Download - Makalah kelompok JJ Rousseau
MAKALAH PEMIKIRAN POLITIK BARAT
Jean-Jacques Rousseau: “Filsuf Swiss Pendororong Revolusi
Perancis”
Kelompok 8:
- Louis Embun Prastika (071311233017)
- Elvina Yudith (071311233054)
- Bilqis Oktaviani Putri (071311233061)
- Audita Chiquita Putri (071311233065)
- Yunia Damayanti (071311233066)
- Annisa Widyarni (071311233084)
- Adriana Marzhella Rondonuwu (071311233085)
- Retno Anggreini Nurvianti (071311233095)
- Ni Putu Indah Maharani (071311233097)
Departemen Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Universitas Airlangga
KATA PENGANTARPemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 1
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami mampu menyelesaikan tugas
pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul “Pemikiran Politik Barat menurut tokoh
J.J. Rousseau” dalam mata ajaran kuliah Pemikiran Politik Barat ini.
Bersama dengan ini kami juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada
pihak-pihak terlibat yang telah berpartisipasi dan juga membantu kami dalam pembuatan dan
penyusunan makalah mata ajaran Pemikiran Politik Barat ini. Semoga segala hal yang telah
kami dan rekan-rekan sesama mahasiswa kami kerjakan merupakan bimbingan yang benar
dan lurus dari Allah S.W.T. dan kami harap makalah ini dapat banyak membantu di
kemudian hari.
Tugas pembuatan dan penyusunan makalah kami ini tentu saja masih jauh dari
dikatakan sempurna. Karena itu, segala kritik dan saran kami terima dengan lebar dan lapang
dada demi perbaikan dan penyempurnaan tugas pembuatan dan penyusunan makalah ini
untuk menjadi sebuah makalah yang jauh lebih baik dan juga untuk pembelajaran bagi kami
dan anda semua dalam menyelesaikan tugas-tugas makalah lain di kemudian hari. Semoga
dengan adanya pemberian tugas ini, kami dan anda semua dapat mengambil pelajaran yang
bermanfaat.
DAFTAR ISI
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 2
Surabaya, 5 September 2014
Tim Penulis
Cover Makalah...................................................................................................................... 01
Kata Pengantar...................................................................................................................... 02
Daftar Isi............................................................................................................................... 03
BAB I - Pendahuluan
Biografi...............................................................................................................….. 04
Latar Belakang.......................................................................................................... 06
BAB II – Ide Politik
Premis Negara........................................................................................................... 07
Teori Kontrak Sosial................................................................................................. 08
Sifat Dasar Manusia.................................................................................................. 10
Kemauan Bersama.................................................................................................... 11
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 14
BAB I
1.1 BIOGRAFI SINGKAT
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 3
Jean-Jaques Rousseau merupakan seorang filsuf Janewa pada abad ke-18 yang
memiliki pengaruh kuat tidak hanya dalam filsafat tapi juga kesusastraan sampai politik.
Pengaruhnya sebagai seorang filsuf bahkan menjadi salah satu pendorong revolusi Perancis.
Mengawali kehidupan pada tahun 1712, Rousseau menuliskan biografinya sendiri yang
meliput 53 tahun kehidupannya. Confession merupakan biografi yang berisi pengakuan dosa
yang mengekspos Rousseau sebagai manusia yang tercela. (Russel, 2004)
Di lahirkan di Janewa oleh Suzanne Bernard Rousseau yang meninggal saat Rousseau
masih bayi. Isaac Rousseau merupakan seorang pengrajin arloji miskin dan orang yang
membesarkan Rousseau setelah ibunnya meningggal. Berdasarkan ketidaksukaannya
terhadap pendidikan perdagangan, Rousseau melarikan diri menuju Savoy dan meninggalkan
sekolah pada usia 12 tahun. Pendidikan Rousseau sebagai Calvinis ortodoks kemudiaan
beralih menjadi Katolik dikarenakan kesengsaraan dalam bertahan hidup. Namun pada 1754,
Rousseau kembali menjadi penganut Calvinis ortodoks saat kembali ke Janewa. (Russel,
2004)
Sebagai filsuf yang dikenal bahkan hingga jaman sekarang, Rousseau memiliki
perjalanan hidup yang panjang dan tidak begitu saja mendapatkan perhatian para
pengikutnya. Pekerjaan pertama Rousseau yang dapat dilacak adalah sebagai pesuruh seorang
wanita kaya bernama Madame de Vercelli yang meninggal tiga bulan setelah Rousseau
menjadi pesuruhnya. Setelah itu Rousseau menjalani hidup sebagai pengembara, berjalan
kaki, dan mencari nafkah semampunya. Pada kesempatan lain, Rousseau menjadi sekretaris
pada seseorang yang memperkenalkan diri sebagai kepala biara (Russel, 2004). Rousseau
bukan merupakan orang yang setia, ia beberapa kali kedapatan memiliki perselingkuhan
dengan beberapa wanita kaya berbeda. Pada tahun 1743, melalui bantuan seorang wanita
bangsawan, dia menjadi sekretaris bagi Duta Besar Perancis untuk Venisia. Madame de
Warren merupakan janda kaya yang mengakat Rousseau menjadi anak asuh nya yang
kemudian menjadi istri dari Rousseau. Menurut Fathurrahman dan Nuur (2013) Madame de
Warren merupakan salah satu yang berjasa dalam membentuk pola pikir Rousseau dengan
cara mendukung penuh pendidikan yang dijalankan Rousseau.
Sekitar pada tahun 1745 itulah Rousseau mulai berhubungan dengan Theressa
Lavasseur. Perempuan tersebut adalah seoang pelayan disebuah hotel yang ia tempati saat
menginap di Paris. Rousseau hidup bersama Theressa sampai akhir hayat dan memiliki 5
orang anak. Namun, Rousseau sebenarnya sama sekali tidak cinta dengan Theressa, dan tak
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 4
seorang pun yang mengetahui apa yang membuat Rousseau tertarik kepada pelayan tersebut.
Bahkan sampai akhir hayatnya, Rousseau tidak pernah mempersunting Theressa untuk
menjadi istrinya.
Fathurrahman dan Nuur (2013) dalam (Suhelmi, 2004) dalam makalah nya
menceritakan Rousseau pada saat dewasa, dimana ia terkenal sebagai pemberontak kepada
penguasa negara yang ditempatinya, ketika J.J Rousseau melarikan dirinya ke Paris, di kota
itulah Rousseau bertemu dengan filsuf-filsuf terkenal seperti Diderot, d’Alembert, dan
Voltaire yang sangat mempengaruhi pola pikir Rousseau pada saat itu.
Nama Rousseau mulai terangkat pada tahun 1750, saat ia mendapatkan hadiah melalui
kemenangannya menulis esai dalam kompetisi yang diadakan Academy Dijon. Setelah
meraih hadiah dan ketenaran mendadak berkat esai tersebut, Rousseau mulai menempuh jalan
hidup yang sesuai dengan prinsipnya. Gagasan dari esai pertamanya diuraikan lebih lanjut
dalam esai kedua Rousseau, Discourse on Inequality pada tahun 1754, sayangnya esai ini
tidak memenangkan apa-apa dan Rousseau tidak mendapatkan apa-apa. Pada tahun 1760,
Rousseau menerbitkan sebuah novel berjudul La nouvelle, Heloise. Novel karyanya yang lain
ialah Emile dan The Social Cotract yang diterbitkan pada tahun 1762. Emile, dianggap
membahayakan karir Rousseau karena berisi “The Confession of Faith of a Savoyard Vicar”
(Pengakuan Keyakinan Pendeta Savoyard) yang menjelaskan prinsip-prinsip agama alami
dalam pemahaman Rousseau, dan membuat jengkel kalangan ortodoks Katolik dan Protestan.
Di sisi yang sama, The Social Contract dianggap lebih membahayakan karena buku ini
mendukung demokrasi dan mengabaikan hak suci raja. Doktrin-doktrin yang ditulis Rousseau
dalam buku ini cenderung membenarkan negara totaliter. Emile dan The Social Contract
telah mendongkrak popularitas Rousseau, tetapi di sisi lain, ia mendapat kecaman dari
kalangan pejabat, ia diwajibkan untuk segera meninggalkan Perancis, bahkan pemerintah
Perancis telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Rousseau karena Parlemen Perancis
mengecam karyanya. Rousseau bahkan tidak diterima di tanah kelahirannya di Jenewa.
Dewan Pemerintah Jenewa memerintahkan agar kedua buku karya Rousseau tersebut
dibakar, dan memberi instruksi bahwa Rousseau harus ditangkap jika ia datang ke Jenewa.
(Russel, 2004).
1.2 LATAR BELAKANG
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 5
Pola pikir Jean Jacque Rousseau dapat ditelaah melalui sejarah hidupnya, salah satu
orang yang berpengaruh tidak lain merupakan ayahnya yaitu Isaac Rousseau. Ayahnya adalah
seorang tukang jam dan guru dansa. Rousseau sangat membanggakan tanah kelahirannya
yang dapat disebut juga sebagai kota modern Romawi kuno. Perkembangan pemikiran
Rousseau dipengaruhi juga oleh sosialisasi pada masa kecil (Fathurrahman dan Nuur, 2013).
Rousseau terbiasa melatih emosi dan kepekaan perasaannya ketimbang berpikir secara
rasional, hal tersebut dipengaruhi oleh ayahnya karena gaya sosialisasi ayahnya yang
romantis dan emosional (Fathurrahman dan Nuur, 2013). Dimasa remajanya, pada usia 17
tahun, Rousseau sering membaca karya klasik ciptaan Plutarch. Fathurrahman dan Nuur
(2013) menyebutkan bahwa karya-karya Plutarch telah mempengaruhi pemikiran Rousseau,
Rousseau memimpikan hidup di negara kota Romawi yang kondisinya nyaman dan warga
negaranya mempunyai kedekatan yang akrab antar individu. Dengan demikian, Isaac
Rousseau yang merupakan ayahnya J.J Rousseau telah menjadi seseorang yang
mempengaruhi pola pikir anaknya.
Pengaruh Rousseau dinilai sangat besar dalam beberapa kalangan tertentu, sebut saja
Lord Byron, seorang puitisi asal Inggris yang mayoritas karyanya terinsipirasi dari Rousseau.
Lalu ada lagi Georg Wilhelm Friedrich Hegel, seorang filsuf asal Jerman yang banyak
menerima pengaruh dari Rousseau. Hegel mengadopsi penggunaan istilah Rousseau yang
keliru tentang “kebebasan”, dan mendefinisikannya sebagai hak untuk mematuhi polisi atau
yang sederajat. Buku yang ditulis Rousseau, The Social Contract, dianggap menjadi kitab
suci bagi sebagian besar pemimpin Revolusi Perancis. Hal ini membuat Rousseau disebut-
sebut memiliki pengaruh besar dalam meletusnya Revolusi Perancis. (Russel, 2004)
BAB II
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 6
2.1 PREMIS NEGARA
Rousseau mengandaikan negara sebagai keluarga. Penguasa adalah seperti 'ayah' yang
melindungi rakyat yang diandaikan sebagai 'anak'. Menurut Grotius (Rousseau, 2007: 11),
jika seseorang dapat mengalienisasikan dirinya sendiri, mengabaikan kebebasannya, dan
menjadi seorang budak yang diperintah oleh tuannya, masyarakat seharusnya mampu
menjadi warga negara yang mematuhi pemimpinnya. Namun Rousseau sendiri menganggap
penyerahan diri warga negara pada kekuasaan negara adalah sebuah hal yang aneh. Budak
tidaklah menyerahkan dirinya, melainkan menjual dirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Di
sisi lain, raja berada 'cukup jauh' untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya secara langsung,
bahkan harta raja dapat dikatakan adalah dari rakyatnya (Rousseau, 2007: 12). Du Contract
Social atau Perjanjian Sosial merupakan jalan keluar dari pencarian manusia terhadap bentuk
asosiasi yang mempertahankan dan melindungi sarana asosiasi, sekaligus melindungi hakiki
manusia sebagai makhluk yang bebas (Rousseau, 2007: 22-23).
Kunci dari Perjanjian Sosial adalah setiap orang yang menyerahkan dirinya kepada
seluruh komunitas, bukan hanya kepada seseorang saja. Dengan demikian, sesungguhnya
mereka tidak menyerahkan diri kepada apa pun (Rousseau, 2007: 24) karena merekalah
penentu bagi diri mereka sendiri. Penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia akan
membuat komunitas berjalan dengan baik karena tidaklah mungkin komunitas tersebut
menjadi tirani. Perjanjian Sosial direalisasikan dalam suatu penyatuan. Persatuan tersebut
kemudian dinamakan 'negara' jika dalam kondisi pasif, sedangkan dalam kondisi aktif
persatuan tersebut dikenal dengan istilah 'pemerintahan'. Perbandingan kekuatan
antarpersatuan disebut dengan 'kekuasaan'. Anggota yang berada di dalamnya kemudian
disebut 'penduduk', namun dalam hubungannya dengan 'pemerintahan' anggota menjadi
'warga negara' dan dalam hubungannya dengan hukum 'negara' anggota menjadi 'masyarakat'.
2.2 TEORI KONTRAK SOSIAL
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 7
Kontrak sosial adalah sebuah ikatan bersama antar sesama manusia yang digunakan
untuk menyelesaikan pertikaian dan juga konflik.Rousseau berpendapat bahwa negara
merupakan bentuk nyata dari kontrak social. Di dalam karya bukunya yang berjudul “Du
Contract Social” terdapat pendahuluan dengan perkataan ataupun kutipan yang kemudian
menjadi sangat terkenal yaitu “Semua manusia dilahirkan bebas”. Kutipan ini kemudian
dianggap sebagai pendobrak yang kemudian diakui secara universal beberapa abad
kemudian. Sebagai seorang filsuf pada masa pencerahan di Eropa, Rousseau berfokus pada
dua persoalan utama mengenai persoalan individual dan persoalan negara.
Sebagai seorang filsuf, Rousseau juga dikenal sebagai salah seorang pencetus teori
perjanjian sosial ataupun teori kontrak sosial selain pencetus lainnya seperti John Locke,
Thomas Hobbes dan Montesquieu. John Locke, Thomas Hobbes dan Montesquieu dan
Rousseau adalah para pemikir pada masa pencerahan atau Renaissance di eropa yang
memiliki fokus utama mengenai persoalan individual dan juga persoalan mengenai
negara.Meskipun diantara mereka masing-masing memiliki perbedaan-perbedaan yang ada
mengenai sifat individual manusia, namun secara umum dan general, terdapat sebuah
kesamaan pendapat dan pemikiran yang dimiliki oleh mereka yaitu bahwa keadaan bernegara
adalah jauh lebih baik daripada jika individu itu hidup dalam keadaan yang tanpa negara.
Secara general dan umum teori perjanjian negara ini memiliki anggapan bahwa sebuah
negara itu dapat tercipta adalah dengan melalui persetujuan dari masyarakat mereka
mengadakan sebuah musyawarah untuk dapat membentuk negara dan juga pemerintahan
yang akan mengatur dan juga dapat menjamin kepentingan individual diri mereka sendiri,
sehingga kehidupan mereka secara individual dapat terjamin.Individu-individu di dalam
sebuah negara sepakat untuk menyerahkan sebagian dari hak-haknya untuk kepentingan
bersama melalui pemberian kekuasaan kepada pihak-pihak tertentu diantara mereka.
kekuasaan tersebut digunakan untuk mengatur, mengayomi, menjaga keamanan maupun
harta benda mereka hal inilah yang kemudian disebut sebagai kedaulatan rakyat. Pemerintah
di dalam sebuah negara dianggap sebagai sebuah institusi yang kemudaian telah disepakati
bersama diantara masyarakat dan dipilih sendiri oleh anggota masyarkat tersebut. Maka,
pemerintah dianggap memiliki tanggung jawab moral terhadap masyarakat, karena masyarkat
itu sendirilah yang telah mengankat mereka, oleh karena suara mayoritas masyarakatlah yang
menentukan keputusan di dalam sebuah negara.
Perbedaan antara perjanjian kontrak sosial dengan perjanjian-perjanjian biasa pada
umunya adalah bahwa perjanjian kontrak sosial itu setiap individu harus menanggalakan
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 8
kehendak sendiri, kepentingan sendiri dan hak-hak khususnya. Sedangkan dalam perjanjian
bias hak-hak perorangan justru ditetapkan, diteguhkan (Hadiwijoyo, 1980:61). Sebagai
contohnya perjanjian anatara dua belah pihak seperti perjanjian bilateral yang memasukkan
kepentingan kedua belah pihak. Sedangkan didalam kontrak sosial individu yang terlibat
perjanjian tersebut menyerahkan hak-hak mereka sepenuhnya kepada masyarakat yang
dilahirkan karena perjanjian itu. Sehingga kekuasaan dalam keputusan pembuatan kebijakan
negara dibentuk dari penguasa dan rakyat yang bersama-sama mewakili kehendak umum.
Sehingga dengan adanya kontrak sosial, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat secara
keseluruhan.Unsur positif dalam Teori Rousseau adalah antara lain digunakan sebagai
landasan demokrasi kontemporer dan menonjolkan fungsi warga negara dalam masyarakat.
Selain itu, Rousseau mengubah sistem politik yang sebelumnya penuh dengan kekerasan
menjadi musyawarah. Teori ini juga menunjukkan tanggung jawab yang dimiliki pemerintah
terhadap rakyat di negaranya. Teori Kontrak Sosialnya ini menganut aliran perjanjian
masyarakat yang sebenarnya. Karena Rousseau menghendaki bentuk negara di mana
kekuasaanya di tangan rakyat.
Namun, Rousseau memandang bahwa terdapat jalan perbaikan dalam pendidikan
natural seseorang serta dalam kehidupan bernegara. Pada dasarnya negara terbentuk karena
adanya sejumlah orang yang mau secara tanpa paksaan bergabung, terikat menjadi satu
(Delfgauuw, 1992:117). Maka dari itu tidak ada satupun manusia yang berderajat lebih tinggi
di atas manusia lainnya. Manusia dalam negara mempunyai kehidupan yang hak-haknya
tidak dapat dibatasi. Kendati telah berdaulat, kedaulatan tersebut secara penuh tetap
merupakan milik manusia dalam negara tersebut. Rousseau sesungguhnya menolak adanya
sistem perwakilan rakyat karena hal itu berarti mewakili kedaulatan menjadi milik rakyat.
Rousseau lebih setuju akan adanya sistem layaknya zamanYunani kuno yang mana semua
rakyatnya akan hadir dalam rangka rapat untuk pembuatan suatu kebijakan (Situmorang,
2004:2-4). Satu hal dalam perbaikan tersebut, menurut Rousseau terdapat yang disebut
dengan kehendak umum (volontégénérale) yang harus menjadi pegangan dalam kehidupan
bernegara.
2.3 SIFAT DASAR MANUSIA
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 9
Seperti yang diketahui bahwa J.J. Rousseau hidup di Perancis pada era kekuasaan
Louis XIV. Pada saat itu Rousseau hidup di alam politik monarki absolut, dibarengi dengan
adanya pemerintahan yang otoritarianisme dan kekolotan agama. Hal tersebut mempengaruhi
pemikiran politik Rousseau yang menolak keras rasionalisme karena hal tersebut dapat
menyebabkan manusia kehilangan perasaannya. Di dalam konteks La sensibilite, Rousseau
ingin mengembalikan fitrah manusia, sehingga gagasan beliau menjadi cikal bakal aliran
Romantisme di Eropa. Rousseau berpandangan bahwa manusia harus “kembali ke alam atau
retour a la nature”, menurut Rousseau manusia yang alami adalah manusia yang berada
dalam keadaan bebas sejak dilahirkan, manusia yang tidak baik dan tidak buruk, tidak
bersifat egois dan bersikap polos serta mencintai diri sendiri secara spontan. Rousseau
memiliki keyakinan bahwa sesunggguhnya manusia terlahir dengan sifat yang bersih
(Situmorang, 2004:2). Rousseau beranggapan bahwa sifat manusia yang murni itu berubah
menjadi sifat manusia yang kita ketahui pada umumnya saat ini adalah hasil dari
peradaban.Rousseau mengatakan bahwa sosial dapat menghancurkan sifat alami manusia
tersebut, karena dapat mengakibatkan ketidaksamaan dan kemerosotan egoisme. Manusia
yang telah bersentuhan dengan peradaban memiliki sifat yang menurut Rousseau jahat. Awal
peradaban menurut Rousseau adalah masa-masa ketika produksi mulai dilakukan oleh
manusia. Sejak saat itu mulai timbul pembagian hasil produksi yang tidak merata,
keserakahan, hingga timbulnya pembagian kelas atas dan bawah (Delfgauuw, 1992:117).
Rousseau memberikan penjelasan cara untuk menjadikan sifat alamiah dalam konteks
masyarakat modern. Rousseau menjelaskan bahwa anak-anak harus dibebaskan menentukan
watak dan kepribadiannya, sesuai kehendak alam. Anak-anak seharusnya tidak dididik secara
sopan santun melainkan dibiarkan berkembang sesuai dengan naluri dan insting
kemanusiaannya. Rousseau juga menjelaskan bahwa kebebasan manusia yang bersifat alami
adalah berupa hak-hak yang tidak tentu dan tidak dibatasi dalam mengambil apa yang
diminatinya, hal-hal tersebut dapat diatasi dengan perjanjian bersama. Selain perjanjian
bersama, Rosseau menekankan kepada keinginan umum (general will), menurut Rousseau
terdapat empat tahap.
2.4 KEINGINAN BERSAMA (GENERAL WILL)
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 10
Tahap pertama, tahap primitif yang pada saat itu manusia hidup dalam kedamaian,
harmonis, serta tidak adanya dominasi. Tahap kedua, pembentukan inti masyarakat yaitu
keluarga yang mengawali sususan masyarakat yang lebih kompleks dan mulai muncul
lembaga hak milik pribadi. Tahap ketiga, dimulai dengan penemuan metalurgi sehingga
adanya orang kaya dan orang miskin. Terakhir tahap empat adalah mulai munculnya
ketimpangan dalam kepemilikan harta bendanya sehingga munculnya kekacauan sosial.
Maka dari itu, agar tidak terjadinya kekacauan sosial atau konflik sosial, Rousseau
membentuk suatu pemerintahan yang melaksakan kewenangan berdasaran kontrak sosial dan
keinginan umum.
Rousseau dalam bukunya Du Contract Social yang menuangkan ide pemikirannya
mengenai bagaimana negar harusnya berupaya untuk tetap bebas secara ilmiah (Noer,
1997:150). Rousseau sebagai salah satu tokoh besar romantisme pada abad ke-20
menguraikan beberapa poin dalam bukunya. Salah satu yang berlandaskan pemikiran
romantisme adalah mengenai semangat untuk kembali pada alam, sshingga bersifat alamiah.
Rousseau kembali lagi melihat sebelah mata kota, yang didalamnya terdapat pertumbuhan
ekonomi dan teknologi yang seakan hanya memberi kesemuan. Yang dimana kedua hal
tersebut hanya dapat membawa dampak negative terhadapmoral dan pola pikir manusia. Di
sisi lain, Rousseau justru mendukung apa yang disebut Kota dalam masa Yunani Kuno.
Karena Rousseau melihat bahwa Kota sebagai sebuah mempengaruhi pertumbuhan manusia.
Rousseau dalam bukunya juga mengutarakan pandangannya mengenai beberapa istilah
menyangkut dengan kenegaraan. Negara diartikan sebagai kumpulan manusia yang disebut
politik dan memainkan peran pasif, sedangkan disebut rakyat berdaulat ketika
kumpulantersebut berperan aktif (Noer, 1997:154). Berlandaskan dengan prinsip bahwa
kehidupan alami sebagai proses pendahulu dari sebuah negara. Kemudian Rousseau
meletakkan kebebasan alami yang manusia miliki sebagai fondasi utama dalam pembentukan
negara. Menurutnya negara hanya bisa terbentuk jika di dalam proses pembentukannya tidak
terjadi paksaan yang dapat menciderai kebebasan alami yang dimiliki setiap indvidu. Negara
haruslah terbentuk dari kesepakatan pihak-pihak yang bersangkutan yang kemudian dapat
menghasilkan kebebasan sipil. Kebebasan sipil disini dapat diartikan sabagai bentuk dari
kebebasan yang disokong oleh kemauan bersama atau volonté génératé orang-orang di
dalamnya. Kemauan bersama adalah pemegang kedaulatan yang tidak terbatas, tidak dapat
diserahkan, dan tidak dapat pula dibagi-bagi (Noer, 1997:155).
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 11
Rousseau juga mengemukakan pendapatnya mengenai pentingnya pungutan suara.
Pungutan suara Rousseau lihat bukan dari sisi kualitas, melainkan dalam bentuk kuantitas.
Kuantitas oleh Rousseau dapat dilihat sebagai sebuah ukuran seberapa besar persetujuan
mutlak dari segenap sekutu yang ada di dalam negara. Persetujuan politik ini kemudian
Rousseau jadikan salah satu syarat dari pembentukan persekutuan berupa masyarakat poltik.
Dengan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh Rousseau tersebut, maka terdapat dilihat
bahwa ROUSSEAU meletakkan kemauan bersama sebagai pemegang kedaulatan yang tidak
terbatas, tidak dapat diserahkan dan tidak dapat pula di bagi-bagi (Noer, 1997:155).
Dalam penyelenggraan negara Rousseau tidak membenarkan dalam pembentukan dan
keberadaan persekutuan atau perkumpulan lain, seperti partai (Noer, 1997:155). Rousseau
menyadrai bahwa persekutuan selain negara tersebut akan mengintervensi pemikiran
individu, dan kemudian akan terjadi penyelewengan nantinya pada individu dalam proses
bernegara. Dampkanya loyalitas yang harusnya secara utuh diberikan kepada negara tidak
lagi ada. Rousseau melihat bahwa hubungan rakyat dengan negaranya harus haruslah
langsung, dan tidak diantarai atau diikut campuri oleh badan apapun. Demikian pula pada
badan legislatif langsung yang Rousseau tawarkan pada bentuk negara. Rousseau dengan
latar romantiknya yang notabene tidak menyetujui dengan perdagangan atau upah melihat
bhawa sistem legislatif perwakilan hanyalah sistem kompleks berkedok pemecahan masalah
bersama yang pada akhirnya adalah mengenai permasalahan upah. Dengan kata lain,
ROUSSEAU ingin menaruh kekuasaan legislatif sebagai kekuasaan yang selalu ada di tangan
rakyat, dan kekuasaan eksekutif bergantung pada kemauan bersama atau rakyat. Badan
eksekutif semata hanya pegawai dari yang berdaulat, yaitu rakyat (Noer, 1997:156).
Rousseau meyakini hanya terdapat satu kehendak umum, meskipun pada praktiknya
kebijakan yang muncul setelah didasari paham kehendak umum ini tidak dapat diterima oleh
semua orang. Kehendak umum disinyalir berakar dari kehendak mayoritas, sebagaimana
kebijakan yang diambil adalah yang mencakup kepentingan masyarakat dengan suara
terbanyak. Namun hal ini merupakan kelemahan tersendiri dalam teorinya. Memilih satu
pihak berarti mengabaikan pihak lainnya yang dalam hal ini adalah kaum minoritas. Hal ini
tentu bertentangan dengan pemikiran Rousseau sebelumnya yang beranggapan bahwa semua
suara harus didengarkan. Kemudian, Rousseau menambahkan pendapatnya bahwa kaum
minoritas sesungguhnya adalah kaum dengan pandangan menyimpang dan egois yang dalam
proses menyadarkan kaum ini adalah melalui hadirnya suatu lembaga yang dapat membina
kesadaran politik masyarakat tersebut. Demikian melalui hal ini terlihat bahwa terdapat
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 12
semacam kontradiksi dari pendapat Rousseau mengenai kebebasan yang dimiliki oleh rakyat
berdaulat dengan penerapan kehendak mayoritas sebagai kehendak umum (Situmorang,
2004:4).
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Delfgaauw, Benard., 1992. Sejarah Ringkas Filsafat Barat. Diterjemahkan oleh Soejono
Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 13
Fathurrahman, Aditya dan Hafizh Nuur, 2013. Makalah Pemikiran Politik Barat (PPB) :
Pemikiran Politik Jean Jacques Rousseau Mengenai State of Nature dan Teori
Kontrak Sosial. Universitas Indonesia, Depok.
Jean-Jacques Rousseau; Themes, Arguments, and Ideas; The Necessity of Freedom. Pada
website http://www.sparknotes.com/philosophy/rousseau/themes.html. diakses pada
hari Senin tanggal 1 September 2014.
Noer, Deliar. 1997. Pemikiran Politik Negeri di Barat. Bandung: Mizan. Bab IX:149-168.
Political Philosophy of J.J. Rousseau. Pada website
http://plato.stanford.edu/entries/rousseau/. Diakses pada hari Senin tanggal 1
September 2014.
Rousseau, Jean J., 2007. Du Contract Social (Perjanjian Sosial). Jakarta: Visimedia.
Russel, Bertrand. 2004. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Situmorang, Tonny P. 2004. Pandangan Rousseau Tentang Negara Sebagai Kehendak
Umum. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada hari Senin tanggal 1 September
2014.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
Syam, Firdaus. 2007. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3. Ar-Ruzz Media.
Pemikiran Politik Barat |JEAN JACQUES ROUSSEAU 14