Transcript
Page 1: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Jakarta secara geografis terletak pada 106 derajat 49' 35" Bujur Timur

dan 06 derajat 10' 37" Lintang Selatan. Luas Wilayah 650,40 Km2 (termasuk

Kepulauan Seribu, 9.20 Km2). Batas-batas wilayah provinsi DKI Jakarta, yaitu

sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Bekasi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan letaknya Kota Jakarta termasuk dalam kota delta (delta city)

yaitu kota yang berada pada muara sungai. Kota delta umumnya berada di bawah

permukaan laut, dan cukup rentan terhadap perubahan iklim. Kota delta Jakarta

dialiri oleh 13 aliran sungai dan dipengaruhi oleh air pasang surut. Litologi batuan

penyusun Kota Jakarta merupakan batuan hasil endapan alluvium.

Kondisi tersebut menjadikan wilayah DKI Jakarta merupakan daerah yang

rawan bencana seperti bencana banjir, keretakan bangunan, amblesan tanah dll.

Kondisi ini diperparah oleh padatnya pemukiman warga di wilayah Jakarta.

Pemukiman padat di wilayah ibukota menjadikan wilayah ini juga rawan terhadap

bencana lain seperti adanya kebakaran.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini antara lain

adalah karakteristik geologi dan potensi bencana maupun potensi pengembangan

wilayah Kota Jakarta dalam kaitannya dengan kondisi geologi, geomorfologi, serta

geologi teknik wilayah tersebut.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan peningkatan

pemahaman dan pengetahuan kita terhadap kondisi geologi dan keteknikan Kota

Jakarta, potensi pengembangan wilayah serta kemungkinan bencana yang

ditimbulkan dari kondisi geologi tersebut.

Page 2: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Geologi Kota Jakarta

Secara geologi, seluruh wilayah Jakarta merupakan dataran alluvial, yang

materi tanahnya merupakan endapan hasil pengangkutan aliran permukaan dan air

sungai yang mengalir pada wilayah tersebut. Di samping itu juga, wilayah Jakarta

terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada kurang lebih 50 meter di bawah

permukaan tanah dimana bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedangkan

dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 kilometer. Di

bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada

permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium.

Karena banyak tersusun atas endapan alluvium, wilayah DKI Jakarta

sebagian besar berumur Kwarter dan berasal dari berbagai produk yang menempati

cekungan batuan dasar Tersier. Bentuk dan pola struktur pada batuan dasar serta

adanya gejala struktur aktif yang mempengaruhi wilayah ini, mendorong bagi

interpretasi tentang kemungkinan adanya gerak yang melibatkan batuan Kwarter

yang juga akan mempengaruhi pembentukan permukaan depresif atau cekungan.

Proses ini dapat dipengaruhi oleh kejadian struktur geologi, baik oleh gerak yang

lateral ataupun vertikal.

Berdasarkan kondisi struktur geologi wilayah Jakarta terdapat dua

kemungkinan mekanisme kejadian struktur yang berpengaruh pada pembentukan

struktur depresif. Pertama, gerak lateral utara-selatan yang bersifat kompresif

menyebabkan pembentukan lipatan dan pengangkatan pada posisi antiklinorium

Bogor sekarang, diikuti dengan penurunan dibagian utaranya, kurang lebih pada

posisi batas Cekungan Jakarta ke arah utara. Kedua, gerak lateral yang

mempengaruhi wilayah Jakarta menyebabkan struktur yang sudah ada, terutama

yang berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara menjadi patahan geser.

Gerak patahan geser ini menyebabkan terjadinya struktur penyerta berupa patahan

turun atau naik, yang mengakibatkan terjadinya depresi atau pembubungan

disekitar daerah pergeseran tersebut.

Page 3: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 2

Proses pembentukan struktur ini pada daerah yang aktif secara tektonik akan

berpengaruh terhadap perubahan morfologi saat ini yang berakibat adanya bagian

wilayah yang turun relatif terhadap sekitarnya.

Keadaan iklim di wilayah Jakarta menurut stasiun pengamatan Jakarta tahun

2011 memiliki suhu udara rata-rata 28,4°C dengan kelembaban udara 74 persen,

tekanan udara 1009,6 mbs, arah angin 270 point, kecepatan angin 2 mill/h,

penyinaran matahari 45 persen dan curah hujan rata-rata 2.395 mm2.

2.2 Geomorfologi Kota Jakarta

Secara geomorfologi Dataran Jakarta digolongkan ke dalam dataran aluvial

pantai dan sungai. Dataran ini mempunyai bentang alam datar, sungai bermeander,

yang sebelumnya merupakan dataran rawa, baik rawa pantai, laguna, ataupun rawa

belakang akibat limpasan yang melampaui tanggul alam. Dengan kondisi

geomorfologi seperti ini, Jakarta secara alami rawan terhadap banjir dan

penggenangan.

Gambar 2.1 Peta Geologi DKI Jakarta

Page 4: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 3

Kondisi ini semakin parah dengan adanya curah hujan tinggi di pegunungan

di selatan Jakarta yang merupakan wilayah hulu sungai-sungai yang mengalir

melewati Jakarta dan bermuara di Laut Jawa (Teluk Jakarta). Perubahan morfologi

berupa pembentukan tinggian-rendahan yang menyebabkan semakin meluasnya

daerah genangan, juga disebabkan faktor-faktor lain seperti konsolidasi tanah alami,

kemungkinan kegiatan neotektonik, diantaranya gempa bumi, naiknya muka air laut,

serta faktor antropogenik, yaitu campur tangan manusia, terutama pembangunan

bangunan bertingkat, pembendungan, penggalian dan pengambilan air tanah.

Karena letaknya yang berada pada daerah muara sungai, Kota Jakarta

tentunya dialiri oleh sungai-sungai. Terdapat tiga belas sungai dan dua kanal yang

melewati Jakarta, sebagian besar berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di

Teluk Jakarta. Tiga belas sungai tersebut yaitu Kali Mookervart, Kali Angke, Kali

Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali

Cipinang, Kali Sunter, Kali Baru Timur, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali

Cakung. Sedangkan 2 (dua) kanal besar yang ada yaitu Kanal Banjir Barat dan

Kanal Banjir Timur. Peta sungai dan kanal yang melewati wilayah DKI Jakarta dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Peta Tematik Aliran Sungai Provinsi

DKI Jakarta

Page 5: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 4

Secara umum, proses geomorfologi yang dominan berkembang di wilayah ini

adalah denudasional yaitu bentukan lahan yang terjadi akibat proses pelapukan

batuan dan sedimentasi.

2.3 Geologi Teknik Kota Jakarta

Tanah aluvium di DKI Jakarta bagian utara mempunyai umur baru 5000

tahun belum mengalami pemampatan yang maksimal, sehingga adanya

pembangunan infrastruktur dan dipacu oleh pengambilan air tanah telah

menyebabkan terjadinya amblesan tanah secara regional.

Amblesan tanah telah mencapai kecepatan >5 cm/tahun bahkan di beberapa

tempat mencapai >10 cm/tahun (di Rawa Buaya – Kapuk – Kamal). Dampak

amblesan tanah menimbulkan semakin meluasnya banjir dari tahun ke tahun, tidak

berfungsinya sistem drainase dan infrastruktur di DKI Jakarta.

Di bagian selatan dari Jakarta yang tersusun oleh aluvium volkanik pada

umumnya mempunyai sifat keteknikan tanah yang lebih baik di banding tanah

aluvium yang ada di Jakarta bagian utara, sehingga pembangunan infrastruktur

maupun konstruksi bangunan berat tidak mengalami kendala seperti yang ada di

Jakarta bagian utara.

Saat ini kebutuhan lahan dipermukaan mulai terasa sudah terbatas, sehingga

pemanfaatan ruang bawah permukaan mulai dilakukan untuk menampung

permasalahan yang tidak dapat terpecahkan di permukaan tanah sehingga muncul

persoalan penataan ruang bawah tanah, dan isu dampak lingkungannya.

Dengan mengetahui kondisi geologi teknik dimulai dari pemahaman proses

pengendapan sedimen yang ada di DKI Jakarta serta mengetahui sifat

keteknikannya maka beberapa kendala tersebut dapat ditanggulangi dengan baik.

Wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-

rata 7 (tujuh) meter di atas permukaan laut. Namun, sekitar 40 persen wilayah

Jakarta berupa dataran yang permukaan tanahnya berada 1 - 1,5 meter di bawah

muka laut pasang.

2.4 Potensi Bencana Kota Jakarta

Beberapa bencana yang potensial melanda Kota Jakarta baik dikarenakan

keadaan geologi maupun kondisi sosial masyarakatnya antara lain adalah:

Page 6: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 5

2.4.1 Banjir

Bencana yang berpotensi melanda wilayah Jakarta adalah banjir, kebakaran

dan gempa bumi. Bencana yang menjadi perhatian khusus bagi Jakarta adalah

banjir. Banjir di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh

meluapnya sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi

karena kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. Terjadinya banjir di Jakarta juga

disebabkan oleh sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal serta

tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah. Selain itu, dibangunnya hunian

pada lahan basah atau daerah resapan air serta semakin padatnya pembangunan

fisik menyebabkan kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang. Hal

lainnya adalah pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang

belum berfungsi maksimal. Banjir juga terjadi akibat rob yang melanda beberapa

wilayah yang berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit,

Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda.

Jika dilihat historis peristiwa banjir di Jakarta, pada tahun 1980 daerah

genangan Jakarta adalah seluas 7,7 km2, pada tahun 1996 seluas 22,59 km2, pada

tahun 2002 adalah seluas 167,88 km2, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi

238,32 km2. Pada tahun 2002 daerah genangan diperkirakan mencapai sekitar 13

persen dari wilayah DKI Jakarta sedangkan pada banjir tahun 2007 sekitar 45

persen dari wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi banjir di

kemudian hari, telah dipasang 34 unit early warning khususnya untuk sungai yang

sering menjadi tampungan air hujan yaitu di Sungai Sunter, Sungai Cipinang,

Sungai Ciliwung, Sungai Krukut, Sungai Pesanggrahan dan Sungai Angke.

2.4.2 Kebakaran

Bencana lain yang sering terjadi di Jakarta adalah kebakaran. Bencana ini

umumnya terjadi di lokasi permukiman padat penduduk, lingkungan pasar dan

perkantoran. Bahaya kebakaran diperkirakan akan semakin meningkat terutama

dengan bertambahnya pemukiman yang saling berhimpitan. Di DKI Jakarta terdapat

53 kelurahan yang rawan bencana kebakaran.

Secara ekonomi, kebakaran mengakibatkan kerugian materi yang tidak

sedikit. Pada tahun 2011, kebakaran yang terjadi di Jakarta telah mengakibatkan

kerugian sebesar Rp 219 miliar dengan total area kebakaran mencapai 444 Ha.

Page 7: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 6

Gambar 2.4.1 Peta Kawasan Rawan Bencana Alam

Provinsi DKI Jakarta

Untuk itu, untuk masa yang akan datang diperlukan upaya yang terencana dengan

baik agar kebakaran dapat dihilangkan atau paling tidak diminimalisir.

2.4.3 Gempa Bumi

Kota Jakarta sebenarnya merupakan daerah yang cukup aman dari bencana

gempa. Tidak adanya gunung berapi dan letaknya yang cukup jauh dari zona batas

lempeng merupakan alasannya. Namun demikian, tetap tidak menutup kemungknan

terjadinya bencana ini. Terkait dengan potensi gempa bumi, di sekitar Jakarta

diperkirakan terdapat 10 sumber gempa dengan potensi terbesar di sekitar Selat

Sunda, yang selama ini aktif dan berpotensi menimbulkan risiko bencana.

Berdasarkan data seismik kegempaan seluruh Indonesia, di selatan Jawa bagian

barat terdapat seismic gap (daerah jalur gempa dengan kejadian gempa yang

sedikit dalam jangka waktu lama) yang juga menyimpan potensi gempa yang tinggi

Page 8: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 7

Gambar 2.4.2 Penurunan Muka Tanah Jakarta dari

Tahun ke Tahun.

terhadap Jakarta. Kondisi Jakarta Bagian Utara yang merupakan batuan atau tanah

lunak akan lebih rentan terhadap dampak gempa dibandingkan wilayah Jakarta

bagian selatan.

Berdasarkan peta kawasan rawan bencana gempa bumi Jawa bagian barat,

potensi gempa bumi di wilayah DKI Jakarta termasuk kategori tingkat menengah

sampai rendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri telah menyusun peta

zonasi gempa Level I – Level II, yaitu sampai dengan peta kondisi kerentanan

batuan/tanah dan respon gempa berdasarkan data sekunder.

2.4.4 Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)

Di samping bencana banjir, kebakaran dan gempa, di Jakarta juga terdapat

potensi bencana yang cukup serius, yaitu penurunan permukaan tanah

(landsubsidence). Secara umum laju penurunan tanah yang terdeteksi adalah

sekitar 1 sampai 15 centimeter per tahun, bervariasi secara spasial maupun

Page 9: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 8

temporal. Beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan tanah yaitu pengambilan

air tanah yang berlebihan, penurunan karena beban konstruksi bangunan

(settlement), penurunan karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-lapisan

tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik. (Murdohardono and Sudarsono,

1998; Rismianto and Mak, 1993; Harsolumakso, 2001; Hutasoit, 2001).

2.5 Potensi Pengembangan Kota Jakarta

Penetapan Jakarta sebagai ibukota negara tentunya memiliki beberapa

pertimbangan. Terlepas dari wilayahnya yang rawan akan bencana baik, ternyata

letaknya juga sangat potensial untuk pengembangan wilayah.

2.5.1 Pengembangan Wilayah

Jakarta merupakan wilayah yang sangat strategis baik dalam lingkup

nasional, regional, maupun internasional. Oleh karena itulah, dalam pengembangan

wilayah memperhatikan lingkungan strategis sekitarnya. Dalam pengembangan

wilayah, rencana struktur ruang DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran

dari struktur ruang kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur.

Gambar 2.5.1 Peta Pusat Kegiatan Provinsi DKI Jakarta

Page 10: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 9

Sejalan dengan hal tersebut, maka perencanaan struktur ruang telah

memperhatikan berbagai aspek lingkungan strategis yang diduga akan

mempengaruhi perkembangan kota Jakarta secara keseluruhan. Rencana struktur

ruang yang dikembangkan di DKI Jakarta meliputi empat struktur ruang, yaitu sistem

pusat kegiatan, sistem dan jaringan transportasi, sistem prasarana sumber daya air,

dan sistem dan jaringan utilitas perkotaan.

Sistem pusat kegiatan terdiri dari sistem pusat kegiatan primer dan sekunder.

Sistem dan jaringan trasnportasi terdiri dari sistem dan jaringan transportasi darat,

transportasi laut dan transportasi udara. Selanjutnya sistem prasarana sumber daya

air terdiri dari sistem konservasi sumber daya air, sistem pendayagunaan sumber

daya air, dan sistem pengendalian daya rusak air.

Sedangkan sistem dan jaringan utilitas perkotaan terdiri atas sistem dan

jaringan air bersih, sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah, sistem

prasarana dan sarana pengelolaan sampah, sistem dan jaringan energi, serta

sistem dan jaringan telekomunikasi. Pusat kegiatan di Provinsi DKI Jakarta terlihat

pada peta berikut.

2.5.2 Penggunaan Lahan

Dalam beberapa dekade terakhir perkembangan fisik wilayah DKI Jakarta

ditandai oleh semakin luasnya lahan terbangun. Perkembangan lahan terbangun

berlangsung dengan pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktifitasnya.

Kecenderungan tersebut mengindikasikan bahwasanya ketersediaan lahan menjadi

permasalahan yang penting bagi pembangunan Provinsi DKI Jakarta.

Pembangunan fisik di Jakarta terus mengalami perkembangan yang cukup

signifikan. Hal ini ditandai oleh pembangunan gedung perkantoran, sarana ekonomi

dan sosial serta infrastruktur kota lainnya. Semua ini merupakan konsekuensi logis

dari semakin majunya pembangunan dan perekonomian Jakarta. Gambaran

penggunaan lahan di DKI Jakarta dapat dilihat pada gambar berikut.

Peruntukan lahan untuk perumahan menduduki proporsi terbesar, yaitu 48,41

persen dari luas daratan utama DKI Jakarta. Sedangkan yang diperuntukkan

bangunan industri , perkantoran dan perdagangan hanya mencapai 15,68 persen.

Page 11: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 10

Gambar 2.5.2 Peta Penggunaan Lahan Eksisting

Provinsi DKI Jakarta

Page 12: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kota Jakarta terletak pada daerah muara sungai sehingga terdapat beberapa

daerah yang berada pada ketinggain di bawah permukaan laut. Kondisi ini

menyebabkan Kota Jakarta terutama di bagian utara (berbatasan Laut Jawa) rawan

bencana banjir dan keadaannya terpengaruh oleh pasang surut air laut. Bencana

lain yang berpotensi terjadi di Jakarta adalah kebakaran akibat pemukiman padat

dan penurunan muka tanah (land subsidence). Penurunan ini terjadi akibat

beberapa faktor seperti pengambilan besar-besaran air tanah, beban konstruksi

bangunan, konsolidasi alami material tanah maupun akibat proses tektonik.

Secara geologi, wilayah Jakarta merupakan dataran alluvial (endapan hasil

pengangkutan aliran sungai). Endapan hasil aliran sungai tersebut terdiri atas

batupasir, batulempung, lanau dan kerikil. Sedangkan dari aspek geomorfologi,

dataran Jakarta digolongkan ke dalam dataran aluvial pantai dan sungai. Proses

geomorfologi yang dominan adalah sedimentasi. Terdapat tiga belas sungai utama

yang mengalir di Jakarta dan dua kanal besar.

Dari segi keteknikan, Kota Jakarta bagian selatan yang tersusun oleh aluvium

volkanik pada umumnya mempunyai sifat keteknikan tanah yang lebih baik

dibanding tanah aluvium yang ada di Jakarta bagian utara. Kondisi ini menjadikan

pembangunan infrastruktur pada daerah selatan Jakarta menjadi lebih mudah.

Pada aspek pengembangan wilayah, rencana struktur ruang yang

dikembangkan di Kota Jakarta meliputi empat struktur ruang yang meliputi sistem

pusat kegiatan, sistem dan jaringan transportasi, sistem prasarana sumber daya air,

serta sistem dan jaringan utilitas perkotaan.

3.2 Saran

Pengembangan wilayah Kota Jakarta harus mempertimbangkan berbagai

aspek terutama yang berkaitan dengan keteknikan seperti kondisi lahan/tanah,

kondisi air tanah dan tingkat keamanan terhadap bencana. Karakterisik tanah yang

belum terkonsolidasi secara sempurna dapat menghambat pembangunan.

Page 13: Makalah Geologi Teknik DKI Jakarta

Karakterisitik Geologi dan Potensi Bencana Wilayah DKI Jakarta Page 12

DAFTAR PUSTAKA

www.ppejawa.com/12_dki_jakarta.html

http://www.iagi.or.id/paper/aplikasi-geologi-teknik

rpjmd.bappedajakarta.go.id/wp.../02/Bab-2-Gambaran-Umum-11.pdf

http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%205%20no.%201%20thn

%202010/5.%20Buletin_I%20nyoman%20Astawa_1.pdf

http://www.dephut.go.id/uploads/files/caab39cf305142d2390aae45634c0a4e.pdf

http://dayer.itgo.com/peta.htm

https://www.fig.net/pub/vietnam/papers/ts06f/ts06f_abidin_etal_3491.pdf

http://esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/3939-workshop-geologi-teknik--

aspek-geologi-teknik-dalam-pembangunan-di-dki-jakarta.html

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-jou-2001-

agus-1381-struktur


Top Related