Download - MAKALAH EPTM LANSIA
MAKALAH
EPIDEMIOLOGI LANJUT USIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstuktur
Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Disusun Oleh:
1. Arum Sulistya G1B011002
2. Rifa Moni Utami G1B011029
3. Anshah Shafa Nabilah G1B011055
4. Vasha Ramadhani G1B011080
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Penuaan merupakan proses perubahan yang menyeluruh dan spontan
yang dimulai dari masa kanak-kanak, pubertas, dewasa muda dan kemudian
menurun pada pertengahan sampai lanjut usia (lansia). Angka rata-rata harapan
hidup manusia di dunia telah meningkat secara dramatis. Kemajuan teknologi dan
perbaikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat mengakibatkan meningkatnya
sejumlah besar pasien yang selamat dari kondisi yang dapat menimbulkan
kematian. Fenomena ini mengakibatkan perpanjangan usia hidup dan peningkatan
pupulasi lansia. Tahun 1996 -2025 populasi lansia di dunia yang berusia 65 tahun
atau lebih diperkirakan mengalami peningkatan dari 17% menjadi 82%. Tahun
2025 populasi lansia di dunia diperkirakan melebihi 1 milyar, di mana
kebanyakan dari mereka hidup di negara-negara sedang berkembang (Yenny,
2006).
Indonesia sendiri memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
percepatan penambahan lansia di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) pada 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari
jumlah tersebut 11,16% di antaranya berada di Provinsi Jawa tengah atau
peringkat nomor dua daerah paling tinggi jumlah lansianya setelah Yogyakarta
(Kompas, 2009).
Penduduk lansia merupakan salah satu kelompok penduduk yang
potensial menjadi masyarakat rentan, karena secara alami kelompok penduduk
lanjut usia mengalami kemunduran fisik, biologi, mental dan sosialnya sehingga
perlu diciptakan suatu kondisi fisik maupun nonfisik yang kondusif untuk
pembinaan kesejahteraannya. Pada hakikatnya, kaum lansia di berbagai negara
termasuk Indonesia tidak hanya diharapkan berumur panjang, namun juga dapat
menikmati masa tuanya dengan sehat, bahkan berdayaguna bagi pembangunan
(Hutapea, 2005). Oleh sebab itu, perlu diketahui masalah-masalah kesehatan yang
terjadi pada lansia sehingga sangat dibutuhkan suatu strategi khusus untuk
menangani penduduk lanjut usia sejak dini.
BAB II
PERMASALAHAN
Proporsi penduduk lanjut usia (lanjut usia) di Indonesia pada tahun 2000
adalah 7,18 persen dan tahun 2010 meningkat sekitar 9,77 persen, sedangkan
tahun 2020 diperkirakan proporsi lanjut usia dari total penduduk Indonesia dapat
sampai 11,34 persen. Tahun 2010 proporsi penduduk lanjut usia sudah menyamai
proporsi penduduk balita dan tahun 2020 diperkirakan akan ada sekitar 30-40 juta
jiwa penduduk usia lanjut. Meningkatnya jumlah penduduk lansia tidak diikuti
dengan peningkatan kualitas hidup mereka. Dari sisi kesehatan, secara umum
derajat kesehatan penduduk lansia cenderung masih rendah. Angka kesakitan
penduduk lansia pada tahun 2012 adalah sebesar 26,85%. Bila dilihat berdasarkan
kelompok umur, semakin tinggi kelompok umur lansia maka persentase yang
mengalami keluhan kesehatan semakin besar, yaitu kelompok umur 45-49 tahun
(35,54%), 60-69 tahun (47,53%), 70-79 tahun (57,15%) dan 80 keatas (63,93%).
Pembatasan aktifitas fisik makin nyata bersamaan dengan penambahan
usia. Berdasarkan laporan, 32% lansia berusia 70 tahun dan ke atas mengalami
kesulitan untuk melakukan aktivitas fisik yang disebabkan penyakit
muskuloskeletal (Ethgen, 2004). Bahkan lansia yang berusia ≥85 tahun 2,6 kali
lebih sering mengalami keterbatasan aktivitas fisik dibanding lansia berusia 70-74
tahun. Sedangkan dari studi ini diperoleh data keterbatasan fisik akibat penyakit
muskuloskeletal terbanyak didapatkan pada kelompok usia yang jauh lebih muda
yaitu pada kelompok usia 60-69 tahun sebesar 63%. WHO menyatakan tahun
2000-2010 disebut “Bone and Joint Decade” sehingga diperlukan perbaikan
kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup lansia (WHO, 2006).
Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia
sekitar 65 tahun ke atas. Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini
ditemukan lebih dari 4 juta orang usia lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka
ini diperkirakan akan meningkat sampai hampir 4 kali pada tahun 2050
(Petra,2001 ).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4
yaitu (Nugroho, 2008):
1. Usia pertengahan (middle age) adalah 45-49 tahun,
2. Lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia:
1. Perubahan fisik
Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis
yang menetap, rambut mulai beruban dan menjadi putih, gigi mulai ompong,
penglihatan dan pendengaran berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban
dan kurang lincah, kerampingan tubuh menghilang, disana-sini terjadi
timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul.
2. Perubahan mental
Kemunduran akan kemampuan kognitif akibat penuaan pada usia lanjut ini
di tandai sebagai berikut; suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik, ingatan
kepada hal-hal yang baru terjadi yang pertama dilupakan adalah nama-nama,
orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang / tempat juga mundur
yang erat hubungan dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena
pandangan biasanya sudah menyempit.
3. Perubahan Psikososial
Pada umumnya setiap lanjut usia menginginkan keadaan panjang umur,
menghemat tenaga, tetap berperan sosial, meninggal secara terhormat dan
masuk surga. Apabila proses lanjut usia yang tidak sesuai dengan keinginan-
keinginan tersebut maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup
besar. Penyakit yang membahayakan, menjalani masa pensiun, ditinggal suami
atau istri dan sebab-sebab lain sering menyebabkan gangguan dalam
keseimbangan mental. Perubahan psikososial masyarakat lanjut usia baik yang
datang dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan masyarakat akan
membawa dampak bagi derajat kesehatan jiwa lansia yang bersangkutan.
Psikologi kehilangan merupakan salah satu sindroma atau gejala
multikompleks dari proses lanjut usia. Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat
tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada tipe ini
biasanya ada kecenderungan mengalami Post Power Syndrome. Apalagi
jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi jika
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana. Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara
seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi
berantakan.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
4. Perkembangan spiritual.
Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu
orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan
merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang
tidak dapat ditolak atau dihindarkan.
B. Kebutuhan Lansia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram
dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan lansia tersebut sejalan dengan pendapat Abraham Maslow individu
dapat sehat optimal apabila kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi yang meliputi
1. Kebutuhan fisik (physiological needs) merupakan kebutuhan yang sangat
primer dan mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis
dan kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia seperti pangan, sandang,
papan, seks dan sebagainya. (Asmadi, 2008).
2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti
kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya.
3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,
kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.
4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk
diakui akan keberadaannya
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar
pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan
dalam kehidupan.
C. Masalah Kesehatan Lansia
Gangguan yang sering menjadi masalah kemandirian lanjut usia sering
disebut dengan istilah “14 i” yaitu diantaranya adalah :
1. Imobilisasi
Imobilisasi merupakan ketidakmampuan berpindah posisi. Faktor
penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri baik dari tulang
(osteoporosis, osteomalasia dsb), sendi (osteoartritis, artritis reumatoid dsb),
lemah, kekuatan otot, ketidakseimbangan dan masalah psikologi. Gangguan
fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti
depresi juga dapat menyebabkan tejadinya imobilisasi. (Aulia, 2009)
2. Instabilisasi Postural
Instabilisasi postural atau jatuh adalah ketidakmampuan untuk
mempertahankan anti gravitasi pada dasar penyanggah tubuh (misalnya, kaki
saat berdiri) atau memberi respon secara cepat pada setiap perpindahan posisi
atau keadaan. Faktor yang melatarbelakangi jatuh adalah faktor intrinsik yaitu
faktor sistemik seperti gagal jantung dan lokal (gangguan pengelihatan,
gangguan pendengaran, kelemahan otot tungkai bawah dsb) (Erwin, 2013).
3. Intelectual Impairment
Gangguan intelektual yang sering terjadi pada lansia adalah demensia.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan suatu
kehilangan daya ingat, daya pikir, rasionalitas, kepandaian bergaul dan apa
yang disebut sebagai reaksi emosi normal. Berbeda dengan pikun adalah
terminologi awam yang berkonotasi lupa. Tetapi pikun atau lupa pada usia
lanjut bukanlah gejala demensia atau Alzheimer stadium awal (Petra, 2001).
Bentuk demensia yang paling umum diantaranya:
a. Penyakit Alzheimer
Penyakit alzheimer biasanya terjadi pada usia diatas 65 tahun. Penyakit ini
terjadi karena menurunnya kemampuan fungsi otak secara berangsur-angsur
akibat mengecilnya atau menghilangnya sel-sel otak, bahan-bahan abnormal
bertimbun membentuk ‘kekusutan’ di tengah sel otak, dan sebagai lapisan
diluar sel otak. Sel-sel abnormal itu mengganggu jalannya pesan-pesan di
dalam otak dan merusak hubungan antar sel otak. Sel otak pada akhirnya
mati dan ini berarti informasi tidak dapat diterima atau dicerna.
b. Demensia Vaskuler
Demensia Vaskuler adalah istilah umum untuk demensia yang berkaitan
dengan masalah sirkulasi darah ke otak dan merupakan bentuk paling umum
kedua dari demensia. Demensia Vaskuler mungkin tampak serupa dengan
penyakit Alzheimer, dan campuran penyakit Alzheimer dan demensia
vaskuler dapat terjadi pada sejumlah orang.
c. Penyakit Parkinson
Penyakit parkinson adalah penyakit sistem saraf yang terjadi berangsur-
angsur, ditandai gemetar, kaku pada anggota-anggota badan dan persendian,
kesulitan berbicara dan kesulitan memulai gerakan fisik. (Alzheimer
Australia, 2005).
4. Isolation
Isolasi yang dimaksud disini adalah rasa depresi. Depresi merupakan satu
masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan.
Depresi menjadi masalah utama yang sering terjadi pada lansia. Penyebab
depresi pada lansia adalah gangguan kesehatan yang diderita seperti penyakit
kronik, hidup sebatang kara, tidak memiliki tujuan hidup, ketakutan
menghadapi masalah keuangan, kematian, dan perasaan kehilangan yang
mendalam karena teman, anak atau keluarga yang meninggal dunia (Smith,
2013).
5. Insomnia
Insomnia adalah suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur,
atau tidur yang menyegarkan selama 1 bulan atau lebih mana keadaan sulit
tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan. Insomsia pada
lansia biasanya terjadi pada wanita maupun pria berumur 85 tahun ke atas.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia pada lansia,
seperti menghindari konsumsi cafein, alkohol, nikotin, latihan fisik rutin,
meningkatkan penggunaan cahaya terang di siang hari, menghindari
penggunaan cahaya terang di malam hari, tidak makan berat 2-3 jam sebelum
tidur, membuat lingkungan tidur yang nyaman, kurangi suara, suhu dan cahaya
lampu di ruang tisur, biasakan membaca sebelum tidur. (Alon Y, 2005)
6. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Kebanyakan
penderita inkontinesia urin telah menderita desensus dinding depan vagina
disertai sisto-uretrokel.
7. Impotence
Impotensi adalah suatu gangguan seksual yang ditandai dengan gejala
ketidakmampuan penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk
berlangsungnya hubungan seksual.
8. Immune Deficiency
Defisiensi imun pada lanjut usia disebabkan oleh produksi immunoglobulin
yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang jumlahnya. Masalah lain
yang muncul adalah tubuh orangtua kehilangan kemampuan untuk
membedakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda itu
bagian dari dalam tubuhnya sendiri. (Fatmah, 2006).
9. Infection
Infeksi pada lansia berkaitan dengan defisiensi sistem imun pada lansia.
Sehingga para lanjut usia akan dengan mudah terpapar benda asing.
10. Inanition
Inanition yang dimaksud adalah kekurangan nutrisi pada lanjut usia
dikarenakan kurangnya asupan yang dapat dijelaskan dengan beberapa faktor
sebagai berikut :
a. Semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa sehingga umumnya
lansia kurang dapat menikmati makanan dgn baik. Hal itu sering
menyebabkan kurangnya asupan atau penggunaan bumbu, seperti kecap
atau garam yang berlebihan berdampak kurang baik bagi kesehatan lansia.
b. Berkurangnya sekresi saliva yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
menelan dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi
c. Kehilangan gigi. Separuh lansia banyak kehilangan gigi, hal ini
mengakibatkan terganggunya kemampuan dalam mengkonsumsi makanan
dengan tekstur keras, sedangkan makanan yang lunak kurang mengandung
vit A, vit C, dan serat sehingga menyebabkan mudah mengalami konstipasi.
d. Menurunnya Sekresi HCL. HCL merupakan faktor ekstrinsik yang
membantu penyakiterapan vit B 12 dan kalsium serta utilisasi protein.
Kekurangan HCL dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis,
defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia, sehingga oksigen tidak dapat
diangkut dengan baik.
e. Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik yang mengakibatkan
pencernaan protein tidak efisien.
f. Menurunnya sekresi garam empedu, sehingga mengganggu proses
penyakiterapan lemak dan vitamin A,D,E,K
g. Menurunnya motilitas usus, sehingga memperpanjang “transit time” dalam
saluran gastrointestinal mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi.
(Ellis, 2013)
11. Irritable colon
Iritasi usus merupakan salah satu penyakit atau kelainan fungsi usus yang
ditandai dengan kumpulan gejala disfungsi, kurang/tidak berfungsinya usus,
seperti nyeri perut, kembung dan gangguan pola defekasi (buang air besar)
tanpa gangguan/kelainan organik. Penyebab dari iritasi usus adalah multifaktor
seperti gangguan pergerakan usus, gangguan fungsi otot kandung kemih,
intoleransi karbohidrar, faktor psikosoial dan visceral hypersensitivity.
12. Iatrogenesis
Iatrogenesis adalah penyakit-penyakit yang timbul akibat obat-obatan. Seperti
yang diketahui bahwa lansia cenderung akan banyak mengkonsumsi obat-
obatan karena berbagai faktor seperti menurunnya imunitas dan ada nya
penyakit-penyakit degeneratif.
13. Impecunity
Impecunity adalah berkurangnya kemampuan keuangan. Hal ini sangat
dimungkinkan terjadi pada lansia karena adanya penurunan fungsi tubuh lansia
dsb.
Dalam masa usia lanjut terjadi berbagai perubahan dalam kehidupan fisik,
mental-spiritual, dan psikososial yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
usia lanjut, baik pada wanita maupun pria. Faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan pra usia lanjut (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010) :
1. Keturunan
2. Perilaku/cara hidup, seperti pola makan, pola tidur, pola kerja, pola rekreasi,
dan pola spritual
3. Lingkungan, seperti keluarga, masyarakat sekitar pekerjaan, pergaulan.
4. Pelayanan kesehatan
D. Program Kesehatan Lanjut Usia
Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan
pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
a. Upaya Promotif
Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun
masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup
sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, diabetes
melitus, upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian
serta produktivitas masyarakat lanjut usia.
b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi
dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok
lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS) lanjut usia. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan bagi usia lanjut, yaitu:
1. Perkuat ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Pelihara kebersihan pribadi dan lingkungan
3. Pemerisaan kesehatan berkala
4. Makan hidangan sesuai pedoman gizi seimbang
5. Jaga dan tingkatkan kesegaran jasmani
6. Kembangkan kegemaran/hobi sesuai dnegan kemampuan
7. Hindari risiko terjadinya kecelakaan
c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila
dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia.
Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat
dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas
ataupun di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia
membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan
rujukan ke Rumah Sakit setempat.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif
maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.
(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010)
E. Peran Keluarga Terhadap Usia Lanjut
Keluarga berperan sangat penting terhadap tingkat kualitas hidup lanjut
usia. Beberapa peran keluarga tersebut adalah sebagai berikut (Komisi Nasional
Lanjut Usia, 2010) :
1. Menghormati dan menghargai orang tua
2. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku usia lanjut
3. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian
4. Jangan menganggapnya sebagai beban
5. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
6. Mintalah nasihat pada mereka dalamperistiwa-eristiwa penting
7. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga
8. Membantu mencukupi kebutuhannya
9. Berilah dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah
termasuk pengembangan hobi
10. Membantu mengatur keuangan
11. Mengupayakan transport untuk kegiatan mereka termasuk untuk rekreasi
12. Dengan memberi perhatian yang baik terhadap orang tua, maka kelak anak-
anak kita akan bersikap sama terhadap kita
13. Memeriksakan kesehatan secara teratur
14. Memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat
15. Mencegah terjadidnya kecelakaan baik di dalam maupun di luar rumah
16. Ke mana usia lanjut minta pertolongan?
a. Dokter/tenaga kesehatan lain
b. Puskesmas
c. Kader kesehatan
d. Petugas sosial di kecamatan
17. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab kita bersama
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu.
2. Kebutuhan lansia berupa Kebutuhan fisik (physiological needs), Kebutuhan
ketentraman (safety needs), Kebutuhan sosial (social needs), Kebutuhan
harga diri (esteem needs) dan Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs)
3. Masalah kesehatan yang sering di alami oleh lansia adalah ’14 i’ yaitu
immobilisasi, instabilitas postural, isolation, insomnia, intellectual
impalment, inkontinensia urine, impotence, immune deficiency, infection,
inantion, iatrogenesis dan impecunity
4. Upaya kesehtan lansia meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif
5. Peran keluarga sangat penting dalam peningkatan kualitas hidup lansia
DAFTAR PUSTAKA
Alon, dan Avidan, MD, MPH. 2005. Epidemiology, Asessment, and Treatment of Insomnia in Elderly: Treatment of insomnia in the Geriatric Patient. http://www.medscape.org/viewarticle/516282_6. Diakses pada tanggal 15 Desember 2013.
Alzheimer Australia. 2005. What is dementia. An Australian Govermenet Initiative. www.alzheimers.org.au
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Ethgen O, Reginsten JY. Degenerative musculoskeletal disease. Ann Rheum Dis 2004; 63: 1-3.
Erwin. 2013. Sebaran faktor-faktor Intrinsik Lokal serta Hubungannya dengan Instabilitas Postural/Jatuh pada Usia Lanjut di Divisi Geriatri RSCM. Tesis Universitas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id.
Fatmah, 2006. Respons Imunitas yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Jurnal Makara Kesehatan. Vol 10 No 1. Juni 2006: 47-53
Hutapea. 2005. Sehat dan ceria di Usia Senja. Jakarta: Rineka Cipta.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Gambaran kesehatan Lanjut usia di Indonesia.
Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta
Kompas,2009. Lansia di Indonesia :Tua, Gembira, dan Produktif. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/04/01/lansia-di-indonesia-tua-gembira-dan-produktif-107964.html. Diakses tanggal 15 Desember 2013.
Kristyaningsih, Dewi. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Lansia. Jurnal Keperawatan. Vol 01/Nomor 01/Januari 2011.
Nowotny, Petra et all. 2001. Alzheimer Disease. Encyclopedia of LifeSciences Nature Publishing Group.
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC.
Sumijatun, dkk. (2005).Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.Jakarta:EGC.
Smith, Melinda dan Lawrence Robinson, Jeanne Segal. 2013. Depression in Older Adults and the Elderly. http://www.helpguide.org/mental/depression_elderly.htm diakses pada tanggal 15 Desember 2013.
Nikmawati, Ellis Endang. 2013. Pangan dan Gizi Lansia untuk Menunjang Kesehatan dan Kebugaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
World Health Organization. The bone and joint decade. Joint motion 2000-2010. Available at: http://www.bonejointdecade. org. Accessed Desember 15, 2013.
Yenny, dan Elly Herwana. 2006. Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan Vol 25 No. 4. Universitas Medicina