Download - makalah-evapotranspirasi
Makalah Agrohidrologi
EVAPORASI
Oleh :
MUHAMMAD NAUFAL1405108010060
LABORATORIUM FISIKA DASARFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM-BANDA ACEH
2015
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses fotosintesis pada permukaan daun (tajuk). Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian hidrometeorologi.
RelevansiDengan mempelajari proses terjadinya, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap evapotranspirasi, mahasiswa dapat melakukan analisis neraca air suatu kawasan hutan melalui pendekatan dari model-model penghitungan evapotranspirasi yang ada. Dengan menguasai metode ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengelolaan hutan dengan mendasarkan pada hasil neraca airnya.
Tujuan Instruksional KhususSetelah mempelajari bagian ini, mahasiswa dapat melakukan pengukuran
dan analisis evapotranspirasi melalui pendekatan model-model neraca air. Harapannya mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi suatu kawasan hutan melalui pendekatan neraca air kawasannya.
Pengertian dan Faktor EvapotranspirasiPeristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah
dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi.Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan, 1977) :
1. Faktor-faktor meteorologia. Radiasi Mataharib. Suhu udara dan permukaanc. Kelembaband. Angine. Tekanan Barometer2. Faktor-faktor Geografia. Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)b. Jeluk tubuh airc. Ukuran dan bentuk permukaan air3. Faktor-faktor lainnyaa. Kandungan lengas tanahb. Karakteristik kapiler tanahc. Jeluk muka air tanahd. Warna tanahe. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasif. Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain)
Model-model Analisis EvapotranspirasiPerkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian
hidrometeoro-logi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala. Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi. Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.
Pada daerah-daerah yang kering besarnya evapotranspirasi sangat tergantung pada besarnya hujan yang terjadi dan evapotranspirasi yang terjadi pada saat itu disebut evapotranspirasi aktual.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut pada PET.
KEBUTUHAN AIR (WATER REQUIREMENT)
Kebutuhan air di sini adalah suatu gambaran besarnya kebutuhan air untuk keperluan tumbuhnya tanaman sampai tanaman (padi) itu siap panen. Kebutuhan air ini harus dipertimbangkan terhadap jenis tanaman, keadaan medan tanah, sifat-sifat tanah, cara pemberian air, pengolahan tanah, iklim, waktu tanam (pola tanaman), kandungan air tanah, efisiensi irigasi, curah hujan efektif, koefisien tanaman bulanan, pemakaian air konsumtif, perkolasi, kebutuhan air untuk tanaman, dan kebutuhan air di sawah.
KETERSEDIAAN AIR (WATER AVAILABILITY)
Ketersediaan air adalah berapa besar cadangan air yang tersedia untuk keperluan irigasi. Ketersediaan air ini biasanya terdapat pada air permukaan seperti sungai, danau, dan rawa-rawa, serta sumber air di bawah permukaan tanah. Pada prinsipnya perhitungan ketersediaan air ini bersumber dari banyaknya curah hujan, atau dengan perkataan lain hujan yang jatuh pada daerah tangkapan hujan (catchment area/ watershed) sebagian akan hilang menjadi evapotranspirasi, sebagian lagi menjadi limpasan langsung (direct run off), sebagian yang lain akan masuk sebagai infiltrasi. Infiltrasi ini akan menjenuhkan tanah atas (top soil), kemudian menjadi perkolasi ke ground water yang akan keluar menjadi base flow Di samping data meteorologi, dibutuhkan pula data cahaya permukaan (exposed surface), dan data kelembaban tanah (soil moisture). Untuk rumus run off adalah Run off = base flow + direct run off.
EVAPOTRANSPIRASI.
Evapotranspirasi adalah penguapan total baik dari permukaan air, daratan, maupun dari tumbuh-tumbuhan. Banyak faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi ini antara lain: suhu udara, kembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, ketinggian lokasi proyek, dan lain sebagainya. Di dalam perencanaan irigasi, penilaian jumlah air yang dibutuhkan untuk suatu areal tidak memisahkan antara evaporasi dan transpirasi. Istilah yang digunakan adalah ET, dan merupakan kombinasi antara evaporasi dan transpirasi. Oleh karena air yang digunakan oleh tanaman untuk proses metabolisme hanya sedikit atau kurang dari 1%, nilai tersebut diabaikan (Sudjarwadi, 1990). Evapotranspirasi atau ET merupakan penguapan total dari permukaan air, permukaan tanah, dan dari tumbuh-tumbuhan. Untuk menentukan besarnya kebutuhan air bagi tanaman secara teliti pada umumnya terbentur pada kesukaran untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti di lapangan. Metode perhitungan untuk menentukan kebutuhan air bagi tanaman yang berdasarkan rumus-rumus pendekatan seringkali dipakai. Rumus-rumus pendekatan umumnya berupa rumus-rumus empiris yang dikembangkan berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. Rumus-rumus tersebut antara lain: Blaney Criddle, Hergreaves, Penman, Penman Modifikasi, Penman Mounteith, Radiasi, Panci Evaporasi, Thornthwaite, Wickman, IRRI, Lowry Johnson, Christiansen, dan lain-lainnya. Di dalam kajian ini, penulis mencoba membahas mengenai perbandingan pemakaian rumus Blaney Criddle, Hargreaves, dan Penman Modifikasi terhadap luas daerah irigasi yang dapat diairi dari ketiga metode tersebut.
PRESIPITASI
Dalam meteorologi, presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut (terpresipitasi). Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau penambahan uap air. Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, sleet, and hujan es. Virga adalah presipitasi yang pada mulanya jatuh ke bumi tetapi menguap sebelum mencapai permukaannya. Presipitasi adalah salah satu komponen utama dalam siklus air, dan merupakan sumber utama air tawar di planet ini.Diperkirakan sekitar 505,000 km³ air jatuh sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398,000 km³ diantaranya jatuh di larutan. Bila didasarkan pada luasan permukaan bumi, presipitasi tahunan global adalah sekitar 1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata di atas lautan sekitar 1.1 m.
Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah, permukaan air, serta tanaman menguap keudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari dan lain-lain yang berhubungan satu dengan yang lainnya.
Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air (liqui/solid) dipermukaan
menjadi molekul uap air (gas) diatmosfir melalui kekuatan panas.Evaporasi dapat
terjadi pada sungai, danau, laut, reservoir (permukaan air bebas), serta permukaan
tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi yakni Radiasi
matahari, Angin , kelembaban, suhu (temperatur).
Semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya, dan
masing-masing tanaman berbeda kebutuhannya. Hanya sebagian kecil air yang
tinggal didalam tubuh tumbuh-tumbuhan, sebagian dari padanya setelah diserap
oleh akar-akar dan dahan-dahan akan ditranspirasikan lewat bagian tubuh tumbuh-
tumbuhan yang berdaun.
Dalam kondisi lapangan tidaklah mungkin untuk membedakan antara
evaporasi dan transpirasi jika tanahnya tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. Kedua
proses tersebut (evaporasi dan transpirasi) saling berkaitan sehingga dinamakan
evapotranspirasi. Evaporasi yang terjadi, apabila tersedia cukup air untuk
memenuhi pertumbuhan optimum disebut dengan evaporasi potensial (potensial
evapotranspiration). PET ini sangat penting dalam kebutuhan air untuk irigasi.
Jumlah kadar air yang hilang dari tanah oleh evapotranspirasi tergantung pada :
a. Adanya persediaan air yang cukup (hujan dan lain-lain)
b. Faktor-faktor iklim, seperti suhu, kelembaban dan lain-lain
c. Jenis dan kultivasi tumbuhan-tumbuhan tersebut
Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur
untuk mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah
hujan dan air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur evaporasi yang paling
banyak digunakan sekarang adalah Panci kelas A. Evaporasi yang diukur dengan
panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembaban udara, suhu
udara dan besarnya angin pada tempat pengukuran.
Ada dua macam peralatan pengukur tinggi muka air dalam panci. Pertama
alat ukur micrometer pancing dan yang kedua alat ukur ujung paku yang dipasang
tetap (fixed point). Kesalahan yang besar dari pengukuran evaporasi terletak pada
tinggi air dalam panci. Oleh sebab itu muka air selamanya harus dikembalikan
pada tinggi semula yaitu 5 cm di bawah bibir panci. Makin rendah muka air dalam
panci, makin rendah pula terjadinya penguapan. Kejernihan air dalam panci perlu
diperhatikan. Air yang keruh, evaporasi yang terukur akan rendah pula. Usahakan
air jangan sampai berlumut. Tinggi air diukur dengan satuan mm.
Alat ukur mikrometer mampu mengukur dalam mm dengan ketelitian
seperti seratus mm. Ketelitian pengukuran itu diperlukan karena tinggi yang
diukur tidak sama besar meliputi 5 sampai 8 mm.
Pada musim penghujan nilainya kecil sedangkan pada musim kemarau
besar. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam ketika pagi hari. Pengamat yang
setiap hari mengukur evaporasi harus mempunyai keterampilan dan kejelian
melihat batas air yang diukur.
Alat perlengkapannya adalah tabung peredam, termometer maksimum-
minimum permukaan air yang tertampung, termometer maksimum-minimum di
permukaan panci dan anemometer cup counter setinggi 30 cm di atas tanah.
Sekeliling panci harus ditumbuhi rumput pendek. Permukaan tanah yang terbuka
atau gundul menyebabkan evaporasi yang terukur tinggi (efek oase). Pasanglah
alat pada tempat yang terbuka tidak terhalang oleh benda-benda lain dan berada di
tengah-tengah lapang rumput dari stasiun klimatologi.