW sehingga data yang terbaca 1011, atau tombol SW9 yang
ditekan sehingga data yang terbaca 1101, atau tombol SW13 yang ditekan maka
data yang dibaca adalah 1110 dan atau tidak ada tombol pada kolom pertama yang
di tekan maka data pembacaan baris akan 1111. Mengirimkan logika Low untuk
kolom 4 (Col4) dan logika HIGH untuk kolom yang lain kemudian membaca data
baris, misal tombol SW1 ditekan maka data baris pertama (Row1) akan LOW
sehingga data baris yang dibaca adalah 0111, atau tombol yang ditekan tombol
SW5 maka data pada baris ke 2 akan LOW sehingga data yang terbaca 1011, atau
16
tombol SW9 yang ditekan sehingga data yang terbaca 1101, atau tombol SW13
yang ditekan maka data yang dibaca adalah 1110 dan atau tidak ada tombol pada
kolom pertama yang di tekan maka data pembacaan baris akan 1111. Kemudian
data pembacaan baris ini diolah sebagai pembacaan data penekanan tombol
keypad. Sehingga tiap tombol pada matrix keypad 4×4 diatas dengan teknik
scaning tersebut akan menghasilkan data penekanan tiap-tiap tombol sebagai
berikut.
SW1 = 0111 0111
SW9 = 0111 1101
SW2 = 1011 0111
SW10 = 1011 1101
SW3 = 1101 0111
SW11 = 1101 1101
SW4 = 1110 0111
SW12 = 1110 1101
SW5 = 0111 1011
SW13 = 0111 1110
SW6 = 1011 1011
SW14 = 1011 1110
SW7 = 1101 1011
SW15 = 1101 1110
SW8 = 1110 1011
SW16 = 1110 1110
Data port mikrokontroler, misalkan pada SW2 = 1011 0111 tersebut terbagi dalam
nible atas dan nible bawah dimana data nible atas (1011) merupakan data yang
kita kirimkan sedangkan data nible bawah (0111) adalah data hasil pembacaan
penekanan tombol keypad SW2 pada proses scaning matrix keypad 4×4 diatas.
2.4 Project Sederhana Keypad
Pada project sederhana kali ini, kita akan mencoba mengaplikasikan tombol
keypad dikombinasikan dengan LCD, dimana pada project kali ini kita kondisikan
rangkaiannya untuk menampilkan tombol mana yang ditekan oleh user dengan
menggunakan LCD sebagai komponen penampilnya.
17
Gambar 10. Rangkaian Keypad dengan LCD
Pada Proyek Sederhana kali ini, kita membutuhkan beberapa komponen
diantaranya :
1. Mikrokontroler ATMEGA 8535.
2. LCD 16 Karakter
3. Keypad Matrix.
4. Kapasitor 22pF.
5. Elco 10uF.
6. Crystal 12 MHz.
18
2.4.1 Cara Kerja Rangkaian
a. Reset
Gambar 11. Reset
Fungsi tombol reset adalah untuk melakukan reset atau mengembalikan
program dalam mikrokontroler yang sedang berjalan ke program awal atau pada
memory 00H. Tombol reset dapat bekerja aktif ketika adanya logika bawaan
rendah atau nol dari luar mikrokontroler menuju pin reset mikrokontroler. Prinsip
kerja dari tombol reset yakni ketika tombol reset mulai di tekan komponen
kapasitor yang terdapat di reset mengalami fase discharge sehingga muatan arus
yang ada di dalam kapasitor mendekati nol, sehingga kondisi ini memungkinkan
adanya logika bawaan rendah yang menuju ke pin reset mikrokontroler. Fungsi
resistor pada rangkaian reset berfungsi sebagai penahan adanya arus balik dari
kapasitor.
19
b. LCD
Gambar 12. LCD
Fungsi LCD disini adalah sebagai komponen yang digunakan utnuk
menampilkan nilai atau tombol yang ditekan oleh user. LCD pada rangkaian kali
ini menggunakan LCD dengan jumlah karakter 16 x 2. Untuk dapat
mengoprasikan LCD pada rangkaian ini, digunakanlah port B untuk port input
LCD.
20
c. Program
Berikut ini listing program keypad dengan LCD dengan menggunakan bahasa C.
/*****************************************************
Chip type : ATmega8535
Program type : Application
AVR Core Clock frequency: 12,000000 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 128
*****************************************************/
#include <mega8535.h>
// Alphanumeric LCD functions
#include <alcd.h>
// Declare your global variables here
void main(void)
{
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
PORTD=0x00;
DDRD=0x07;
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
TIMSK=0x00;
UCSRB=0x00;
21
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
ADCSRA=0x00;
// SPI initialization
SPCR=0x00;
TWCR=0x00;
lcd_init(16);
while (1)
{
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("Tombol");
PORTD=0b11111110;
if(PIND.3==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("1");
};
if(PIND.4==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("4");
};
if(PIND.5==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("7");
};
if(PIND.6==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("*");
};
PORTD=0b11111101;
if(PIND.3==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("2");
};
if(PIND.4==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("5");
};
if(PIND.5==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("8");
};
if(PIND.6==0)
{
22
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("0");
};
PORTD=0b11111011;
if(PIND.3==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("3");
};
if(PIND.4==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("6");
};
if(PIND.5==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("9");
};
if(PIND.6==0)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("#");
};
}
}
23
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi DTMF merupakan aplikasi yang memanfaatkan penjumlahan
frekuensi untuk dapat merepresentasikan suatu tombol (pada keypad). Dengan
adanya DTMF proses signaling pada telepon switching menjadi lebih cepat dan
efisien dari pada dengan metode rotary dial.
Selain itu DTMF membutuhkan IC MT8888 untuk membangkitkan dan
menerima nada DTMF sesuai binernya. DTMF ternyata dapat dimanfaatkan
dalam berbagai aplikasi yang melibatkan sistem kontrol dengan bantuan alat lain
misalnya mikrokontroler.
Selain menggunakan keypad dengan metode DTMF, penggunaan keypad
dengan matrix juga bias digunakan, dimana pada keypad ini menggunakan fungsi
scan perpin agar setiap tombol yang ditekan dapat diinisialisasikan untuk
menjalankan perintah tertentu.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://developmentsciencetechnology.blogspot.com/2012/12/sistem-dual-tone-
multiple-frequency.html#sthash.ebUtaVln.dpuf. diakses pada 17 Desember 2013
Elektronika dasar. http://elektronika-dasar.web.id/artikel-elektronika/matrix-
keypad-4x4-untuk-mikrokontroler/diakses pada 17 Desember 2013
Makalah DTMF http://www.scribd.com/doc/98940445/8-DTMF diakses pada 18
Desember 2013