Download - Makalah Crohn
CROHN DISEASE
Disusun untuk memenuhi tugas dari matakuliah
“SISTEM PENCERNAAN”
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA LAMPUNG
PRODI S-1 KEPERAWATAN SEMESTER IV
TAHUN AJARAN 2011 / 2012
1
CROHN DISEASE
Disusun untuk memenuhi tugas dari matakuliah
“SISTEM PENCERNAAN”
Disusun Oleh : Yohanes Eko Saputra
105140100
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA LAMPUNG
PRODI S-1 KEPERAWATAN SEMESTER IV
TAHUN AJARAN 2011 / 2012
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit-penyakit inflamatorik kolon atau penyakitpenyakit radang usus besar
( Inflammatory Bowel Diseases) dapat dibagi dalam dua golongan :
1. Penyakit radang kolon karena infeksi
2. Penyakit radang kolon karena non-infeksi.
Penyakit infeksi disebabkan karena kuman Shigella, ameba dan sebagainya.
Yang akan dibahas sekarang adalah penyakit radang kolonyang non-infeksi atau
tidak jelas disebabkan karena infeksi.Walaupun kasus ini tidak begitu sering dijumpai
diIndonesia dibandingkan dengan negara-negara Barat, akantetapi justru karena hal ini,
maka penyakit tersebut seringkurang mendapat perhatian oleh dokter di Indonesia,
sehingga diagnosa menjadi salah dan pengobatan tidak diberikan dengan tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari penyakit CROHN ?
2. Apa Etioligi dari penyakit CROHN ?
3. Bagaimana Patofisiologis dari CROHN ?
4. Bagaiman Patogenesis dari penyakit CROHN ?
5. Apa saja Tanda dan Gejala yang muncul dari penyakit CROHN ?
6. Apa saja Komplikasi dari penyakit CROHN ?
7. Apa saja Diagnosa yang mungkin muncul pada penyakit CROHN ?
8. Bagaimana Prognosis penyakit CROHN ?
9. Bagaimana Pengobatan penyakit CROHN ?
3
1.3 Batasan Masalah
Penulis hanya membahas tentang : pengertian penyakit CROHN, etiologi,
patogenesis, tanda dan gejala, komplikasi, diagnosa, prognosis dan pengobatanya.
1.4 Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah SISTEM PENCERNAAN
Tujuan Khusus :
1. Agar bisa mengerti dan memahami tentang penyakit CROHN.
2. Agar dapat mengetahui penyebab dan patogenesis penyakit CROHN.
3. Agar bisa mengetahui tanda dan gejala serta penatalaksanaannya
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT CROHN
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah
peradangan menahun pada dinding usus.
Enteritis regional, ileokolitis, atau penyakit crohn merupakan suatu penyakit
peradangan granulomatosa kronik pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada
bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian
manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar
anus.
2.2 ETIOLOGI
Etiologi penyakit crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga
kemungkinan penyebabnya, yaitu :
a) Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh.
b) Infeksi.
c) Makanan.
Walaupun tidak ditemukan adanya autoantibodi, enteritis regional diduga merupakan
reaksi hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang belum diketahui.
Teori-teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomatosa yang mirip dengan lesi-
lesi yang dtemukan pada jamur dan tuberkulosis paru. Terdapat beberapa persamaan yang
menrik antara enteritis regional dan kolitis ulseratif. Keduanya adalah penyakit radang,
walaupun lesinya berbeda. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi di luar saluran
cerna yaitu uveitis, artritis dan lesi-lesi kulit yang identik.
2.3 PATOFISIOLOGI
Enteritis regional umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat
terjadi kapan saja selam hidup. Keadaan ini sering terihat pada populasi 50-80 tahun.
Meskipun ini dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal, area paling
umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
5
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subkutan yang meluas keseluruh
lapisan dimding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula,
fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalaman peritonium, lesi (ulkus) tidak
pada kontak terus menerus, granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada kasus lanjut
mukosa usus mempunyai penampilan ”Coblestone”. Dengan berlanjutnya penyakit,
dinding usus menebal dan menjadi tibrotit, dan lumen usus menyempit.
2.4 PATOGENESIS
Ileum terminal terserang pada sekitar 80% kasus enteritis regional. Pada sekitar
35% kasus lesi-lesi terjadi pada kolon. Esofagus dan lambung lebih jarang terserang.
Dalam beberapa hal terjadi lesi “melompat” yaitu bagian usus yang sakit dipisahkan oleh
daerah-daerah usus normal sepanjang beberapa inci atau kaki. Lesi diduga mulai pada
kelenjar limfe dekat usus halus yang akhirnya menyumbat aliran saluran limfe. Selubung
submukosa usus jelas menebal akibat hiperplasia jaringan limfoid dan limfedema. Dengan
berlanjutnya proses patogenik, segmen usus yang terserang menebal sedemikian rupa
sehingga kaku seperti slang kebun, lumen usus menyempit, sehingga hanya sedikit dilewati
barium, menimbulkan “string sign” yang terlihat pada radiogram. Seluruh dinding usus
terserang. Mukosa seringkali meradang dan bertukak disertai eksudat yang putih abu-abu.
2.5 TANDA DAN GEJALA
Para penderita mengeluh mengenai sakit perut yang berulang-ulang, sering
mendapat serangan diare, atau sebaliknyasusah buang air besar, kadang-kadang panas,
nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.
Perdarahan per anum sering disebabkan radang pada kolon.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada perut bagian bawah,
lebih sering di sisi kanan. Komplikasi yang sering terjadi dari peradangan ini adalah
penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula) dan kantong berisi nanah
(abses).
Bila penyakit Crohn menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan,
penderita juga bisa mengalami :
o peradangan sendi (artritis).
o peradangan bagian putih mata (episkleritis).
o luka terbuka di mulut (stomatitis aftosa).
6
o nodul kulit yang meradang pada tangan dan kaki (eritema nodosum).
o luka biru-merah di kulit yang bernanah (pioderma gangrenosum).
Jika penyakit Crohn tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran
pencernaan, penderita masih bisa mengalami :
o peradangan pada tulang belakang (spondilitis ankilosa).
o peradangan pada sendi panggul (sakroiliitis).
o peradangan di dalam mata (uveitis) .
o peradangan pada saluran empedu (kolangitis sklerosis primer).
Pada anak-anak, gejala-gejala saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare
sering bukan merupakan gejala utama dan bisa tidak muncul sama sekali.
Gejala utamanya mungkin berupa peradangan sendi, demam, anemia atau pertumbuhan
yang lambat. Pola umum dari penyakit Crohn, Gejala-gejala penyakit Crohn pada setiap
penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum terjadi, yaitu :
1. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan
2. Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di
dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah
3. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi
dan kelemahan menahun
4. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses),
yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan
penurunan berat badan.
2.6 KOMPLIKASI
Pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi, fistel-
fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau fistel antara usus
dan kulit. Di sekitar anus terdapat fistel-fistel, fisur-fisur dan abses-abses. Perdarahan yang
banyak atau perforasi jarang terjadi. Begitupula jarang terjadi dilatasi akut. Karsinoma
kolon dulu diduga tidak begitu sering akan tetapi sekarang kasus. Karsinoma lebih sering
ditemukan pada kolitis Crohn. Kadang-kadang timbul hiperoxaluria dan batu oxalat. Proses
radang dapat menjalar ke ureter yang menyebabkan pyelonefritis yang berulang, stenosis
pada ureter dan hidronefrosis.
7
2.7 DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare
berulang, terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan
kulit.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi penyakit Crohn, namun
pemeriksaan darah bisa menunjukan adanya :
anemia.
peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih.
kadar albumin yang rendah
tanda-tanda peradangan lainnya.
Barium enema bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk penyakit Crohn pada
usus besar. Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan
usus besar) dan biopsi untuk memperkuat diagnosis. CT scan bisa memperlihatkan
perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses, namun tidak digunakan secara
rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.
2.8 PROGNOSIS
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus halus.
Tetapi penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur sepanjang
hidup penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.
Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru atau yang
menentukan keganasannya tidak diketahui.
Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa
menyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui
pembedahan.
Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal
karena kanker saluran pencernaan yang timbul pada penyakit Crohn yang menahun.
8
2.9 PENGOBATAN
Pada dasarnya pengobatan medis-konservatif dengan diit dan obat-obat lebih baik
daripada pembedahan.
Diit :
Makanan sebaiknya lunak, tidak merangsang, rendah lemak dan tinggi serat.
Dahulu dianjurkan rendah serat, akan tetapi kemudian ternyata bahwa tinggi serat lebih
baik. Rendah serat hanya diberikan bila ada steatorea atau ada striktura.
Obat-obat :
Kortikosteroid baik pada penyakit yang aktif. Dosis sama dengan kolitis
ulserosa.
Salazopyrin juga baik untuk penyakit yang aktif akan tetapi kurang
memuaskan untuk pengobatan "maintenance".
Azathioprine dapat dicoba pada mereka yang tidak menunjukkan perbaikan
atau kambuhlagi dengan obat-obat lain.
Metronidazole dapat memberikan hasil yang baik bila adasepsis. Laporan-
laporan yang terakhir menyebutkan hasil yang memuaskan pada kasus dengan fistula.
Fistula tersebut menutup setelah pengobatan dengan metronidazole. Dahulu,adanya
fistel merupakan indikasi untuk operasi akan tetapisekarang metronidazole merupakan
alternatif yang lebih baik.
Pembedahan :
Indikasi untuk pembedahan adalah :
1. kelainan-kelainan perianal
2. obstruksi.
3. bila ada perdarahan yang banyak.
4. adanya keganasan.
5. bila pengobatan dengan obat-obat dan diit tidak memberikan hasil yang
baik.
Pada pembedahan selalu dikerjakan suatu end-to-end anastomosis dan reseksi harus
dibatasi pada bagian yang perlu diangkat saja. Tindakan bypass harus dihindari karena
sering menimbulkan residif dan disertai dengan timbulnya banyak kuman-kuman dan
malabsorpsi. Tiap tindakan pembedahan harus dilindungi oleh kortikosteroid
9
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT CROHN.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian subjektif
Riwayat kesehatan : untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik nyeri
abdomen; diare, tenesmus, mual, anoreksia, penurunan BB.
Riwayat keluarga
Pola diet : Alkohol, kavein, dan nikotin.
Pola eliminasi : karakter, frekuensi, dan adanya darah, pus, lemak, atau mukus.
Alergi : intoleransi usus atau laktose.
Pengkajian obektif
Auskultasi abdomen : bising usus dan karakteristiknya.
Palpasi abdomen : distensi, nyeri tekan, atau nyeri.
Inspeksi kulit : adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi.
Perdarahan rektal adalah tanda dominan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diare b/d proses inflamasi
Nyeri b/d peningkatan peristaltik dan inflamasi
Kurang volume cairan dan elektrolit b/d anoreksi, mual, dan diare
Perubahan nutris kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembatasan diet, mual, dan
malabsorbesi
Intoleransi aktivitas b/d keletihan
Ansietas b/d rencana pembedahan
Koping individu tidak efektif b/d episode diare berulang
Risiko kerusakan integritas kulit b/d malnutrisi dan diare
Kurang pengetahuan mengenai proses dan penatalaksanaan penyakit
C. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Tujuan :
Eliminasi usus normal
Hilangnya nyeri abdomen dan kram
Mencegah kekurangan volume cairan
Mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal
10
Menghindari keletihan
Penurunan ansietas dan koping efektif
Mencegah kerusakan kulit
Mendapatkan pengetahuan dan pemhaman tentang proses penyakit dan program
terapiutik
Tidak adanya komplikasi
Intervensi keperwatan
Mempertahankan pola eliminasi normal
Menghilangkan nyeri
Mempertahankan pemasukan cairan
Tindakan nutrisional
Meningkatkan istirahat
Mengurangi ansietas
Tindakan koping
Mencegah kerusakan kulit
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah
Memantau dan mengatasi komplikasi potensial
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1) Melaporkan penurunan dalam frekuensi feses diare
2) Sedikit mengalami nyeri
3) Mempertahankan keseimbangan volume cairan
4) Mendapatkan nutrisi optimal-mentoleransi pemberian makan sedikit dan sering
tanpa diare
5) Menghindari episode keletihan
6) Sedikit mengalami ansietas
7) Menghadapi diagnosa dengan baik
8) Mempertahankan integritas kulit
9) Memporoleh pemahaman tentang proses penyakit
10) Tidak mengalami komplikasi
BAB III
11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah
peradangan menahun pada dinding usus.
Etiologi penyakit crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga
kemungkinan penyebabnya, yaitu :
a) Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh.
b) Infeksi.
c) Makanan.
Penyakit CROHN dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal,
area paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
Gejala-gejala penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola
yang umum terjadi, yaitu :
Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan.
Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat
di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah.
Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang
gizi dan kelemahan menahun.
Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses),
yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan
penurunan berat badan.
Komplikasi pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan
obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau
fistel antara usus dan kulit.
Pengkajian dan diagnosis yang tepat akan mempermudah pengobatan.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
12
Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m
http://www.medicastore.com
Smeltzer, Suzanne C. 2001. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 2. Jakarta : EGC
13