Download - MAKALAH ETIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah yang saat ini yang sudah dianggap biasa karena mengikuti
perkembangan zaman dan karena dampak dari globalisasi yang negatif,
berdampak juga pada cara berpakaian masyarakat terutama anak remaja yang
sudah mulai melanggar etika berpakaian dalam kehidupan sehari-hari . Hal ini
tidak terlepas dari perilaku teman-teman sebaya mereka yang tidak ingin
dikatakan ketinggalan zaman, dank arena kurangnya pengawasan orang tua
terhadap hal berpakaian yang sopan.
Etika berpakaian adalah merupakan suatu hal yang dapat mncerminkan
seseorang dalam karakter atau kepribadian yang dimiliki oleh orang tersebut.
Etika berpakaian salah satunya merupakan etika yang sangat mendominasi dalam
kehidupan sehari-hari dalam pergaulan dan berinteraksi dengan masyarakat.
Etika berpusana pada zaman sekarang banyak dilanggar oleh masyarakat
terutama kalangan anak remaja, tanpa disadari oleh anak remaja atau mereka
yang telah melanggar etika dalam berpakaian dengan alasan mengikuti mode
atau perkembangan zaman yang semakin moderen. Etika berpakaian
kelihatannya sangatlah sepele akan tetapi jika kita renungkan sangatlah besar
pengaruhnya bagi tiap individu.
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan
keunikannya. Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu
pulau. Masing-masing suku bangsa memiliki keanekaragaman budaya tersendiri.
Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Pada
kondisi saat ini kebudayaan mulai ditinggalkan, bahkan sebagian masyarakat
Indonesia malu akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini
1
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-
lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar dan karakter mayarakat
Indonesia yang suka meniru.
Generasi muda termasuk mahasiswa di dalamnya, baik disadari atau tidak
memegang amanah dalam menjaga citra nama Bangsa yang menganut adat
budaya timur. Dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia tersebut banyak cara
yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan batasan-batasan yang ada.
Perkembangan zaman era Globalisasi sekarang ini amatlah pesatnya sehingga
membuat kita sering takjub dengan segala penemuan-penemuan baru disegala
bidang. Penemuan-penemuan baru yang lebih banyak didominasi oleh negara-
negara Barat tersebut dapat kita simak dan saksikan melalui layar televisi, koran,
Internet dan sebagainya yang sering membuat kita geleng-geleng kepala sebagai
orang Indonesia yang hanya bisa menikmati dan memakai penemuan orang-
orang Barat tersebut. Penemuan-penemuan baru tersebut merupakan sisi positif
yang dapat kita ambil dari negara-negara Barat itu sedangkan di negara-negara
Barat itu sendiri makin maju dan modern diiringi pula dengan bebasnya mereka
dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
suatu kebiasaan yang membudaya.
Kebiasaan-kebiasaan orang Barat yang telah membudaya tersebut hampir
dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik dan cetak yang
celakanya kebudayaan orang-orang Barat tersebut yang sifatnya negatif dan
cenderung merusak serta melanggar norma-norma ke timuran kita sehingga
ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang
menginginkan kebebasan seperti orang-rang Barat. Kebudayan-kebudayaan
Barat tersebut dapat kita mulai dari gaya berpakaian salah satunya.
2
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Siswa dapat mengetahui etika dalam berpakaian dengan sopan dan baik.
Tujuan Khusus :
1. Siswa dapat mengerti fungsi utama pakaian bagi dirinya.
2. Siswa dapat menerapkan cara berpakaian yang baik dan sopan pada dirinya .
3. Siswa dapat mengikuti perkembangan zaman dalam berpakaian tanpa
menyampingkan etika dalam berpakaian yang baik dilingkungan masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Etika Berpakaian
1. Pengertian Etika Berpakaian
Pengertian Etika, dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara
hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat
agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita.
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika
biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari
bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti
juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan
yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika
dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih
menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik
4
(su). Dan yang kedua adalah akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti
ilmu akhlak.
Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat
berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk
melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan,
ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-
jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang
memiliki ciri khas masing-masing. Pakaian juga meningkatkan keamanan
selama kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan memberikan
penghalang antara kulit dan lingkungan. Pakaian juga memberikan
penghalang higienis, menjaga toksin dari badan dan membatasi penularan
kuman.
Etika berpakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Dalam arti luas pakaian merupakan segala sesuatu yang melekat pada diri
seseorang mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seseorang dikatakan
berbusana dengan baik bila mengenakan pakaian yang serasi dengan
perlengkapan yang dikenakannya dan sesuai pula dengan kesempatan dan
waktu pemakaian.
Etika berpakaian berkaitan dengan syarat kesopanan bagi masyarakat
yang beradab ialah untuk memenuhi rasa kesusilaan. Hal ini didukung oleh
adanya agama, adat istiadat, dan tata pergaulan, oleh karena itu dalam
memilih pakaian selain mengikuti mode harus mempertimbangkan norma
yang ada dimasyarakat. Berpakaian menciptakan gambaran tentang siapa diri
anda, tentang karakter anda, apalagi ketika orang lain masih miliki informasi
yang minim tentang diri anda.
5
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam etika berpakaian:
1. Menutup aurat bagian tubuh.
Selalu menutup bagian tubuh ini karena jika tidak ditutup dapat
memunculkan rangsangan kepada kaum laki – laki yang melihatnya.
2. Sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi lingkungan.
Jika ingin sekolah gunakanlah pakaian seragam sekolah, bukan pakaian
untuk tidur (piyama), renang, kerja, dan lain-lain. Apabila suhu di luar
rumah sangat dingin, gunakanlah jaket yang tebal, bukan memakai
pakaian tipis.
3. Tampak rapi, bersih, sehat, dan ukurannya pas.
Pakaian yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika
rapi dan jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan. Pakaian yang
kotor merupakan sarang penyakit bagi kita diri sendiri maupun kepada
orang lain yang ada di sekitarnya.
4. Tidak mengganggu orang lain.
Pakailah baju yang biasa saja tidak mengganggu akivitas maupun
kenyamanan orang lain. Contoh : menggunakan gaun wanita dengan ekor
puluhan meter sangat tidak pantas jika kita gunakan di tempat seperti di
bus umum.
5. Tidak melanggar hukum negara dan hukum agama.
Sebelum memakai pakaian ada baiknya kita mengingat hukum di dalam
maupun di luar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan
dengan adat istiadat, hukum budaya yang berlaku di tempat tersebut.
Dimana bumi di pijak, di situ langit di junjung.
6
2. CaraBerpakaian
a. Berbusana pada saat tidur:
Pakaian yang longgar
Tidak mengganggu gerak tubuh
Tidak cocok untuk dipakai diluar rumah
Contoh : piyama, daster, babydoll
b. Berbusana pada saat kerja : di sesuaikan pada kondisi tempat instansi
kerja.
c. Berbusana pada saat rekreasi,piknik, jalan jalan : model yang santai dan
praktis. Contoh : T-Shirt, jeans rok dan sebagainya.
d. Berbusana pada saat menjenguk orang sakit, melayat, pergi ke
pemakaman :
Pilihlah busana bewarna agak gelap (hitam,abu – abu,biru tua, putih)
Model busana tidak menampilkan kemewahan
3. Fungsi Pakaian
Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga
pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas busana menyediakan
perlindungan dari terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya,
sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal umumnya lebih penting.
Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat. Pakaian
bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk
hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta dari matahari.
Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau
olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai sebagai perlindungan dari bahaya
lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata, dan
7
kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya, pakaian dapat melindungi lingkungan
dari pemakai pakaian, seperti memakai masker.
4. Aspek budaya
Dalam kebanyakan budaya, perbedaan pakaian antara kedua jenis
kelamin dianggap pantas untuk laki-laki dan perempuan. Perbedaan dalam
gaya, warna dan kain.
Dalam masyarakat Barat, rok, gaun dan sepatu hak tinggi biasanya
dilihat sebagai pakaian perempuan, sementara dasi biasanya dilihat sebagai
pakaian pria. Celana pernah dilihat sebagai pakaian khusus laki-laki, tetapi
saat ini dikenakan oleh kedua jenis kelamin. Pakaian pria kadang-kadang
lebih praktis dari pada pakaian perempuan (yaitu, mereka dapat berfungsi
dengan baik dalam berbagai macam situasi), tetapi pakaian wanita kadang-
kadang lebih luas dalam hal model dari pada pakaian pria. Pria biasanya
diperbolehkan untuk bertelanjang dada dalam berbagai tempat umum, seperti
di kolam berenang. Biasanya wanita diperbolehkan memakai pakaian pria.
Namun sebaliknya, pria yang memakai pakaian wanita seringkali dianggap
aneh.
Dalam beberapa budaya, hukum mengatur apa yang pria dan wanita
diharuskan memakai. Agama Islam memerlukan perempuan untuk memakai
bentuk-bentuk yang lebih sederhana dari pakaian, biasanya jilbab. Apa yang
memenuhi syarat sebagai sederhana bervariasi dalam masyarakat yang
berbeda, namun, wanita biasanya diperlukan untuk menutup tubuh mereka
lebih banyak dari laki-laki. Pria kadang-kadang dapat memilih untuk memakai
rok pria seperti togas atau kilt, terutama pada acara-acara seremonial. pakaian
seperti itu (di masa sebelumnya) sering dipakai sebagai pakaian sehari-hari
normal dengan laki-laki. Dibandingkan dengan pakaian pria, pakaian wanita
cenderung menarik, sering dimaksudkan untuk memperlihatkan kepada laki-
8
laki. Di negara-negara industri modern, perempuan lebih cenderung memakai
rias wajah, perhiasan, dan pakaian berwarna-warni, sedangkan di sangat
tradisional budaya perempuan dilindungi dari tatapan pria dengan pakaian
sederhana.
5. Status Sosial
Di sebagian masyarakat, pakaian dapat digunakan untuk menunjukkan
peringkat atau status. Di Roma kuno, misalnya, hanya para senator yang
diizinkan untuk memakai pakaian yang dicelup dengan warna ungu Tyrian. Di
Cina, sebelum pembentukan republik, hanya kaisar bisa memakai pakaian
berwarna kuning. Dalam masyarakat tanpa hukum ini, yang mencakup
sebagian besar masyarakat modern, status sosial bukan ditandai dengan
pembelian barang langka atau mewah yang dibatasi oleh biaya kepada mereka
dengan kekayaan atau status.
6. Agama
Pakaian Agama mungkin dianggap sebagai pakaian spesial. Pakaian
agama terkadang dipakai hanya selama kinerja upacara keagamaan. Namun,
juga dapat dipakai sehari-hari sebagai penanda status agama khusus.
B. Etika Berpakaian dalam Lingkungan Kampus
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia berpakaian.
Membicarakan tentang etika berpakaian dalam dunia perkuliahan, kita pernah
melihat mahasiswi yang menggunakan pakaian yang sepertinya kurang pantas ia
kenakan dalam lingkungan kampus. Dimana kala itu ia mengenakan rok pendek
dengan stocking hitam tipis, memakai make-up yang berlebihan, dan bertutur kata
agak kurang baik. Bukan ingin menghakimi orang lain hanya karena saya
9
berpakaian yang biasa saja ke kampus, tetapi dengan melihat seseorang
berpakaian seperti itu kami sebagai mahasiswi/mahasiswa merasa prihatin.
1. Berpakaian yang baik dalam lingkungan kampus dapat kita lakukan
seperti :
a. Berpakaian yang sopan
Sebaiknya dalam lingkungan kampus berpakaianlah yang
sopan. Tidak harus mengenakan kemeja dan rok seperti saat
praktikum, tetapi pakaian yang tidak terbuka (memamerkan bagian
tubuh yang sensitif) dan tidak transparan (tipis). Jika ke kampus juga
sebaiknya tidak menmakai sendal jepit. Karena tujuan kita adalah
menimba ilmu, bukan untuk jalan-jalan seperti ke mall atau tempat
rekreasi.
b. Berpakaian yang bersih dan rapi
Mengenakan pakaian yang bersih dan rapi serta cocok untuk
ukuran kita tentu saja akan menciptakan kenyamanan. Baju yang telah
dicuci akan terlihat enak dilihat saat dikenakan ketika sudah disetrika.
Tidak setelah kering dan belum disetrika langsung dipakai.
c. Tidak melanggar peraturan
Ke kampus tidak perlu mengenakan pakaian yang ingin
dianggap beda dengan yang lain. Dilihat dari peraturan kampus juga,
apakah kampus tersebut mewajibkan mahasiswa/i nya mengenakan
kemeja atau tidak.
d. Tidak mengganggu orang lain
Maksudnya adalah kenakan pakaian yang tidak mengganggu
pemandangan. Karena pakaian yang kita kenakan minim atau nampak
terlihat seksi dimata orang lain akan mengundang orang lain untuk
melakukan tindak kejahatan.
10
e. Berpakaian dengan aksesori
Boleh saja ke kampus mengenakan aksesori untuk
mempercantik diri, tetapi disesuaikan juga dengan kebutuhan dan
tempat. Kita tidak perlu mengenakan barang yang bermerek dan
mahal. Apalagi jika mengenakan perhiasan yang mencolok.
f. Make-up
Ini sudah bukan suatu hal yang asing. Make-up. Jika tidak
make-up akan terlihat pucat. Ya, mungkin memang hal itu benar
adanya. Tetapi pakailah make-up yang tidak menor (bahasa anak
muda). Tidak perlu dengan pulasan eye shadow atau blush on yang
sangat terlihat jelas. Dengan sedikit bedak dan lipgloss atau lipbalm
saja sepertinya cukup.
2. Cara untuk mendapatkan citra berpakaian yang baik dapat dilakukan
upaya sebagai berikut:
a. Memakai pakaian dengan ukuran yang pas.
b. Usahakan pakaian rapi dan tidak kedodoran.
c. Usahakan model pakaian yang sopan (pakaian atasan menutup bagaian
atas sampai ke pinggang, berkerah, lengan tertutup sampai ke bahu,
pakaian bagian bawah harus longgar, menutup bagian tubuh sampai ke
pinggang, dan semuanya baik atasan maupun bawahan longgar)
C. Pakaian dan Kehidupan Sosial di Indonesia
Pakaian merupakan ekspresi tentang gaya hidup dan mencerminkan
perbedaan status sosial. Cara seseorang memilih pakaian dapat mencerminkan
status, martabat, hirarki, gender, dan agama, yang mengandung makna simbolik.
Barangkali ungkapan klasik tentang “kehormatan diri terletak pada kata-kata dan
11
kehormatan raga terletak pada pakaian”, sangat tepat menggambarkan masalah
ini.
Pakaian bukan sekadar menandai perbedaan dan kesamaan di dalam
masyarakat, tapi juga media untuk mengekspresikan sikap tertentu terhadap
pengaruh-pengaruh kebudayaan dan politik asing. Sejarah pakaian adalah sejarah
tentang perebutan panggung publik kekuasaan, pandangan sosial, politik,
ideologi, dan bahkan agama. Semua hal ini melekat-erat dalam pakaian baju,
celana, sepatu, topi, dompet, ikat pinggang, dan lainnya. Sadar atau tidak, pakaian
telah membentuk citra diri dan identitas setiap orang yang membedakan dengan
“yang lain”.
Pakaian laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan karena jika
dipandang secara psikologis dapat dilihat bahwa laki-laki dan perempuan itu
berbeda. Perempuan cenderung tidak tertarik secara visual, sedangkan laki-laki
sangat mudah tertarik secara visual. Karena itu dalam hal ini banyak perempuan
yang tidak bisa mengerti kalau penampilannya akan sangat mempengaruhi laki-
laki di sekitarnya secara psikologis. Wajar sekali kalau bagi perempuan dalam
urusan ini banyak yang akan mengatakan, “itu suatu kewajaran hanya pikiran
orang yang melihatnya saja, perempuan seperti ini sebenarnya tidak mempunyai
tujuan menggoda laki-laki” sedangkan bagi laki-laki, perempuan sexy tersebut
menggoda bahkan kadang kala merangsang laki-laki. Memang betul bahwa
banyak laki-laki mempunyai pikiran kotor bahkan sebelum melihat si sexy, tetapi
tanpa ada pikiran tersebut pun penampilan perempuan yang terlalu terbuka tidak
bisa dipastikan mengganggu para laki-laki. Sekali lagi itu terjadi karena natur
laki-laki yang mudah tertarik secara visual. Perempuan tidak bisa begitu saja
menyalahkan laki-laki akan ketertarikan atau keterangsangan laki-laki kepada
perempuan yang berpakaian minim tersebut. Sebaliknya, laki-laki juga tidak bisa
begitu saja menyalahkan penampilan perempuan yang agak terbuka tersebut.
Mereka mengenakan pakaian tersebut karena berbagai alasan, misalnya :
12
1. Tuntutan sosial zaman.
Orang abad 19 akan menganggap kita yang mengenakan pakaian
kemeja plus rok tertutup selutut sebagai perempuan murahan karena zaman
mereka orang memang selalu menggunakan pakaian tertutup yang melebihi
sekarang. Zaman terus berubah, apa yang dulu dibilang terlalu terbuka makin
lama makin biasa dan tidak lagi terasa salah. Ukuran mengenai sopan tidak
sopannya pakaian berubah menurut masa dan relatif berbeda-beda tiap
pribadi. Selain itu, sekalipun itu tidak boleh mengikuti mentah-mentah
perkembangan trend mode pakaian, namun secara sosial trend mode pakaian
ini tidak bisa begitu saja disingkirkan, atau perkembangan psikologi dari
perempuan tersebut bisa terganggu. (http://asksophia.wordpress.com/2008/03/31/masalah-pakaian sexy-)
2. Tuntutan Para Laki-laki.
Para pria lebih tertarik kepada perempuan sexy sehingga wanita sexy
relatif lebih mudah mendapatkan pasangan daripada perempuan
berpenampilan tertutup. Jadi wajar saja para perempuan akhirnya juga secara
tidak langsung terpaksa mengikuti tuntutan tersebut. Demikian juga banyak
laki-laki yang menuntut pasangannya untuk berpenampilan menarik di depan
banyak orang.Jadi ini adalah kesalahan para laki-laki sendiri juga.(http://asksophia.wordpress.com/2008/03/31/masalah-pakaian-sexy- )
D. Pengaruh Perkembangan di Masa Globalisasi
Semakin pesatnya perkembangan zaman, dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan berpengaruh juga terhadap perkembangan dalam hal berpakaian.
Munculnya model pakaian baru maupun lama membuat orang mulia tertarik serta
tergiur dengan model berpakian tersebut. Akan tetapi tanpa disadari munculnya
model-model baju yang baru maupun yang lama sangat berpengaruh, terutama
dalam hal etika berpakaian yang terkadang mulai terabaikan oleh masyarakat,
terutama kalangan remaja yang tidak ingin merasa ketinggalan zaman terutama
dalam hal berpakaian yang selau aktual.
13
1. Mulai Bergesernya Nilai-nilai Budaya Timur
Pengaruh budaya Barat cukup berpengaruh dalam hal berpakaian,
apalagi jika melihat para selebriti dunia. Banyak masyarakat budaya Timur
yang mengidolakan para selebriti yang berasal dari budaya Barat, karena
melihat para idolanya yang mereka kagumi sehingga banyak dari mereka
yang tanpa disadari mengikuti gaya cara berpakaian idolanya tersebut. Akan
tetapi mereka lupa akan asal budaya mereka. Bergesernya nilai-nilai budaya
Timur karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
Tidak adanya filter atau penyaring dalam tiap individu dalam hal
berpakaian.
Tidak ingin dikatakan ketinggalan model baru dalam berpakaian tanpa
adanya perenungan terlebih dahulu apakah model tersebut sopan atau
tidak jika dipakai.
Kurangnya rasa memiliki budaya Timur dalam hal berpakaian yang
sopan.
Tidak adanya teguran dari orang tua ataupun orang terdekat dalam
tatacara etika berpakaian.
Adanya gengsi yang tinggi jika tidak berpakaian seperti anak remaja
yang selalu actual dalam hal berpakaian.
2. Dampak Terhadap Masuknya Budaya Asing
Budaya asing yang masuk ke indonesia berdampak sangat buruk
dengan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa indonesia, karena
indonesia dengan mudah meniru budaya, perilaku, cara bergaul, dan
berpakaian sangat tidak sesuai dengan budaya indonesia. Dampak negatif
yang terlihat jelas pada indonesia diantaranya goncangan budaya atau sering
disebut dengan culture shock, ini terjadi karena adanya anggota masyarakat
yang tidak siap menerima perubahan-perubahan akibat budaya asing yang
14
masuk, misalnya adanya penggusuran karena ada pembangunan gedung atau
bangunan, sukarnya mencari lahan tempat tinggal maka hal ini membuat
mereka frustasi dalam menghadapi biaya hidup yang semakin besar akhirnya
mereka pun melakukan perilaku menyimpang. Selain itu akan terjadinya
pergeseran nilai budaya indonesia yag menimbulkan kebimbangan, karena
masuknya usur-unsur budaya asing yang sangat cepat dan pesat
mengakibatkan perubahan sosial yang berkesinambungan, akibatnya
masyarakat yang mengalami kebimbangan, dimana mereka tidak mempunyai
pegangan menyebabkan anggota masyarakat tidak mampu mengukur
tindakannya. Kebimbangan yang dialami masyarakat dapat mendorong
perbuatan menyimpang seperti pergaulan bebas, munculnya sifat
konsumerisme. Selain dampak negatif terdapat juga dampak positif
diantaranya tumbuhnya indonesia menjadi negara berkembang dan maju serta
pembangunan yang semakin pesat terjadi di kota-kota besar, perekonomian
indonesia semakin maju dan berkembang.
3. Tantangan Masuknya Budaya Asing dalam Etika Berpakaian di
Masyarakat
Masuknya unsur-unsur asing yang diadopsi oleh masyarakat indonesia
dianggap dapat mengancam nilai-nilai, tatanan hidup, gaya hidup, sikap, dan
dan pikiran, hal ini merupakan salah satu akibat dari adanya keterbukaan dan
hubungan dengan bangsa lain.
Adanya globalisasi dan komunikasi yang semakin terbuka, hubungan
antar bangsa semakin mudah selain berdampak positif juga berdampak
negatif. Dimana nilai-nilai sosial budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian kita ikut masuk dalam kebudayaan bangsa, akibatnya akan
mempengaruhi pola pikir, sikap hidup,cara berpakaian dan perbuatan kita.
Sejalan dengan itu, nilai-nilai sosial budaya yang belum sesuai dengan nilai
budaya bangsa indonesia juga dapat ikut diserap.
15
Menurut Bierens de Haan nilai-nilai tersebut dapat berupa sifat,
pandangan, paham, dan juga hidup yaitu, diantaranya:
a. Egois yaitu hanya mementingkan diri sendiri.
b. Matrealistis yaitu pandangan yang mengutamakan materi.
c. Sekularismeyaitu paham yang mengajarkan bahwa moralitas tidak perlu
diajarkan pada ajaran agama.
d. Ekstrimismeyaitu pikiran atau pandangan yang melampaui batas
kebiasaan atau norma-norma.
e. Chauvinisme yaitu paham yang mengagungkan bangsa sendiri dan
merendahkan bangsa orang lain. Elitisme dan eksklusifisme yaitu pikiran
atau pandangan dari seseorang yang merasa dirinya merupakan orang
atau sekelompok orang yang terpandang atau sederajat tinggi hingga
orang lain dianggap rendah.
f. Diskriminatif yaitu sifat yang suka membeda-bedakan orang dengan
orang lain.
g. Konsumtif sifat seseorang yang suka membelanjakan uangnya untuk
barang-barang yang tidak menghasilkan manfaat.
h. Glamoristik yaitu suatu sikap atau gaya hidup yang bermewah-mewahan.
BAB III
PENUTUP
16
A. KESIMPULAN
1. Etika berpakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Dalam arti
luas pakaian merupakan segala sesuatu yang melekat pada diri seseorang
mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seseorang dikatakan berbusana
dengan baik bila mengenakan pakaian yang serasi dengan perlengkapan yang
dikenakannya dan sesuai pula dengan kesempatan dan waktu pemakaian.
Berpakaian berkaitan dengan syarat kesopanan bagi masyarakat yang beradab
ialah untuk memenuhi rasa kesusilaan. Hal ini didukung oleh adanya agama,
adat istiadat, dan tata pergaulan, oleh karena itu dalam memilih pakaian
selain mengikuti mode harus mempertimbangkan norma yang ada
dimasyarakat. Berpakaian menciptakan gambaran tentang siapa diri anda,
tentang karakter anda, apalagi ketika orang lain masih miliki informasi yang
minim tentang diri anda.
2. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam etika berpakaian, yaitu :
a. Menutup aurat bagian tubuh.
Selalu menutup bagian tubuh ini karena jika tidak ditutup dapat
memunculkan rangsangan kepada kaum laki – laki yang melihatnya.
b. Sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi lingkungan.
Jika ingin sekolah gunakanlah pakaian seragam sekolah, bukan pakaian
untuk tidur (piyama), renang, kerja, dan lain-lain. Apabila suhu di luar
rumah sangat dingin, gunakanlah jaket yang tebal, bukan memakai
pakaian tipis.
c. Tampak rapi, bersih, sehat, dan ukurannya pas.
17
Pakaian yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih,
disetrika rapi dan jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan.
Pakaian yang kotor merupakan sarang penyakit bagi kita diri sendiri
maupun kepada orang lain yang ada di sekitarnya.
d. Tidak mengganggu orang lain.
Pakailah baju yang biasa saja tidak mengganggu akivitas maupun
kenyamanan orang lain. Contoh : menggunakan gaun wanita dengan
ekor puluhan meter sangat tidak pantas jika kita gunakan di tempat
seperti di bus umum.
e. Tidak melanggar hukum negara dan hukum agama.
Sebelum memakai pakaian ada baiknya kita mengingat hukum di dalam
maupun di luar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan
dengan adat istiadat, hukum budaya yang berlaku di tempat tersebut.
Dimana bumi di pijak, di situ langit di junjung.
3. Etika berpakaian juga diperhatikan dalam beberapa hal, diantaranya :
a. Cara berpakaian yang baik dan sopan
b. Fungsi pakaian
c. Aspek budaya
d. Status social
e. Agama
4. Cara untuk mendapatkan citra berpakaian yang baik dapat dilakukan upaya
sebagai berikut:
a. Memakai pakaian dengan ukuran yang pas.
b. Usahakan pakaian rapi dan tidak kedodoran.
18
c. Usahakan model pakaian yang sopan (pakaian atasan menutup bagaian
atas sampai ke pinggang, berkerah, lengan tertutup sampai ke bahu,
pakaian bagian bawah harus longgar, menutup bagian tubuh sampai ke
pinggang, dan semuanya baik atasan maupun bawahan longgar).
B. SARAN
1. Setiap individu sebaiknya mengetahui dan mengerti tentang apa yang
dimaksud dengan etika dalam berpakian, karena berpakaian menentukan juga
dalam kepribadian seseorang.
2. Setiap individu hendaknya mempunyai kesadaran diri masing-masing untuk
mengenakan pakaian yang sopan, rapih dengan melihat situasi yang ada.
3. Setiap individu hendaknya jangan terlalu tergiur dengan kata-kata mengikuti
perkembangan zaman, sebenarnya kita boleh mengikuti mode sesuai dengan
perkembangn zaman, tetapi kita harus melihat serta memfilternya terebih
dahulu, apakah model tersebut sopan atau tidak, atau pantas ataukah tidak
jika kita menggunkannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
w ww.google.pengaruhbudayaasing.com , Pukul 16 : 00, Tanggal 14 Maret 2012
w ww.google.search.westernisasi.com , Pukul 20 : 30, Tanggal 14 Maret 2012
Blog.Michael onggo.com, Pukul 21 : 00, Tanggal 15 Maret 2012
Blog. Habib Abdur Rahman.co.id, Pukul 20 : 00, Tanggal 16 Maret 2012
Www.wikipedia Indonesia.yahoo.com, Pukul 21 : 30, Tanggal 16 Maret 2012
http://asksophia.wordpress.com/2008/03/31/masalah-pakaian-sexy-, Pukul 16 : 30, Tanggal
17 Maret 2012
20