Download - Makalah Kelompok Sains Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah sains keperawatan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sains
keperawatan. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai pengantar dalam mata
kuliah sains keperawatan sehingga makalah ini dapat digunakan sebagai bahan telaah dalam
mengikuti proses perkuliahan mata kuliah sains keperawatan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah
ini masih banyak kekurangan. Saran dan masukan dari berbagai pihak untuk kemajuan
makalah ini, sangat kami harapkan untuk perbaikan pada penyusunan berikutnya. Harapan
kami makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Depok, September 2015
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sains keperawatan merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan
perkembangan respon manusia terhadap lingkungannya. Perkembangan sains
keperawatan didasari oleh falsafah dan paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan secara holistik (bio, psiko, sosial, kultural
dan spiritual). Sains keperawatan memiliki falsafah berupa keyakinan dan kerangka
berpikir secara sistematis dan ilmiah yang mendasari suatu gambaran yang berdasarkan
pada realitas dan logika sehingga menjadi panduan perawat untuk memberikan
pelayanan asuhan keperawatan secara profesional. Ilmu keperawatan juga memiliki
paradigma keperawatan sebagai kerangka ilmu untuk berfokus pada pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, sehat, dan keperawatan.
Pelayanan keperawatan profesional merupakan area yang dapat memunculkan
berbagai perkembangan ilmu dan teori keperawatan. Hal ini didukung dengan
perkembangan sains keperawatan yang diintegrasikan dalam pendidikan, pelayanan/
praktik, dan riset keperawatan. Ketiga hal tersebut memiliki peran masing-masing untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan memberikan manfaat kepada
masyarakat. Hasil dari pemberian pelayanan keperawatan profesional dengan
pendekatan sains keperawatan dapat menjadi solusi dari fenomena keperawatan yang
ada, sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan. Oleh sebab itu, pengembangan sains keperawatan memiliki hubungan
interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik, dan riset keperawatan sebagai ilmu
terapan yang memiliki otonomi profesional.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlunya seorang perawat baik dalam pelayanan
maupun di pendidikan harus memahami, menganalisa dan mensintesis tentang berbagai
hal yang terkait dengan sains keperawatan baik falsafah maupun paradigma. Selain itu
juga hubungannya dengan tiga pilar dalam keperawatan yaitu pendidikan, pelayanan dan
penelitian, agar tercapai suatu keperawatan yang profesional. Untuk meningkatkan
pemahaman tersebut maka penulis tertarik untuk membuat makalah untuk membahas
tentang falsafah dan paradigma sains keperawatan serta perkembangannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis tentang pengembangan sains keperawatan dan
bagaimana hubungan antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan
dalam pengembangan sains keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep sains secara umum, falsafah dan
paradigma sains serta mampu memahami konsep sains keperawatan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan interaktif antara pengembangan
sains keperawatan dengan pendidikan
3. Mahasiswa mampu memahami hubungan interaktif antara pengembangan sains
keperawatan dengan pelayanan
4. Mahasiswa mampu memahami hubungan interaktif antara pengembangan sains
keperawatan dengan riset keperawatan
5. Mahasiswa mampu memahami pengembangan sains keperawatan dan
hubungan interaktif antara pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan
dalam pengembangan sains keperawatan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui,
menganalisis, dan menerapkan pengembangan sains keperawatan di pendidikan,
pelayanan, dan riset keperawatan sebagai bagian dari pelayanan keperawatan
profesional.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB 1 . PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................
1.2. Tujuan...........................................................................................................................
1.4. Manfaat.........................................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN TEORI...............................................................................................
2.1. Definisi Falsafah dan Paradigma Sains .......................................................................
2.1.1. Filosofi Sains .....................................................................................................
2.1.2. Paradigma Sains ................................................................................................
2.2. Sains Keperawatan.......................................................................................................
2.2.1.Sifat-Sifat/ Karakteristik Sains Keperawatan......................................................
2.2.2. Filosofi Dasar Sains Keperawatan......................................................................
2.2.3. Paradigma Sains Keperawatan...........................................................................
2.2.4. Falsafah Sains Keperawatan ..............................................................................
2.3. Pengembangan Sains Keperawatan dan Hubungan Interaktif Dalam Pengembangan Sains Keperawatan ......................................................................................................
2.3.1. Pendidikan ........................................................................................................
2.3.2. Pelayanan ..........................................................................................................
2.3.3. Riset ..................................................................................................................
2.3.4. Hubungan Interaktif Antara Pendidikan, Pelayanan/Praktik dan Riset Keperawatan Dalam Pengembangan Sains Keperawatan .............................
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Falsafah dan Paradigma Sains
2.1.1 Filosofi Sains
Menjelaskan keberhasilan dari sains itu sendiri (bagaimana sains itu digunakan, apa manfaat
ilmu tersebut untuk masyarakat) (Hood, 2014; pg.63). Sains atau ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode- metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala- gejala tertentu dibidang pengetahuan tersebut
(KBBI).
a. Ontologi
Menganalisa issu/objek dari apa yang ingin diketahui (McEwen, 2011).
b. Epistemologi :
Mempelajari tentang teori pengetahuan, termasuk apa yang kita ketahui, sejauh mana
kita mengetahuinya, bagaimana kita mengetahui bahwa kita tahu/, apa kriteria
pengetahuan, apa ciri- ciri pengetahuan (Schultzn Meilis dalam Melani McEwen, 2011).
Sangat penting untuk mengetahui perjalanan perkembangan pengetahuan keperawatan
untuk menyediakan isi, menilai secara tepat pengetahuan keperawatan dan metode yang
digunakan perawat untuk perkembangan pengetahuan (Streubert-Spezialen Carpenter
dalam Melani McEwen, 2011).
Menurut Hood, Lucy J (2014) bahwa secara epistemologi yaitu ilmu yang mempelajari
tentang apa itu pengetahuan dan bagaimana orang- orang memperoleh pengetahuan itu.
c. Axiologi (menurut KKBI kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia)
Axiology adalah nilai terkait pengetahuan yaitu merupakan pemanfaatan dan cara
penggunaan ilmu pengetahuan untuk keuntungan manusia. Secara axiologi keperawatan
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang tidak hanya memiliki
tanggungjawab profesional tetapi juga tanggung jawab sosial yang disertai sikap moral
yang luhur.
2.1.2 Paradigma Sains
Menurut Kuhn, 1962 dalam Melani McEwen (2011) bahwa paradigma sains merupakan
pandangan secara menyeluruh terhadap disiplin ilmu. Kehidupan tampak universal, daripada
hanya model atau prinsip teori.
Menurut Thomas Kuhn (2002), paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai- nilai,
metode- metode, prinsip dasar atau memecahkan suatu masalah yang dianut oleh suatu
masyarakat ilmiah pada suatu tertentu.
2.2 Sains Keperawatan
Sains keperawatan adalah substansi, disiplin ilmu yang spesifik yang berfokus pada manusia,
proses kesehatan, dalam lingkup kerja keperawatan (Barred, 2002 dalam Melani McEwen,
2011).
2.2.1 Sifat- Sifat/ Karakteristik Sains Keperawatan
Menurut Silva (1977) dalam Melani McEwen (2011) bahwa Sifat / karakteristik Sains terdiri
dari :
a. Sains harus menunjukkan koherensi
b. Sains fokus pada suatu bidang ilmu tertentu
c. Sains harus bersifat universal dan dipahami secara luas
d. Sains harus bersifat logis
e. Sains harus menjelaskan
f. Sains harus melalui penelitian dan berbagai pendapat
Menurut Carper, 1978, 1992 dalam McEwen (2011) dan Hood (2014) bahwa sain
keperawatan memiliki karakteristik yaitu :
a. Empiris
Pengetahuan empiris adalah suatu hal yang bersifat objektif, abstrak, dapat diukur,
dicontoh, disesuaikan/ berubah- ubah, dan dapat dirumuskan.
b. Estetika
Pengetahuan yang bersifat estetika merupakan suatu yang menggambarkan ekpresi/
ungkapan, bersifat subjektif, unik dan merupakan pengalaman daripada suatu yang
normal atau deskriptif. Estetika adalah kejadian melalui peristiwa, perilaku, sikap, dan
interaksi dari respon perawat terhadap orang lain (klien).
c. Pengetahuan individu
Pengetahuan individu lebih kepada bagaimana cara perawat dalam melihat/menilai pada
diri mereka dan klien yang bersifat subjektif, dan mempromosikan serta integritas diri
yang digabungkan secara utuh.
d. Etik
Lebih kepada kode etik keperawatan dan kewajiban terhadap pelayan serta kepedulian
untuk kehidupan manusia.
e. Sosiopolitik
“Merupakan penambahan dari pola asli yang telah diidentifikasi” oleh Carper (1978).
Pola ini mengetahui konteks yang lebih luas mencakup perawat, klien dan praktek
profesi (White, 1995 dalam Hood, 2014). Dengan keadaan ini, pemahaman sosiopolitik
membingkai semua pola lainnya yang kita ketahui sebagai bagian penting dari masa
depan keperawatan dalam meningkatkan ekonomi dunia.
f. Emansipasi
Merupakan kemampuan manusia mengenali masalah sosial dan politik dari
ketidakadilan, untuk mewujudkan sesuatu yang berbeda untuk bersama- sama
melengkapi pengalaman dan mengubah situasi yang dapat meningkatkan kehidupan
masyarakat.
g. Ketidaktahuan
Menurut Munhall (1993) dalam Hood (2014) bahwa keadaan “ketidaktahuan”
merupakan kondisi keterbukaan sehingga dapat memahami dunia pasien dari berbagai
macam persepsi pengalaman klien tersebut.
2.2.2 Filosofi Dasar Sains Keperawatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), filosofi merupakan pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya; teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu yang berintikan
logika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Filosofi keilmuan harus menunjukkan
bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan
pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filosofi
keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung
pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama
berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.
Sistem kepercayaan seseorang sangat penting untuk menentukan sumber dan metode
menemukan pengetahuan, pemahaman tentang pendekatan filosofis yang berbeda yang saat
ini mempengaruhi ilmu keperawatan adalah sangat penting. Berdasarkan konsep plato,
pengetahuan dianggap keyakinan yang telah dibenarkan melalui akal (Stumpf, 1993 dalam
Hood, 2014).
Tiga proses utama untuk menemukan pengetahuan adalah rasionalisme, empirisme, dan
intuisi (Hood, 2014).
1. Rasionalisme melibatkan kepercayaan dalam kemungkinan mengetahui kebenaran
dengan berpikir dan dengan menggunakan alasan yang berdasarkan teori daripada
kenyataan yang sebenarnya, atau berasal dari pengalaman individu.
2. Empirisme melibatkan keyakinan bahwa satu-satunya sumber kepastian tentang
pengetahuan adalah pengalaman langsung. Namun, karena pengalaman tergantung pada
persepsi individu, penekanan harus berada di verifikasi dan konfirmasi atau bantahan
dari pengamatan.
3. Intuisi digambarkan sebagai "hanya mengetahui". Sumber mengetahui (pengetahuan)
disini adalah dari internal pribadi (individu) dan pengalaman atau alasan sering dianggap
terjadi secara independen. Hal ini bersifat subjektif karena berasal dari pribadi, meskipun
dapat divalidasi melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
Sebagai ilmu yang muncul, keperawatan menggunakan dan membangun pengetahuan yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu melalui abad evolusi. Pemahaman body of
knowledge keperawatan penting untuk praktek profesional yang kompeten. Pengetahuan
dapat diperoleh dari sejumlah sumber, termasuk pengalaman, refleksi, dan nilai-nilai.
Menurut Meleis (2007), sains adalah "kesatuan body of knowledge tentang fenomena yang
didukung oleh bukti yang telah disepakati" (Hood, 2014). Selama bertahun-tahun, sarjana
keperawatan telah memperdebatkan apakah praktik keperawatan profesional adalah ilmu,
seni atau keduanya. Menurut Rogers (1992), "Sejak keperawatan profesi dipelajari yaitu baik
ilmu dan seni. Praktek perawat, adalah penggunaan kreatif dari pengetahuan dalam pelayanan
manusia.” (Hood, 2014).
Konsep keilmuan yang tidak dapat dipelajari secara langsung atau diobservasi. Filosofi
keperawatan diartikan sebagai alasan, dasar dan kecenderungan perawat dalam menghasilkan
suatu tindakan keperawatan yang profesional (Hood, 2014). Tujuan filosofi sains
keperawatan adalah membantu untuk menentukan arti dari sains melalui pemahaman dan
pemeriksaan konsep keperawatan, teori, hukum, dan sasaran mereka dalam praktek
keperawatan (Nyatanga, Polifroni & Welch, 1999 dalam dalam Melani McEwen, 2011) .
Terdapat 6 hal dalam filosofi keperawatan itu sendiri, yaitu
1. Menjelaskan hubungan antara manusia, lingkungan dan kesehatan
2. Pendekatan keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu
3. Mengintegrasikan suatu nilai kedalam praktek
4. Mengerti tentang elemen estetika keperawatan yang berkontribusi ke dalam kesehatan
dan kesejahteraan
5. Menggambarkan tugas perawat
6. Mengartikan sistem kepercayaan seseorang terkait dengan manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.
2.2.3 Paradigma Sains Keperawatan
Paradigma keperawatan menurut Gaffar (1997) adalah cara pandang yang mendasar atau cara
kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Dengan demikian paradigma keperawatan
berfungsi sebagai acuan atau dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan yang bersifat
professional. Dengan dasar tersebut, sesuatu yang mungkin terjadi di mana dua orang dengan
paradigma yang berbeda akan memandang suatu fenomena dengan cara berbeda sehingga
menimbulkan penarikan kesimpulan yang berbeda pula. Hal ini juga berlaku dalam
keperawatan, dengan objek observasi yang sama perawat dengan latar belakang atau bidang
yang berbeda mungkin akan melihat masalah yang timbul berbeda dan menuntun pada
perbedaan diagnosa serta perencanaan keperawatan.
Paradigma keperawatan mencakup empat sistem yang saling terkait:
a. Manusia (person)
Manusia merupakan sebuah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan lingkungan
eksternalnya yang selalu berusaha mencapai keadaan homeostatis. Manusia juga dipandang
sebagai makhluk biopsikososiokultural spiritual yang utuh, unik, mandiri, dinamis, rasional
dan memiliki kemampuan beradaptasi guna memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga
bertahan hidup dan berkembang (Kozier, Erb, Berman &Snyder, 2010).
Manusia membuat keputusan yang rasional dan berupaya menolong dirinya sendiri dan
orang lain dengan bertindak mandiri untuk memenuhi kebutuhannya melalui belajar,
menggali serta menggerakkan semua sumber yang tersedia dan terjangkau untuk mencapai
keadaan sehat dan sejahtera secara optimal. Manusia melalui interaksi dengan lingkungan di
sepanjang siklus kehidupannya sehingga terbentuk pola tumbuh kembang yang unik, pola
pikir, keyakinan, nilai dan budaya yang menuntun manusia untuk berperilaku. Sehinnga
konsep manusia dalam paradigma keperawatan sebagai sistem terbuka, sistem adaptif,
mandiri dan berinteraksi satu dengan yang lainnya secaraholistik (Kozier, Erb, Berman
&Snyder, 2010).
b. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan eksternal
yang meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual. Faktor internal
manusia seperti: faktor genetik, struktur anatomis, fisiologis, psikologis, nilai, keyakinan
berpotensial mempengaruhi perubahan sistem pada manusia. Faktor eksternal manusia yang
terdiri dari: keadaan fisik, demografis, ekologis, hubungan interpersonal dan nilai sosial
budaya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari juga berpotensial mempengaruhi
perubahan pada sistem manusia termasuk kesehatan didalamnya (Kozier, Erb, Berman
&Snyder, 2010).
c. Kesehatan
Sehat menurut WHO (1947) adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan tidak
hanya terbebas dari kecacatan dan kelemahan. Sehat dipandang sebagai suatu keadaan
seimbang biopsikososiospiritual dan bersifat dinamis dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya sehingga dapat berfungsi optimal dalam menjalankan perannya dalam
keluarga, kelompok dan komunitas (Kozier, Erb, Berman &Snyder, 2010).
Sehat meliputi berbagai tingkat, individu, keluarga, komunitas dan masyarakat. Status
kesehatan seseorang terletak dalam rentang sehat - sakit. Pola rentang sehat sakit tersebut
bersifat dinamis.Status sehat dikatakan optimal jika individu dapat meningkatkan potensi
yang dimilikinya guna mencapai keadaan yang sejahtera secara biopsikososiokultural dan
spiritual. Apabila individu berada dalam area sehat, maka dilakukan upaya pencegahan
primer (Kozier, Erb, Berman &Snyder, 2010).
d. Keperawatan
Merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
biopsikososiokultural-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh siklus hidup
manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan kesehatan
utama dalam upaya mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga
memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif (Kozier, Erb, Berman
&Snyder, 2010).
2.2.4 Falsafah Sains Keperawatan
Falsafah keperawatan merupakan cara pandang manusia dan keperawatan sebagai kerangka
dasar pelaksanaan perawatan baik kepada orang sehat maupun sakit. Falsafah ini memiliki
empat komponen dasar yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Beberapa ahli dalam Potter & Perry (2013) memiliki pendekatan spesifik sesuai dengan hasil
kesimpulan masing-masing terhadap keperawatan, berikut ini beberapa contohnya:
1. Jean Watson
Jean Watson memandang manusia sebagai fokus sentral dan keperawatan merupakan
sains yang menggunakan pengetahuan, estetika, kemanusiaan dan seni sebagai dasar
dalam pengembangan ilmu keperawatan melalui human care. Dalam hal ini, perawat
dituntut untuk mampu memahami perilaku dan respon manusia dalam menghadapi setiap
masalah kesehatan baik yang bersifat aktual maupun potensial.
2. Ida Jean Orlando
Orlando mengemukakan konsep disiplin proses keperawatan yang meliputi komunikasi
perawat-klien, identifikasi permasalahan yang ditemui pada klien, dan validasi maupun
perbaikan. Orlando lebih menekankan pada perilaku klien yang kemudian akan
menimbulkan reaksi perawat yang dimunculkan dalam bentuk tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut akan mempengaruhi tingkat
kesehatan klien baik saat itu juga maupun yang jangka panjang dimana setelah
mendapatkan tindakan keperawatan klien akan berusaha memenuhi kebutuhan untuk
mengatasi stres yang timbul akibat adanya ketimpangan kebutuhan dan lingkungan.
3. Callista Roy
Roy membuat simpulan bahwa setiap manusia pasti memiliki suatu potensi untuk dapat
beradaptasi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang berbeda pada
berbagai tingkatan usia.
Dalam konsep Roy ini perawat dituntut untuk mampu membuat analisa mengenai klien
dalam hal kebutuhan fisiologis, konsep diri, peran sosial maupun keseimbangan antara
kemandirian dan ketergantungan sehingga dapat melihat kemungkinan-kemungkinan
yang ada pada klien dan melakukan pengkajian yang lebih spesifik mengenai akibat yang
ditimbulkan dan mekanisme adaptasi yang dilakukan klien.
4. Betty Neumann
Neumann memandang manusia merupakan gabungan dari konsep holistik dan
pendekatan sistem terbuka dan fokus keperawatan adalah penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri.
Neumann melihat bahwa klien harus dilihat secara menyeluruh termasuk dengan
lingkungannya baik yang internal maupun eksternal. Pencegahan sebagai respon
terhadap tingkatan reaksi yang diberikan oleh klien terhadap stresor menjadi perhatian
utama dalam teori yang dikemukakan oleh Neumann.
5. Florence Nightingale
Manipulasi dari lingkungan eskternal membantu proses perbaikan atau pergantian dan
kesehatan klien merupakan pokok pikiran Florence Nightingale yang memandang
interkasi klien dangan lingkungan sebagai hal yang pokok dalam proses keperawatan.
Nightingale menempatkan perawat sebagai agen penting dalam memodifikasi lingkungan
klien di luar medikasi tindakan medis lain. Dengan melakukan intervensi terhadap
lingkungan sebagai hasil dari observasi dan pengumpulan data perawat akan mampu
membuat peningkatan ststus kesehatan klien.
6. Hildegard Peplau
Menurut Peplau individu/klien adalah manusia yang memiliki kebutuhan perasaan dan
perawata hadir sebagai fasilitator baik bagi klien maupun keluarga. Dengan kapasitas
profesionalnya perawat harus mampu membangun proses yang sifatnya interpersonal dan
terapeutik sebagai gagasan utama teori Peplau, mendampingi asumsi bahwa setiap
individu memiliki kebutuhan perasaan.
2.3 Pengembangan Sains Keperawatan Dan Hubungan Interaktif Dalam
Pengembangan Sains Keperawatan
2.3.1 Pendidikan
Pendidikan khusus berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, penataan jenjang
pendidikan keperawatan, penyusunan kurikulum pendidikan, metode pembelajaran yang
digunakan dan penyusunan kompetensi perawat di pendidikan tinggi merupakan
pengembangan sains keperawatan dalam pendidikan hingga diharapkan mampu menjadi
mitra kerja dalam memberikan standar pelayanan kesehatan yang profesional
(Mariano,2009).
2.3.2 Pelayanan
Sturgeon (2008), dari Departemen Keperawatan dan Terapan Ilmu Klinis, Canterbury Christ
Church University, Canterbury tentang “Skills for caring: valuing knowledge of applied
science in nursing” atau ‘Keterampilan untuk merawat: Nilai pengetahuan sebagai aplikasi
dari sains keperawatan. Peneliti mengkaji alasan perawat meremehkan pengetahuannya ke
ilmu terapan yang ada di praktik keperawatan (Sturgeon, 2008).
Teori keperawatan sering tidak digunakan dalam penelitian atau teori praktek keperawatan.
Hal ini menyebabkan ada beberapa teori keperawatan yang tidak dikenali oleh perawat itu
sendiri, sehingga perawat cenderung menggunakan teori dari disiplin ilmu lain (Cowen,
2006)
Kini perawat secara aktif menghasilkan, mempublikasikan, dan menerapkan penelitian pada
praktik guna meningkatkan asuhan klien dan meningkatkan dasar pemahaman ilmiah
keperawatan. Standards of Clinical Nursing Practice yang diterbitkan ANA 1998
menyertakan penelitian sebagai salah satu standart kinerja professional (Kozzier, 2010).
Ketetapan ANA mengenai standar kinerja professional yang terkait dengan penelitian,
dengan kriteria pengukuran:
1. Perawat menggunakan bukti terbaik yang tersedia, lebih dipilih data penelitian, untuk
menyusun asuhan dan rencana intervensi.
2. Perawat ikut serta dalam kegiatan penelitian yang sesuai dengan pendidikan dan posisi
perawat. Kegiatan tersebut dapat berupa :
a. Mengidentifikasi masalah klinik yang sesuai dengan penelitian keperawatan
b. Berpartisipasi dalam pengumpulan data
c. Berpartisipasi dalam bagian, organisasi, atau komite atau program penelitian
komunitas
d. Berbagi kegiatan penelitian dengan pihak lain
e. Melakukan penelitian
f. Memberikan kritik terhadap penerapan penelitian dalam praktik
g. Memanfaatkan temuan riset dalam menyusun kebijakan , prosedur, dan panduan
praktik untuk asuhan pasien
2.3.3 Riset
Filosofi ilmu telah mengembangkan gagasan bahwa riset dapat muncul dari perspektif
ontologi, paradigma dan teoritis. (Tomey, 2006). Riset keperawatan sering tidak
diinformasikan secara terbuka dan juga jarang diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Beberapa sarjana keperawatan yang melakukan riset menggunakan teori non keperawatan
atau meminjam teori disiplin ilmu lain sehingga sains keperawatan tidak berkembang.
Ketidakpedulian terhadap riset dan teori ini berasal dari para peneliti itu sendiri.
Strategi implementasi keperawatan terfokus pada individu yang profesional dan pendekatan
pada pelaksanaan penelitian. Adapun strategi yang digunakan yaitu saling mengingatkan,
adanya dukungan dalam pemberian keputusan, penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, penghargaan, dan strategi gabungan yang efektif dalam mendorong pelaksanaan
sebagai bukti dan inovasi dengan menghubungkan strategi berbasis teori sehingga dapat
memfasilitasi rencana implementasi yang optimal.(Van Achterberg, Schoonhoven, & Grol,
2008)
2.3.4 Hubungan Interaktif antara Pendidikan, Pelayanan/Praktik dan Riset
Keperawatan dalam Pengembangan Sains Keperawatan
Pelayanan keperawatan juga memiliki hubungan interaksi dengan pendidikan dan riset.
Dalam pendidikan, sains keperawatan menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum
sehingga dapat memberikan kerangka ilmiah dan pemikiran analitis untuk menjawab
fenomena-fenomena yang ditemukan di pelayanan/praktik. Pelayanan dapat dijadikan sumber
fenomena keperawatan yang terjadi, sehingga dapat menghasilkan model praktik
keperawatan yang sesuai dengan teori dan metode ilmiah yang dikembangkan di pendidikan
dan telah dibuktikan melalui riset keperawatan yang berulang-ulang sehingga dapat
bermanfaat untuk dipraktikkan di pelayanan kesehatan. Ketiga aspek tersebut saling
berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya dan hal ini terus terjadi seiring
pengembangan sains keperawatan dilakukan.
Referensi
Cowen, Perle Slavic and Moorhead Sue. 2006. Current Issue in Nursung. Missouri:
Mosby Elseiver.
Gaffar, Laode J. 1997. Pengantar Keperawata Profesional. Jakarta: EGC
Hood, Lucy J. 2014. Conceptual Bases of Profesional Nursing. Philadelphia: Lippincott
Wiliams & Wilkins
Kozier, B., Erb., & Oliver, R.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktek, Edisi 7. Jakarta: EGC
McEwen,M and Evelyn M.Wills. 2011. Theorretical Basis for Nursing. Philadelphia:
Lippincott Wiliams & Wilkins
Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. 2013. Fundamental of Nursing, Edisi 8.
Missouri: Elsevier Mosby
Sturgeon, D. (2008). Skills for caring: valuing knowledge of applied science in nursing.
The British Journal of Nursing.
Thomas S. Kuhn.2002. The Structure of Scientific Revolution. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Tomey, Ann Marriner, Martha Raile Alligood. 2006. Nursing Theorists and Their Work.
Missouri : Mosby Elsevier
Van Achterberg, T., Schoonhoven, L., & Grol, R. (2008). Nursing implementation
science: How evidence-based nursing requires evidence-based implementation.
Journal of Nursing Scholarship, 40(4), 302–310. http://doi.org/10.1111/j.1547-
5069.2008.00243.x