Download - makalah hubungan pancasila dengan HAM.docx
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
“HUBUNGAN PANCASILA DENGAN HAM”
DISUSUN OLEH:KETUA :
ERIS SEPTIAN AZIZIMODERATOR :
YASIR AL KHAQSEKRETARIS :
SURYA PILKATTIYAANGGOTA :
1. KENDY FARDANSYAH2. DERIAN SULISTIO3. RICKY JOHANES4. HAKIKI
POLITEKNIK RAFLESIA CURUPJALAN S.SUKOWATI NO.28 CURUP , KAB.REJANG LEBONG ,
PROVINSI BENGKULU
TELPON (0732) 325496 . FAX (0732) 325496 .
TAHUN AJARAN 2013 / 2014
1
Bab I. Pendahuluan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahan-Nya lah makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini membahas tentang “Pancasila sebagai Hak Asasi Manusia”, suatu bahasan yang
sudah banyak diperbincangkan di masyarakat, namun terkadang masih banyak yang
belum memahami secara mendasar apakah Hak Asasi Manusia (HAM) iu sendiri ?
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang Hak Asasi
Manusia dan sekaligus menjadi tugas mahasiswa dalam mata kuliah
“Kewarganegaraan” Dalam proses penyelesaian makalah ini saya berterimakasih
kepada orang-orang yang telah membantu saya yaitu :
1. Bpk Heriyanto M.pd, selaku dosen mata kuliah “Pancasila”
2. Rekan - rekan mahasiwa, karena telah banyak memberikan masukan untuk
makalah ini.
3. Orang tua yang selalu mendoakan yang terbaik untuk semua yang kami kerjakan.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,
2
Daftar isi
Bab 1. Pembukaan.
Halaman judul……………………………………………………………………………….. 1
Lembar Pengesahan……………………………………………………………………….. 1
Kata pengantar ……………………………………………………………………………… 2
Daftar isi. ………………………………………………………………………………………. 3
Latar Belakang………………………………………………………………………………... 5
Bab 2. Pembahasan
Pengertian hak asasi manusia………………………………………………………….. 8
Pengertian pancasila ………………………………………………………………………. 8
Maksud dari ham dalam pancasila……………………………………………………. 9
Ciri pokok hakikat ham…………………………………………………………………….10
Sejarah dan perkembangan ham……………………………………………………….10
Implementasi ham dalam pancasila ………………………………………………….12
Prinsip ham dalam sila – sila pancasila …………………………………………......15
Upaya penengakan ham……………………………………………………………………19
Penjabaran Hubungan antara ham dengan pancasila…………………………27
Bab 3. permasalahan.
Analisa masalah……………………………………………………………………………….29
Hubungan pancasila dengan HAM…………………………………………………….30
3
Bab 4. manjaat dan tujuan teori.
Manfaat………………………………………………………………………………………….7
Tujuan. ………………………………………………………………………………………….7
Bab 5.penutup.
Kesimpulan…………………………………………………………………………………...35
Saran. …………………………………………………………………………………………...37
Daftar pustaka……………………………………………………………………………….38
4
A. Latar Belakang
Setiap individu terlahir ke dunia ini memiliki seperangkat hak-hak yang
merupakan karunia Tuhan yang diberikan secara otomatis dimiliki oleh individu
tersebut ketika ia terlahir ke dunia ini. Hal ini sifatnya sangat mendasar dan
fundamental bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan hak kodrati, yang
tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.
Dalam pengkajian tentang hak-hak asasi manusia, sejarah hak asasi manusia dimulai di
Inggris dengan lahirnya Magna Charta (1215), yaitu perlindungan tentang kaum
bangsawan dan gereja. Pada tahun 1776 di Amerika Serikat terdapat Declaration of
Independence (Deklarasi Kemerdekaan) yang di dalamnya memuat hak asasi manusia
dan hak asasi warga Negara. Perkembangan selanjutnya adalah setelah Revolusi
Perancis, di Perancis tuntutan tentang hak-hak asasi warga Negara dengan
semboyannya kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan.
Pada abad ke-20 perkembangan lebih lanjut hak-hak asasi manusia tidak sekadar
terbatas pada persamaan hak, hak atas kebebasan dan hak pilih saja, tetapi meluas dan
berkembang meliputi bidang ekonomi (kesejahteraan) dan sosial budaya. Di Amerika
Serikat sewaktu Presiden Roosevelt dikenal dengan kebebasan yaitu kebebasan
berbicara, kebebasan memeluk agama, kebebasan dari rasa ketakutan dan kebebasan
berkeinginan.
Setelah Perang Dunia II peristiwa yang penting dalam perkembangan hak-hak asasi
manusia, adalah paham demokrasi (dari, oleh, untuk) rakyat dan peristiwa penting
diakuinya hak-hak asasi manusia secara umum (universal), yaitu lahirnya “Universal
5
Declaration of Human Rights” sebagai pernyataan umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia, pada tangggal 10 Desember 1948 dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa di Paris, yang memuat 30 pasal tentang hak-hak asasi manusia.
Para pendiri Negara telah menyadari bahwa dengan hak fundamental yang dimiliki
setiap manusia dan juga bangsa menjadikan manusia memiliki martabat serta derajat
yang tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Demikian pula bangsa Indonesia
dapat berdiri sebagai negara yang merdeka dan bermartabat seperti bangsa-bangsa
merdeka lainnya di dunia. Itulah sehinga materi yang berkenaan dengan HAM oleh
pendiri negara telah diinkorporasikan dalam perumusan Pancasila dan UUD 1945.
Dimasukkannya materi HAM di dalam UUD 1945 telah membawa konsekuensi bahwa
HAM telah merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh hukum.
Pancasila baik sebagai dasar Negara maupun sebagai ideologi bangsa banyak
mendapat sorotan. Pada tatanan faktual misalnya selalu digeneralisasi bahwa adanya
penyimpangan-penyimpangan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, pelanggaran HAM dan bentuk lainnya seperti KKN, dianggap
sebagai bukti ketidakberdayaan ideology Pancasila dalam mengatasi berbagai masalah
bangsa yang timbul dalam era reformasi sekarang dan pengaruh kehidupan global.
Pancasila juga mendapat sorotan dari para penulis dari berbagai disiplin ilmu.
Meskipun demikian, pada dasarnya semua menyadari bahwa Pancasila memuat
sejumlah nilai dasar (sistem nilai universal) yang melandasi HAM dan tidak dapat
dipisahkan dari cita rakyat Indonesia. Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan UUD
1945 sebagai landasan konstitusional.
Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
6
dalam era reformasi ini. Dalam pemenuhan tentang HAM ini, kita harus ingat bahwa
kita sebagai makhluk sosial tidak dapat menghindari untuk bersentuhan atau
bersinggungan dengan kepentingan orang lain. Jangan sampai untuk memenuhi HAM
pribadi masing – masing, orang sampai melakukan pelanggaran terhadap HAM orang
lain. Karena itulah penulis tertarik untuk membahas tentang Hak Asasi Manusia.
Tujuan dan Manfaat
1. Agar mahasiswa mengerti tentang HAM
2. Agar mahasiswa dapat memahami tentang Pancasila
3. Agar mahasiswa tidak salah persepsi mengenai makna HAM dalam Pancasila
4. Agar mahasiswa mengerti, memahami dan dapat menerapkan HAM dalam
Pancasila di
dalam kehidupan sehari hari
BAB 2. PEMBAHASAN
7
A. Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia
tanpa membeda-bedakan status, golongan,keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa Hak Asasi Manusia
adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya, yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
B. Pengertian Pancasila
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur. Sifat dari pancasila adalah imperative atau memaksa, siapa saja yang
berada diwilayah NKRI,
wajib mentaati pancasila serta mengamalkan dengan tanpa persyaratan. Pancasila
adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga
merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia
Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
C . Maksud Dari Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila
8
Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan
terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar
konstitusional dan fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat
pedoman hidup bangsaIndonesia, terdapat pula ajaran pokok warga negara Indonesia.
Yang pertama ialah perumusan ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan
yang dimiliki oleh segala bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hubungan
antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan Sebagai berikut :
1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang.
3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga
Negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM
dimana hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat
persaudaraan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan
bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk
bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun
intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
9
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-
besarnya pada masyarakat.
D. Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih,
2003).
E. Sejarah dan Perkembangan HAM
Sejarah dan perkembangan mengenai HAM sudah ada dari dahulu, dimulai dari
pemikiran – pemikiran tentang HAM pasca Perang Dunia II yang dibagi ke dalam
empat generasi, yaitu :
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum
dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan
10
adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu
tertib hukum yang baru.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga
hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada
masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
3. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan
hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga
mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi
dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya
terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat
lainnya yang dilanggar.
4. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan dalam
proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan
menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat.
Selain itu program pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan
rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit.
Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia
yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government
11
F. Implementasi HAM dalam Pancasila
HAM merupakan salah satu contoh dari penerapan pancasila sila kedua.
Maksudnya disini adalah bagaimana HAM benar-benar dilaksanakan dan dijunjung
tinggi dengan tetap berpegang pada pernyataan pancasila yang berbunyi
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Di dalam kehidupan bangsa, manusia
mempunyai kedudukan sebagai warga masyarakat dan warga negara. Oleh karena itu,
mereka berhak untuk memiliki suatu kedudukan (harkat, martabat, dan drajat) yang
sama. Sila kedua pancasila ini mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang mengakui
adanya harkat dan martabat manusia, mengakui bahwa semua manusia adalah
bersaudara, mengakui bahwa setiap manusia berhak diperlakukan secara adil, dan
pengakuan bahwa setiap manusia wajib mengembangkan kehidupan bersama yang
semakin berbudaya (beradab). Atas dasar tersebut, sila kemanusiaan tidak akan
membedakan manusia dalam memperlakukan dan mengakui harkat dan martabatnya
baik karena perbedaan kulit, suku, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Setiap warga
negara diberi kebebasan yang sama, tidak ada perbedaan apapun misalnya kebebasan
memeluk agama. Dalam melaksanakan perintah agama, diwajibkan saling
menghormati. Kita tidak boleh melecehkan agama dan keyakinan orang lain. Peraturan
pelaksanaan hak asasi manusia berbentuk peraturan perundang-undangan yang
bersumber pada pancasila. Dalam pelaksanaannya, hak asasi perlu dilindungi dengan
pelaksanaan kewajibannya. Setiap orang mempunyai hak asasi. Sesuai dengan ajaran
hak asasi dalam berbagai peraturan yang berlaku, hak asasi manusia tidak dapat
dilaksanakan secara mutlak sebab kalau dilaksanakan secara mutlak maka akan
melanggar hak asasi orang lain. Jadi batas pelaksanaan hak asasi adalah hak milik
orang lain. Mertoprawiro (dalam Margono, dkk, 2002: 60) menyatakan bahwa
12
pelaksanaan hak asasi manusia dalam pancasila harus selalu ada keserasian atau
keseimbangan antara hak dan kewajiban itu sesuai dengan hakikat kehidupan manusia
yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakatnya. Kedua saling membutuhkan dan
mempengaruhi. Keseimbangan tersebut harus dicapai sehingga dapat memberikan
ketenangan dan keberhasilan setiap manusia. Oleh karena itu, upaya pemajuan dan
perlindungan Hak-hak Asasi Manusia di Indonesia dilakukan berdasarkan prinsip
keseimbangan. Prinsip keseimbangan mengandung pengertian bahwa diantara Hak-
hak Asasi Manusia perorangan dan kolektif serta tanggung jawab perorangan terhadap
masyarakat dan bangsa memerlukan keseimbangan dan keselarasan. Keseimbangan
dan keselarasan antara kebebasan dan tanggung jawab merupakan faktor penting
dalam pemajuan dan perlindungan Hak-hak Asasi Manusia. Di dalam era globalisasai
sekarang ini, tidak ada negara yang bisa menutup dirinya dari masyarakat
internasional, mengucilkan diri dari komunitas internasional, dan sebaliknya kalau
ingin menjalin hubungan dengan banyak negara, pemerintah yang berkuasa tidak bisa
berbuat sewenang-wenang, sehingga kehilangan kelayakan sebagai suatu pemerintah.
Demikian pula dengan warga negara juga tidak bisa melanggar hukum dan Hak Asasi
Manusia. Semua pihak, yakni pemerintah, organisasi-organisasi sosial politik dan
kemasyarakatan, maupun berbagai lembaga-lembaga swadaya masyarakat, serta
semua kalangan dan lapisan masyarakat dan warga negara perlu terlibat dalam
penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka menegakan Hak Asasi Manusia di antaranya melalui
pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan pengadilan
HAM, serta Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Pemerintah juga memberlakukan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang
13
ini merupakan payung dari seluruh peraturan perundang-undangan tentang Hak Asasi
Manusia. Pembentukan Undang-Undang tersebut merupakan perwujudan tanggung
jawab bangsa Indonesia sebagai anggota PBB dalam menjunjung tinggi dan
melaksanakan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Ternyata penegakan Hak Asasi
Manusia masih jauh dari harapan masyarakat. Banyak hambatan dan tantangan dalam
penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Sejarah Indonesia hingga kini mencatat
berbagai penderitaan, kesengsaran, dan kesenjangan sosial. Hal tersebut disebabkan
oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna kulit, budaya,
bahasa, agama, golongan, jenis kelamin, dan status sosial lainnya. Kenyataan memang
menunjukan bahwa pelaksanaan penghormatan, perlindungan, atau pengakuan Hak
Asasi Manusia masih jauh dari memuaskan. Hal tersebut tercermin dari kejadian
berupa penangkapan yang tidak sah, penculikan, penganiayaan, pemerkosaan,
penghilangan paksa, bahkan pembunuhan, pembakaran rumah tinggal dan tempat
ibadah, penyerangan pemuka agama beserta kelurganya dan sebagainya.
Selain itu, terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum pejabat publik dan
aparat negara. Mereka yang seharusnya menjadi penegak hukum, pemelihara
keamanan, dan pelindung rakyat, kadang kala justru mengintimidasi, menganiaya atau
bahkan menghilangkan nyawa rakyat. Adapun hak –hak asasi manusia dapat
dibedakan menjadi: (1) hak-hak asasi pribadi meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, memeluk agama, bergerak, dan sebagainya; (2) hak-hak asasi ekonomi yaitu
hak untuk memiliki sesuatu, membeli, dan menjual serta memanfaatkannya; (3) hak-
hak asasi politik yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih, hak untuk
mendirikan partai politik dan sebagainya; dan (4) hak-hak asasi untuk mendapatkan
perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Implementasi HAM dapat
14
dipahami secara benar maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran
akan pentingnya HAM dalam kehidupan sosial maupun kehidupan individu yang
tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari, upaya tersebut harus diupayakan
secara terus menerus ke setiap orang sedini mungkin melalui pendidikan HAM baik
pendidikan formal maupun non formal. Implementasi HAM tidak hanya disadari
dengan pikiran tetapi harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tercipta
keseimbangan hidup di dalam masyarakat.
G. Prinsip HAM dalam Sila-sila dari Pancasila
The founding fathers setelah melakukan perenungan yang dalam dan panjang akhirnya
menyepakati, menetapkan serta mengesahkan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa, dasar dan ideologi Negara pada 18 Agustus 1945. sumber bahan dan nilai
Pancasila digali dari diri bangsa Indonesia sendiri. Nilai yang terkandung dalam lima
sila Pancasila, menurut Hamid Attamimi (BP-7 Pusat, 1993:69) memiliki fungsi
konstruktif dan regulatif. Fungsi konstruktif mengandung arti bahwa Pancasilalah yang
menentukan apakah tata hukum Indonesia merupahan tata hukum yang benar.
Pancasila di sini merupakan dasar suatu tata hukum, yang tanpa itu suatu tata hukum
kehilangan arti dan makna sebagai hukum. Pancasila juga memiliki fungsi regulatif
yang menentukan apakah hukum positif yang berlaku di Indonesia merupakan hukum
yang adil atau tidak. Bila mengacu kepada fungsi konstruktif dan regulatif dari
Pancasila, maka menjadi catatan kita bersama bahwa setiap proses perumusan
perundang-undangan (termasuk di dalamnya UU tentang HAM), para perumus harus
selalu menjadikan nilai-nilai universal dan bahkan nilai lokal yang terkandung dalam
Pancasila sebagai acuannya.
15
Sistem nilai universal dari Pancasila yang melandasi HAM adalah (a) nilai religius atau
ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c) nilai persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai
keadilan. Nilai religius (ketuhanan) yang diamanatkan dalam sila pertama, dapat
dikatakan merupakan suatu keunikan dalam penyelenggaraan Negara RI dibandingkan
dengan Negara-negara Barat misalnya, yang tentunya berangkat dari kondisi
masyarakat Indonesia sendiri. Ide tentang HAM bagi bangsa Indonesia adalah HAM
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan. Karena HAM bersumber dari
nilai-nilai ketuhanan sehingga HAM yang dikembangkan tidak menyalahi aturan yang
ditetapkan Tuhan. Manusia dengan menempatkan dirinya sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa, maka pada dasarnya manusia itu, termasuk manusia yang
menyelenggarakan kekuasaan tidak akan berarti apapun dalam kehidupannya tanpa
kekuasaanNya, sebab di depan Tuhan semua manusia sama. Harkristuti Harkrisnowo
(2002: 5), merinci kerangka pikiran utama yang dapat ditarik dari sila pertama
Pancasila dalam kaitannya dengan HAM (termasuk kaitannya dengan hukum) adalah:
a. Negara berkewajiban untuk menjamin hak dan kebebasan dasar pada setiap
individu untuk beragama secara bebas.
b. Ketentuan perundang-undangan harus selalu mengacu pada nilai-nilai ke-Tuhan-
an yang universal
c. Semua individu dalam Negara memiliki hak yang asasi untuk memilih dan
menjalankan ibadahnya sesuai dengan apa yang ia percaya, dan tiada apapun yang
dapat memaksanya untuk memilih dan menjalankan ibadahnya tersebut.
Derivasi dari asas di atas telah secara tegas dirumuskan dalam pasal 2 UU No. 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menyebutkan bahwa “Negara Republik
Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak dan kebebasan dasar manusia sebagai
16
hak yang secara kodrati melekat pada dan tak terpisahkan dari manusia, yang harus
dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan,
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan” (Sinar Grafika, 1999; 4).
Pemahaman nilai ini di tingkat praksis juga Nampak belum bulat. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai tingkat dan bentuk konflik yang terjadi di beberapa daerah yang masih
dilandasi oleh hal-hal yang primordial.
Kemanusaiaan yang adil dan beradab sebagai sila kedua Pancasila mengandung nilai
kemanusiaan, yaitu pengakuan terhadap adanya martabat manusia dengan segala hal
asasinya yang harus dihormati oleh siapapun, dan perlakuan yang adil terhadap
sesama manusia. Pengertian manusia beradab adalah manusia yang memiliki daya
cipta, rasa, karsa dan iman, sehingga nyatalah bedanya dengan makhluk lain (Suhadi,
2003: 42). Nilai-nilai kemanusiaan ini merupakan sumber nilai bagi HAM. Tanpa nilai
kemanusiaan, HAM akan mengakibatkan manusia ke luar dari jatidirinya sebagai
manusia. Untuk itu, kemanusiaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia adalah
berkeadilan dan berkeadaban. Karena itu perwujudan HAM harus meningkatkan
keadilan dan peradaban manusia. Sila kedua Pancasila inilah yang melandasi sejumlah
hak dan kebebasan mendasar bagi seluruh individu yang berada dalam wilayah
Indonesia.
Prinsip yang terkandung dalam sila kedua Pancasila menjadi landasan untuk
berperilaku terhadap sesama (Harkristuti Harkrisnowo, 2002:8), yang pada dasarnya
antara lain adalah:
a. Setiap individu memiliki kebebasan mendasar yang dijamin Negara dan hanya
dibatasi oleh kebebasan orang lain.
17
b. Setiap individu harus diberlakukan sama oleh Negara tanpa melihat asal-usul
biologis maupun sosialnya.
c. Hak atas hidup yang berkualitas, hak atas rasa aman dari ancaman, serangan atau
derita apapun dimiliki oleh setiap individu.
d. Setiap individu harus dilindungi dan berhak untuk tidak disiksa secara psikis
maupun psikologis dan pejabat publik.
Sila ketiga pancasila yakni persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai persatuan
bangsa. Nilai persatuan yang ada disesuaikan dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an. Nilai
persatuan yang dimaksud adalah kondisi dinamis untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan secara terus menerus dari bangsa Indonesia yang sangat heterogen, baik dari
segi ras, suku, agama, tingkat ekonomi maupun keyakinan politik. Sila ketiga Pancasila
inilah yang membuahkan kerangka pikir, misalnya penghormatan kepada setiap
perbedaan yang ada, penghormatan pada hukum dan masyarakat adat, harmoni dan
keseimbangan. Kerakyatan yang dipimpin olah hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan, sebagai sila keempat pancasila, merupakan asas yang
menghasilkan seperangkat nilai yang menjadi landasan kehidupan sebagai warga
Negara dalam pemerintahan, yang dirumuskan dalam hak untuk turut serta dalam
pemerintahan. Manusia Indonesia sebagai warga Negara dan warga masyarakat
mempuyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Di dalam menyelesaikan
masalah bersama diutamakan musyawarah dengan melibatkan seluruh komponen ikut
berpartisipasi dalam masalah tersebut. Pada dasarnya asas yang dianut dalam sila
keempat Pancasila adalah mengutamakan partisipasi publik yang merupakan salah
satu unsur dalam kerangka Good Governance. Implikasinya adalah bahwa dalam proses
pengambilan keputusan, publik harus dilibatkan untuk menyuarakan aspirasi mereka.
18
Sila kelima pancasila di dalamnya terkandung nilai – nilai keadilan sosial, antara lain
berupa (a) perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat meliputi seluruh
rakyat Indonesia, (b) keadilan dalam kehidupan social terutama meliputi bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, serta pertahanan keamanan, dan (c)
cita-cita masyarakat adil makmur material dan spiritual secara merata bagi seluruh
rakyat Indonesia, (d) adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta
menghormati hak-hak orang lain, dan (e) cinta akan kemajuan dan pembangunan. Nilai
keadilan harus menjadi dasar dalam pembangunan HAM karena tanpa keadilan HAM
akan menjadi manusia kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Menjadilah ia
bertindak sewenang-wenang dan melanggar HAM manusia lainnya. Sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung elemen keadilan yang sebenarnya lebih
dari sekedar keadilan menurut hukum (legal justice). Sila kelima Pancasila ini menurut
Harkristuti Harkrisnowo (2002:10), membawa ke depan sejumlah landasan pikir bagi
semua komponen yang menyangkut antara lain:
a. Hak atas pendidikan, pekerjaan, perumahan yang layak bagi setiap insan
b. Hak atas keadilan hukum yang didasarkan pada asas persamaan di muka hukum.
c. Adannya mekanisme hukum yang memastikan bahwa keadilan diberikan pada setiap
insan.
H. Upaya Penegakan HAM
Untuk menjaga penegakkan HAM, maka dibutuhkan suatu lembaga yang memantau
proses penegakkan HAM. Di dalam PBB sendiri terdapat beberapa badan yang
mengatur tentang penegakkan HAM secara internasional. Hal ini membuat Indonesia
membangun suatu mekanisme penegakkan HAM untuk mengawasi proses penegakkan
19
HAM di Indonesia. Berikut ini adalah lembaga – lembaga ( internasional dan nasional )
yang mengawasi proses penegakkan HAM di dunia internasional :
1. Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights
2. United Nations Security Council
3. United Nations Human Rights Council
4. International Criminal Court
5. OSCE Representative on Freedom of the Media
6. UNESCO
Dalam lingkup nasional juga terdapat beberapa lembaga yang mengawasi proses
penegakkan HAM, diantaranya :
1. Mahkamah Konstitusi
Lembaga tinggi negara ini dalam sistem ketatanegaraan Indonesia merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Menurut
Undang – Undang Mahkamah Konstitusi memiliki tugas sebagai berikut :
a. Berwenang mengadili pada tingkat pertama
b. dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
c. Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Perkembangan pengaturan hak asasi manusia di Indonesia telah dipengaruhi oleh
perubahan politik setelah turunnya Presiden Soeharto tahun 1998. Sidang Istimewa
20
MPR bulan November 1998, misalnya, menghasilkan Ketetapan No. XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia dan disusul dengan penerbitan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Ketentuan lebih ekstensif tentang hak asasi
manusia dicantumkan pula dalam Perubahan Ketiga Undang-undang Dasar 1945
(tahun 2000), meskipun terdapat kemiripan rumusan antara hasil amandemen
konstitusi dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 dan Ketetapan No.
XVII/MPR/1998. Menurut Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945, negara
berkewajiban untuk melindungi, memajukan, menegakkan dan memenuhi hak asasi
manusia (rumusan yang dalam instrumen interasional dirumuskan sebagai kewajiban
to protect, to promote, to implement or enforce and to fulfill human rights). Bagaimana
hak asasi manusia ditegakkan di hadapan ancaman-ancaman kekuasaan yang tak perlu
dan berlebihan, apa lagi yang bersalah-guna (corrupt)? Dalam kaitan ini penting pula
untuk memeriksa mekanisme penyampaian keluhan publik (public complaints
procedure), peradilan administrasi/tata-usaha negara, peradilan di bawah Mahkamah
Agung (MA), peradilan hak asasi manusia, komisi kebenaran dan rekonsiliasi (KKR),
maupun pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 oleh
Mahkamah Konstitusi (MK). Pada dasarnya, secara strict wewenang Mahkamah
Konstitusi menguji undang-undang terhadap konstitusi merupakan uji
konstitusionalitas sehingga dikenal sebagai constitutional review. Dalam
pelaksanaannya di Indonesia, dan berbagai negara, uji konstitusionalitas itu
disandarkan kepada suatu alas hak (legal standing) bahwa undang-undang yang diuji
telah merugikan hak dan/atau wewenang konstitusional pemohon constitutional
review. Rumusan ini perlu sedikit dijelaskan. Pertama, dirumuskan sebagai “hak dan
atau wewenang”. Wewenang konstitusional lebih terkait dengan kewenangan lembaga
21
negara yang berhak pula untuk memohon constitutional review terhadap undang-
undang dalam hal suatu undang-undang dinilai bertentangan dengan konstitusi (dalam
hal ini menyangkut kewenangan lembaga negara pemohon pengujian). Kedua, hak
konstitusional lebih dekat dengan jaminan perlindungan hak asasi manusia bagi warga
negara.
Secara kategoris, jaminan hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar 1945
mencakup hak-hak sosial-politik, hak-hak kultural dan ekonomi, hak-hak kolektif, hak
atas pembangunan dan lain-lain. Jaminan hak asasi manusia dalam UUD RI tersebar
dalam sejumlah pasal antara lain 18B (2), 26, 27-28, 28A-28J (Bab XA), 29 (Bab
Agama), 31-32 (Bab Pendidikan dan Kebudayaan), 33-34 (Bab Ekonomi dan
Kesejahteraan Sosial), 30 (Bab Pertahanan dan Keamanan). Jadi, pengaturan
konstitusional mengenai hak asasi manusia tidak terbatas pada Bab XA tentang HAM.
Di sini perlu diberikan catatan tentang perumusan hak asasi manusia dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Komnas HAM dibentuk melalui Keppres No. 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993.
Enam tahun kemudian, atau dua tahun setelah pemerintahan Soeharto jatuh, dasar
hukum dirubah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih kuat, yaitu Undang
– Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang ini juga
memberi wewenang yang lebih kuat pada lembaga tersebut. Sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 75 Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999, Komnas HAM memiliki
mandat untuk :
22
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia, baik
yang ada dalam perangkat hukum nasional maupun Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia dan Piagam PBB,
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan Untuk mencapai tujuan tersebut,
Komnas HAM melakukan empat (4) fungsi pokok, yaitu :
a. Pemantauan,
b. Penelitian/pengkajian,
c. Mediasi,
d. Pendidikan
Sejak itu pelaksanaan empat fungsi tersebut dibagi dalam 4 sub komisi yaitu :
1. Sub Komisi Pemantauan,
2. Sub Komisi Penyuluhan,
3. Sub Komisi Pengkajian/Penelitian, dan
4. Sub Komisi Mediasi
Dalam hubungan keluar Komnas HAM bertindak sebagai satukesatuan dan anggota sub
komisi dapat bertugas di sub komisi yang lain.
3. Pengadilan Hak Asasi Manusia
Pengadian Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan hak asasi manusia,Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan Pengadilan umum dan berkedudukan di
daerah Kabupaten atau Kota.Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap
23
pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat.
Pengadilan HAM juga berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
yang berat yang dilakukan di luar batas territorial wilayah Negara Republik Indonesia
oleh warga Negara Indonesia.
4. Pengadilan HAM Ad Hoc
Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR
berdasarkan peristiwa tertentu dengan Keputusan Presiden untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia
5. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 memberikan alternative bahwa penyelesaian
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dapat dilakukan di luar Pengadilan Hak
Asasi Manusia, yaitu melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk
berdasarkan undang-undang.
6. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam rangka meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan perlindungan anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (yang
selanjutnya akan disebut dengan KPAI) dibentuk untuk merespon berbagai laporan
tentang adanya kekerasan, penelantaran dan belum terpenuhinya hak-hak dasar anak
di Indonesia. Keputusan politik untuk membentuk KPAI juga tidak dapat dilepaskan
dari dorongan dunia internasional. Komunitas internasional menyampikan
24
keprihatinan mendalam atas kondisi anak di Indonesia. Banyaknya kasus pekerja anak,
anak dalam area konflik, pelibatan anak dalam konflik senjata (childs soldier) seperti
yang terjadi di Aceh, tingginya angka putus sekolah, busung lapar, perkawinan di
bawah umur, trafficking, dan lain sebagainya telah memantik perhatian komunitas
internasional untuk menekan pemerintah Indonesia agar membuat lembaga khusus
yang bertugas memantau kondisi perlindungan anak di Indonesia. KPAI memiliki tugas
sebagai berikut :
a. melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi,
menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi,
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak,
b. memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam
rangka perlindungan anak.
KPAI terdiri dari 9 orang berupa 1 orang ketua, 2 wakil ketua, 1 sekretaris, dan 5
anggota yang terdiri dari unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat,
organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap
perlindungan anak.
7. Komisi Nasional Perempuan
Institusi hak asasi manusia yang dibentuk oleh negara untuk merespon isu hak-
hak perempuan sebagai hak asasi manusia, khususnya isu kekerasan terhadap
perempuan. Komnas Perempuan didirikan pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan
Presiden No. 181 tahun 1998, sebagai jawaban pemerintah atas desakan kelompok
25
perempuan terkait dengan peristiwa yang dikenal sebagai tragedi Mei 1998--di mana
terjadi perkosaan massal terhadap perempuan etnis Tionghoa di beberapa daerah di
Indonesia. Pada saat itu, negara dianggap telah gagal memberi perlindungan kepada
perempuan korban kekerasan. Oleh karena itu, negara, dalam hal ini pemerintah yang
diwakili oleh Presiden RI, Habibie, menganggap bahwa negara harus bertanggung
jawab kepada korban dan kemudian melakukan upaya yang sistematis untuk
mengatasi kekerasan terhadap perempuan. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 181
tahun 1998 yang diperbaharui dalam Peraturan Presiden (PerPres) No. 65 tahun 2005,
maka keberadaan Komnas Perempuan bertujuan untuk :
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi perempuan di Indonesia,
b. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan di Indonesia.
Dalam mencapai tujuan tersebut, Perpres No. 65 tahun 2005 meletakkan 5 tugas
yang harus dijalankan oleh Komnas Perempuan, yang meliputi penyebarluasan
pemahaman, kajian dan penelitian, pemantauan, rekomendasi dan kerjasama regional
dan internasional dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
(KTP) Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan serta
penghapusan segala bentuk KTP,
2. Melakukan Kajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan perundangundangan
yang berlaku serta berbagai instrumen internasional yang berlaku serta instrumen
internasional yang relevan bagi perlindungan hak asasi manusia perempuan,
26
3. Melaksanakan pemantauan termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian
tentang segala bentuk KTP dan pelanggaran hak asasi manusia perempuan serta
penyebarluasan hasil pemantauan kepada publik dan pengambilan langkah –
langkah yang mendorong pertanggungjawaban dan penanganan,
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif dan
yudikatif serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusunan dan
pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya – upaya
pencegahan dan penanggulangan segala bentuk KTP Indonesia serta perlindungan,
penegakan dan pemajuan hak asasi manusia perempuan,
5. Mengembangkan kerjasama regional dan internasional guna meningkatkan upaya –
upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk KTP Indonesia serta
perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia perempuan.
I. Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat
dijabarkan Sebagai berikut :
1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang.
3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga
Negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM
27
dimana hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat
persaudaraan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,
bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara
untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan,
ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-
besarnya pada masyarakat.
28
BAB III
PERMASALAHAN
1). Analisa Masalah
Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai hubungan dalam dua
aspek, yaitu aspek kesejarahan, dan aspek kemakmuran. Hubungan aspek kesejarahan,
yaitu bahwa riwayat singkat perumusan dan kesepakatan Pancasila bersama dengan
perumusan naskah Proklamasi dan Undang-Undang Dasar, yang dilakukan oleh para
tokoh perjuangan kemerdekaan dan opendiri negara RI. Yang tergabung dalam BPUPKI
dan PPKI dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 18 Agustus 1945. hubungan
aspek kemakmuran, yaitu bahwa rumusan Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 yang merupakan pokok kaidah negara fundamental, dengan demikian Pancasila
mempunyai hakikat, sifat dan kedudukan serta fungsi sebagai pokok kaidah negara
fundamental. Yang menjalankan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara RI
yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus.1945.
Negara kesatuan RI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan
Pancasila sebagai dasar Negaranya dan UUD 1945 sebagai hukum dasar tersebut,
merupakan puncak perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Corak pergerakan
perjuangan kemerdekaan tersebut dapat dibagi atas tiga corak, yaitu ada yang bercorak
kebangsaan, ada yang bercorak religius dan ada yang bercorak sosiolistik.
Pergerakan perjuangan yang bercorak kebangsaan yaitu pergerakan yang bertujuan
untuk mendirikan negara merdeka yang menjadi milik semua orang dan golongan
dalam masyarakat urusan agama tidak termasuk urusan negara.
Pergerakan perjuangan yang bercorak religius, yaitu pergerakan yang bertujuan untuk
29
Mendirikan negara merdeka dengan pancasila sebagai dasarnya. Pergerakan perjuangan
yang bercorak sosiollistik, negara merdeka dengan dasar sosiolistik, negara merdeka
dengan dasar sosialisme dan kominisme.
Untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan masalah, penulis hanya akan
membatasi :
1. Pengertian Pancasila ditijau dari fungsinya, yaitu :
a. Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
b. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
c. Sebagai Dasar Idiologi Bangsa dan Negara Indonesia
2. Hubungan Pancasila dengan HAM
Disamping untaian masalah diatas, kita kembali mengingat tentang Proklamasi
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan sumber hukum bagi
pembentukan, kelahiran, dan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat. Pembentukan, kelahiran, dan keberadaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia bukan merupakan tujuan akhir perjuangan bangsa
Indonesia, tetapi merupakan sarana untuk mencapai cita-cita nasional dan tujuan
nasional yang didambakannya.
Perubahan UUD 1945 hanya terjadi dilakukan terhadap batang tubuh dan penjelasan,
tidak menjamin karena mempunyai kedudukan yang tetap dan melekat pada diri
mereka sendiri, seiring dengan perkembangan dan perubahan modernisasi membawa
dampak yang sangat berpengaruh di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menyadari bahwa ketidakrukunan yang terjadi di Indonesia ini mengganggu kesatuan
30
nasional, sebagaimana dalam masa Kolonial Belanda dan pemberontakan Komunis yang
gagal pada tahun 1965. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya disintegrasi nasional
yang disebabkan ketidakrukunan masyarakat yang sangat majemuk maka semua ini
hanya dapat diselesaikan dengan UUD 1945 dan Pancasila sebagai salah satu hukum
yuridis. Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 dalam
perjalanan kehidupan bangsa Indonesia, khususnya sejarah kehidupan politik dan
ketatanegaraan Indonesia, telah mengalami persepsi dan interpretasi sesuai dengan
kehendak dan kepentingan yang berkuasa selama masa kekuasaannya berlangsung.
Bahkan pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai dasar dan
falsafah negara Republik Indonesia sehingga bangsa Indonesia nyaris berada di tepi
jurang perpecahan kendati sebelumnya pernah disepakati bersama dalam konsensus
nasional tanggal 22 Juni 1945 dan tanggal 18 Agustus 1945.
Adapula masa dimana usaha-usaha untuk mengubah Pancasila itu dengan
pemberontakan-pemberontakan senjata, yang penyelesaiannya memakan waktu
bertahun-tahun dan meminta banyak pengorbanan rakyat. Di samping berbagai faktor
lain, pemberontakan yang berlarut-larut itu jelas menghilangkan kesempatan bangsa
Indonesia untuk membangun, menuju terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan.
Jalan lurus pelaksanaan pancasila, juga mendapat rintangan –rintangan dengan adanya
pemutarbalikan Pancasila dijadikannya Pancasila sebagai tameng untuk menyusupkan
faham dan ideologi lain yang justru bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Selain itu
juga kita juga perlu mengulas masalah tentang HAM dan Demokrasi. Pancasila harus
sejalan dengan HAM dan Demokrasi, sebab dengan demikian maka akan terwujudlah
nilai luhur pancasila. Sering kali kita membaca atuapun mengamati di berbagai media
surat kabar dan penyiaran berita bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang
31
terombang ambing kehidupannya akibat kurangnya stabilitas kesejahteraan di
lingkungan masyarakatnya, seperti misalnya kurangnya antusiasme dari pihak
pemerintah daerah. Disamping itu kita juga bisa mengamati bahwa para wakil rakyat
seperti DPR tidak memperdulikan lagi nasib rakyatnya setelah mereka berhasil
menduduki kursi di DPR, dan dalam setiap mengadakan rapat pun kita melihat di media
berita bahwa para anggota DPR sering kali ricuh dan bertengkar dalam memutuskan
ataupun membahas suatu perkara nasional. Inikan sudah tidak mencerminkan dari pada
nilai Pancasila itu sendiri, dan wakil rakyat kita tidak dapat dijadikan contoh dan suri
teladan bagi rakyat nya agar mau bersama-sama membangun dan memajukan negeri ini
serta mewujudkan kesejahteraan bersama. Kalau kita perhatikan lagi tentang masalah
HAM. Terkadang masyarakat Indonesia tidak seluruhnya memperoleh hak yang
selayaknya mereka dapatkan. Misalnya, dalam suatu perkara pengadilan, kebanyakan
rakyat kecil yang ekonominya lemah tidak mampu membela dan tidak diberi kebebasan
untuk mengutarakan kesalahannya, Yang mana dalam perkara tersebut mereka belum
sepenuhnya dikatakan bersalah dan belum sepenuhnya juga untuk layak diberi
hukuman. Sedangkan bagi kaum Pejabat, ataupun orang kaya mereka terkadang mampu
menyelesaikan masalahnya dengan mudah hanya dengan menyuap para Jaksa ataupun
membayar mahal para Pengacaranya.
32
BAB IV.
Manfaat dan tujuan
Manfaat dan Tujuan Penulisan
Maksud dari pada penulisan karya tulis makalah ini adalah untuk mengubah
paradigma masyarakat Indonesia tentang penting nya mengamalkan nilai pancasila dan
UUD 1945,dan memperoleh atau menggunakan HAM dengan selayaknya serta Hidup
berdemokrasi secara tenteram, guna untuk mengembangkan rasa solidaritas dan
meningkatkan kesejahteraan dalam hidup berwarganegara. Perlu diketahui juga
bahwasannya Penulis bermaksud menyusun kerangka karya tulis makalah ini sebagai
referensi bagi para pembaca. Dan terlebih lagi bagi kita semua agar dapat memperoleh
pengetahuan ataupun wawasan tentang kedudukan Pancasila sebagai tonggak dan
penuntun perjalanan bangsa Indonesia untuk mampu menggapai impian yang selama
ini hanya terpendam dan terkekang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa makalah
ini ditujukan bagi para pembaca untuk lebih menggali ilmu dalam mewujudnyatakan
nilai Pancasila yang sesuai dengan tata karma kehidupan masyarakat dalam bernegara.
Sedangkan adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain yaitu:
1). Mengetahui pengertian Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
2). Mengetahui sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara,
3). Agar kita lebih mengapresiasi dan menghargai perjuangan para pahlawan dalam
mencetuskan Pancasila dan UUD 1945.
33
4). Agar kehidupan kita lebih maju dan lebih damai lagi dengan menyelaraskan nilai-
nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam setiap aspek seluk beluk tatanan kehidupan
kita.
5). Mengetahui manfaat hidup berdemokrasi yang baik, dan manfaat menggunakan HAM
dengan selayaknya, serta upaya yang bisa dilakukan untuk memperoleh hak dan
kebebasan yang sepenuhnya.
6). Sebagai landasan untuk melanjutkan cita-cita luhur para pendiri bangsa, demi
mewujudkan Indonesia yang terpandang di mata negara lain dan menjadi panutan
bagi negara lainnya.
34
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia
sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ciri pokok hakikat HAM yaitu
HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi, HAM berlaku untuk semua
orang, dan HAM tidak bisa dilanggar.
2. Hal – hal penting mengenai perkembangan HAM di dunia, seperti magna charta,
Declaration of Independence of The United States, Declaration des Droits de Il
‘Homme et du Ctoyen, Atlantic Charter, Universal Declaration of Human Rights,
ternyata dihasilkan dari pemikiran-pemikiran mengenai perkembangan HAM
terdahulu yang dibagi ke dalam empat generasi.
3. HAM merupakan salah satu contoh dari penerapan pancasila sila kedua. Hak
asasi manusia dalam pancasila harus selalu ada keserasian atau keseimbangan
antara hak dan kewajiban itu sesuai dengan hakikat kehidupan manusia.
4. Prinsip HAM dilandasi oleh system nilai universal dalam Pancasila yaitu (a) nilai
religius atau ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c) nilai persatuan, (d) nilai
kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
5. Upaya penegakan HAM dilaksanakan oleh lembaga internasional maupun
lembaga nasional. Lembaga internasional misalnya Office of the United Nations
High Commissioner for Human Rights, United Nations Security Council, United
Nation Human Rights Council, International Criminal Court, dll. Dan lembaga
nasional misalnya Mahkamah Konstitusi, Komnas HAM, Komisi Perlindungan
Anak Indonesia, Komisi Ombudsman Nasional, dll.
35
6. Pelanggaran HAM di Indonesia masih sering terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumentasi tentang HAM belum mampu melindung warga Negara.
7. Masalah utama yang dihadapi dalam penegakan HAM yaitu HAM merupakan
masalah yang sedang hangat dibicarakan, HAM sarat dengan masalah tarik ulur
antara paham universalisme dan partikularisme, serta ada tiga tataran diskusi
tentang HAM.
8. Upaya pencegahan pelanggaran HAM di Indonesia dilaksanakan dengan
pendekatan security, desentralisasi melalui otonomi daerah, penegakan
supremasi hukum, kontrol dari masyarakat (Social control), dll.
36
Saran
Dengan demikian, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan Negara, bahkan moral negara, politik Negara, pemerintahan Negara,
hokum dan peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga
Negara, harus dijiwai dengan nilai-nilai Pancasila dan sebagai makhluk sosial kita
harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping
itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lainjangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan diinjak-
injak oleh orang lain. Diharapkan juga kepada pemerintah dan instansi yang berkaitan
dengan perlindungan HAM dapat menentukan dan menetapkan kebijakan sesuai
sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini. Dalam menentukan kebijakan perundang-
undangan jangan hanya melihat satu sisi saja. Karena terkadang undang-undang
tentang HAM yang berkaitan saat ini tidak mampu memberikan bantuan yang berarti
bagi orang-orang yang tertindas
37
Daftar pustaka
Hidayat, komaruddin, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta:
KENCANA PERDANA MEDIA GROUP
Widjaja, 2000. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan Hak Asasi Manusia di Indonesia,
Jakarta: RINEKA CIPTA
http://unjalu.blogspot.com/2011/03/ham-dan-humaniter.html
http://rahaj3n9.wordpress.com/2010/01/11/abstrak-konsepsi-dasar-dan-
implementasi-hak-asasi-manusia-dalam-pancasila/
http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Praktek%20pelanggaran%20ham
%20-%20susno%20duaji.pdf
http://aangrapeialmudashir.files.wordpress.com/2009/12/iisi-makalah.pdf
Abdulkarim, Aim, Drs, M.Pd. 2004 “Kewarganegaraan untuk SMP Kelas II Jilid 2”.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Wijianti, S.Pd. dan Aminah Y., Siti, S.Pd. 2005 “ Kewarganegaraan (Citizenship)”.
Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.
Dahlan, Saronji, Drs. Dan H. Asy’ari, S.Pd, M.Pd. 2004 “Kewarganegaraan Untuk SMP
Kelas VIII Jilid 2”. Jakarta: Erlangga.
Alhaj, S.Z.S. Pargeran, Drs. Dan Drs. Usmani Surya Patria, 1995. Pendidikan Pancasila.
Jakarta.
38