Komunikasi Pembangunan :
Keterkaitan Komunikasi dengan Pembangunan
Disusun oleh:
1. Alexander Agus S F1C0120222. Erdiansyah F1C0120233. Hanifan Satria F1C0120244. Desy Wulandari F1C0120255. Burhan Islami A F1C0120266. Wita Nurfitri F1C0120277. Resya Nur Intan Putri F1C012028
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO 2013
A. PENDAHULUAN
Komunikasi dan pembangunan adalah dua hal yang berkaitan sangat erat. Komunikasi
merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia untuk dapat menyebarluaskan
pendapat, gagasan dan berperan dalam membentuk hubungan antar manusia. Kedudukan
komunikasi dalam konteks pembangunan adalah “as an integral part of development, and
communication as a set of variables instrumental in bringing about development” (Roy dalam
Jayaweera dan Anumagama, 1987). Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa
dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa
kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia,
masyarakat dan negara.
Dalam kaitannya dengan pembangunan, komunikasi dapat menjadi jembatan yang
menghubungkan antara kepentingan manusia sebagai inidividu atau organisasi dengan pihak
lainnya seperti publik. Pada konteks sosialisasi hasil pembangunan misalnya diperlukan
komunikasi untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Maksudnya,
komunikasilah yang berperan dalam penyampaian pesan-pesan pembangunan dan juga melalui
komunikasi yang baik, masyarakat akan berpartisipasi aktif dalam mendukung dan memelihara
hasil-hasil pembangunan tersebut.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan adanya hubungan yang erat antara kegiatan
pembangunan dan komunikasi. Artinya tanpa komunikasi, gagasan dan program pembangunan
akan mempengaruhi tingkat partisipasi publik sehingga yang pada gilirannya akan dapat
berpengaruh pada pencapaian sasaran pembangunan itu sendiri.
Dalam makalah ini akan diberi pembahasan lebih jauh mengenai keterkaitan antara
komunikasi dan pembangunan. Selain itu, ada diagram sederhana mengenai alur proses
komunikasi dalam upayanya mendukung jalannya pembangunan. Contoh kasus tidak lupa kami
tampilkan dalam makalah ini, selain untuk memberikan gambaran pengaplikasian komunikasi
dalam pembangunan, contoh yang diberikan juga dapat membantu kita untuk memahami materi
lebih dalam dengan cara yang mudah.
B. PEMBAHASAN
B.1. Pengertian Pembangunan
Banyak definisi yang kita dapat peroleh mengenai pembanguunan, namun dalam
pengertian sehari-hari yang sederhana, pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakuan
oleh suatu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Namun untuk suatu
pembahasan yang berlatar belakang ilmiah, tentu harus diusahakan suatu pengertian yang
kurang lebih menggambarkan apa yang dimaksudkan sebagai pembangunan, yang secara
umum dapat diterima oleh mereka yang ikut membahasnya.
Rodgers (1969,1971) mengartikan pembangunan sebagai proses perubahan sosial
yang bersifat partisipatori secara luas untuk memajukan keadaan sosial dan kebendaan
(termasuk keadilan yang lebih besar, kebebasan, dan kualitas yang dinilai tinggi oleh yang
lainnya) bagi mayoritas masyarakat melalui perolehan mereka akan kontrol yang lebih besar
terhadap lingkunganya.
Sementara itu menurut Seers (1969) sebagai salah satu istilah teknis,
pembangunan berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara yang sedang
berkembang dari keadaan kemiskinan, tingkat melek huruf yang rendah, pengangguran dan
ketidak adilan sosial.
B.2. Pembangunan Sebagai Proses Belajar
Dengan kompleksnya kehidupan itu sendiri, maka wajarlah bila interpretasi
tentang lingkup dan makna pembangunan juga menjadi bervariasi, sesuai dengan latar
belakang pengulasnya. Soedjatmoko (1986) pembangunan harus dilihat tidak sebagai
sesuatu yang kita peroleh, melainkan sesuatu yang kita pelajari. Maksud dari kata belajar
disini adalah peningkatan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif,
tidak hanya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, melainkan juga untuk
mengarahkan perubahan itu sendiri sehingga sesuai dengan tujuan yang bersangkutan. Juga
berarti belajar untuk mematahkan pola batin yang menerima fasilitas sebagai satu-satunya
jawaban terhadap penindasan dan keadaan tak berdaya yang telah berlangsung berabad-abad
lamanya.
B.3. Strategi Pembangunan Menentukan Strategi Komunikasi
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi
pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigm pembangunan yang dipilih oleh
suatu negara.
Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para
ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam
pembangunan. Everett M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara
sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem
sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada
bagian lain Rogers menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial.
Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke
arahyang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya. Oleh karena itu peranan
komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya
kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.
Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses,
yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan
kepuasan batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari
masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain
untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian pembangunan
pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan, bisa
aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan pembangunan yang berisi ide-ide
atau pun program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan,
yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi
sasaran pembangunan.
Dengan demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia,
harus bersifat pragmatik yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini
dan yang akan datang. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi harus berada di garis
depan untuk merubah sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran
utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan.
Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan konsep
komunikasi pembangunan, maka dapat dilihat dalam arti luas dan terbatas.
Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi
komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di
antara masyarakat dengan pemerintah, dimulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.
Sedangkan dalam arti terbatas, komunikasi pembangunan merupakan segala
upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan ketrampilan pembangunan yang
berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan diwujudkan pada
masyarakat yang menjadi sasaran dapat memahami, menerima dan berpartisipasi
dalam pembangunan.
Pandangan Ilmu Komunikasi:
Dalam karyanya yang tergolong klasik, Schramm (1964) merumuskan tugas
pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan nasional,
yaitu:
1. Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan nasional, agar
mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara
mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan, dan membangkitkan aspirasi
nasional.
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif
dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak
yang akan membuat keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para
pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, dan
menciptakan arus informasi yang berjalan lancer dari bawah ke atas.
3. Mendidik tenaga kerja yang diperluka pembangunan, sejak orang dewasa, hingga anak-
anak, sejak pelajaran baca tulis, hingga keterampilan teknis yang mengubah hidup
masyarakat.
Ada hal lain yang menjadi keterkaitan antara komunikasi dengan pembangunan.
Hal tersebut adalah media massa. Media massa adalah salah satu bentuk media komunikasi
massa yang dalam hal ini, kaitannya adalah dengan menyiarkan suatu semangat
kebersamaan, dan dengan mengikutsertakan sebanyak mungkin anggota masyarakat yang
menjadi khayalaknya, media massa dapat menumbuhkan suatu aspirasi bersama di
kalangan anggota masyarakat. Secara psikologis masyarakar memerlukan mood atau
suasana tertentu yang mendorong atau menggairahkan mereka berpartisipasi dalam
kegiatan pembangunan. Media massa dapat membantu menciptakan hal itu melalui siaran
da nisi pesan yang disampaikan.
Saluran media massa pada umumnya lebih banyak digunakan untuk komunikasi
informatif. Dengan saluran ini komunikator pembangunan berusaha untuk
memperkenalkan dan memberikan pengetahuan mengenai pesan-pesan pembangunan.
Selanjutnya untuk perubahan perilaku, aktivitas komunikasi harus dilipatgandakan dengan
menggunakan berbagai macam saluran.
Hagen (1962) dan McClelland(1961) menekankan bahwa komunikasi dalam
keluarga juga penting, khususnya mengenaik efek sampingnya untuk motivasi yang
dianggap penting bagi pembangunan. Sosialisasi keluarga merupakan unsur utama dalam
teori pembangunan yang mereka ajukan, dan jelaslah bahwa komunikasi merupakan factor
penting dalam proses sosialisasi tersebut.
Dengan berlangsungnya pembangunan, muncul bentuk-bentuk hubungan baru
yang memerlukan norma-norma baru pula sebagai hasil consensus bersama. Untuk
menyebarluaskan norma-norma tersebut tentunya komunikasi merupakan suatu instrument
utama.
Mengapa mengkomunikasikan informasi tentang pembangunan terhadap masyarakat itu
penting? Hal ini karena pembangunan pada pokoknya untuk mengubah kehidupan seluruh
lapisan masyarakat. Misalnya pada bidang pertanian, pembangunan saluran irigasi dirasa
perlu dibangun agar para petani dapat bersawah lebih baik karena pengairannya tertaur dan
terjamin, dan dengan begitu hasil panen akan bertambah dan pendapatan masyarakat akan
meningkat. Kalau masyarakat tidak tahu yang sedang dibangun adalah saluran irigasi untuk
keperluan mereka sendiri, bisa-bisa mereka tidak peduli. Malah ada kemungkinan timbul
salah paham, bahwa yang sedang dibanguun adalah milik seseorang dan bukan keperluan
bersama.
Untuk dapat berubah diperlukan wawasan yang luas. Namun akibat sumber
informasi yang masih terbatas, wajarlah jika pandangan masyarakat belum terlalu luas.
Karena itu kemampuan media massa untuk menyebarluaskan infromasi akan membantu
memperluas wawasan masyarakat. Kemudian perhatian masyaarakat difokuskan pada
upaya membangun agar pikiran mereka tidak sekedar tertuju pada kerutinan sehari-hari
yang kurang produktif. Dengan memusatkan perhatian pada upaya bersama yang bernama
pembangunan diharapkan kreasi, aspirasi, dan keikutsertaan masyarakat dapat
didayagunakan secara lebih bermanfaat.
Masyarakat harus senantiasa diajak diajak untuk menghargai dan memberi nilai
tinggi kepada hal-hal positif sekaligus merupakan kesempatan berdialog ataupun
berkomunikasi secara timbal balik untuk kepentingan bersama. Menurut Scrhamm keadaan
sector komunikasi di negara berkembang umumnya masih payah, maka pertama-tama
harus dibangun lebih dahulu sarana komunikasi di masing-masing negara. Pembangunan
komunikasi dapat dilakukan melalui suatu perencanaan komunikasi yang dapat
mengaktualisasikan pesan pembangunan dengan cara-cara yang dapat mendorong
tercapainya tujuan pembangunan (Hancock, 1978:2). Menurut pemikiran Schramm dapat
digambarkan sebagai berikut
Perlu sarana informasi
Perlu pembangunan
komunikasi
Untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat
perlu pembangunan
Pembangunan memerlukan
keaktifan masyarakat
Supaya masyarakat
berpartisipasi
Pembangunan diinformasikan
Dari sekian banyak ulasan para ahli mengenai peran komunikasi pembangunan, Hedebro
(dalam Nasution, 2004:102-103) mendaftar 12 peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam
pembangunan, yakni:
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan
nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi.
2. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari
baca-tulis ke pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan, hingga reparasi mobil
(Schram,1967).
3. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya
pengetahuan.
4. Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah
dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk
menciptakan kepribadian yang mobile.
5. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk
bertindak nyata.
6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan
keharmonisan dari masa transisi (Rao,1966).
7. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan di tengah kehidupan masyarakat.
8. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang
bercirikan tradisional, dengan membawa pengetahuan kepada massa. Mereka yang
beroleh informasi akan menjadi orang yang berarti, dan para pemimpin tradisional
akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang-orang lain yang juga mempunyai
kelebihan dalam hal memiliki informasi.
9. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai sesuatu yang
mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.
10. Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadari pentingnya arti
mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas
politik (Rao, 1966)
11. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program-program
pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk
12. Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik
menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri (self-perpetuating).
Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam
arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu
aktivitas pertukaran pesan secara timbal-balik) diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha
pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan,
kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedang dalam arti yang sempit,
komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan,
dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai
pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar
masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan
gagasan-gagasan yang disampaikan tadi.
Kedua pengertian tadi merupakan acuan dari konsep komunikasi pembangunan pada
umumnya. Sedangkan konsep komunikasi pembangunan khas Indonesia dapat didefinisikan
sebagi berikut :
“ Komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat” (Effendy, 2005: 92).
Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya, serta dapat
menghindarkan kemungkinan efek-efek yang tidak diinginkan. Kesenjangan efek ditimbulkan
oleh kekeliruan cara-cara komunikasi, hal ini bisa diperkecil bila memakai strategi komunikasi
pembangunan yang dirumuskan sedemikian rupa, yang mencakup prinsip-prinsip berikut:
a. Pengunaan pesan yang dirancang secara khusus (tailored message) untuk
khalayak yang spesifik.
b. Pendekatan “ceiling effect” yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan
yang bagi golongan yang dituju (katakanlah golongan atas) merupakan redudansi
(tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka atau kecil manfaatnya,
namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dicapai.
c. Penggunaan pendekatan “narrow casting” atau melokalisir penyampaian
pesan bagi kepentingan khalayak .
d. Pemanfaatan saluran tradisional, yaitu berbagai bentuk pertunjukkan rakyat
yang sejak lama berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat
setempat.
e. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang
berkekurangan (disadvantage), dan meminta bantuan mereka untuk menolong
mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan.
f. Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan
masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di
kalangan rekan sejawat mereka sendiri.
g. Diciptakan dan dibina cara-cara atau mekanisme keikutsertaan khalayak
(sebagai pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri) dalam proses pembangunan, yaitu
sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya (Nasution, 2004:163-164).
PERSOALAN: RELOKASI VERSUS RENOVASI
Dengan belajar dari peristiwa bencana banjir besar yang hampir menenggelam-kan ibukota
Jakarta pada bulan Februari 2007, pemerintah pusat propinsi (Pemprov) Jawa Timur dan pemerintah Kota
Surabaya kembali melangkah lebih serius untuk membahas persoalan penataan permukiman di sepanjang
stren kali kota Surabaya.
Keinginan pemerintah provinsi tersebut untuk menata bangunan di stren kali sebenarnya sudah
lama muncul sejak diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur No. 134 tahun 1997 tentang Peruntukan
Sempadan Sungai. SK Gubernur tersebut merupakan upaya tindak lanjut dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 70/PKT/1996 tentang penetapan garis sepandan sungai-sungai di
wilayah kerja Perusahaan Jasa Tirta pada sungai: Kali Surabaya, Kali Wonokromo, Kali Porong dan Kali
Kedurus.
Surat Keputusan Gubernur tersebut kemudian diberlakukan pada tanggal pada 11-13 Maret 2002
yang dibarengi dengan upaya penertiban permukiman. Puluhan bangunan yang tanpa izin di atas tanah
bantaran, tanggul, dan sempadan Kali Wonokromo lanngsung ditertibkan. Penertiban tersebut tentu
mendapatakan reaksi keras dari warga stren dan sejumlah elemen masyarakat. Khawatir terjadi
pergolakan, pemerintah provinsi Jawa Timur menyurutkan langkah mundur. Argumentasi dasar yang
digunakan karena belum adanya kajian dari berbagai aspek yang layak dari para akademisi. Pula dari
kajian hukum, Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tidaklah kuat karena tidak dipayungi norma hukum
yang lebih tinggi, yaitu peraturan daerah.
Pasca penertiban tahun 2002 tersebut, Gubernur Jawa Timur melalui Surat keputusan Nomor:
188/253/KPTS/01 3/2003 tanggal 20 Oktober 2003 membentuk Tim Kajian Teknis. Tim tersebut
beranggotakan beberapa unsur masyarakat mulai dari Pemprov, Perum Jasa Tirta I, Pemkot Surabaya,
Pemkab Sidoarjo, Pemkab Gresik, Pemkab Mojokerto, Departemen Pekerjaan Umum, LSM, Organisasi
Profesi, Perguruan Tinggi hingga wakil warga stren kali. Tim kajian teknis melakukan kegiatan mulai
tanggal 23 Oktober 2003 hingga 15 Januari 2004 dan hasil kajian tersebut kemudian diserahkan kepada
gubernur dan Menteri Pekerjaan Umum.
Begitu rumitnya permasalahan penertiban bangunan liar di bantaran kali Surabaya, perda yang
mengatur masalah penertiban mengalami penundaan lagi setelah memakan waktu yang cukup lama dalam
kajian pembahasannya. Lamanya pembahasan hingga akhirnya mengalami penundaan pelaksanaan perda
lebih dikarenakan masalah tersebut sangat pelik. Kaitannya tidak hanya masalah norma hukum belaka,
tetapi juga berpautan dengan masalah sosial-ekonomi, dan budaya. Seperti yang disampaikan sumber
informasi dari Dinas PU Pengairan sebagai berikut: "Masalah bangunan liar di sepanjang stren kali kota
Surabaya bukan merupakan masalah yang gampang tapi rumit karena penyelesaiannya tidak hanya terkait
dengan materi ( ekonomi ) saja tetapi juga masalah sosial dan budaya. “ ( Sumber : Wawancara, 2007 )
Perbedaan persepsi istilah tentang (relokasi) dari pihak pemerintah dan (renovasi) dari wakil
masyarakat dan DPRD yang harus dimasukkan dalam perda juga menjadi (alotnya) pembahasan kajian
perda. Relokasi bagi masyarakat berarti (penggusuran) tanpa ada solusi yang pasti. Sementara masyarakat
menghendaki adanya renovasi setelah permukiman mereka digusur. Karenanya, aksi demo pun tidak bisa
dihindari dan terus bergejolak.
Alotnya pembahasan konsep relokasi dan renovasi yang kemudian berujung pada tindakan
penggusuran secara paksa mengindikasikan bahwa pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak lagi
mencerminkan pembangunan yang berbasis masyarakat. Artinya, pemerintah telah mengabaikan
bagaimana keankenaragaman, pengetahuan, dan kearifan lokal masyarakat dalam proses pembangunan.
Sementara konsep (renovasi) yang ditawarkan warga dan wakil-wakilnya kepada pemerintah telah
menunjukkan bagaimana sebenarnya kesadaran, kemauan, dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
partisipasi dalam pembangunan. Trauma terhadap penggusuran yang dilakukan pemerintah kota selama
ini telah tertanam kuat dalam kognisi mereka betapa pemerintah berlaku (semena-mena) dengan tidak
pernah memperhatikan nasib warga dan keluarganya pasca penggusuran.
Trauma mendalam yang pernah mereka lihat ketika terjadi pengggusuran I di Stren Kali Jagir
Sebelah Tmur tampaknya tertanam cukup kuat dalam mindset warga stren kali. Setelah digusur,
pemerintah menempatkan mereka di penampungan sementara di kantor Transmigrasi sampai berbulan-
bulan hingga ada keputusan untuk menempati rusun di daerah Penjaringan Surabaya.
Tuntutan masyarakat terhadap hak asasi, keadilan, dan kepastian hukum dalam proses
pembangunan haruslah menjadi prioritas utama. Masyarakat sebagai subjek pembangunan memiliki
kebebasan dalam menentukan arah pembangunan sesuai dengan kehendak dan pengetahuan yang
dimiliki. Tugas pemerintah adalah memberikan tempat utama bagi prakarsa, keanekaragaman lokal,
kearifan lokal, keadilan, dan kepastian hukum. Paradigma pembangunan yang berbasis masyarakat
semacam inilah yang seharusnya mulai dipahami pemerintah.
Seperti yang dipaparkan warga stren Kali Jagir Wonokromo: "Jangan asal digusur aja terus
digeletakkan, kalaupun relokasi harus benar-benar ada dulu bangunannya, jangan hanya di peteki (diusir)
kayak doro (burung dara) tetapi harus diganti dulu kurungannya (sangkamya) kemudian doronya
dimasukkan. Jangan langsung seperti dulu di Panjang Jiwo semburat ditaruh di kantor transmigrasi. Di
situ kemampuannya kan hanya satu minggu terus ditelantarkan begitu aja tidak diurus sehingga sampai
sekarang ini. Karena itu udah sekarang kita kompak aja." (sumber: hasil wawancara, 2007) Tuntutan
renovasi, istilah yang digunakan warga stren kali, sebagai ganti rugi atas lahan yang telah mereka beli dan
bangun untuk mendapatkan rumah layak huni, juga belum ada kesepakatan antara pemerintah dan warga.
Mereka hanya bisa pasrah dan menarik nafas kekecawaan atas tindakan pemerintah yang akhirnya harus
menggusur lahannya. " Lha kita ini kan mau beli tanah kan gak bisa. Tanah kan mahal, jadi saya mau
kontrak itu memang cukup 2-3 tahun, daripada 3 tahun ribut pindah lagi kan gitu. Jadi, mending beli
tanah situ saya bangun waktu itu bangun yang habis 30 juta, kan dibelikan tanah 30 juta kan tidak boleh
tapi saya hitung sama kontrak masih unrung.Cuma sekarang itu saya ini ndak berpikir masalah ini,
sekarang berpikir untuk cari nafkah anak gitu, kalau kena gusur itu sudah nasib, gak tahu pemerintah
pengertiannya gimana masak kena gusur gitu aja”.
Pemerintah harus mengubah paradigma pembangunan ekonomi modernitas ke arah paradigma
pembangunan berbasis masyarakat. Tidak hanya rakyat yang harus berubah ke arah derajat kualitas yang
lebih baik, tetapi pemerintah juga harus melakukan reformasi birokrasi pembangunan. Strategi
komunikasi pembangunan yang digunakan pun harus berubah, yaitu ke arah partisipasi dan
pemberdayaan. Sedangkan dalam kasus di Jagir dan banyak tempat yang lain tentang fasum, strategi
komunikasi yang digunakan pemerintah faktanya lebih bersifat persuasif
Tetap bertahannya warga stren Kali Jagir menempati kawasan itu karena mereka merasa
mendapatkan legitimasi power dari pejabat setempat dengan dikeluarkannya surat kepemilikan tanah
(lihat tabel:4). Selain itu, pernyataan-pernyataan (politis) yang disampaikan wakil rakyat juga telah
memberikan ‖legalitas kenyamanan‖ bagi warga untuk menempati lahan itu. Dan bagi warga, pernyataan
tersebut memiliki kekuatan magis tersendiri karena mereka merasa mendapatkan energi baru kehidupan
sebagai kelompok yang termarginalkan kehidupannya di tengah perkotaan. ‖Memang saya merasa tenang
dengan ucapan pejabat tinggi kota Surabaya tersebut, tapi sebenarnya saya juga takut kalau suatu saat
nanti ada penggusuran. Karena dulu pernah waktu bangun masih setengah badan, ada pegawai dari dinas
Badan Pengairan yang memberikan surat edaran tentang ketentuan yang berlaku pada warga stren kali di
sini dan memberikan peringatan, katanya kalau buat rumah jangan dekat sungai nanti kalau ada gusuran
gimana ”
PARTISIPASI YANG TERPAKSAKAN
Awalnya kondisi permukiman yang dibangun warga Stren Kali Jagir Surabaya adalah bangunan
semi permanen. Oleh karena selama kurun waktu tertentu tidak mendapatkan peringatan dari pihak yang
berwenang serta tidak ada permasalahan dengan permukiman yang didirikan, dalam hal ini Dinas
Pekerjaan Umum Pengairan, mereka meningkatkan status bangunan permukiman menjadi permanen.
Warga menyadari bahwa apa yang mereka lakukan dengan memanfaatkan kawasan tersebut sebagai
permukiman adalah sebuah kesalahan. Pasalnya adalah mereka tidak mengetahui peraturan daerah
ataupun perundang-undangan tentang pemanfaatan lahan di sepanjang stren kali. Selama mereka tinggal
di kawasan tersebut belum pernah ada satu pun yang namanya sosialiasasi yang dilakukan oleh
pemerintah setempat mengenai penggunaan fasilitas umum. Komunikasi yang ada hanyalah bersifat
himbauan kepada warga agar tidak melakukan pencemaran sungai dengan tetap tidak mengganggu
kelancaran air serta menjaga kebersihannya.
Sosialiasasi yang dilaksanakan menjelang eksekusi penggusuran versus penertiban, bagi
masyarakat, terkesan terlambat dan tidak tegas dalam melaksanakan penegakan hukum. Kekecewaan pun
merambah di seluruh warga yang terancam dengan gusuran. Situasi dan kondisi semacam inilah yang
oleh warga dianggap sebagai situasi yang paling menakutkan dalam sejarah kehidupan mereka. Tabel 6
menampilkan bahwa situasi yang paling menakutkan bagi warga stren Kali
Sumber : Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 2, Juli 2009: 112 - 128 114
C. PENUTUP
Kesimpulan
Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi
(sebagai suatu aktifitas pertukaran pesan secara timbal-balik) di antara semua pihak yang terlibat
dalam usaha pembangunan; terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses
perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedangkan dalam
arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik
penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak
yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut
bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam
melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut
Kedudukan komunikasi dalam pembangunan adalah komunikasi dapat sebagai jembatan
yang menghubungkan antara kepentingan manusia sebagai inidividu atau organisasi dengan
pihak lainnya seperti publik. Komunikasi pembangunan haruslah dilihat sebagai suatu proses
menyeluruh, termasuk pemahaman terhadap khalayak serta kebutuhan-kebutuhannya,
perencanaan komunikasi di sekitar strategi-strategi yang terpilih, pembuatan pesan-pesan,
penyebaran, penerimaan (dan boleh jadi juga diskusi tatap muka dengan teman-teman), umpan
balik terhadap pesan-pesan itu, dan bukan hanya kegiatan langsung satu arah dari komunikator
kepada penerima yang pasif.
Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai keterkaitan dan peran komunikasi dalam
pembangunan, pembaca diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberadaan
komunikasi dalam segala aspek kehidupan, pembangunan salah satunya. Sealin itu pembaca juga
diharapkan untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bangunlah relasi
dengan berkomunikasi, karena apabila jembatan ( komunikasi ) diputuskan, maka sulitlah bagi
kita untuk menjalankan pembangunan seorang diri, hal ini disebabkan oleh partisipasi publik
dalam proses pembangunan yang menurun.
Daftar Pustaka
Istiyanto, Bekti, Komunikasi Pembangunan, ( online ) diakses tanggal 9 September 2013, sbektiistiyanto.file.wordpress.com
Nasution, Zulkarimen, 1998, Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan Penerapannya, Rajawali Pers, Jakarta.
Yanmbojo, 2011, Konflik, Komunikasi dan Pembangunan, diakses tanggal 9 September 2013, yambojo.wordpress.com