Download - Makalah Kanker Payudara Inyo Key's
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Kanker Payudara
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya
pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat
mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling
sederhana yang dapat diberikan adalah pertumbuhan sel-sel yang kehilangan
pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada bagian tubuh tertentu seperti
payudara.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker
payudara oleh WHO dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal
terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak
beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-
perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya.
Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati,
dan otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun
supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui
pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening.
Merupakan jenis kanker yang umum diderita oleh wanita, meskipun
demikian kemungkinan terjadinya kanker payudara pada lelaki 1%.
B. Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas
(11-13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi
perkembangan payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara
aktif, sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang
dan sinus berkembang tidak sempurna. Payudara yang sensitif terhadap
pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung mengalami
pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi
utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan
duktural, fibrosa yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan
diantara lobus-lobus. 85% jaringan payudara terdiri dari lemak. Sedikit di
bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papilla mamaria), tonjolan
yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang
berbeda dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang
merah muda pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan
menyusui. Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara.
Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara,
tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar
jaringan payudara terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara,
payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas),
lateral bawah, medial (tengah atas), dan median bawah. Anatomi payudara
dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
C. Prevalensi
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan
kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker
merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit
kardiovaskular.
Setiap 2 dari 10.000 perempuan di dunia diperkirakan akan mengalami
kanker payudara setiap tahunnya. Kanker payudara merupakan salah satu
penyebab utama kematian yang disebabkan oleh kanker pada perempuan di
seluruh dunia.
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens
relatif tinggi dan cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan
99% terjadi pada perempuan,sedangkan pada laki-laki hanya 1%, sehingga
kanker payudara masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama
pada perempuan.
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut
antara lain:
Penderita tidak tahu/kurang mengerti tentang kanker payudara.
Kurang memperhatikan payudara.
Rasa takut akan operasi.
Percaya dukun/paranormal/terapi tradisional.
Faktor sosial/ekonomi.
Rasa malu untuk memberitahukan atau memperlihatkan payudara
(TABU).
Pada pria, usia rata-rata untuk terdiagnosis kanker payudara adalah 60
tahun dan sebagian besar kanker payudara pada laki-laki terdiagnosis pada
tahap lanjut, kemungkinan karena laki-laki tidak terlalu menyadari tentang
benjolan payudara dibandingkan wanita.
Menurut WHO (2008) dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis setiap tahunnya 350.000 kasus di antaranya ditemukan di negara
maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika
Serikat diperkirakan setiap tahunnya 175.000 wanita didiagnosis menderita
kanker payudara dengan proporsi 32% dari seluruh jenis kanker yang
menyerang wanita dan proporsi umur tertinggi yaitu pada kelompok umur ≥50
tahun dengan proporsi 65%. 150.000 penderita kanker payudara yang berobat
ke rumah sakit dan 44.000 penderita meninggal setiap tahunnya (CFR=29%).
Di Kanada tahun 2005 jumlah penderita kanker payudara mencapai 21.600
wanita dan 5.300 wanita meninggal dunia (CFR=24,54%). Di Malaysia pada
tahun 2006, kanker payudara menduduki urutan pertama dari seluruh kanker
yang menyerang wanita dengan proporsi 29,9% dan proporsi umur tertinggi
yaitu pada kelompok umur 50-59 tahun dengan proporsi 33,9%.
Data statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun
2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan pertama dari
seluruh kanker dengan proporsi 19,64%. Pada tahun 2001, dari 447 kasus
kanker payudara yang berobat di RS Kanker Dharmais Jakarta 9,1%
diantaranya adalah perempuan berusia kurang dari 30 tahun. Menurut
Penelitian Azamris (2006), proporsi umur tertinggi penderita kanker payudara
yang berobat di RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu pada kelompok umur 40-
44 tahun dengan proporsi 34,3%.
BAB II
KANKER PAYUDARA
A. Patofisiologi
Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi
hormon HGF dan onkogen Met, serta ekspresi berlebih enzim PTK-6.
1. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel
ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.
Gambar sel mengalami fase inisiasi
2. Fase promosi
Suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas.
Gambar sel yang mengalami fase promosi
3. Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi
pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain
seperti simtoma hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord
compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa
osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis dan
mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas lain
hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Gambar sel mengalami fase metastasis
B. Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan
aplikasi klinik yaitu:
Stadium I :
Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak
ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar
tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening
regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya
adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium
selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita
adalah 70%.
Stadium II :
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada
satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan
diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya
dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan
tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan
sembuh penderita adalah 30 - 40 %.
Stadium III A :
Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi
masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas
satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan
pada stadium ini.
Stadium III B :
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada
edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar
getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan
diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara,
bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
Stadium IV :
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah
disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan Metastasis
jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya,
Biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam
batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.
Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif
(menyembuhkan).
Pembagian stadium kanker menurut Portmann dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
C. Stadium Kanker Payudara (Sistem TNM )
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size , "N"
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Sistem TNM didasarkan pada ukuran tumor primer [T1-4]
dan adanya keterlibatan nodus limfe [N1-3] ada atau tidaknya metastesis jauh
[M0-1]
1. T (tumor size), ukuran tumor:
T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar
tumor utama.
2. N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau
pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.
3. M (metastasis), penyebaran jauh:
M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0: tidak terdapat metastasis jauh
M 1: terdapat metastasis jauh
Tabel Stadium Kanker Payudara Klasifikasi Sistem TNM
Stadium T0-
4
N0-
3
M0-
1
Stadium T0-
4
N0-
3
M0-
1
0 0 0 0 IIIA 1 2 0
I 1 0 0 2 2 0
IIA 0 1 0 3 1 0
1 1 0 IIIB 4 0 0
2 0 0 4 1 0
IIB 2 1 0 4 2 0
3 0 0 IIIC 0-4 3 0
IIIA 0 2 0 IV 0-4 0-3 1
D. Faktor Risiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
a. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker
payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia
di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat
terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah
dibandingkan wanita di atas 40 tahun. Penelitian Azamris tahun 2006
di RS M. Djamil Padang dengan desain case control menunjukkan
bahwa diperkirakan risiko kelompok usia ≥ 50 tahun terkena kanker
payudara 1,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita
usia < 50 tahun (OR=1,35).
b. Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur
menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan
hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh
terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan
desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi
wanita yang menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara
3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang
menarche pada umur >12 tahun (OR=3,6).
c. Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk
mengalami kanker payudara. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi
pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Penelitian
Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko wanita yang
menopause setelah usia 55 tahun terkena kanker payudara 1,86 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menopause
sebelum usia 55tahun (OR=1,86).
d. Riwayat Keluarga
Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi
genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1 (Breast Cancer 1) dan BRCA 2
(Breast Cancer 2), yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada
umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker
payudara bersifat familial.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko
bagi wanita yang memiliki anggota keluarga penderita kanker
payudara terkena kanker payudara 3,94 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak memiliki anggota keluarga penderita kanker
payudara (OR=3,94).
e. Riwayat Penyakit Payudara Jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara
memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara.
Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain
cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai risiko 2,0 kali lebih tinggi
untuk mengalami kanker payudara (RR=2,0). Wanita dengan
hiperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk terkena
kanker payudara (RR=4,0). Wanita dengan hyperplasia atipikal
mempunyai risiko 5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara
(RR=5,0).
2. Risiko Yang Dapat Diubah/Dicegah
a. Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama
meningkatkan risiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian
Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang
kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih
besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun
untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang nullipara atau
belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar
dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali
melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
b. Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak
diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Penelitian Norsaadah tahun 2005 di Malaysia dengan desain
case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 untuk terkena kanker
payudara 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 (OR=2,1).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan
desain cohort, laki-laki yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥
25 mempunyai risiko 1,79 kali lebih besar dibandingkan pria yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena kanker
payudara (RR=1,79).
c. Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan
progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi
berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko
bagi wanita yang menggunakan kontrasepsi oral > 10 tahun untuk
terkena kanker payudara 3,10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral ≤ 10 tahun (OR=3,10).
d. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami
kanker payudara daripada wanita yang tidak merokok. Penelitian
Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang
merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan
desain cohort, laki-laki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali
lebih besar dibandingkan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena
kanker payudara (RR=1,26).
e. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun meningkatkan risiko kanker payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko
bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena
kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12).
E. Tanda dan Gejala
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi
karena awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan
mudah. Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang
agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.
Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan
pada stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi
kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan
semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat
diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda
yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di
payudara yang tidak terasa nyeri.
Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin
banyak, seperti:
a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin
lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri)
saat payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi
pembengkakan.
d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil
dibawah ketiak.
e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam
dan yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.
f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
sedang tidak hamil.
g. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau
sudah diobati. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah
diobati seperti pada gambar di bawah ini :
h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting
kulit.
BAB III
PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA
A. Diagnosis
Terdiri dari diagnosis klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnosis pasti.
1. Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis di dasarkan atas:
a. Wawancara dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah
sehubungan dengan kanker payudara.
b. Pemeriksaan klinis payudara untuk mencari benjolan atau kelainan
lainnya. Pemerikasaan payudara dilakukan saat ± 1 minggu dari hari
terakhir menstruasi. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas
terbuka dan posisi badan tegak.
c. Inspeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri, kelainan
papila, letak dan bentuk, retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda
radang, dan ulserasi. Dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat
ke atas untuk melihat ada tidaknya bayangan tumor di bawah kulit
yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal.
d. Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.
2. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menuju diagnosis
pasti suatu kanker payudara, yaitu:
a. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
b. Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah
kemampuannya mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm)
sekalipun masih dalam stadium dini. Waktu yang tepat untuk
melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke
1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan
untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar
antara 83%-95%.
c. Ultrasonografi, metode ini dapat membedakan lesi/tumor yang solid
dan kistik, dan hanya dapat membuat diagnosis dugaan berdasarkan
pemantulan gelombang suara.
d. Scintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan
menggunakan radioisotop.
e. Dalam protokol penanganan kanker payudara, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah mammografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan
gabungan ultrasonografi dan mammografi memberikan angka
ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.
3. Diagnosis Pasti
Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan
histopatologis. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara,
yaitu:
a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman
c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi.
Terjadi peningkatan tumor marker yaitu antigen kanker (CA 27.29)
atau antigen karsinoembriogenik (Carcinoembryogenic antigen). Terjadi
peningkatan alkaline phospatase pada fase metastasis.
B. PENANGANAN KANKER PAYUDARA NON-FARMAKOLOGI
Penanganan kanker payudara secara non-farmakologi secara umum dibagi 3:
1. Perubahan pola hidup (mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok,
olahraga secara teratut)
2. Lumpectomy, apabila daerah atau jaringan yang terkena kanker
kecil/sedikit. Lumpectomy biasanya diikuti dengan terapi radiasi. Terapi
radiasi dapat dilakukan ke seluruh area payudara atau hanya pada bagian
tertentu payudara. Terapi radiasi biasanya dilakukan selama 7 hari.
Kombinasi lumpectomy-radiasi disebut breast-conserving therapy.
3. Mastectomy, apabila daerah atau jaringan yang terkena kanker besar atau
banyak dan tersebar di seluruh payudara. Pada mastectomy tidak diperlukan
terapi radiasi. Terapi radiasi baru diperlukan apabila terdeteksi adanya sel
kanker yang tidak ikut terangkat pada jaringan yang dekat atau bersebelahan
dengan jaringan payudara yang diangkat.
C. PENANGANAN KANKER PAYUDARA SECARA FARMAKOLOGI
1. Operasi
Terapi kanker payudara banyak menggunakan operasi, hampir 92% dari
total terapi yang digunakan. Terapi menggunakan operasi dapat
dikombinasikan dengan terapi lain, seperti terapi radiasi, terapi hormon,
khemoterapi.
Terapi operasi merupakan penatalaksanaan lokal pada kanker payudara.
Operasi yang akan digunakan tergantung pada stadium kanker, ukuran
tumor, ukuran payudara, dan keterlibatan nodus limfe.
Operasi ini meliputi :
1. Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB)
2. Axillary Lymph Node Dissection (ALND)
3. Lumpectomy
4. Mastectomy
• Segmental / Partial Mastectomy
• Simple / Total Mastectomy
• Modified Radical Mastectomy
• Radical Mastectomy
1) Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB)
Nodus sentinel yaitu nodus limfe yang pertama kali berisi sel kanker jika sel
kanker tersebut mulai menyebar. Pada biopsi nodus limfe sentinel, dokter
bedah mencari dan mengambil nodus sentinel. Yaitu dengan cara
menyuntikkan bahan radioaktif (biasanya berwarna biru) ke lokasi sekitar
tumor. Pembuluh limfatik akan membawa senyawa radioaktif ini ke dalam
nodus sentinel setelah beberapa jam dan akan memberikan "lymph node
map.". Dokter menggunakan alat pendeteksi radioaktif yang ada dalam nodus.
Kemudian dilakukan incisi di kulit yang menutup area tersebut dan
mengambil 2-3 nodus yang berwarna biru. Nodus ini kemudian diperiksa.
Jika ditemuakan kanker pada nodus limfe sentinel maka dokter bedah akan
melakukan axillary lymph node dissection untuk melihat nodus limfe lainnya
yang telah terjangkit kanker. Dissection ini dapat dilakukan pada waktu yang
sama atau beberapa hari setelah dilakukan biopsi nodus sentinel.
Jika nodus sentinel bebas kanker, maka dapat dipastikan 95% kanker tidak
menyebar ke nodus limfe lainnya. Biopsi nodus sentinel tidak selalu bisa
diterapkan. Biopsi ini dapat dilakukan jika tumor lebih kecil dari 5 cm, tidak
sedang mendapat kemoterapi atau terapi hormon dan nodus limfe tidak teraba
membesar.
2) Axillary Lymph Node Dissection (ALND)
Yaitu mengambil nodus limfe aksilari untuk mengetahui apakah breast cancer
telah menyebar ke nodus limfe aksilari, beberapa nodus limfe ini diambil dan
dilihat di bawah mikroskop. Hal ini merupakan bagian penting dalam
penentuan stadium, penentuan terapi dan hasil. Jika nodus limfe telah
terjangkit kanker maka kemungkinan besar kanker tersebut telah menyebar ke
bagian tubuh lain melalui aliran darah. Axillary lymph node dissection
merupakan bagian dari prosedur radikal atau modified radical mastectomy
Efek samping yang mungkin terjadi :lymphedema (pembengkakan limfe).
Yaitu kondisi pembengkakan limfe karena penutupan pembuluh limfe.
Pembuluh limfe menjadi tertutup setelah nodus limfe diambil saat operasi
sedangkan cairan secara normal kembali ke aliran darah melalui sistem
limfatik. Hal ini menyebabkan lengan membengkak dan terkadang terjadi juga
pembengkakkan payudara. 25% wanita yang menjalani axillary limph node
dissection dapat terjadi lymphedema. Tetapi dengan biopsi nodus life sentinel
hanya 5% wanita mengalami lymphedema.
3) Lumpectomy
Yaitu pengambilan tumor primer dan jaringan payudara normal yang
berbatasan dengan tumor. Jika dokter menemukan adanya kanker pada batas
luar jaringan normal payudara yang telah diambil saat lumpectomy maka
dokter bedah harus mengambil jaringan payudara normal yang mengelilingi
jaringan normal yang telah diambil tersebut. Operasi ini disebut re-ekscisi.
Jika tumor tidak mudah teraba, maka teknik operasi yang digunakan yaitu
‘lokalisasi benang’ untuk mengetahui secara pasti lokasi tumor dengan
bantuan mammografi atau sinar X atau ultrasound. Radioterapi biasanya
diberikan setelah lumpectomy. Jika sedang menjalani kemoterapi adjuvant
maka radiasi ini ditunda sampai kemoterapi selesai.
Kelebihan Lumpectomy yaitu payudara dapat dipertahankan, sedangkan
kekurangannya yaitu kemungkinan besar dilanjutkan dengan terapi radiasi.
Sedangkan Mastectomy mempunyai kelebihan kemungkinan kecil dilakukan
terapi radiasi, tetapi kekurangannya yaitu kehilangan payudara (kecuali partial
mastectomy). Beberapa wanita tidak diperbolehkan memilih lumpectomy
karena kondisi berikut:
Pernah menjalani terapi radiasi payudara
Mempunyai 2 atau lebih lokasi kanker pada payudara yg sama. Pernah
menjalani initial lumpectomy dengan re-ekscisi belum sempurna
menghilangkan kanker
Mempunyai penyakit yang sensitif terhadap terapi radiasi, contoh
skleroderma, lupus sistemik, dermatitis
Wanita hamil karena terapi radiasi beresiko terhadap janinMempunyai
kanker > 5 cm (2 inches) Mempunyai kanker yang relatif besar bila
dibandingkan ukuran payudara
Mempunyai risiko tinggi timbul kanker lagi. Operasi ini ditujukan untuk
kanker payudara stadium I dan II. Pada beberapa kasus, stadium lanjut
juga bisa memilih lumpectomy tetapi harus dilakukan kemoterapi sebelum
operasi untuk mengurangi ukuran tumor dan mencegah kesepatan kanker
bermetastase. Angka survival operasi ini sama dengan mastectomy.
4) Partial (segmental) Mastectomy
Yaitu pengangkatan tumor primer, jaringan payudara normal yang
berbatasan dengan tumor, dan sebagian nodus limfe aksilari. Operasi ini
mengambil jaringan payudara lebih banyak dibandingkan lumpectomy,
yaitu sekitar seperempat payudara. Terapi radiasi biasanya diberikan
setelah operasi, tetapi radiasi ini ditunda jika pasien diberi kemoterapi.
Efek samping dari operasi ini antara lain nyeri, pembengkakan sementara,
kasar pada tempat bekas jaringan yang diambil saat operasi, perubahan
bentuk payudara. Operasi ini ditujukan untuk kanker payudara stadium I
dan II. Terapi radiasi pasca lumpectomy maupun partial mastectomy pada
beberapa wanita boleh tidak digunakan jika :
1. Usia > 70 tahun
2. Tumor < 2 cm dan telah dihilangkan sempurna
3. Tumor mempunyai hormone receptor-positive, mendapat terapi
hormon
4. Kanker tidak menyebar ke nodus limfe
5) Simple / Total Mastectomy
Yaitu pengangkatan payudara (termasuk kompleks nipple-aerola) , tanpa
pengangkatan otot di bawah payudara maupun nodus limfe aksilari. Tetapi
terkadang juga dilakukan pengambilan beberapa nodus limfe aksilari.
Operasi pembentukkan payudara setelah total mastectomy jauh lebih
mudah dibandingkan modified radical dan radical mastectomy. Pasca
operasi ini jarang menimbulkan pembengkakkan.
6) Modified Radical Mastectomy
Yaitu pengangkatan payudara (termasuk kompleks nipple-aerola) dan
nodus limfe aksilari level I dan II. Angka survival setelah operasi ini sama
dengan angka survival setelah radical mastectomy. Dokter bedah dapat
mengambil kanker lokal tanpa menghilangkan otot. Komplikasi lebih kecil
dibandingkan radical mastectomy. Untuk tumor yang lebih kecil, dapat
dipilih a skin-sparing mastectomy, di mana hampir semua kulit payudara
diambil kecuali puting susu dan aerola.
7) Radical Mastectomy
Yaitu Pengangkatan payudara (termasuk kompleks nipple-aerola), otot
pektoralis mayor dan minor, nodus limfe aksilari level I, II, III.Operasi ini
pernah menjadi operasi yang sering digunakan karena anggapan bahwa
mengambil otot di bawah payudara dapat mencegah metastasis kanker.
Setelah diteliti ternyata radical mastectomy tidak meningkatkan prognosis
dan tidak perlu dilakukan operasi ini jika kanker ditemukan lebih dini
(early stage). Juga karena efek samping yang ditimbulkan dan bisa
memilih modified radical mastectomy yang sama efektifnya dengan
radical mastectomy, sehingga radical mastectomy saat ini jarang
digunakan Efek samping yang bisa terjadi antara lain :
Terkadang lengan tidak dapat digerakkan
Bekas operasi meninggalkan jurang pada dada (bekas operasi),
sehingga sulit dilakukan operasi pembentukan payudara.
infeksi pada luka
Hematoma (pendarahan pada pada lokasi yang dioperasi)
Seroma (lokasi yang dioperasi mengeluarkan cairan bening)
lymphedema
8) Operasi Pembentukan Payudara (Breast Reconstruction)
Beberapa wanita melakukan operasi pembentukan payudara setelah
mastectomy. Operasi ini dilakukan setelah mastectomy . Operasi ini tidak
mengembalikan payudara yang telah diambil tetapi hanya memberi bentuk
seperti payudara menggunakan implan atau jaringan yang diambil dari
perut, punggung atau bokong. Implan dapat berupa kantong silikon yang
berisi air garam atau gel silikon. Operasi pembentukkan payudara dapat
dilakukan sesaat setelah mastectomy juga bisa beberapa hari setelah
mastectomy
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi disebut juga radioterapi merupakan salah satu cara
penanganan kanker payudara yang memiliki ketepatan target dan
keefektifan yang tinggi dalam menghancurkan sel kanker yang tidak
terangkat setelah operasi. Radiasi dapat mengurangi risiko timbulnya
kanker kembali hingga 50–66 %. Terapi radiasi ini relatif mudah untuk
ditoleransi oleh tubuh dan kemungkinan munculnya efek samping terbatas
pada daerah yang terkena radiasi saja. Sinar radiasi yang berenergi tinggi
diarahkan ke daerah payudara yang terkena kanker. Radiasi ini
kemungkinan dapat ikut merusak sel atau jaringan yang terlewati oleh
sinar. Meskipun demikian, efek radiasi terhadap sel kanker lebih buruk
daripada sel normal karena sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi
daripada sel normal. Pertahanan sel kanker lemah karena aktivitas sel
kanker difokuskan pada pertumbuhan dan pembuatan sel kanker baru.
Selain itu pengaturan di dalam sel kanker tidak sebaik sel normal sehingga
lebih sulit bagi sel kanker untuk memperbaiki kerusakan sel yang timbul
akibat radiasi. Dengan demikian sel kanker mudah hancur sementara sel
normal yang sehat dapat memperbaiki kerusakan akibat radiasi dan tetap
bertahan. Ada dua cara terapi radiasi, yaitu radiasi eksternal dan internal.
a. Radiasi Eksternal
Pada teknik radiasi eksternal, sebuah mesin yang disebut Linear
Accelerator menghantarkan radiasi berenergi tinggi ke daerah target.
Mesin tersebut menghasilkan radiasi berenergi tinggi dengan
menggunakan energi listrik untuk membentuk aliran partikel subatom
dengan kecepatan tinggi. Radiasi ini diberikan pada pasien sehari sekali
selama 5 – 7 minggu, tergantung kondisi pasien.
b. Radiasi Internal
Beberapa tipe radiasi dilakukan dari dalam tubuh pasien, seperti radiasi
internal, brachytherapy, low- or high-dose rate radiation, intracavitary
radiation, dan intraoperative radiation. Dalam penanganan kanker
menggunakan radiasi internal ini digunakan senyawa radioaktif yang
disebut “seeds”. Senyawa radioaktif ini dapat diberikan melalui dua
cara yaitu LDR (Low-dose rate) brachytherapy dimana jangka waktu
pemaparan panjang (seharian) dan HDR (High-dose rate) brachytherapy
dengan jangka waktu pemaparan sekitar 5-10 menit. Pada teknik
brachytherapy, senyawa radioaktif ditempatkan pada sebuah tube kecil
yang disebut kateter atau pada alat semacam balon khusus yang disebut
mammosite, kemudian ditanam pada daerah payudara yang terkena
kanker. Pada teknik intraoperative radiation, tube yang berisi senyawa
radioaktif ditanam pada saat operasi. Jadi setelah sel atau jaringan
kanker diangkat, tube atau balon yang berisis senyawa radioaktif segera
ditanam. Sedangkan pada teknik intracavitary radiation, tube atau balon
yang berisi senyawa radioaktif ditanam beberapa minggu setelah
operasi selesai, biasanya setelah 4 minggu setelah operasi. Pada teknik
ini, bagian payudara tempat ditanamnya tube atau balon tersebut harus
mengandung fluid-filled cavity (seroma) tempat sel kanker dulunya
berada.
Efek Samping Radiasi
Setiap perawatan pasti akan menghasilkan keuntungan maupun efek
samping. Respon setiap orang akan berbeda pada setiap jenis perawatan,
sehingga sulit untuk memperkirakan apa yang mungkin atau tidak mungkin
timbul setelah perawatan. Yang perlu diperhatikan yaitu bahwa radiasi yang
digunakan dalam perawatan kanker payudara memiliki fokus dan kontrol yang
tinggi serta relatif aman. Efek samping yang biasa terjadi, yaitu kulit
kemerahan, iritasi pada kulit, ketidaknyamanan, rasa lelah, dan sebagainya.
Pada umumnya efek samping tersebut akan hilang setelah 2-4 minggu
pascaradiasi.
3. Kemoterapi pada Kanker Payudar
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel
kanker. Manfaat kemoterapi, diantaranya adalah:
i. Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu
jenis kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.
ii. Kontrol
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan
kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
iii. Mengurangi gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterapi
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada
pasien, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih
baik serta memperkecil ukuran kenker pada daerah yang diserang.
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara infus, suntikan langsung
(otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara diminum (tablet/kapsul).
Kemoterapi dapat diberikan di rumah sakit atau klinik. Terkadang
perlu menginap, tergantung jenis obat yang digunakan. Jenis dan
jangka waktu kemoterapi tergantung pada jenis kanker dan obat yang
digunakan.
Efek samping kemoterapi yang biasa dirasakan diantaranya :
a) Lemas
Merupakan efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat
mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat,
kadang berlangsung hingga akhir pengobatan.
b) Mual dan Muntah
Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah.
Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan
muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan
sebelum/selama/sesudah pengobatan kemoterapi. Mual muntah dapat
berlangsung singkat ataupun lama.
c) Gangguan pencernaan
Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang
menjadi diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit
kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah
dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang.
Bila susah BAB: perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila
memungkinkan
d) Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa
tebal atau infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam
kemoterapi
e) Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu
terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
f) Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa
terjadi sakit pada otot.
g) Efek Pada Darah
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum
tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel
darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih
(leukosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes
darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk
memastikan jumlah sel darah telah kembali normal.
Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan:
Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leukosit turun, karena
leukosit adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan
terhadap infeksi.
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah.
Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit
berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai
oleh penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel
darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah,
mudah lelah dan tampak pucat.
h) Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitiv terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan
terdapat garis putih melintang.
4. Imunoterapi
Terapi antibodi menggunakan antibody untuk menarget tumor yang
memiliki protein Human epidermal growth factor (HER-2) yang terlalu
banyak. Protein ini terdapat pada permukaan sel kanker dan dapat
menginisiasi pertumbuhan dan peyebaran sel – sel kanker. Proses
pegikatany ang terjadi pada terapi ini antara protein HER-2 dan antibodi
(contohnya Herceptin) mencegah pertumbuhan sel dan pembelahan atau
langsung dapat membunuh sel.
D. Upaya Untuk Mencegah Dan Mengurangi Risiko Kanker Payudara
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker
payudara atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker
payudara.Usaha pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh
dari karsinogen dan mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker
payudara dapat berupa pencegahan primordial, pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier.
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada
orang sehat yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan
kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak berkembang
yaitu dengan membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi
faktor risiko changeable (dapat diubah) kejadian kanker payudara.
Pencegahan primordial yang dapat dilakukan antara lain:
a. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat
dan vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan
radioprotektif, serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas,
berbagai zat kimia dan logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya
radiasi.
b. Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung
fitoestrogen yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
c. Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat
meningkatkan berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas
yang merupakan faktor risiko kanker payudara.
d. Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat
mengurangi risiko terkena kanker payudara.
e. Hindari alkohol, rokok, dan stress.
f. Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang
bekerja di bagian radiasi menggunakan alat pelindung diri.
2. Pencegahaan Primer
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada
orang sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Pencegahan primer dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Beberapa usaha yang dapat dilakukan
antara lain:
a. Penggunaan Obat-obatan Hormonal
1. Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran dokter
2. Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker
payudara atau yang berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan
alat kontrasepsi yang mengandung hormon seperti pil, suntikan, dan
susuk KB.
b. Pemberian ASI
Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin
dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di sebabkan
selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin
yang dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon estrogen
memegang peranan penting dalam perkembangan sel kanker payudara.
c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Semua wanita di atas umur 20 tahun sebaiknya melakukan
SADARI setiap bulan untuk menemukan ada tidaknya benjolan pada
payudara. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu 5-7 hari setelah
menstruasi terakhir ketika payudara sudah tidak membengkak dan
sudah menjadi lembut. Langkah-langkah SADARI dapat dilakukan
seperti pada gambar di bawah ini:
Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
d. Pemeriksaan Mammografi
Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu
sekitar 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada ammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu factor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal tersebut,
menurut American Cancer Society mammografi dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:
1. Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi.
2. Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1-2
tahun sekali.
3. Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan
setiap tahun dan pemeriksaan rutin.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini
terhadap penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita kanker payudara agar dapat dilakukan
pengobatan dan penanganan yang tepat. Penanganan yang tepat pada
penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat
mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan
memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita
kanker payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan
atau kelainan lainnya, infeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan
kelenjar getah bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan alat-alat
tertentu antara lain dengan termografi, ultrasonografi,
scintimammografi, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis
untuk mendiagnosis secara pasti penderita kanker payudara.
b. Penatalaksanaan Medis yang Tepat
Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan
akan semakin mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium
kanker didiagnosis yaitu dapat berupa operasi/pembedahan,
radioterapi, kemoterapi, dan terapi homonal.
4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif
dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan
memperlambat progresifitas penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan
keluhan lain serta perbaikan di bidang psikologis, sosial, dan spritual.
Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dikakukan rehabilitasi
supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya
rehabilitasi dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti
menghilangkan rasa nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik,
dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca
operasi.
E. Tata Laksana Terapi
a. Pengobatan lokal
Operasi dan radiasi Di payudara
Standar pengobatan pertama
b. Pengobatan sistemik
Monoterapi maupun kombinasi Untuk meningkatkan efektivitas terapi
Pengobatan dibedakan atas stadium : I, II, III, IV.
a. Early Breast Cancer (Stadium I dan II)
Local-regional therapy (Radiasi, Pembedahan, mastektomi atau
kombinasi)
Systemic adjuvant therapy
Adjuvant Chemoterapy
Adjuvant Endocrine Therapy
b. Locally Advanced Breast Cancer (Stage III)
Local- regional terapi dengan pembedahan, radiasi ataupun kombinasi
keduanya tidak menyembuhkan kanker payudara berat.
Primary, neoadjuvant kemoterapi merupakan treatment pilihan,
keuntungannya termasuk mengatasi tumor yang tidak dapat dibedah
dan menghemat biaya untuk melakukan pembedahan.
Cara kombinasi digunakan seperti pada kemoterapi primer serta pada
terapi adjuvant yang umumnya menggunakan anthracycline dan
taxane.
c. Metastatic Breast Cance (Stage IV)
Pilihan terapi pada tahap metastasis adalah didasarkan pada tempat
terjadinya sakit serta adanya karakteristik khusus seperti yang telah
diuraikan diatas yaitu terapi endokrin dan kemoterapi.
Paclitaxel Vinorelbine
175 mg/m2 IV over 3 h every 21
days
Vinorelbine 30 mg/m2 IV, days 1, 8 every 21
days
Or Or
80 mg/m2 IV over 1 h every 7 days Vinorelbine 25-30 mg/m
2 IV every 7 days
(adjust dose based on absolute neutrophil count;
see product infomation)
Docetaxel Gemcitabine
60-100 mg/m2 IV over 1 h every 21
days or
30-35 mg/m2 IV over 30 min every
7 days
Gemcitabine 600-1000 mg/m2 IV, days 1, 8, and
15, every 28 days (may need to hold day-15
dose based on blood counts based on blood
counts)
Capecitabine Liposomal doxorubicin
2000-2500 mg/m2 PO divided twice
daily for 14 days, every 21 days
30-50 mg/m2 IV over 90 min every 21-28 days
Contoh Obat Yang Digunakan Pada Terapi Hormonal Untuk Kanker
Payudara Metastasis
F. Studi Kasus
Seorang wanita berusia 62 tahun, pada payudara kirinya terdapat benjolan. Ini
dialaminya sejak 3 bulan lalu. Namun ia takut memeriksakannya ke dokter. Ia
seolah mengabaikan rasa sakit, keluarnya cairan dari puting payudara dan
turunnya berat badan yang ia alami. Terakhir kali ia melakukan mammogram
3 tahun yang lalu. Menstruasi terakhirnya saat ia berusia 50 tahun.
Berdasarkan eksaminasi payudara yang dilakukan, ada massa (benjolan) keras
sebesar 2 cm pada bagian atas payudara bagian terluar kuadran payudara kiri
dan sedikit benjolan kecil pada axilla kiri. Ia pun sering mengeluhkan rasa
nyeri pada persendian, sering muntah, nausea, sering haus dan polyuria. Pada
saat pasien akan memulai terapi, hasil pemeriksaan gula darah menunjukka
nilai 100 mg/dl, kadar kalsium 3,0 mmol/L. Setelah dilakukan pemeriksaan
lebih mendalam, ternyata wanita ini menderita kanker payudara stadium awal.
Oleh karena itu, ia terpaksa menjalani mastektomi. Pemeriksaan patologi
menunjukkan adanya reseptor positif estrogen dan progesterone. Terapi
dimulai dengan pemberian Tamoxifen 2x10 mg (oral) sehari selama 7 minggu
dan Disodium Pamidronate 60 mg IV (60 mg Disodium Pamidronate
dilarutkan dalam 500 mL sodium chloride 0.9%).
Kajian Terapi
Keluhan Pasien
Sering haus dan polyuria adalah merupakan gejala yang mengindikasikan
pasien mengalami Diabetes Mellitus. Dengan demikian pelu pemeriksaan
gula darah.
Sebelum terapi dimulai, dilakukan pemeriksaan darah kepada pasien,
kadar gula darah pasien 100 mg/dl (normal). Dengan demikian sering haus
dan polyuria ini bukan merupakan ciri Diabetes Mellitus (suspected).
Setelah dilakukan pemeriksaan kalsium serum, nilai kadar kalsium serum
yang diperoleh barulah jelas bahwa sering haus dan polyuria adalah akibat
hyperkalsemia (nilai perolehan, 3,0 mmol/L; nilai normal 1-1,3 mmol/L).
Ini diperkuat dengan keluhan pasien yang sering merasakan nyeri sendi,
nausea dan sering muntah.
Pemeriksaan lebih jauh menunjukkan bahwa pasien mengalami kanker
payudara stadium awal yang bersifat metastasis. Hiperkalsemia dapat
terjadi pula pada kanker payudara karena adanya kerja protein-
Parathormone like action.
Terapi Farmakologi (Pemilihan Obat)
Tamoxifen
Karena hasil pemeriksaan patologi sel kanker menunjukkan adanya
estrogen dan progesterone reseptor-positif, maka perlu adanya suatu
pemberian suatu agen antiestrogen (misal Tamoxifen)
Disodium Pamidronat
Pemberian Disodium Pamidronat (dalam larutan NaCl 0,9%) dimaksudkan
untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien, dengan berkurangnya
kadar kalsium serum (hyperkalsemia memberikan efek samping nyeri pada
persendian, sering muntah, nausea, sering haus dan polyuria).
Disamping itu pula, pemberia Disodium Pamidronat dapat mengurangi
efek samping akibat pemberian Tamoxifen (Hyperkalsemia, nyeri
tulang/sendi, nausea dan muntah).
Infus Natrium Klorida 0,9% bermanfaat dalam penanganan dehidrasi dan
deplesi elektrolit (sebagai akibat hyperkalsemia). Upaya rehidrasi ini
sangat bermakna dalam mengurangi bahkan menormalisir konsentrasi
kalsium serum.
Algoritma
BAB IV
INTERAKSI OBAT
4.1 Interaksi obat Doksorubisin
Obat Presipitan Obat objek keterangan
Siklosporin Doksorubisin Dapat menyebabkan peningkatan AUC doksorubisin dan doksorubisinol
Paklitaksel Doksorubisin Menyebabkan penurunan signifikan pada bersihan doksorubisin dengan episode neutropenik dan stomatitis yang lebih berat dari urutan kebalikannya
Fenobabrital Doksorubisin Fenobarbital menurunkan eliminasi doksorubisin
Progesteron Doksorubisin Peningkatan neutropenia dan trombositopenia yang diinduksi doksorubisin teramati
streptozosin Doksorubisin Streptozosin dapat menginhibisi metabolisme hepatik doksorubisin
Verapamil Doksorubisin Studi efek verapamil pada toksisitas akut doksorubisin dimencit mengungkapkan adanya konsentrasi puncak awal dari doksorubisin yang lebih tinggi dijantung dengan insidensi dan keparahan degeneratif jaringan kardiak yang lebih tinggi sehingga menyebabkan keselamatan yang lebih pendek
Doksorubisin Aktinomisin-D Pasien pediatreik yang menerima kombinasi ini mengalami manifestasi akut pneumonitis pada berbagai waktu setelah terapi radiasi lokal
Doksorubisin SiklopospamidMerkaptopurin
Perdarahan sistitis yang diinduksi siklopospamid menjadi lebih parah dan peningkatan 6-merkaptopurin pernah terjadi
Doksorubisin Digoksin Dapat menurunkan kadar serum
Doksorubisin Fenitoin Kadar fenitoin dapat menurun karena doksorubisin
4.2 Interaksi Obat Siklofosfamid
Obat Presipitan Obat objek keterangan
Allopurinol Siklofosfamid Efek mielosupresif siklofosfamid meningkat, mungkin meningkatkan resikoperdarahan atau infeksi
Kloramfenikol Siklofosfamid Waktu paruh siklofosfamid dapat meningkat dan konsentrasi metabolit dapat menurun
Fenobarbital Siklofosfamid Meningkatkan kecepatan metabolisme dan akltifitas leukpenik siklofosfamid
Diuretk tiazida Siklofosfamid Leukopenia yang diinduksi antineoplastik mungkin lebih lama
Siklofosfamid Antikoagulan Efek antikoagulan menurun
Siklofosfamid Digoksin Kadar serum digoksin mungkin menurun
4.3 Interaksi obat Paklitaksel
Obat Presipitan Obat objek keterangan
Sisplatin Paklitaksel Pada uji tahap I menggunakan dosis meningkat secara bertahap (110 hingga 200mg/m2) dan sisplatin (50 hingga 75 mg/m2 diberikan sebagai infus lanjutan , mielosupresi lebih besar ketika paklitaksel diberikan setelah sisplatin daripada taklitaksel sebelum sisplatin. Menunjukkan penurunan bersihan paklitaksel sebesar 33% ketika paklitaksel diberikan setelah sisplatin.Terjadi peningkatan insidensi glanulositopenia dengan vinerelbin yang dikombinasikan dengan sisplatin
SiklosporinDoksorubisinFelodipinKetokonazolValspodarTroleandromisin
Paklitaksel Metabolisme paklitaksel dapat menurun
DiazepamDoksorubisinFelodipin17@-etinillestradiolKetokonazolMidazolamAsam retinoat
Paklitaksel Metabolisme paklitaksel dapat menurun
Paklitaksel Diksorubisin Doksorubisin dan metabolit aktifnya doksorubisinol meningkat ketika diberikan bersama
FenobarbitalKarbamazepin
Paklitaksel Menginduksi metabolisme paklitaksel melalui isoenzim sitokrom P450
4.4 Interaksi obat Vinorelbin
Obat Presipitan Obat objek keterangan
Sisplatin Vinorelbin Terjadi peningkatan insidensi glanulositopenia dengan vinerelbin yang dikombinasikan dengan sisplatin
Mitomisin Vinorelbin Reaksi pulmonari akut pada vinorelbin dan anti kanker vinka alkaloid lainnya yang dikonjugasikan dengan mitomisin
Paklitaksel Vinorelbin Pantau tanda dan gejala neuropati untuk pasien yang menerima vinorelbin dan paklitaksel, baik diberikan secara bersamaan maupun berurutan
4.5 Interaksi obat Kapesitabin
Obat Presipitan Obat objek Keterangan
Kapesitabin Fenitoin Pemantauan kadar fenitoin secara hati-hati pada pasien yang menggunakan kapesitabin, interaksi mekanisme diperkirakan berupa inhibisi isoenzim CYP2C9
Kapesitabin Warfarin Perubahan parameter koagulasi atau perdarahan pada pasien yang menggunakan kapesitabin bersamaan dengan warfarin
Leukovorin Kapesitabin Konsentrasi 5-FU meningkat dan toksisitasnya meningkat karena leukovorin.
4.6 Interaksi Obat Aminoglutetimid
Obat Presipitan Obat objek keterangan
Aminoglutetimid Antikoagulan Efek antikoagulan dapat menurun
Aminoglutetimid Deksamethason Kemungkinan kehilangan supresiadrenal yang diinduksi deksamethason
Aminoglutetimid Digitoksin Bersihan digitoksin dapat meningkat
Aminoglutetimid Medroksiprogesteron Kadar serum medroksiprogesteron dapat menurun
Aminoglutetimid Teofilin Menurunkan kerja teofilin
4.7 Interaksi Obat Etinil Estradiol
Obat Presipitan Obat objek keterangan
Asetaminofen Kontraseptif Oral Kadar plasma etinil estradiol dapat meningkat, sedangkan konsentrasi plasma asetaminofen dapat menurun
Antibiotik Kontrasepsi oral Kadar plasma etinil estradiol dapat meningkat, sedangkan konsentrasi plasma antibiotik dapat menurun
Atorvastatin Kontrasepsi oral AUC etinil estradiol dapat meningkat sebanyak kira-kira 20%.
Asam askorbat Kontrasepsi oral Kadar plasma etinil estradiol dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. De Vita V.T. Jr : Principles of Cancer Management : Chemoterapy, in De Vita V.T.Jr. Hellman S, Rosenberg.S.A., : Cancer: Principles and Practice of Oncology,5 th edition.
2. Daly J.M, Bertagnolli , De Cosse JJ, Morton D.L : Oncology in Schwartz : Principles of Surgery.6 th Ed. Mc Graw-Hill,New York, 1999.
3. I Dewa G , Dasar - Dasar Kemoterapi, Onkologi Klinik,UPF Bedah FK UNAIR , RSUD Dr.Sutomo ,Surabaya.
4. Bowman, W. and Rand, M., 2000, Textbook of Pharmacology, Second Edition, Blackwell Scientific Publications, London.
5. Katzung, Bertram, 2007, Basic & Clinical Pharmacology (10th Edition).
6. Stringer, Janet, 2001, Basic Concept of Pharmacology, Second Edition, Singapore, McGraw-Hill Book Co.
7. Anonim, www.rumahkanker.com
8. Harkness, Richard, 1989, Interaksi Obat, dietrjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B. Widianto.- Bandung : Penerbit ITB.
9. Ikatan Apoteker Indonesia, 2011, ISO FARMAKOTERAPI 2, Jakarta
10. Stockley's, 2008, Drug Interactions, 8th Edition
MAKALAHKANKER PAYUDARA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah FARMAKOTERAPI-TERMINOLOGI MEDIK
Disusun Oleh :
MIA ASTARI (3351131096)INYO BONI SILUBUN (3351131132)
IRWAN PURWANA (3351131114)MUHAMMAD ARIF R (3351131144)
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANIFAKULTAS FARMASI JURUSAN PROFESI APOTEKER
CIMAHI2013